You are on page 1of 11

KARST SEBAGAI ASSET DAERAH KABUPATEN GUNUNG KIDUL

Oleh
Dr. Suratman Worosuprojo, M.Sc.
Fakultas Geografi UGM

1.Pendahuluan

Istilah karst aslinya dari kata krst yang berasal dari bahasa Yugoslavia yang
dipakai untuk menyebut semua kawasan batugamping yang telah mengalami
pelarutan. Tipologi karst dapat dibedakan menjadi (1) holokarst yang berkembang
sempurna(2) merokarst yang berkembang kurang sempurna dan (3) platform karst
yang ditandai oleh banyaknya kelurusan dan struktur patahan. Selain klasifikasi
karst tersebut, terdapat tipologi karst lain yaitu (1) karst terbuka (2) karst tertutup
(3) karst tertutup tanah (4) karst terpendam (5) karst tropik dan (6) karst
permafrost.

Berdasarkan klasifikasi karst tersebut kawasan karst gunungsewu termasu tipe


holokarst tropik dan relatif terbuka (sedikit vegetasi) Kenampakan eksokarst
nempak masih dapat diamati seperti lapies, dolin, uvala, lembah kering, tower dan
cone karst, sedangkan kenampakan endokarst seperti goa, sungai bawah tanah
juga banyak dijumpai. Kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul memiliki
karakteritik yang spesifik, unik, spektakuler, dan non renewable ecosystem serta
decoratif landscape resourcess dengan fragilitas tinggi terhadap risiko kerusakan
lingkungan.

Sebagai sumberdaya lingkungan hidup pemanfaatan kawasan karst di Kabupaten


Gunungkidul mengarah pada pemenuhan kebutuhan manusia ,namun kurang
diimbangi kegiatan pelestarian ekosistem alamiahnya yang merupakan asset
dunua (world herritage). Kegiatan pertanian, pemukiman,pertambangan,
pariwisata, peternakan, perkebunan, yang terus berkembang pada lokasi yang tak
sesuai dengan kualitas karstnya akan berdampak negatif pada kerusakan
ekologisnya. Sebagai asset daerah perlu dikembangkan manfaat potensi yang ada
berdasarkan pada zonasi kelas karst. Hal ini dimaksudkan agar dapat dijaga nilai
nilai geo-biodiversitas, stabilitas sumberdaya alam dan lingkungan serta
sumberdaya ruangnya

2.Potensi Kawasan Karst sebagai Asset Pembangunan

Kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul terletak antara 7 o5’56” LS sampai


8o12’40” LS dan 110o19’33” BT sampai 110o49’50” BT. dengan batas alamiah
eksokrast berupa batas kenampakan morfologis, yaitu :
Sebelah utara : Cekungan Wonosari, Pegunungan Baturagung
Sebelah selatan : Samudra Hindia
Sebelah barat : Cekungan Wonosari, Dataran Aluvial Merapi
Sebelah timur : Pegunungan Sewu di Kabupaten Wonogiri

Melihat batas alamiah tersebut di atas dapat diperkirakan luasannya kurang lebih
mencakup 741,01 km2.
Potensi kawasan karst yang spesifik dan unik mempengaruhi kondisi dinamika
lingkungan hidup dan karakteristik makhluk hidup yang ada termasuk manusia.
Berdasarkan analisis potensi kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul dapat di
bedakan menjadi :
1. Sumberdaya alam (natural resources)yang meliputi lahan, mineral, air,
tumbuhan dan hewan
2. Sumberdaya lingkungan (ecological resources) yang meliputi lingkungan
eksokars dan endokarst yang berada di zona pantai, zona inti dan sub inti
karst
3. Sumberdaya ruang(spatial resources) meliputi ruang bawah permukaan
(goa dan sungai bawah tanah) dan ruang dekat permukaan ( konfigurasi
bentang lahan)
4. Sumberdaya manusia (human resources)yang adaftif dari aspek ekologis,
ekonomi dan sosiokultur yang khas
5. Sumberdaya buatan (man made resources) meliputi sarana dan prasarana
kehidupan
Sebagai gambaran umum deskripsi potensi utama kawasan karst yang mendukung
kehidupan dan pembangunan daerah adalah sebagai berikut.

a.Potensi Sumberdaya Lahan

Potensi kesesuaian lahan di kawasan karst sangat terbatas peruntukannya karena


pembatas ketersediaan air, tanah dan medan. satuan medan. Kualitas lahan pada
setiap satuan bentuklahan pada ekosistem karst di Kabupaten Gunung Kidul di
tunjukkan pada Tabel berikut.

Tabel Kelas Kesesuaian lahan untuk pertanian lahan kering dan hutan dan
sifat faktor pembatas lahan
Tabel Kualitas Lahan Dalam Setiap Satuan Medan

b.Potensi Sumberdaya Air

Tipe karst Gunung Sewu merupakat aset dunia (world Heritage)di daerah iklim
tropik memiliki struktur kekar (joint) yang sangat berkembang ,sehingga daerah
ini sangat meluluskan air. Oleh karena itu, di daerah ini tidak terdapat sungai-
sungai besar yang dapat dimanfaatkan. Kondisi topografi yang berbukit serta
banyak rekahan-rekahan meyebabkan proses solusional berlangsung insentif oleh
kerja aliran air permukaan langsung masuk ke dalam tanah dan batuanyang
membentuk aliran bawah tanah dan atau telaga. Potensi air yang ada di daerah
karst dan potensial dimanfaatkan meliputi air hujan, air permukaan , mata air dan
air dari sungai bawah tanah.

Telaga karst (karst lake)di Kabupaten Gunung Kidul dapat diketahui bahwa
umumnya memiliki bentuk dan luas yang tidak sama. Keberadaan telaga
memberikan sumbangan yang tidak kecil sebagai sumber air di kawasan karst.
Telaga ini tersebar di 7 kecamatan (atau 8 kecamatan Paliyan terpisah menjadi 2
kecamatan )

Tabel telaga yang sudah ditangani oleh P2AT sejak 1980-1991

Pemunculan airtanah secara alami dapat berupa mata air (Spring) ataupun berupa
rembesan (Seepage). Mata air adalah pemusatan pengeluaran air tanah yang
muncul pada permukaan tanah sebagai arus dari aliran air (Tolman). Bila
pengeluarannya tidak terpusat membentuk suatu bidang tersebut dengan rembesan
(Seepage)

Tabel Jumlah telaga dan mata air menurut kecamatan

No Kecamatan Jumlah telaga Jumlah mata air


1 Panggang 38 13
2 Paliyan 31 -
3 Tepus 45 -
4 Rongkop 91 -
5 Semanu 33 4
6 Ponjong 19 9
7 Semin - 3
Sumber : Cabang Dinas Sosial Kab. Gunung Kidul, 1996

Pola sebaran hujan yang terjadi umumnya pada bulan Januari merupakan bulan
dengan curah hujan tertinggi dan selanjutnya bulan Juli merupakan awal bulan
kering. Kemudian curah hujan akan mengalami kenaikan pada Bulan Oktober
hingga bulan Desember. Kondisi pola hujan ini berpengaruh pada kegiatan
manusia dan kehidupan tumbuhan dan hewan yang ada.

Keterdapatan aliran air sungai bawah tanah terbentuk oleh adanya sistem sungai
bawah tanah yang bermuara di Baron (system Baron) dan mungkin masih ada
sistem-sistem lain tetapi masih belum dapat dipastikan , misalnya sistem
Ngobaran atau mungkin juga sistem Sundak . Sistem Baron ini sendiri masih
dapat dipilah-pilah menjadi beberapa sub sistem yang lebih kecil, diantaranya sub
sistem Bribin.

Di kawasan karst ini terdapat pula tiga buah pintu masuk sungai bawah tanah
perennial, yaitu Sungai Tegoan, Kali Suci dan Kali Serpeng yang kemudian
menjadi sungai bawah tanah yang ditunjukkan pada table

Tabel sungai yang masuk ke dalam tanah

No Nama sungai Tempat masuk Debit (lt/dtk)


1 Kali Tegoan Goa Sumurup 230-260
2 Kali Suci Goa Suci 160
3 Kali Serpeng Goa Serpeng 4
4 Kali Petoeng Goa Jomblangan 200

Sumber : Sir M McDonald & Partner

c.Potensi Sumberdaya mineral

Kawasan karst pada umumnya memiliki potensi sumberdaya mineral yang


memiliki prospek baik untuk ditambang. Namun kegiatan penambangan dapat
berdampak pada memburuknya lingkungan hidup bila tidak dikelola dengan baik.

Lempung hasil pelapukan batu gamping dijumpai di banyak lokasi wilayah


Kecamatan Ponjong. Lempung yang terbentuk adalah monmorilonit dan ilit.
Besarnya kualitas SiO2 terpacu pula oleh mineral penyusun batuan lainnya yang
tererosi ke selatan, selanjutnya terangkut melewati dan sebagian teredapkan pada
lahan berbatu gamping.

Batupasir kuarsa gampingan sebagai bahan galian, di jumpai di Dusun Sawit,


Desa Gombang Kecamatan Ponjong. Batupasir kuarsa tersingkap seluas lebih
kurang 7,5 ha.

Batupasir tufan keterdapatannya mirip dengan batupasir, bahkan bahan ini lebih
merata sebarannya di pegunungan selatan. Secara morfologi, bahan menempati
topografi berlereng curam, berkisar dari 40% sampai hamper 78%.
Bahan galian klasedon ditemukan terbatas di Dusung Plarung (Sawahan
Kecamatan Ponjong). Bahan ini terbentuk pada Pegunungan Selatan, berlereng
curam dengan sudut lereng 40-45%.

Bahan galian batugamping keras (bedhes) putih dijumpai di Kecamatan Ponjong.


Di daerah kecamatan Ponjong, bedhes di jumpai di Desa Gombang, Sidorejo,
Bedoyo, Kenteng, Sumbergiri, Tambakromo, Sawahan, Umbulrejo dan Ponjong.
Bahan ini dijumpai pada morfologi bukit-bukit karst dengan sudut lereng rerata
sekitar 65%.
Batugamping keras merah (tidak terpetakan) dijumpai di Dusun Kluthuk (Desa
Sawahan Kecamatan Ponjong). Seperti halnya bedhes putih, bedhes merah ini
terbentuk pada kerucut karst.

Bahan galian batugamping lunak (keprus) terdapat diseluruhnya di bagian wilayah


Kecamatan Ponjong. Daerah sebarannya meliputi Desa Gombang, Bedoyo,
Kenteng, Karangasem, Ponjong dan Sumbergiri.

Bahan galian kalkarenit dijumpai di wilayah Kecamatan Ponjong di sekitar kota


kecamatan. Secara morfologi, daerah sebaran kalkarenit merupakan wilayah
nyaris datar dengan sudut lereng sekitar 6 % hingga wilayah bergelombang
dengan sudut lereng maksimal hampir 25%.

Bahan galian kalsit terbentuk di beberapa lokasi seperti di Desa Sawahan,


Tambakromo dan Kenteng. Beberapa dusun yang potensial terdapat kalsit adalah
Dusun Sendang dan Plarung, Dusun Tambakromo, Klumpit, Pijenan , Kanigoro,
dan Dusun Kenteng.

Bahan galian fosfat dijumpai hanya di satu lokasi, yaitu Dusun Sladi Desa
Sumbergiri kecamatan Ponjong, pada Gua Lawa. Bahan ini terdapat di dasar gua.
Ketebalan lapisan bahan ini maksimal 5 m, minimal 1,5 m. tebal tanah penutup
maksimal 50 cm. warna bahan galian ini coklat kehitaman dan setelah menjadi
tepung dalam keadaan kering berwarna coklat tua.
d.Sumberdaya hayati

Tanaman pada kawasan karst Gunung Sewu dapat dibedakan menjadi :


1. Tanaman semusim seperti ketela, jagung, padi gogo,
2. Tanaman keras penghasil kayu seperti jati, mahoni
3. Tanaman penghasil buah seperti pisang, mangga, srikaya
4. Tanaman lain yang berupa semak

Kawasan karst Gunung Sewu mempunyai nilai penting sebagai habitat burung,
selain karena kekayaan jenis burung yang ada juga karena kepentingan dari segi
konservasi maupun ekonomi. Jenis yang mempunyai nilai ekonomis tinggi adalah
wallet (aeroaramus fluaphagus) Selain burubg terdapat beberapa jenis binatang
seperti
Kelelawar,ular,binatang binatang ternak piaraan dan binatang lainnya
3. Masalah yang dihadapi

a. Bahaya lingkungan karst (karstic environmental hazard) yang ditandai


oleh adanya bencana kekeringan secara periodik (5 – 9 bulan) yang
berakibat pada kesulitan air untuk tanaman, hewan dan manusia.
Kekurangan pangan dan gizi bisa terjadi dan mengganggu kesehatan
manusia terutama di musim kemarau panjang. Produktivitas lahan
pertanian sangat terbatas dan pendapatan masyarakat rendah sehingga
dijumpai beberapa keluarga prasejahtera (miskin)
b. Kekritisan lahan yang terjadi oleh tanah yang amat mudah mengalami
erosi terutama di bukit karst yang sudah gundul. Indikator lahan kritis
ditunjukan oleh hilangnya lapisan tanah penutup batuan dan munculnya
singkapan batuan yang amat luas. Pada umumnya pengundulan lahan
perbukitan sebagai akibat penebangan pepohonan oleh manusia dalam
upaya ekstensifikasi lahan pertanian atau pertambangan.
c. Bahaya lingkungan sosial terjadi oleh pengaruh bahaya lingkungan fisikal.
Apabila penduduk di lingkungan karst mengalami kesulitan air, pangan,
dan penghasilan maka ada kemungkinan mengalami stres dan rentan
terhadap penyakit dan kematian. Dalam hal ini masih ada peristiwa bunuh
diri. Pada tahun 1965 dampak kekeringan berakibat pada meningkatnya
kematian dan urbanisasi penduduk ke kota seperti Jakarta, Yogyakarta
d. Konflik pemanfaatan sumberdaya alam terjadi sebagai akibat tidak adanya
produktivitas lahan pertanian yang mencukupi kebutuhan manusia di
kawasan karst secara berkelanjutan sehingga muncul kegiatan alternatif
seperti pertambangan, penebangan pohon untuk konservasi. Masalah ini
memang dapat terjadi dalam jangka panjang sebagai bentuk
mempertahankan kehidupan mereka. Namun demikian bila masalah ini
tidak di atasi dapat menimbulkan kritis air dan kerusakan lingkungan
hidup
e. Penurunan kualitas lingkungan dan sumberdaya alam diindikasikan
adanya telaga yang kering semakin banyak, debit air sungai bawah tanah
menurun, pencemaran air dan udara, kerusakan lahan. Berkurangnya
spesies tumbuhan dan satwa khas, kerusakan eksokarst dan endokarst yang
perlu di lindungi

4. Pengembangan Asset Strategis kawasan karst

Asset kawasan karst dapat dibedakan berdasarkan tipologi ekosistem karst dan
subsistem regional penyangga kehidupan manusia dan pembangunan wilayah di
lingkungan karst.
Dalam identifikasi asset kawasan karst dapat ditetapkan berdasarkan pada analisis
zona inti karst (sebagai karst kelas I) dan sub inti karst ( sebagai karst kelas II),
sedangkan sub sistem sungai bawah tanah, dan keunikan landscape karst pantai
serta eksokarst unik ( sungai purba, bukit dan lembah karst) merupakan asset alam
yang bersifat lokal.
a. Asset karst bertaraf dunia

Asset karst yang bertaraf dunia terdapat di zona inti karst kelas I yang merupakan
kawasan karst tropik yang berkembang pada batuan yang tebal dan perlu di teliti
untuk di tetapkan sebagai warisan alam nasional dan mungkin internasional.
Pengembangan asset ini perlu di lengkapi adanya monument alam karst, museum
dan pusat informasi lingkungan karst tropik ( PILKAT) Gunungsewu.
Pengelolaan kawasan ini memiliki prospek untuk mendukung kepariwisatan,
pendidikan, kehutanan,perkebunan, lingkungan dan sumber alam, industri jasa
yang merupakan inti pendorong pembangunan wilayah di Kabupaten
Gunungkidul. Keunikan alam yang spektakuler dari bentangan karst gunungsewu
perlu di kembangkan bersama dengan keunikan dan kelangkaan ekosistem
gumukpasir Barchan di Parangtritis dan potensi gunungapi Merapi yang khas
dengan erupsi wedusgembelnya (merapian type). Potensi lingkungan dan alam ini
merupakan tiga keajaiban fenomena alam yang belum tergarap dengan baik secara
komprehensif. Apabila asset alam ini tidak segera di tetapkan model
pengelolaannya, kemungkinan kedepan akan terdegradasi secara pelan pelan dan
akhirnya warisan alam ini rusak.

b. Asset karst bertaraf regional

Beberapa asset karst penting yang berpengaruh secara regional adalah sistem
sungai bawah tanah Bribin Baron, Ngobaran, dan bentangan pantai karst mulai
dari Parangtritis sampai pantai Sadeng. Selain itu masih terdapat kenampakan
eksokarst dan endokarst yang memiliki peran lokal. Sumberdaya mineral
merupakan non renewable resourcess yang potensial secara regional akan tetapi
memiliki dampak negatif regional tertinggi terhadap kelestarian sumberdaya alam
lainnya dan lingkungan hidup.Beberapa kegitatan eksploitasi kawasan karst yang
sudah berlangsung adalah pertanian, pariwisata, peternakan, permukiman,
pertambangan, industri, perkebunan, kehutanan. Tumpang tindih pemanfaatan
kawasan ini perlu di minimalisasi agar pembangunan berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan.

5. Prinsip Pengelolaan Asset Karst di Kabuaten Gunungkidul

Permukiman

Keberadaan permukiman merupakan factor yang tidak boleh diabaikan dalam


pengembangan kawasan karst. Permukiman di ekosistem karst kabupaten
gunungkidul tidak tersebar merata di seluruh wilayah. Kecamatan yang
mempunyai permukiman agak padat (400-600 jiwa/km 2) di daerah penelitian
adalah Ponjong, sebagian kecamatan semanu dan kecamatan paliyan, sedangkan
kecamatan rongkop, tepus dan panggang mempunyai kepadatan permukiman
rendah (200-400 jiwa/km2)
Gambar Peta Daerah Kabupaten Gunung Kidul
Gambar Melintang menunjukkan system hidrologi karst Gunung Sewu
Gambar Sebaran goa daerah karst Gunung Sewu

You might also like