You are on page 1of 34

MAKALAH ILMU LINGKUNGAN

EKOSISTEM LAUT DANGKAL

Kelompok 7:
Muhammad Iqbal (09065489920)
Melisa Hutauruk (0906557934)
Rizqi Ilma (0906640892)
Wiwin Wijaya (0906518813)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS INDONESIA
BAB I
DEFINISI EKOSISTEM LAUT DANGKAL

1.1 Pengertian ekosistem laut


Ekosistem air laut merupakan ekosistem yang memiliki ciri-ciri
 salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55%
terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar.
 ekosistem yang memiliki perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi.
(Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin
di bagian bawah disebut daerah termoklin)
 tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.

Ekosistem air laut terbagi menjadi:


 Laut
 Pantai
 Estuari (muara)
 terumbu karang

1.2. Pembagian Ekosistem Laut

Pembagian daerah ekosistem air laut, berdasarkan kedalamannya:

1. Daerah Litoral/Daerah Pasang Surut

Daerah litoral adalah daerah yang langsung berbatasan dengan darat.


Radiasi matahari, variasi temperatur dan salinitas mempunyai pengaruh
yang lebih berarti untuk daerah ini dibandingkan dengan daerah laut
lainnya. Biota yang hidup di daerah ini antara lain: ganggang yang hidup
sebagai bentos, teripang, binatang laut, udang, kepiting, cacing laut.

2. Daerah Neritik

1
Daerah neritik merupakan daerah laut dangkal, daerah ini masih dapat
ditembus cahaya sampai ke dasar, kedalaman daerah ini dapat mencapai
200 m. Biota yang hidup di daerah ini adalah plankton, nekton, neston dan
bentos.

3. Daerah Batial atau Daerah Remang-remang:

Kedalamannya antara 200 - 2000 m, sudah tidak ada produsen. Hewannya


berupa nekton.

4. Daerah Abisal:

Daerah abisal adalah daerah laut yang kedalamannya lebih dari 2000 m.
Daerah ini gelap sepanjang masa, tidak terdapat produsen.

Gambar 1.1. Pembagian laut berdasarkan kedalamannya beserta hewan-hewan yang menghuninya
sumber: library.thinkquest.org

2
Gambar 1.2. Pembagian laut berdasarkan kedalamannya
sumber: synergysci0809.wordpress.com

Berdasarkan intensitas cahayanya, ekosistem laut dibedakan menjadi 3 bagian:


a. Daerah fotik: daerah laut yang masih dapat ditembus cahaya matahari,
kedalaman maksimum 200 m.
b. Daerah twilight: daerah remang-remang, tidak efektif untuk kegiatan
fotosintesis, kedalaman antara 200 - 2000 m.
c. Daerah afotik: daerah yang tidak tembus cahaya matahari. Jadi gelap sepanjang
masa.

3
Gambar 1.3 Pembagian laut berdasarkan intensitas cahaya
Sumber: mrsmacdonald.net

Ekosistem Laut juga meliputi zona litoral (daerah tepi laut), zona laut dangkal,
dan zona pelagik. Zona litoral merupakan zona yang berada di tepi laut (pantai),
tempat bagi kebanyakan ikan dan udang, kepiting untuk membesarkan anak-
anaknya, dan biasanya dikelilingi oleh daratan yang membentuk hutan bakau.
Zona laut dangkal yang merupakan ekosistem terumbu karang. Ekosistem
terumbu karang terdiri dari komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu
dan organisme-organisme lainnya. Terumbu karang didominasi oleh karang
(koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium
karbonat. Zona pelagik merupakan wilayah laut terbuka yang terdiri dari 2
wilayah kedalaman yang berbeda, yaitu zona fotik dan zona afotik.

4
Gambar 1.4. Pembagian Ekosistem Laut

Gambar 1.5. Ilustrasi rantai makanan di laut

5
BAB II
KOMPONEN EKOSISTEM LAUT DANGKAL

2.1. Susunan Sifat Air Laut

Suhu Air Laut

Suhu air laut pada Perairan Indonesia yang terletak di daerah tropik, maka hampir
sepanjang tahun suhu lapisan permukaan air lautnya tinggi, berkisar 26° C - 30°
C. Perubahan temperatur (amplitudo) air laut, kecil karena air laut lambat menjadi
panas dan lambat menjadi dingin. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:

1. Air laut selalu bergerak sehingga panas yang diterimanya dijalarkan dan
disebar kemana-mana.
2. Permukaan air laut bertindak sebagai cermin sehingga panas matahari
yang diterimanya dipantulkan kembali. Sedangkan panas yang diterima air
sebagian digunakan untuk penguapan.
3. Pada malam lambat menjadi dingin karena:

- Uap air di atas permukaan air laut yang telah menjadi dingin
menghalangi pelepasan panas.

- Permukaan air laut yang mengkilat menghalangi pelepasan panas.

Suhu air laut makin ke dalam makin turun temperaturnya, pada kedalaman lebih
kurang 4.000 meter, temperaturnya antara 1° C - 2° C.

Kadar Garam Air Laut (Salinitas)

Kadar garam air laut (Salinitas) adalah banyaknya garam (dalam gram) yang
terdapat pada 1 kilogram air laut. Kadar garam tersebut dinyatakan dalam persen
(%) atau permil (0/00).
Tinggi rendahnya kadar garam pada air laut sangat tergantung kepada banyak
sedikitnya :

6
1. Penguapan
2. Sungai yang bermuara ke laut tersebut
3. Curah hujan
4. Pemasukan air dari samudera di sekitarnya.
5. Air yang berasal dari gletser

Kepadatan

Kepadatan air laut adalah 1,026 - 1,028. Jika dibandingkan dengan air murni, air
laut memiliki kepadatan yang lebih besar karena mengandung banyak garam-
garaman.

Tekanan

Tekanan air laut tidak sama besarnya pada kedalaman yang berbeda, makin dalam
tingkat kedalaman laut maka makin besar tekanannya. Tekanan udara tiap m²
permukaan air laut sebesar 10.000 kilogram harus diperhitungkan sebagai faktor
penghitung dalam mengukur tekanan air laut. Berat untuk 1 meter³ air laut lebih
kurang 1150 kilogram. Jadi tekanan air laut pada kedalaman 100 meter adalah:
100 x 1150 kg + 10.000 kg = 125.000 kg/m²

2.2. Adaptasi biota laut terhadap lingkungan yang berkadar garam tinggi

Pada hewan dan tumbuhan tingkat rendah tekanan osmosisnya kurang lebih sama
dengan tekanan osmosis air laut sehingga tidak terlalu mengalami kesulitan untuk
beradaptasi. Tetapi bagaimanakah dengan hewan tingat tinggi, seperti ikan yang
mempunyai tekanan osmosis jauh lebih rendah daripada tekanan osmosis air laut.
Cara ikan beradaptasi dengan kondisi seperti itu adalah:

- banyak minum

- air masuk ke jaringan secara osmosis melalui usus

- sedikit mengeluarkan urine

- pengeluaran air terjadi secara osmosis

7
- garam-garam dikeluarkan secara aktif melalui insang

2.3. Komunitas di Dalam Ekosistem Air Laut

Menurut fungsinya, komponen biotik ekosistem laut dapat dibedakan menjadi 4,


yaitu:

a. Produsen
Terdiri dari fitoplankton dan ganggang laut lainnya

b. Konsumen
Terdiri dari berbagai jenis hewan. Hampir semua filum hewan ditemukan di
dalam ekosistem laut.

c. Zooplankton
Terdiri atas bakteri dan hewan hewan pemakan bangkai atau sampah

Pada ekosistem laut dalam, yaitu pada daerah batial dan abisal merupakan
daerah gelap sepanjang masa.

Di daerah tersebut tidak berlangsung kegiatan fotosintesis, berarti tidak ada


produsen, sehingga yang ditemukan hanya konsumen dan dekompos saja.
Ekosistem laut dalam merupakan suatu ekosistem yang tidak lengkap.

2.4. Komponen Ekosistem Laut dangkal

Nekton

 Kata “nekton" diberikan oleh Ernst Haeckel tahun 1890 yang berasal dari
kata Yunani (Greek) yang artinya berenang ("the swimming") yang
meliputi (biofluidynamics, biomechanics, functional morphology of fluid
locomotion, locomotor physiology). Ilmunya disebut Nektology.
Orangnya disebut Nektologist.

8
 Kategori nekton:
•Krill (udang kecil)

•Small fish

•Whales (paus)

•Tuna

 Ikan (fish) adalah vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di


air dan bernapas dengan insang. Jumlah spesies > 27,000di seluruh dunia.
Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus hiu yang berukuran 14
meter (45 ft) hingga stout infantfishyang hanya berukuran 7 mm (kira-kira
1/4 inci). Ada beberapa hewan air yang sering dianggap sebagai "ikan",
seperti ikan paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang sebenarnya tidak
tergolong sebagai ikan.
 Distribusi Ikan :
1. Geologis (400-500 juta tahun lalu,era Paleozoikum periode Ordovician)

2. Geografis

3. Ekologis (berdasarkan toleransi terhadap faktor Lingkungan dan lokasi


dlm perairan)

• Sundaland/Paparan Sunda :

1. Sumatera : 270 spesies/30 endemik; Cyprinidae 107 spesies/15 endemik)

2. Borneo (Kalimantan, Serawak/Sabah, Brunai) 394 spesies/149 endemik;


Cyprinidae 138 spesies/46 endemik

3. Jawa : 132 spesies/12 endemik; Cyprinidae 44 spesies/6 endemik

• Wallace/Sulawesi : 68 spesies/52 endemik (Umum ikan sidat


(Angguila,sp), belosoh (Gobiidae dan Eleotridae)

• Paparan Sahul/ New Guinea

Region 1: RAJA AMPAT ISLANDS

9
Region 2: VOGELKOP AND BOMBERAI PENINSULAS

Region 3: NORTH COAST RANGES AND VALLEYS

Region 4: CENTRAL MOUNTAIN RANGES

Region 5: SOUTHERN COASTAL LOWLANDS

Region 6: PAPUAN PENINSULA

Plankton

Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona
pelagic (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar. Secara luas plankton
dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal
makanan untuk kehidupan akuatik.

Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton
terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun
termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk
melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.

Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan
cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus
hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan
banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif
dijalankan di kawasan itu.

Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika dilihat
menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada plankton.
Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti batu karang,
kerang, dan ikan paus.

Neuston

Neuston adalah istilah kolektif untuk organisme yang mengapung di atas air
(epineuston) atau tinggal tepat di bawah permukaan (hyponeuston).. Neustons

10
terdiri dari beberapa spesies ikan, kumbang, protozoa, bakteri, dan laba laba air. .
Sebuah laba-laba air adalah contoh umum yang melompat melintasi air tegangan
permukaan.

Perifiton

Kompleks biota akuatik sesil terasosiasi dengan detritus, yang menempel pada
substrat terendam; kompleks campuran mikroalga, cyanobacteria, heterotropic
mikroba, protozoa, dan detritus; organisme bentik terkombinasi dengan mikroba
biofilm

Seperti fitoplankton, perifiton dapat ditemukan pada banyak tipe perairan, mulai
dari kolam kecil hingga laut luas; berbagai macam substrat dalam air dengan
keberadaan cahaya dapat mensupport pertumbuhan perifiton

Peran perifiton :

- Sebagai Produsen primer

- Indikator mutu kualitas air

- Menjaga kualitas air pada indicator mutu tertentu bagi perairan perikanan
yang terkendali

- Dapat digunakan sebagai agen filtrasi dalam produksi akuakultur

2.5. Rantai Makanan dan Aliran Energi pada Ekosistem Laut Dangkal
Dari pemaparan-pemaparan di atas, kita sudah mengetahui bahwa
ekosistem laut dangkal merupakan daerah dimana cahaya matahari dapat masuk,
sehingga, ekosistem ini memiliki potensi fotosintesis yang sangat tinggi. Kita juga
sudah mengetahui bahwa di dalam ekosistem ini terdapat banyak makhluk hidup
yang terbagi menjadi produsen, konsumen (makrokonsumen ataupun detritivor),
dan dekomposer. Dari data-data ini, selanjutnya kita bisa membuat konsep rantai
makanan pada ekosistem laut dangkal dengan produsen sebagai awalannya (jenis
rantai makanan perumput). Rantai makanan pada ekosistem ini yaitu : produsen

11
 konsumen I  konsumen II  Konsumen III, dst. Gambar piramida makanan
dibawah ini akan lebih memperjelas rantai makanan tersebut.

Gambar 2.5.1 Piramida Makanan Ekosistem Laut Dangkal


Sumber : www.sciencelearn.org.nz
Dari gambar ini, bisa kita jelaskan pula mengenai aliran energi yang terjadi
pada ekosistem laut dangkal. Pertama-tama, produsen, yaitu phytoplankton,
makroalga ataupun tanaman berbunga (seagrass) membuat zat organik melalui
fotosintesis dengan mengambil energi dari matahari. Lalu, konsumen I yang
merupakan herbivora memakan tumbuhan tersebut, sehingga sesuai dengan
hukum kekelan energi dimana energi tidak bisa dihancurkan maupun diciptakan,
namun hanya bisa diubah menjadi bentuk energi lain, maka energi matahari pada
tumbuhan pastilah akan berpindah ke konsumen I. Tetapi, karena apapun yang
kita makan pasti akan menghasilkan residu, dan kita juga mengeluarkan energi
saat mencerna makanan tersebut, maka tidak semua energi dari makanan yang kita
makan diserap oleh tubuh. Karena itulah, kira-kira energi yang bisa diserap
konsumen dari makanannya hanya sebesar 10%.
Misalnya energi cahaya matahari yang ditangkap oleh tumbuhan sebesar
10,000 Kj, maka konsumen I akan mendapat energi kira-kira sebesar 1000 Kj.
Konsumen II akan mendapat energi kira-kira sebesar 100 Kj. Konsumen III akan
mendapat energi kira-kira sebesar 10 Kj, dst. Itulah sebabnya mengapa jumlah
rumput laut selalu lebih besar dari konsumen-konsumen diatasnya dan ikan hiu
selalu berjumlah lebih sedikit dibandingkan hewan-hewan mangsa yang berada di
taraf trofi lebih rendah. Tentunya karena rumput laut selalu mendapatkan energi
paling besar dan ikan hiu selalu mendapat energi paling sedikit. Inilah alasan

12
mengapa piramida makanan selalu berbentuk segitiga, karena piramida ini juga
menunjukkan jumlah. Skema aliran energi bisa dilihat dalam gambar di bawah ini.

Gambar 2.5.2. Skema Aliran Energi Pada Ekosistem


Sumber : www.sciencelearn.org.nz

2.6. Jaring-Jaring Makanan Pada Ekosistem Laut Dangkal


Telah kita ketahui bahwa ekosistem laut dangkal merupakan ekosistem
yang terpapar cahaya matahari sehingga ada banyak sekali produsen yang bisa
hidup di area ekosistem ini. Kita juga sudah mengetahui urutan rantai makanan
dan aliran energi di dalam ekosistem laut dangkal. Sekarang kita bisa
memaparkan jaring-jaring makanan di ekosistem laut dangkal dengan meninjau
gambar-gambar berikut ini.

13
Gambar 2.6 Jaring-Jaring Makanan Ekosistem Laut Dangkal

BAB III
KEANEKARAGAMAN HAYATI EKOSISTEM LAUT
DANGKAL

3.1. Produsen Ekosistem Laut Dangkal

3.1.1. Mikroalga (Phytoplankton)

Tanaman pertama yang muncul di bumi adalah mikroalga dan sampai sekarang
mikroalga masih memenuhi habitat perairan di bumi. Perairan yang paling banyak
diisi oleh mikroalga adalah lautan, terutama laut dangkal karena adanya cahaya.
Di laut dangkal, mikroalga menjadi salah satu produsen penting bagi kehidupan
laut. Contoh dari mikroalga adalah Chlorella, Crypthecodinium Cohnii dan
Spirulina.

14
Gambar 3.1. Crypthecodinium Cohnii
Sumber : www.lamolina.net

3.1.2. Makroalga (Seaweed)


Makroalga, atau yang biasa disebut rumput laut, adalah organisme kingdom
protista yang mirip tumbuhan. Lebih khusus lagi, makroalga adalah alga jenis
rhodophyta (alga merah) dan phaeophyta (alga coklat). Tumbuhan ini merupakan
jenis tumbuhan yang tidak berpembuluh. Artinya, mereka tidak punya akar,
batang, daun, ataupun bunga, walaupun mereka memiliki bentuk yang hampir
serupa dengan tanaman berpembuluh.
Berikut ini adalah bagian-bagian tubuh pada makroalga:

Blade – Struktur seperti daun yang digunakan untuk menangkap energi


cahaya matahari tempat fotosintesis terjad
Stipe – Struktur seperti batang
Float – Saluran berisi air yang terletak di pangkal blade yang berfungsi
untuk menjaga blade tetap menghadap ke permukaan air agar bisa
menangkap energi cahaya matahari dengan baik
Holdfast – Tidak seperti akar, holdfast tidak menyuplai air dan nutrisi ke
bagian tubuh tumbuhan lain. Holdfast hanya berfungsi untuk menjaga
makroalga tetap di tempatnya sehingga tidak terhempas oleh ombak.

15
Gambar 3.2. Anatomi Makroalga
Sumber : www.mbgnet.net

Beberapa spesies dari makroalga adalah Asparagopsis sp, Alaria esculenta,


Ascophyllum nodosum, Fucus serratus, Fucus spiralis, Fucus vesiculosus
Laminaria saccharina, Laminaria hyperborean, Laminaria digitata, Laminaria
ochroleuca, Macrocystis pyrifera, Ulva compressa, dan Ulva rigida. Sebagian
besar dari makroalga adalah alga merah dan alga coklat.

Gambar 3.3. Asparogospsis sp.


Sumber : reefkeeping.com

3.1.3. Tumbuhan Berbunga (Seagrass)


Tumbuhan berbunga di ekosistem laut dangkal tidak begitu banyak
diketahui oleh orang-orang, karena mereka mengira semua tumbuhan di dasar laut
adaalah sejenis makroalga (seaweed). Tumbuhan ini sama dengan tumbuhan
tingkat tinggi lainnya, yaitu mempunyai akar, batang, dan daun sejati. Tumbuhan
berbunga di ekosistem laut dangkal adalah jenis tumbuhan yang sangat unik

16
karena sudah bisa beradaptasi penuh dengan kondisi perairan laut yang basah,
berarus dan berair asin. Bahkan, keberadaan tumbuhan tingkat tinggi ini telah
memberikan perubahan fisik, kimiawi dan biologis di ekosistem laut dangkal
karena perannya yang amat penting.
Tumbuhan ini memiliki beberapa peran bagi kehidupan laut, bukan hanya
laut dangkal, tapi juga laut dalam. Berikut ini adalah beberapa peran dari
tumbuhan berbunga :
 Menyediakan sumber karbon bagi makhluk laut lainnya, bukan hanya
yang ada di laut dangkal, tapi juga yang ada di laut dalam.
 Menjaga keseimbangan jaring-jaring makanan di ekosistem laut
dangkal
 Memberikan tempat berlindung bagi hewan laut lain dan menjadi
tempat perawatan anak-anak ikan.
 Memerangkap nutrisi dan mineral yang ada di laut sehingga bisa
digunakan oleh organisme laut lainnya, seperti detritivor dan
decomposer

Gambar 3.4. a. Kuda laut di hamparan Cymodocea nodosa. b. Sekumpulan ikan zebra di
hamparan Posidonia australis. c. Sekumpulan manatee sedang memakan hamparan Thalassia
testudinum. d. Penyu hijau sedang memakan hamparan T. testudinum
Sumber : feww.files.wordpress.com

17
3.2. Konsumen Ekosistem Laut Dangkal

3.2.1. Porifera
Porifera, yang berarti “pembawa pori”, adalah hewan multiseluler berpori
yang amat sederhana karena sel-sel tubuhnya belum terspesialisasi dengan
sempurna. Hewan ini hidup dengan menempelkan dirinya ke dasar laut yang keras
dimana ia bisa mendapatkan cukup makanan. Porifera hidup dengan mengalirkan
air laut melalui pori-pori tubuhnya. Saat air laut melalui tubuhnya, makanan dan
oksigen yang terkandung di dalam air laut akan diambil oleh sel-sel tubuhnya. Sel
porifera yang khusus untuk menangkap zat makanan di air laut disebut dengan
koanosit.

3.2.2. Cnidaria
Cnidaria adalah hewan multiseluler yang termasuk paling sederhana.
Bentuknya seperti bunga dan memiliki tubuh simetri radial, maksudnya, ia akan
simetris bila dipotong dari arah radial manapun. Walaupun terlihat sederhana,
hewan cnidaria memiliki mulut dan sistem pencernaan gastrovaskuler di pusat
tubuh mereka. Semua hewan cnidaria memiliki tentakel bersengat yang digunakan
untuk menangkap mangsa. Sengat tersebut disebut juga nematokist yang
mengandung racun yang dapat melumpuhkan mangsa yang terkena sengatnya.
Cnidaria memiliki 2 macam bentuk, yaitu polip dan medusa. Polip adalah
bentuk dari hewan karang dan anemon. Dicirikan oleh mulut dan tentakelnya yang
menghadap ke atas dan cara hidupnya yang menyerupai hewan perifiton.
Sedangkan medusa adalah bentukan yang bisa bergerak bebas, sepeti halnya ubur-
ubur dan memiliki mulut serta tentakel yang menghadap ke bawah. Hewan ini
bisa memiliki kedua bentukan polip dan medusa atau hanya polip saja. Spesies
dari jenis ini misalnya aurelia aurita, hydra, anemon, dll.

18
The two different forms of a Cnidarian body

Gambar 3.5. Dua bentuk cnidaria


Sumber : www.mbgnet.net

3.2.3. Moluska
Moluska adalah sejenis hewan yang bertubuh lunak. Karena tubuhnya yang
lunak ini, kebanyakan moluska memiliki cangkang yang disekresikan oleh lapisan
mantel. Banyak moluska memiliki lidah parut yang disebut dengan radula untuk
memarut makanannya. Secara umum, moluska memiliki 3 bagian tubuh :
1. Bagian kepala yang berisi pusat syaraf dan organ perasa
2. Massa visceral yang berisi organ internal
3. Bagian kaki yang berotot

Berikut ini adalah jenis-jenis dari moluska :


 Gastropoda
Gastropoda adalah moluska yang bergerak dengan menggunakan perutnya.
Kelompok ini memenuhi 70% dari keseluruhan spesies gastropoda. Beberapa
spesiesnya adalah
 Polyplacophora
Polyplacophora adalah kelas moluska yang memiliki cangkang dengan
delapan lempengan. Contoh dari polyplachopora adalah chiton. Chiton
merupakan hewan bentos yang memakan alga dengan radula dan gigi-giginya
yang kuat.
 Bivalvia
Bivalvia adalah kelas moluska yang memiliki cangkang 2 tangkup.
Kebanyakan dari mereka tidak memiliki radula karena mereka makan dengan

19
cara menyaring air melalui insang mereka untuk mendapatkan zat organik.
Beberapa spesies dari bivalvia adalah
 Cephalopoda
Chepalopoda adalah kelas moluska yang memiliki kaki yang menempel di
kepalanya, karena itulah disebut cephalopoda.Sama seperti moluska lainnya,
cephalopoda memiliki mantel, radula, rongga mantel dan saluran cerna yang
belum sempurna. Berbeda dengan moluska lain, mereka adalah hewan
karnivora yang memakan ikan, udang, kepiting atau cephalopoda lainnya.
Perbedaan lain cephalopoda dibandingkan moluska lainnya adalah absennya
cangkang luar pada hampir semua cephalopoda (hanya 1 spesies yang
memiliki cangkang luar, yaitu nautilus). Tetapi, mereka memiliki cangkang
dalam sebagai penggantinya. Contoh cephalopoda adalah gurita (loligo) dan
cumi-cumi (sepia).

3.2.4. Crustacea
Crustacea adalah hewan yang memiliki eksoskeleton. Kebanyakan dari
mereka adalah hewan akuatik, bernapas dengan insang dan hidup di laut.
Crustacea memiliki 2 pasang antena untuk merasa dan mencium. Mereka juga
memiliki tubuh yang bersegmen dan banyak dari mereka yang memiliki capit
untuk menangkap makanan. Ada beberapa jenis crustacean yang amat kecil
sehingga digolongkan sebagai zooplankton. Berikut ini adalah beberapa jenis
crustacean :

Lobster
Semua lobster tinggal di air. Namun, mereka tidak berenang, melainkan
berjalan di dasar lautan. Mereka aktif di malam hari dan merupakan salah satu
karnivora ekosistem laut dangkal.

Gambar 3.6 Lobster

Sumber : www.mbgnet.net

20
Kepiting
Kepiting memiliki 8 kaki jalan dan 2 kaki capit.
Mereka juga termasuk hewan bentos dan
karnovora ekosistem laut.

Gambar 3.7 Kepiting


Sumber :
www.mbgnet.net

Udang
Udang memiliki kaki untuk berjalan maupun
berenang. Mereka memiliki 6 “tangan” untuk
membantu mereka memakan tumbuhan.
Eksoskeleton mereka tembus cahaya.
Gambar 3.8 Udang
Sumber : www.mbgnet.net

3.2.5. Chordata

3.2.5.1. Chordata Laut Dangkal Temperata


Berikut ini adalah beberapa chordata laut dangkal temperata :
 Ikan Hiu Berjemur
Ikan hiu ini adalah ikan terbesar kedua di lautan. Panjangnya bisa mencapai
10,4 m. Bentuk tubuhnya sama dengan hiu lainnya, namun bentuk celah
insangnya agak jauh lebih besar. Anehnya, ikan hiu ini memakan planton,
tidak seperti ikan hiu lainnya. Cara makannya pun sama dengan paus biru,
yaitu membuka mulutnya lebar-lebar agar air bisa masuk dalam jumlah besar
kemudian ia menangkap suspensi plankton yang ada di dalam air tersebut.
Sesuai namanya, ikan hiu berjemur suka berenang pelan di permukaan air.

21
Gambar 3.9. Ikan Hiu Berjemur
Sumber : www.mbgnet.net

 Penguin Raja
Penguin Raja adalah spesies penguin terbesar dalam keluarga penguin.
Penguin ini tak pernah berada di daratan, melainkan membentuk koloni di atas
es di lautan antartika. Makanan penguin ini adalah ikan dan predator penguin
ini adalah ikan hiu.

Gambar 3.10 Penguin Raja


Sumber : www.mbgnet.net

3.2.5.2. Chordata Laut Dangkal Tropis


Berikut ini adalah beberapa chordata laut dangkal tropis :
 Ikan Marlin Biru
Ikan ini adalah ikan yang sangat besar dengan berat minimal rata-rata 180 Kg.
Ikan ini memiliki mulut panjang dan bundar yang digunakan untuk
melumpuhkan mangsa. Mereka merupakan salah satu perenang paling cepat di
lautan. Karena, mereka memiliki tubuh hidrodinamis yang sempurna dan ekor
sabit yang memberikan pergerakan sempurna. Mereka adalah hewan yang

22
melakukan migrasi musiman, pergi ke daerah ekuator saat musim dingin dan
kembali lagi saat musim panas.

Gambar 3.11 Ikan Marlin Biru


Sumber : www.mbgnet.net

 Ikan Badut
Ikan ini adalah ikan yang berukuran kecil dengan panjang kira-kira sekitar 6 cm. Ikan
ini disebut ikan badut karena corak-corak pada tubuhnya sangat unik menyerupai
badut. Ikan ini tinggal diantara tentakel koloni anemon tanpa harus takut tersengat.
Hal ini dikarenakan tubuh ikan badut terlindngi oleh suatu lapisan yang
melindunginya dari sengatan.

Gambar 3.12 Ikan Badut


Sumber Gambar : www.mbgnet.net

23
BAB IV

PERMASALAHAN EKOSISTEM LAUT

Ekosistem air laut memiliki luas lebih dari 2/3 permukaan bumi ( + 70
% ). Ekosistem laut memiliki kadar mineral yang tinggi, ion terbanyak ialah
Cl`(55%), namun kadar garam di laut bervariasi, ada yang tinggi (seperti di daerah
tropika) dan ada yang rendah (di laut beriklim dingin). Seiring dengan
perkembangan zaman dan perubahan iklim, laut menemui masalah-masalah dalam
ekosistemnya. Ekosistem laut semakin lama menemui situasi yang
memperihatinkan.

Permasalahan ekosistem laut yang ditemui terdiri dari: hilangnya


ekosistem terumbu karang dan pencemaran laut.

1. Hilangnya Ekosistem Terumbu Karang

Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem di dasar laut tropis yang


dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis-jenis
karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar
lainnya seperti jenis-jenis moluska, krustasea, ekhinodermata, polikhaeta,

24
porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan
sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton.
Veron (1995) dan Wallace (1998) mengemukakan bahwa ekosistem
terumbu karang adalah unik karena umumnya hanya terdapat di perairan tropis,
sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas,
cahaya, sedimentasi, dan arus dan gelombang.

1.1 Suhu

Perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda


perairan tropis ditahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral
bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Suharsono
(1999) mencatat selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan
air di perairan Indonesia adalah 2-3 oC di atas suhu normal. Perkiraan di atas
didasarkan pada suatu penelitian yang menyebutkan bahwa perubahan suhu alami,
baik yang ekstrim (maksimum dan minimum) maupun secara mendadak, di
bawah atau di atas suhu optimumnya dapat mengurangi pertumbuhan karang
bahkan mematikannya.

1.2 Salinitas

Perubahan pada salinitas juga akan mempengaruhi terumbu karang. Hal ini
sesuai dengan penjelasan McCook (1999) bahwa curah hujan yang tinggi dan
aliran material permukaan dari daratan (mainland run off) dapat membunuh
terumbu karang melalui peningkatan sedimen dan terjadinya penurunan salinitas
air laut. Efek selanjutnya adalah kelebihan zat hara (nutrient overload)
berkontribusi terhadap degradasi terumbu karang melalui peningkatan
pertumbuhan makroalga yang melimpah (overgrowth) terhadap karang.

1.3 Cahaya

25
Bertambahnya volume dan meningkatnya tinggi permukaan air laut akan
memengaruhi kedalaman penetrasi cahaya matahari menjadi semakin berkurang.
Cahaya diperlukan oleh alga simbiotik zooxanthallae dalam proses fotosintesis
guna memenuhi kebutuhan oksigen terumbu karang. Dengan berkurangnya
kedalaman penetrasi cahaya, maka laju fotosintesis akan menurun dan
kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat pembentuk terumbu
akan menurun pula. Sehingga ekosistem terumbu karang (pada kedalaman 10
meter atau lebih) akan mengalami penurunan produktifitas dengan cepat dan dapat
menyebabkan kematian.

1.4 Sedimentasi

Gelombang pasang ataupun tsunami yang diakibatkan oleh pemanasan


global tentu akan mengakibatkan terangkutnya sedimen dari lautan ke daratan.
Peristiwa ini nampaknya membawa sedikit keuntungan bagi terumbu karang yang
masih mampu bertahan hidup setelah diterpa oleh gelombang dahsyat tersebut.
Namun hal tersebut tak akan berlangsung lama sebab gelombang gelombang
pasang tersebut dalam beberapa waktu kemudian akan kembali ditarik ke laut.
Kekuatan gelombang yang dahsyat tersebut akan membawa berbagai macam
materi dari daratan bersamanya. Sehingga pada saat kembali ke laut, sebagian
materi-materi dari daratan tersebut ada yang terhenti di daerah pesisir dan lautan
dangkal, yang kemudian meningkatkan jumlah sedimen di daerah tersebut.Jumlah
sedimen yang sangat banyak tersebut akan mengakibatkan tertutupnya polip
karang yang masih hidup sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis ataupun
menghasilkan kalsium karbonat sebagai pembentuk terumbu. Dalam jangka waktu
tertentu, ekosistem terumbu karang di daerah tersebut pun akan segera musnah.

1.5 Arus dan Gelombang

Pada dasarnya pertumbuhan terumbu karang yang berada di daerah berarus


akan lebih baik apabila dibandingkan dengan pertumbuhan terumbu karang yang
hidup di perairan tenang. Ini disebabkan selain gelombang air laut dapat

26
memberikan pasokan oksigen yang banyak, gelombang juga membawa plankton
yang baru untuk koloni karang, serta dapat menghalangi pengendapan pada koloni
karang. Namun apabila pemanasan global terus berlanjut, keadaan yang
menguntungkan tersebut akan berbalik 180 derajat menjadi kerugian yang sangat
besar bagi ekosistem terumbu karang. Sebab dengan bertambahnya volume lautan,
akan mengakibatkan air laut meluap sehingga terjadilah gelombang pasang yang
sangat dahsyat. Selain itu potensi untuk terjadinya badai akan semakin meningkat.
Badai berkekuatan tinggi ditambah dengan faktor lainnya yang dapat timbul
akibat pemanasan global (semisal pergeseran lempeng bumi) akan mengakibatkan
terjadinya tsunami dengan kekuatan penghancur yang tak dapat dibayangkan.
Munculnya gelombang pasang maupun tsunami akan merusak kondisi fisik
terumbu karang, bahkan bukan tidak mungkin terumbu karang tersebut akan
hancur dan ikut terseret gelombang. Dengan adanya peristiwa tersebut, sudah
tentu ekosistem terumbu karang akan semakin berkurang bahkan musnah.

2. Pencemaran Laut

Pada mulanya orang berfikir bahwa dengan melihat luasnya lautan, maka
semua hasil
buangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktifitas manusia di
daratan seluruhnya dapat di tampung oleh lautan tanpa membuat suatu akibat yang
membahayakan. Bahan pencemar yang masuk ke dalam lautan akan diencerkan
dan kekuatan mencemarnya secara perlahan-lahan akan diperlemah sehingga
membuat mereka menjadi tidak berbahaya. Dengan makin cepatnya pertumbuhan
penduduk dunia dan makin meningkatnya lingkungan industri mengakibatkan
makin banyak bahan-bahan yang bersifat racun yang dibuang ke laut dalam
jumlah yang sulit untuk dapat dikontrol secara tepat. Pencemaran laut merupakan
suatu ancaman yang benar-benar harus ditangani secara sungguh-sungguh.
Banyak kecelakaan dilautan yang menyebabkan tercecernya bahan-bahan yang
bersifat racun dalam jumlah yang sangat besar.
Berikut ini adalah beberapa fakta terhadap pencemaran laut:

27
o Pencemaran laut di dunia menyebabkan kerusakan pada lingkungan
dan kehidupan bawah laut.
o Pada tahun 2008, para penyelam mengangkat 219.528 lbs (99.57 ton)
sampah dan benda-benda bekas dari 1.000 mil luas laut - rata-rata 1
penyelam mengangkat 25 ton sampah dan benda-benda bekas.
o Hampir 80% pencemaran laut disebabkan oleh plastik. Di beberapa
daerah di samudra, perbandingan untuk plastik dan plankton adalah 6:1
(6 banding 1).
o Diperkirakan 46.000 potong sampah plastik mengapung di setiap 1 mil
dari samudra – 70% dari sampah plastik itu di perkirakan akhirnya
akan tenggelam.
o Plastik tidak mudah untuk di uraikan. Saat sampah plastik masuk ke
laut, dibutuhkan bertahun-tahun untuk di uraikan – terurai secara
perlahan menjadi potongan kecil yang akhirnya menjadi debu plastik.
o Telah dilaporkan ada lebih dari 260 jenis hewan laut di seluruh dunia
yang terjerat dan memakan sisa-sisa tali pancing, jala dan sampah-
sampah laut lainnya.
o Diperkirakan 100.000 mamalia laut termasuk lumba-lumba, paus,
anjing laut, dan penyu laut terancam dengan banyaknya sampah dan
benda-benda bekas yang masuk ke laut tiap tahunnya. Dan 86% dari
populasi penyu laut terkena dampak buruk dari pencemaran laut.
o Lebih dari 1 juta populasi burung laut mati karena pencemaran laut
setiap tahunnya.

Beberapa masalah pencemaran di laut yaitu:

1. Pencemaran minyak
Saat ini industri minyak dunia telah berkembang pesat, sehingga
kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan tercecernya minyak dilautan hampir
tidak bisa dielakkan. Kapal tanker mengangkut minyak mentah dalam jumlah
besar tiap tahun. Apabila terjadi pencemaran minyak dilautan, ini akan

28
mengakibatkan minyak mengapung diatas permukaan laut yang akhirnya terbawa
arus dan terbawa ke pantai. Contoh kecelakaan kapal :
• Torrey canyon dilepas pantai Inggris 1967 -> 100.000 burung
mati
• Showa maru di selat Malaka pada tahun 1975
• Amoco Cadiz di lepas pantai Perancis 1978

Pencemaran minyak mempunyai pengaruh luas terhadap hewan dan


tumbuh-tumbuhan yang hidup disuatu daerah. Minyak yang mengapung
berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka berenang diatas permukaan air.
Tubuh burung akan tertutup minyak sehingga untuk membersihkannya, mereka
menjilatinya. Akibatnya mereka banyak minum minyak dan mencemari diri
sendiri. Selain itu, mangrove dan daerah air payau juga rusak. Mikroorganisme
yang terkena pencemaran akan segera menghancurkan ikatan organik minyak,
sehingga banyak daerah pantai yang terkena ceceran minyak secara berat telah
bersih kembali hanya dalam waktu 1 atau 2 tahun.

2. Pencemaran logam berat


Logam-logam berat yang masuk kedalam tubuh hewan umumnya tidak
dikeluarkan lagi dari tubuh mereka. Karena itu logam-logam cenderung untuk
menumpuk di dalam tubuhnya. Sebagi akibatnya logam-logam tersebut akan terus
berada di sepanjang rantai makan. Hal ini disebabkan oleh karena predator pada
satu trofik level makan mangsa mereka dari trofik yang lebih rendah yang telah
tercemar (ikan dimakan oleh manusia). Disini terlihat bahwa kandungan
konsentrasi logam berat terdapat lebih tinggi pada tubuh hewan yang letaknya
lebih tinggi didalam tropik level. Jadi predator tingkat tinggi (dengan umur lebih
panjang) lebih banyak menumpuk logam berat. Contoh pencemaran logam berat :
- “Minamata Disease” (di Jepang) yang disebabkan oleh Hg (merkuri).
Menyebabkan kelemahan otot, kehilangan penglihatan, ketidakseimbangan fungsi
otot dan kelumpuhan. Selain itu juga meracuni janin dan merusak sistem syaraf
pusat.
- “Itai-itai Disease” yang disebabkan oleh logam Cd. Menyebabkan nyeri/ngilu

29
pada tulang, mempengaruhi kehamilan, lactasi, ketidakseimbangan internal
sekresi, penuaan, dan kekurangan kalsium.

Pengaruh Logam Berat Terhadap Ekosistem Laut:


• Logam berat yang dilimpahkan ke perairan, baik sungai ataupun laut akan
mengalami proses-proses seperti pengendapan, adsorpsi dan absorpsi oleh
organisme-organisme perairan.
• Prosi (1979) menyatakan bahwa pemindahan logam berat kedalam organisme
dapat dipengaruhi pula oleh kebiasaan organisme dalam cara memakan
makanannya (feeding habit), yaitu sebagai berikut:
- Phytophagus (misal : Gastropoda, Crustacea)
- Filter feeding (misal : Zooplankton, barnacle, dan bivalva)
- Sediment feeding (misal: Polychaeta dan oligochaeta)
- Detritus feeding (misal : gastropoda, isopoda, dan amphipoda)
- Carnivorous (misal : Zooplakton, Polychaeta, gastropoda, Crustacea,
larva serangga air tawar dan ikan).

Pengaruh logam berat terhadap organisme-organisme tersebut atas dasar


daya racunnya dibagi menjadi 2 yaitu :
- Bersifat lethal atau mematikan -> LC50 (median lethal concentration)
- Bersifat sublethal. Pengaruh sublethal dapat menghambat pertumbuhan,
perkembangan dan reproduksi; menyebabkan terjadinya perubahan morfologi;
merubah tingkah laku organisme.

3. Sampah
Sampah yang mengandung kotoran minyak juga dibuang kelaut melalui
sistem daerah aliran sungai (DAS). Sampah-sampah ini kemungkinan
mengandung logam berat dengan konsentrasi yang tinggi. Tetapi umumnya
mereka kaya akan bahan-bahan organik, sehingga akan memperkaya kandungan
zat-zat makanan pada suatu daerah yang tercemar yang membuat kondisi
lingkungan menjadi lebih baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Aktifitas
pernafasan dari organisme ini membuat makin menipisnya kandungan oksigen

30
khususnya pada daerah estuarin. Hal tersebut akan berpengaruh besar pada
kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup disitu. Pada keadaan yang
paling ekstrim, jumlah spesies yang ada didaerah itu akan berkurang secara drastis
dan dapat mengakibatkan bagian dasar dari estuarin kehabisan oksigen. Sehingga
mikrofauna yang dapat hidup hanya dari golongan cacing. Jenis-jenis sampah
kebanyakan termasuk golongan yang mudah hancur dengan cepat, sehingga
pencemaran yang disebabkannya tidak merupakan suatu masalah besar diperairan
terbuka.

4. Pestisida

Kerusakan yang disebabkan oleh pestisida adalah bersifat akumulatif.


Mereka sengaja ditebarkan ke dalam suatu lingkungan dengan tujuan untuk
mengontrol hama tanaman atau organisme-organisme lain yang tidak diingini.
Beberapa pestisida yang dipakai kebanyakan berasal dari suatu grup bahan kimia
yang disebut Organochloride, misalnya DDT. Pestisida jenis ini termasuk
golongan yang mempunyai ikatan molekul yang sangat kuat dimana molekul-
molekul ini kemungkinan dapat bertahan di alam sampai beberapa tahun sejak
mereka mulai dipergunakan. Hal itu sangat berbahaya karena dengan
digunakannya golongan ini secara terus menerus akan membuat mereka
menumpuk di lingkungan dan akhirnya mencapai suatu tingkatan yang tidak dapat
ditolerir lagi dan berbahaya bagi organisme hidup didaerah tersebut. Beberapa
organisme air termasuk ikan dan udang ternyata menumpuk bahan kimia didalam
jaringan tubuhnya.

5. Limbah industri dan domestik

Limbah adalah limbah cair yang berasal dari masyarakat urban, termasuk
di dalamnya limbah kota (municipal) dan aktivitas industri, yang masuk ke sistem
saluran pembuangan kota. Pada umumnya limbah domestik mengandung sampah
padat (berupa tinja, dan cair yang berasal dari rumah tangga). Berdasarkan sifat

31
fisik, kimia air limbah, tingkah lakunya diperairan dan pengaruhnya terhadap
organisme, jenis limbah industri ada 5 :
1.Bahan-bahan organik terlarut: bahan
beracun,tahan urai dan biodegradabel
2.Bahan -bahan anorganik : unsur-unsur hara
3.Bahanorganik tidak larut: minyak
4.Bahan-bahan anorganik yang tidak larut. Contohnya logam berat.
5.Bahan-bahan radioaktif.

Daftar Pustaka

http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-
Pendamping/Praweda/Biologi/0144%20Bio%203-5e.htm, diakses tanggal
6 Maret, pukul 20.35
http://damandiri.or.id/ diakses tanggal 6 Maret, pukul 20.04
http://www.mbgnet.net/salt/sandy/indexfr.htm, diakses tanggal 7 Maret,
pukul 14.05
http://repository.ui.ac.id/, diakses tanggal 6 Maret, pukul 20.25
http://www.sciencelearn.org./contexts/life_in_the_sea/nz_research/bryozo
ans_and_ocean_acidification, diakses tanggal 6 Maret, pukul 21.12
http://www.scribd.com/doc/24004638/PENGARUH-NEGATIF-
PEMANASAN-GLOBAL-BAGI-KELANGSUNGAN-HIDUP-
EKOSISTEM-TERUMBU-KARANG, diakses tanggal 6 Maret, pukul
21.36

32
33

You might also like