You are on page 1of 12

laporan praktikum

SABUN

A. DASAR TEORI
Sabun adalah salah satu jenis deterjen yang bisa membersihkan kotoran berminyak dan menjadi bagian
dari kelompok yang disebut surfaktan. Sabun yang dimaksud disini adalah produk campuran garam
natrium dengan asam stearat, palmitat, dan oleat yang berisi sedikit komponen asam miristat dan
laurat. Sabun merupakan kosmetik pembersih paling tua, sudah sejak berabad-abad yang silam.
Umumnya masyarakat berpendapat sabun dan deterjen merupakan hal yang berbeda, bahkan banyak
yang mengatakan bahwa sabun adalah lawan dari deterjen. Berbeda dengan pendapat ahli kimia, sabun
atau berbagai macam sediaan pembersih kulit modern, baik berbentuk batang(bar), cair(liquid), atau
bubuk(powder), adalah deterjen.
Sabun dapat menimbulkan iritasi dan alergi pada kulit akibat efek dari sejumlah daya kerjanya, antara
lain :
1. alkalisasi, yaitu akibat terurainya sabun dalam air sehingga menyebabkan pH sabun lebih besar dari
pH fisiologi kulit yang berkisar 4,5-6,5 sehingga dapat merusak kulit. Misalnya, pembengkakan keratin
yang memudahkan masuknya bakteri dan kulit dapat menjadi kering dan pecah-pecah.
2. pembengkakan keratin kulit, yaitu akibat penyerapan surfaktan oleh keratin kulit karena perbedaan
pH yang jauh dari isoelektrik keratin kulit sekitar pH 5. Walaupun hal ini tidak berbahaya tetapi
pembengkakan keratin menyebabkan lapisan stratum corneum melunak dan bahan-bahan asing seperti
bakteri mudah memasukinya.
3. pengurangan minyak kulit (degreasing), meskipun pembuangan sebagian minyak dan kotoran adalah
tujuan dari pembersihan kulit, namun bila terlalu banyak minyak yang terbuang maka kulit akan kering.
4. absorbsi sabun oleh keratin kulit sehingga akan membentuk suatu lapisan tipis pada sel-sel tanduk
tersebut, kemudian menghalangi masuknya bahan-bahan yang diperlukan oleh kulit, misalnya kosmetik
pelembab kulit sehingga kulit menjadi kering dan pecah-pecah.
5. Iritasi oleh molekul-molekul asam atau ion-ion, misalnya sabun yang terbuat dari minyak kelapa
(mengandung C12) lebih iritatif dari sabun yang terbuat dari lemak hewan (mengandung C14). Asam
oleat lebih iritatif dibanding asam stearat.
6. pengendapan sabun kalsium, garam kalsium dan magnesium dari asam lemah tinggi tidak larut dalam
air. Penggunaan sabun demikian dapat mmenyebabkan pembentukan endapan berlendir di permukaan
kulit.
B. RESEP
Minyak kelapa/VCO 32,5 ml
NaOH 7 g
Aquadest 10 ml
Stearil acid 2,5 ml
Minyak zaitun 2,5 ml
Sitrat acid 2,5 ml
Na EDTA 0,057 g
Infusa Daun Sirih
Minyak lavender q.s
Klorofil q.s

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
Alat gelas
Penangas air
Cetakan
Bahan :
Minyak kelapa/VCO
NaOH
Aquadest
Stearil acid
Minyak zaitun
Sitrat acid
Na EDTA
Infusa Daun Sirih
Minyak Green Tea
Klorofil

D. CARA KERJA
Larutkan NaOH dalam air yang telah diukur (1)

Sambil diaduk, panaskan minyak kelapa, minyak zaitun, asam stearat, infusa daun sirih dalam gelas
beker (2)

Tuang (1) dalam (2), sedikit demi sedikit sambil diaduk

Setelah agak kental, tambahkan klorofil dan minyak lavender

Tuang dalam cetakan

Biarkan dingin

E. CARA ANALISIS
• Catat warna, bau, dan karakteristik lain
• Tes pH : campur lebih kurang 1g sabun dalam air dan ukur pHnya

F. HASIL
24/9 8/10 13/10
Warna : hijau muda
Bau : green tea
Konsistensi : agak lunak
Permukaan tidak rata, minyak memisah (kering)
Dicobakan pada kulit, kulit menjadi merah dan gatal
pH : 10
Warna : hijau muda
Bau : green tea tetap
Konsistensi : agak keras
Permukaan tidak rata, minyak memisah (kering)
Warna : hijau muda
Bau : green tea tetap
Konsistensi : keras
Permukaan tidak rata, minyak memisah (kering)

G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan membuat sediaan kosmetika modern yaitu sabun serta analisa produk
dengan pengamatan morfologi dan mengukur pH sabun yang dihasilkan.
Bahan dasar dalam pembuatan sabun antara lain:
1. Minyak kelapa/VCO merupakan surfactant agent yang merupakan bahan terpenting dalam
pembuatan sabun, selain itu cocobut oil juga digunakan untuk melembabkan kulit. Minyak kelapa
sebagai agen lipofil yang nantinya bertugas mengikat kotoran, debu, dan sebagainya yang berikatan
pada minyak tubuh pada kulit, selain itu minyak kelapa juga berguna untuk menghaluskan kulit serta
melembabkan kulit yang kering.
2. NaOH adalah basa yang merupakan bahan dasar sabun dan membentuk reaksi saponifikasi dengan
lemak dan minyak. NaOH sebagai pembentuk surfaktan antara kotoran pada kulit dengan air, sehingga
nantinya kotoran bisa terbilas sehingga kulit menjadi bersih.
3. Aquadest, sebagai pelarut bahan.
4. Stearil acid berfungsi sebagai penetral agar sabun tidak terlalu basa.
5. Minyak zaitun sebagai cleansing and moisturizing skin.
6. Sitrat acid berfungsi sebagai penetral agar sabun tidak terlalu basa
7. Na EDTA digunakan sebagai zat kelat yang dapat mengangkat kotoran dan minyak yang melekat pada
kulit sehingga kulit terasa lebih bersih.
8. Infusa Daun Sirih sebagai zat aktif yang dikenal memiliki aktivitas antiseptik
9. Minyak lavender digunakan sebagai corigen odoris untuk menutupi bau-bau dari campuran bahan,
selain itu minyak lavender mempunyai khasiat sebagai antioksidan.
10. Klorofil digunakan sebagai corigen coloris untuk memberi warna pada sabun, sehingga terlihat lebih
menarik.
Dalam proses pembuatannya tidak ditemukan kendala yang berarti, hal ini dikarenakan proses
pembuatannya yang cukup sederhana. Proses pembuatan diawali dengan melarutkan NaOH dalam
aquades yang telah diukur (1). Sambil diaduk, dipanaskan minyak kelapa, minyak zaitun dalam gelas
beker di atas penangas air hingga mendidih sambil terus diaduk agar pemanasannya merata. Proses
pemanasan minyak inilah yang disebut proses saponifikasi. Kemudian kedalam minyak tadi ditambahkan
asam stearat dan infusa daun sirih sambil terus diaduk (2). Penambahan asam stearat berfungsi untuk
menetralkan, agar pH sabun menjadi netral sehingga dalam penggunaannya tidak menimbulkan rasa
gatal di kulit bila memakainya. Kemudian larutan 1 dituang dalam larutan 2, sedikit demi sedikit, sambil
terus diaduk hingga terjadi proses penyabunan sempurna. Terakhir ditambahkan Na EDTA dan diaduk
hingga homogen. Penambahan bahan tambahan berupa minyak green tea dan klorofil dilakukan setelah
campuran homogen. Setelah semua bahan telah dimasukkan, maka dipersiapkan cetakan, untuk
cetakan disesuaikan selera. Sabun yang masih cair dimasukkan dalam cetakan lalu ditunggu sampai
dingin dan mengeras, baru dikeluarkan dari cetakan tersebut.
Sabun yang dihasilkan berwarna hijau muda dengan aroma green tea menyegarkan. Memiliki
konsistensi agak lunak. Permukaan sabun tidak rata, selain itu minyak memisah, sehingga permukaan
menjadi kering. Hal ini disebabkan pada saat pencetakan sabun sudah agak dingin selain itu proses
saponifikasi yang tidak sempurna menjadikan minyak tidak campur. Kemudian dilakukan pengukuran
pH, dengan cara melarutkan sedikit sabun dalam air secukupnya dan menukurnya dengan kertas
lakmus. pH yang terukur dari sabun sebesar 8, agak basa. Ketika dicobakan pada kulit, setelah beberapa
saat kulit menjadi gatal, perih dan merah. Reaksi iritatif tersebut selain disebabkan oleh pH yang terlalu
basa juga dikarenakan alkali laurat dari minyak kelapa juga bersifat iritatif. Alkali laurat dari minyak
kelapa dihasilkan bila bereaksi dengan NaOH, maka untuk pembuatan sabun selanjutnya perlu dibuat
suatu optimasi formulasi sehingga sabun yang dihasilkan lebih baik. Pada pengamatan minggu ketiga
dan keempat tidak terjadi perubahan warna dan bau maupun bentuk, namun terjadi perubahan
konsistensi. Dari minggu ke minggu konsistensi sabun makin mengeras. Namun kekerasan pada sabun
masih dapat dianggap normal dengan kata lain sabun masih dapat digunakan dan menghasilkan busa
saat sabun digunakan.

H. KESIMPULAN
1. Sabun yang dibuat menggunakan bahan aktif infusa daun sirih yang mempunyai aktifitas sebagai
antiseptik.
2. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun meliputi: Minyak kelapa/VCO, NaOH,
Aquadest, Stearil acid, Minyak zaitun, Sitrat acid, Na EDTA, Minyak lavender, dan Klorofil
3. Sabun yang dihasilkan berwarna hijau muda dengan aroma lavender yang menyegarkan. Memiliki
konsistensi agak lunak. Permukaan sabun tidak rata, selain itu minyak memisah, sehingga permukaan
menjadi kering
4. Sabun yang dihasilkan memiliki pH sebesar 8, agak basa. Ketika dicobakan pada kulit, setelah
beberapa saat kulit menjadi gatal, perih dan merah. Reaksi iritatif tersebut selain disebabkan oleh pH
yang terlalu basa juga dikarenakan alkali laurat dari minyak kelapa juga bersifat iritatif. Alkali laurat dari
minyak kelapa dihasilkan bila bereaksi dengan NaOH.
5. Setelah penyimpanan tidak terjadi perubahan warna dan bau maupun bentuk, namun terjadi
perubahan konsistensi. Dari minggu ke minggu konsistensi sabun makin mengeras. Namun kekerasan
pada sabun masih dapat dianggap normal dengan kata lain sabun masih dapat digunakan dan
menghasilkan busa saat sabun digunakan.

I. SARAN
1. Perlu dibuat suatu optimasi formulasi sehingga sabun yang dihasilkan lebih baik.
2. Perlu adanya pengetahuan lebih mendalam tentang proses pembuatan, bahan baku, serta
pengetahuan-pengetahuan lain yang mendukung dalam pembuatan sabun.
3. Perlu dicari bahan aktif alami lain yang dapat digunakan sebagai zat aktif dalam pembuatan sabun dan
kegunaan lain sabun selain sebagai antiseptik

J. DAFTAR PUSTAKA
Tranggono, R.I., Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Wasiatmaja, SM, 1997, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik Medik, UI Press, Jakarta
2]

Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak pernah
secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali dan
lemak/minyak.
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan
baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan
pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari
nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses
pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan
pewarna.

Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:

Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida
dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan
dapat ditulis sebagai berikut :

C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH -> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan
gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual.
Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat
molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun
memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih
kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.

Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama
dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun
padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair
menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan
juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun
yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.

Bahan Baku: Minyak/Lemak

Minyak/lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari gliserol. Pada
proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau
lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang.
Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud
padat.

Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida. Trigliserida yang
umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan panjang
rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12
akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun
menjadi keras dan sulit terlarut dalam air. Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat,
linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada
keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan
rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki
ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada
temperatur tinggi.

Jenis-jenis Minyak atau Lemak

Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus dibatasi karena
berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi,
mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa
dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya :

1. Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan
daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer
(temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan
bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun
mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat
dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA
dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada tallow umumnya di atas 40°C. Tallow
dengan titer di bawah 40°C dikenal dengan nama grease.
2. Lard. Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak
jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika
digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu
untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih
dan mudah berbusa.
3. Palm Oil (minyak kelapa sawit). Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai
pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa
sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat
warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun
harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit
akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan
baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.
4. Coconut Oil (minyak kelapa). Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering
digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan
diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa
memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga
minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa
juga memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
5. Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit). Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari
biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan
minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti
sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai
pendek lebih rendah daripada minyak kelapa.
6. Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin). Minyak sawit stearin adalah minyak yang
dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan
heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah stearin.
7. Marine Oil. Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil
memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus
dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.
8. Castor Oil (minyak jarak). Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan
untuk membuat sabun transparan.
9. Olive oil (minyak zaitun). Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak
zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari
minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.
10. Campuran minyak dan lemak. Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang
berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur
dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki
kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut
dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan
memperkeras struktur sabun.

Bahan Baku: Alkali

Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3,
NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri
sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH
banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air.
Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan
asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).

Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat digunakan
untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut dalam air,
mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun yang terbuat dari ethanolamines
dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum
digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran
alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan
sabun dengan keunggulan tertentu.

Bahan Pendukung

Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil
saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang
siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.

1. NaCl. NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan
NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam
sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air
garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun
dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya
yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan
magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.
2. Bahan aditif. Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun
yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen.
Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan,
Pewarna,dan parfum.
3]

Dalam kemajuan jaman yang sangat pesat ini, kita sebagai masyarakat yang terlibat di dalamnya
harus peka dan mengerti akan fenomena-fenomena kimia sederhana yang terjadi di sekitar kita
karena hal tersebut dapat menjadi batu loncatan untuk menciptakan kreasi dan inovasi di masa
mendatang. Banyak orang awam kurang memiliki rasa ingin tahu terhadap hal-hal kecil atau
bahkan tidak peduli akan fenomena yang sering terjadi dalam keseharian mereka. Salah satu
contoh sederhana yang dapat kita tinjau ialah mencuci tangan. Berapa kali sehari teman-teman
mencuci tangan? 3 kali? 5 kali? 10 kali? Banyak di antara kita yang tidak mengerti bagaimana
sabun dalam media air dapat membersihkan tangan kita dari minyak yang menempel di tangan.

Sabun, Lemak, dan Air

Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air. Kotoran yang
menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak. Untuk mempermudah penjelasan, mari
kita tinjau minyak goreng sebagai contoh. Minyak goreng mengandung asam lemak jenuh dan
tidak jenuh. Asam lemak jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam
miristat, asam palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak
goreng adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam linolena. Asam lemak tidak lain adalah asam
alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6).

Struktur Asam Laurat

Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi.
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya NaOH).
Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol. Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh
gugus asam karboksilat.

Reaksi saponifikasi dan struktur dasar senyawa sabun yang dihasilkan ialah sebagai berikut:
Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, yaitu molekul
yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air
bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan
100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Air sering disebut sebagai pelarut universal
karena air melarutkan banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat
tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-
dipol) antara molekul-molekul air.

Mengapa minyak dapat larut dengan bantuan sabun dalam media air?

Dari penjelasan di atas, pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan mudah.


Fenomena tersebut tidak lepas dari gaya tarik menarik molekul. Gaya tarik antara dua molekul
polar ( gaya tarik dipol-dipol) menyebabkan larutan polar larut dalam larutan polar. Molekul
polar mempunyai dipol yang permanen sehingga menginduksi awan elektron non polar sehingga
terbentuk dipol terinduksi, maka larutan nonpolar dapat larut dalam non polar. Hal tersebut dapat
menjelaskan proses yang terjadi saat kita mencuci tangan. Saat pencucian tangan, air yang
merupakan senyawa polar menginduksi awan elektron sabun sehingga dapat membantu larutnya
asam lemak yang juga merupakan senyawa non polar. Maka dari itu, bila kita mencuci tangan
dengan menggunkan sabun, lemak yang menempel pada tangan akan melarut bersama sabun
dengan bantuan air.

“So, what? Gua gak peduli tuh mo ada awan elektron kek atau awan hujan kek.. yang penting
tangan gua bersih..”

Mungkin mudah bagi kita untuk berkata seperti itu sekarang. Tapi cobalah teman-teman
bayangkan. Anggaplah teman-teman sedang bekerja di bagian R&D sebuah perusahaan
consumer goods seperti misalnya Unilever, P&G, atau L’oreal. Suatu hari sang R&D Manager
menugaskan teman-teman untuk menemukan formula sabun baru yang efektif dan handal.
Bagaimana teman-teman bisa memikirkan sebuah inovasi apabila teman-teman tidak mengerti
bagaimana cara kerja dasar sebuah sabun?

Tingkatkan awareness teman-teman terhadap fenomena-fenomena kimia yang terjadi di sekitar


kita mulai dari sekarang karena ilmu dasar tersebut hanya dapat kita dapatkan saat kuliah.

You might also like