You are on page 1of 5

MASALAH PUBLIK

NAMA : CENDY DWI ARINTA

NIM : E01108127

MK : FORMULASI KEBIJAKAN PUBLIK

Masalah public merupakan masalah-masalah yang ada di tengah-tengah masyarakat, yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi masyarakat dalam berbagai aspek,
masalah-masalah tersebut perlu adanya penanggulangan.

Adapun contoh kasus yang berkaitan dengan masalah public, saya mengambil kasus ini karena
masalah ini sedang hangat-hangat nya di bicarakan d berbagai kalangan yang pokok bahasan nya
menyangkut masalah public.

Kasus BLT Salah Sasaran Diharapkan Tak Terulang

Jakarta (ANTARA News) - Aliansi Suara Rakyat, forum yang dideklarasikan 24 organisasi
kemasyarakatan, meminta pemerintah cermat dalam menyalurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) agar
kasus penerima BLT salah sasaran tak terulang.
"Data-data penerima BLT harus akurat dan pendistribusiannya harus benar-benar diawasi agar tepat
sasaran," kata Sekjen Aliansi Suara Rakyat Syaiful Anwar di Jakarta, Rabu.
Terkait rencana pemerintah mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), menurut Syaiful, sebaiknya
bantuan yang diberikan kepada keluarga miskin tidak hanya uang tunai, tetapi juga bahan kebutuhan
pokok.
"Yang tidak kalah penting adalah menciptakan lapangan kerja padat karya sebanyak mungkin," kata
Syaiful yang juga Ketua Umum Himpunan Pengusaha Demokrat tersebut.
Untuk itu, kata Syaiful, alokasi anggaran yang tidak terlalu mendesak di APBN harus dikoreksi dan
dialihkan untuk memperbanyak proyek padat karya.
"Misalnya tunjangan-tunjangan bagi anggota dewan, anggaran kunjungan, serta anggaran lain yang
kurang memberi manfaat secara langsung bagi rakyat sebaiknya dialihkan untuk proyek padat karya,"
katanya.
Terkait pernyataan berbagai kalangan yang meragukan efektivitas BLT, Saiful mengatakan, cara pandang
BLT sebaiknya tidak mengarah pada efektif atau tidak efektif.
"Kita harus berfikir bahwa rakyat miskin harus dibantu, bukan apakah ini efektif atau tidak," kata Syaiful.
Ditanya pendapatnya soal rencana pemerintah menaikkan harga BBM, Saiful menyatakan tidak mau
terjebak dalam pro-kontra terkait hal itu.
Hanya saja, Saiful berharap pemerintah meninjau ulang kebijakan dan pengelolaan perminyakan di dalam
negeri. Sebagai negara penghasil minyak, katanya, semestinya Indonesia tidak terganggu dengan
kenaikan harga minyak mentah dunia.

Dilihat dari peringkatnya, maka isu kebijakan publik itu, secara berurutan dapat dibagi menjadi
empat kategori besar, yaitu isu utama, isu sekunder, isu fungsional, dan isu minor (Dunn, 1990).
Kategorisasi ini menjelaskan bahwa makna penting yang melekat pada suatu isu akan ditentukan
oleh peringkat yang dimilikinya. Artinya, makin tinggi status peringkat yang diberikan atas
sesuatu isu, maka biasanya makin strategis pula posisinya secara politis. Sebagai kasus yang
agak ekstrem, dan perspektif politik bandingkan misalnya antara status peringkat masalah
kemiskinan vs masalah pergantian pengurus organisasi politik di tingkat kecamatan. Namun.
perlu kiranya dicatat bahwa kategorisasi isu di atas hendaknya tidak dipahami secara kaku.
Sebab, dalam praktek, masing-masing peringkat isu tadi bisa jadi tumpang tindih, atau suatu isu
yang tadinya hanya merupakan isu sekunder, kemudian berubah menjadi isu utama.
Contoh kasus di atas dapat disebut sebagai masalah public karena menyangkut hidup orang
banyak. Tuntutan akan masyarakat terhadap masalah yang dihadapi tak kunjung teratasi oleh
pemerintah, sehingga membawa dampak di dalam kelangsungan hidup masyarakat. Masalah
public itu menjadi masalah umum, masalah umum itu menjadi suatu isu. Dari contoh masalah
public di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa masalah public tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi isu Sekunder, karena isu tersebut terletak pada tingkat instansi pelaksanaan program
pemerintah yang berisi prioritas-prioritas program, kelompok sasaran, penerima dampak serta
mendefinisikan kemiskinan keluarga.

Oleh karena itu, tidak semua masalah atau isu akan masuk ke dalam agenda kebijakan. Lester
dan Steward dalam Winarno (2002 : 60) menyatakan bahwa suatu isu akan mendapat perhatian
bila memenuhi beberapa kriteria yakni :

1. Bila suatu isu telah melampaui proporsi suatu krisis dan tidak dapat terlalu lama
didiamkan.
2. Suatu isu akan mendapat perhatian bila isu tersebut mempunyai sifat partikularitas, di
mana isu tersebut menunjukkan dan mendramatisir isu yang lebih besar.
3. Mempunyai aspek emosional dan mendapat perhatian media massa karena faktor human
interest.
4. Mendorong munculnya pertanyaan menyangkut kekuasaan dan legitimasi dari
masyarakat.
5. Isu tersebut sedang menjadi trend atau sedang diminati oleh banyak orang.

Isu kebijakan dengan begitu lazimnya merupakan produk atau fungsi dari
adanya perdebatan baik tentang rumusan rincian, penjelasan, maupun penilaian atas suatu
masalah tertentu (Dunn, 1990).
ANALISIS

Berdasarkan hasil analisis, terdapat perbedaan antara prioritas pengeluaran masyarakat miskin
untuk kebutuhan (needs) dan keinginan (wants). Dampak BLT terhadap kesejahteraan ini terlihat
pada prioritas spending pattern masyarakat miskin dimana prioritas penggunaan uang BLT
paling utama adalah SEMBAKO. Hal ini menunjukkan bahwa BLT belum efisien dalam
memenuhi wants masyarakat miskin karena prioritas utama dari BLT tersebut masih untuk
kebutuhan dasar. Namun, BLT tersebut memiliki manfaat yang sangat besar bagi kelangsungan
hidup masyarakat miskin terutama dalam pemenuhan kebutuhannya. Selain itu, BLT tidak
berpengaruh terhadap kinerja masyarakat miskin karena masyarakat miskin tidak bisa hidup jika
hanya menggantungkan penerimaannya pada BLT, tetapi untuk beberapa kasus masyarakat
miskin tergantung dengan BLT tersebut.

Program BLT ini belum dapat dikatakan sukses, sebab masih banyak ketimpangan-ketimpangan
dalam penyalurannya, yang mana penyaluran BLT tersebut tidak tepat sasaran dan banyaknya
oknum-oknum yang menyalahgunakan program tersebut untuk meraup keuntungan pribadi
semata, tanpa memikirkan apa dampak yang akan ditimbulkan.

Riset ini mengkaji dampak Bantuan Langsung Tunai (BLT) terhadap kesejahteraan masyarakat
menurut preferensi masyarakat penerima BLT. Pendekatan yang dilakukan adalah meneliti
dampak BLT dengan melihat teori mengenai BLT (cash transfer) versus praktek pelaksanaan
BLT itu sendiri. Pendekatan ini kemudian menjadi dasar penggunaan metode penelitian, yaitu
metode desk study dan survey research. Desk study memungkinkan untuk mengetahui teori-teori
yang berkaitan dengan BLT termasuk untuk penyusunan kuesioner. Sedangkan survey research
memungkinkan untuk mengetahui praktek pelaksanaan program BLT itu sendiri. Survey
research dilakukan untuk meneliti preferensi masyarakat miskin terhadap program BLT.
Selanjutnya analisis dan tarik kesimpulan umum mengenai dampak BLT terhadap kesejahteraan
masyarakat miskin.

Dengan demikian, Pemerintah Pusat, dan masyarakat miskin agar mempertimbangkan studi preferensi
dalam penentuan kebijakan. Hal ini disebabkan ketiga stakeholder tersebut yang sangat terkait dengan
penentuan kebijakan terkait kesejahteraan masyarakat.

You might also like