You are on page 1of 12

METAMORFOSIS

Oleh :
Nama : Taruna Septiaji
NIM : B1J007062
Rombongan : VI
Kelompok :1
Asisten : Farida Anita Sari

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2008
I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Katak termasuk kelas amphibi yang belum mempunyai pusat pengatur suhu

tubuh. Suhu tubuh dipengaruhi oleh keadaan sekelilingnya (poikilotermis). Katak

bersifat ovipar dengan pembuahan yang terjadi di luar tubuh. Katak mengalami

metamorfosis dan hidup di air saat berbentuk larva (kecebong) dengan insang

sebagai alat pernafasannya. Katak dewasa bernafas dengan menggunakan paru-paru

dan kulit. Semua anggota kelas Amphibi mengalami metamorfosis. Metamorfosis

pada semua anggota amphibi tidak sama prosesnya. Ada yang mengalami fase larva

dan ada yang tidak mengalami fase larva. Metamorfosis pada ordo Anura merupakan

perkembangan yang merubah secara keseluruhan bentuk, fisiologis maupun

biokimiawi individu.

Perkembangan merupakan suatu proses perubahan dari telur terbuahi menuju

ke bentuk dewasanya, tetapi sebenarnya ada dua proses perkembangan diluar

perkembangan secara umum yaitu proses perkembangan dari bentuk larva ke bentuk

dewasanya dan perkembangan sebagai pembentukan organ baru setelah salah

satuorgan aslinya rusak atau diambil pada individu yang sudah dewasa. Hewan yang

perkembangan embrionalnya di luar tubuh induknya, biasanya di dalam sitoplasma

telurnya telah di lengkapi dengan sediaan makanan yang mencukupi untuk

perkembangan tingkat embrional sampai menjadi individu secara fisiologis masak,

artinya menjadi individu yang relatif mampu hidup mandiri. Relatif disini, karena

beberapa individu masih membutuhkan bantuan dan perlindungan dari induknya.

Beberapa hewan yang sediaan makanan didalam telur tidak mencukupi untuk

mencapai hal tersebut, sehingga hewan tersebut harus melewati stadium untuk makan

dan untuk menghimpun energi untuk menyelesaikan perkembangannya. Stadium ini


sungguh berbeda dengan bentuk dewasanya, atau masih belum lengkap sehingga ia

harus melengkapinya kemudian. Proses perkembangan ini disebut metamorfosis.

Amphibi terutama katak merupakan contoh hewan yang mengalami metamorfosis.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenali struktur tubuh

larva/berudu (hewan akuatik) dan perubahan-perubahan yang terjadi selama

metamorfosis larva amfibi, untuk menjadi katak dewasa (hewan terestrial).

II.TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Anonimous (2006), jenis-jenis metamorfosis :

A. Metamorfosis tidak sempurna

Metamorfosis tidak sempurna umumnya terjadi pada hewan jenis serangga

seperti capung, belalang, jangkrik dan lainnya. Dikatakan tidak sempurna karena

hewan tersebut hanya melewati 2 tahapan, yaitu dari telur menjadi nimfa

kemudian menjadi hewan dewasa.

B. Metamorfosis sempurna

Metamorfosis sempurna kebalikan dari metamorfosis sempurna. Contoh proses

metamorfosis sempurna terjadi pada katak dan kupu-kupu.

Metamorfosis amfibi dimulai dari perubahan larva, yang disebut kecebong,

menjadi dewasa. Dalam daur amfibi pada umumnya, telur diletakkan di dalam air.

Kecebong akan keluar dari telur, dan berenang bebas di dalam air. Kecebong

memiliki insang, ekor, dan mulut lingkaran kecil. Kecebong akan tumbuh, sampai ia

bermetamorfosis. Metamorfosis dimulai dari perkembangan kaki belakang,

kemudian kaki depan. Paru-paru berkembang, dan kecebong mulai berenang di

permukaan air untuk bernapas. Usus memendek untuk memenuhi diet karnivora.

Pada kodok, ekor terserap oleh tubuh, sebagai fase akhir dari metamorfosis

(Anonymous, 2007).

Vertebrata darat seperti Amphibi, organ pertukarannya adalah paru-paru.

Katak mempunyai kulit yang digunakan sebagai sarana tambahan untuk pertukaran

gas. Paru-paru pada katak berupa kantung berdinding tipis dan mempunyai sistem

sekat sebelah dalam yang kaya akan pembuluh darah Bentuk paru-paru pada

Amphibia seperti kantung dan masih primitif. Beberapa bentuk paru-paru hewan

akuatik kemungkinan rata dan licin, tetapi pada katak di dindingnya tersusun atas

lipatan yang sangat banyak dengan alveoli untuk meningkatkan proses respirasi
(Kimball, 1992).

Selama perkembangan embrional, katak mendeferensiasikan berbagai tipe sel.

Sel-sel ini tersusun menjadi jaringan dan organ setiap organ tumbuh ke dalam ukuran

predeterminan untuk membentuk proporsi yang cocok untuk tubuh dewasa

(Djuhanda, 1984). Setiap jaringan dan organ bertanggung jawab untuk mengkontrol

pertumbuhan. Setelah dalam bentuk dewasa jaringan itu menjadi lebih komplek,

diperlukan koordinasi pertumbuhan dan keseimbangan jaringan secara keseluruhan

(Manter, 1959).

III.MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu baskom sebagai medium,
milimeter blok, saringan pati, batu, dan kertas label.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah berudu katak, media air

dan daun bayam untuk pakan.

B. Metode

a. Berudu dipilih yang berukuran sama dan pada stadium yang sama.

b. Diukur di atas milimeter blok baik panjang tubuh, panjang ekor maupun lebar

tubuh.

c. Berudu dipelihara pada baskom plastik yang sudah diisi air.

d. Diamati hingga ekornya dapat digunakan untuk berenang.

e. Setiap dua hari sekali diberi pakan bayam dan baskomnya dibersihkan.

f. Selama lima hari setelah perlakuan, diukur panjang tubuh, panjang ekor dan

lebar tubuhnya.

g. Diamati dan dicatat awal pertunasan membra belakang

h. Diamati dan dicatat awal pertunasan membra depan

i. Dibuat data hasil pengamatan

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
B. Pembahasan

Metamorfosis pada amfibi pada umumnya berhubungan dengan perubahan

yang mempersiapkan suatu organisme akuatik untuk kehidupan darat. Metamorfosis

meliputi berkembangnya sebuah mulut yang lebar, hilangnya rahang stadium berudu,

hilangnya insang, berkembangnya paru-paru, otot lidah, pertumbuhan empat kaki,

reduksi intestine yang tadinya panjang menjadi pendek, reabsorpsi ekor dan sirip

perenang yang terletak di bagian ventral-dorsal ekor (Storer, 1987).


Menurut (Gilbert, 2000) Metamorfosis pada Amphibi mengalami perubahan

metamorfik yang terjadi melalui tiga tahapan, antara lain:

1) Premetamorfosis yaitu pertumbuhan larva sangat dominan

2) Prometamorfosis, pertumbuhan berlanjut dan beberapa perkembangan

berubah seperti mulai munculnya membra belakang

3) Metamorfik klimaks, dimulainya perkembangan membra depan dan

merupakan suatu periode perubahan morfologi dan fisiologi yang luas

dan dramatik

Menurut Haliday (1994), peran hormon tiroid dapat di peragakan melalui

eksperimen yang menunjukkan larva ditiroidektomi yang diberi makan cacahan

jaringan tiroid atau hormon kelenjar tiroid segera akan mengalami metamorfosis.

Efek langsung hormon kelenjar tiroid pada regresi ekor dapat mudah dilihat dalam

laboratorium dengan menggunakan blok kultur jaringan ekor in vitro, bila hormon

tiroid ditambahkan pada medium kultur histolisis yang karakteristik dan reduksi

jaringan terjadi sesudah 3 sampai 4 hari.

Awal metamorfosis, diduga tiga peristiwa yang mendorong peningkatan

produksi hormon tiroid yaitu (1) THR yang selalu ada dalam sel-sel hipotalamus,

menjadi lebih dipersiapkan untuk pituitaria. Ini kemungkinan tejadi ketika sistem

aliran darah lebih sempurna menghubungkan hipotalamus dengan pituitaria anterior.

Tentu saja, perkembangan hubungan ini dari epithelium dua lapis sederhana sendiri

dikontrol tiroksin. Ini tidak terdiferensiasi pada hewan yang ditiroidektomi, tetapi

dengan meredam larva yang ditiroidektomi pada larutan tiroksin yang bertahap

dinakkan konsentrasinya, terbentuk struktur sirkulasi yang komlikated. (2)

Penambahan hari dan temperatur yang lebih hangat, rupa-rupanya meningkatkan

pembebasan TRH. (3) Dikarenakan hipotalamus dan pitiutaria menyalakan


keresponanmya pada peningkatan kadar hormon tiroid dalam darah, untuk sewaktu-

waktu tiroksin lebih memacu produksi TRH dan TSH dibanding penghambatnya

(Brotowidjoyo, 1990).

Hasil pengamatan

yang dilakukan selama sebulan menunjukkan hasil sesuai dengan pustaka yang

dipaparkan dalam bentuk gambar di atas. Katak dewasa hidup di darat,

pernafasannya dengan paru-paru. Selain dengan paru-paru, oksigen dapat berdifusi

dalam rongga mulut yaitu melalui selaput rongga mulut dan juga melalui kulit.

Permukaan kulit katak selalu basah dan lembab sehingga memungkinkan oksigen

dapat berdifusi ke dalam kulit tersebut (Robert, 1976).

Berdasarkan hasil praktikum pada saat masih berudu dan alat pergerakannya

menggunakan ekor maka usus atau perut terbentuk berukuran panjang seperti bentuk

obat nyamuk. Saat alat pergerakannya berupa ekor dan kaki belakang maka usus

terbentuk panjang seperti obat nyamuk dan pertunasan membra belakang mulai

terbentuk. Saat menjadi katak kecil dengan alat pergerakannya menggunakan kaki

depan dan belakang maka usus atau perutnya terbebtuk panjang dengan pertunasan

membra depan mulai terbentuk serta pertunasan membranya sudah terbentuk. Setelah

menjadi katak dewasa alat pergerakannya menggunakan kaki depan dan belakang

maka usus atau perut berubah menjadi pendek dan pertunasan membra depan serta
belakangnya terbentuk.

V.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Proses metamorfosis adalah proses perubahan atau tahapan-tahapan

perkembangan untuk menjadi individu dewasa. Metamorfosis

merupakan perubahan morfologi, fisiologi dan biokimiawi penting


pada saat yang sama hewan tersebut berhadapan dengan perubahan

habitat.

2. Selama metamorfosis, proses perkembangan diaktifkan kembali

oleh hormon-hormon spesifik dan keseluruhan organisme berubah

untuk mempersiapkan dirinya pada model baru. Metamorfosis pada

berudu menyebabkan perkembangan pemasakan enzim-enzim hati,

hemoglobin dan pigmen mata.

3. Hasil pengamatan metamorfosis pada hari pertama memperlihatkan

bahwa berudu belum memiliki kaki dan masih berenang dengan

ekornya, memiliki usus yang berbentuk sirkuler, pertunasan membra

depan dan membra belakang belum tumbuh. Pengamatan hari ke-5,

pertunasan membra belakang berudu sudah tumbuh. Pengamatan

hari ke-9 sampai hari ke-21 berudu yang masih tersisa berjumlah

satu ekor. Perkembangan berudu masih sama, ususnya berbentuk

sirkuler dan baru membra belakang saja yang tumbuh.

VI.DAFTAR REFERENSI

Anonimous. 2006. Hikmah Penciptaan Telur. Dikutip dari www.bung-hatta.info.com


Diakses pada tanggal 14 November 2008.

Brotowidjoyo, M. D. 1990. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.

Gilbert. S.F. 2000. Developmental Biology. Sinaur Associates, Massachusetts.


Goto, Y., Kitamura, S., Kashiwagi, K., Oofusa, K. 2006. Suppression of Amphibian
Metamorphosis by Bisphenol A and Related Chemical Substances.

Haliday, T. 1994. The Encyclopedia of Reptiles and Amphibians. Anarbmedia


Oxford, Oxford.

Kimball, T. W. 1992. Biologi Jilid II. Erlangga, Jakarta.

Manter, H. W. 1959. Indruduction to Zoologi. Harper, New York.

Robert, T. Orr. 1976. Vertebrate Biology Fourth Edition, W.B. Sounders Company,
USA.

Storer et al., 1987. General Zoology. Mc Graw Hill, New Delhi

You might also like