You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Gambaran Jurnal
Judul Jurnal : Filsafat Pendidikan (Philosophy of Education)
Pengarang : Peterson, Susan > SEFE426 > Thomas, Natalie
Tahun Terbit : 2003
Penerbit : Slippery Rock University
Web site : http://www.sru.edu/pages/7407.asp

Jurnal yang dilaporkan pada dasarnya mendeskripsikan tentang Progresivisme


sebagai bahan kajian berupa makalah pada mata kuliah Filsafat Ilmu.

B. Alasan Memilih Buku


Pendidikan adalah masalah penting, akan komprehensif kekayaan khasanah
keilmuan pendidikan jika semua bagian dari pendidikan terintegrasi secara utuh pada diri
pengembang pendidikan.
Jurnal ini menurut penyusun sangat berarti, ditengah keinginan untuk mendalami
pemahaman terhadap dunia pendidikan yang sangat luas, hakekatnya mempelajari filsafat
ilmu dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam. Jurnal ini akan memberikan
kontribusi yang utuh dalam proses pembelajaran pada perkuliahan yang dilalui oleh
penyusun, dan lebih terintegrasi lagi dengan bimbingan dari Dosen Pembimbing pada mata
kuliah Filsafat Ilmu pada setiap perkuliahan.
BAB II
PROGRESIVISME

            Filsafat pendidikan paling erat kaitannya dengan progresivisme, yang merupakan


aliran pemikiran yang menganjurkan bahwa kebenaran ditentukan oleh fungsi.
Progresivisme adalah filsafat pendidikan berfokus pada siswa dengan memberikan
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan tidak hanya untuk bertahan hidup, tetapi
juga untuk berhasil dalam masyarakat kontemporer dan kompetitif. William James dan
John Dewey diakreditasi untuk mengembangkan khas filsafat pendidikan Amerika yang
progresivisme.
Seperti namanya, progresivisme adalah sebuah filosofi yang beradaptasi untuk
masyarakat negara saat ini. Ini adalah filsafat yang mempromosikan pendidikan bertujuan
untuk membantu siswa untuk mengembangkan jenis keterampilan pemecahan masalah
yang akan memungkinkan mereka untuk berfungsi dengan baik dalam masyarakat
kompetitif. Progresivisme berfokus pada mendidik siswa dengan cara yang membuat
mereka menjadi orang dewasa yang produktif fungsi cekatan dalam dunia yang senantiasa
berubah.
            Kurikulum progresivisme memiliki penekanan kuat pada pemecahan masalah dan
analisis, karena keahlian ini sangat berharga di masyarakat saat ini. Tanpa kemampuan
pemecahan masalah, seorang individu hilang dan sendirian di labirin membingungkan
masyarakat yang mencirikan dunia saat ini. Progresivisme kurikulum ini berpusat pada
kegiatan dan instruksi yang menantang siswa, memecahkan masalah dan kemampuan
analisis dalam upaya untuk memperkuat keterampilan ini. Sejak progresivisme
dipengaruhi oleh masyarakat kontemporer, hanya tepat bahwa kurikulum progresivisme
didasarkan pada penyediaan untuk siswa instruksi yang berkisar dari dunia nyata dasar
keterampilan untuk tingkat yang lebih tinggi dan analisis penyelidikan.
            Sejalan dengan filsafat progresivisme, peran guru adalah untuk memfasilitasi
pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan bagi siswa bahwa olahraga
pikiran mereka dengan cara yang praktis. Guru bertanggung jawab untuk mempersiapkan
siswa untuk dunia nyata dan itu adalah di dalam ruang kelas dimana guru harus
menciptakan masalah-masalah yang ada dalam masyarakat dan membimbing siswa ke arah
memecahkan masalah ini. Guru-guru filsafat progresivisme mendorong pemikiran kreatif
serta berpikir analitis. Pertanyaan-pertanyaan mereka berpose untuk para siswa sering kali
pertanyaan-pertanyaan terbuka yang mungkin atau mungkin tidak memiliki jawaban
diresepkan. Progresivisme ini berpusat pada masyarakat yang selalu berubah, dan masalah
hari ini terus menjadi lebih rumit dan kompleks, menuntut siswa menggunakan kreativitas
dan kecerdikan untuk menemukan solusi yang paling layak. Guru bertindak sebagai tempat
perlindungan hubungan antara masa kanak-kanak dan kerasnya dunia nyata, dan
merupakan tanggung jawab mereka untuk memperkenalkan realitas menjadi anggota
produktif masyarakat untuk siswa-siswa mereka dan harapan serta rintangan yang di depan
mereka menuju jalan sukses di dunia nyata.
BAB III
KOMENTAR
A. Filsafat Pendidikan Progresivisme
Menurut Sadulloh (2007) Peran guru dalam suatu kelas yang berorientasi secara
progresif adalah berfungsi sebagai seorang pembimbing atau orang yang menjadi sumber,
yang pada intinya memiliki tanggung jawab untuk memfasilitasi pembelajaran siswa.
Menurut Kneller (1971) Prinsip pendidikan menurut pandangan progressivisme,
yaitu:
1. Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup. Kehidupan yang baik
adalah kehidupan intelegen, yaitu kehidupan yang mencakup interpretasi dan
rekonstruksi pengalaman.
2. Pengajaran harus secara langsung dihubungkan dengan berbagai kepentingan anak.
3. Belajar melalui pemecahan masalah “ harus didahulukan dari pada mengajar melalui
subject matter”.
4. Peran guru tidak langsung tetapi untuk memberikan petunjuk kepada anak.
5. Sekolah perlu mendorong kerjasama dibanding kompetisi.
6. Demokrasi menginginkan secara sungguh-sungguh, mendorong, dan saling
mempengaruhi gagasan-gagasan dan syarat pertumbuhan kepribadian yang benar.
Menurut Brameld Progressivisme adalah suatu filsafat transisi antara dua bentuk
wujud budaya yang besar. Progressivisme adalah dasar pemikiran yang utama suatu kultur
yakni: (1) pergeseran dengan cepat terhadap cara tinggal kultur Barat itu sudah mencapai
di masa lalu dan (2) pergeseran dengan cepat terhadap cara yang baru tinggal yang masih
untuk dicapai di masa yang akan datang. Progresivisme adalah suatu filsafat yang transisi,
berdiri antara pola budaya yang di dalam secara mengecil pola budaya dan usang bahwa
keheningan suatu masa penantian satu peluang untuk membuktikan (bahwa) keinginan dan
kegunaan mereka.
B. Ciri-ciri Utama Progresivisme
Menurut Ki Fudyatanta (2006:131), menjelaskan bahwa ciri-ciri utama yang
menonjol pada progresifisme adalah:
1. Pendidikan progresivisme bersifat liberal, dalam arti fleksibel, berani, toleran dan sifat
terbuka. Para ahli pendidikan progresivisme berjiwa eksploratif, mencari dan
menemukan, teori-teori selalu diperbaharui, mau menerima kritik-kritik dan member
kesempatan kepada lawannya untuk membuktikan kritiknya.
2. Progresivisme percaya kepada kemampuan manusia untuk menghadapi lingkungan
hidupnya yang serba kompleks dengan keceerdasan, keterampilan dan kekuatan sendiri.
Dalam arti liberal berarti menghormati martabat manusia, dan dalam arti demokrasi
progresivisme merupakan cara berfikir dan bertindak yang dapat menghargai fikiran
dan tindakan orang lain, memberi kesempatan untuk bersaing.
3. Progresivisme di pandang sebagai filsafat transisi antara dua konfigurasi kebudayaan
yang besar, yakni warisan kebudayaan Barat masa lalu dan kebudayaan Barat baru
masa yang akan datang.
4. Progresivisme mempunyai sifat negatif dan diagnostik, yakni bersikap menolak
terhadap otoritarionisme dan absolutism dalam semua bentuk dan manifestasinya, baik
yang kuno maupun yang modern. Penolakan kediktatoran itu dalam semua bidang
kehidupan yakni ekonomi, sosial, agama, moral maupun ilmu dan teknologi.
5. Progresivisme bersifat positif dan remedial, karena percaya atas kemampuan manusia
sebagai subyek yang memiliki potensi-potenasi alamiah, terutama kekuatan regenerasi
diri dan intelegensi yang mampu menghadapi dan mengatasi problem yang ada.
6. Progresivisme mengembangkan dan memanfaatkan ilmu dan teknologi seefektif
mungkin dan sejauh mungkin. Biologi memberi wawasan ilmiah bahwa manusia adalah
makhluk hidup yang harus berjuang untuk hidupnya, baik individual maupun sosial.
Antropologi memberi wawasan bahwa manusia telah memiliki sejarah yang panjang,
manusia dalam dan dengan kebudayaan yang telah menjadi maju karena penemuan-
penemuannya. Psikologi memberi pandangan bahwa manusia adalah makhluk berfikir,
berperasaan dan berwatak, yang mampu memahami dirinya sendiri dan lingkungannya
serta semua pengalamannya. Fisika dan ilmu-ilmu lainnya yang sejenis member
wawasan dan kesadaran bahwa manusia dengan ilmu-ilmu tadi sanggup mengenal sifat-
sifat alam, menguasai dan mengatur sebagian dari padanya.
7. Progresivisme sangat memperhatikan kemajuan, lingkungan, dan pengalaman manusia.
Ide-ide tidak hanya diakui sebagai realita, tetapi lebih jauh dari itu, ialah dicari arti atau
maknanya bagi kemajuan manusia. Jadi teori atau ilmu pengetahuan arus dipraktekkan
ilmu adalah teori bertindak.
8. Progresivisme mempunyai nama-nama yang lain, yakni:
a. Disebut pragmatisme, karena berdasar pada sistem filsafat pragmatism.
b. Instrumentalisme, karena progresivisme berpendirian bahwa kecerdasan manusia
sebagai kekuatan haruslah dipandang sebagai alat atau instrument untuk menghadapi
tantangan hidup. Intelegensi bukan tujuan hidup, tetapi alat untuk hidup. Nilai suatu
tujuan, bukun tujuan akhir, tetapi dipakai untuk mencapai tujuan lainnya. Misalnya
kesehatan yang dipakai oleh pendidikan kesehatan, kemudian dipakai untuk
mencapai kesejahteraan hidup dan pada gilirannya kesejahteraan hidup dipakai
kejayaan kebudayaan masyarakat begitu seterusnya.
c. Disebut sebagai eksperimentalisme, sebab progresivisme menyadari dan
mempraktekkan bahwa eksperimen adalah alat untuk menguji suatu teori. Dengan
mengadakan eksperimen atau percobaan maka dapat diketahui suatu teori benar atau
salah. Eksperimen sebagai metode penelitian sangat penting untuk mengembangkan
teori dan ilmu pengetahuan. Dan dengan percobaan-percobaan maka dapat diperoleh
pengalaman yang nyata.
d. Progresivisme disebut juga dengan envirounmentalism (evirounmentalisme), karena
progresivisme mengajarkan bahwa lingkungan hidup itu mempengaruhi pembinaan
kepribadian manusia. Lingkungan sekitar, environment dengan bermacam-macam
kondisi dan tantangannya dapat mendorong manusia untuk berjuang, berusaha, aktif
kreatif bertindak mencapai tujuan tertentu.

C. Wawasan Pendidikan Progresivisme.


Progresivisme sebagai ajaran pendidikan, ditopang oleh filsafat sosial dari John
Dewey, yang menghendaki implementasi sosia dalam pendidikan. Gerakan pendidikan
progresivisme disatu pihak sebagai protes, dan dilain pihak sebagai visi atau pandangan.
Pada awalnya pendidikan progresivisme sebagai protes terhadap pendidikan yang bersifat
otoriter, resimentasi fikiran, standarisasi metode pendidikan yang ditetapkan oleh psikologi
pendidikan (metode latihan dan disiplin formal). Semulanya, pendidikan progresivisme
melaksanakan pendidikan yang berpusat kepada anak dalam kehidupan rill. Mereka
menganjurkan prosedur pendidikan yang berdasarkan dorongan tumbuh kodrati dari
dalam, perkembangan pribadi secara merdeka, dan minat spontan anak.
Menurut Hendarson (1959), pendidikan progresivisme dilandasi oleh filsafat naturalisme
romantika dari Rousseau, dan pragmatisme dari John Dewey. Filsafat Jean Jacques
Rousseau yang melandasi pendidikan progresivisme adalah pandangan tentang hakikat
manusia, sedangkan dari Pragmatisme Dewey, adalah pandangan tentang minat dan
kebebasan dalam teori pengetahuan.
1 . Idealisme Pendidikan Progresivisme.
Progresivisme mempunyai idealism pendidikan, artinya cita-cita ideal mengenai
tujuan pendidikan. Tahun 1941 gerakan pendidikan progresivisme berusaha untuk
merumuskan filsafat pendidikannya. Progresivisme tidak hanya menolak pendidikan yang
hanya berdasarkan pertumbuhan kodrati dan interest anak, tetapi juga menolak pendidikan
yang hanya menurut rencana sosial saja. Dengan tetap berpijak pada ide demokrasi,
progresivisme menekankan perkembanga kecerdasan kooperatif untuk mencapai pribadi
yang integral. Pribadi yang integral tidak cukup hanya menyumbangkan pontensi dari
dalam, tetapi harus diinteraksikan dengan individu-individu lainnya. Oleh karena itu tujuan
progresivisme adalah mengembangkan pribadi yang integral melalui masyarakat
demokratis. Ada dua macam tipe ideal, tipe yang akan dicapai, yakni respek terhadap
kepribadian manusia dan partisipasi sosial yang kooperatif, dan keduanya mempunyai
hubungan timbal balik.
Semakin kita menghormati (respek) terhadap kepribadian manusia, maka semakin
kita maju mengorganisir lembaga-lembaga sosial untuk mengembangkan, dan semakin
banyak kita berpartisipasi sosial secara kooperatif dalam lembaga-lembaga sosial, maka
kita akan semakin mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kepribadian individu.
Pendek kata, progresivisme mengajarkan filsafat pendidikan yang personalistik. Tugas
pendidikan adalah membantu individu untuk mengembangkan seluruh pribadi dalam
jangkauan potensi-potensinya. ldealisme pribadinya adalah perkembangan watak pribadi
yang meliputi fisik emosional, sosial dan intelektual yang tinggi, atau dengan istilah lain
adalah mendidik manusia seutuhnya.
Sikap progresivis yang menyatakan bahwa anak harus memahami pengalaman pendidikan
“di sini" dan "sekarang", mempunyai filosofi "pendidikan adalah hidup" dan "belajar
dengan melakukan". Para progresivis mendorong sekolah agar menyediakan pelajaran bagi
setiap individu yang berbeda, baik dalam mental, fisik, emosi, spiritual, dan perbedaan
sosial.
2. Ajaran Progresivisme Tentang Proses Belajar-Mengajar.

2.1 Pandangan Progresivisme terhadap Anak


Anak adalah sebagai organisme yang memahami satu proses pengalaman. Anak
merupakan bagian dari lingkungan, hidup dalam dan dengan interaksi dengan segala apa
yang ada dilingkungannya. Anak sebagai makhluk alamiah, terhubung dengan benda-
benda alamiah lainnya, dan sekaligus sebagai suatu perkembangan sendiri. Masalah sentral
dalam pendidikan anak, adalah mengembangkan kecerdasannya agar dapat menjadi anak
yang lebih baik.
Ki Fudyatanta (2006 : 151), menjelaskan bahwa progresivisme memegang 6 (enam)
generalisasi sebagai prinsip, yakni:
1. Psikologi harus secara praktis membimbing pendidikan anak sejalan dengan ajaran
pragmatism. Pendidikan harus dapat memahami dinamika anak: mempunyai kodrat
anak, sensitif, responsif, aktif, dorongan ingin tahu besar.
2. Belajar pada dasarnya adalah pengalaman yang wajar. Belajar sama prosesnya dengan
pemecahan masalah yang mengganggu organism. Dengan pemecahan masalah itu maka
terbentuklah respon baru sehingga anak menjadi lebih maju. Belajar adalah fungsi
hidup, seperti halnya gizi makanan adalah fungsi hidup manusia.
3. Dalam kegiatan belajar, seluruh pribadi anak harus aktif, bukan hanya fikirannya saja.
Belajar menyangkut keseluruhan aspek kepribadian anak.
4. Lingkungan sekitar anak sama pentingnya dengan kodrat dirinya sendiri. Lingkungan
dan kodrat ini saling berpengaruh dalam proses perkembangan anak.
5. Fungsi belajar selalu berkembang menurut tingkatan dan kompleksitasnya, dan
tingkatan tertinggi adalah fungsi kecerdasan.
6. Progresivisme menolak konsep daya jiwa dan pembawaan (psikologi tradisional).
Lingkungan mempunyai peranan besar dalam membentuk pribadi anak.
2.2 Hidup adalah Belajar.
Bahwa kegiatan-kegiatan belajar anak tidak hanya semata-mata terjadi disekolah
atau di perguruan tinggi, tetapi belajar dapat berlangsung pada semua kesempatan dan
tempat. Secara mendasar dapat berlangsung disekolah, dirumah dan masyarakat. Justru
proses pendidikan, berarti proses belajar mengajar, harus dapat mengalahkan semua
pengaruh buruk dari manapun asalnya. Pendidikan harus memperkenalkan hal-hal yang
baik terhadap anak didik, yang dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia.
2.3 Belajar Koneksionisme
Teori belajar yang dianut oleh progersivisme bersumber pada teori belajar
koneksionisme, yakni teori hubungan Stimulus dan Respon ( S-R bond theory). Unsur-
unsur yang diperhatikan dalam teori belajar tersebuat adalah: "minat anak, usaha dan
aktivitas sendiri, tujuan yang jelas apa yang dipelajari, kecerdasan, pembiasan,
pertumbuhan, anak sebagai organism, dan lingkungan sekitar.
2.4 Kurikulum Pendidikan Progresivisme.
Mengenai kurikulum pendidika progresivisme dapat ditelaah pendapat beberapa
tokoh progresivisme. Menurut Rug, bahwa kurikulum yang tepat adalah mempunyai nilai
edukatif. Sedang John Dewey berpendapat, bahwa sekolah yang baik adalah sungguh-
sungguh memperhatikan semua jenis belajar, yang bahan-bahannya dapat membantu
perkembangan anak, pemuda maupun orang dewasa. Menurut William Heard Kilpatrick,
bahwa isi kurikulum harus dapat mendorong perkembangan pribadi, yang mencakup
perkembangan minat, berfikir maupun kemampuan praktis. Kurikulum demikian
disebutnya emerging curriculum yang dilaksanakan dengan metode proyek.
Berdasarkan ide-ide kurikulum yang demikian tersebut diatas, oleh Ki Fudyatanta
(2006), menyatakan bahwa pendidikan progresivisme menghendaki kurikulum dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Isi kurikulum, sistem pengajaran, metode mengajar tidak statis, tetapi harus dinamis
seperti dinamisnya pengalaman manusia. Hal ini berarti, bahwa kurikulum pendidikan
harus fleksibel, mudah berubah, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan
jamannya.
b. Kurikulum dapat berfungsi sebagai laboratorium, yang secara terus menerus dapat
dipakai untuk mengadakan eksperimen-eksperimen yang dilakukan oleh guru bersama
siswa.
c. Kurikulum yang mempunyai bentuk bervariasi dan kaya. Perencanaan kurikulum tetap
ada, tetapi perencanaan yang bersifat dinamis.
d. Dinamika berprinsip pada liberal road culture (menuju kepada kebudayaan liberal).
Selanjutnya Ki Fudyatanta pula menjelaskan bahwa sebagai pengalaman
progresivisme mengadakan eksperlmen-eksperimen kurikulum, maka disusun dan dibina
kembali lima tipe kurikulum, dan empat macam diantaranya masih kompromi dengan
kurikulum tradisional. Adapun tipe-tipe kurikulum yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Reorganisasi didalam suatu subyek khusus sebagai langkah pertama dalam mencari pola
dan rancangan kurikulum yang baru.
2. Korelasi antara dua atau lebih bahan pelajaran (subject matter) misalnya antara
matematika dan IPA, bahasa nasional dan IPS.
3. Pengelompokkan dan hubungan integratif dalam satu bidang pengetahuan, misalnya
pendidikan umum dengan IPA dan kesenian.
4. Kurikutum inti (core curriculum), yakni kurikulum yang mengutamakan pengalaman
dengan tekanan pada unit-unit tertentu.
5. Kurikulum berpusat pada pengalaman (experience-centered-curriculum), adalah
kurikulum yang berpusat pada pengalaman dengan tekanan pada unit-unit tertentu.
Satuan-satuan dalam pelaksanaan dari kurikulum berpusat pada pengalaman
berpedoman pada kebutuhan dan minat anak untuk mengembangkan pribadi secara
integral. Pola kurikulum nomor satu sampai nomor empat merupakan komromi dengan
pola kurikulum tradisional. Karena kurikulum berpusat pada pengalaman, maka masalah-
masalah yang ada dalam kurikulum berdasarkan kepada masalah-masalah nyata secara
wajar seperti yang ada didalam kehidupan sehari-hari. Cara pendekatan yang demikian itu
untuk mempersiapkan agar anak-anak siap mampu menghadapi kehidupan yang akan
datang dengan sudah berpartisipasi dengan kehidupan masyarakat itu sendiri.
Penanaman kurikulum yang berorientasi kepada pengalaman akan menimbulkan
problem lagi, yakni kurikulum harus berpusat pada anak atau kurikulum harus berpusat
pada masyarakat (community-contered school). Bagi progresivisme tidak akan
membedakan secara tajam antara child-centered atau community-centered school, hanya
berbeda aksentuasinya saja, sebab kedua hal tersebut memang amat penting dalam
pendidikan. Jadi kurikulum yang baik harus memperhatikan dan memperhitungkan
perkembangan yang luas dari potensi-potensi anak (prakarsa, peranan, fikiran, kreativitas,
ekspresi, sikap sosial dan sikap kritis). Pendek kata kurikulum harus ada isinya dengan
nilai-nilai pengembangan pribadi dan nilai-nilai sosial. Maka pendidik (guru) harus banyak
mengenal individualitas anak.
Pokok fikiran mengenai kurikulum yang berpusat atau berorientasi kepada masyarakat
berasal dari penafsiran eksperimen-eksperimen tahun 1930-an, yang memfokuskan
perhatian dan memakai masyarakat sebagai totalitas kancah orientasi pendidikan. Jadi
masyarakat yang mencakup lingkungan alamiah fisik dan kultural dipakai sebagai
laboratorium pendidikan, dan laboratorium hidup belajar. Hal ini merupakan realisasi dari
gerakan sosialisasi pendidikan yang dipolopori oleh John Dewey.
Prinsip progresivisme adalah bahwa pendidikan yang dibina dalam kehidupan sosial
yang wajar, maka kurikulum seluas mungkin harus bersumber pada kehidupan nyata
dimasyarakat. Dengan demikian sekolah tidak terpisah dari masyarakat, tetapi justru
merupakan bagian integral dalam masyarakat itu sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian pada Bab 1 dan 2 diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Filsafat progressivisme dalam wujud yang murni memperkenalkan bahwa pendidikan
selalu dalam proses pengembangan. Pendidikan harus siap untuk memodifikasi metode
dan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan perkembangan pengetahuan dan
perubahan yang baru di dalam lingkungan.
2. Pendidikan progresif harus memperkenalkan konsep “anak secara utuh” sebagai satu
jawaban atas apa yang mereka pertimbangkan; terhadap anggapan atau penafsiran
sebagian sifat anak. Jadi; dengan demikian sekolah menjadi pusat "perhatian anak", di
mana proses belajar ditentukan oleh setiap anak.
3. Pandangan Progresivisme terhadap anak, adalah sebagai organism yang memahami satu
proses pengalaman. Anak merupakan bagian dari lingkungan, hidup dalam dan dengan
interaksi dengan segala apa yang ada dilingkungannya. Anak sebagai mahluk alamiah,
terhubung dengan benda-benda alamiah lainnya, dan sekaligus sebagai suatu
perkembangan sendiri. Masalah sentral dalam pendidikan anak, adalah
mengembangkan kecerdasannya agar dapat menjadi anak yang lebih baik.
4. Dengan tetap berpijak pada ide demokrasi, progresivisme menekankan perkembangan
kecerdasan kooperatif untuk mencapai pribadi yang integral. Pribadi yang integral tidak
cukup hanya menyumbangkan potensi dari dalam, tetapi harus diinteraksikan dengan
individu-individu lainnya.
5. Tujuan pendidikan adalah memberikan keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat
untuk beriteraksi dengan lingkungannya yang berada dalam proses perubahan secara
terus-menerus. Yang dimaksud dengan alat-alat adalah keterampilan, pemecahan
masalah yang dapat digunakan oleh individu untuk menentukan, menganalisis, dan
memecahkan masalah. Proses belajar terpusatkan pada perilaku cooperative dan disiplin
diri. Di mana kebudayaan sangat dibutuhkan dan sangat berfungsi dalam masyarakat.
6. Menurut Oemar Hamalik, sikap progresivis, yang menyatakan bahwa anak harus
memahami pengalaman pendidikan “ di sini” dan “sekarang”, mempunyai filosofi
“pendidikan adalah hidup” dan “belajar dengan melakukan”. Para progresivis
mendorong sekolah agar menyediakan pelajaran bagi setiap individu yang berbeda, baik
dalam mental, fisik, emosi, spiritual, dan perbedaan sosial.
7. Mutu pendidikan, tidak ditentukan dengan menerapkan suatu ukuran standar kebaikan,
kebenaran, dan keindahan, tetapi dengan pendidikan diartikan sebagai suatu
rekonstruksi pengalaman yang berkesinambungan secara terus menerus.
8. Menurut Rug, bahwa kurikulum yang tepat adalah mempunyai nilai edukatif. Sedang
John Dewey berpendapat, bahwa sekolah yang baik adalah sungguh-sungguh
memperhatikan semua jenis belajar, yang bahan bahannya dapat membantu
perkembangan anak, pemuda maupun orang dewasa. Sementara menurut William
Heard Kilpatrick, mengemukakan bahwa isi kurikulum harus dapat mendorong
perkembangan pribadi, yang mencakup perkembangan minat, berfikir maupun
kemampuan praktis.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Utama.
Jurnal The Philosophy Of Education
http://www.sru.edu/pages/7407.asp

Sumber Penunjang.
Henderson, Stella Van Pettern (1959). Introduction to Philosophy of Edication. Chicago:
The University of Chycago

Ki Fudyatanta, (2006). Filsafat Pendidikan Barat dan Filsafat Pendidikan Pancasila:


Wawasan Secara Sistematik. Amus Yogyakarta.

Kneller, GF (1971). Introduction To The Philosophy Of Education.Amerika:University of


California

Hamalik, Oemar (2007). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja


Rosda Karya

Sadulloh, Uyo (2007). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta


JOURNAL THE PHILOSOPHY OF EDUCATION

PROGRESIVISME

Tugas Mata Kuliah: Filsafat Ilmu

DOSEN : Dr. TOTO RUHIMAT, M.Pd.

OLEH

1. RATNA
2. EVI SOVIAWATI
Kelas Depag: A

PROGRAM STUDI : PENGEMBANGAN KURIKULUM


SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2009
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, atas rahmat, taufiq dan hidayah Allah SWT, kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang merupakan salah satu tugas akademik perkulihan
“Filsafat Ilmu”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir
jaman ini.
Makalah ini dengan topik “Filsafat Progresivisme” di dasarkan pada sumber jurnal
“The Philosophy Of Education” melalui web site http://www.sru.edu/pages/7407.asp.
menguraikan tentang pandangan progresivisme dalam pendidikan, disajikan dengan
ringkasan dan menarik untuk menambah wawasan pengetahuan tentang Filsafat
Proresivisme.
Selesainya makalah ini, terntu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada Bapak Dr.Toto
Ruhimat, M.Pd, yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam
perkuliahan. Semoga arahan dan bimbingan yang diberikan mendapat balasan pahala dari
Allah SWT. Amin.

Bandung, Oktober 2009

You might also like