You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGEMASAN,

PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN

DESAIN KEMASAN PANGAN

KELOMPOK B-4
1. STEVANY KOE 6103008011
2. PRIYA D 6103008040
3. IVANA HALINGKAR 6103008103
4. DOBBY T 6103008123

TANGGAL: 28 OKTOBER 2010

ASISTEN: Ir. THOMAS INDARTO PUTUT SUSENO, MP.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
SURABAYA
2010
I. Tujuan Instruksional Umum:.
à Memahami tentang desain kemasan pangan dan mampu mengaplikasikan.

II. Tujuan Instruksional Khusus:


- Mengetahui fungsi desain kemasan pangan untuk penyimpanan,
pengangkutan, dan pemajangan.
- Mengetahui pengaruh desain kemasan pangan terhadap penerimaan
konsumen.

III. Dasar Teori


Kemasan adalah suatu tempat atau wadah yang digunakan untuk
menampung dan merapikan produk, sehingga produk tersebut dapat disimpan dan
didistribusikan dengan mudah. Adanya pengemasan akan dapat mencegah dan
mengurangi kerusakan bahan pangan, melindungi bahan pangan yang ada
didalamnya dan melindungi dari bahaya pencemaran dan perlindungan fisik
terhadap produk yang dikemas, misal gesekan, benturan, dan getaran (Susanto dan
Sucipta, 1994).
Menurut Cenadi (2000), kemasan meliputi tiga hal yaitu merek, kemasan itu
sendiri dan label. Tiga tujuan digunakannya kemasan adalah sebagai berikut :
- Kemasan memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan. Kemasan melindungi
produk dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen. Produk-produk yang
dikemas biasanya lebih bersih, menarik dan tahan terhadap kerusakan yang
disebabkan oleh cuaca.
- Kemasan dapat melaksanakan program pemasaran. Melalui kemasan
identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya mencegah
pertukaran oleh produk pesaing.
- Kemasan merupakan suatu cara untuk meningkatkan laba perusahaan. Oleh
karena itu perusahaan harus membuat kemasan semenarik mungkin. Dengan
kemasan yang sangat menarik diharapkan dapat memikat dan menarik
perhatian konsumen. Selain itu, kemasan juga dapat mangurangi kemungkinan
kerusakan barang dan kemudahan dalam pengiriman.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam desain kemasan (Cenadi,
2000) yaitu sebagai berikut :
- Faktor pengamanan
Kemasan harus melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapat
menjadi penyebab timbulnya kerusakan barang, seperti cuaca, sinar matahari,
jatuh, tumpukan, kuman, serangga dan lain-lain.
- Faktor ekonomi
Perhitungan biaya produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan, sehingga
biaya tidak melebihi proporsi manfaatnya.
- Faktor pendistribusian
Kemasan harus mudah didistribusikan dari pabrik ke distributor atau pengecer
sampai ke tangan konsumen. Pada pendistribusian harus diperhatikan
kemudahan penyimpanan dan pemajangan, serta perancangan bentuk dan
ukuran kemasan sedemikian rupa sehingga tidak sampai menyulitkan peletakan
di rak atau tempat pemajangan.
- Faktor komunikasi
Sebagai media komunikasi, kemasan menerangkan dan mencerminkan produk,
citra merek, dan juga bagian dari produksi dengan pertimbangan mudah dilihat,
dipahami dan diingat.
- Faktor ergonomi
Pertimbangan agar kemasan mudah dibawa atau dipegang, dibuka dan mudah
diambil sangatlah penting. Pertimbangan ini selain mempengaruhi bentuk dari
kemasan itu sendiri juga mempengaruhi kenyamanan pemakai produk atau
konsumen.
- Faktor estetika
Keindahan pada kemasan merupakan daya tarik visual yang mencakup
pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek atau logo, ilustrasi, huruf, tata
letak atau layout, dan maskot. Tujuannya adalah untuk mencapai mutu daya
tarik visual secara optimal.
- Faktor identitas
Secara keseluruhan kemasan harus berbeda dengan kemasan lain, memiliki
identitas produk agar mudah dikenali dan dibedakan dengan produk-produk
yang lain.
- Faktor promosi
Kemasan mempunyai peranan penting dalam bidang promosi, dalam hal ini
kemasan berfungsi sebagai silent sales person. Peningkatan kemasan dapat
efektif untuk menarik perhatian konsumen-konsumen baru.
- Faktor lingkungan
Masalah lingkungan tidak dapat terlepas dari pantauan kita. Trend dalam
masyarakat kita akhir-akhir ini adalah kekhawatiran mengenai polusi, salah
satunya pembuangan sampah. Salah satunya yang pernah menjadi topik hangat
adalah styrofoam yang tidak bisa didaur ulang.
Menurut Buckle, et al, (1987), semua bahan pangan mudah rusak.
Kerusakan yang terjadi sering diakibatkan karena pengaruh dari luar. Kemasan
digunakan untuk membatasi antara lingkungan dalam dengan keadaan sekitarnya
untuk menunda kerusakan dalam jangka waktu yang diinginkan. Setiap bahan
kemasan mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam mempertahankan
kualitas bahan pangan selama penyimpanan. Selain perlu memperhatikan
pemilihan bahan pengemas. Cara pengemasan juga perlu diperhatikan supaya
produk yang dikemas dapat tetap baik mutunya. Pengemasan bahan pangan harus
memperlihatkan lima fungsi utama, yaitu :
 Harus dapat mempertahankan produk agar bersih dan memberikan
perlindungan terhadap kotoran dan pencemaran lainnya.
 Harus memberi perlindungan pada bahan pangan terhadap kerusakan fisik,
air, oksigen, dan sinar.
 Harus berfungsi secara benar, efisien, dan ekonomis dalam proses
pengepakan. Hal ini berarti bahan pengemas harus sudah dirancang untuk
siap pakai pada mesin-mesin yang ada.
 Harus mempunyai suatu tingkat kemudahan untuk dibentuk menurut
rancangan, dimana bukan hanya memberikan kemudahan pada konsumen
(dalam membuka atau menutup kembali kemasan), tetapi juga harus
mempermudah pada tahap selanjutnya selama pengelolaan di gudang dan
selama pengangkutan untuk distribusi.
 Harus memberi pengenalan, keterangan, dan daya tarik penjualan.

Bahan pengemas yang digunakan untuk mengemas bahan pangan harus


dipilih berdasarkan sifat bahan pangan yang akan dikemas. Menurut Madja
(2009), terdapat tiga kategori sifat bahan pangan yang menentukan pemilihan
bahan pengemas yaitu sebagai berikut :
- Derajat keasaman (pH)
Bahan pangan ada yang bersifat asam, netral, maupun basa. Bahan pangan
yang bersifat asam tidak boleh menggunakan bahan pengemas yang terbuat
dari logam. Sedangkan bahan pangan yang bersifat netral dapat menggunakan
berbagai macam bahan pengemas.
- Suhu pengemasan dan penyimpanan bahan pangan
Beberapa bahan pangan dapat dikemas atau disimpan dengan suhu tinggi
(lebih dari 60ºC), suhu kamar, maupun suhu rendah. Bahan pangan yang
dikemas atau disimpan dengan suhu tinggi akan meningkatkan migrasi
senyawa toksik seperti formaldehid dari kemasan, sehingga sebaiknya
menggunakan kemasan yang tahan terhadap suhu tinggi.
- Senyawa yang mendominasi bahan pangan (protein, lemak, karbohidrat,
garam, dan sebagainya)
Pemilihan bahan pengemas disesuaikan dengan senyawa yang mendominasi
pada bahan pangan tersebut sehingga diminimalisasikan adanya migrasi dari
senyawa yang ada pada bahan pengemas ke bahan pangan yang dikemas.
Sebagai contoh, bahan pangan yang memiliki kadar garam tinggi sebaiknya
tidak menggunakan bahan pengemas yang berasal dari logam, hal ini
dikarenakan garam dapat mengkorosi kemasan logam tersebut.

Kemasan laminasi adalah jenis kemasan yang tersusun atas beberapa


lapisan, dimana penyatuan lapisan-lapisan ini dilakukan dengan penggunaan suatu
adhesive dan juga dengan pemanasan. Proses laminasi dilakukan karena tidak ada
suatu jenis polimer yang dapat memenuhi semua sifat kemasan yang diinginkan.
Terutama bagi keperluan pengemasan bahan pangan yang menghendaki
persyaratan yang bervariasi, dapat dikatakan tidak ada satu polimer yang ideal
secara universal. Lapisan-lapisan yang digunakan dapat berupa bahan plastik dan
juga bahan nonplastik seperti kertas, aluminium foil dan selulosa teregenerasi,
dimana setiap bahan pelapis umumnya lebih tipis dari 6 mikron. Bahan laminasi
plastik dapat pula diproduksi sebagai film komposit yang dihasilkan dengan
proses co-extrusion atau coating (Suyitno, 1990).
Aluminium foil merupakan lembaran aluminium dengan ketebalan kurang
dari 0,006 inch. Menurut Susanto dan Sucipta (1994), aluminium yang
dipergunakan sebagai bahan pengemas mempunyai beberapa kelebihan
diantaranya bobot relatif ringan, tahan terhadap korosi oleh udara atmosfer, tidak
menimbulkan noda dengan produk yang mengandung sulfur, dapat diubah
menjadi bentuk wadah yang lebih mudah. Disamping itu pengemas jenis ini juga
memiliki kelemahan, diantaranya aluminium dapat memucatkan warna beberapa
jenis bahan makanan, untuk sebagian besar produk-produk cair daya tahan lebih
pendek daripada tin plate.
Untuk produk-produk yang disimpan pada suhu rendah, aluminium foil
sangat cocok, sebab tidak akan menjadi rapuh pada suhu tersebut. Kekuatan dan
daya lenturnya akan semakin bertambah kalau suhunya diturunkan bahkan sampai
-320oF. Aluminium sangat mudah dibentuk dengan menggunakan laminasi
dengan sejumlah bahan lain. (Suyitno, 1990).

IV. Alat dan Bahan


Alat:
- Alat tulis

- Kamera
Bahan:
- Berbagai macam produk makanan bayi (kemasan laminasi dan karton)
V. Cara Kerja

Produk makanan bayi


VI. Data Pengamatan
(kemasan laminasi dan karton)

Gambar Kemasan
Pemberian ulasan mengenai Nama
kemasanProduk Parameter
tiap produk Ket
Bentuk
(desain kemasan, warna, tulisan, bentuk, gambar, ukuran)  Balok sehingga lebih mudah d
space yang lebih besar.
Pembandingan desain kemasan antar produk  Kemasan primer: laminasi da
karton.
Penentuan desain kemasan Cerelac
yang terbaik Desain Sudah baik karena ada gambar ba
(Kacang untuk bayi (sesuai sasaran), mena
Hijau dan kacang hijau/bubur kacang merah
Tulisan Sudah jelas dan mudah dibaca.
Beras Merah) Menarik atau “eye catching” (cer
Warna produknya (kacang hijau, kemasa
merah, kemasan berwarna merah
Jelas, ada petunjuk pembuatan, n
Informasi
petunjuk penyimpanan, tanggal k

Gambar Kemasan Nama Produk Parameter Kete


Bentuk  Mudah dalam penyimpanan ka
yang besar.
 Kemasan primer: laminasi
SUN
Desain Kurang menarik karena tidak ada
(Kacang
adalah bayi.
Hijau, Beras Tulisan Sudah jelas dan mudah dibaca.
Kurang menarik (terlalu pucat), te
Merah dan
Warna produk (kacang hijau, kemasan be
Pisang)
berwarna kuning dan beras merah
Kurang lengkap karena tidak ada
Informasi
keterangan yang lain ada.
VII. Pembahasan
Bubur bayi dikonsumsi oleh bayi, namun yang berperan dalam
pembelian produk adalah ibu. Oleh karena itu desain kemasan bubur bayi
harus menampilkan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh ibu mengenai
nilai nutrisi, petunjuk penggunaan dan penyimpanan, sasaran produk
(ditujukan untuk bayi berusia berapa bulan), dan informasi-informasi lainnya.
Selain itu kemasan bubur bayi harus dapat melindungi dan menjaga produk
agar tetap berkualitas selama penyimpanan.
Bubur bayi Nestle “Cerelac”
Kemasan bubur bayi Nestle tediri dari dua kemasan, yaitu kemasan
laminasi dengan aluminium foil sebagai kemasan primer dan karton sebagai
kemasan sekunder. Aluminium yang dipergunakan sebagai bahan pengemas
mempunyai beberapa kelebihan diantaranya bobot relatif ringan, tahan
terhadap korosi oleh udara atmosfer, tidak menimbulkan noda dengan produk
yang mengandung sulfur, dapat diubah menjadi bentuk wadah yang lebih
mudah (Susanto dan Sucipta, 1994). Aluminium foil berfungsi sebagai
penahan cahaya, air, gas dan kontaminan kimiawi atau biologis yang dapat
menyebabkan penurunan kualitas produk. Sedangkan kemasan karton
berfungsi untuk melindungi kemasan primer, mempermudah distribusi serta
pemajangan produk, dan memberikan kesan produk berkualitas kepada
konsumen.
Desain bubur bayi Nestle ”Cerelac” menarik karena menampilkan foto
produk, ada gambar maskot (beruang), dan menggunakan warna yang cerah.
Informasi yang ditampilkan pada kemasan bubur bayi Nestle ”Cerelac” sudah
lengkap, meliputi petunjuk pembuatan, nutrisi, sasaran produk tersebut,
petunjuk penyimpanan, tanggal kadaluarsa, dan informasi lain sehingga
memudahkan ibu untuk memilih produk.
Bubur bayi “SUN”
Kemasan bubur bayi “SUN” hanya terdiri dari kemasan laminasi
dengan aluminium foil sebagai kemasan primer. Desain kemasannya kurang
menarik karena warna yang digunakan tidak cerah dan tidak menggunakan
gambar, namun warna yang digunakan sudah dapat mencerminkan jenis
produk (bubur bayi) tersebut. Konsumen umumnya lebih tertarik pada
kemasan produk yang berwarna cerah dan bergambar daripada kemasan yang
polos. Oleh karena itu penggunaan gambar sangat berperan dalam
meningkatkan minat konsumen dan dapat berfungsi sebagai silent sales
person. Kemasan bubur bayi “SUN” yang tanpa gambar mengesankan bahwa
produk tersebut harganya lebih murah dibandingkan dengan bubur bayi Nestle
“Cerelac” yang menggunakan kemasan karton dan gambar yang kesannya
lebih berkelas. Informasi yang ditampilkan pada kemasan bubur bayi “SUN”
kurang lengkap karena tidak ada keterangan mengenai petunjuk penyimpanan.
VIII. Kesimpulan
IX. Daftar Pustaka

You might also like