You are on page 1of 13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sanitasi merupakan suatu usaha pengendalian yang terencana terhadap


lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah
pencemaran dan kerusakan pada hasil olah, terjaminnya nilai estetika konsumen,
serta mengusahakan lingkungan kerja yang bersih, sehat, aman dan nyaman
(Kartika, 1990). PT. SAT sudah mendapatkan sertifikat HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Point ) dari pihak Pemerintah Indonesia, misalnya pada
produk IQF tahapan yang termasuk CCP (Critical Control Point) adalah
penerimaan bahan baku, pemotongan kepala, pencucian, cooking, pembekuan,
deteksi logam, dan penyimpanan. Oleh karena itu, perusahaan menetapkan
Standar Prosedur Sanitasi yang berguna untuk keamanan produk yang sedang
diproses atau yang nantinya akan dijual ke konsumen. Sanitasi yang dilakukan
pada PT. SAT meliputi sanitasi bahan baku, sanitasi bahan pembantu, sanitasi
peralatan, sanitasi pekerja dan sanitasi lingkungan dalam dan luar pabrik.

4.1 Sanitasi bahan baku


Sanitasi bahan baku sangat menentukan kualitas produk akhir karena
akan menentukan kondisi dari bahan baku yang nantinya akan diproses.
Sanitasi bahan baku ini bertujuan untuk menjamin didapatkannya bahan
baku yang baik sebelum sampai dengan setelah diolah sehingga diperoleh
produk akhir yang baik dan terjamin keamanannya.
Bahan baku yang digunakan oleh PT. SAT adalah udang, dimana udang
mentah tersebut dapat dengan mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme
yang dapat berasal dari lingkungkan hidupnya (air laut atau tambak)
maupun selama transportasi dari tambak / laut sampai ke pabrik PT. SAT
melakukan penanganan selama proses pengolahan berlangsung untuk
mengurangi jumlah mikroorganisme yang terdapat pada udang.
Penanganan yang dilakukan oleh PT. SAT dalam menerapkan sanitasi
terhadap produk adalah sebagai berikut.
Meletakkan udang pada tempat yang bersih dan mempertahankan suhu
udang maksimal 5oC.
Udang yang baru datang dari supplier harus dicuci dengan aquaplus 50
ppm.
Semua udang yang jatuh harus dicuci dengan aquaplus 50 ppm.
Rantai dingin harus terjaga (udang harus dicampur dengan es pada saat
menunggu perlakuan berikutnya).

4.2 Sanitasi bahan pembantu


4.2.1 Air
Air merupakan salah satu bahan penting di dalam proses-proses
pengolahan pembekuan udang, dimana air sangat diperlukan selama
proses pengolahan. Selama proses, air dibutuhkan untuk membentuk
produk udang beku balok, pembuatan es curah dan sebagai media atau
sarana pembersih, seperti membersihkan peralatan, ruangan,
perlengkapan kerja, mencuci tangan pekerja dan mencuci udang. Air
yang digunakan harus memenuhi persyaratan air untuk industri
pengolahan pangan. Pada umumnya air yang memenuhi persyaratan
standar air minum cukup baik memenuhi persyaratan untuk industri,
penggunaan air yang tidak memenuhi standar dapat menurunkan mutu
produk yang dihasilkan.
Air yang digunakan dipabrik pembekuan udang PT. SAT berasal
dari air sumur bor dan air PDAM. Air dari sumur berasa asin (payau)
sehingga diproses terlebih dahulu melalui water treatment yaitu
menggunakan sand filter, karbon aktif dan membran Reverse Osmosis
(RO) sehingga dihasilkan air yang memenuhi standar air minum. Air
ditampung dalam dua buah tandon yang masing-masing berkapasitas
81 m3 dan 137 m3.
Air tawar digunakan untuk proses pencucian dan pengolahan
produk, sedangkan air asin digunakan untuk membersihkan lantai
ruang proses. Air tawar yang digunakan di PT. SAT berasal dari air
PDAM dan air tanah yang diproses kedalam sistem membran RO,
sedangkan air asin didapatkan dari produk reject dari sistem membran
RO. RO dilakukan dengan cara memberikan tekanan pada bagian
larutan dengan konsentrasi tinggi menjadi melebihi tekanan pada
bagian larutan dengan konsentrasi rendah. Sehingga larutan akan
mengalir dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Proses
perpindahan larutan terjadi melalui sebuah membran yang
semipermeabel dan tekanan yang diberikan adalah tekanan hidrostatik
(Lee et. al., 2001). Dalam sehari total pemakaian air untuk pengolahan
di PT. SAT mencapai 60000-100000 liter. Air yang berasal dari
tandon disalurkan ke ruang proses melalui pipa-pipa.
Sanitasi air yang dilakukan di PT. SAT dilakukan untuk air asin
yang berasal dari tanah yang terdiri dari penyaringan kotoran yang
ada dengan menggunakan water filter yang terdiri dari 2 unit pasir
hijau (green sand) dan 4 unit karbon aktif. Penyaringan kotoran
pertamaa adalah dengan pasir hijau untuk menghilangkan bau dan
karat logam yang ada. Penyaringan kedua dengan karbon aktif untuk
menghilangkan kotoran yang masih ada dan juga untuk memperbaiki
bau. Setelah melewati water filter, air yang diperoleh masuk ke tandon
yang memiliki kapasitas 81.000 liter dan 137.000 liter dicampur
dengan klorin dan senyawa desinfektan lain untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme dan menjernihkan air yang ada. Dosis penggunaan
klorin dan senyawa disinfektan lain adalah 80 ppm. Air dari tandon
selanjutnya dilewatkan pada micro fiber 10 µ dan 5 µ untuk mereduksi
jumlah mikroorganisme dan selanjutnya ditambah dengan disinfektan
lain dan akhirnya masuk ke sistem membran RO. Produk akhir dari
sistem membran RO adalah air tawar yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan akan air tawar selain sumber PDAM, sedangkan
air asin yang dihasilkan sebagai produk reject akan digunakan untuk
membersihkan ruangan produksi.
PT. SAT melakukan pengendalian terhadap sanitasi air dengan
menguji air hasil treatment apakah telah sesuai dengan standar atau
belum. Pengujian yang dilakukan, antara lain pengujian pH air dan
mikrobiologis. Pengujian pH dilakukan untuk mengetahui tingkat
keasaman air tawar. Pengujian mikrobiologis bertujuan untuk
mengetahui apakah mikroorganisme pada air hasil treatment telah
memenuhi standar atau belum. Pengujian mikrobiologis yang
dilakukan adalah uji dengan menggunakan TPC dengan waktu
pengujian 2x dalam 1 minggu dan jumlah maksimum baktei TPC
adalah 5 x 105 cfu per ml sampel.
Air juga merupakan bahan baku utama untuk proses pembuatan es
dimana penggunaan es dalam pengolahan udang beku bertujuan untuk
mempertahankan suhu udang selama proses pengolahan supaya tetap
rendah (< 5oC), dengan demikian maka udang tidak mengalami
kerusakan dan kebusukan serta kesegaran udang dapat dipertahankan.
4.2.2 Es
Es yang digunakan dalam proses pengolahan udang beku di PT.
SAT adalah es curah. Es curah ini dibuat sendiri oleh PT. SAT dengan
menggunakan mesin ice flake, kira-kira 36 ton/hari. Air yang
digunakan untuk membuat es curah tersebut adalah air tawar yang
memenuhi standar air minum. Di PT. SAT, sanitasi terhadap es curah
dilakukan dengan menampung es curah tersebut dalam ruangan
tersendiri yang sekaligus berfungsi sebagai tempat penyimpanan es
(ice storage). Suhu ruangan penyimpanan es perlu dipertahankan tetap
rendah (-5oC hingga -2oC) supaya es tidak mencair, dengan cara
melapisi dinding dan pintu ruang penyimpan dengan insulator yang
dapat menghambat transfer panas dari dalam dan ke luar ruangan
sehingga suhu ruang dapat dipertahankan dan mencairnya es dapat
dikurangi. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan selalu
menutup pintu ruang ice storage apabila tidak dibutuhkan. Sanitasi es
di PT. SAT dilakukan dengan membersihkan peralatan yang
digunakan secara berkala dengan menggunakan larutan klorin 200
ppm. Pengujian mikrobiologis yang dilakukan adalah uji dengan
menggunakan TPC dengan waktu pengujian 2x dalam 1 minggu dan
jumlah maksimum baktei TPC adalah 5 x 105 cfu per ml sampel.
4.3 Sanitasi mesin dan peralatan
Mesin dan peralatan juga mempengaruhi mutu dari produk akhir yang
dihasilkan. Apabila mesin dan peralatan yang digunakan kurang bersih
maka produk akhir dapat terkontaminasi. Peralatan yang digunakan dalam
proses pembekuan PT. SAT harus dijaga kebersihannya karena sebagian
besar peralatan bersentuhan langsung dengan udang. PT. SAT
menggunakan peralatan yang sebagian besar terbuat dari Stainless steel,
anatara lain pisau, meja dan pan. Stainless steel merupakan bahan yang
standar untuk digunakan dalam industry pangan karena bersifat kuat, tidak
mudah berkarat dan mudah dibersihkan sehingga aman bagi produk yang
dihasilkan. PT. SAT juga menggunakan peralatan yang terbuat dari plastik,
berupa keranjang untuk menampung udang dan fiber berupa box-box yang
digunakan untuk mencuci udang.
PT. SAT membersihkan mesin dan peralatan secara periodic, untuk
mesin pembersihan dan perawatan dilakukan sesuai dengan jadwal yang
telah disusun. Untuk peralatan seperti meja stainless steel, viber box,
keranjang dan sarung tangan yang digunakan, pembersihan dilakukan setiap
sebelum dan setelah proses serta selama proses dengan selang waktu 1 jam
dengan menggunakan klorin 100 ppm.
Standard Prosedur Sanitasi terhadap peralatan yang ditetapkan oleh PT.
SAT adalah sebagai berikut.
1. Semua peralatan yang digunakan harus bersih, tidak boleh berlemak.
2. Peralatan yang telah dipakai harus dicuci dengan klorin 100 ppm dan
dibilas dengan air bersih.
3. Setelah selesai produksi, lantai ruangan disiram dengan klorin 200 ppm
dan dibilas dengan air bersih.
4. Semua peralatan yang kontak langsung dengan udang tidak boleh
diletakkan di atas lantai. Contoh : keranjang udang, pisau, inner pan,
stretch, sudet dan lain-lain.
5. Kaleng ditempatkan di atas rak.
6. Keranjang, sudet, stretch, genjret, sekat, inner pan, dan lain-lain harus
direndam dalam klorin 100 ppm (terendam di bawah larutan klorin ± 2
cm) jika tidak digunakan dan sebelum digunakan harus dibilas dengan
air tawar.
PT. SAT juga menerapkan sanitasi terhadap equipment, mesin, lampu,
dll untuk mendukung suatu kondisi sanitasi proses pengolahan yang baik,
seperti :
1. Semua mesin yang digunakan harus bersih, tidak boleh berlemak dan
berdebu,
2. Lampu penerangan dan tempatnya harus tertutup serta tidak boleh ada
debu dan sarang laba-laba,
3. Pendingin ruangan (unit cooler) tidak boleh kotor, tidak boleh ada
sarang laba-laba dan debu,
4. Blower / exhaust fan tidak boleh ada sarang laba-laba dan debu,
5. Lampu untuk pembunuh serangga (insect lamp) harus dibersihkan,
tidak boleh ada sarang laba-laba dan debu,
6. Dibawah lampu lalat tidak boleh ada produk.
4.4 Sanitasi pekerja
Pekerja merupakan salah satu bagian penting dari proses produksi
karena banyak berhubungan langsung dengan produk. Sanitasi dari pekerja
yang menangani produk makanan dalam suatu industry pangan sangat
penting peranannya untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme yang
berasal dari manusia yang masuk ke dalam makanan. Kesehatan karyawan
harus diperiksa secara periodik untuk menjamin agar tidak seorang pun
yang sakit karena karyawan yang tidak sehat dapat menjadi sumber
kontaminasi bagi produk. Menurut Jenie (1988), persyaratan bagi para
pekerja yang terpenting adalah sebagai berikut:
1. Kesehatan yang baik, untuk mengurangi kemungkinann pekerja
menjadi kontaminan bakteri pathogen.
2. Kebersihan, untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi bakteri oleh
pekerja.
3. Kemauan untuk mengerti tentang sanitasi merupakan persyaratan agar
program sanitasi dapat berjalan dengan lancar.
Untuk menjamin sanitasi yang baik di lingkungan para pekerja, setiap
pekerja di PT. SAT selama menangani proses pembekuaan diharuskan
untuk mengenakan perlengkapan-perlengkapan kerja yang antara lain adalah
sebagai berikut.
1. Seragam kerja
Terbuat dari kain, tujuannya untuk mencegah kemungkinan
kontaminasi dari tubuh pekerja.
2. Sarung tangan
Terbuat dari karet, tujuannya untuk mencegah kontak langsung antara
tangan pekerja dengan udang sehingga tidak menyebabkan
kontaminasi.
3. Penutup kepala
Terbuat dari kain, bertujuan untuk mencegah kontaminasi dari rambut
pekerja.
4. Sepatu boot
Terbuat dari karet, tujuannya adalah untuk melindungi pekerja dari
bahaya terpeleset karena lantai ruang pengolahan yang selalu dalam
keadaan basah.
5. Celemek plastik / afron
Digunakan untuk menjaga kebersihan seragam pekerja.
6. Masker
Digunakan untuk menutup mulut dan hidung dari pekerja sehingga
dapat mencegah kontaminasi dari para pekerja apabila ada pekerja yang
sakit atau berbicara.
PT. SAT telah menetapkan Standard Prosedur Sanitasi dan tata tertib
agar kualitas produksi tetap terjaga, yang diuraikan sebagai berikut:
A. Prosedur Sanitasi Sebelum Memasuki Ruang Produksi
1. Control QC
2. Para pekerja tidak boleh menggunakan perhiasan dan memiliki
kuku yang panjang.
3. Memakai masker, topi, seragam, afron, dan sepatu yang sudah
ditentukan.
4. Sanitasi sepatu dengan Sterbac 200 ppm.
5. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sampai lengan dan sela-
sela jari.
6. Menyikat kuku dan jari tangan.
7. Membilas kedua tangan dengan air bersih dan mengeringkan
tangan dengan tissue.
8. Memakai sarung tangan.
9. Afron dan sarung tangan disemprot dengan Aquaplus 100 ppm.
10. Roll punggung agar tidak ada rambut yang jatuh ke produk.
11. Sanitasi di Ruangan Produksi
12. Dilarang meludah di ruang produksi.
13. Dilarang membawa dan makan permen/makanan.
14. Dilarang membuka masker.
15. Dilarang merokok.
16. Dilarang menggaruk dengan sarung tangan.
17. Dilarang memegang udang dan peralatan produksi yang kontak
langsung dengan produk tanpa menggunakan sarung tangan.
18. Dilarang menaruh produk dan keranjang dibawah meja.
19. Dilarang menaruh afron dibawah meja.
20. Dilarang memegang es tanpa sarung tangan.
21. Dilarang saling melempar es.
22. Dilarang memasukkan es ke dalam sepatu.
23. Dilarang memegang sepatu dengan sarung tangan.
24. Dilarang menaruh sarung tangan di sepatu.
25. Setiap satu jam sekali, karyawan wajib cuci tangan (karyawan yang
menggunakan sarung tangan dengan Aquaplus 15 ppm).
B. Sanitasi di Ruangan Ice Storage
1. Menggunakan seragam, sarung tangan, masker, dan topi dengan benar.
2. Melepas sarung tangan saat mengganti suatu proses dengan sepatu khusus
di ruang ice storage.
3. Menggantung sepatu proses di tempat yang disediakan.
4. Mencuci tangan dan sarung tangan dengan Aquaplus 15 ppm.
5. Melewatkan sepatu es ke dalam larutan starbac 200 ppm.
C. Sanitasi di Ruangan Cook
1. Menggunakan sandal pabrik dari loker.
2. Meletakkan sandal pada rak yang sudah disediakan.
3. Mencuci tangan dengan Aquaplus 15 ppm dan keringkan dengan tissue.\
4. Menggunakan topi dan masker.
5. Memakai celana khusus cook, seragam, kerudung, afron cook, dan sepatu
cook (tanpa menggunakan sarung tangan).
6. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik (sabun Dettol)sampai lengan dan
sela-sela jari.
7. Menyikat kuku dan jari tangan.
8. Membilas kedua tangan dengan air bersih, kemudian keringkan dengan
tissue.
9. Melewatkan sepatu dalam larutan sterbac 200 ppm.
10. Menggunakan sarung tangan yang baru.
11. Mencuci sarung tangan Aquaplus 15 ppm.
12. Menyemprot afron dengan Aquaplus 100 ppm.
13. Roll punggung agar tidak ada rambut yang jatuh.
D. Sanitasi di Ruangan Toilet
1. Menggunakan kartu izin keluar proses.
2. Melepas semua masker, topi, seragam, afron dan sepatu.
3. Memakai sandal untuk di toilet.
4. Menggunakan sabun antiseptik kemudian bilas dengan air setelah selesai
dari toilet.
5. Memakai kembali masker, topi, seragam, dan sepatu dengan benar.
6. Roll punggung agar tidak ada rambut yang jatuh ke produk.
7. Sanitasi sepatu dengan sterbac 200 ppm.
E. Sanitasi Keluar Area Proses
1. Menggunakan kartu izin keluar proses, kecuali waktu istirahat.
2. Dilarang menggunakan uniform jika keluar proses produksi.
3. Melepaskan semua masker, topi, seragam, afron dan sepatu.
Pihak PT. SAT menyediakan berbagai fasilitas untuk menunjang dan
mengawasi kegiatan-kegiatan di atas seperti :
1. Tersedianya tempat pencucian seperti bak pencucian tangan, bak
pencucian kaki, kamar ganti, kamar mandi, dan kantin.
2. Tersedianya lemari tempat untuk menyimpan pakaian seragam dari para
pekerja berdasarkan divisinya dan dilakukan pencucian setiap 3 hari.
3. Dilakukan pemeriksaan kepada para pekerja yang akan masuk dan keluar
dari ruang proses produksi.
4.5. Sanitasi Lingkungan Produksi
4.5.1 Lantai
Lantai ruang pengolahan PT. SAT merupakan lantai ubin. Alasan
digunakannya ubin ini karena termasuk bahan yang kedap air, resisten terhadap
asam, tahan lama dan mudah dibersihkan. Lantai dibuat dengan kemiringan lantai
±5o, hal ini dikarenakan pengolahan udang merupakan pekerjaan yang basah
sehingga kondisi lantai harus memilik kemiringan yang cukup untuk
memudahkan mengalirnya air. Kemiringan lantai dibuat 5o dari tepi yang
berbatasan dengan dinding ke tengah dan di bagian tengah lantai terdapat saluran
pembuangan air.
Pembersihan ruang produksi dilakukan selama proses setiap 1 jam dengan
menggunakan larutan klorin 200 ppm dan air asin bersih dari produk reject proses
system membran RO sebagai larutan pembersih akhir. Pembersihan juga
dilakukan setelah proses produksi berakhir dengan cara menyikat lantai dengan
larutan klorin 200 ppm dan air asin sebagai larutan pembersih akhir.
4.5.2 Langit-langit dan Dinding
Dinding ruang pengolahan di PT. SAT dilapisi dengan keramik dengan
tujuan agar memudahkan dalam pembersihannya. Langit-langit ruang proses
terbuat dari bahan yang tidak berlubang, permukaan rata, berwarna terang dan
mudah dibersihkan.
4.5.3 Pintu
Setiap pintu dilengkapi dengan air certain dengan maksud agar mencegah
terjadinya fluktuasi suhu tinggi dari luar ke dalam serta untuk menghalangi
masuknya serangga ke dalam area pengolahan. Pada bagian depan pintu yang
berhubungan dengan ruang proses selalu terdapat bak cuci kaki yang dilengkapi
dengan bak cuci tangan.
4.5.4 Ventilasi
Ventilasi merupakan sarana sirkulasi udara agar dapat mereduksi bau dan
mencegah pengembunan. Ventilasi ini terdapat pada bagian dinding yang
dilengkapi dengan exhaust fan tertutup. Exhaust fan tidak boleh ada sarang laba-
laba dan debu.
4.5.5 Pencahayaan
Sumber pencahayaan di PT. SAT adalah lampu neon. Pencahayaan ini
akan mendukung pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya serta mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja akibat kurangnya pencahayaan. Sanitasi
yang diterapkan dalam pencahayaan ini salah satunya adalah lampu penerangan
dan tempatnya harus tertutup serta tidak boleh ada debu dan sarang laba-laba.
4.5.6 Saluran pembuangan
Lubang saluran pembuangan terdapat di ruang pengolahan yang
dilengkapi dengan tutup berupa jeruji besi dan setiap 6 meter panjang selokan
diberi saringan untuk mencegah masuknya tikus.

4.5.7 Sanitasi Proses Produksi


Sanitasi selama proses yang dilakukan PT. SAT mulai tahap pencucian awal
sampai penyimpanan diuraikan dibawah ini.
a. Pencucian

Pengendalian yang dilakukan pada tahap ini adalah air yang digunakan
untuk proses pencucian harus sesuai persyaratan mutu air minum. Air
yang digunakan adalah air hasil proses diberi perlakuan RO. Pengendalian
juga dilakukan pada temperatur air yang digunakan supaya kondisi udang
tetap dibawah suhu kritisnya. Air ditambah dengan es batu agar
temperaturnya tetap terjaga maksimal 4oC.

b. Pemotongan kepala

Bagian yang dipotong mulai dari kelopak kepala (Carapace) hingga batas
leher. Perlakuan ini harus hati-hati agar tidak ada bagian tubuh udang yang
ikut terpotong dan agar tidak ada kulit udang yang mengalami cacat. Pada
saat pemotongan kepala tidak boleh ada kotoran udang yang tertinggal
pada tubuh udang. Tertinggalnya kotoran di tubuh udang dapat memicu
pertumbuhan mikroba penyebab pembusukan udang. Selama proses
pemotongan udang tetap dijaga suhunya dengan menempatkan udang pada
bak berisi air dan es batu sehingga tidak memungkinkan terjadinya
kontaminasi dari lingkungan.

c. Sortasi

Selama sortasi dilakukan pengawasan terhadap mutu (grade) dan ukuran


udang yang dilakukan dua kali. Sortasi pertama dilakukan dengan mesin
sortasi, sedangkan sortasi kedua dilakukan secara manual dengan cepat.
Udang yang sudah disortasi langsung ditempatkan dalam bak berisi air dan
es batu yang dikelompokkan sesuai jenis dan ukuran udang.

d. Pengupasan

Pengawasan mutu yang dilakukan adalah kebersihan produk akhir, agar


tidak ada bagian kulit yang tidak diinginkan tertinggal, serta tidak ada
kotoran yang masih melekat (defect).

e. Pembekuan

Pengawasan yang dilakukan pada tahap ini adalah dengan mengontrol


suhu pembekuan. Proses pembekuan sebaiknya dilakukan dengan cepat
agar kristal es yang terbentuk kecil-kecil dan halus sehingga tidak merusak
jaringan udang dan mutu udang beku hampir sama dengan udang segar
yang belum dibekukan. Pembekuan udang yang tidak sempurna (udang
beku tidak tertutup lapisan es seluruhnya) dapat menyebabkan penurunan
mutu udang.

f. Glazing

Pengawasan yang dilakukan adalah pengecekan terhadap suhu air yang


digunakan untuk glazing. Suhu air dibatasi maksimal 3oC.

g. Pengemasan

Pengawasan yang dilakukan pada tahap ini adalah kesesuaian antara


ukuran, warna, berat dan bentuk dengan label yang tertera pada pengemas
yang digunakan. Pada tahap ini pun dilakukan pengendalian terhadap
kontaminan logam melalui alat metal detector.

h. Penyimpanan

Penyimpanan produk udang sebelum diekspor dilakukan dalam Cold


Storage. Pengendalian yang dilakukan dalam tahap ini adalah temperatur
Cold Storage harus dijaga -20oC±2oC.
Pengawasan Mutu Produk Akhir

Pengawasan mutu produk akhir perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas


dari produk akhir sehingga produk akhir yang ditujukan untuk ekspor
mempunyai kualitas bahan mutu yang paling baik. PT. SAT melakukan
pengawasan mutu produk akhir untuk mengetahui kualitas produk udang
beku yang dihasilkan. Produk udang beku ini yang telah dikemas
kemudian disimpan dalam cold storage. Pembekuan dan penyimpanan
beku merupakan cara yang paling baik untuk penyimpanan produk jangka
panjang. Bila cara pengolaha dan pembekuan yang dilakukan dengan baik
serta bahan baku masih segar, maka dapat dihasilkan udang beku yang
kualitasnya masih mendekati udang segar. Suhu produk akhir diharapkan
berkisar -18oC sampai -25oC. Penyimpanan dalam cold storage harus
dilakukan secara baik dan terencana agar perubahan mutu udang selama
penyimpanan beku tidak banyak terjadi. Udang beku yan gdisimpan dalam
master carton disusun dengan rapi sesuai dengan waktu pengolahannya.
Sistem pengeluaran produk udang beku dari cold storage untuk
dimasukkan dalam kontainer (peti kemas), mengikuti sistem FIFO (First
In First Out) sehingga tidak ada produk yang terlalu lama disimpan dalam
cold storage.

You might also like