You are on page 1of 57

Jurnal DIALOG

Kebijakan Publik
ISSN : 1979 - 3499 >> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik

Politik Bumi dan


Manajemen Bencana

Bencana Alam Dalam Perspektif Sosio-Kultural


Menuju Politik Bumi Yang Melestarikan
Lingkungan

Penanggulangan Bencana Dalam


Perspektif Perempuan Dan Anak

Manajemen Risiko Bencana Berbasis


Komunitas: Alternatif Dari Bawah

Bencana Dalam Perspektif Agama-


agama

Berkesadaran Global, Bertindak


Lokal

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana Departemen Komunikasi Dan Informatika


2008 i >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

Jurnal “DIALOG”
Kebijakan Publik

Politik Bumi dan


Manajemen Bencana

Tim Redaksi
Pengarah : Menteri Komunikasi dan Informatika
Penanggungjawab : Kepala Badan Informasi Publik
Pemimpin Umum : Prof. Dr. Musa Asy’arie
Pemimpin Redaksi : Drs. Bambang Wiswalujo, MPA
Redaktur Pelaksana : Drs. M. Abduh Sandiah
Anggota Dewan Redaksi : 1. Drs. Supomo, MM
2. Drs. Ismail Cawidu, M.Si
3. H. Agussalim Husein, SE
4. Drs. Syofyan Tanjung, M.Si
5. Dra. Fauziah
Koordinator Tenaga Ahli : Dr. Sugeng Bayu Wahyono
- Anggota : 1. Lambang Trijono, MA
2. Hairus Salim, M. Hum
3. Murti Kusuma Wirasti, M.Si
Sekretaris Redaksi : Hafida Riana, SH. M.Si
Sekretariat : 1. Sigit Gunwan, BA
2. Hasnelita
3. Lucy Tri Amintasari
Desain Grafis : Farida Dewi Maharani

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


iii >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

Daftar Isi
Salam Redaksi ........................................................................................................................................................................................................................ v
Daftar Isi vi

Bencana Alam Dalam Perspektif Sosio-Kultural


Menuju Politik Bumi Yang Melestarikan Lingkungan 1
a. Bencana Alam dan Eksploitasi Lingkungan ................................................................................ 1
b. Penanggulan Risiko Bencana Dalam Kebijakan Publik .............................................................. 3
c. Faktor Budaya yang Menentukan: Belajar dari Alam .................................................................. 6

Penanggulangan Bencana Dalam Perspektif Perempuan Dan Anak 11


a. Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (PBBM) ........................................................... 12
b. Penanggulangan Bencana dalam Perspektif Anak ...................................................................... 13
c. Perlindungan Hak Anak Dalam Situasi Darurat .......................................................................... 13
d. Kerentanan Anak (Berkait dengan Hak Perlindungan Anak) ...................................................... 14
e. Kebutuhan Khusus Anak (Berkaitan dengan hak hidup dan tumbuh kembang) ......................... 15
f. Peran Anak Dalam Penanggulangan Bencana (Berkait dengan Hak Partisipasi anak) ............... 15
g. Penanggulangan Bencana dalam Perspektif Perempuan ............................................................. 18
h. Peran dan Sumbangan Perempuan Dalam Masa Darurat Bencana .............................................. 19
i. Dapur Umum Sebagai Strategi Pemeliharaan Ketahanan Hidup Masyarakat Korban Bencana ... 19
j. Nasi Bungkus Sebagai Strategi Pengorganisasian Perempuan .................................................... 20
k. Pemberdayaan Perempuan dalam Upaya Pengurangan Resiko Bencana
dan Kesiapsiagaan Bencana ......................................................................................................... 21

Manajemen Risiko Bencana Berbasis Komunitas: Alternatif Dari Bawah 23


a. Seputar Bencana ........................................................................................................................... 24
b. Seputar Partisipasi Komunitas ..................................................................................................... 25
c. Seputar Proses .............................................................................................................................. 26
d. Seputar Strategi Penerapan .......................................................................................................... 29
e. Peran Penganggaran ..................................................................................................................... 30

Bencana Dalam Perspektif Agama-agama ....................................................................................................................... 31


a. Bencana dalam Takaran Teologis ................................................................................................. 32
b. Jenis-jenis Aliran Teologis dan Implikasi Etis terhadap Ekologi ................................................. 33
c. Kontribusi Teologi Agama-agam dalam Penanganan Ekologi .................................................... 35

Berkesadaran Global, Bertindak Lokal .............................................................................................................................. 39


a. Penanganan risiko bencana .......................................................................................................... 41
b. Studi Lapangan ............................................................................................................................ 43
c. Pandangan, sikap dan respon terhadap bencana .......................................................................... 44
d. Hikmah pembelajaran penanganan resiko bencana ..................................................................... 46
e. Harapan pada penanganan bencana ke depan ............................................................................... 48

<< iv Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

Menunggu Implementasi Kebijakan Penanganan Bencana


Dalam sepuluh tahun ter­ jelas. manusia. Kegiatan aktivitas manusia
akhir, bencana demi bencana Menyadari akan hal itu, pemerin- yang mengabaikan faktor menjaga
telah melanda wilayah Indo- tah kemudian membuat landasan hu- keseimbangan keserasian lingku­
nesia baik bencana alam, non- kum dengan lahirnya Undang Undang ngan merupakan faktor terbesar yang
alam, maupun bencana sosial. Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penang­ menyumbang kerusakan lingkungan.
Serentetan peristiwa seperti gulangan Bencana yang disusul ter- Demikian pula dari sudut pandangan
tsunami di Aceh, gempa bumi bitnya PP No. 8 Tahun 2007 Tentang agama, mencoba melihat masalah
di Yogyakarta, banjir di Jakar- Badan Nasional Penang­gulangan bencana bukan semata-mata takdir
ta dan sebagian wilayah Jawa Benacana; PP No.22 Tahun 2008 Tuhan, tetapi juga faktor manusia
Tengah dan Jawa Timur, tanah Tentang Pendanaan dan Pengelolaan yang kurang mengembangkan ke-
longsor di berbagai daerah, Bantuan Bencana; PP No. 23 Tahun sadaran bahwa kanonik agama ter-
dan Lumpur Lapindo Sidoarjo 2008 Tentang Peran Serta Lembaga buka tafsir untuk memelihara alam
menunjukan bahwa bencana Internasional dan Lembaga Asing semesta.
semakin fenomenal dan terjadi Nonpemerintah dalam Penanggu- Sementara itu, diturunkan pula
secara susul-menyusul. Demi- langan Bencana; dan Perda serta ber­ tulisan yang mencoba mengupas
kian pula bencana sosial seper- bagai SK Bupati/Walikota di daerah pentingnya pendekatan partisipa-
ti konflik-konflik yang berlatar rawan bencana. Langkah ini merupa- tif dalam upaya penanganan dan pe­
belakang etnis di Kalimantan kan kemajuan yang signifikan, seti- nanggulangan bencana. Minimnya
Barat dan KalimantanTengah, daknya penanganan bencana akan kesadaran masyarakat akan penting-
konflik antaragama di Poso lebih standar dan terlembagakan. nya penanganan bencana, menyebab-
dan Ambon, dan juga konflik Akan tetapi, implementasi program kan berkembangnya persepsi bahwa
politik menyusul penyelengga- sebagaimana amanat dalam undang- masalah bencana adalah masalah
raan Pilkada adalah serentetan undang tersebut masih ba­nyak terha- nanti saja, dan hanya bersikap pasif,
yang mengindikasikan bahwa dang oleh berbagai masalah, mulai menunggu bantuan dari pihak luar.
negeri kita rawan bencana. belum tersosialisasinya peraturan Sedangkan dari sisi korban, ditu-
Terhadap peristiwa perundangan tersebut, belum terben- runkan tulisan yang membuka ke-
yang semakin menunjukkan tuknya lembaga di daerah, soal sum- sadaran bahwa korban utama dalam
frekuensi tinggi tersebut, pada ber anggaran yang terbatas, dan lebih peristiwa bencana terutama adalah
awalnya respon Pemerintah dari semua itu adalah masalah masih kaum perempuan dan anak-anak.
masih bersifat spontan, parsial, rendahnya kesadaran masyarakat akan Berangkat dari berbagai peristiwa
dan kurang terlembagakan. Se- pentingnya manajemen bencana. bencana alam yang terjadi di Indone-
tiap kali terjadi bencana, reaksi Oleh karena itu, edisi ke-2 Jurnal sia dalam lima tahun terakhir, tim
pemerintah selalu terkesan Dialog ini menurunkan beberapa tu- redaksi Jurnal Dialog juga mencoba
lamban, kurang terprogram lisan yang mencoba menganalisis ma- mengadakan studi lapangan di daerah
secara komprehensif, dan salah bencana dari berbagai perspek- bencana yang laporannya juga ditu-
cenderung kurang terkoordi- tif. Dari sudut pandang sosio-kultural, runkan dalam edisi kali ini. Studi ini
nasi. Strategi yang diterapkan melihat masalah bencana bersumber dilakukan terutama untuk melihat se-
pun kurang mencerminkan dari antroposentrisme yang meskipun berapa jauh tingkat kesadaran publik
penanganan bencana yang ber- bencana disebabkan oleh factor alam terhadap masalah bencana. Beberapa
basis manajemen bencana, dan sekalipun, tetapi faktor manusia tetap temuan menarik dipaparkan dalam
sering kali minim data dan in- menjadi penyebab utama terjadinya laporan studi ini, dan kemudian
formasi sehingga kurang tepat bencana. Tesisnya adalah, bencana berusaha memberikan tawaran alter-
sasaran. Penanganan bencana alam terjadi tidak semata-mata dipe­ natif yang sekiranya dapat menjadi
pun lebih terfokus pada saat ngaruhi oleh faktor alam seperti pe- pilihan tepat dalam upaya penang-
tanggap darurat, sementara rubahan iklim, melainkan juga oleh gulangan bencana secara efektif di
masa prabencana belum terga- faktor antroposentris – yakni aktivi- masa mendatang.
rap secara terprogram dengan tas yang berpusat pada kehidupan

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


v >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

Bencana Alam Dalam Perspektif Sosio-Kultural

Menuju Politik Bumi Yang Melestarikan


Lingkungan
oleh
Prof. Dr. Heru Nugroho

alam seperti perubahan iklim, melain-


kan juga oleh faktor antroposentris
– yakni aktivitas yang berpusat pada
kehidupan manusia.
Kegiatan aktivitas manusia yang
mengabaikan faktor menjaga ke­
seimbangan keserasian lingku­ngan
merupakan faktor terbesar yang
menyumbang kerusakan lingku­
ngan. Faktor antroposentris itu ke-
tika bertemu dengan faktor alamiah
yang sulit terhindarkan, misalnya
pe­ngaruh dari pergeseran lempeng
bumi (gempa tektonik, gunung mele-
tus) maupun perubahan iklim (badai,
topan, kekeringan) akan melahirkan
kerugian amat besar sehingga ber-
Bencana Alam Bencana alam yang melanda
wilayah Indonesia seperti gempa
dampak pada diri manusia itu sendiri.
Meskipun kerugian yang besar itu se-
dan Eksploitasi bumi, tsunami, tanah longsor, ban-
jir, dan kekeringan telah banyak
benarnya dapat dihindari. Pada kasus
tanah longsor dan banjir, perubahan
Lingkungan menimbulkan kerugian yang amat
besar, baik jiwa, harta-benda, dan
iklim global akhir-akhir ini juga tu-
rut mempengaruhi curah hujan yang
tertundanya aktivitas kegiatan sosial cukup tinggi, sehingga luapan air
maupun ekonomi masyarakat. Ren­ tak mampu diserap oleh lahan hutan
tetan bencana tersebut harus menjadi yang gundul di wilayah hulu, serta
peringatan bagi kita bahwa dalam penyempitan Daerah Aliran Sungai
mengelola alam kita telah salah arah (DAS). Meskipun dalam analisis
sehinga perlu merancang suatu upaya geologis, fenomena banjir dan tanah
pencegahan bencana sedini mungkin longsor adalah suatu fenomena alam
dalam upaya meminimalisasi keru- yang bisa terjadi secara terpisah,
gian baik jiwa maupun material. Con- tetapi seringkali juga berlangsung
toh konkret dari kesalahan kebijakan secara bersamaan di suatu daerah. Se­
mengelola alam adalah bencana-ben- sungguhnya, faktor curah hujan hanya
cana yang melanda kawasan Pulau merupakan ‘pemicu’ saja, akan tetapi
Jawa. Misalnya banjir yang melanda banjir dan tanah longsor justru ter-
wilayah Jakarta dan sebagian daerah jadi karena faktor ‘erosi’ permukaan
di Jawa Tengah, serta tanah longsor di tanah khususnya di wilayah hulu dan
wilayah Karanganyar – Jawa Tengah Daerah Aliran Sungai (DAS), dimana
pada awal tahun 2008, menunjukkan faktor ‘human-activities’ berpotensi
bahwa bencana alam terjadi tidak besar dalam memperparah tingkat
semata-mata dipengaruhi oleh faktor erosi tersebut. Identifikasi BPS mela-

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


1 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

lui Sensus Pertanian pada


tahun 2003 mengenai data
sosial di Pulau Jawa-Madura
menunjukkan terdapat 5.073
desa, dan sekitar 536.350
KK (Kepala Keluarga) yang
mendiami wilayah yang se-
cara potensial rawan banjir.
Dalam kasus tanah longsor
yang melanda wilayah di seki-
tar Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar Jawa Tengah
pada bulan Januari 2008, me­
nunjukkan semakin rendahnya
kesadaran masyarakat serta
kurang sensitifnya Pemerin-
tah daerah dalam mengawasi
pembangunan tata ruang yang iklim yang berpengaruh pada kacau– masih belum ditindak-lanjuti oleh
berdampak pada peningkatan nya musim-musim yang biasa kita banyak Pemerintah Daerah sebagai
erosi dan meluasnya lahan-la- alami di daerah tropis seperti musim rujukan perencanaan pembangunan
han kritis akibat penebangan penghujan – dan musim kemarau se- yang sensitif terhadap penanganan
hutan dan berkurangnya da­ bagai dampak dari perubahan siklus bencana alam. Adapun peta itu sen­
erah resapan air hujan. El-Nino, juga menjadi faktor yang diri masih dibuat dalam skala yang
Proses erosi sendiri se­ tak terhindarkan dalam memperparah sangat besar (1: 1.000.000 sampai 1.:
sungguhnya merupakan suatu potensi terjadinya longsor. Pada saat 100.000) sehingga belum menggam-
proses alamiah yang berlang- musim kemarau yang cenderung se- barkan secara detil, wilayah rawan
sung di permukaan bumi, kare- makin panjang di beberapa wilayah, bencana seperti zona-zona kerenta­nan
na bumi sesungguhnya ‘hidup’ berakibat pada retakan rekahan tanah, yang mencangkup wilayah kabupa­
karena bumi terus bergerak dan sehingga ketika hujan datang dengan ten, kota, kecamatan, hingga ke desa-
mengalami perubahan bentuk curah yang cukup besar, tanah terse- desa, sehingga Pemerintah Daerah
meskipuun tidak dipengaruhi but tidak mampu menampung resapan juga sulit menanggapi pelaksanaan-
oleh campur-ta­ngan manu- airnya sehingga terjadilah bencana nya. Padahal, peta rawan longsor dan
sia. Bumi memiliki kuasa dan tersebut. banjir yang dibutuhkan untuk mitigasi
hak-haknya untuk berevolusi, Aktivitas produksi manusia yang bencana dan acuan perencanaan tata
sesuatu yang sulit dihindari mengakibatkan erosi sehingga ter- lingkungan seharusnya dibuat dalam
oleh manusia dan karenanya jadi bencana banjir dan longsor bukan skala yang lebih rinci, misalnya 1:
harus diterima sebagai suatu hanya berlangsung di wilayah resapan 25.000 sampai 1: 10.000 (Dwikorita
kesadaran dalam mendiam- air di hulu sungai karena penebangan Ratnawati, Kompas 2006).
inya. Sedangkan proses erosi pohon secara berlebihan, melainkan Hal itu berarti bahwa upaya untuk
secara geologis adalah proses juga pada wilayah DAS yang me­ melakukan investigasi atas wilayah
terlepasnya dan terangkutnya ngarah ke hilir sehingga luas sungai yang rawan bencana memerlukan
material bumi oleh tenaga air bergeser dan mengalami penyempi- kerjasama dan koordinasi antar ber-
yang mengalir, gelombang, tan. Kebanyakan penyempitan DAS bagai institusi pemerintah, karena
arus tsunami, gletser, dan an- ini dikarenakan semakin meluasnya tanpa adanya koordinasi maka upaya
gin. Masalahnya, erosi yang wilayah pemukiman di pinggiran su­ penanganan dampak bencana hanya
seringkali terjadi dalam skala ngai dan juga perubahan fungsi tanah akan sekedar bersifat reaktif semata.
besar di wilayah Indonesia, di sekitarnya sebagai lahan pertanian Selain itu, perlu suatu upaya penataan
justru berlangsung karena produktif. Peta daerah rawan bencana kembali fungsi hutan (khususnya di
lebih banyak campur-tangan yang memberi petunjuk tentang di- seluruh Pulau Jawa – yang saat ini
manusia yang meng­eksploitasi namika gerakan tanah secara umum di paling rawan terjadi banjir dan long-
lingkungan, padahal secara Indonesia sesungguhnya telah dilaku- sor – dengan kepadatan penduduk
alamiah kondisi lingkungan kan oleh Direktorat Geologi dan Tata tertinggi di Indonesia) sesuai fungsi
geologis di Indonesia adalah Lingkungan (Direktorat GTL), akan dan karakter fisik hutan tersebut
‘rawan-longsor’. Perubahan tetapi peta tersebut secara operasional yang sesuai dalam mendukung fungsi

<< 2 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

utama Daerah Aliran Sungai. menggunakan lahan yang seharusnya nyak kendala, oleh karena itu kesa-
Upaya ini menjadi sesuatu merupakan wilayah konservasi telah daran mengenai kerawanan bencana
yang sampai sekarang masih berubah fungsi menjadi basis produk- memang perlu disosialisasikan terus
merupakan rencana tindak tivitas ekonomi mereka. Upaya mere- agar dapat menjadi pengetahuan
lanjut jangka panjang, meng- lokasi penduduk di wilayah sekitar kolektif yang dimiliki masyarakat.
ingat sebaran masyarakat yang bencana alam, masih menemui ba­

Penanggulangan Pengungkapan data di atas dituju-


kan untuk melihat bahwa dalam meres­
terutama di tingkat pengambil kepu-
tusan.
Risiko Bencana pon bencana alam, sikap saling meny­
alahkan antar berbagai instrumen
Upaya untuk merespon deklarasi
PBB dalam mengurangi dampak
Dalam Kebijakan pemerintah maupun masyarakat tidak
cukup untuk menyelesaikan masalah
bencana alam baik secara regional
maupun nasional, di beberapa ne-
Publik yang diakibatkan oleh bencana alam
semacam ini. Oleh karena itu diperlu-
gara ditindak-lanjuti dengan strategi
kerangka kerja bersama negara-nega-
kan kesadaran kritis untuk mengelo- ra dalam mengatasi dampak bencana
la lingkungan hidup, melanjutkan maupun risikonya, misalnya seperti
proses rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan melalui ‘the Beijing
di wilayah yang terkena dampak ben- Action’. Dalam merespon upaya di
cana, sekaligus mulai belajar untuk tingkat regional semacam itu, Peme­
membangun kesadaran kolektif dalam rintah Indonesia menindaklanjutinya
merawat lingkungan dan perencanaan dengan ‘Rencana Aksi Nasional Pen-
pembangunan yang sensitif – bukan gurangan Risiko Bencana’ pada akhir
hanya dalam merespon sewaktu- tahun 2006 yang lalu. Rencana aksi
waktu terjadi bencana – melainkan ini memuat aspek penanganan ben-
juga dalam menjaga keseimbangan cana dalam prioritas Rencana Kerja
ekologi lingkungan. Meningkat- Pembangunan Pemerintah (RKP)
nya bahaya yang diakibatkan oleh mulai tahun 2007, termasuk meran-
bencana alam khususnya di Negara cang produk legal - hukum penanga-
berkembang juga dikarenakan oleh nan bencana dan pengurangan risiko
upaya pemenuhan kebutuhan kondisi bencana melalui ‘RUU Penanganan
material mendasar seperti pangan, pa- Bencana’. Harus diakui bahwa me-
pan, pakaian, sehingga mengabaikan mang dalam level wacana di tingkat
pengendalian dan konservasi hutan, pengambil kebijakan khususnya di
tanah, dan air. Kondisi semacam ini Pemerintah Pusat, sudah muncul
mendorong Perserikatan Bangsa- kesadaran paradigmatik dalam pe­
Bangsa (PBB) untuk memprakarsai nanganan bencana alam. Yakni, pe­
upaya penanggulangan bencana alam nanganan bencana tidak lagi hanya
secara internasional melalui deklarasi menekankan pada aspek ‘tanggap
‘Dekade Pengurangan Bencana Alam darurat’ saja, tetapi juga meliputi
Internasional’ (International Decade manajemen risiko. Di dalamnya
for Natural Disaster Reduction) pada memuat tanggung-jawab bersama
awal abad 21. Meskipun upaya ini antara pemerintah dan seluruh ang-
masih lebih banyak berlangsung pada gota masyarakat untuk menjaga kese-
level advokasi, akan tetapi kesadaran imbangan lingkungan dalam aktivitas
itu harus segera direspon dalam wu- sosial dan produksi ekonomi. Mes­
jud kelembagaan yang terkoordinasi kipun rencana ini merupakan suatu
karena kebutuhan untuk mengurangi agenda yang progresif, tetapi pelak-
risiko bencana secara sistematis me- sanaannya memerlukan pemantauan
merlukan bukan hanya pemahaman, secara kritis khususnya dari elemen
melainkan juga komitmen bersama masyarakat sipil. Hal ini dikarenakan
antar semua pihak yang saling terkait, upaya untuk menindaklanjuti renca-

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


3 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

na strategi pembangunan yang orang memiliki kesempatan untuk melakukan ‘kerusakan alam’.
mempertimbangkan risiko berpartisipasi dalam pengambilan d. Keadilan Sosial
khususnya dalam mengatasi keputusan yang berdampak pada ak- Mengupayakan keadilan yang
dan menanggulangi dampak tivitas hidup yang dipengaruhi oleh terfokus pada upaya membangun
bencana alam bukan hanya lingkungan termasuk kesehatan; (2) kesejahteraan masyarakat dengan
melibatkan mobilisasi secara kontribusi publik menjadi bagian yang menghindarkan eksploitasi secara
ekonomi dan politik, melain- mempengaruhi regulasi yang dipu- berlebih-lebihan terhadap sumber
kan juga harus mempertim- tuskan oleh lembaga/pihak terkait; daya alam melalui mekanisme keadi-
bangkan konteks budaya dari (3) perhatian publik atas masalah lan prosedural, misalnya penerapan
masyarakat di sekitar wilayah lingkungan hidup yang berpengaruh kajian dampak lingkungan, meli-
yang rentan bencana dalam tu- pada aktivitas sehari-hari mereka ha- batkan peran-serta warga masyarakat
juan untuk memobilisasi par- rus menjadi unsur utama dalam proses dalam pembangunan ekonomi ramah
tisipasi sosial mereka. pengambilan keputusan; (4) para pen- lingkungan, serta pengenaan pajak
Belajar dari pengalaman gambil keputusan harus secara aktif atas eksploitasi sumber daya alam
yang berlangsung di negara mencari-tahu dan memfasilitasi keter- oleh kepentingan bisnis (korporasi)
lain misalnya, upaya untuk libatan masyarakat dalam penyusunan untuk didistribusikan sebagai tang-
mempertimbangkan unsur kebijakan yang secara potensial mem- gung-jawab sosial bagi kesejahteraan
budaya dalam penyusunan pengaruhi mereka. masyarakat.
formulasi kebijakan publik Secara praktis, prinsip keadilan Rancangan kebijakan yang hanya
yang mempertimbangkan as- lingkungan mengutamakan prosedur sekedar merespon persoalan jangka-
pek keseimbangan lingkungan kebijakan yang memuat unsur-unsur pendek bukanlah solusi yang tepat
dimunculkan melalui wacana keadilan sebagai berikut: dalam menjaga kesinambungan daya
dan gerakan sosial mengenai a. Keadilan Distributif tahan masyarakat, khususnya mereka
prinsip ‘Environmental Justice’ Dalam prakteknya merupakan yang tinggal di wilayah rentan benca-
(keadilan lingkungan). Aktivi- langkah-langkah proteksi (perlindu­ na. Perumusan visi dan perencanaan
tas yang memobilisasi partisi- ngan) untuk mendapatkan kesetaraan agenda dalam penyusunan kebijakan
pasi masyarakat semacam dalam memperoleh rasa aman dari bukan hanya sekedar melihat konteks
ini merupakan suatu gerakan dampak eksploitasi lingkungan, ‘bencana’ dan kerusakan lingkungan
yang meliputi upaya advokasi misalnya dari pencemaran alam. sebagai masalah ekologis dan ekono-
dan proses lobi dalam formu- Pencemaran lingkungan yang bukan mi semata, melainkan juga masalah
lasi kebijakan publik yang diakibatkan dari kehendak warga yang bersifat sosial, politis dan kul-
datang dari inisiatif masya­ masyarakat, melainkan karena faktor- tural. Artinya, prinsip ‘keadilan ling-
rakat setempat khususnya faktor pembangunan ekonomi seperti kungan’ memuat pula norma dan nilai
yang berkenaan dengan upaya limbah industri, tidak bisa didistribu­s­ kultural dalam penerapan aturan dan
konservasi lingkungan. Prin- ikan sebagai beban yang ditanggung regulasi yang mendukung pemban-
sip mengenai ‘environmental oleh warga masyarakat di sekitarnya. gunan yang berkelanjutan (sustain-
justice’ sebenarnya bukan hal b. Keadilan Prosedural able development). Prinsip keadilan
yang baru karena gagasan dan Prakteknya harus merupakan sosial justru akan memiliki ‘daya
gerakannya secara global telah penyusunan regulasi dan aturan guna’ ketika masyarakat mulai me­
berlangsung kira-kira selama yang bersifat ‘transparan’ sehingga nyadari potensi yang mereka miliki,
tiga puluh tahun terakhir. Ge­ memungkinkan anggota masyarakat baik potensi yang berpengaruh pada
rakan ini pertama kali muncul untuk mengakses informasi dalam kerentanan maupun kekuatan dalam
di Amerika Serikat pada tahun pengambilan keputusan yang memi- mengelola hubungan produktifnya
1976 yang diprakarsai oleh liki dampak pada lingkungan. dengan lingkungan alam. Efek ‘daya
Serikat Pekerja Automobil Se- c. Keadilan Korektif guna’ itu hanya akan muncul apabila
luruh Amerika Serikat akibat Upaya untuk menerapkan aturan masyarakat merasa bahwa ‘prinsip
adanya kontaminasi limbah legal formal melalui legislasi, aturan keadilan lingkungan’ adalah ‘kebu-
industri yang mempe­ngaruhi dan regulasi atau proses hukum yang tuhan’ mereka, bukan suatu ideologi
kondisi lingkungan dan memungkinkan upaya-upaya untuk yang dipaksakan tanpa memberikan
mencemari air sungai. mendapatkan ‘keadilan formal’ se- daya manfaat apapun bagi keberlan-
Prinsip ‘environmental bagai dampak lingkungan, misalnya jutan hidup dan kesejahteraan mereka
justice’ yang diadvokasikan melalui perwujudan kompensasi bagi sendiri. Oleh karena itu, gerakan so-
secara global itu meliputi ni- warga masyarakat yang dirugikan dan sial yang bertujuan untuk merefor-
lai-nilai antara lain : (1) semua hukuman bagi mereka yang terbukti masi lingkungan hidup juga harus

<< 4 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

berorientasi pada upaya untuk nanggulangan bencana, yakni: prosedur ini hanya bisa berjalan baik
mereformasi struktur kuasa 1. Mengubah respon darurat ke ma­ apabila dilengkapi dengan sistem
yang melingkupi berbagai ke- najemen risiko; yang secara esen­ informasi dan pengawasan pemba­
bijakan yang berdampak baik sial mencangkup segala kegiatan ngunan tata-ruang melalui penguatan
secara langsung, maupun tidak untuk mengurangi dampak ben- kelembagaan khususnya di dalam tata
langsung pada lingkungan cana alam dan bahkan meng- pemerintahan (baik pusat maupun
hidup dan lingkungan manusia hindarinya. daerah) sebagai motor utama pen-
itu sendiri. 2. Melindungi rakyat dari akibat jabaran nilai paradigma pembangu-
Dengan mencermati ruju- yang ditimbulkan oleh bencana nan yang sensitif terhadap bencana,
kan konsep ‘keadilan lingku­ sebagai kewajiban pemerintah juga sebagai wujud tanggung-jawab
ngan’ dalam upaya menyusun dalam memberikan perlindungan pemerintah dalam melindungi warga
manajemen risiko bencana, Hak Asasi Manusia (HAM); yang negaranya (masyarakat).
maka asumsi mendasar yang secara esensial merupakan wujud Jika dicermati ketiga elemen
harus dikembangkan adalah tugas dan kewajiban pemerintah utama dalam paradigma manajemen
keterlibatan – peran serta aktif dimana bentuk-bentuk respon risiko berbasis komunitas sebagaima­
seluruh anggota masyarakat. terhadap bencana bukan sekedar na yang diulas di muka, maka nam-
Oleh karenanya program mana­ memobilisasi ‘kemurahatian’ pak upaya untuk memuat prinsip ni-
jemen risiko haruslah berbasis (charity) – melainkan bagian lai mengenai ‘environmental justice’
pada pendekatan komunitas. terintegrasi dalam perlindungan diturunkan ke dalam formulasi strate-
Pendekatan berbasis komu- harkat hidup kemanusiaan bagi gi penyusunan kebijakan manajemen
nitas merupakan pembukaan setiap warga negaranya. risiko berbasis komunitas (CBDRM).
ruang bagi advokasi dan ke­ 3. Menanggulangi dampak bencana Meskipun demikian, dikarenakan
sempatan yang lebih luas sebagai tanggung-jawab ber- pendekatan CBDRM merupakan
untuk masyarakat agar ber- sama antara pemerintah dengan suatu program yang juga mengako-
peran lebih aktif. Langkah ini masyarakat; yang secara esensial modasi nilai dan tradisi lokal, kare-
meliputi bagaimana mengin- mengajak masyarakat bertang- nanya harus melihat kenyataan bahwa
tegrasikan peran masyarakat gung-jawab atas penanggulangan unsur nilai-nilai budaya lokal dalam
ke dalam upaya-upaya untuk bencana melalui kegiatan berbasis masyarakat Indonesia itu bersifat ma-
pencegahan kerusakan ling- pada inisiatif warga masyarakat jemuk. Mengapa hal tersebut perlu
kungan, langkah-langkah ke- seperti praktek tanggung-jawab menjadi suatu kesadaran kritis, kare-
siap-siagaan, tindakan tang- sosial dari korporasi (CSR- Cor- na pada konteks budaya multikultur
gap-bencana, serta tindakan porate Social Responsibility), sesungguhnya memuat ‘kerentanan
pemulihan setelah terjadinya serta penguatan strategi berbasis sosial’ karena masyarakat kita yang
bencana. Dengan mengede- pengetahuan lokal dan peng- memiliki nilai-nilai kultural berag-
pankan pendekatan mobilisasi gunaan tradisi masyarakat yang am. Hal semacam inilah yang acap-
partisipasi masyarakat yang mendukung upaya sentral dalam kali merupakan salah satu tantangan
memiliki basis di dalam komu- menanggulangi dampak bencana. tersendiri dalam aplikasi CBDRM
nitas, maka masyarakat akan di tingkat lokal. Konteks semacam
memiliki kesadaran kritis, daya Secara garis besar, CBDRM ini juga yang kita saksikan ketika
sensitif dalam mewaspadai po- mensyaratkan fungsi semua elemen, nilai-nilai kultural seperti sistem ke-
tensi bencana alam di wilayah pemerintah, masyarakat sipil, dan ka- percayaan dalam suatu masyarakat
mereka tinggal, termasuk langan bisnis-korporasi untuk secara berhadapan langsung dengan kuasa
bagaimana menangani dampak aktif mengupayakan model perenca- rasionalitas ilmu pengetahuan. Mi­
bencana melalui upaya me­ naan pembangunan yang sensitif ter- salnya ketika dampak pemberitaan
ningkatkan kemampuan untuk hadap risiko bencana, baik yang di- akan meletusnya Gunung Merapi
mengkonsolidasikan sumber akibatkan oleh alam, maupun karena beberapa waktu yang lalu di Propinsi
daya di tingkat lokal. adanya intervensi manusia. Upaya ini D.I Yogyakarta secara politis berpe­
Perencanaan program secara teknis menyangkut prosedur ngaruh terhadap mobilisasi penda­
manajemen risiko bencana pendayagunaan informasi data spa- naan dan secara ekonomis amat
berbasis komunitas (CBDRM sial daerah yang memiliki kerentanan besar kaitannya bagi upaya tanggap
– Disaster Risk Management) bencana khususnya di dalam penyu- bencana, tetapi transparasi prosesnya
yang dilakukan mulai di ting- sunan pembangunan tata ruang yang hingga kini masih jauh dari pantauan
kat lokal merujuk pada tiga mengkalkulasi risiko bencana serta publik. Disisi lain, dalam kasus yang
elemen utama paradigma pe­ penangulangannya. Oleh karena itu, sama keberadaan pengetahuan lokal

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


5 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

yang dimiliki masyarakat di lenggaraan kebijakan publik yang rakat, khususnya di wilayah-wilayah
sekitar gunung berapi itu, yang mengutamakan demokratisasi di yang rentan akan bencana (baik
diwarisi secara turun-menurun dalam prosesnya. Tentu hal ini, bukan bencana alam, maupun karena fak-
untuk menandai kewaspadaan, sesuatu yang mudah, karena sebagian tor ‘human-eror’ seperti pada kasus
justru kurang diperhatikan. besar masyarakat juga perlu memiliki lumpur- Lapindo Sidoarjo) – agar
Dengan kata lain, tanta­ kesadaran bersama untuk merawat bekerjasama, dan bagaimana menyu-
ngan di dalam memberlakukan lingkungan di sekitar mereka, se- sun suatu kesiapan yang memobilisasi
prinsip keadilan lingkungan dangkan tanggung-jawab sosial baik partisipasi sosial masyarakat apabila
melalui CBDRM, sebenarnya dari pemerintah maupun kalangan sewaktu-waktu terjadi bencana.
sesuatu yang memuat unsur- bisnis-korporasi adalah bagaimana
unsur dan mekanisme penye- menyokong ruang hidup bagi masya­

Faktor Budaya Esensi kritis dari penjabaran di


muka merupakan suatu refleksi di-
gung dampak akibat kerusakan alam
seperti bencana. Dorongan libido
yang Menentukan: mana bencana sesungguhnya bukan
hanya permasalahan lingkungan yang
ekonomi manusia yang mengkomo­
difikasikan segala hal apapun yang
Belajar dari Alam dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik secara ekologis, sosial, ekono-
ada di alam semesta, juga melahirkan
bencana budaya, yakni kecendrungan
mi, maupun politis. Melainkan juga untuk semakin serakah dan egois. Tek­
dipengaruhi oleh nilai-budaya yang nologi cendrung dikonsumsi bukan
melandasi perilaku hidup manusia. dalam kerangka membangun suatu
Budaya yang dimaksudkan disini bu- basis yang memberi dukungan bagi
kan hanya sekedar tradisi, melainkan kelestarian alam, melainkan hanya
nilai dan norma yang terus-menerus bertujuan untuk pemuasan diri, se-
dipengaruhi khususnya oleh aktivi- dangkan produksi teknologi canggih
tas sosial, ekonomi dan politik kita. memfasilitasi hasrat pemujaan ko-
Politik bumi yang kita berlakukan moditas (fetisisme) ini dengan mem-
mengakomodasikan sifat keserakahan buat produk yang kurang ramah ling-
sehingga jauh dari keselarasan ling- kungan, cenderung membuat manusia
kungan. Manusia memiliki hak untuk menjadi egois – teralienasi karena
hidup, bertahan dan merekayasa alam, mengandalkan kecepatan (speedy),
dan oleh karena itu hanya melalui ta- budaya instan (langsung pakai), dan
tanan sosial yang demokratis, relasi kurang bertanggung-jawab pada ke-
antara manusia dengan alam yang se- berlanjutan lingkungan (memakai
laras dapat diwujudkan sebagai suatu produk yang tak dapat didaur ulang).
kesejahteraan yang berkesinambu­ Pembangunan yang secara eksten-
ngan. sif menggunakan lahan pertanahan,
Kegagalan manusia menjaga ke- merupakan areal bisnis yang hanya
harmonisan hubungan dengan alam sekedar mengkalkulasi benefit kapital
akibat rasionalitas ekonomi politik ekonomi, tanpa disertai tanggung-ja-
yang membudaya dalam bentuk- wab sosial yang memadai. Kavling
bentuk kehidupan konsumtif tanpa tanah untuk keperluan pembangunan
mempertimbangkan dampak yang real estate, reklamasi pantai untuk
diakibatkan oleh konsumsi itu sendiri hunian mewah dan resort pariwisa-
bagi kelangsungan generasi berikut- ta, merupakan praktek budaya yang
nya. Juga aktivitas produksi manusia se­olah-olah ‘dibiarkan’ begitu saja.
yang ironisnya jauh dari mekanisme Sesungguhnya, kita sendiri telah
demokratis, dimana keuntungan menganiaya alam.
ekonomis hanya menjangkau segelitir Kasus kerusakan lingkungan
manusia saja, sedangkan sebagian be- hidup akhir-akhir ini menjadi gaung
sar manusia yang lain harus menang- yang mulai didengarkan khalayak aki­

<< 6 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

bat terjadinya bencana berun- budaya antara warga masyarakat tuhkan saat ini. Hanya saja tidak bisa
tun, baik oleh faktor alam, dan disana. Orang-orang Papua memang dipungkiri bahwa perubahan keadaan
juga faktor manusia. Faktor memiliki karakter budaya yang cukup lingkungan sosial dimana masyarakat
alam, sesungguhnya tak bisa beragam, meskipun sebagian orang tradisional pun mengalami proses
dihindari, akan tetapi apabila menganggap mereka masih cenderung modernisasi juga perlu dipertimbang-
kita memiliki kesadaran bu- kuat dalam menerapkan tradisi. Akan kan. Hal semacam ini merupakan
daya atas kepentingan hidup tetapi, tradisi mereka yakni bertahan upaya untuk mendamaikan nilai-nilai
kolektif baik untuk hari ini dan hidup pada mekanisme keseimba­ tradisi yang bersifat lokal dengan ni-
masa depan bagi generasi kita, ngan alam menjadi terganggu ketika lai-nilai universal yang tak terhindar-
maka bencana alam tak akan tempat bernaung itu tidak lagi mem- kan misalnya mengenai perencanaan
membawa banyak kerugian. berikan ruang hidup yang memadai. pembangunan.
Kerugian itu justru pa­ling ban- Apalagi perilaku budaya sebagian Pembahasan mengenai ‘environ-
yak diakibatkan oleh kecerobo- masyarakatnya juga dipengaruhi oleh mental justice’ di muka merupakan
han dan keserakahan manusia unsur-unsur kehidupan moderen yang suatu landasan moral sekaligus lan-
sendiri. Faktor lain yang mem- mengadaptasi bentuk-bentuk rasio­ dasan epistemologis dalam menyu-
buat advokasi bagi kelestar- nalitas ekonomi yang konsumtif dan sun metode pembangunan sosial yang
ian lingkungan mulai menjadi mulai meninggalkan keterikatan se- berkelanjutan, bukan hanya sekedar
fokus bagi kegi­atan perancan- cara kolektif untuk kepentingan ind­ pembangunan ekonomi. Pembangu-
gan pembangunan juga dikare- ividual. nan sosial memiliki karakter yang
nakan saat ini wilayah yang Mekanisme adat, saat ini justru mengintegrasikan seluruh aktivitas
rawan terjadi bencana adalah potensial memfasilitasi kepentingan produktif manusia dengan pelem-
wilayah di Indonesia yang se- yang tersembunyi dari keserakahan bagaan sistem nilai dan norma yang
cara potensial berpenduduk individual semata. Hal ini bukan se- mengutamakan distribusi keadilan
paling besar, se­perti di Pulau bagai suatu pernyataan yang bermak- khususnya bagi kesejahteraan warga
Jawa dan Suma­tra. Kita harus sud untuk menyudutkan keberadaan masyarakat. Hal ini tidak akan pernah
menyadari, mau tidak mau, ‘adat’ sebagai instrumen politik yang tercapai apabila perumusan kebijakan
memang ada keberpihakan tidak cukup signifikan dalam keber- pembangunan hanya mengutama-
politis dalam menanggapi aki- lanjutan hidup warga setempat. Justru kan upaya memperoleh keuntungan
bat dari bencana disini. Keru- mekanisme adat yang mengutamakan ekonomis semata, tanpa mempertim-
sakan lingkungan yang me- unsur-unsur kolektivitas dalam men- bangkan aspek distribusi kesejahte­
landa kawasan di pedalaman jaga keserasian alam mulai terkikis, raan untuk meminimalisasi jurang
Indonesia, jauh-jauh hari te- akibat adanya proyek-proyek pem- perbedaan ekonomi dan sosial yang
lah berlangsung, bahkan sudah bangunan yang masih belum dileng- terlalu dalam (jauh). Dalam konteks
merusak bukan hanya kondisi kapi oleh mekanisme demokratis. pembangunan sosial di Indonesia
ekologi daerah tersebut, Pertikaian antar-suku misalnya, bu- khususnya di era reformasi, konsepsi
melainkan juga mence­derai kan lagi dikarenakan faktor ritual mengenai ‘kesejahteraan sosial’ men-
tatanan sosial masyarakatnya, atau tradisi, melainkan berakar dari gacu pada upaya-upaya strategis dan
sehingga rawan konflik sosial, konflik perebutan antar ruang – mi­ pelembagaan peningkatan kualitas
yang menambah risiko ben- salnya perbatasan tanah yang diang- hidup yang berimplikasi pada pem-
cana alam dengan beban pende­ gap memiliki nilai ekonomis. Kondisi bagian kinerja pembangunan yang
ritaan risiko bencana sosial. ini diperparah karena intervensi kepen­ bersifat sektoral yang meliputi sektor
Tengok saja kasus hilang- tingan politik sekelompok orang yang di bidang kesehatan, pekerjaan so-
nya bukit-bukit di kawasan menghendaki keuntungan ekono- sial (social works), dan pendidikan.
eksplorasi pertambangan mis dan politis ke dalam mekanisme Kinerja semacam inilah yang secara
Freeport di wilayah Papua. masyarakat adat. Artinya, memang struktural berada di bawah pengawas-
Juga daerah aliran sungai tidak ada satu pun kehidupan masya­ an kementrian koordinasi kesejahtera­
yang terkontaminasi, akibat rakat Indonesia sekarang ini, bahkan an sosial. Sedangkan di luar struktur
pembuangan limbah secara masyarakat tradisional sekalipun negara, kesejahteraan sosial menjadi
serampangan selama bertahun- yang tidak terkontaminasi oleh efek bagian dari keterlibatan aktor di luar
tahun. Kondisi atas eksploitasi negatif modernisasi. Dengan penger- institusi negara, seperti NGO’s. Me-
lingkungan disana, bukan tian lain, upaya penggalian nilai-ni- mang nampak mulai adanya upaya
hanya telah mempengaruhi lai lokal yang memuat unsur tradisi pemerintah untuk melakukan kebija-
keseimbangan alam, tetapi lama yang menjaga keselarasan relasi kan lintas sektoral berkaitan dengan
juga keseimbangan sosial dan manusia dengan alam memang dibu- peningkatan kapasitas kesejahteraan,

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


7 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

tetapi seringkali pula isu ten- obyek yang diproblematisasikan’ yang menjadi persyaratan di dalam
tang ‘kesejahteraan sosial’ yang secara khusus mengacu pada mekanisme implementasi CBDRM
baru mengemuka di masa- bekerjanya kekuasaan dan penge- – yang memuat prinsip moral ‘keadi-
masa rentan, misalnya ketika tahuan sebagai kategori pembeda lan lingkungan’ – sebaiknya juga di­
muncul bencana (baik bencana (othering) selaraskan dengan upaya menyusun
sosial, maupun bencana alam), 2. Dimensi politis: ‘kemiskinan agenda pembangunan masyarakat,
apalagi jika implementasi merupakan wilayah strategis karena keduanya memiliki persa-
program seperti rekonstruksi obyektifikasi berbagai kepen­ maan yakni berkenaan dengan dis-
tidak atau kurang berjalan se- tingan yang dinegosiasikan oleh tribusi kesejahteraan sebagai wujud
bagaimana yang sebelumnya berbagai pihak untuk direpresen- keadilan sosial.
diwacanakan oleh pemerintah. tasikan sebagai kepentingan ber- Distribusi keadilan sosial ini
Rancangan identifikasi sama’ berkaitan dengan berbagai peluang
‘locus of social development’ 3. Dimensi institusionalisasi: dan akses kesempatan hidup yang bu-
dalam agenda tindak lanjut ‘kemiskinan yang diturunkan dari kan hanya mempertimbangkan kese-
sangat diperlukan, agar ber- penerjemahan dimensi etis-moral larasan antara manusia dengan alam,
langsung penguatan kapasitas dan politik mendorong mobilisasi tetapi sekaligus keselarasan antar
negara yang sinergis dengan dan pengorganisasian sumber manusia itu sendiri di dalam ber-
penguatan kapasitas masya­ daya ekonomi, sosial dan budaya hubungan dengan aktivitas produktif
rakat sipil. Lokus pembangu- yang terformulasikan didalam yang memanfaatkan sumber daya
nan sosial merupakan suatu perencanaan pembangunan dan alam. Keselarasan antar manusia han-
kerangka acuan strategis un- implementasi strategis melalui ya dapat diakomodasi melalui sistem
tuk mengidentifikasi berbagai kebijakan publik’ demokrasi yang menghargai nilai-ni-
aktor yang terlibat di dalam pe­ lai budaya yang bersifat multikultur.
rencanaan pembangunan yang Kritik Arturo Escobar diatas perlu Kesadaran ini harus mendasari upaya
memiliki kapasitas fungsi dan dicermati oleh berbagai pihak terkait dalam menggali nilai-nilai lokal yang
tanggung jawab pada distribu- dalam penentuan kebijakan pemba­ mendukung implementasi program
si kesejahteraan sosial. Seka- ngunan sosial, termasuk mereka CDBRM tadi. Hal ini tidak lain kare-
ligus menandai sumber daya yang terlibat di dalam penyusunan na, kondisi sosial masyarakat Indone-
(ekonomi, politik, sosial dan formulasi program CBDRM (Com- sia yang multikultur merupakan fakta
budaya) yang secara potensial munity Based – Disaster Risk Mana­ keberagaman, yang juga secara laten
dimiliki oleh setiap aktor yang gement), baik oleh lembaga pemerin- menyimpan potensi bagi perbedaan
terlibat di dalam kinerja jaring­ tah maupun juga NGO’s. Kritik dari setiap kelompok budaya dalam mem-
an yang melembaga melalui masyarakat terhadap kinerja NGO peroleh kesempatan hidup yang se-
struktur agensi dimana masi­ saat ini juga perlu menjadi perha- tara. Hal ini dimaklumi karena secara
ng-masing aktor tersebut ber- tian dan kesadaran dari para aktor natural individu merupakan bagian
interaksi dan melakukan per- pelaku di dalamnya. Hal ini karena dari jaringan dalam komunitas kolek­
tukaran berbagai kepentingan masyarakat mulai menyadari posisi tifnya dimana ia memiliki kecendrung­
(James Midgley, 1998). Kajian kritis mereka, sehingga kondisi rentan an untuk memperoleh kesempatan
yang dikembangkan oleh Ar- yang mereka alami, khususnya yang dan sumber daya (opportunities and
turo Escobar (2002) me­ngenai diakibatkan oleh bencana seringkali resources).
‘arkeologi kemiskinan’ di justru menjadi peluang strategis yang Sehingga proses perancangan ke-
Negara Dunia Ketiga menem­ menguntungkan bagi kelompok-ke­ bijakan maupun implementasi pem-
patkan beberapa poin kritis lompok diluar mereka, termasuk juga bangunan sosial, khususnya yang
mengenai dimensi moral-etis, NGO. Sebagaimana hal-nya Arturo menggunakan strategi berbasis komu-
politis dan institusionalisasi Escobar yang memproblematisasikan nitas harus berdasarkan pada meka­
yang menyangkut upaya kritis ‘kemiskinan’ sebagai proyek kepen­ nisme demokrasi dengan kesadaran
dalam merefleksikan proses tingan ekonomi-politik yang ‘terse- moral-etis atas keberagaman relasi
pembangunan yang selama ini lubung’, maka menangkap ekspresi sosial yang memberi ruang memfa-
cendrung mengabaikan aspek kesadaran kritis masyarakat yang silitasi berbagai bentuk-bentuk per-
pembangunan sosial. Dimensi tidak menghendaki ‘bencana’ sebagai bedaan budaya. Sehingga implemen-
kritis ini meliputi antara lain: proyek kepentingan yang terselubung, tasi pengorganisasian masyarakat
1. Dimensi etis-moral: harus pula disadari oleh berbagai melalui pendekatan berbasis komuni-
‘kemiskinan merupakan pihak yang terlibat di dalamnya. Ker- tas untuk tujuan keberlanjutan pem-
konsep pengorganisasian jasama dan komitmen sebagaimana bangunan tidak semata-mata terjebak

<< 8 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

pada struktur pengorganisasian tuk berevolusi sesuai dengan hukum menjadi komoditas bergengsi yang
sumber daya politis, melainkan alam tanpa gangguan dari pihak- bisa menempatkan posisi konsumen
juga menyediakan ruang nego- pihak dan kepentingan-kepentingan pada status atas.
siasi bagi berlangsungnya bu- manusia. Ada atau tidak ada manu- Kita telah menganiaya alam dan
daya alternatif khususnya yang sia di bumi, lempengan-lempengan alam telah memberikan respons.
memuat unsur lokalitas. Unsur samudera dan benua akan terus saling Tragedi kemanusiaan akibat bencana
lokalitas ini adalah ruang ar- menekan sehingga menggeser daratan Tsunami seyogianya menjadi kritik
tikulasi praktek budaya mul- rata-rata 6 cm per tahun, menciptakan dan refleksi atas politik bumi yang
tikultur yang dilembagakan gempa dan Tsunami. Hal itu merupa- selama ini kita lakukan. Hentikan
secara sosial di dalam masing- kan bagian dari evolusinya, sekaligus segera ekonomi keserakahan berke-
masing entitas kelompok sosial bukti bahwa bumi seperti makhluk dok pertumbuhan yang jelas-jelas
– budaya (kelas, etnis/suku, hidup lain, terus berkembang! merusak lingkungan. Manusia harus
gender, agama dsb), dimana Alam bukan merupakan sesuatu mulai belajar menahan diri agar tetap
agenda pembangunan sosial hal yang misterius. Alam telah ter- bisa survive di muka bumi. Itulah
secara berkelanjutan menjadi bukti menjadi sahabat sejati yang momentum bagi kita untuk meng­
bagian dari komunikasi aktif tidak pernah berbohong jika manusia ubah politik bumi dengan mewujud-
di dalamnya. Masyarakat kita bersahabat dan mengakrabinya. Alam kan demokrasi lingkungan. Sebuah
sesungguhnya masih memi- akan selalu memberikan penanda tatanan yang diusulkan para penganut
liki warisan berharga pening- tentang apa yang akan terjadi. Con- green politics agar terjadi komunikasi
galan nenek-moyang, yakni tohnya, ketika akan terjadi gelom- otentik antara manusia (human) dan
tradisi yang beragam dalam bang pasang tsunami yang tingginya alam (nonhuman-world) dalam rang-
menjaga keseimbangan alam. lebih dari 10 meter di Aceh, alam ka mewujudkan kelangsungan hidup
Hal ini bukan sekedar mero- telah memberikan isyarat dengan ba­ manusia. Manusia memang memiliki
mantisasi sejarah lama karena nyaknya burung-burung berbulu pu- hak untuk hidup, berkembang, dan
bagai­manapun perubahan tih yang melakukan migrasi dari laut membentuk tatanan demokratis di
lingkungan sosial, ekonomi, ke tengah Kota Banda Aceh. Tetapi, muka bumi. Tapi, bumi juga memiliki
dan politik yang berlangsung karena kita telah banyak meninggal- hak untuk terus eksis dan berevolusi
melalui globalisasi sulit untuk kan pengetahuan lokal tentang alam, sesuai dengan hukum alam. Karena
terhindarkan. Sudah saatnya isyarat alam itu kurang atau bahkan itu, manusia harus menghormati yang
kita belajar kembali dari alam. tidak ditangkap. Seandainya kita dituangkan dalam bentuk kebijakan
Kita perlu melakukan masih mengakrabi pengetahuan tradi- politik pelestarian lingkung­an jika
sedikit refleksi bahwa ada sional tentang cuaca laut, mungkin tidak ingin terjadi bencana kemanu-
kecenderungan jumlah korban korban dapat diminimalkan. siaan. Bentuk konkret dari politik
dalam setiap bencana alam Bahkan ketika ilmu pengetahuan, bumi yang melestarikan alam dapat
yang terjadi di wilayah RI teknologi, dan ekonomi kapitalis meliputi tindakan-tindakan dan kebi-
cenderung besar. Hal ini da- mengalami perkembangan tahap lan- jakan-kebijakan seperti bersikap adil
pat dipandang sebagai tragedi jut, manusia justru gagal menang- dengan lingkungan, mengimplemen-
kemanusiaan yang seharusnya kap tanda-tanda alam. Saat ini, yang tasikan secara proporsional CBDRM
bisa dihindari atau diminimal- menonjol justru dorongan ekonomi (Community Based Disaster Risk
kan kalau kegiatan ekspolitasi libido manusia yang mengkomodifi- Management) dan mengakomodasi
terhadap alam yang bernuansa kasikan segala hal yang ada di dalam bentuk-bentuk kearifan budaya lokal
ekonomi dapat mengakomo- alam. Ruang dan waktu telah dimam- dalam berekonomi dan beraktivitas
dasi “hukum alam” dan suara patkan dalam teknologi multimedia lainnya dalam kaitannya dengan eks­
kearifan budaya lokal. Me- (TV, cyber, seluler, dan sebagainya) ploitasi alam.
mang di muka bumi ini, manu- dengan tujuan utama mengejar hasrat
sia memiliki hak untuk hidup, pencapaian profit setinggi-tingginya
bertahan, merekayasa alam, dan akumulasi kapital berkelanjutan.
dan membentuk tatanan so- Setiap sentimeter tanah adalah arena
sial yang demokratis untuk space of production yang sekadar
kesejahteraan. Namun, dari menjadi arena produksi dan konsum-
perspektif politik bumi yang si. Terjadilah pengkavlingan ruang
selaras dengan lingkungan, untuk keperluan real estate, reklamasi
manusia harus memahami pantai untuk hunian elite, resort pari-
bahwa bumi memiliki hak un- wisata, dan sebagainya. Semua itu

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


9 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

<< 10 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

Penanggulangan Bencana Dalam Perspek-


tif Perempuan Dan Anak
oleh
Lusi Margiyani

Berita seputar bencana di sebuah bencana apabila tidak mem- gulangan Bencana (UU No 24 tahun
Indonesia hampir setiap hari persiapkan langkah-langkah untuk 2007), merupakan wujud keseriusan
dapat kita jumpai di media penanggulangan. “Bencana merupa- pemerintah untuk melindungi rak­
massa. Sejak empat tahun ter­ kan sebuah peristiwa yang terjadi yatnya dalam upaya penangulangan
akhir beragam bencana seakan karena bertemunya ancaman dari luar bencana.
secara beruntun menimpa terhadap kehidupan manusia dengan Kesadaran mengenai kondisi geo­
bangsa Indonesia ini. Mulai kerentanan, yaitu kondisi yang mele- grafis Indonesia di wilayah rentan
dari bencana tsunami di Aceh mahkan masyarakat untuk menangani dan upaya penanggulangan sudah
dan Nias tahun 2004, gempa bencana” mulai dilakukan. Namun perhatian
bumi di Jogjakarta-Klaten Dalam lima tahun terakhir ini wa- secara khusus terhadap persoalan
hingga bencana tanah longsor cana mengenai bencana dan upaya perempuan dan anak dalam penang-
dan banjir di berbagai wilayah penanggulangannya mulai menarik gulangan bencana, masih terbatas.
di Jawa akhir-akhir ini. perhatian banyak kalangan seperti Padahal apabila kita simak laporan
Tsunami, banjir dan tanah lembaga-lembaga internasional, LSM dari UNFPA terhadap bencana Aceh
longsor merupakan bagian (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan tahun 2004, dinyatakan bahwa 75%
dari gejala alam dan bagian organisasi kemanusiaan di tingkat na- jumlah pengungsi atau orang yang
dari kehidupan kita. Namun sional/lokal maupun dari pemerintah. kehilangan ataupun tergusur dari
gejala alam ini dapat menjadi Pengesahan Undang Undang Penang- tempat tinggalnya adalah perempuan

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


11 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

dan anak. nanggulangan bencana karena mereka tensi dan kemampuan yang dapat di-
Persoalan perempuan dan mempunyai kerentanan yang berbeda ikutkan secara aktif dalam masa daru-
anak mempunyai keunikan dan kebutuhan khusus yang berbeda rat maupun kesiapsiagaan bencana.
tersendiri dalam upaya pe­ pula. Mereka juga mempunyai po-

Penanggulangan Konsep penanggulangan bencana


telah terjadi perubahan yang cukup
dalam PBBM diubah menjadi sub-
yek yang aktif dan dengan kesadaran
Bencana Berbasis mendasar. Pemaknaan terhadap ben-
cana yang secara konvensional diang-
diri merasa bertanggungjawab untuk
melakukan upaya-upaya penanggu-
Masyarakat (PBBM) gap sebagai sebuah kejadian yang tidak
dapat dicegah, kemudian mengalami
langan bencana. Dengan demikian
tujuan penanggulangan bencana tid-
pergeseran makna bahwa bencana da- ak hanya sebatas mengurangi pende­
pat diduga sebelumnya sehingga dapat ritaan korban dan pemulihan kondisi
dilakukan upaya pencegahan dan pen- masyarakat kembali ke situasi normal,
gurangan resiko. Rentang waktu dan namun lebih jauh lagi tujuan PBBM
fokus bantuan yang awalnya hanya berupaya mengurangi kerentanan dan
berorientasi pemberian bantuan fisik, meningkatkan kapasitas masyarakat.
teknis semata dan hanya dilakukan Perempuan dan anak merupakan
pada saat tanggap darurat bencana, bagian dari mereka yang terpinggir-
kemudian dengan konsep penanggu- kan dalam tatanan masyarakat kita,
langan bencana berbasis masyarakat, biasanya diposisikan rendah ataupun
kerja-kerja penanggulangan bencana tidak pernah diikutkan berpartisipasi
dilakukan sejak sebelum bencana ter- aktif dalam proses-proses perenca-
jadi yaitu melalui upaya pencegahan, naan maupun pengambilan keputusan
peredaman resiko dan peringatan dini. di masyarakat. PBBM lebih membu-
Bantuan juga lebih bersifat ke menye- ka kesempatan partisipasi perempuan
luruh termasuk pendampingan trauma anak karena pelibatan aktif seluruh
atau psikososial. komponen masyarakat diutamakn ter-
Perubahan yang sangat mendasar lebih untuk kalangan yang selama ini
terlihat dari siapa pelaku utama dan termarginal dikarenakan usia, jenis
manajemen bencana. Dalam penang- kelamin ataupun kecacatan fisik.
gulangan bencana secara konvensional Mengenai bantuan yang diberi-
terjadi anggapan bahwa penanggung- kan ketika bencana terjadi, dalam
jawab utama untuk “memikirkan” pandangan PBBM masyarakat kor-
penanggulangan bencana adalah ban didorong berpartisipasi penuh
pemerintah, para ahli ataupun LSM. dalam pembuatan keputusan yang
Namun dalam pandangan PBBM , menyangkut prioritas kebutuhan ser-
manajemen bencana adalah tanggung- ta identivikasi ukuran kesiapan dan
jawab setiap orang. Pengutamaan peredaman resiko bencana. Dalam
partisipasi sangat ditekankan karena proses ini perempuan dan anak-anak
pada dasarnya masyarakat yang ter­ dapat berperan aktif untuk penentuan
kena bencana lah yang paling mera- kebutuhan khusus mereka. Sering-
sakan akibatnya, tentunya mereka kali dalam banyak kejadian bencana,
sendiri yang paling paham mengenai kebutuhan khusus untuk perempuan
kebutuhan dan cara-cara mengatasi­ dan anak terlewatkan karena pembe-
nya. Partisipasi masyarakat meliputi rian bantuan ditentukan oleh pihak
laki-laki, perempuan, anak-anak dan luar tanpa berkonsultasi dengan yang
mereka yang terpinggirkan misalnya bersangkutan terlebih dahulu.
orang yang memiliki cacat tubuh (dif- Ibu hamil tentunya mempunyai
fabel). kebutuhan khusus yang tidak bisa di-
Masyarakat yang terkena bencana, abaikan begitu saja meski pada masa
yang semula diposisikan sebagai ob- darurat. Kebutuhan akan makanan
jek yang pasif hanya menunggu dan bergizi terutama sayuran dan buah
menerima bantuan saja, kemudian sangat mendukung kesehatan si ibu

<< 12 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

maupun janin yang dikandung- mie instant. Sejak disini pula saya baran kebutuhan khusus perempuan
nya. “Saya ingin sekali makan tidak pernah mendapat pemeriksaan maupun anak serta pembahasan me­
buah, sejak disini saya jarang dokter, tenaga medis memang ada, ngenai peran dan keterlibatan perem-
sekali makan buah dan sayu­ tetapi masih terbatas”, ujar Yusnidar puan dan anak, akan dibahas secara
ran, padahal saya butuh gizi seorang korban tsunami yang terjadi tersendiri dalam tulisan berikutnya.
untuk anak yang saya kandung. di Aceh, 26 Desember 2004 .
Di sini makanannya lagi-lagi Selanjutnya mengenai gam-

Penanggulangan Anak adalah “Seseorang yang be-


lum berusia 18 (delapan belas) tahun,
pemerintah dan masyarakat terhadap
perlindungan anak di Indonesia.
Bencana dalam termasuk anak yang masih dalam
kandungan”. Definisi mengenai anak
Prinsip-prinsip umum yang ter-
kandung dalam KHA yang kemudian
Perspektif Anak tersebut secara jelas sudah disebutkan
dalam Konvensi Hak Anak (KHA)
diserap sebagai prinsip dasar dalam
UUPA Nomor 23 tahun 2002, yaitu :
ataupun dalam Undang-Undang Per- 1. Non diskriminasi
lindungan Anak (UUPA) Nomor 23 2. Untuk kepentingan terbaik anak
tahun 2003 pada Bab I Ketentuan 3. Hak untuk hidup, kelangsungan
Umum. hidup dan berkembang
Konvensi Hak Anak (KHA) di- 4. Penghargaan terhadap pendapat
canangkan oleh Majelis Umum Per­ anak.
serikatan Bangsa Bangsa(PBB) untuk
memastikan adanya jaminan perlin­ Selain itu terdapat 3 kategori hak
dungan bagi hak anak di seluruh dunia. anak yang tercantum dalam KHA
Pemerintah Indonesia telah merativi- yaitu meliputi : 1. hak untuk bertahan
kasi konvensi ini melalui Keputusan hidup dan tumbuh kembang ; 2. hak
Presiden Nomor 36 tahun 1990. Ke- untuk mendapat perlindungan; dan
mudian diikuti dengan berbagai kebi- 3. hak untuk berpartisipasi. Ketiga
jakan yang mendukung perlindungan kategori tersebut mempunyai nilai
anak, yang dimotori oleh kalangan yang sama pentingnya dan saling
LSM maupun aktivis perlindungan menguatkan antara satu dengan yang
anak, dengan dibentuknya Komisi lain. Prinsip dasar dan ke 3 kategori
Nasional Perlindungan Anak hingga hak tersebut menjadi pertimbangan
kemudian muncul dan disyahkannya penting ketika melakukan kerja ke-
Undang-Undang Perlindungan Anak manusiaan dalam penanggulangan
Nomor 23 tahun 2003. Ini semua bencana.
memperlihatkan komitmen besar dari

Perlindungan Hak Berdasarkan laporan


IFRC World Disaster Report 2006,
dari punyai jumlah penduduk yang besar.
Diperkirakan sepertiga diantaranya
Anak Dalam Situasi diperkirakan 175 juta anak setiap ta-
hun terkena dampak bencana dikare-
adalah anak-anak.
Dalam KHA disebutkan bahwa
Darurat nakan perubahan iklim/cuaca. Per­
ubahan cuaca dapat tejadi disemua
setiap anak mempunyai hak universal
yang berlaku bagi semua anak dari
belahan bumi sebagai bagian dari berbagai latar belakang dan men-
gejala alam. Namun besar kecilnya cakup semua yang mereka butuhkan
dampak bencana bergantung dari be- untuk bertahan hidup dan menda­
sar kecilnya kerentanan dan kapasitas patkan kesempatan untuk hidup ma-
sebuah negara. Kebanyakan dampak pan dan berguna. Penekanan semua
bencana yang besar terjadi di negara- anak tersebut termasuk anak korban
negara dunia ketiga termasuk Indo- bencana. Bahkan dalam UUPA ter-
nesia. Hal ini dikarenakan tingkat dapat beberapa pasal yang secara ek-
kerentanan tinggi namun kapasitas splisit menyebut upaya perlindung­an
yang dimiliki rendah. Padahal negara untuk anak pada masa darurat ben-
berkembang seperti Indonesia mem- cana.

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


13 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

Dalam UUPA pasal 59 dan ngungsi, anak korban kerusuhan, anak berkreasi, jaminan keamanan dan
60 disebutkan mengenai per- korban bencana alam dan anak dalam persamaan perlakuan. Pemenuhan
lindungan khusus yang diberi- situasi konflik bersenjata. Bahkan kebutuhan juga harus terpenuhi ter-
kan kepada anak dalam situasi dalam pasal 62 disebutkan mengenai lebih bagi anak penyandang cacat
darurat karena bencana alam pemenuhan kebutuhan dasar yang dan anak yang mengalami gangguan
maupun karena situasi konflik, terdiri dari atas pangan, sandang, psikososial seperti misalnya anak
yaitu anak yang menjadi pe­ pemukiman, kesehatan, belajar dan yang trauma atau kehilangan orang
tua.

Dalam situasi darurat manapun,


Kerentanan Anak anak-anak merupakan pihak yang pa­
kerentanan perempuan yang hamil
dan menyusui.
(Berkait dengan ling rentan terpengaruh dampak dari
bencana. Minimnya sarana keseha-
Eratnya kerentanan perempuan
dan anak di masa darurat bencana
Hak Perlindungan tan yang ada, terbatasnya makanan
sehat dan bergizi yang tersedia akan
disebabkan oleh terganggunya pu-
sat pelayanan kesehatan yang ada,
Anak) berpengaruh terhadap proses tumbuh
kembang mereka. Secara fisik, ke-
kurangnya ketersediaan air bersih
dan makanan serta buruknya sanitasi
jiwaan maupun secara sosial, anak di sekitar lokasi bencana sehingga
masih belum mampu untuk hidup memicu munculnya berbagai penya­
mandiri. Kerentanan anak pada masa kit seperti diare, desentri, infeksi salu-
darurat bencana diantaranya keter­ ran pernafasaan dsb. Dalam kondisi
pisahan dengan keluarga. Keberadaan seperti ini penularan penyakit sangat
orang dewasa di sekitarnya diperlu- memungkinkan terjadi.
kan untuk memberikan perlindungan Selain kerentanan yang dikare-
dan membantu dalam upaya kelang- nakan ketersediaan bahan makanan
dan sarana kesehatan, anak sangat
rentan menjadi korban kekerasan
yang dilakukan oleh orang tuanya
dikarenakan terjadi perubahan situa­
si yang drastis sehingga memicu
munculnya kemarahan dan kekesa-
lan. Bisa juga kekerasan dilakukan
oleh pihak luar, anak pada masa
darurat bencana juga rentan sebagai
korban perdagangan anak. Pada
bencana tsunami di Aceh tahun
2006 lalu, banyak media massa yang
memberitahukan penemuan sejum-
lah anak korban bencana dari Aceh
yang menjadi korban perdagangan
sungan hidup anak. anak yang dilakukan sebuah lembaga
Kerentanan anak pada masa daru- berkedok yayasan di Jakarta.
rat terlebih untuk anak usia balita Kerentanan yang lain berupa ter-
(bawah lima tahun) karena berkait de­ ganggunya proses belajar anak dikare-
ngan resiko terkena penyakit bahkan nakan hancurnya fasilitas pendidikan
kematian anak. Dalam kondisi daru- dan belum berfungsinya pelayanan
rat anak balita sangat rentan terhadap pendidikan yang tersedia. Dalam
kekurangan gizi, penyakit dan juga KHA maupun UUPA disebutkan
kekerasan. Kerentanan anak balita bahwa pendidikan sebagai salah satu
maupun bayi yang masih dalam kan­ hak yang melekat pada setiap anak
dungan sangat berkait erat dengan termasuk dalam situasi darurat.

<< 14 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

Kebutuhan Khusus Kebutuhan dasar anak berupa


pakaian, makanan dan penampu­ngan
tentang aturan pengawasan pembe-
rian susu formula pada masa daru-
Anak (Berkaitan sementara memang hampir sama
deng­an kebutuhan orang dewasa pada
rat. Pembagian susu formula hanya
diperkenakan apabila ada pendam­
dengan hak hidup umumnya. Namun dengan memper-
hatikan kerentanan anak seperti dipa-
pingan dari petugas kesehatan untuk
menjelaskan mengenai peruntukan
dan tumbuh parkan di atas, menuntut pemenuhan
berbagai kebutuhan untuk anak pada
berkait dengan umur anak, takaran
yang benar, serta cara pembuatan
kembang) masa darurat bencana. Seringkali
bantuan untuk korban bencana tidak
yang terjamin kebersihan dan kese­
hatannya. Pemberian Air Susu Ibu
mencakup pakaian anak-anak khu- (ASI) lebih disarankan pada masa
susnya untuk bayi, ataupun selimut. darurat dibandingkan dengan susu
Padahal anak usia balita sangat rentan formula. ASI merupakan makanan
dengan perubahan cuaca ataupun ti­ bayi yang sangat bagus karena prak-
dak tahan dengan cuaca dingin di tis, murah dan sangat baik untuk kese­
alam terbuka. Seharusnya hal ini hatan bayi. Kandungan ASI tidak
juga menjadikan pertimbangan dalam sekadar memenuhi kebutuhan makan
pembuatan penampungan sementara bagi bayi, namun juga memberikan
bagi korban bencana untuk memberi- perlindungan kekebalan tubuh bayi
kan perlindungan yang memadai un- dari berbagai penyakit.
tuk bayi dan anak. Kebutuhan anak yang lain yang
Berkaitan dengan makanan, anak hampir tidak pernah diagendakan
mempunyai kebutuhan khusus yaitu dalam pemberian bantuan oleh
makanan sehat bergizi untuk meme­ ber­bagai pihak yaitu berupa alat
nuhi kebutuhan pertumbuhan tubuh, permainan edukatif anak ataupun
Untuk anak balita kebutuhan berupa buku-buku cerita. Barang-barang
susu sangat diperlukan. Namun tersebut tidak sekadar untuk sarana
Demikian pada saat terjadi gempa di hiburan dan alat bermain anak, na-
Jogjakarta tahun 2006 dan tsunami di mun merupakan bagian dari stimulasi
Aceh tahun 2004, Direktorat Jendral tumbuh kembang anak. Bahkan alat
Bina Kesehatan Masyarakat – De- permainan dan buku-buku seperti itu
partemen Kesehatan mengeluarkan dapat menjadi sarana penyembuhan
surat ditujukan ke Kepala Dinas Kese­ trauma anak pada masa darurat ben-
hatan terkait, untuk memperhatikan cana.

Peran Anak Dalam Seringkali anak dan perempuan


dalam konteks penanganan bencana,
ngan besar dalam pengurangan resiko
bencana, baik yang mengancam
Penanggulangan lebih diposisikan sebagai pihak kor-
ban yang tidak berdaya. Padahal anak
mereka sendiri maupun lingkungan
sekitarnya.
Bencana (Berkait mempunyai potensi untuk berpartisi-
pasi seperti dijamin dalam Konvensi
Berikut ini beberapa peran yang
dapat dilakukan oleh anak dan remaja
dengan Hak Hak Anak. Partipasi anak dan remaja
dapat dikembangkan dan didorong
dalam penanggulangan bencana :
a. Sebagai sumber, pembawa dan
Partisipasi anak) untuk turut serta dalam pengambi-
lan keputusan dan upaya penanggula­
penyebaran informasi baik ke-
pada keluarga, teman maupun
ngan bencana tanpa mengeksploitasi masyarakatnya. Peran ini se-
mereka. Dengan demikian mereka makin penting khususnya di ling-
ini menjadi bagian dari agen perubah kungan keluarga atau masyarakat
di masyarakatnya. Berdasarkan pe­ yang buta huruf ataupun mempu-
ngalaman yang dilakukan oleh Plan nyai kendala untuk mendapatkan
International dan Save the Children , informasi.
menunjukkan bahwa anak dan remaja b. Anak mempunyai kreativitas dan
dapat berperan memberikan sumba­ inovasi yang tinggi. Pemberian

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


15 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

informasi dan kesempa- mang bencana seperti gempa bumi man dan terjangkau. Hal ini sebagai
tan untuk berpartisipasi tidak bisa diperkirakan kapan akan bagian dari pemenuhan hak anak
akan mendorong mereka terjadi. Oleh karenanya anak-anak untuk mendapatkan pendidikan mes­
melakukan terobosan yang perlu dibekali pengetahuan, informasi kipun dalam masa darurat,
berkait dengan penang- dan ketrampilan berkait dengan pe­
gulangan bencana, yang nanggulangan bencana alam. Kegiatan yang dilakukan di bi-
mungkin kadang terlewat Awalnya bidang pendidikan anak dang pendidikan pada masa darurat :
dari pemikiran orang de- bukanlah bagian dari program tang- a. Distribusi sarana pendukung pen-
wasa. gap darurat. Baru tahun 2006, Badan didikan saat darurat, seperti tenda
c. Membantu memetakan Perserikatan Bangsa-Bangsa mem- sekolah perlengkapan sekolah
resiko bencana. Melalui berikan persetujuan dengan adanya (papan tulis, kapur tulis dsb) dan
kegiatan ini anak mampu education cluster (kelompok kerja perlengkapan sekolah anak (buku-
mengenali kawasan yang bidang pendidikan). Ada beberapa buku, alat tulis dan tas)
berbahaya yang dapat alasan yang mendasari bidang pen- b. Kegiatan psikososial untuk anak
menimbulkan resiko ben- didikan anak merupakan bagian dari melalui beragam kegiatan per-
cana. program tanggap darurat yaitu: mainan edukatif dan terstruktur
d. Anak mampu mengenali a. Pendidikan merupakan bagian untuk mengurangi trauma anak
keterkaitan bencana de­ dari hak anak yang harus dipenuhi dan mempercepat proses pemu-
ngan persoalan yang lebih pada masa darurat lihan menuju kehidupan seperti
luas yang meliputi ber­ b. Sarana untuk perlindungan anak. keseharian sebelum terjadi ben-
bagai aspek kehidupan. Melalui pendidikan (misal se- cana
e. Anak juga mampu meng- kolah sementara), anak berada c. Pelatihan psikosial dan penguatan
gerakkan teman-temannya di lingkungan yang aman secara guru untuk mendukung pemuli-
melalui di kelompok anak fisik maupun mental. Hal ini pen­ han kondisi kejiwaan guru agar
seperti di kelompok pe­ ting sekali mengingat pada masa mampu kembali menjalankan
ngajian anak atau sekolah. darurat anak rentan meng­alami fungsinya sebagai pengajar.
ber­bagai bahaya, kecelakaan,
Berikut ini beberapa con- kekerasan maupun kemungkinan Program pendidikan tidak hanya
toh program kesiapsiagaan sebagai korban pedagangan anak. dilakukan pada masa darurat, namun
bencana untuk anak dilakukan c. Sebagai titik masuk berbagai juga dilakukan pada masa pemuli-
oleh beberapa lembaga inter- program yang lain. Dengan ber- han menuju pengembangan kesiap-
national maupun lokal di bi- kumpulnya anak di sebuah tem- siagaan bencana. Save the Children
dang pendidikan dan perlind- pat yang aman, memudahkan dan MDMC (Muhamadiya Disaster
ungan anak. untuk melakukan program-pro- Management Center) mengembang-
gram lain yang diperlukan untuk kan program kesiapsiagaan bencana
1. Bidang Pendidikan anak di masa darurat misalnya untuk Sekolah Dasar (SD) dengan
Gempa bumi 27 Mei 2006 pemeriksaan kesehatan, pembe- menerbitkan buku panduan dan me-
di Jogyakarta dan Jawa Te­ rian makanan tambahan ataupun dia untuk sosialisasi dan pemahaman
ngah lalu, terjadi sekitar pukul kegiatan psikososial untuk me­ seputar penanggulangan bencana.
6 pagi. Anak-anak masih ber­ ngurangi trauma. Save the Children lebih menitikkan
ada di rumah, baru melakukan d. Memberi sumbangan terhadap pada pengembangan buku yang ber-
persiapan berangkat ke se- proses pemulihan kehidupan se- isi kumpulan Rencana Pelaksanaan
kolah. Artinya ketika bencana hari-hari di keluarga maupun Pembelajaran (RPP) mengenai ke-
terjadi, anak-anak masih ber­ masyarakat. Kegiatan sekolah siapsiagaan bencana yang diinteg­
ada ditengah keluarga. Dapat anak, akan mempengaruhi rutini- rasikan kedalam kurikulum KTSP
dibayangkan apabila peris- tas kegiatan yang dilakukan oleh (Kurikulum Tingkat Satuan Pen-
tiwa tersebut terjadi pada saat orang tua maupun masyarakat didikan) . Sedangkan kalau MMTC
jam sekolah. Pastilah jumlah sekitar, misalnya kembali untuk lebih mengmbangkan Lembar Kerja
korban anak-anak akan men- bekerja. Siswa (LKS) dilengkapi dengan me-
capai angka yang sangat be- dia berupa CD (Compact Disk)
sar, mengingat hampir semua Program pendidikan pada masa Buku panduan untuk guru mau-
bangunan sekolah di wilayah tanggap darurat bencana bertujuan pun LKS untuk kesiapsiagaan benca-
Bantul selatan dan di Klaten mengupayakan anak dapat kembali na semacam ini akan efektif apabila
roboh atau rusak berat. Me- bersekolah di tempat yang aman, nya- memang diterapkan di sekolah dan

<< 16 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

secara berkala perlu dilakukan Melalui program perlindungan sebagai bagian dari penanggulangan
simulasi untuk mempraktekkan anak di SPA ini anak akan : bencana.
yang ada dalam RPP. Ber- a. Dapat mengatasi persoalan trauma Berikut ini progarm penanggula­
dasarkan dari penuturan anak, yang dialami. Di SPA anak-anak ngan bencana yang disarankan
dari simulasi yang diprak- berkumpul bersama di sebuah yaitu:
tekkan di salah satu sekolah tempat melakukan kegiatan ber- 1. Di tingkat pemerintah dan lem-
dasar di Bantul, Jogjakarta, sama, sehingga bisa saling ber- baga kemanusiaan di tingkat na-
buku semacam ini membawa bagi rasa dan memberikan duku- sional, lokal :
manfaat untuk melatih diri ngan satu dengan yang lain a. Mengembangkan kebijakan per-
dalam menghadapi bencana. b. Mendapat perlindungan mengenai lindungan anak dalam bencana di
”Dalam praktek gempa keterpisahan dari keluarga. Salah berbagai tingkatan pemerintahan
tadi, perasaanku kaget dan satu kegiatan yang dilakukan di b. Membuat modul pelatihan pe­
deg-degan banget seperti SPA ini adalah pendataan ulang nanggulanagn bencana yang
gempa beneran, praktek itu anak dan keluarga untuk memas- mengundang partisipasi anak se-
memberi pengalaman bagiku. tikan anak masih berkumpul de­ cara aktif
Ya aku akan meniru praktek ngan keluarganya. c. Mengadakan pelatihan kesiapsia-
itu. Kalau ada gempa aku akan c. Mendapat perlindungan dari dis- gaan bencana yang berperspektif
berlindung di bawah meja, dan kriminasi pelayanan dasar anak anak untuk para relawan/petugas
kalau keluar tidak berdesak- pada kondisi darurat. Keberadaan d. Kebutuhan khusus anak men-
desakan” kata Putri Suryana anak di SPA lebih memudahkan jadi perhatian dan prioritas dalam
Ismi (SD Bakulan, Jetis, Ban- untuk memonitor pemenuhan ke- program pemberian bantuan kor-
tul, Jogyakarta). butuhan dasar dan tumbuh kem- ban bencana
”Aku takut waktu praktek bang anak. e. Menyediakan referensi mengenai
gempa bumi seperti sunggu- hak anak, gambaran kondisi dan
han. Hatiku berdebar-debar, Pada masa pemulihan menuju ke- persoalan anak dalam masa daru-
tapi aku senang karena seru siapsiagaan bencana, program SPA rat bencana maupun program-
sekali. Aku jadi ingat waktu ini kemudian dikembangkan untuk program pemulihan dan kesiap-
gempa dulu semua orang ber- penguatan kesadaran hak anak, pe­ siagaan bencana untuk anak
lari ketakutan tapi semua itu nguatan fungsi keluarga serta penguat­ f. Mendokumentasikan dan menye-
berhenti dalam beberapa me­ an institusi lokal/desa untuk perlin­ barluaskan pengalaman terbaik
nit. Pak guru telah memberi dungan hak anak. pendampingan anak dalam pe­
contoh petunjuk simulasi, jadi Beberapa kegiatan untuk kesiap- nanggulangan bencana yang te-
aku tidak takut lagi dengan siagaan bencana diantaranya pemben- lah dilakukan.
gempa bumi” kata Wahyu (SD tukan organisasi anak, pembentukan 2. Di masyarakat :
Bakulan, Jetis, Bantul, Jogja- kelompok orang tua peduli anak dan a. Melibatkan remaja secara aktif
karta). penyiapan peraturan atau kebijakan di dalam kerja-kerja penanggula­
tingkat desa untuk perlindungan anak ngan bencana
2. Program Di Bidang Per- khususnya berkait dengan bencana. b. Memastikan bantuan yang diberi-
lindungan Anak Salah satu kegiatan untuk anak dan kan dapat sampai dan memenuhi
Bencana yang besar seperti remaja yaitu mengadakan pelatihan kebutuhan anak
tsunami di Aceh dan gempa partisipatif mengenai kesiapsiagaan c. Membentuk atau menguatkan
bumi di Jogjakarta-Jawa Te­ bencana untuk remaja. Dari pelati- kelompok anak-anak sebagai
ngah, telah mengundang ba­ han ini diharapkan mereka mampu media untuk perlindungan dan
nyak organisasi kemanusian memahami kesiapsiagaan bencana pengembangan anak pada masa
baik di tingkat lokal, nasional untuk perlindungan diri dan masya­ darurat maupun sebagai bagian
maupun international melaku- rakat sekitar. Selain itu hal yang tid- kesiapsiagaan bencana
kan berbagai program tang- ak kalah penting diharapkan mereka d. Mengembangkan forum orang
gap darurat untuk anak. Pro- mampu menghasilkan peta keren- dewasa untuk menumbuhkan
gram yang banyak dilakukan tanan desa yang kemudian dikomuni- kepedulian dan kesadaran untuk
diantaranya mendirikan Safe kasikan kepada keluarga, masyarakat pemenuhan hak anak
Play Area (tempat bermain dan pemerintah desa. Dengan demi- e. Membuat kebijakan ditingkat
anak yang aman) atau sering kian ada upaya nyata dari anak yang lokal untuk upaya pemenuhan
disebut pula SPA atau Sanggar diusulkan untuk ditindaklanjuti men- kepentingan terbaik bagi anak.
Anak. jadi sebuah kebijakan ditingkat lokal

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


17 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

Penanggulangan Jumlah penduduk perempuan di


Indonesia lebih besar dibandingkan
dari upaya penanggulangan bencana.
Bahkan di beberapa tempat ka-
Bencana dalam dengan jumlah laki-laki. Namun ke­
terwakilan perempuan dalam berbagai
dang perempuan disalahkan sebagai
penyebab terjadinya bencana misal-
Perspektif pegambilan keputusan dan kehidupan
publik masih sangat minim. Hal ini
nya karena perempuan sudah tidak
lagi taat kepada suami atau banyak
Perempuan terjadi karena masih kuatnya budaya
patriarchy yang tidak saja mem-
melakukan dosa, sehingga Tuhan
menurunkan bencana Sebuah pan-
pengaruhi dalam tatanan kehidupan dangan yang sangat patriarkhis dan
keseharian di masyarakat namun juga merendahkan perempuan
proses pengambilan/pembuatan kepu- Tulisan berikut ini akan mencoba
tusan di tingkat yang lebih luas. Be- untuk memaparkan gambaran yang
gitu pula dalam upaya penanggulang­ berkait dengan kebutuhan khusus
an bencana, pelibatan perempuan, perempuan, kerentanan perempuan
pemahaman terhadap kebutuhan khu- dalam masa darurat bencana, peran-
sus perempuan serta pengakuan peran peran dan sumbangan yang dapat
signifikan perempuan masih kurang dilakukan oleh perempuan serta ber-
mendapat perhatian bagai produk kebijakan yang men-
Di berbagai belahan bumi, perem- dukung pentingnya memperhatikan
puan terbukti mampu secara efektif persoalan perempuan dalam penang-
ikut terlibat dalam berbagai penang- gulangan bencana dan contoh kegia-
gulangan bencana. Namun seringkali tan kesiapsiagaan bencana yang men-
sumbangan atau upaya perempuan ini dukung yang lebih memperhatikan
kurang diakui dan kurang mendapat perempuan.
perhatian secara serius sebagai bagian

Kebutuhan Khusus Relasi gender berdampak secara


nyata terhadap kehidupan keseha­rian
menunjang untuk pemenuhan kebutu-
han kesehatan reproduksi perempuan
dan Kerentanan antara perempuan dan laki-laki. Rela-
si demikian dalam kaitannya de­ngan
khususnya ketika masa haid.
Dari wawancara yang dilakukan
Perempuan Dalam bencana tentunya akan memberikan
dampak yang berbeda. Laki-laki
Eko Bambang Subiyantoro dengan
pengungsi perempuan di Banda Aceh
Masa Darurat Ben- yang telah dikonstruksikan dalam
posisi yang lebih dekat dengan akses,
beberapa saat setelah bencana tsuna-
mi tahun 2004, mereka mengatakan
cana sumberdaya maupun kekuasaan dan
berperan di wilayah publik, tentunya
bahwa pembalut dan pakaian dalam
sangat diperlukan, namun ketika me-
hampir dapat dipastikan memiliki pe- nanyakan ke posko-posko yang ada,
luang yang lebih besar. Sedangkan barang tersebut tidak didapatkan. Se-
perempuan dengan konstruksi sosial hingga ada perempuan yang sedang
yang lebih berada di wilayah domes- haid sampai dua hari tidak mengganti
tik dan terjauhkan dari akses dan sum- pembalutnya, ada juga yang kemudi-
berdaya, tentunya akan lebih rentan. an menggunakan sobekan kain yang
Setiap kedaruratan, perempuan belum tentu terjamin kebersihannya.
selain membutuhkan bantuan kebutu- Ketersediaan MCK hendaknya
han dasar seperti kebanyakan masyara­ dipertimbangkan dari segi kemuda-
kat yang lain seperti makanan, pa- han perempuan untuk menjangkau­nya
kaian dan penampungan sementara, dan tingkat keamanannya. Se­ringkali
perempuan juga memiliki kebutuhan perempuan pengungsi enggan untuk
khusus yang berkait dengan fungsi menggunakan MCK yang ada salah
reproduksinya seperti pembalut, pa- satunya karena merasa tidak aman,
kaian dalam dan sarana air bersih un- sehingga lebih memilih hanya de­
tuk MCK(Mandi, Cuci dan Kakus). ngan membentangkan kain untuk
Kebutuhan air bersih ini akan sangat penutup, yang dibantu oleh sesama

<< 18 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

perempuan. merupakan angka tertinggi di Asia jalankan fungsi ganda yaitu merawat
Untuk perempuan yang Tenggara. dan melindungi anak maupun harta
hamil, mereka ini memerlu- Begitu pula untuk ibu yang menyu­ benda yang masih tersisa dan bertu-
kan asupan gizi yang memadai sui selain kebutuhan gizi yang cukup, gas untuk penyediaan makanan untuk
(multi vitamin) agar dapat ter- karena dapat mempengaruhi kelancar- keluarga ataupun masyarakat di seki-
penuhi kebutuhan gizi untuk an produksi air susu ibu (ASI) untuk tarnya.
dirinya dan janin yang dikan­ si bayi. Dengan lebih memperhatikan Dalam masa darurat yang serba
dungnya. Hal ini untuk meng- kebutuhan khusus perempuan berarti tidak menentu, perempuan juga ren­
hindari resiko terganggunya akan membantu pemenuhan kebutu- tan terhadap kekerasan dilakukan
kesehatan yang dapat mengan- han anak, khususnya untuk bayi yang oleh suami atau keluarganya dikare-
cam keselamatan ibu dan bayi­ masih dalam kandungan ataupun anak nakan adanya perubahan kondisi yang
nya. Berdasarkan data dari yang masih menyusui. drastis sehingga memicu munculnya
Unicef, Angka Kematian Ibu Kerentanan perempuan yang lain kekerasan. Atau kekerasan yang di-
(AKI) melahirkan di Indone- berupa terbatasnya akses perempuan lakukan oleh orang luar yaitu rentan
sia sebanyak 380 per 100.000 untuk mendapatkan bantuan khusus- menjadi korban perdagangan perem-
kelahiran. Angka yang cukup nya di daerah yang sulit dijangkau. puan.
tinggi, karena AKI tersebut Hal ini disebabkan perempuan men-

Peran dan Sum- Perempuan dibalik kerentanan-


nya sebenarnya menyimpan potensi
buktikan mempercepat proses pemu-
lihan dan rehabilitasi di masa pasca
bangan Perempuan kekuatan, strategi survival maupun
pengorganisasian yang luar biasa.
darurat.
Perempuan Merawat
Dalam Masa Daru- Belajar dari pengalaman yang dilaku-
kan oleh organisasi/LSM perempuan
Perempuan dikarenakan kon-
struksi gender cenderung memben-
rat Bencana di Jogyakarta ketika tanggap darurat
bencana gempa bumi Mei 2006 lalu.
tuk perempuan untuk lebih perha-
tian pada hal-hal yang menyentuh
Ada banyak hal yang bisa kita pelajari perasaan diantaranya merawat orang
dan dapat kita pergunakan sebagai sekelilingnya. Sebuah konstruksi
acuan ketika menghadapi bencana social yang justru menjadi potensi
di tempat yang lain. Organisasi pe­ yang luar biasa bagi perempuan
rempuan bersama masyarakat setem- dalam masa darurat bencana dengan
pat dengan caranya sendiri berupaya memberikan pertolongan perawatan
mengatasi permasalahan darurat kepada keluarga dan masyarakat di
akibat gempa bumi dengan menge- sekitarnya. Apalagi dengan jumlah
rahkan sumberdaya yang dipunyai. korban bencana yang membutuhkan
Semangat untuk bangkit kembali dari perawatan, tidak dapat sepenuhnya
keterpurukan dilandasi semangat un- dilakukan oleh rumah sakit ataupun
tuk mampu menolong diri sendiri dan pusat pelayanan kesehatan yang ada
masyarakat di sekitarnya, telah mem- secara memadai.

Dapur Umum Salah satu peran perempuan yang


sangat menonjol dalam sebuah ben-
liharaan masyarakat untuk bertahan
hidup khususnya untuk perempuan
Sebagai Strategi cana yang biasa dilakukan oleh kel-
ompok perempuan adalah pendi­rian
dan anak di masa bencana.
Secara spontan perempuan kor-
Pemeliharaan dapur umum. Konstruksi gender
bahwa perempuan diidentikkan de­
ban bencana mengorganisir diri
mendirikan dapur umum di sekitar
Ketahanan Hidup ngan kerja domestik seperti mema-
sak misalnya, justru pada saat darurat
wilayahnya. Mereka secara sukarela
membawa peralatan ataupun bahan
Masyarakat bencana menjadi sebuah kekuatan
yang luar biasa bagi perempuan dan
makanan yang masih tersisa seperti
beras, sayuran, telur, tahu, tempe dsb
Korban Bencana dirasakan manfaat nyata oleh keluar­
ga dan masyarakat secara luas. Ini
untuk dikumpulkan dan dikelola ber-
sama.
merupakan bagian dari upaya peme- Keberadaan dapur umum dalam

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


19 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

bencana seperti ini mempunyai


peran strategis bagi pengorganisasi­
an masyarakat khususnya perem-
puan anak-anak serta upaya sur-
vival sekelompok masyarakat yang
dimotori oleh perempuan. Untuk
mengelola dapur umum ini diperlu-
kan kemampuan pengorganisasian
masyarakat dan managemen yang
berkait dengan pengaturan penyedia­
an bahan makanan, pembagian kerja
dalam penyediaan makanan sampai
dengan distribusi yang merata untuk
semua warga.

Nasi Bungkus Strategi serupa dengan pendiri­


an dapur umum juga dilakukan oleh
Pemberi Rasa Aman
Peran dan sumbangan perempuan
Sebagai Strategi organisasi perempuan ataupun LSM
perempuan lokal untuk melakukan
yang lain dalam masa pasca terjadi­
nya bencana adalah kemampuan
Pengorganisasian kegiatan kemanusiaan di masa darurat.
Terlepas dari suara sumbang karena
perempuan dalam memberikan rasa
aman kepada sesama perempuan,
Perempuan menganggap pemberian nasi bungkus
justru akan memperkuat anggapan
terhadap anak-anak dan masyarakat
di lingkungannya. Secara konstruksi
domestikasi perempuan dan meman- sosial perempuan “dibentuk” memi-
jakan masyarakat. Namun justru apa liki kecenderungan karakter merawat,
yang dilakukan oleh mereka ini sebe- melindungi dan tabah dalam meng-
narnya sebagai awal dari membangun hadapi cobaan. Dengan demikian
sistem penanggulangan bencana dari mereka lebih terlatih untuk tabah dan
perspektif perempuan. menerima cobaan berupa bencana,
Penyediaan nasi bungkus untuk dan kemauan untuk berbagi perasaan
korban bencana bukanlah sebuah tin- kepada sesamanya maupun kepada
dakan kecil. Seringkali banyak kalan- anak-anak. Dalam situasi darurat
gan menganggap sepele nasi bungkus keamanan dan kenyamanan kejiwaan
karena merupakan produk domestik seperti ini sangat dibutuhkan. “Saya
perempuan dan kadang dinilai tidak harus tetap tegar untuk melanjutkan
pretisius dan termarjinal­kan, namun kehidupan baru dan memberi sema­
justru ini merupakan sumberdaya yang ngat kepada kedua anakku yang
dipunyai oleh perempuan hingga ting- masih kecil sudah ditinggal oleh
kat akar rumput. Dari nasi bungkus ayahnya”, kata Ibu Nurhayati, korban
pula, akan terbentuk jaring­an distri- gempa bumi di Jogjakarta.
busi yang kemudian menjadi sebuah
networking (jaringan) yang tidak han- Penyebar Informasi
ya sebatas urusan praktis pembagian Dapur umum tidak hanya memi-
nasi, namun juga upaya menemukan liki fungsi penyedia makanan semata,
persoalan perempuan dan menum- namun juga sebagai pusat berkumpul
buhkan kesadaran kritis berkait den- dan distribusi informasi antar warga
gan persoalan perempuan. Mereka masyarakat. Perempuan memiliki
sambil membagi nasi bungkus seka- peran penyebar informasi mengenai
ligus melakukan pendataan, identifi- perkembangan yang terjadi (informa-
kasi kerentanan dan issue perem­puan si mengenai bencana, bantuan, keada­
dan anak yang muncul. Hal yang lebih an anggota keluarga dsb).
penting lagi sambil mereka memulai
membangun hubungan dengan orang
kunci di setiap kelompok masyarakat.

<< 20 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

Pemberdayaan Semangat untuk melindungi dan


memberdayakan perempuan atau gen-
puan dalam pengambilan keputusan
pada program pembuatan hunian se-
Perempuan dalam der mainstreaming berkaitan dengan
bencana, sudah mulai diagendakan
mentara untuk korban tanah longsor
di Gunung Kelir, Kabupaten Kulon
Upaya Pengura­ dalam beberapa produk kebijakan di-
antaranya :
Progo, Jogjakarta. Sebagai contoh,
Sujiah yang seorang janda, meskipun
ngan Resiko Ben- - Prioritas aksi Hyogo framework
tahun 2005 -2015
dia turut hadir dalam pertemuan war-
ga, namun Sujiah tidak usul ataupun
cana dan Kesiap- - Millennium Development Goals
2015
berpendapat karena merasa bodoh
dan tidak bisa bicara di depan umum.
siagaan Bencana - Rencana Strategi Kementerian
Negara Pemberdayaan Perem-
Bahkan Sujiah berpendapat bahwa
keputusan dari bapak-bapak dari
puan (tentang penetapan standar hasil pertemuan akan baik juga untuk
nasional penanganan bencana perempuan.
yang berperspektif gender) Persoalan perempuan dan ben-
- Undang-Undang No 9 tahun 2000 cana juga mendapatkan perhatian
tentang pengarusutamaan gender yang besar dari kalangan aktivis
dalam pembangunan nasional perempuan, isu tersebut merupakan
- Undang-Undang No 23 tahun salah satu agenda khusus 12 isu kritis
2002 mengenai Perlindungan Gerakan Perempuan Indonesia tahun
Anak (termasuk perempuan). Ter- 2006-2011.
dapat pasal-pasal perlindungan Gerakan perempuan merupa-
terhadap bencana alam. kan bagian dari gerakan sosial yang
- Undang Undang Penanggulangan mempunyai agenda bersama mem-
Bencana tahun Nomor 24 tahun bangun kesadaran kritis masyarakat
2007. yang berperspektif gender. Peru-
Pengarusutamaan gender dalam bahan terhadap kondisi perempuan
penanggulangan bencana merupakan harus dilakukan bersama berbagai
bagian integral dari pembangunan, elemen gerakan sosial. Begitu pula
karena mendorong partisipasi perem­ sebalik­nya dengan munculnya par-
puan untuk terlibat dalam proses tisipasi perempuan akan menyum-
peng­ambilan keputusan, kepemimpi- bang perwujudan demokrasi yang
nan maupun dalam aspek manajemen. lebih nyata.
Artinya keberhasilan upaya ini akan Ada 6 tuntutan aktivis perempuan
menyumbang tingkat kesejahteraan, yang berkait dengan perempuan dan
kesetaraan dan keadilan. bencana yaitu :
Persoalan partisipasi perempuan 1. Membuat data base tentang ben-
ini selayaknya menjadi perhatian yang cana dan permasalahannya
serius dalam upaya penanggulangan 2. Membangun manajemen dan
bencana. Kendala pelibatan perem- melibatkan perempuan dalam
puan dalam pengambilan keputusan penanggulanagn bencana yang
berkait dengan konstruksi gender di berperspektif gender
masyarakat yang masih mendudukkan 3. Mendesak adanya UU yang
laki-laki sebagai pengambilan kepu- melindungi perempuan dan anak
tusan di tingkat keluarga, masyarakat sebagai korban konflik
bahkan juga negara. Kendala sering­ 4. Mengkritisi dan mendesak RUU
kali juga muncul dari perempuan atau peraturan tentang penanggu-
sendiri, dikarenakan konstruksi gen- langan bencana termasuk alokasi
der, mereka tidak terbiasa untuk bera- dana yang berperspektif gender
ni mengemukakan pendapat, apalagi 5. Membangun sinergi antar ber­
di ruang publik. Dalam Buku Catatan bagai pihak dalam penanggula­
Harian Sketsa Perempuan Pengungsi ngan bencana
Gunung Kelir, ada banyak contoh 6. Mendesak negara untuk menye-
potret rendahnya keterlibatan perem- diakan pelayanan trauma healing

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


21 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

dan psikososial sebagai referensi - Mengembangkan sistem peringa­


Untuk memastikan agar - Mendokumentasikan dan menye- tan dini yang dapat dimengerti
isu gender atau perspektif barluaskan pengalaman terbaik oleh semua masyarakat (khusus-
perem­puan menjadi bagian penyetaraan gender dari kerja- nya untuk perempuan dan anak)
dari penanggulangan bencana kerja penanggulangan bencana - Menyiapkan fasilitas yang
perlu diupayakan berbagai yang telah dilakukan. Kegia- sewaktu-waktu dapat dipergu-
kegiatan diantaranya : tan semacam ini mulai banyak nakan sebagai tempat pengung-
1. Untuk Pemerintah dan dilakukan oleh LSM/organisasi sian yang mudah dijangkau oleh
Lembaga Kemanusiaan diting- perempuan terutama sejak lima perempuan dan anak.
kat nasional maupun lokal : tahun terakhir ini banyak terjadi
- Gender dimasukkan ke bencana di Indonesia. Doku- Kesimpulan
dalam rencana kerja dan mentasi ini sangat berguna untuk 1. Perempuan dan anak memiliki
strategi penanggulangan replikasi di tempat lain, dan untuk kerentanan tersendiri ketika terja-
bencana menghindari kesalahan-kesalahan di bencana. Mereka mempunyai
- Membuat data terpisah penanganan bencana yang pernah kebutuhan khusus yang perlu di­
berdasarkan jenis kelamin dilakukan. agendakan dalam distribusi ban-
dan kerentanan perem- - Mengembangkan alat analisa gen- tuan maupun dalam perencanaan
puan perlu dikembangkan, der dalam bencana yang sederha- persedian barang.
misal jumlah perempuan na agar mudah digunakan dalam 2. Upaya penanggulangan bencana
hamil, menyusui, perem- penerapan pelaksanaan penang- sudah mulai menjadi perhatian
puan diffabel (cacat tu- gulangan bencana. banyak kalangan, baik lembaga
buh) 2. Di Tingkat Masyarakat : international, lembaga lokal
- Menggunakan prinsip dan - Perencanaan dan pelaksanaan seper­ti LSM dan organisasi sosial
panduan gender dalam program penanggulangan benca- maupun pemerintah. Namun per-
pelaksanaan kerjanya dan na, berkonsultasi dan melibatkan hatian secara khusus mengenai
memadukan pertimbangan perempuan dalam setiap proses persoalan perempuan dan anak
gender dalam mekanisme - Memastikan dalam penyaluran dalam bencana masih terbatas.
bantuan darurat bantuan secara adil dan merata 3. Perempuan dan anak masih sering
- Mengembangkan persia- khususnya kepada perempuan diposisikan sebagai objek korban
pan dalam penyediaan dan anak-anak bencana. Mereka sebenarnya
bantuan paling tidak sam- - Meningkatkan keterlibatan dan mempunyai kemampuan dan
pai di tingkat kabupaten. keterwakilan perempuan dalam potensi besar untuk dilibatkan
- Memastikan bantuan yang proses pengambilan keputusan secara aktif dalam upaya penang-
diberikan kepada korban - Mendorong perempuan untuk gulangan bencana.
bencana sesuai dengan ke- berperan dalam kegiatan-kegiatan 4. Belajar dari pengalaman pena­
butuhan perempuan penanggulangan bencana nganan bencana gempa bumi di
- Menyelenggarakan pelati- - Meningkatkan kemampuan Jogjakarta, terjadi proses transfor-
han-pelatihan penanggu- masyarakat untuk penanggula­ masi perempuan korban bencana
langan bencana dengan ngan bencana dengan melatih menjadi penolong masyarakat
mengikutsertakan perem- tenaga sukarela dari masyarakat korban. Mereka dengan caranya
puan di dalamnya lokal dan mendorong perempuan sendiri misal dengan pendirian
- Memasukkan materi gen- untuk terlibatat dalam pelatihan- dapur umum dan distribusi nasi
der ke dalam modul-modul pelatihan. bungkus, mampu mengorgani-
pelatihan yang berkait - Membekali masyarakat lokal de­ sir dan memberikan sumbangan
dengan penanggulangan ngan pengetahuan praktis seputar yang besar kepada masyarakat
bencana. Hal ini terutama pengenalan bencana dan penang- dalam mempertahankan dan ke­
menyangkut pengetahuan, gulangannya serta ketrampilan langsungan hidup.
pemahaman dan kepekaan sederhana yang berkait dengan 5. Dari pengalaman beberapa lem-
terhadap kondisi dan kebu- bencana, misal pelatihan men- baga kemanusiaan menunjukkan
tuhan khusus perempuan. genai pertolongan pertama pada perempuan dan anak dapat ber-
- Menyediakan referensi kecelakan peran penting dalam upaya
seputar persoalan gen- - Secara berkala melakukan simu- penang­gulangan bencana baik di
der dan analisa gender, lasi upaya penyelamatan diri dari masa darurat maupun dalam di
sehingga memudahkan bencana, dengan memperhatikan saat untuk kesiapsiagaan benca-
sewaktu-waktu diperlukan kelompok rentan na.

<< 22 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

Manajemen Risiko Bencana Berbasis


Komunitas: Alternatif Dari Bawah
oleh:
Dr. Eko Teguh Paripurno, MT

munculnya ancaman itu. Bukan saja


karena kekuatannya yang luar biasa,
namun juga karena waktu terjadinya
sulit ditentukan secara tepat. Bebera­
pa kejadian bencana alam menun-
jukkan bahwa betapa besar ukuran
suatu bencana alam itu, sehingga
manusia tidak mempunyai makna
terhadap besarnya bencana tersebut.
Namun, dilain pihak, manusia mem-
punyai kemampuan untuk mengenali
dan memahami bencana tersebut. Tin-
dakan tersebut merupakan salah satu
upaya untuk meredam kerugian yang
ditimbulkan oleh bencana alam, atau
sering disebut sebagai bagian dari
penanggulangan bencana. Tindakan
penanggulangan bencana merupakan
bagian penting dan strategis bagi aksi
kemanusiaan, dan merupakan bagi-
an tidak terpisahkan dari kebijakan
pembangunan dan usaha peningkatan
kesejahteraan.
Saat bencana terjadi, hampir se-
luruh aktor mencurahkan tenaga dan
pikiran untuk melakukan tindakan
gawat darurat bagi korban bencana.
Selanjutnya, kita disibukkan ber-
benah melakukan rehabilitasi mau-
pun rekontruksi. Berbagai pengelo-
laan bencana yang telah kita lakukan
Manajemen bencana ber- ringkali dianggap sebagai sesuatu jelas sesuai dan bukan tanpa alasan.
basis komunitas: alternatif dari yang harus terjadi, cenderung diteri- Kita melakukan tindakan darurat
bawah? Dari mana sih sebe- ma apa adanya sebagai sebuah takdir. karena memang begitu banyak kor-
narnya manajemen bencana Bencana alam seringkali diang- ban yang memerlukan pertolongan.
harus dimulai?. Entah dari gap sebagai sesuatu yang harus ter- Kita perlu melakukan rehabilitasi
bawah, ataupun dari atas, be- jadi. Gerakan tanah/tanah longsor, dan rekontruksi berbagai infrastruk-
lakangan ini, setiap terjadi sebagaimana gempa bumi, letusan tur yang rusak oleh bencana, agar
bencana kita cenderung me- gunung api, gelombang pasang, bisa menjalankan rutinitas hidup kita
letakkan kesalahan pada pihak kekeringan, banjir dan lainnya, adalah secara normal. Dan, siklus itu selalu
lain, lembaga lain, orang lain, kondisi alam yang melekat pada bumi saja kita lakukan.
kelompok lain, dan lain lain kita. Sampai sekarang, manusia belum
lainnya. Bahkan, bencana se­ mampu secara tuntas menghentikan

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


23 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

Seputar Bencana Bencana (disaster) merupakan


fenomena yang terjadi karena kom-
kapasitas itu pula yang memung-
kinkan bencana cenderung akan hadir
ponen-komponen pemicu (trigger), berulang di suatu kawasan dan komu-
ancaman (hazard), dan kerentanan nitas. Menurut konsep sustainable
(vulnerability) bekerja bersama se- livelihood ada lima aset penghidupan
cara sistematis, sehingga menyebab- yang dimiliki oleh setiap individu
kan terjadinya risiko (risk) pada atau unit sosial yang lebih tinggi di
komunitas. dalam upayanya mengembangkan
Dilihat dari waktu terjadinya, an- kehidupannya yaitu: (1) humane
caman dapat muncul secara tiba-tiba capital, yakni modal yang dimiliki
dan tidak terduga (shocks); ancaman manusia; (2) social capital, adalah
berangsur, terduga dan dapat dicer- kekayaan sosial yang dimiliki komu-
mati (trends); serta ancaman musi- nitas; (3) natural capital: adalah per-
man yang datang setiap periode waktu sediaan sumber daya alam; (4) physi-
tertentu (seasonality). Ancaman yang cal capital adalah infrastruktur dasar
muncul secara tiba-tiba akan men- dan memproduksi barang-barang
imbulkan bencana tiba-tiba (misal yang dibutuhkan; serta (5) financial
tumpahan limbah, kebocoran nuklir); capital, yaitu sumber-sumber keuang­
ancaman yang berangsur dan musi- an yang digunakan oleh masyarakat
man akan menyebabkan bencana yang untuk mencapai tujuan-tujuan ke-
berangsur (banjir kiriman, kekerin- hidupannya.
gan, degradasi lingkungan akibat po- Setiap individu, komunitas mau-
lusi, pestisida dan pupuk kimia) dan pun unit sosial yang lebih besar
musiman (gerakan tanah/tanah long- mengembangkan kapasitas sistem
sor, kekeringan, banjir pasang surut, penyesuaian dalam merespon anca-
banjir hujan). man. Renspons itu bersifat jangka
Status ancaman ini sangat tergan- pendek yang disebut mekanisme
tung dari kapasitas individu maupun penyesuaian (coping mechanism)
komunitas dalam menguasai sistem atau yang lebih jangka panjang yang
peringatan dini (early warning sys- dikenal sebagai mekanisme adaptasi
tem). Artinya, ancaman yang di- (adaptatif mechanism). Mekanisme
maknai shocks oleh satu individu atau dalam menghadapi perubahan dalam
komunitas, merupakan trends untuk jangka pendek terutama bertujuan
individu atau komunitas lain yang untuk mengakses kebutuhan hidup
mempunyai sistem peringatan dini dasar: keamanam, sandang, pangan,
yang lebih baik. Sebaliknya, anca- sedangkan jangka panjang bertujuan
man yang dimaknai trends oleh satu untuk memperkuat sumber-sumber
individu atau komunitas, merupakan kehidupannya.
shocks untuk individu atau komu- Prinsip kehati-hatian dimulai dari
nitas lain yang mempunyai sistem mencermati setiap bagian kegiatan
peringatan dini yang buruk. Ancaman yang berpotensi menjadi ancaman
gerakan tanah/tanah longsor akan terhadap keberadaan aset peng-
dipahami sebagai sesuatu yang men- hidupan dan jiwa manusia. Anca-
dadak oleh masyarakat yang tidak man tersebut perlahan-lahan maupun
memahami penanggulangan bencana, tiba-tiba akan berpotensi menjadi
tetapi akan dipahami sebagai sesuatu sebuah bencana, sehingga menyebab-
yang berangsur oleh masyarakat yang kan hilangnya jiwa manusia, harta
paham penanggulangan bencana. benda dan lingkungan. Kejadian ini
Bencana akan mereduksi kapasitas terjadi di luar kemampuan adaptasi
komunitas dalam menguasai maupun masyarakat dengan sumber-dayanya.
mengakses aset penghidupan (liveli- Berkenaan dengan hal tersebut maka
hood assets). Dibeberapa peristiwa perlu dipahami potensi risiko yang
bencana seluruh kapasitas dan aset mungkin muncul, yaitu besarnya
tersebut hilang sama sekali. Reduksi kerugian atau kemungkinan hilang-

<< 24 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

nya (jiwa, korban, kerusakan perlu dilakukan upaya-upaya miti- yang ditimbulkan dan mengurangi
dan kerugian ekonomi) yang gasi (mitigation), yaitu upaya-upaya dampak lebih besar, terutama berupa
disebabkan oleh ancaman ter- untuk meminimalkan dampak yang penyelamatan korban dan harta ben-
tentu di suatu daerah pada ditimbulkan oleh bencana. Ada 2 ben- da. Secara sinergis juga diperlukan
suatu waktu ter­tentu. Resiko tuk mitigasi, yaitu mitigasi struktural bantuan darurat (relief), yaitu upaya
biasanya dihitung secara mate- berupa pembuatan infrastruktur pen- memberikan bantuan berkaitan de­
matis, merupakan probabilitas dorong minimalisasi dampak, serta ngan pemenuhan kebutuhan dasar
dari dampak atau konsekuensi mitigasi non struktural berupa penyu- berupa: pangan, sandang, tempat
suatu ancaman. Jika potensi suan peraturan-peraturan, pengelo- tinggal sementara, kesehatan, sani-
risiko pada pelaksanaan kegia- laan tata ruang dan pelatihan. tasi dan air bersih.
tan jauh lebih besar dari man- Usaha-usaha di atas perlu diduku- Agar dampak tidak berkepanjang­
faatnya, maka kehati-hatian ng dengan upaya kesiapsiagaan (pre- an maka proses pemulihan (recovery)
perlu dilipat-gandakan. Upaya paredness), yaitu melakukan upaya kondisi lingkungan dan masyarakat
mengurangi kerentanan (vul- untuk mengantisipasi bencana, mela- yang terkena dampak/bencana, de­
nerability) yang melekat, yaitu lui pengorganisasian langkah-lang- ngan memfungsikan kembali prasara-
sekumpulan kondisi yang kah yang tepat, efektif dan siap siaga. na dan sarana pada keadaan semula.
mengarah dan menimbulkan Misal­nya : penyiapan sarana komu- Upaya yang dilakukan bukan sekedar
konsekuensi (fisik, sosial, nikasi, pos komando dan penyiapan memperbaiki prasarana dan pelaya­
ekonomi dan perilaku) yang lokasi evakuasi. Di dalam usaha nan dasar (jalan, listrik, air bersih,
berpengaruh buruk terhadap kesiapsiagaan ini juga dilakukan pe­ pasar puskesmas, dll) tetapi terma­
upaya-upaya pencegahan dan nguatan sistem peringatan dini (early suk fungsi-fungsi ekologis. Upaya
penanggulangan bencana, warning system), yaitu upaya untuk tersebut, dalam jangka pendek um-
misal­nya: menebang, penam- memberikan tanda peringatan bahwa umnya terdiri dari usaha rehabilitasi
bangan batu, membakar . bencana kemungkinan akan segera (rehabilitation), yaitu upaya untuk
Siklus penanggulangan terjadi. Upaya ini misalnya dengan membantu masyarakat memperbaiki
bencana yang perlu dilakukan membuat perangkat yang akan meng- rumahnya, fasilitas umum dan fasili-
secara utuh. Upaya pencegahan informasikan ke masyarakat apabila tas sosial penting, dan menghidup-
(prevention) terhadap muncul- terjadi kenaikan kandungan unsur kan kembali roda perekonomian dan
nya dampak adalah perlakuan yang tidak diinginkan di sungai atau fungsi ekologis setelah bencana terja-
utama. Untuk mencegah ban- sumur di sekitar sumber ancaman. di. Penyelesaian masalah ling­kungan
jir maka perlu mendorong Pemberian peringatan dini harus (1) sejauh ini hanya melakukan tindakan
usaha masyarakat membuat menjangkau dan dipahami masyarakat fisik ini, yang umumnya belum
sumur resapan, dan sebaliknya (accesible), (2) segera (immediate), menyentuh rehabilitasi fungsi ekolo-
mencegah penebangan. Agar (3) tidak membingungkan (coherent), gis. Selanjutnya rekonstruksi (recon-
tidak terjadi jebolnya tanggul, dan (4) bersifat resmi (official) struction) merupakan upaya jangka
maka perlu disusun save pro- Pada akhirnya jika bencana dari menengah dan jangka panjang guna
cedure dan kontrol terhadap sumber ancaman terpaksa harus ter- perbaikan fisik, sosial dan ekonomi
kepatuhan perlakuan. Walau- jadi, maka tindakan tanggap darurat untuk mengembalikan kehidupan
pun pencegahan sudah dilaku- (response), yaitu upaya yang dilaku- masyarakat pada kondisi yang sama
kan, sementara peluang ada­ kan segera pada saat kejadian ben- atau lebih baik dari sebelumnya.
nya kejadian masih ada, maka cana, untuk menanggulangi dampak

Seputar Partisipasi Komunitas merupakan sebuah is-


tilah yang digunakan secara luas. Satu
etnis, agama, bahasa, dan aspek-as-
pek lain membedakan dan saling me-
Komunitas konsep umum mengenai komunitas
adalah bahwa suatu komunitas adalah
lengkapi dalam komunitas. Keper-
cayaan, minat, dan nilai-nilai anggota
harmonis, mempunyai satu keselara­ komunitas dapat bertentangan satu
san minat dan aspirasi, dan terikat sama lain. Oleh karena itu, sebuah
oleh nilai-nilai dan tujuan yang sama. komunitas tidak perlu homogen.
Definisi ini menunjukkan bahwa Dalam manajemen risiko ben-
komunitas bersifat homogen. Dalam cana berbasis masyarakat ini, sebuah
kenyataannya, suatu komunitas dapat komunitas dapat diartikan sebagai
dibedakan secara sosial dan beragam. sebuah kelompok masyarakat yang
Gender, kelas, kasta, kekayaan, usia, dapat mempunyai satu atau dua ke-

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


25 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

samaan seperti misalnya ting- kat partisipasi ini dapat diperkuat dari memahami urusan setempat selain
gal dilingkungan yang sama, kecenderungan partisipasi yang ber- komunitas yang keberlanjutan hidup
terpapar ke resiko bahaya makna ”untuk” komunitas, menjadi dan kesejahteraannya dipertaruhkan.
yang serupa, atau sama-sama ”bersama” komunitas, dan akhirnya Oleh karena komunitas tempatan ha-
telah terkena dampak suatu ”oleh” komunitas. rus dilibatkan dalam identifikasi dan
bencana. Komunitas juga Ada berbagai pemangku-kepen­ pemecahan masalah yang berkaitan
dapat mempunyai masalah, tingan (stakeholder) dan aktor dalam dengan kerentanan terhadap bencana
kekawatiran dan harapan yang proses pengelolaan resiko bencana dan informasi harus diperoleh dengan
sama tentang resiko bencana. oleh komunitas. Pemangku-kepen­ cara dan bahasa yang dapat dipahami
Meskipun demikian, mereka tingan pengelolaan bencana secara oleh komunitas.
yang tinggal dalam sebuah umum dikelompokkan menjadi tiga, Semakin banyak bukti yang
komunitas mempunyai keren­ yaitu: (i) penerima manfaat, komunitas menunjukkan bahwa kebanyakan
tanan dan kapasitas yang ber- yang mendapat manfaat/dampak se- pengelolaan resiko bencana dan pro-
beda-beda, misalnya laki-laki cara langsung maupun tidak langsung, gram pengelolaan yang bersifat top-
dan perempuan. Ada yang (ii) intermediari, kelompok komuni- down gagal untuk mencakup kebutu-
mungkin lebih rentan atau le­ tas, lembaga atau perseorangan yang han setempat khusus dari komunitas
bih mampu dari yang lain. dapat memberikan pertimbangan atau yang rentan, mengabaikan potensi
Partisipasi komunitas fasilitasi dalam pengelolaan bencana sumber daya dan kapasitas setempat,
merupakan suatu proses un- antara lain: konsultan, pakar, LSM, dan mungkin dalam beberapa kasus
tuk memberikan wewenang dan profesional di bidang kebenca- bahkan meningkatkan ketergantu­ngan
lebih luas kepada komunitas naan, dan (iii) pembuat kebijakan, sekaligus kerentanan komunitas.
untuk secara bersama-sama lembaga/institusi yang berwenang Sebagai hasilnya, para prak-
memecah­kan berbagai per­ membuat keputusan dan landasan hu- tisi pengelolaan resiko bencana te-
soalan. Pembagian kewe­ kum seperti lembaga pemerintahan lah menghasilkan suatu kesepaka-
nangan ini dilakukan ber- dan dewan kebencanaan. tan umum untuk lebih memberikan
dasarkan tingkat keikutsertaan Penentuan dan pemilahan pemang­ penekanan pada program-program
komunitas dalam kegiatan ku-kepentingan dilakukan mela- pengelolaan resiko bencana oleh
tersebut. Partisipasi komuni- lui 4 (empat) tahap proses yaitu: (a) komunitas. Ini berarti bahwa komu-
tas bertujuan untuk mencari identifikasi pemangku-kepentingan; nitas yang rentan itu sendiri yang
jawaban atas masalah dengan (b) penilaian ketertarikan pemang­ akan dilibatkan dalam perencanaan
cara lebih baik, dengan mem- ku-kepentingan terhadap kegiatan dan pelaksanaan tindakan-tindakan
beri peran komunitas untuk penang­gulangan bencana; (c) penila- pengelolaan resiko bencana bersama
memberikan kontribusi se­ ian tingkat pengaruh dan kepenting­an dengan semua entitas tingkat lokal,
hingga implementasi kegiatan setiap pemangku-kepentingan; dan propinsi, dan nasional dalam bentuk
berjalan lebih efektif, efesien, (d) perumusan rencana strategi par- kerja sama.
dan berkelanjutan. Partisipasi tisipasi stakeholder dalam penang- Tujuan penanggulangan risiko
komunitas dilakukan mulai gulangan bencana pada setiap fase bencana oleh komunitas adalah me­
dari tahapan kegiatan pembua- kegiatan. Semua proses dilakukan ngurangi kerentanan dan memperkuat
tan konsep, konstruksi, opera­ dengan cara mempromosikan kegia- kapasitas komunitas untuk meng-
sional-pemeliharaan, serta tan pembelajaran dan meningkatkan hadapi resiko bencana yang mereka
evaluasi dan pengawasan. potensi komunitas untuk secara aktif hadapi. Keterlibatan langsung komu-
Tingkat partisipasi komunitas berpartisipasi, serta menyediakan nitas dalam melaksanakan tindakan-
dalam kegiatan penanggula­ kesempatan untuk ikut bagian dan tindakan peredaman resiko di tingkat
ngan bencana terdiri dari 7 (tu- memiliki kewenangan dalam proses lokal adalah suatu keharusan. Be-
juh) tingkatan yang didasarkan pengambilan keputusan dan alokasi berapa penulis membedakan antara
pada mekanisme interaksinya, sumber daya dalam kegiatan penang- keikutsertaan komunitas dengan
yaitu: (1) penolakan; (2) ber- gulangan bencana. keter­libatan komunitas. Keikutser-
bagi informasi; (3) konsultasi Peran komunitas dalam proses taan dan keterlibatan komunitas digu-
tanpa komentar; (4) konsensus pembangunan adalah penting karena nakan secara bergantian, yang berarti
dan pengambilan kesepakatan dalam kenyataannya tidak seorang pun bahwa komunitas bertanggung jawab
bersama; (5) kolaborasi; (6) yang dapat memahami kesempatan untuk semua tahapan program ter-
berbagi penguatan dan risiko; dan hambatan di tingkat lokal selain masuk perencanaan dan pelaksanaan.
dan (7) pemberdayaan dan komunitas setempat itu sendiri, dan Pada akhirnya, ujung dari partisipasi
kemitraan. Lebih lanjut ting- tidak seorang pun lebih tertarik untuk komunitas ini adalah mewujudkan

<< 26 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

penanggulangan bencana oleh pengelolaan resiko bencana adalah dinamis.


komunitas itu sendiri. komunitas setempat. (2) Peredaman Pelajaran yang dipetik dari
Pengalaman dalam pelak- resiko bencana adalah tujuannya. prakek-praktek yang telah ada terus
sanaan penanggulangan ben- Strategi utama adalah untuk mening- mengembangkan teori. Pembagian
cana yang berorientasi pada katkan kapasitas dan sumber daya pengalaman, metodologi dan alat-
pemberdayaan dan kemandiri­ kelom­pok-kelompok yang paling ren­ alat oleh komunitas dan para praktisi
an komunitas akan merujuk tan dan mengurangi kerentanan mere- terus berlangsung untuk memperkaya
pada: (1) melakukan upaya ka untuk mencegah terjadinya ben- praktek. (7) Mengakui bahwa ber­
pengurangan resiko bencana cana di kemudian hari. (3) Pengakuan bagai komunitas yang berbeda memi-
bersama komunitas di ka- adanya hubungan antara pengelolaan liki persepsi yang berbeda tentang
wasan rawan bencana, agar resiko bencana dan proses pemba­ resiko. Terutama laki-laki dan perem­
selanjutnya komunitas mampu ngunan. Pendekatan ini beranggapan puan yang mungkin mempunyai
mengelola resiko bencana se- bahwa menangani penyebab men- pemahaman dan pengalaman yang
cara mandiri, (2) menghindari dasar bencana, misalnya kemiski- berbeda dalam menangani resiko
munculnya kerentanan baru & nan, diskriminasi dan marginalisasi, juga mempunyai persepsi yang ber-
ketergantungan komunitas di penyelenggaraan pemerintahan yang beda tentang resiko dan oleh karena
kawasan rawan bencana pada lemah dan pengelolaan politik dan itu mungkin mempunyai pandangan
pihak luar, (3) penanggulang­ ekonomi yang buruk, akan berperan yang berbeda tentang bagaimana
an risiko bencana merupakan dalam perbaikan menyeluruh kualitas meredam resiko. Adalah penting un-
bagian tak terpisahkan dari hidup dan lingkungan. (4) Komuni- tuk mengenali perbedaan-perbedaan
proses pembangunan dan tas adalah sumber daya kunci dalam tersebut. (8) Berbagai anggota komu-
pengelolaan sumberdaya alam pengelolaan resiko bencana. Komu- nitas dan kelompok dalam komunitas
untuk pemberlanjutan ke- nitas adalah aktor utama dan juga mempunyai kerentanan dan kapasitas
hidupan komunitas di kawasan penerima manfaat utama dalam proses yang berbeda. Individu, keluarga,
rawan bencana, (4) pendekatan pengelolaan resiko bencana. (5) Pene­ dan kelompok yang berbeda dalam
multisektor, multi disiplin, dan rapan pendekatan multi-sektor dan komunitas mempunyai kerentanan
multibudaya. multi-disipliner; menyatukan begitu dan kapasitas yang berbeda-beda.
Lebih lanjut penanggulang­ banyak komunitas lokal dan bahkan Perbedaan tersebut ditentukan oleh
an risiko bencana berbasis pemangku kepentingan pengelolaan usia, jender, kelas, pekerjaan (sum-
komunitas dapat mengacu ke- resiko bencana untuk memperluas ba- ber penghidupan), etnisitas, bahasa,
pada hal-hal penting berikut sis sumber dayanya. (6) Merupakan agama dan lokasi fisik.
: (1) Fokus perhatian dalam kerangka kerja yang berkembang dan

Seputar Proses Seperti telah dikemukakan di atas,


penanggulangan risiko bencana oleh
cenderungan dalam proses penanggu-
langan risiko bencana oleh komunitas
komunitas merupakan proses untuk ini. Walaupun tidak secara linier dan
mendorong komunitas di kawasan berurutan, beberapa tahapan tersebut
rawan bencana mampu secara mandiri di bawah ini dapat digunakan sebagai
menangani ancaman yang ada di ling- acuan bagi “orang luar” yang akan
kungannya dan kerentanan yang ada mendorong terwujudnya penanggu-
pada dirinya. Oleh karena itu komu- langan risiko bencana oleh komuni-
nitas yang menghadapi resiko perlu tas.
terlibat secara aktif dalam identifi- 1. Melakukan mobilisasi untuk
kasi, analisis, tindakan, pemantauan memahami konteks dilakukan
dan evaluasi resiko bencana untuk untuk lebih memungkinkan ma-
mengurangi kerentanan dan mening- salah untuk ditangani melalui
katkan kapasitas mereka. Ini berarti intervensi yang tepat.melakukan
bahwa komunitas menjadi pusat peng­ kegiatan-kegiatan untuk secara
ambilan keputusan dan pelaksanaan bersama-sama menggeluti kon-
aktivitas-aktivitas pengelolaan resiko teks resiko bencana melalui
bencana. pelatihan, berbagi pengalaman
Berdasarkan pengalaman beker­ dan lainnya: manajemen bencana
ja bersama komunitas, terdapat ke- & kedaruratan, penanganan pen-

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


27 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

derita gawat darurat, peng­ jian bersama tingkat resiko di 7. Di sisi lain, dilakukan mendoku-
amatan & pemantauan masya­rakat meliputi: persepsi mentasikan proses pembelajaran
ancaman, advokasi kebi- masya­rakat atas risiko, pemetaan dan penyebarluasan praktek-
jakan, ekonomi mikro dan bahaya, kerentanan dan kapasitas, praktek sukses ke masyarakat
lainnya identifikasi risiko, evaluasi dan dan wilayah lain menjadi proses
2. Penjajagan situasi dan penilaian risiko, potensi sumber- pen­ting agar sebanyak mungkin
kondisi masyarakat. Pen- daya yang tersedia dan mobilisasi meng­urangi tumpang tindih tin-
jajagan dilakukan untuk sumberdaya, analisis dan pelapo- dakan dalam peredaman risiko
prediksi kebutuhan untuk ran bersama ke komunitas bencana yang sama. Penyebar-
penanggulangan bencana. 4. Tindakan perencanaan program luasan ini bukan hanya dari sisi
Hal ini perlu dilakukan dan memformulasikan rencana di- geografis, tetapi sekaligus penye-
agar terjadi kesesuaian lakukan berdasarkan hasil analisis barluasan secara sektoral yang
antara kebutuhan dan risiko. Perencanaan ini meliputi sekaligus juga mengupayakan
keter­sediaan sumberdaya. memformulasikan tujuan (men- pengintegrasian usaha-usaha
Analisis situasi ini dapat ingkatkan kapasitas & mengu­ peredaman resiko bencana pada
mulai dengan menyusun rangi kerentanan untuk mening- aspek pembangunan dan perike-
profil masyarakat untuk katkan kemampuan mencegah, hidupan lainnya dan untuk pem-
memahami resiko bencana memitigasi dan menyiapkan diri), budayaan usaha-usaha pereda-
melalui riset partisipatif manfaat dan hasil (mengurangi man risiko bencana.
tentang: informasi historis risiko), merencanakan kegiatan 8. Akhir dari proses ini adalah me-
kebencanaan, ciri-ciri geo- penting, mengidentifikasikan lengkapi kelembagaan pereda-
klimat, fisik, keruangan, dan mencari dukungan finansial, man bencana yang bertumpu pada
tatanan sosiopolitik, dan memformulasikan rencana kegia- komunitas (mendorong pemben-
budaya, kegiatan-kegiatan tan. tukan organisasi rakyat dalam
ekonomik serta kelom- 5. Tahapan ini hampir selalu ditem- penanggulangan risiko bencana)
pok-kelompok rentan. patkan sebagai puncak upaya untuk menjaga keberlanjutan,
3. Penjajakan yang menye- peredaman risiko bencana. Taha- penyebarluasan dan pengintegra-
luruh mengenai keterpa- pan ini adalah menjalankan kese­ sian. Pada tahap in pula dibangun
paran komunitas terhadap pakatan perencanaan yang telah mekanisme konsultatif antara
bahaya dan analisis menge­ diformulasikan yang dianggap organisasi rakyat dengan faktor
nai kerentanan mereka mampu meredam risiko. Dalam lain. Hal ini penting dilakukan
serta kapasitas mereka tahapan ini terdapat serangkaian karena proses intervensi pereda-
merupakan dasar dalam kegiatan yang terdiri dari: peng­ man risiko bencana yang meli-
semua aktivitas, proyek organisasian pelaksana kegiatan, batkan pihak lain pada umumnya
dan program untuk mere- memobilisasi sumberdaya, melak- bersifat ”sebagaian” dari upaya
dam resiko bencana. Pen- sanakan kegiatan-kegiatan yang peredaman seluruh risiko. Dalam
jajakan resiko bencana telah direncanakan, melakukan posisi ini tentunya komunitas se-
merupakan proses partisi- pemantauan kegiatan dan meng- cara mandiri yang harus melan-
patif dalam menentukan gunakan hasil pemantauan untuk jutkan upaya-upaya peredaman
sifat, cakupan, dan besar­ memperbaiki rencana peredaman tersebut. Pelembagaan ini pada
nya dampak negatif dari risiko yang dilaksanakan. dasarnya merupakan sebuah pe-
ancaman terhadap komu- 6. Penilaian dan memberikan umpan mastian bahwa upaya peredaman
nitas dan rumah tangga balik cenderung jarang dilaku- risiko bencana tidak berhenti.
di dalamnya dalam suatu kan. Menilai hasil kegiatan yang
periode waktu yang dapat disesuaikan dengan hasil yang di-
diramalkan. Penjajakan harapkan untuk meredam bencana
resiko bencana komunitas diharapkan dapat digunakan un-
juga memfasilitasi suatu tuk sejak dini mengetahui efekti-
proses menentukan dam­ fitas usaha yang telah dilakuakan.
pak negatif yang mung- Untuk selanjutnya menggunakan
kin atau cenderung terjadi hasil evaluasi untuk pember-
(kerusakan dan kerugian) dayaan komunitas lain dalam
pada aset penghidupan meningkatkan kemampuan pere-
yang beresiko. Pengka- daman bencana.

<< 28 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

Seputar Strategi Sejak UU Nomor 22 Tahun 1999


(tentang pemerintahan daerah) dan
an komunitas diawali oleh kondisi-
kondisi lingkungan fisik, sosial, dan
Penerapan UU Nomor 25 Tahun 1999 (tentang
perimbangan keuangan pusat dan
ekonomi yang tidak aman yang me-
lekat padanya. Kondisi tidak aman
daerah) ditetapkan. Perbincangan ten- tersebut terjadi oleh tekanan-tekanan
tang kebijakan pembangunan hanya dinamik, baik internal maupun eks­
terbatas mengenai pemanfaatan sum- ternal. Dinamika-dinamika internal
berdaya alam daerah untuk kepen­ tersebut bukan terjadi dengan sendiri­
tingan ekonomi sesaat. Sasarannya: nya, tetapi karena terdapat akar per-
menggenjot pendapatan asli daerah masalahan yang menyertainya, baik
(PAD). Belum terlihat usaha-usaha secara internal maupun eksternal.
menerapkan otonomi daerah untuk Di beberapa wilayah, kerentanan
menangani kawasan-kawasan rawan tersebut disebabkan oleh (1) didomi-
bencana, atau sebaliknya membuat nasi oleh posisi dan tidak aman, (3)
strategi penanggulangan bencana meningkatnya aktifitas pembangunan
dalam konteks otonomi daerah. Hal yang tidak selaras dengan alam dan
ini berdampak saat otonomi daerah lingkungan, (4) organisasi sosial di
diberlakukan, penanggulangan ben- dalam penanggulangan bencana yang
cana terkesan lamban. Benarkah ada belum terbangun dan mempunyai
“saling ketidak pedulian” antara pu- kapasitas yang rendah, (4) institusi
sat dan daerah? Di satu sisi, daerah penang­gulangan bencana di tingkat
perlu bantuan mendesak; di sisi lain, lokal yang tidak aktif dan mempu­nyai
pemerintah pusat menyatakan tidak kapasitas yang lemah dalam penang-
ada dana khusus untuk penanggulang­ gulangan bencana.
an bencana. Dan begitu pula antara Seluruh kondisi tersebut merupa-
masyarakat dengan pemerintah di kan hasil proses dinamis; antara lain
daerahnya. Ini merupakan tantangan (1) kebijakan pembangunan regional
tersendiri buat otonomi daerah. tidak selaras alam dan lingkungan,
Penanggulangan bencana yang (2) komunitas seluruh waktunya di-
berbasis pada kemampuan masyarakat gunakan untuk kepentingan ekonomi
di kawasan rawan bencana merupakan instan, dalam keterbatasan waktu,
jawaban atas kelemahan-kelemahan uang dan pikiran untuk pember-
tersebut. Penanggulangan ini dilaku- dayaan, (3) pertumbuhan populasi
kan dengan asas pemberdayaan yang yang tinggi, dan terbatasnya duku­
memposisikan masyarakat selaku ngan untuk penanggulangan bencana.
stakeholder internal tempatan sebagai Pada akhirnya akar permasalahannya
subyek. Dengan segala keterbatasan adalah (1) tidak ada hukum positif
yang ada, maka masyarakat diberdaya­ dalam penanggulangan bencana, (2)
kan untuk mampu membangun dan penanggulangan bencana dipahami
mengelola sistem penanggulangan sepotong-sepotong, dan (3) kebijakan
bencana di daerahnya. Sementara, bias dalam perpektif penanggulangan
kita para stakeholder eksternal, yang bencana.
bukan masyarakat tempatan, den- Penanggulangan bencana secara
gan penuh kesadaran menjadi pendu­ menyeluruh, baik melalui penguran-
kung. gan dampak maupun menghilangkan
Dalam perpektif penanggulangan penyebab bencana, bukan pekerjaan
bencana berbasis komunitas, bencana yang sederhana. Para pelaku perlu
alam dan lingkungan sebagai feno­ melakukan transformasi penanggu-
mena sosial tidak akan muncul be- langan bencana secara menyeluruh
gitu saja, tetapi sangat berhubungan dan sinergis, baik secara struktural
dengan kapasitas komunitas. Ben- maupun proses. Individu, keluarga,
cana cenderung terjadi pada komu- komunitas dan unit sosial yang lebih
nitas yang rentan, dan akan membuat tinggi, maupun pemerintah daerah
komunitas semakin rentan. Kerentan- dan pusat perlu melakukan transfor-

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


29 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

masi perilaku, kebijakan, hu- cekung, (2) membangun praktek cara (1) membangun kebijakan dan
kum dan institusi. Direkomen- penanggulangan bencana secara ter- praktek pengaturan kelahiran, (2)
dasikan para pihak melakukan program, menyeluruh, multi pihak membangun kebijakan dan praktek
penanggulangan bencana dan berbasis pada kebutuhan, (3) pengelolaan sumberdaya yang peka
de­ngan mereduksi kerentan- meningkatkan keanekaragaaman lingkungan, tidak berorientasi sesaat,
an dan kondisi tidak aman, aset dan sumberdaya masyarakat, (4) adil dan mutualis. (3) membangun
tekanan-tekanan dinamis dan membangun organisasi masyarakat kebijakan dan praktek pengelolaan
akar permasalahan. di bidang penanggulangan bencana, tata ruang yang peka permasala-
Mengacu pada kerentanan (5) membangun keanekaragaman han lingkungan, holistik, dan tidak
yang ada, reduksi keren­tanan produksi dan sumber pendapatan ber­orientasi sesaat (4) memperkuat
dapat dengan cara (1) mening­ masyarakat, (6) membangun institusi hubungan antar keluarga, dan unit
katkan kapasitas individu, ke- penanggulangan bencana di tingkat sosial di atasnya (5) membangun ke-
luarga dan komunitas dalam lokal. bijakan, praktek dan institusi penang­
melakukan penyesuaian dan Mengacu pada faktor-faktor gulangan bencana secara utuh di ting-
adaptasi terhadap tipologi penekan dinamis yang ada, maka kat pemerintah daerah.
kawasan yang rendah dan reduksi faktor penekan dapat dengan

Peran Pengang- Pada kondisi kita saat ini yang ter-


biasa dengan mekanisme “top-down”,
Tidak cukup ruang peran dalam
partisipasi, tetapi perlu alokasi dana
garan proses partisipasi alias “bottom-up”
tidak akan mudah muncul dengan
yang cukup untuk memperbesar pe­
ran tersebut. Misalnya melalui alokasi
sendirinya. Pemerintah sebagai pe- dana desa (ADD) yang memadai bagi
milik mandat utama dalam penye- desa kawasan rawan bencana maupun
lenggaraan penanggulangan bencana SKPD-SKPD yang berhubungan erat
perlu mendorong proses tersebut, dengan penyelenggaraaan penang-
dan memperbesar ruang peran masya­ gulangan bencana. SKPD pertanian,
rakat. Karena penyelenggaraan kehutanan, pendidikan, kepemudaan
penang­gulangan bencana merupakan dan olahraga adalah contoh-contoh
bagian yang tidak terpisahkan dengan SKPD yang dapat digunakan untuk
penyelenggaraan pembangunan, maka memperbesar peran tersebut. Par-
mekanisme musyawarah perencanaan tisipasi masyarakat dalam penyeleng-
pembangunan desa sampai tingka ka- garaan penanggulangan bencana juga
bupaten misalnya, dapat digunakan dapat dilakukan dengan memperbe-
sebagai salah satu mekanisme per- sar pos-pos anggaran yang dimung-
encanaan dalam penyelenggaraan kinkan digunakan untuk itu, misalnya
penang­gulangan bencana. melalui pos kegiatan kepemudaan
dan olahraga. Tentu sangat tidak adil
apabila dana kegiatan keolahragaan
di suatu kabupaten yang rawan ben-
cana mencapai 10 milyar, sementara
dana untuk kegiatan kepemudaan
hanya 1 milyar. Padahal jelas-jelas
partisipasi pemuda untuk penyeleng-
garaan penanggulangan bencana han-
ya dapat digunakan melalui kegiatan
kepemudaan, baik Pramuka, Karang
Taruna, Palang Merah Indonesia dan
lainnya. Bukan memalui kegiatan
olahraga. Mengapa dana olahraga be-
sar? Ah, rupanya alokasi yang besar
itu diperlukan karena kita harus mem-
bayar pemain asing untuk sepakbola.
Hati kita yang dapat menjawab: itu
sesat pikir atau tidak?

<< 30 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

Bencana Dalam Perspektif Agama-agama


Oleh:
Saifudin Zuhri, M.Si

Tragedi bencana silih ber- dirimu, orang bilang tanah kita tanah tidak kurang dahsyatnya adalah jenis
ganti yang terjadi di negeri surga, ...” bencana kemanusiaan, seperti mere­
ini seakan menggugurkan im- Sejak beragam bencana terjadi su- baknya penyakit menular, kemiski-
age atau meruntuhkan mitos sul-menyusul di negeri ini, mulai dari nan, kebodohan, ketimpangan sosial,
selama ini bahwa Indonesia gempa bumi, banjir, tanah longsor, korupsi, konflik sosial, dll. Sungguh,
adalah negeri nan elok, subur kekeringan, kebakaran hutan, hingga kedamaian dan ketentraman menjadi
makmur, jauh dari mala ben- tsunami bergegaslah khalayak tercen- hal yang mahal untuk digapai.
cana, gemah ripah loh jinawe. gang, seakan tak percaya. Keagungan, Seiring berakhirnya abad ke-20,
Kebanggan terhadap rona alam keasrian, dan keindahan alam yang masalah lingkungan menjadi salah
yang mempesona itu salah sa- sangat dibanggakan itu seakan sirna satu pembahasan yang paling utama
tunya terekspresi dalam seun- oleh aneka bencana yang kian meng­ dan signifikan untuk didiskusikan.
tai bait indah lagu grup band akrabi tempat tinggal dan hari-hari Yang demikian, karena manusia di-
populer era 70-an Koes Plus kehidupan kita. Kedahsyatan ben- hadapkan pada serangkaian masalah-
yang berbunyi: “Bukan lautan cana tersebut telah merenggut ribuan masalah global yang membahayakan
tapi kolam susu, kail dan jala nyawa, memporakporandakan infra- biosfer dan kehidupan umat manusia
cukup menghidupimu, tiada struktur privat maupun publik, dan dalam bentuk-bentuk yang sangat
badai, tiada topan kau temui, dampak ikutan yang menyertainya. mengejutkan yang, dalam waktu rela-
ikan dan udang menghampiri Selain bencana alam tersebut di atas, tif singkat akan menjadi fenomena

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


31 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

yang tidak dapat dikembalikan Tidak urung, tragedi bencana dapat dipisahkan dengan dimensi etis
lagi (irreversible), sehingga yang susul-menyusul tersebut memun­ manusia bahkan teologis. Karenanya
secara cepat kehancuran bumi culkan tanda tanya mendasar; ada apa apa yang terjadi termasuk bencana
tidak dapat dihindari. sebenarnya dengan bumi dan ling- tidak bisa serta merta diartikan menu-
Para ilmuwan mengatakan kungan kita? Bagaimana bencana itu rut differensiasi dan falsifikasi logika
bahwa manusia dalam tahap dimaknai? Bagaimana penanganan rasional. Tidaklah mengherankan
sejarah bumi, Anthropocence bencana seharusnya dilakukan? Un- jika cara pandang kelompok terakhir
Epoch, benar-benar telah men- tuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini selalu mempersepsikan bencana
jadi kekuatan utama global. tersebut pada akhirnya kita bertemu (musibah) sebagai adzab, cobaan,
Sejumlah ilmuwan terkemuka dengan beragam pendapat, perspektif, atau ujian dari Tuhan.
juga prihatin karena manusia tafsir dan bahkan konsep. Sebagian Pada kelompok pendapat terakhir
terlalu berhasil dalam meng­ ada yang melihat bencana sebagai biasanya sangat kental disuarakan
ancam keseimbangan eko- fenomena alam biasa dimana ia dapat oleh kaum agamawan. Namun apa-
sistem bumi dan mengancam diverifikasi berdasar logika rasional kah benar demikian adanya? Tulisan
keberlangsungan hidup masa dan hukum sebab akibat alamiah. ini membatasi hanya pada bagaimana
depan manusia itu sendiri se- Sebagian lagi ada yang menafsir ben- agama melihat bencana atau dengan
bagai sebuah spesies. cana sebagai fenomena yang tidak kata lain bencana dalam persepektif
agama.

Bencana dalam Menilik bencana dalam kacamata


agama memang menuntut penyela-
Tuhan, Manusia, dan Alam.
Karena itu dalam perspektif aga-
Takaran Teologis man lebih dan mendalam. Bukan han-
ya antara agama dan alam merupakan
ma tidaklah adil ketika terjadi benca-
na muncul tuduhan bahwa itu sebagai
dua bidang yang berbeda, sehingga pertanda ketidakramahan lingkungan
keduanya memiliki metodologi dan terhadap kehidupan umat manusia.
perspektif yang berlainan; agama be- Mestinya pertanyaan balik diajukan:
rada dalam dimensi profetis dan teo­ ramahkah kita memperlakukan alam?
logis sedangkan alam berada dalam Sebab, keramahan kita dalam mem-
dimensi empiris dan antroposentris perlakukan alam lebih lanjut akan
atau ekosentris. Namun demikian, berdampak pada keramahan alam
bukan berarti kedua hal tersebut tidak itu sendiri kepada kita. Keduanya
saling berelasi dan berpandangan. menciptakan hubungan timbal balik.
Dalam sejarah agama sendiri, konsep Dalam agama, hubungan timbal balik
ketuhanan sebagai hal pokok dalam itu bermuara pada titik simpul per-
ajaran agama, justru dimulai dari per- tangggungjawaban di hadapan Allah.
menungan terhadap alam semesta, Sebab apapun yang diperbuat di du­nia
atau lazim disebut dengan Tadabbur. ini tidak terlepas dari peng­awasan dan
Dari telaah alam (tadabbur) inilah pertanggungjawaban kepada Allah,
konsep mengenai Tuhan dikontruksi. termasuk bagaimana perlakuan terha-
Karena itu sangatlah banyak dijumpai dap lingkungan alam.
di berbagai surat dalam kitab suci Oleh karena itu, ketika terjadi
peran alam dalam mekonstruksi kesa- berbagai bencana alam, maka perta­
daran religiusitas. Bahkan norma yang nyaannya adalah apakah itu wujud
dibangun oleh agama selalu berdi- dari ketidakramahan alam, atau akibat
mensi tata hubungan antara hubungan ketidakramahan kita memperlakukan
manusia dengan Allah (mu’amalah alam? Di sini, bagaimana manusia
ma’a Allah), hubungan antara sesama memahami dan memosisikan alam
manusia (mu’amalah ma’a An-Nas), merupakan persoalan mendasar.
dan dari kedua hubungan itu hubun- Sebab hal itulah yang menentukan
gan antara manusia dengan alam se- cara manusia melakukan hubungan
mesta dibangun. Tidaklah berlebihan dengan seluruh elemen alam. Dengan
jika dikatakan perspektif agama justru kata lain, konsep teologis, kosmolo-
memiliki cara pandang yang kompre- gis, dan ontologis terhadap eksisten-
hensif mengenai segitiga relasi antara si alam akan sangat menentukan

<< 32 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

bagaimana bentuk relasi dan mi dan memposisikan alam semesta. eksistensi Tuhan selaku penciptanya.
konsep etis dalam memper- Pola relasi yang dibangun manusia Terciptanya alam semesta merupakan
lakukan alam semesta. dengan alam, dalam batas tertentu, akibat dari sebuah sebab penciptaan
Jika demikian, maka para- dipengaruhi oleh pandangan teologis- yang dilakukan oleh ‘tangan’ Tuhan.
digma manusia tentang alam nya. Sebab secara konsepsional, aga­ Karena itu dalam perspektif filsafat
semesta dan eksistensi diri­ ma sangat mengapresiasi eksistensi ketuhanan, Tuhan bukan hanya Sang
nya dalam hubungan dengan alam semesta. Kreator (Maha Pencipta) tetapi juga
Tuhan merupakan titik tolak Keberadaan alam semesta men- berpredikat sebagai omne potence
terbentuknya cara merajut jadi salah satu aspek penting dalam (Maha Kuasa), sekaligus omni sci-
hubungan dengan alam itu konsep keagamaan. Bahkan kon- ence (Maha Mengetahui).
sendiri. Kesadaran adalah as- sepsi dasar keagamaan, bertolak Secara konsepsional, inilah ti-
pek yang pa­ling fundamental dari persoalan tentang alam semesta. tik awal terbentuknya relasi antara
dalam hal ini. Bagaimana ke- Karenanya, sangat wajar jika aga- alam dan manusia. Di sini, alam dan
sadaran manusia tentang alam ma menjadi salah satu faktor yang manusia diasumsikan sebagai satu
semesta, akan menjadi titik mempengaruhi terbentuknya kesa- kesatuan. Manusia merupakan salah
tolak perlakuan manusia itu daran manusia tentang alam semesta. satu bagian dari alam semesta hasil
sendiri terhadap alam semes- Bagaimana manusia membangun re- ciptaan Tuhan. Dalam hal ini, kon-
ta. Pola relasi yang dibangun lasinya dengan alam semesta, biasa­ sepsi teologi menganut panda­ngan
manusia dengan alam semesta nya itu dipengaruhi juga oleh panda­ yang sama. Manusia merupakan
bertumpu pada kesadarannya ngan keagamaannya. Bahkan dalam bagian dari alam. Tak ada ‘jarak’
tentang posisi alam semesta itu aspek yang paling mendasar sekali- antara alam dan manusia sebagai
sendiri terhadap dirinya. Kare- pun yakni keimanan terhadap Tuhan, hasil kreasi Tuhan.
na itu, jika kita mau merubah konstruksi konsep ketuhanan secara Perbedaan pandangan teologis
cara manusia membangun re- kronologis dimulai dari permenungan mulai muncul dalam memahami
lasinya dengan alam semesta, terhadap alam semesta. Karena itu, eksistensi alam semesta pasca pen-
yang penting adalah perubahan menganalisa fenomena bencana alam ciptaan. Muncul beberapa aliran
kesadarannya tentang alam se- dari perspektif teologis, akan sangat teo­logi dalam memahami feno­mena
mesta itu sendiri. menarik, korelatif dan relevan. ini. Dari perbedaan ini lahir tiga
Banyak hal yang mem- Konsepsi agama terkait dengan pan­dangan (aliran) tentang kebeba-
pengaruhi terbangunnya para- alam semesta dimulai dari pandangan san manusia dalam kaitannya dengan
digma tentang alam ini. Salah tentang terciptanya alam semesta itu kekuasaan Tuhan. Pandangan-pan-
satunya yang paling signifikan sendiri. Ini yang paling fundamental. dangan inilah yang kemudian mem-
adalah aspek teologis. Teologi Dalam hal ini, dengan mengacu pada berikan pengaruh pada pola relasi
memberikan andil pada kon- hukum kausalitas, agama sampai pada manusia dengan Tuhan.
struksi pandangan manusia kesimpulan bahwa keberadaan alam
(world view) dalam memaha- merupakan bukti imperatif adanya

Jenis-jenis Aliran Pertama, pandangan teologis


bahwa setelah menciptakan alam se-
sesuai dengan potensi (qadar) yang
telah dimilikinya mampu menentu-
Teologis dan Impli- mesta, Tuhan tidak melakukan inter­
vensi atas alam semesta tersebut.
kan nasib dirinya sendiri. Karena itu
garis kehidupan manusia tidak se-
kasi Etis terhadap Apa yang terjadi dalam alam semesta
adalah proses alamiah. Ini merupakan
mata-mata ditentukan oleh takdir Tu-
han, tetapi ada ruang upaya (iradah)
Ekologi cikal lahirnya konsep tentang kebeba-
san manusia. Dengan demikian manu-
manusia yang sangat menentukan.
Dalam pandangan ini apa pun
sia di alam ini memiliki hak sepenuh- yang terjadi serta dicapai oleh manu-
nya 3 (tiga) jenis kebebasan, yakni sia merupakan akibat atau hasil dari
free will (bebas berkehendak), free apa yang telah dilakukan dan diusa-
act (bebas berbuat) dan free choice hakannya (ikhtiyar). Dilihat dalam
(bebas memilih/menentukan). Dalam perspektif teologi ini, fenomena ben-
khazanah ke-Islaman aliran ini masuk cana alam harus dilihat dalam konteks
dalam aliran Qadariah, yakni paham proses alamiah itu sendiri atau akibat
yang menyatakan bahwa manusia dari ulah perbuatan manusia terhadap

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


33 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

alam. Bencana alam bukan- alat Tuhan untuk mengimplemen- Dalam konsep dasar teologis
lah takdir Tuhan, melainkan tasikan takdir yang telah ditentukan- tentang pembuktian adanya ek-
karena akibat dari perbuatan Nya. Jadi, proses sebab akibat, dalam sistensi Tuhan, manusia dan alam
tangan-tangan manusia. Alam perspektif ini, harus dilihat dalam diasumsikan sebagai satu kesatuan
akan berjalan sesuai dengan konteks takdir Tuhan. Dalam hal ini, hasil kreasi Tuhan. Keduanya bukan
mekanisme dimana hukum- terjadinya bencana ‘dirasionalisasi’ merupakan bagian yang terpisahkan.
hukumnya secara inherent te- sebagai bentuk peringatan (bahkan Bahkan, sekali lagi, permenungan
lah melekat di dalamnya. Jika adzab) atau pelajaran (ibroh dan ik- atau tadabbur alam merupakan pintu
ia diperlakukan dengan benar, mah) dari Tuhan kepada manusia masuk menuju kesadaran eksistensi
dijaga kelestariannya, diper- agar berintrospeksi. Bencana adalah jati manusia sebagai makhluk ciptaan
tahankan keseimbangannya bentuk teguran, bahkan tanda kema- Tuhan. Karena itu, keutuhan alam
maka secara otomatis akan les­ rahan Tuhan terhadap manusia yang semesta pada dasarnya merupakan
tari, terpelihara, dan memberi ingkar, kufur dan berbuat maksiat ke- masa depan manusia itu sendiri. Pola
perlindungan nyaman bagi pada-Nya. Sementara bagi orang yang relasi manusia dengan alam, secara
penghuninya. Namun jika ia beriman, bencana adalah cobaan ter- substansial merupakan relasi manusia
dirusak, dijegal keseimbangan­ hadap kesabaran dan ketakwaan. dengan dirinya sendiri. Bagaimana
nya, dieksploitasi tanpa batas, Ketiga, ada sebuah pandangan manusia memosisikan serta memper-
maka banjir, tanah longsor, yang mencoba mencari jalan tengah lakukan alam merupakan pemosisian
pencemaran udara, kekeri­ di antara dua titik ekstrem tersebut. dan perlakuannya terhadap dirinya
ngan, dan berbagai bencana Dalam pandangan jalan tengah ini, sendiri.
lainnya merupakan kon- disimpulkan bahwa dalam beberapa Pemahaman manusia akan alam
sekuensi logis yang niscaya hal, Tuhan tetap melakukan intervensi adalah pemahaman tentang dirinya
terjadi. Bencana alam terjadi terhadap alam semesta, karena itu ada sendiri. Maka kesalahan dalam
akibat dari kesalahan pola re- beberapa hal yang telah menjadi ke- memahami alam secara substansial
lasi manusia dengan alam. tentuan takdir Tuhan, dan karena itu sebenarnya merupakan kesalahan
Kedua, pandangan teo­ tidak lagi dapat dirubah oleh kuasa manusia dalam memahami dirinya
logis yang meyakini adanya manusia. Namun ada juga beberapa sendiri. Sehingga dampak dari kesala-
kendali dan intervensi Tuhan hal yang ditentukan sepenuhnya han pemahaman tersebut akan dira-
secara total dalam proses ber- oleh usaha yang dijalankan manusia sakan efeknya oleh manusia. Timbul-
jalannya kehidupan di alam itu sendiri. Jika ditilik dari perspek- nya bencana alam sebagai akibat dari
semesta. Dalam hal ini, kuasa tif teologis ini, fenomena bencana tindakan eksploitatif dan destruktif
Tuhan sepenuhnya berada di alam disimpulkan dalam dua kate- manusia, pada dasarnya merupakan
atas usaha manusia. Dalam gori berbeda: ada bencana alam yang eksploitasi dan penghancuran manu-
hal ini, Tuhan dinisbatkan merupakan takdir Tuhan dan ada sia terhadap dirinya sendiri.
sebagai entitas yang sejak za- yang merupakan semata-mata akibat Kedua konsep teologis yang ber-
man azali telah menentukan dari ulah tangan manusia. Imperasi pandangan bahwa bencana alam bisa
takdir dari masing-masing etis dalam konteks bencana menurut terjadi sebagai akibat dari pola relasi
manusia. Sehingga usaha apa cara pandang ketiga ini adalah jika yang dibangun manusia dengan alam,
pun yang dilakukan manusia, bencana itu merupakan takdir Tuhan cenderung mengarahkan pada sikap
berada dalam lingkar garis ba- maka sikap tawakkal dan do’a yang bertanggung jawab terhadap eksisten-
tas takdir Tuhan. Dalam seja- dibarengi dengan ikhtiyar dan ijtihad si alam. Di sini, manusia memikul
rah aliran Islam, cara pandang terus menerus melalui pengembangan tanggung jawab untuk menjaga alam.
ini disebut dengan paham Jab- ilmu pengetahuan dan teknologi wa- Jika manusia lengah dalam memikul
bariyah, yakni kelompok yang jib dilakukan. Tetapi jika bencana itu tanggung jawab tersebut maka aki-
sangat bertentangan dengan merupakan akibat langsung dari ulah batnya akan ditanggung oleh manusia
kelompok Qadariyyah destruktif tangan manusia maka ia sendiri. Sebaliknya, kelestarian alam
Dibaca dari perspektif teo­ dituntut untuk instrospeksi, bertaubat semesta merupakan jaminan masa
logi ini, fenomena bencana dan memperbaiki diri dalam memper- depan yang cerah bagi umat manusia
alam dipahami sebagai sebuah lakukan lingkungan. sendiri. Dalam konteks ini, manusia
ketentuan (taqdir) yang telah Dari berbagai pandangan teologis diasumsikan menjadi sebab dari sega­
ditetapkan Tuhan. Ada pun tersebut ada beberapa hal yang men- la akibat yang dihadapinya terkait
segala macam penyebab ter- jadi fundamental keterkaitan antara dengan fenomena alam semesta, ter-
jadinya bencana ini dipahami konsep teologi dengan pola relasi masuk bencana alam walaupun ada
hanya sebagai perantara atau manusia dan alam. juga beberapa fenomena alam yang

<< 34 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

merupakan gejala alamiah atau anggap bukan merupakan dari tang- gis dan metodologis yang memilah
di luar kemampuan jangkauan gung jawab manusia. Dalam konsep keduanya. Kuasa Tuhan di satu sisi
akal dan teknologi ciptaan ini, terjadinya bencana alam tidak dan kemampuan manusia yang selalu
manusia. dilihat dalam keterkaitannya dengan berkembang di sisi lain akan sangat
Bencana alam yang dapat tindakan eksploitasi dan desktruktif sulit ditarik dimensi differensiasi dan
dipastikan sebagai akibat dari ‘tangan’ manusia. Dalam menghadapi falsifikasi yang menjadi landasan
apa yang dilakukan manusia, bencana, biasanya cara pandang ini utama dalam menentukan konsep on-
di antaranya adalah peneba­ cenderung tidak menyelesaikan ma- tologi, epistemologi dan metodologi.
ngan hutan secara liar, meng- salah secara konkrit dan produktif, Harus diakui bahwa persoalan
abaikan tindakan reboisasi, tetapi lebih berorientasi pada proyeksi bagaimana tilikan teologi dalam me-
akumulasi produksi karbon, individu pada ritus-ritus yang bersifat lihat bencana tidak sesederhana dan
serta sebab-sebab yang lain- eskapis dan tidak solutif. sesingkat sebagaimana dijelaskan
nya. Kesemuanya itu bermuara Sedangkan pandangan teologis di atas. Namun, kita tentu dapat me­
pada kesalahan manusia dalam ‘jalan tengah’ secara konsepsional nimbang pandangan tersebut secara
membangun relasi de­ngan masih memiliki problem krusial. bijaksana terkait dengan bagaimana
alam semesta. Jadi, dalam Pandangan tersebut tidak bisa mem- manusia membangun relasinya de­
konsep teologis ini, manusia berikan batasan yang tegas tentang ngan alam. Di negara kita, panda­ngan
benar- benar diserahi tang- kebebasan manusia dan takdir (inter- teologis fatalistik mungkin masih
gung jawab atas masa depan vensi) Tuhan. Sejauh mana intervensi kuat menancapkan dalam kesadaran
eksistensi alam semesta. ‘tangan’ Tuhan mempengaruhi usaha keberagamaan banyak orang. Sehing-
Ada pun konsep teologis yang dilakukan manusia? Dan sejauh ga itu berdampak pada rendahnya ka-
yang menganut pandangan mana pula, usaha yang dilakukan dar responsibility terhadap eksistensi
bahwa terjadinya bencana alam manusia bisa merubah takdir yang alam. Terjadinya bencana alam tidak
merupakan hasil dari proses telah ditetapkan manusia? Akibatnya, dibaca sebagai akibat dari pola relasi
intervensi Tuhan, cenderung dalam batas tertentu, konsep teo­logis yang salah kaprah yang kita bangun
mengarahkan manusia pada jenis ini memang memberikan rasa dengan alam semesta. Tapi dilim-
sikap tidak memikul tanggung tanggung jawab kepada manusia un- pahkan dan dialihkan sebagai adzab,
jawab terhadap eksistensi tuk menjaga eksistensi alam. Tapi peringatan, kemurkaan dan pelajaran
alam. Ada kecenderungan pada sisi yang lain, konsep ini juga yang Tuhan turunkan kepada manu-
fatalisme, atau bahkan nihil- mengarahkan pada sikap fatalistik sia Indonesia. Kita memang suka
isme, dalam memosisikan dan (tidak bertanggung jawab) terhadap melempar tanggung jawab kepada
memperlakukan alam, yang eksistensi alam. ‘langit’.
konsekuensinya dilihat dalam Dalam pada itu upaya jalan teng­
kaca mata yang sama, itu di- ah juga didera masalah epistemolo-

Kontribusi Teologi Sudah maklum dalam sejarah


masyarakat Indonesia, bahkan dunia,
secara lokal maupun regional tetapi
sudah menjadi persoalan global.
Agama-agama bahwa agama menjadi rujukan nilai
paling fundamental. Dalam norma
Karena itu tidaklah menghe­
rankan jika persoalan lingkungan
dalam Penanganan agamalah takaran baik buruk diten-
tukan. Kuatnya pengaruh agama se-
sekarang ini menyita perhatian ber-
bagai pihak, termasuk kaum agama-
Ekologi bagai sumber nilai itu telah merem-
besi dalam setiap lekuk kehidupan
wan. Berbagai Konferensi Tingkat
Tinggi antar negara-negara di dunia
masyarakat sebegitu jauh, ia bukan yang telah dilaksanakan, seperti KTT
hanya mengatur pada tataran urusan Bumi di Rio De Jeneiro, Brazil, ke­
pribadi (private domain) tetapi tidak sepakatan Traktat Kyoto, termasuk
dapat disangkal ia juga merambah yang paling baru adalah agenda ba-
sampai ranah publik (public domain). hasan global warming di Nusa Dua
Sekarang ini lingkungan hidup sudah Bali adalah contoh betapa umat
menjadi isu global. Kerusakan ling- manusia kini mulai khawatir akan
kungan sudah menjadi bencana yang masa depan lingkungan yang selama
akibatnya tidak hanya ditanggung ini menjadi tempat menyandarkan

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


35 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

kehidupan. Dalam kitab suci lai terganggu yang ditandai de­ngan intim antara manusia dengan Tuhan
Allah SWT juga telah mem- berbagai bencana, manusia lantas yang dipersepsikan secara sempit
peringatkan bahwa ”Janganlah menyalahkan alam bahkan menya­ dan egois. Akibatnya sering ditemui
kamu berbuat kerusakan di lahkan Tuhan. Karenanya ketika se- ironi-ironi, seorang pemuka agama
muka bumi”. bagian manusia menyadari bahaya yang mengajarkan bahwa ”kebersi-
Dalam terminologi Islam, akan eksploitasi alam, muncullah ber- han itu sebagian dari iman”, namun
manusia diturunkan di muka bagai gerakan untuk menyelamatkan dalam tataran praktiknya, lingkungan
bumi sebagai khalifah, yang di- alam dan lingkungan. tempat ia tinggal dan bahkan tempat
imperasikan berbuat kebajikan Barulah ketika laju kerusakan ibadah sangat kotor dan tidak tera-
dan kearifan tidak saja terha- lingkungan tak terbendung dan wat.
dap sesama manusia, bahkan dampaknya mulai dirasakan secara Padahal pandangan-pandangan
dengan sehelai rumput dan global muncul gerakan ”sustainable agama lingkungan sangat diapresiasi
seekor semut sekalipun. Dan development” (pembangunan ber- tinggi yang karena itu harus dipeli-
para nabi diturunkan sebagai wawasan lingkungan) atau slogan- hara supaya menyejahterakan manu-
rahmatan lil alamin (membawa slogan ”hanya satu bumi”. Hal ini sia. Sebagaimana dinyatakan dalam
rahmat bagi alam semesta). menunjukkan bahwa manusia makin ”Kitab Kejadian” yang berbunyi:
Berawal dari lahirnya masa menyadari bahwa alam dan sumber- ”Kuasai serta taklukkan ikan-ikan
abad pencerahan (renaissance) dayanya sangat terbatas jumlahnya. di laut, burung-burung di udara, dan
dimana ortodoksi abad perten- Benar kata Mahatma Gandhi, ”Bumi makhluk hidup yang ada di darat”.
gahan yang dibangun di bawah menyediakan makanan yang cukup Prof Lynn White Jr dalam The
kendali theocentris didekon- bagi manusia, namun tidak bagi kese­ Historical Roots of Our Ecologic Cri-
struksi dan perlahan namun rakahan”. sis (1967) mengatakan, tradisi Judeo-
pasti peradaban umat manusia Meskipun agama mengajarkan Kristen yang juga memperkenalkan
berganti ke arah anthropocen- tentang alam ciptaan Tuhan, namun konsep tentang waktu yang linear dan
tris, maka manusia dengan pada umumnya para penganut agama selalu maju, dari sebelum penciptaan
kemampuan rasionalitasnya masih dipertanyakan kontribusinya alam sampai kiamat nanti.
menjadikan dirinya sebagai dalam perawatan lingkungan. Banyak Sedangkan dalam Alquran juga
pusat segalanya. Dalam proses kasus perusakan alam justru dilaku- difirmankan bahwa burung-burung
sejarah berikutnya, berkem- kan oleh orang yang beragama atau mengagungkan Nama-Nya ketika
banglah ilmu pengetahuan setidaknya mengaku beragama se­suai mengepakkan sayap-sayapnya, se-
dan teknologi berperan sangat KTP-nya. Akibatnya banyak kala­ mentara gunung memuji nama-Nya
dominan dalam mengen­dalikan ngan yang menuduh bahwa agama dengan caranya sendiri. Diceritakan
arah peradabannya. Bahkan tidak berpihak kepada lingkungan. dalam sebuah sejarah seorang sufi
teknologi sebagai ”anak kan­ Padahal studi-studi tentang hubungan yang begitu takut untuk membunuh
dung” yang lahir dari rahim krisis ekologi dan pemikiran religius seekor semutpun karena dia memi-
kecerdasan masnusia memang- sudah banyak dilakukan, baik dalam liki hak hidup dan akan dipertang-
sa ”ibu kandungnya” sendiri. arti yang positif maupun negatif gungjawabkan di hadapan Allah di
Teknologi yang semula dimak- seper­ti oleh Arnold Toynbee , Theo- akhirat kelak. Hal ini juga diamati
sudkan untuk mempermudah dore Roszak , Fraser Darling, Jerome oleh G Hodgson dalam The Venture
kerja otot manusia, di ujung- Ravets, dll. of Islam yang mengatakan bahwa
nya digunakan untuk menak- Harus diakui, banyak para pemu- intisari Islam juga mengajarkan tang-
lukan alam. Manusia tidak lagi ka agama yang salah dalam meng­ gung jawab moral dari manusia un-
bergantung dengan alam, na- ajarkan agama kepada anak didiknya. tuk merawat alam. Apalagi manusia
mun malahan menguasai alam. Pelajaran agama (religiusitas) dan sebagai masterpice sebagai khalifah,
Tahapan anthropocentris ini pelajaran ”tentang agama”, tidak da- menerima amanat untuk memelihara
dalam perkembangan berikut- pat dibedakannya. Pengajaran-peng­ bumi dan isinya.
nya bahkan mencapai pada ajaran tentang agama hanya berhenti Dalam tradisi atau ajaran Jawa
tahap holism, dimana manusia pada tataran ritual-formal, tanpa bisa terdapat istilah memayu hayuning
tidak lagi merasa bagian dari membangkitkan kesadaran religius buwono, dan seterusnya yang intinya
alam. sang anak didik. Wacana keilmuan juga diserukan kepada manusia untuk
Ketika manusia merasa te- dan praktik keagamaan pun hanya menjaga alam ini bagi kese­jahteraan
lah menduduki supremasi tert- terbatas pada persoalan-persoalan bersama. Sementara Santo Fran-
inggi di jagat ini dan ketika itu fiqih ibadah individul yang hanya siskus dari Asisi mengajarkan keren-
keseimbangan alam sudah mu- memupuk kemesraan dan hubungan dahhatian, dan percaya bahwa bukan

<< 36 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

saja manusia sebagai spesies, alam, maka ia akan memperlakukan Allah). Manusia hanyalah khalifah
melainkan ia sebagai bagian semut atau rumput sebagai bagian dari yang ditugasi merawat. Janganlah
dari alam semesta. Ia menye- alam secara demokratis. Hamparan kamu berbuat kerusakan di muka
but seekor semut sebagai sau- fakta-fakta akan dirangkai dalam bumi, demikian firman Allah.
dara semut. Sehelai rumput jaring kosmis-holistik ”fakta-fak- Karenanya Hasan Hanafi dari
atau seekor semut dicip­takan tor-fungsi-peran” yang kesemua­nya Mesir pernah mengungkapkan pan-
Tuhan sebagai bagian dari dirajut dalam rangka penyembahan dangannya tentang teologi-tanah. Ia
alam dan orang beragama ha- dan pengabdian kepada Allah SWT. memandang bahwa tanah adalah teo­
rus bertindak demokratis ter- Seorang khalifatullah kata Emha logi pembebasan. Alasannya ajaran
hadap alam. Ainun Nadjib (1987) menerjemahkan agama monoteisme umumnya berwa-
Dalam bahasa Alquran komitmen sosial di dalam perspektif tak pembebasan, terutama dari watak
manusia disebut sebagai kha- kosmis, tidak sekadar terbatas pada pengakuan kekuasaan dan kekuatan
lifatullah . Predikat khalifatul- dunia kehidupan manusia, dengan yang melampaui batas di luar Allah
lah bukan hanya menunjukkan bagian-bagian alam yang lain sebagai SWT.
supremasi manusia di atas se- ”instrumen” bagi kesejahteraannya. Setiap kekuatan dan kekuasaan
mua makhluk ciptaan Tuhan Semut dan rumput hanyalah simbol yang berlebihan adalah berhala, kare-
tetapi juga mengandung im- alam lingkungan. na kekuasaan yang berlebihan akan
perasi untuk mengelola dan Di dalam tradisi suku-suku primi- menuntunnya ke arah kesewenan-
mempertanggungjawabkan se- tif pun yang belum tersentuh ajaran gan. Pola konsumsi berlebihan yang
mua itu di hadapan dzat yang agama ”formal”, pada hakikatnya dirangsang secara terus-menerus
mempercayakan perwakilan sudah memiliki kesadaran religius oleh mesin kapitalisme global meng-
kepada manusia, yakni Allah yang baik mengenai pelestarian ling- giring orang modern terjerat dalam
SWT. Kalau ego kesadaran kungan. Tanpa mengenal konsep dosa kemubadziran tak terbatas. Padahal
manusia hanya sebagai ”ana atau pahala, surga-neraka, ia mampu Alquran sendiri telah menegaskan
insan” (aku manusia), maka mengembangkan nalurinya bahwa bahwa kemubadziran adalah bagian
ketika ia melihat seekor semut merusak pohon atau membunuh bina- dari pekerjaan setan (sebagai meta-
atau sehelai rumput, ia hanya tang sembarangan akan mendatang- for perilaku destruktif). Ajaran mono­
akan memperlakukan sebagai kan bencana. Seorang Suku Wintu di teisme (tauhid) mengajak manusia ke
fakta semut sehingga layak California, atau Suku Dayak di Kali- dalam samudra pembebasan kepada
untuk diperlakukan apapun, mantan misalnya, hanya mengambil sesama manusia dan alam.
termasuk dibunuh atau diin- kayu dari pohon yang sudah mati. Ia Intensitas, skala, dan komplek-
jak-injak, karena ego keakuan mengambil ikan di sungai secukup- sitas bencana ekologi yang semakin
masih nampak dan semut atau nya saja. Ada satu intensitas rohani marak melanda bumi menjadi ma-
rumput tidak nampak dalam tertentu dari hidupnya, bahwa Tuhan salah yang kian biasa dihadapi se-
pandangan (batinnya). atau apa pun namanya merupakan hari-hari, seolah-olah kita sudah
Demikian pula kalau dzat tertinggi yang mutlak. tak mungkin lagi menemukan jalan
manusia naik derajat sebagai Adalah Parvez Mansoor dalam ke­luar dari labirin degradasi lingku­
”ana-abdullah” (aku hamba bukunya yang berjudul Environmen- ngan yang terus berjalan. Namun bu-
Allah), maka ia dalam meni- tal and Values: the Islamic Perspec- kan berarti umat manusia menyerah
lai fakta-fakta masih dalam tive, juga menyusun beberapa prinsip dan fatalistik, karena jika itu yang
kalkulasi untung rugi, seper­ti metafisik dan filosofi yang mendasar- dilakukan maka sebenarnya kita te-
bagaimana ia memperlaku- kan etika lingkungan Islam, de­ngan lah sepakat untuk memastikan perce-
kan semut atau rumput. Kalau prinsip-prinsip tauhid, khilafah, patan kehancuran kehidupan secara
memperlakukan semut dan amanat, keadilan, kecenderungan ke- bersama-sama. Kita masih memiliki
rumput secara baik akan meng­ pada hal yang baik, dan sebagainya. kesempatan dan potensi untuk menya­
untungkan dirinya atau men- Tanda-tanda akan bahaya ke- dari kesalahan untuk kemudian
dapat pahala, maka ia akan hancuran ekologi sebenarnya sudah memperbaiki kerusakan bumi. Kita
memperlakukannya dengan lama diperingatkan oleh berbagai akan selalu berupaya mencari jalan
baik, dan sebaliknya jika ti­dak, kitab suci. Dalam Alquran misalnya keluar hingga akar persoalan yang
ia akan sewenang-wenang. ada perspektif teologis tentang tanah. paling mendasar. Dengan demikian,
Namun kalau ia sudah sampai Manusia diciptakan dari tanah, hidup yang diperlukan dalam tugas pen­
kepada derajat ”khalifatul- di atas tanah, dan nanti dikubur atau ting memikirkan kembali hubungan
lah”, orang yang diserahi tu- dikembalikan ke dalam tanah. Ini manusia-bumi adalah dengan meng-
gas oleh Allah untuk merawat artinya tanah itu milik Allah (ardlu- gunakan banyak perspektif, termasuk

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


37 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

yang muncul dari agama dan Oleh sebab itu harus ada upaya itu semakin kerap digunakan untuk
filsafat. untuk menggeser cara pandang dari meningkatkan perkembangan ekono-
Tentu saja agama-agama antroposentrisme ke arah ekosen- mi dengan hanya menaruh sedikit
dunia berperan dalam meru- trisme dan mulai membangun dasar perhatian terhadap keterbatasan yang
muskan pandangan-panda­ hidup yang berkelanjutan di masa melekat pada sistem-sistem ekologi.
ngan mengenai alam, seka- depan. Perlu dicatat bahwa “hidup Dengan demikian “Eko-Spiritualitas
ligus mentransendenkan yang berkelanjutan” boleh jadi tidak dalam Perspektif Agama” menjadi
perspektif mengenai peran berkaitan dengan “pembangunan kian mungkin untuk kita telaah dan
manusia di muka bumi. Maka yang berkelanjutan dan orientasi per- renungi bersama.
jelas bahwa tinjauan mengenai tumbuhan” karena yang belakangan
pelbagai pandangan-dunia
yang religius penting artinya
untuk menganalisis akar-akar
krisis lingkungan sekaligus
memberikan usulan terhadap
pemecahannya.
Isu kebangkitan spirituali-
tas di abad 21 sudah menjadi
hal klise yang sering meman­
cing antusiasme. Munculnya
gerakan New Age, filsafat
perenial, SQ, bahkan isu titik
temu sains dan agama, kerap
dipandang sebagai isyarat ke-
bangkitan tersebut. Namun
kebangkitan spritualitas yang
dimaksud belum juga berhasil
mengerem laju kerusakan
ekologi. Sehingga penting un-
tuk mendekati sumber-sumber
religius sebagai sarana untuk
menemukan perspektif-per-
spektif kosmologis yang lebih
tepat mengenai alam dan mem-
bangun etika lingkungan yang
lebih fungsional. Perubahan-
perubahan penting di dalam
sikap terhadap alam akan
muncul bila dapat dirumuskan
suatu landasan etis yang kom-
prehensif untuk menghormati
dan melestarikan alam.

Potret Bencana Lumpur


Lapindo. Awal bencana terjadi
pada Mei 2006, namun hingga
sekarang belum dapat ditanga-
ni. Pemerintah menyimpulkan-
nya sebagai bencana alam.

<< 38 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

Berkesadaran Global, Bertindak Lokal


(Studi Lapangan tentang Penanganan Risiko Bencana di Berbagai Daerah)
Oleh Tim Redaksi Jurnal Dialog Kebijakan Publik

Paparan bagian ini merupa- sekali tidak dikehendaki, seringkali cara memadai, sehingga risiko-risiko
kan hasil studi lapangan di tidak terhindarkan menimpa warga yang ada bisa dikurangi, dicegah dan
berbagai daerah di Indonesia masyarakat, dan akibatnya seringkali diatasi, atau seminimal mungkin bisa
mengenai sikap, pendapat dan fatal menimbulkan korban jiwa, keru- dihindari, sehingga tidak membawa
pandangan publik tentang peris­ sakan lingkungan alam, kehidupan dampak kerusakan semakin parah,
tiwa bencana dan bagaimana sosial, kerusakan berbagai sarana baik terhadap lingkungan alam, ke-
mereka menilai penanganan hidup dan menyebabkan kemerosotan hidupan warga negara dan komunitas
bencana dilakukan selama ini kualitas hidup warga masyarakat. sosial .
serta rekomendasi yang mere- Dalam negara yang demokra- Sikap responsif dan proaktif
ka ajukan untuk perbaikan tis, pemerintah yang responsif terha- demikian itu penting, mengingat,
penanganan bencana di Indo- dap pendapat atau opini masyarakat dalam beberapa tahun terakhir, per-
nesia ke depan. Setiap bencana (opinion-responsive government), istiwa demi peristiwa bencana men-
selalu membawa resiko-resiko merupakan salah satu prasyarat pen­ impa warga masyarakat di daerah-
(risks) pada kehidupan, bisa ting untuk mendapatkan solusi terbaik daerah di Indonesia, yang barangkali
berupa kerusakan lingkungan dalam menangani bencana, sehingga dimungkinkan masih akan terjadi di
alam maupun risiko-risiko so- secara proaktif bisa diambil kebijakan masa-masa yang akan datang, sehing-
sial kehidupan manusia dan terbaik dan melakukan pengaturan- ga mengancam dan menganggu ke-
masyarakat. Risiko-risiko pengaturan atas resiko-resiko yang berlangsungan hidup masyarakat. Se-
demikian itu, meskipun sama mungkin terjadi (risk regulation) se- jak gempa bumi dan tsunami melanda

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


39 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

propinsi Aceh dan sekitarnya, tersendiri dan mengancam keberlang- dan masyarakat harus mencurahkan
kita warga bangsa Indonesia sungan dan kemajuan pembangunan, energi dan sumberdaya finansial yang
dihadapkan pada resiko-resiko yang mestinya bisa dicapai dalam ke- begitu besar untuk menanganinya,
yang mengancam dan ketidak- hidupan normal. Sebagai dampak dari hal itu juga disebabkan karena belum
pastian-ketidapastian dalam bencana itu, kualitas hidup manusia, sistematis dan terarahnya strategi dan
hidup disebabkan oleh benca- keluarga, dan masyarakat semakin mekanisme penanganan bencana di
na gempa bumi. Sejak gempa merosot. Selain menimbulkan kor- Indonesia, sebagaimana tercermin
besar terjadi di Aceh, bersum- ban jiwa, berbagai bencana itu juga dalam masih lemahnya kapasitas,
ber dari keretakan bumi di menim­bulkan dampak pada keru- baik kelembagaan pemerintah mau-
dasar laut Samudera Hindia, sakan fisik dan mental, lingkungan pun masyarakat sipil, dalam mena­
seakan dasar bumi, dimana alam, prasarana dan sarana publik, ngani bencana dan resiko dampaknya,
warga bangsa Indonesia berpi- yang sangat penting artinya untuk seperti terdapat dalam kesenjangan-
jak, terus bergerak retak, disu- menopang hidup dan keberlangsung­ kesenjangan (gaps) yang ada antara
sul gempa bumi-gempa bumi an hidup warga masyarakat. Semua kapasitas kelembagaan dan masalah
lainnya, di daerah-daerah di itu, bila tidak ditangani secara preven- yang seharusnya mereka atasi.
Indonesia, seperti di Sumatera tif, responsif dan proaktif, akan mem- Studi lapangan ini mengkaji
bagian selatan, Jawa bagian bawa dampak lanjutan terganggu dan bagaimana sikap, pendapat dan opini
selatan, Sulawesi bagian barat, terhambatnya keberlangsungan hidup publik tentang penanganan bencana
dan merembet ke daerah-da­ dan kemajuan pembangunan, yang dilakukan selama ini, dengan mem-
erah Indonesia Timur lainnya. akan mengakibatkan keterbelakangan pertimbangkan sumber penyebab,
Selain bencana gempa hidup bangsa. kejadian peristiwa, jenis bencana,
bumi itu, kita juga dihadapkan Pemerintah dan masyarakat dampak dan kandungan risiko-risiko
pada resiko-resiko yang ditim- sendiri sejauh ini telah berusaha dan yang ada di dalamnya. Studi lapa­
bulkan oleh bencana-bencana melakukan berbagai upaya mena­ ngan memusatkan perhatian pada
dalam bentuk lain, sebagai ngani bencana dan dampak resikonya sejauhmana sikap publik terhadap
akibat dari perubahan iklim pada masyarakat melalui berbagai bencana dan penanganannya yang
dan cuaca yang drastis, seper­ kebijakan dan bantuan kemanusiaan. mencerminkan apakah telah dilan-
ti tiupan keras badai angin Merespon bencana terjadi, pemerin- dasi oleh sikap ‘berkesadaran global,
puting beliung, luapan banjir tah baik di pusat maupun di daerah dan bertindak lokal’, ataukah masih
dan tanah longsor di suatu telah melakukan berbagai intervensi sebatas pada kesadaran lokal saja.
tempat dan kekeringan dras- penanganan, seperti pencegahan, Sikap ‘berkesadaran global’ ini men-
tis di tempat lain, yang mem- tanggap darurat, intervensi bantuan jadi fokus perhatian riset ini karena,
bawa resiko-resiko tersendiri, kemanusiaan, pemulihan, rehabilitasi sebagaimana akan dipaparkan dalam
menimbulkan ketidakpastian- dan pembangunan kembali masyara­ kerangka pendekatan di bawah ini,
ketidakpastian dalam hidup kat terkena dampak bencana. Demi- sumber bencana yang kelihatannya
mengancam kehidupan kian pula, kalangan masyarakat sipil, berada di tingkat nasional atau lokal
warga masyarakat dari sisi baik secara mandiri atas prakarsanya itu, dalam konteks perkembangan
lain. Bahkan, di tengah-teng­ sendiri maupun dibantu lembaga do- masyarakat dewasa ini sebenarnya
ah adanya ancaman resiko- nor internasional, juga melakukan tidak terlepas dari konteks global,
resiko bencana alam itu, kita berbagai upaya penanganan dalam dari politik bumi dalam masyarakat
juga dihadapkan pada resiko- berbagai bentuk intervensi, seperti industrial atau kapitalisme lanjut ini,
resiko lain, yang ditimbulkan memberikan bantuan kemanusian, dengan segala resiko-resiko yang ada
oleh bencana dalam bentuk pembangunan kembali komunitas dan dan dampak yang ditimbulkannya.
lain, bencana buatan manusia pemberdayaan masyarakat. Sejauhmana kesadaran ini tercermin
(man-made disaster), karena Namun demikian, berbagai inter- dalam penanganan bencana selama
kesalahan dalam penggunaan vensi penanganan itu dirasa banyak ini, dan hikmah pelajaran apa yang
teknologi, kesalahan dalam pihak, di kalangan publik, baik di ting- bisa dipetik dari penangananan ben-
praktek pembangunan, dan kat nasional maupun di daerah, masih cana ini untuk perbaikan penanga-
bencana-bencana sosial, seper­ terasa kurang dan belum optimal, nan bencana di masa depan, menjadi
ti konflik sosial, baik terjadi bukan hanya dalam mengantisipasi fokus utama riset ini.
di daerah bencana maupun di terjadinya bencana tetapi juga dalam Studi lapangan ini secara khusus
daerah lainnya. menangani dampaknya. Selain karena difokuskan pada tiga masalah utama,
Berbagai peristiwa benca- begitu banyaknya bencana yang ter- yaitu: (1) bagaimana pan­dangan,
na itu membawa beban hidup jadi, sehingga menuntut pemerintah sikap dan respon publik dalam me-

<< 40 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

mandang sumber bencana lama ini dan hikmah pelajaran (lesson pandangan mereka, apa rekomendasi
dan mengatasi resiko dampak­ learnt) apa yang bisa dipetik, kelebi- prioritas-prioritas kebijakan, agenda,
nya pada lingkungan alam han dan kekurangannya, dan kasus atau program-program yang seharus-
dan kehidupan komunitas; contoh terbaik (the best practices) nya dilakukan oleh pemerintah dan
(2) bagaimana publik meman­ dalam penanganan bencana selama masyarakat untuk perbaikan pena­
dang penanganan bencana se- ini di daerahnya; dan (3) menurut nganan resiko bencana ke depan.

Penanganan risiko Menghadapi berbagai bencana pe-


nuh risiko, sebagaimana dikemukakan
ini, hendaknya kita selalu bersikap
refleksif dan kritis terhadap apa yang
bencana di muka, diperlukan sikap tersendiri,
yaitu sikap refleksif dan kritis ter-
terjadi, terhadap perkembangan yang
ada, karena perkembangan itu selain
hadap apa yang terjadi, mencermati membawa manfaat-manfaat (bene-
fits) pada kehidupan kita, juga mem-
bawa risiko-risiko (risks) tersendi­
ri. Perkembangan kapita­lisme dan
industri maju dewasa ini, selain
membuahkan akumulasi kapital,
dari dorongan-dorongan mengejar
keuntungan, beserta perkemba­ngan
teknologi dan aktivitas industrial
menyertainya, juga menuai akumu-
lasi resiko (risk accumulation) yang
berdampak pada kerusakan lingkung­
an alam, komunitas sosial, yang bila
tidak bisa ditangani, bisa menimbul-
kan krisis dan bencana pada masyara­
kat. Resiko-resiko itu sendiri me-
mang sulit dihitung dalam kalkulasi
matematis, dan karena itu diperlukan
analisis ilmiah dari pengetahuan dan
sains moderen untuk mengkajinya.
Namun demikian, hal itu bisa dengan
sangat jelas dibaca, dalam kemung-
kinan-kemungkinan atau probabili-
tas yang ada dari terjadinya sebuah
peris­tiwa atau bencana dan dampak­
perubahan lingkungan sekitar, pe- nya yang ditimbulkan terhadap ke-
rubahan-perubahan alam, cuaca dan hidupan masyarakat.
lingkungan sosial, berserta dampak Peringatan Ulrich Beck itu sangat
resiko-resiko yang mungkin timbul, berharga, mendorong kalangan ahli
sehingga kita bisa mengantisipasi, dan para analis resiko, untuk tidak
mencegah, dan mengatasinya, dalam hanya melihat resiko-resiko ditim-
resiko seminimal mungkin. bulkan oleh perkembangan industri
Menghadapi situasi ini, adalah dan kemajuan teknologi dibawa ka-
penting untuk mengingat apa yang pitalisme maju, sebagaimana terjadi
dikemukakan Ulrich Beck, seorang di negara-negara maju, tetapi lebih
ilmuwan sosial kritis Jerman, dalam dari itu mendorong mereka untuk se-
bukunya Risk Society , bahwa hidup makin menyadari akan adanya resiko
dalam alam moderen industrial, ka- dan bencana dari berbagai aspek ke-
pitalisme maju, disertai perkemba­ hidupan, baik disebabkan oleh peru-
ngan dan ketergantungan kita pada bahan alam maupun perubahan so-
teknologi, aktivitas manusia dan peri- sial. Bahkan ada yang menyebutkan
laku serta gaya hidup penuh variasi bahwa resiko-resiko yang ditumbul-

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


41 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

kan oleh perilaku manusia manusia, terutama aktivitas ekonomi, untuk mengatasi berbagai resiko dan
moderen ini sudah mencapai industrialisasi, dan perkembangan tek­ dampak ditimbulkan oleh bencana.
tingkat ‘maniak resiko’, ben- nologi. Kebijakan dan pengaturan negara
cana kolektif, global, yang Berbagai peristiwa bencana itu atas risiko-risiko dampak bencana
dampaknya tidak bisa diubah seakan diluar jangkauan kita untuk itu sendiri haruslah dijalankan dalam
atau diputar kembali, menim- menanganinya, sehingga mendorong domain-domain pengaturan resiko
bulkan bencana yang tidak per- kita untuk mengembangkan ilmu (risk regulation regime) yang khusus,
nah dibayangkan sebelumnya . pengetahuan dan sains teknologi mo- tergantung pada jenis bencananya,
Bencana-bencana ditimbulkan deren lebih maju untuk mencegahnya. karena berbeda jenis bencana ber-
oleh pola makan dan minum Namun, kesadaran akan politik bumi beda pula pengaturan dan pemeca-
yang menimbulkan persebaran ini, atau politik ekonomi global dalam hannya, se­suai dengan pengetahuan
penyakit, seperti penyakit sapi pemanfaatan sumberdaya alam dan dan sarana teknologi yang diperlu-
gila, kegagalan pasar sehingga penggunaan teknologi berdampak lin- kan. Domain bencana alam gempa,
diperlukan asuransi, kece- tas negara itu, menggugah kesadaran misalnya, berbeda penanganannya
lakaan lalu lintas karena gagap kita untuk memiliki kesadaran glo- dengan bencana karena perubahan
teknologi transportasi, cacat bal dalam membaca dan memahami iklim dan cuaca. Demikian pula,
tubuh karena kesalahan peng- sumber berbagai peristiwa bencana penanga­nan bencana perubahan iklim
gunaan teknologi reproduksi itu. Namun, apakah kesadaran demi- dan cuaca berbeda penanganannya
biologis, dan kecanduan, ke- kian telah dimiliki masyarakat kita, dengan bencana penya­kit disebabkan
hilangan memori dan tumor se­hingga meningkatkan keberdayaan pola makan, atau pemberian asuransi
otak karena ketergantungan kita dalam menangani bencana itu, karena kegagalan pasar.
pada teknologi komunikasi, masih menjadi tanda tanya. Peringa- Meskipun demikian, terdapat
merupakan beberapa contoh tan Ulrich Beck dan tumbuhnya kesa- prinsip-prinsip umum yang harus di-
bencana disebabkan perilaku daran global akan sumber dan resiko junjung tinggi dalam setiap penanga-
manusia moderen. politik bumi itu dalam hal ini sangat nan bencana, bahwa selain pentingnya
Bencana-bencana itu tam- penting dan relevan untuk mengha- intervensi dan bantuan kemanusiaan
paknya terkesan murni ben- dapi berbagai bencana yang ada dan dalam situasi darurat, dalam hal ini
cana sosial, tidak ada kaitan- kemungkinan terjadi. setiap jenis bencana apapun berlaku,
nya dengan bencana alam. Sebagaimana berkembangnya juga dalam setiap penanganan ben-
Namun, dalam bencana alam risiko-risiko kehidupan di masyarakat cana negara dan masyarakat diha-
pun sebenarnya kita bisa moderen, kita juga mengenal berkem- ruskan untuk mengedepankan prin-
menemukan banyak bencana bangnya penanganan atau peng- sip-prinsip kemanusiaan universal,
alam, meski sekilas terke- aturan negara (regulatory state) atas profesionalisme, dan ketepatan kebi-
san murni bencana alam, ter- risiko-risiko itu . Kedua konsepsi ini, jakan dalam pengunaan pengetahuan,
jadi karena perilaku manusia masyarakat beresiko dan pengaturan- informasi, teknologi, standar, meka­
(man-made disaster). Tekanan pengaturan negara atas risiko-risiko nisme dan prosedur untuk menangani
reaktor nuklir di bawah tanah bencana itu bisa dikaitkan satu sama bencana. Dalam setiap kebijakan dan
menyebabkan desakan-de- lain, karena yang terakhir itu tumbuh penanganan resiko dampak bencana,
sakan lempengan bumi, terjadi dan berkembang berkat kesadaran dan baik dalam intervensi minimal seperti
gempa dan mendorong letusan tuntutan masyarakat kepada negara disyaratkan oleh kalangan neo-liberal
gunung berapi, pemanasan untuk mengatasi risiko mereka hadapi. untuk intervensi terhadap kegagalan
global sehingga daratan es di Sebaliknya, berkembangnya peng- pasar (market failure), atau, perlunya
kutub utama dan selatan mele- aturan risiko oleh negara itu memiliki sikap responsif pemerintah terhadap
leh, menimbulkan gelombang kekuatan mengubah dan mendorong opini publik (opinion-responsive gov-
pasang, perubahan cuaca dras- dan mengubah perilaku masyarakat ernment), sebagaimana ditekankan
tis, curah hujan tinggi, banjir, dan kalangan industrial untuk meng­ kalangan demokrasi populis, maupun
tanah longsor, musim kering atasi risiko-risiko sebagai akibat perlunya mempertimbangkan kepen­
berkepanja­ngan, kerusakan dari perilaku dan tindakan mereka tingan kelompok-kelompok kepen­
ekologis dan kelangkaan pan- itu. Dalam tingkat perkembangan tingan, pelobi dan kalangan profe-
gan, punahnya habitat tumbu- selanjutnya keduanya menciptakan sional, sebagaimana ditekankan oleh
han dan hewan karena racun semacam mekanisme audit sosial atau kalangan realis, semua mensyaratkan
pestisida, dan lain sebagainya, transparansi politik tersendiri, baik pentingnya pengumpulan informasi
merupakan jenis-jenis bencana negara atau pemerintah dan masyara­ (information gathering), untuk men-
alam disebabkan oleh aktivitas kat, sama-sama bertanggungjawab dapatkan data yang akurat untuk

<< 42 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

mengambil kebijakan, penetapan standar dan mekanisme penanganan (standard setting) dan perubahan perilaku
masyarakat (behaviour modification) untuk meminimalkan resiko ditimbulkan oleh bencana.

Studi Lapangan Studi lapangan ini berharap men-


dapatkan gambaran atau protret yang
bencana alam karena perubahan ik-
lim dan cuaca, seperti angin puting
jelas atas sikap, pandangan dan opini beliung, gelombang pasang laut, ban-
publik atas penanganan bencana se- jir, longsor, dan kekeringan (Riau,
lama ini, apakah telah mencerminkan Karanganyar Jawa Tengah, Makasar,
sikap ‘berkesadaran global, bertindak dan NTT); (3) bencana buatan manu-
lokal’, dalam memandang sebab- sia, kesalahan penggunaan teknologi,
sebab bencana dan dalam mengatasi atau bencana akibat kegiatan pem-
risiko-risiko bencana yang terjadi. bangunan yaitu bencana Lumpur
Studi lapangan dilakukan dengan Lapindo (Sidoharjo, Jatim).
melakukan observasi dan wawan- Di masing-masing daerah ben-
cara dengan berbagai pihak, dari kala­ cana, wawancara dilakukan terha-
ngan pemerintah, masyarakat sipil, dap sejumlah informan dari berbagai
kalangan warga komunitas korban pihak, sebagai berikut: (1) kalangan
dan kalangan warga komunitas pada agen pembangunan, baik pemerintah
umumnya, bukan korban langsung, maupun organisasi masyarakat sipil,
untuk menemukan data dan realitas dan; (2) kalangan warga komunitas
empiris, baik realitas obyektif mau- masyarakat pada umumnya. Infor-
pun subjektif dari peristiwa bencana, man ditentukan secara purposive,
sebab-sebab, risiko-risiko dan dam­ dimulai dari penentuan responden
paknya terhadap lingkungan alam kunci (key informan), tiga (3) orang
dan kehidupan komunitas manusia dari kalangan pemerintah, LSM, dan
dan masyarakat. warga komunitas pada umumnya, di
Studi lapangan dilakukan dengan masing-masing ketiga daerah atau
observasi di daerah bencana dan wa- jenis bencana. Dari sini, kemudian di-
wancara mendalam ke berbagai pihak lakukan penentuan informan berikut-
untuk menemukan data dan realitas, nya melalui metode snow balling,
baik realitas objektif situasional di penentuan dua (2) orang informan
daerah bencana maupun realitas sub- oleh responden kunci dari masing-
jektif kesadaran individual dan sosial, masing ketujuh dan jenis bencana
atas terjadinya peristiwa bencana dan secara bergulir, sehingga diperoleh
resiko dampaknya terhadap lingkung­ sekurang-kurangnya sembilan (9)
an kehidupan alam dan sosial di orang informan di masing-masing
dae­rah bencana. Selain itu, data dan ketujuh daerah dan jenis bencana.
informasi dasar yang melingkupi rea­ Selanjutnya, bila datanya dirasa be-
litas ini, baik realitas natural mau- lum mencukupi, kepada ke delapan
pun sosial atas terjadinya peristiwa belas orang responden itu diminta
bencana di daerah bencana, akan di- menunjuk satu (1) orang responden
kumpulkan untuk menopang temuan untuk pendalaman studi, sehingga
dihasilkan berkaitan dengan ketiga sekurang-kurangnya akan diperoleh,
fokus utama penelitian di atas. secara keseluruhan, enampuluh tiga
Studi lapangan ini menggunakan (63) orang informan dari ketujuh
metode observasi dan wawancara daerah dan jenis bencana, sehingga
mendalam, dilakukan di daerah-da­ mencapai keterwakilan yang cukup
erah bencana di Indonesia, meliputi untuk mendapatkan realitas objektif
berbagai jenis peristiwa bencana sasaran penelitian.
penting terjadi di Indonesia, meliputi Realitas dan data dihasilkan dari
tiga daerah dan jenis bencana sebagai studi lapangan ini, sebagimana dig-
berikut: (1) bencana gempa tsunami- ambarkan dalam paparan di bawah,
Aceh dan gempa susulannya di da­ cukup menarik menggambarkan
erah lain (Aceh dan Yogyakarta); (2) bagaimana pandangan publik terha-

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


43 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

dap penanganan bencana di dipandang mencerminkan bagaimana sekali terjadi, namun resikonya bisa
Indonesia, yang selama ini pandangan atau perspektif publik In- bergulir tergantung dari penanganan
boleh dikata sangat minim donesia terhadap penanganan bencana dan masalah-masalah yang muncul
mendapat perhatian dan kajian selama ini dan bagaimana seharusnya di masyarakat. Tetapi, ada juga yang
publik Indonesia dalam ben- penanganan bencana dilakukan ke de- berlangsung cukup lama, dalam ren­
tuk riset. Banyak tulisan dan pan, untuk perbaikan penanganan dan tang waktu agak lama dan berubah-
laporan yang ada selama ini pengaturan resiko dan dampak ben- ubah naik turun, seperti terjadi dalam
tentang bencana di Indonesia cana di Indonesia. kasus perubahan iklim dan cuaca
umumnya berupa laporan dari Kondisi bencana di daerah selain drastis, dalam badai angin puting be-
projek kalangan agen-agen mengambarkan seberapa besar ben- liung, banjir, tanah longsor, kekering­
pemba­ngunan dalam penanga- cana terjadi juga seberapa luas resiko an dan resiko-resiko kerusakan dan
nan bencana, yang meskipun dampaknya terhadap kehidupan, yang kelangkaan ditimbulkan. Sementara,
datanya lengkap, tetapi belum mencerminkan seberapa luas cakupan bencana kesalahan penggunaan tek­
dianalisis dan dikaji secara atau domain bencana dan resikonya nologi atau resiko pembangunan,
mendalam. Melengkapi ar- yang harus dikontrol, dikendalikan umumnya berlangsung cukup lama
tikel-artikel paparan pandang­ dan ditangani. Peristiwa bencana de­ngan resiko selalu muncul, mes­
an dan opini dari dari para ahli, ada yang terjadi sekali dan sesudah kipun sudah ditangani tetapi resiko
dalam berbagai sudut pandang, itu berhenti, seperti terjadi dalam tetap ada, seperti ekstrimnya terjadi
sebagimana disajikan Jurnal kasus bencana gempa. Dampaknya dalam kasus bencana lumpur Lapin-
ini di depan, hasil studi opini memang sangat besar, tergantung be- do dan kerusakan lingkungan akibat
publik ini sedikit banyak bisa saran skalanya, tetapi hal itu hanya aktivitas pembangunan lainnya.

Pandangan, sikap Sikap, padangan dan respon berb-


agai kalangan terhadap resiko benca-
sional, atau agama mistis, belum
agama moral atau mencapai agama
dan respon terha- na sangat bervariasi, tergantung cara
pandangan dunia atau kultural dimiliki
kosmik, di dasari oleh kesadaran
makrokosmik agama pengetahuan
dap bencana dalam mendefinisikan situa­si, tingkat
pengetahuan dan sarana teknologi dan
dan sains moderen. Namun, kom-
binasi ketiganya juga kita temukan,
organisasi sosial dimiliki, termasuk karena dalam memandang peristiwa
didalamnya meka­nisme pengaturan ini mereka juga dibingkai oleh keter­
dan prosedur dalam mengatasi resiko batasan pengetahuan dan teknologi
bencana. Kebanyakan memang sa­ dimiliki. Keterbatasan-keterbatasan
ngat idealis, terkesan kurang mencer- ini menentukan respon tindakan res­
minkan kesadaran yang tinggi atau ponden dalam bertindak mengatasi
‘berkesadaran global’ dalam maman- resiko bencana.
dang bencana. Pandangan responden Dari sini kita menemukan, ke-
umumnya, menggunakan klasifikasi sadaran dan respon tindakan itu
Albert Einstein, masih sangat kuat bervariasi dan bertingkat-tingkat;
didasari oleh kosmologi agama tradi- ada yang berkesadaran global tetapi

Tabel 1: Tingkat Kesadaran dan Tindakan terhadap Peristiwa Bencana

Aktor/agen Kesadaran Tindakan Kecenderungan


Kalangan Pemerintah Mempunyai kesadaran Tindakannya bersifat lo- Berkesadaran global
global cal dan hilir tetapi tidak tercermin
dalam tindakannya.
Kalangan Lembaga Swa- Mempunyai kesadaran Bertindak global Berkesadaran global dan
daya Masyarakat global sekaligus tercermin dalam
tindakannya
Kalangan warga komuni- Belum mempunyai kesa- Bertindak lokal Tidak mempunyai kesa-
tas korban daran global daran global dan sekaligus
tidak bertindak global

<< 44 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

tidak tercermin dalam respon yang dilakukan lebih sibuk menanga­ sional, sehingga cukup mempunyai
tindakannya di tingkat lokal, ni pada masalah hilir. Kegiatan pe­ keleluasaan untuk mengimplemen-
ada yang berkesadaran global ngumpulan data dan informasi di- tasikan kesadaran globalnya pada
dan tercermin dalam respon lakukan secara dadakan, sumber daya tindakan penanganan bencana. Ini
tindakannya di tingkat lokal, manusia yang kurang terlatih, dan berbeda dengan kalangan peme­rintah
ada yang tidak berkesadaran peralatan pendukung yang tidak me- yang sering kali kurang berdaya ter-
global tetapi respon tindakan- madai. Akibatnya, seluruh penanga- hadap tekanan kepentingan kapita­
nya bersifat global setidaknya nan pada saat tanggap darurat terke- lisme internasional yang cenderung
dalam tataran agama mistis san tidak ada koordinasi, semuanya mengabaikan kerusakan lingkungan
dan moral saja, dan ada pula dilakukan secara spontan dan kurang alam ketika melakukan eksploitasi
yang tidak dua-duanya, tidak terencana dan terprogram secara rapi. sektor pertambangan dan hutan tro-
berkesadaran global dan tidak Gambaran yang sama juga tercer- pis, sehingga menimbulkan bencana
pula melakukan respon tin- min dalam penang­gulangan bencan seperti banjir, longsor, kekeringan,
dakan lokal. Tabel di bawah ini tsunami di Aceh dan gempa di Yog­ dan kesalahan teknologi.
menggambarkan pandangan, yakarta, Kerusakan Hutan di Riau, Sementara itu, di kalangan komu-
sikap dan respon publik yang Kekeringan di NTT, serta demikian nitas korban bencana belum muncul
mencerminkan tingkat berke- pula dalam penangani bencan kesa­ kesadaran global dan tindakannya
sadaran global dan bertindak lahan teknologi Lumpur Lapindo di sangat spontan ketika sedang terjadi
lokal dalam mengatasi resiko Kabupaten Sidoarjo. Oleh karena itu peristiwa bencana. Setiap kali terjadi
bencana. dapat dikatakan bahwa di kalangan bencana fakta menunjukkan adanya
Memperhatikan table 1 di pemerintah kecenderungannya adalah korban jiwa maupun material sangat
atas, pada prinsipnya peme­ meski sudah memiliki kesadaran glo- banyak, karena belum ada tindakan
rintah sudah mempunyai ke- bal, tetapi belum bertindak global. yang bersifat prefentif dan antisipa­
sadaran global dalam upaya Sedangkan di kalangan Lembaga tif. Tingkat kerentanannya mening-
penanganan bencana. Salah Swadaya Masyarakat (LSM) tam- kat, sementara kapasitas penanganan
satu indicator adalah telah di- pak mempunyai kesadaran global, bencana menurun, karena berkem-
terbitkannya UU No. 24 Tahun dan sekaligus bertindak global pula. bang persepsi di kalangan masyarakat
2007 Tentang Penanggulangan Strategi, program, dan kegiatan yang bahwa bencana adalah masalah nanti
Bencana yang disusul terbitnya dilakukan terasa adanya kesadaran saja. Sementara itu tingkat kepekaan
PP No. 8 Tahun 2007 Tentang global dan lebih melihat persoa- kepada tanda-tandan bencana secara
Badan Nasional Penanggulang­ lan pada ranah hulu. Boleh jadi itu tradisional seperti sensitive terhadap
an Benacana; PP No.22 Tahun dise­babkan karena jaringan LSM de­ perilaku binatang dan perubahan
2008 Tentang Pendanaan dan ngan lembaga-lembaga internasional suhu sudah mulai menurun, sedang-
Pengelolaan Bantuan Ben- cukup terjalin secara intensif, dan kan kemapuan membaca bencana se-
cana; PP No. 23 Tahun 2008 pada kenyataannya penyandang dana cara modern masih belum memiliki.
Tentang Peran Serta Lembaga dari lembaga asing itu lebih sering Tindakan komunitas korban di
Internasional dan Lembaga bekerjasama dengan LSM ketimbang daerah bencana kurang mengenal
Asing Nonpemerintah dalam dengan pemerintah ketika menangani adanya perencanaan dan tidak memi-
Penanggulangan Bencana; dan peristiwa bencana. Hasil penelitian liki kesadaran akan pentingan data
Perda serta berbagai SK Bupa- ini menemukan bahwa dalam penang­ dan informasi. Bahkan cenderung
ti/Walikota di daerah rawan ganan bencana tsunami di Aceh, pasif dan menunggu uluran bantuan
bencana. gempa di Yogyakarta, kekeringan di dari pihak luar baik dari pemerintah
Akan tetapi kesadaran glo- NTT dan banjir di Jawa Tengah yang maupun masyarakat luas pada um-
bal yang sudah berkembang di dilakukan oleh kalangan LSM terasa umnya. Fenomena ini tampak pada
kalangan pemerintah itu tidak lebih mencerminkan tindakan global. komunitas korban gempa di Yog­
tercermin pada tindakannya Seluruh aktivitasnya menggunakan yakarta, tsunami Aceh, dan juga di
ketika setiap kali menangani standar penanganan bencana secara daerah banjir sungai Bengawan Solo.
peristiwa bencana, baik ben- internasional, dan lebih mengutama- Bahkan di bencana Lumpur Lapindo
cana alam, nonalam, mau- kan pada program dan kegiatan yang di Sidoarjo, hingga sekarang keadaan-
pun bencana social. Dalam berjangka panjang yang prefentif, nya masih sangat memprihatinkan,
menangani bencana banjir di seperti menekankan pentingnya perin- banyak sekali warga masyarakat kor-
Kabupaten Karanganyar dan gatan dini. Posisi LSM lebih otonom ban bencana yang masih terlantar dan
Bojonegoro misalnya, hampir daripada kalangan pemerintah terha- menghuni di tenda-tenda darurat.
semua program dan kegiatan dap kepentingan kapitalisme interna-

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


45 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

Hikmah pembela- Hikmah pembelajaran atas pe­


nanganan resiko bencana bisa disebut
pat diklasifikasi sebagai berikut. Ada
yang menekankan pada intervensi
jaran penanganan semacam ‘audit sosial’ atau penilaian
dan evaluasi publik atas penanganan
bersifat jangka pendek, sebatas daru-
rat kemanusiaan saja, ada pula yang
resiko bencana resiko bencana dilakukan berbagai
pihak, baik oleh kalangan pemerin-
menekankan strategi jangka panjang
sampai pada pemulihan kembali, atau
tah, LSM atau masyarakat, dan warga pada tingkat mengembalikan masyara­
komunitas korban dan komunitas kat menuju kondisi normal seperti se-
bukan korban secara mandiri tanpa mula, bahkan ada yang lebih dari itu,
bantuan dari luar. Penanganan yang melakukan transformasi sosial, men-
terakhir, meskipun skala organisasi ciptakan masyarakat yang baru, diser­
dan institusinya kecil, pada umum- tai dengan kelengkapan sarana dan
nya bersifat swadaya berdasar mo- prasarana baru untuk mengantisipasi
dal-sosial kultural dimiliki masyar- kemungkinan terjadinya bencana di
akat setempat, atau dikenal dengan masa mendatang, belajar dari benca-
kearifan lokal (local wisdom), namun na yang terjadi. Variasi berbagai jenis
keb­anyakan justru efektif mengatasi intervensi penanganan itu, dapat dili-
resiko langsung (direct risk) menimpa hat dari bentuk respon yang dilaku-
korban. kan, strategi yang digunakan, pro-
Sementara, penanganan oleh gram-program yang dijalankan, dan
pemerintah atau lembaga swadaya praktek koordinasi dan implementasi
masyarakat, terutama LSM dari luar yang dilakukan. Tabel di bawah ini
didanai lembaga donor, umumnya di- mengambarkan hasil analisis data
lakukan setelah bencana terjadi (pas- dari respon, strategi, program-pro-
ca disaster), dengan kelembagaan gram aktivitas, hasil dan dampaknya,
atau institusi dan sumberdaya finan­ serta kapasitas dan kelemahahannya,
sial lebih besar, biasanya melaku- dilihat dari kesenjangan antara kapa-
kan penanganan atas resiko-resiko sitas dan hasil yang dicapai, dari pe­
dampak lanjutannya dan pemulihan- nanganan resiko bencana dilakukan
pemulihan menuju normalisasi ke- berbagai pihak selama ini.
hidupan dan pembangunan kembali Sebagaimana tercermin dalam
masyarakat terkena bencana dalam Tabel 2, secara umum dapat dika-
jangka panjang. Meskipun, ada juga takan bahwa penanganan bencana
pemerintah, terutama pemerintah dae- belum dilakukan secara sistematis
rah, sejalan dengan desentralisasi dan untuk mencegah dan menangani
pendelegasian wewenang lebih besar resiko, terutama resiko-resiko dalam
dari pusat ke daerah dilakukan selama tiap domain bencana yang sangat ber-
ini, begitu bencana terjadi langsung variasi di daerah. Pemerintah pusat
melakukan berbagai upaya penanga- sendiri sejauh ini telah mengeluarkan
nan darurat, dan juga melakukan pen- kebijakan dan regulasi penanganan
dataan dan pengumpulan informasi, resiko bencana dalam UU Penanga-
untuk dijadikan dasar dalam menanga­ nan Bencana dan Peraturan Pemerin-
ni korban dan mengurangi resiko yang tah tentang Penanganan Bencana, ta-
terjadi, seperti dilakukan pemerintah hun 2007, tetapi belum diintegrasikan
kabupaten Bantul, Yogyakarta, ketika dalam kegiatan pembangunan diser-
daerah itu dilanda bencana gempa bu- tai mekanisme pelaksanaan di tingkat
lan Mei, 2006. daerah. Dalam konteks desentralisasi
Dari berbagai bentuk intervensi sekarang ini, daerah sangat berperan
penanganan bencana itu, baik dilaku- penting untuk menjalankan UU dan
kan warga komunitas setempat, peme­ peraturan pemerintah ini, tergantung
rintah maupun LSM serta lembaga pada kapasitas daerah masing-ma­
donor internasional, kita menemukan sing. Namun yang terjadi selama ini,
berbagai variasi intervensi penanga- secara umum dapat dikatakan, bahwa
nan resiko dampak bencana, yang da- kebanyakan penanganan resiko ben-

<< 46 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

cana dilakukan secara darurat, sehingga pengumpulan data dan informasi juga dilakukan secara darurat pula.
Pemerintah lebih mengandalkan pada data dan informasi yang ada selama ini, belum disertai pendataan khusus
atas resiko bencana yang ada pada masing-masing domain. Sementara itu, di kalangan masyarakat sipil, penda-
taan dan informasi umumnya dilakukan oleh masing-masing lembaga mengikuti program yang mereka jalankan,
jarang sekali menggunakan data pemerintah yang umumnya kurang mereka percayai.
Tabel 2. Pembelajaran atas penanganan resiko bencana
Kalangan pemer- Kalangan Kalangan Kalangan Kapasitas,
intah masyarakat komunitas komunitas kelemahan
sipil warga korban warga bukan dan kelebihan,
langsung terk- korban lang- dalam penan-
ena bencana sung ganan resiko
Dalam Umumnya masih Pengumpulan Sering menjadi Mendapatkan Belum punya
pengumpu- bersifat darurat, data dan infor- objek pendataan informasi dari pendataan dan
lan data dan pengumpulan data masi dilakukan dan pengumpu- lembaga-lem- pengumpulan
informasi dan informasi dilaku- bersamaan lan informasi di- baga sosial infomasi yang
kan dalam kondisi dengan pem- lakukan berbagai keagamaan sistematis,
darurat, pendataan berian bantuan pihak, memiliki di daerahnya, bersifat sektoral
dan pengumpulan kemanusiaan, informasi sangat dari informasi masing-masing,
informasi dilaku- cenderung meng- terbatas tergan- bersifat informal tidak ada pemu-
kan kurang disertai gunakan data tung pada penda- mengikuti satan data dan
perbandingan data dan informasi taan dan bantuan jaringan sosial- informasi, belum
sebelum dan sesudah dikumpulkan pemerintah dan kekerabatan dan terekam dalam
bencana sendiri-sendiri LSM sosial-keaga- aktivitas BPS
oleh masing- maan dan badan infor-
masing LSM masi lainnya
Dalam Sudah ada undang- Mengikuti Korban belum Berdasar pada Kapasitas daerah
regulasi dan undang dan peratu- standar dan diakomodasi dan mekanisme lokal masih rendah,
penentuan rannya, tetapi belum mekanisme lem- berpartisipasi dalam penan- belum disertai
mekanisme disertai mekanisme baga-lembaga dalam penen- ganan bencana, mekanisme terin-
pelaksanaan yang donor, menurut tuan kebijakan mengikuti keari- ci dalam masing-
koheren, terutama di kebijakan dan dan mekanisme fan lokal, belum masing domain
tingkat daerah mekanisme mas- yang ada, korban diakomodasi dan bencana, belum
ing-masing sangat tergan- berpartisipasi terintegrasi ke
tung mekan- dalam penentuan dalam kebijakan
isme ditetapkan kebijakan dan pembangunan di
pemerintah, mekanisme pen- daerahnya
lembaga donor anganan resiko
dan LSM bencana
Dalam Regulasi dan mekan- Memberikan Menyadari akan Masih bersifat Kesadaran akan
mengubah isme belum efektif penyadaran pada bahaya resiko reaktif, belum resiko belum
perilaku mengubah perilaku, komunitas yang bencana, tetapi proaktif me- tercermin dalam
masyarakat sosialisasi dilakukan menjadi target dalam kondisi nangani resiko tindakan men-
tetapi belum disertai program, tetapi sangat rentan dampaknya, gubah perilaku
dengan penyebaran belum disertai untuk mengatasi menjadi bagian untuk menangani
informasi memadai, upaya peruba- resiko bencana, dari korban yang resiko, masih
pemerintah cenderung han sikap dan masih bersifat harus menang- bersifat reaktif
menyerahkan pada tindakan pen- reaktif, belum gung resiko belum proak-
mekanisme lokal, gurangan resiko proaktif terlibat tif melakukan
kepada tokoh-tokoh berkelanjutan dalam penan- pencegahan dan
masyarakat untuk ganan resiko di penanganan
mengubah perilaku komunitas dan resiko
warga daerahnya

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


47 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

Di sisi lain, di kalangan ga bukan korban langsung, umumnya mencegah dan mengurangi dampak
korban langsung, karena ke­ mereka menanggung beban, dengan resiko bencana. Pemerintah pusat
rentanan yang mereka derita, kebijakan dan mekanisme sepenuh- sebenarnya telah mengeluarkan ke-
umumnya sering menjadi ob- nya bersandar pada mekanisme lokal bijakan penanganan resiko bencana
jek dari pendataan dan infor- atau kearifan lokal yang ada. Namun dalam bentuk regulasi dan perun-
masi dari berbagai pihak, se­ demikian, di banyak daerah, komuni- dang-undangan, tetapi dalam pelak-
hingga banyak yang mengeluh tas korban tidak langsung ini umum- sanaannya belum disertai dengan
jenuh dengan berbagai jenis nya banyak yang efektif memberikan mekanisme yang memadai, terutama
pendataan. Mereka umumnya bantuan dan mengurangi resiko ben- di tingkat daerah atau kabupatan. Ka-
memiliki informasi dan data cana dari kegiatan-kegiatan langsung pasitas daerah atau kabupaten dalam
sangat minim dan terbatas, sa­ (immediate) yang mereka lakukan menangani resiko bencana masih
ngat tergantung pada data ban- begitu bencana terjadi, mengikuti sangat kurang, belum terintegrasi
tuan kemanusiaan diberikan mekanisme dan kelembagaan lokal dalam kebijakan pembangunan dan
berbagai pihak, yang karena yang ada, terutama mekanisme dan penganggaran APBD di daerahnya.
pendataannya kurang baik se­ kelembagaan menangani krisis dan Ketidakjelasan arah dan kebijakan
ringkali menimbulkan kecem- kemanusiaan dimiliki oleh lembaga ini menyebabkan perubahan perilaku
buruan sosial diantara mereka. sosial-keagamaan dan komunitas ber- dalam menangani resiko bencana di
Demikian pula, kebijakan dan dasar solidaritas kekerabatan dan mo- masyarakat belum terjadi secara me-
mekanisme penanga­nan di- dal sosial-kultural lainnya. luas, sehingga masyarakat umumnya
lakukan berbagai pihak belum Dari temuan ini, secara umum masih sangat rentan terhadap resiko
mengakomodasi kepentingan dapat dikatakan bahwa penanganan bencana, sebagaimana tercermin
korban, dan kalaupun sudah resiko bencana selama ini belum dalam sikap reaktif dan serba darurat
mengakomodasi tidak diser- sistematis dilakukan dalam domain- selama ini dalam penanganan resiko
tai partisipasi korban dalam domain bencana yang spesifik dan bencana, baik tercermin dalam tin-
penentuan mekanisme, se­ bervariasi. Penanganan umumnya dakan pemerintah maupun tindakan
hingga seringkali menimbul- dilakukan dalam kondisi darurat, masyarakat sipil maupun komunitas
kan kebingungan, keluhan dan reaktif ketika bencana terjadi, dengan korban.
kekecewaan diantara mereka. data dan informasi sangat minim, be-
Demikian pula kalangan war- lum dilakukan secara proaktif untuk

Harapan pada Kelemahan dan kelebihan penanga­


nan resiko bencana, sebagaimana di
hasil atau dampak penanganan dalam
pengurangan resiko bencana.
pe­n­a­nganan ben- paparkan dimuka, mencerminkan
kesen­jangan-kesenjangan (gaps)
Dari identifikasi atas kesenja­
ngan-kesenjangan itu, dalam pene-
cana ke depan antara kapasitas kelembagaan agen
dan aktor dan resiko bencana yang
litian ini responden diminta untuk
mengisi kesenjangan (gaps) yang
seharusnya ditangani. Kesenjangan ada, berupa harapan untuk meru-
itu dapat ditemukan dalam respon muskan bagaima­na seharusnya res­
dilakukan dalam pendataan dan pen- pon, strategi, dan prioritas agenda-
gumpulan informasi dengan strategi agenda program penanga­nan resiko
yang diambil atau kesenjangan in- bencana dilakukan ke depan, yang
formasi (information gaps), antara mencerminkan pemecahan atas kele-
strategi yang diambil dengan masalah mahan-kelemahan yang ada, dari ka-
mendesak dan jangka panjang yang pasitas kelembagaan agen dan aktor
dihadapi atau kesenja­ngan stretegis dalam memecahkan masalah, dan
(strategic gaps), antara strategi dan prio­ritas-prioritas agenda ke depan
program yang dijalankan atau kesen- yang seharusnya dilakukan untuk
jangan implementasi (implementation meng­atasi masalah ini. Tabel 3 me­
gaps). Ketiga jenis kesen­jangan ini nyajikan rekomendasi dari berbagai
dapat dirangkum dalam kesenjangan kalangan agen dan aktor untuk per-
kapasitas (capacity gaps), yaitu kesen- baikan penanga­nan resiko bencana,
jangan antara kapasitas kelembagaan meliputi prioritas-prioritas strategis
agen atau aktor dan masalah yang di- kebijakan seharusnya dilakukan me­
hadapi, sebagaimana tercermin dari nurut kemendesakan atau urgensinya,

<< 48 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

Tabel 3: Program dan Harapan Perbaikan Penanganan (Resiko) Bencana

Pemerintah LSM Komunitas Korban Komunitas Bukan


Langsung Korban Langsung
Program Regulasi (UU, Perda, - Riset pemetaan Mendirikan Posko
dll.) daerah bencana atau kelompok kor-
- Sosialisasi regulasi - Penyadaran dan ban bencana
- Pendirian lem- pengurangan resiko
baga-lembaga/ bencana
unit-unit penang- - Bantuan tanggap
gulangan bencana darurat
di berbagai level
pemerintahan
- Bantuan tanggap
darurat
Strategi Normatif-karikatif -Partisipatif -Pasif-kritis Partisipatif-kritis
-Kooperatif -Partisipasif-kritis
Kegiatan -Kegiatan-kegiatan -Pelatihan-pelatihan - Protes ketidaklan- - Ikut dalam pelati-
sosialisasi dan kesadaran pen- caran bantuan dan han-pelatihan
koordinasi antar gurangan resiko penyalahgunaan DRM
instansi bencana bantuan - Terlibat sebagai
-Melakukan bantuan -Gerakan peng- - Membangun Posko relawan dalam
tanggap darurat hijauan dan kritik dan organisasi kegiatan-kegiatan
-Relokasi masyar- terhadap industri- korban bencana tanggap darurat
akat korban alisasi, penebangan - Ikut dalam pelati- - Gerakan peng-
bencana hutan, dll. han-pelatihan hijauan dan kritik
- Kanalisasi - Melakukan bantuan -Gerakan peng- terhadap industri-
- Himbauan tanggap darurat hijauan dan kritik alisasi, peneban-
terhadap industri- gan hutan, dll.
alisasi, penebangan
hutan, dll.

strategi seharusnya diambil, mentara itu, di daerah-daerah tertentu, maksimalnya sosialisasi dan kurang-
prioritas agenda programnya, NTT misalnya, sedang digodok Perda nya infrastruktur dan sumberdaya
implementasi kegiatannya, dan Penanggulangan Bencana. Menyusul bagi penerapan regulasi tersebut.
koordinasi, pembagian peran, upaya regulasi itu, program-program Di luar itu, pemerintah lebih
dukungan fasilitas sumberdaya dan kegiatan-kegiatan yang dilaku- banyak terlibat dalam kegiatan yang
dan finansial yang diperlukan, kan adalah sosialisasi regulasi-regu- berorientasi pada upaya tanggap
untuk perbaikan penanganan lasi tersebut dan langkah-langkah darurat, yang kebanyakan bersifat
resiko bencana ke depan. pelembagaannya di berbagai tingka- parsial, sektoral, kurang terpadu, ber-
Rentetan berbagai jenis tan pemerintahan, misal mendirikan jangka pendek, dan berdana besar.
bencana yang datang menun- Taruna Siaga Bencana (Tagana) di Yang digarap pemerintah biasanya
tut perhatian dan penanga­nan tingkat propinsi atau lebih khusus bersifat fisik, misal mendirikan tang-
yang lebih baik dari waktu misalnya mendirikan BPLS dalam gul-tanggul (kanalisasi) dalam kasus
ke waktu. Dari tabel di atas kasus Lumpur Sidoarjo. Regulasi ini bencana banjir. Kegiatan ini tentu
terlihat bahwa secara umum memang penting sebagai kerangka saja sangat penting, tetapi kadang
pemerintah sejauh ini lebih dan payung aturan penanggulangan aspek manusianya kurang diperha-
terkonsentrasi memberi- bencana, agar tidak terjadi chaos dan tikan. Kalaupun dilakukan biasanya
kan kerangka hukum untuk konflik dalam penanggulangan ben- bersifat himbauan, yang sebelumnya
penanga­nan bencana, misalnya cana. Kendati demikian, implemen- didahului dengan tuduhan-tuduhan,
setahun lalu mengeluarkan UU tasi dari program ini belum seluruh- misal dalam kasus kebakaran hutan.
No 24 Tahun 2007 mengenai nya berjalan lancar: hal ini terutama Masyarakat sering dituduh mem-
Penanggulangan Bencana. Se- muncul dari kenyataan masih belum bakar hutan, baik sengaja maupun

Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


49 >>
Jurnal DIALOG
Kebijakan Publik
> Edisi 1 / Juni / Tahun II / 2008

tidak sengaja, lalu mereka sifat integratif. DRM juga merupa- kini mereka diarahkan pada pember-
dihimbau untuk tidak ‘mem- kan sebuah terminologi kolektif yang dayaan diri sendiri. Jika sebelumnya
bakar’ hutan. Sejauh ini belum meliputi seluruh aspek perencanaan mereka hanya bersifat pasif, menung-
ada usaha yang serius untuk untuk kesiapan dan mitigasi, maupun gu, dan akan menggelar protes jika
melakukan program-program penanganan dampak pasca bencana dianggap ada yang tak beres dalam
pengelolaan dan pengurang­ (respon darurat). Bencana bukan se- penyaluran bantuan, dalam DRM
an resiko bencana (disaster mata dilihat sebagai peristiwa atau ke- mereka lebih bersifat aktif-partisipa-
risk management-DRM) yang jadian tiba-tiba (sudden on-set) tetapi tif. Dalam rumus DRM, ketika terjadi
le­bih berjangka panjang, ter- merupakan hasil salah urus manusia bencana, orang yang pertama-tama
padu, dan relatif berbeaya (pembangunan) yang terjadi secara membantu dan menolong korban
lebih murah. perlahan (slow on-set). adalah masyarakat korban bencana
Celah inilah yang diisi Dengan perspektif itu, dan ditam- itu sendiri. Selain itu, sebagai bagian
oleh kalangan LSM. Secara bah dengan riset-riset pemetaan yang dari DRM ini juga, kalangan LSM
konseptual, DRM dimengerti sebelumnya mereka lakukan, kala­ gencar mengritik industrialisasi yang
sebagai suatu perspektif yang ngan NGO aktif melakukan latihan- mengabaikan dan merusak keamanan
menawarkan konsep penanga­ latihan penyadaran DRM di kalangan lingkungan. Pada saat yang sama
nan bencana dengan menem- masyarakat. Posisi masyarakat di mereka mendorong pentingnya men-
patkan pembangunan sebagai sini pun jadi bergeser. Jika sebelum- jaga lingkungan dan penghijauan.
kondisi dan konteks di mana nya masyarakat, terutama masyarakat Sayangnya, kegiatan DRM yang di-
bencana terjadi, karena itu korban bencana langsung, berorien- lakukan LSM ini juga masih sangat
respon terhadap bencana ber- tasi pada bantuan langsung dan fisik, terbatas dan belum terlalu meluas.

Penutup cukup terjalin secara intensif, dan Penanganan umumnya dilakukan


Pada prinsipnya peme­ pada kenyataannya penyandang dana dalam kondisi darurat, reaktif ke-
rintah sudah mempunyai ke- dari lembaga asing itu lebih sering tika bencana terjadi, dengan data
sadaran global dalam upaya bekerjasama dengan LSM ketimbang dan informasi sangat minim, be-
penanganan bencana. Salah dengan pemerintah ketika menangani lum dilakukan secara proaktif untuk
satu indicator adalah telah di- peristiwa bencana. mencegah dan mengurangi dampak
terbitkannya UU No. 24 Ta- Sementara itu, di kalangan komu- resiko bencana. Pemerintah pusat
hun 2007 Tentang Penanggu- nitas korban bencana belum muncul sebenarnya telah mengeluarkan ke-
langan Bencana yang disusul kesadaran global dan tindakannya bijakan penanga­nan resiko bencana
terbitnya PP No. 8 Tahun 2007 sangat spontan ketika sedang terjadi dalam bentuk regulasi dan perun-
Tentang Badan Nasional Pe­ peristiwa bencana. Setiap kali terjadi dang-undangan, tetapi dalam pelak-
nanggulangan Bencana. Akan bencana fakta menunjukkan adanya sanaannya belum disertai dengan
tetapi kesadaran global yang korban jiwa maupun material sangat mekanisme yang memadai, terutama
sudah berkembang di ka- banyak, karena belum ada tindakan di tingkat daerah atau kabupaten. Ka-
langan pemerintah itu tidak yang bersifat prefentif dan antisipatif. pasitas daerah atau kabupaten dalam
tercermin pada tindakannya Tingkat kerentanannya meningkat, menangani resiko bencana masih
ketika setiap kali menangani sementara kapasitas penanganan ben- sangat kurang, belum terintegrasi
peristiwa bencana, baik ben- cana menurun, karena berkembang dalam kebijakan pembangu­nan dan
cana alam, non alam, maupun persepsi di kalangan masyarakat penganggaran APBD di daerahnya.
bencana sosial. Sedangkan di bahwa bencana adalah urusan nanti Ketidakjelasan arah dan kebijakan
kalangan Lembaga Swadaya saja. Belum berkembang kesadaran ini menyebabkan perubahan perilaku
Masyarakat (LSM) tampak yang mendorong ke arah kultur yang dalam menangani resiko bencana di
mempunyai kesadaran global, meningkatkan kapasitas manajemen masyarakat belum terjadi secara me-
dan sekaligus bertindak glo- bencana. luas, sehingga masyarakat umumnya
bal pula. Strategi, program, Hikmah atas peristiwa bencana masih sangat rentan terhadap resiko
dan kegiatan yang dilakukan yang selama ini terjadi, ternyata be- bencana, sebagaimana tercermin
terasa adanya kesadaran glo- lum tercermin pada upaya penanga­ dalam sikap reaktif dan serba darurat
bal dan lebih melihat persoa- nan bencana. Secara umum dapat selama ini dalam penanganan resiko
lan pada ranah hulu. Boleh dikatakan bahwa penanganan resiko bencana, baik tercermin dalam tin-
jadi itu di­sebabkan karena bencana selama ini belum sistema- dakan pemerintah maupun tindakan
jari­ngan LSM dengan lem- tis dilakukan dalam domain-domain masyarakat sipil maupun komunitas
baga-lembaga internasional bencana yang spesifik dan bervariasi. korban.

<< 50 Politik Bumi Dan Manajemen Bencana


Prof. Dr. Heru Nugroho
Guru Besar pada Jurusan Sosiologi Universitas Gadjah Mada, Ketua Program Studi Sosiologi Pascasarjana UGM; Direktur
Center for Critical Social Studies; Peneliti Senior Institute for Research and Empowerment (IRE) Yogyakarta, dan mem-
peroleh doktor dari Fakultaet fuer Soziologie Universitaet Bilefeld Jerman.

Lusi Margiani
Saat ini bekerja di Save the Children UK sebagai Program Coordinator Education (Koordiantor Program Pendidikan) dan
menjadi anggota Emergency Response Team (ERT), dan tim fasilitator Education in Emergencies Training (Pelatihan Pen-
didikan dalam Masa Darurat) di tingkat nasional, serta terlibat dalam Emergency Response bencana banjir di Solo, Jawa
Tengah. Beberapa pelatihan yang diikuti berkait dengan penanggulangan bencana : Education in Emergency (Pendidikan
dalam Masa Darurat), Emergency Preparedness and Responses Plan (EPRP) dan Tindakan Pertolongan Pertama untuk
korban bencana; Pendiri dan Pemimpin Lembaga Studi dan Pengembangan Perempuan dan Anak (LSPPA) Yogyakarta.
Juga sebagai pendiri Early Childhood Care and Development – Resource Center (ECCD-RC), Pusat Pelayanan dan Pen-
dampingan Anak “Warna-Warni”, serta Mitra Pendidikan Indonesia (MPI). Pernah mendapatkan penghargaan sebagai
fellow Ashoka (sebuah organisasi nirlaba berkantor pusat di Arlington, Amerika. Juga pernah mendapat penghargaan
sebagai salah satu nominasi The fearless Indonesian Women of the year dari Majalah Kosmopolitan.

Dr. Eko Teguh Paripurno, MT


Dosen Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta; Ketua
Pusat Studi Manajemen Bencana UPN; Konsultan untuk Program Recovery and Prevention Unit pada UNDP; Konsultan
untuk Pengkajian Risiko Bencana Wilayah Sulawesi dan Maluku pada Oxfam Great Britanian Humanitarian Assistance;
Pengurus Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI). Pernah mengikuti pendidikan Natural Disaster Reduc-
tion di Kobe Jepang.

Saifudin Zuhri M.Si


Alumnus Jurusan Usuludin Universitas Islam Negeri Sunankalijaga Yogyakarta, dan Sosiologi Pascasarjana UGM. Peneliti
pada Institut Pengembangan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (INPEDHAM) Yogyakarta, dan Staf Pengajar pada Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi SBI Yogyakarta. Editor Buku pada penerbit Kajian Kalam Semesta (KKS) Yogyakarta. Tim penulis buku
Pesantren, Radikalisme, dan Konspirasi Global; dan buku Dinamika Konflik dalam Transisi Demokrasi.

You might also like