Professional Documents
Culture Documents
tapi
kadang gw terlalu lama menatap pintu yg tertutup itu, sehingga gw melupakan
pintu lain yg terbuka buat gw.......
PART 1
salam kenal semuanya. nma gw harrizd. gw sekedar ingin berbagi cerita tentang
hidup gw..
saat itu gw adalah siswa kelas 3 sebuah sekolah menengah kejuruan di kota asal
gw. pada awal semester empat gw berhasil memenangkan beasiswa program
magang di industri dari Politeknik Manufaktur Astra di jakarta yg bekerjasama
dengan pihak sekolah.
dan walaupun dengan susah payah (karena itu pertama kalinya gw merantau)
akhirnya gw hampir menyelesaikan kontrak magang gw selama 1 tahun itu.
dan dari diaz juga lah gw kenal dengan seorang cewek bernama Tiie. tiie adalah
teman satu sekolah diaz (gw dan diaz beda sekolah). sewaktu di jakarta gw
pernah cerita ke diaz kalo gw pengen punya teman cewek karena gw cukup
merasa kesepian di sana.
"lo udah selesai magang nya?" itu pertanyaan pertama diaz saat melihat gw.
"satu minggu lagi," jawab gw. "hari ini gw balik menyicil barang-barang dari
kosan."
gw nyengir.
"terus gimana?" gw mencoba mengulik informasi. "dia ada respon nggak sih
sama gw?"
diaz tertawa.
"maksudnya?" gw kaget.
"yaa gitu deh, besok kan kalian ketemuan tuh. nah kalo dia ternyata suka sama
lo, maka gw menang dan berhak atas hadiah pulsa 25 rebu perak!"
"hehehe..ya kan intinya besok dia jatuh cinta nggak sama lo?"
gw tertawa.
"gw gugup yaz." kata gw. "selama ini kan gw ngobrol sama dia cuma lewat sms
atau telpon, dan besok gw bakal ketemu orangnya! sumpah deg-degan gw."
"tenang rizd, gw bilang ke tiie kalo lo tuh mirip sama nicky tirta bintang sinetron
itu. dia pasti bakal suka sama lo."
"sedikit sih."
gw tertawa.
"pokoknya besok lo harus bikin dia suka sama lo. kan biar gw menang taruhan."
gw memang gugup menghadapi besok. sudah 4 bulan ini memang tiie sudah jadi
salahsatu pengisi kesepian gw di jakarta. dia enak buat diajak ngobrol dan
becandanya juga nyambung banget. beberapa kali bahkan gw sempet curhat
sama tiie.
"halo," terdengar suara cewek menjawab telepon gw. suara itu bukan dari
handphone, tapi seorang cewek di samping gw..
PART 2
siang ini gw janji ketemuan sama tiie. dia bilang pake baju warna ungu, tapi gw
bingung coz cewek-cewek di mall ini juga banyak yg pake ungu. udah jam
setengah 3 tapi kayaknya dia belum dateng juga.
gw tertawa. ini yg gw suka dari tiie, dia selalu bisa memulai pembicaraan dengan
baik. gw yg sebenarnya merasa gugup sedikit mencair.
"akhirnya ketemu juga yaa," kata tiie setelah berjabat tangan dengan gw.
"eh, iya. ya udah yuk kita cari tempat buat ngobrol." gw mengajak tiie ke sebuah
kafe.
siang itu tiie memakai gaun rok blus terusan warna ungu. rambut tiie panjang
sebahu dibiarkan tergerai. gw masih agak gugup, ini pertama kalinya gw janji
ketemuan dengan seorang cewek.
kami duduk dan ngobrol di salahsatu kursi kafe. yg gw kenal selama ini tiie
adalah orang yg ceria dan sedikit agak cerewet. dan itu memang tergambar
dengan jelas saat ini. dia selalu punya lelucon yg membuat gw nyaman
memposisikan diri gw saat itu.
"kok pake warna ungu?" tanya gw. "lagi jadi janda ya?"
cukup lama minuman pesanan kami datang. kami ngobrol nggak jelas sesuka
hati. dan gw sudah benar-benar bisa mengatasi kegugupan gw saat itu.
sudah pukul lima sore tapi kami masih bertahan di kursi kami. padahal kalau gw
perhatikan di kursi lain mungkin sudah puluhan pasangan bergantian duduk. tapi
toh itu tidak membuat suasana sore itu menjadi buruk. semakin gw mengenal
tiie gw semakin merasa nyaman. dia bisa menciptakan chemistry sedemikian
rupa.
"by the way thanks ya tiie udah mau ketemuan sama gw," kata gw saat kami
berjalan turun ke luar mall. waktu itu hari sudah mulai gelap.
"ati-ati di jalan deh kalo gitu. kasih gw kabar ya kalo lo udah nyampe sana."
gw mengangguk pelan. kami berdiri di pinggir jalan menunggu angkot. saat itu
gw belum punya motor sendiri jadi gw nggak bisa mengantar pulang tiie. gw dan
tiie memakai angkot berbeda.
tiie menggeleng.
tiie tersenyum.
"sekali lagi thanks ya buat hari ini. gw duluan ya." tiie masuk ke angkot yg
berhenti di depan kami. setelah angkot pergi gw menyebrang jalan
menggunakan angkot yg berbeda untuk perjalanan pulang ke rumah.
"besok di sekolah bakal ada cerita seru dari dia." diaz nyengir.
"ett dah kayak orang jual kucing pake tanya gitu." gw menyandarkan gitar milik
diaz ke dinding. "tiie nggak sms apa-apa ke lo sore ini?"
"belum. dia kalo cerita suka panjang lebar jadi kayaknya nggak lewat hp."
saat itulah hp milik diaz berbunyi. diaz membaca isi sms nya.
lalu kami berdua tertawa. dan malam itu gw menyanyikan beberapa lagu
bertemakan fallin in love diiringi petikan gitar oleh diaz.
pertemuan dengan tiie hari minggu kemarin sedikit banyak memberikan angin
segar dalam diri gw. gw menghadapi minggu terakhir gw di jakarta dengan hati
yg lebih cerah. beberapa tugas akhir yg belum diselesaikan sudah terselesaikan
dengan baik.
kontrak magang di sini memang sudah berakhir, tapi setelah ini masih ada ujian
yg harus gw lewati. ujian dalam konotasi yg sebenarnya, ujian nasional (UNAS)
akhir semester nanti.
dan pada kenyataannya modul pelajaran itu sudah nyaris membusuk di pojok
kamar kos gw karena samasekali nggak pernah gw sentuh. debu tebal
menyelimuti cover modul. gw ambil kemoceng dan membersihkannya dari debu.
"hey, lucky." gw menoleh ke asal suara. "kok lo udah ada di sini? bukannya kita
kumpul nya besok?"
lucky menjabat tangan gw. dia menggendong sebuah tas hitam kecil.
"di tempat gw, semua peserta magang sudah diliburkan hari rabu kemarin."
lucky duduk di sebelah kasur sementara gw menuangkan air dari galon ke gelas
untuknya. "thanx rizd. gw udah bawa pulang semua barang dari kosan hari sabtu
kemarin. sisanya yg ada di tas yg gw bawa ini, dan berhubung gw udah libur
malem ini gw nginep disini aja deh."
"oke, bro. anggep aja kamer orang lain. hehehe.." gw melanjutkan beres-beres
buku. semua pakaian sudah tertata rapi dalam tas sementara buku-buku akan
gw masukkan ke tas lain.
hari ini adalah hari terakhir gw beraktivitas di perusahaan. besok setelah solat
jumat gw dan semua peserta program magang ini diharuskan berkumpul di
kampus politeknik manufaktur astra dalam rangka perpisahan sebagai tanda
berakhirnya program magang ini. by the way, selain gw dan lucky peserta
magang ini juga banyak yg berasal dari kota lain. jadi semua siswa yg lolos tes
dari berbagai kota di indonesia dikumpulkan di jakarta untuk kemudian disebar
di beberapa perusahaan milik grup astra. di tempat gw sendiri ada sebanyak
enambelas siswa dari berlainan kota, termasuk dari denpasar, yg mengikuti
program ini. dan ketika memikirkan bahwa gw harus berpisah dengan mereka,
yg satu tahun ini bersama melewati suka dukanya, gw kembali sedih. seolah ada
sesuatu yg hilang dari diri gw.
"anak-anak yg laen pada kemana? kayaknya sepi nih kosan," lucky melongok
keluar melihat kamar-kamar yg lain.
"biasanya sore kayak gini mereka pada makan. ada juga yg katanya mau
menikmati detik-detik terakhir di jakarta." gw tertawa kecil.
"pasti dua dewa dari bali itu ya?" lucky ikut tertawa.
gw diam sejenak. "siap nggak siap toh kita harus siap kan"
"bisa nggak bisa toh kita harus bisa kan?" lucky nyengir.
"gw takut nggak lulus," kata gw. "kita udah tertinggal pelajaran jauh banget."
"kalo itu gw juga sama. tapi mau gimana lagi ini kan memang konsekuensi kita
dari awal ikut program ini," jawab lucky lagi.
gw diam.
"gw sih yakin aja kita bisa lulus. guru kita juga pasti nggak mau kan siswa yg
berprestasi macam kita gagal ujian."
"yakin aja rizd kita pasti lulus kok." kata lucky menyemangati gw.
"thanks bro."
bukan mau mendramatisir, tapi mungkin malam ini adalah malam terakhir gw
makan malam di jakarta...
PART 4
"yaah baru bangun ya lo," kata Ade, teman sebelah kamar gw. begitu pintu
dibuka dia menerobos masuk.
"numpang kencing," lanjutnya masuk ke kamar mandi. "di kamer gw nggak ada
air."
"bukan gw. tuh si mail, dia mandi lama banget sampe aer nya abis," teriak ade
dari dalam kamar mandi.
"wooi lo !" mail menggebrak pintu kamar mandi yg langsung tertutup. dari dalam
terdengar ade tertawa terbahak-bahak.
"tuh gw udah nyiram bekas kencing gw!" kata ade. suaranya menggema di
kamar mandi.
mail bersungut-sungut keluar kamar. ade dan mail memang sering ribut, tapi gw
tau mereka cuma sebatas becanda. ade orangnya jahil sementara mail gampang
marah. makanya setiap ribut pasti heboh. dari dalam kamar mandi ade masih
tertawa.
ade keluar dari kamar mandi dan mengatakan 'thank you' yg gw jawab dengan
anggukan kepala.
"jiiaah..pake ngambek. nggak, maksud gw kok jam belajar gini bisa nelpon?"
"pelajaran terakhir gurunya nggak ada, daripada iseng gw nelpon aja deh."
"biasa lah anak sekolah kalo nggak ada guru berasa di surga. hehehe.."
kami pun asyik mengobrol.
"eh, setelah kita ketemu kok gw sering mimpiin lo ya?" kata gw becanda.
giliran gw yg tertawa.
gw diam sebentar.
"wah sejak kapan lo serius? bukannya lo fans ungu ya?" giliran dia yg tertawa.
"sorry, sorry, rizd gw becanda kok." lanjut tiie begitu gw diam. "gw pengen tau
aja, lo punya cewek nggak?"
"udah nyari sih, tapi nggak laku. nggak ada yg mau sama gw. nasib....."
gw terkejut. gw coba mencerna kalimat tiie. dari nada bicaranya agaknya dia
serius menanyakan itu.
lagi-lagi gw terdiam. jujur gw nggak menyangka dia bakal nanyain itu. dan kalo
mau lebih jujur lagi, gw memang suka dan mau jadi cowoknya! mimpi apa gw
semalam bangun tidur ditembak cewek?!
"kok diem sih?" tanya tiie. "gw salah ngomong ya? maaf deh kalo gw terlalu
lancang...."
"beneran?"
"serius?"
"serius."
tiie kembali diam. jujur saat itu hati gw berdebar kencang seolah tidak percaya
dengan yg sedang terjadi.
"berarti sekarang kita jadian dong? thanks ya rizd. tapi kok lo mau sih nerima
gw?"
"eh udah dulu ya, ada guru dateng nih." suara tiie terdengar berbisik.
"oke, sayang.." untuk pertama kalinya gw panggil tiie dg panggilan 'sayang'. ah,
pagi yg indah buat gw..
PART 5
"udah sabar aja bro, mereka cuma iri sama lo" lucky menepuk bahu gw ketika
kami keluar dari ruang guru setelah menghadap ketua jurusan (kajur). tadi pak
kajur meminta jurnal laporan kami berdua sewaktu di jakarta.
"kayaknya tanggapan yg laen kurang baik nih dengan kepulangan kita ke sini,"
kata gw. gw memang merasa sepertinya gw tidak disambut dengan baik oleh
teman-teman di kelas. gw merasa terasing dari yg lain. sejak kemunculan gw di
kelas pagi ini, cuma ada beberapa orang yg mendekati gw sekedar menyapa
kabar dan bertanya soal kegiatan magang di jakarta.
hari itu bukan hari yg baik sebagai awal masuk sekolah. untung saja ada sedikit
penghiburan saat pulang sekolah gw ketemuan lagi dengan tiie.
"hai rizd," tiie menyapa gw tanpa canggung saat kami bertemu di depan
sekolahnya.
ini pertama kalinya gw ketemu tiie setelah jadian. dan gw kembali merasa
canggung seperti pertama kali ketemu di mall.
"udah dari tadi lah. liat aja udah sepi gini," jawab tiie.
saat itu jam 2 siang. sekolah memang bubar jam setengah 2, tinggal ada
beberapa siswa di sekitar sekolah termasuk gw dan tiie. kami bertemu di depan
sebuah toko klontongan di depan gang sekolah. kami duduk di teras toko yg luas
dan membentuk anak tangga.
"wah lo balik lag jadi anak sekolah nih," tiie mengomentari seragam gw.
gw nyengir lebar.
"ya biasa aja lah nggak aneh-aneh banget. kan gw emang anak sekolah?"
"so apanya?"
gw berdiri.
gw tertawa lagi.
"ya udah yuk." kata gw lagi.
"apa aja deh. nanti juga nggak akan ditonton filmnya," kata tiie lalu nyengir.
gw dan tiie saling tatap mata. lalu tanpa dikomando kami senyum sendiri.
film dimulai pukul 3 sore dan selesai pukul setengah 5. biarpun sebenarnya
filmnya nggak jelas tapi kami cukup menikmati kebersamaan kami.
sejak saat itulah kami sering janji ketemuan di mall dan nonton di studio 21. yg
unik adalah film apapun yg kami tonton dan di studio berapapun, kami selalu
memilih bangku nomor E1 dan E2. bangku itu sudah menjadi favorit kami kalau
nonton. tapi beberapa kali pernah juga kami duduk di bangku lain karena
penuhnya bioskop oleh penonton, biasanya tiap senin rame soalnya tarif nonton
hemat.
hubungan gw dengan tiie berjalan baik. kami bisa saling mengerti, walaupun
kadang gw suka egois. tiie adalah tipe cewek yg sangat memperhatikan
cowoknya. gw juga merasa nyaman diperhatikan, tapi gw suka merasa agak risih
kalau perhatiannya sudah berlebih.
tiie bisa menerima gw apa adanya, itu point yg paling gw suka dari dia. disaat
hampir semua temannya punya cowok yg bawa motor keren, dia menerima gw
yg samasekali nggak pernah memboncengnya dengan motor. walaupun di
rumah ada motor punya kakak tapi gw merasa lebih nyaman menggunakan
angkutan umum.
gw merasa bersyukur sekali punya pacar dia. sebelum ini gw pernah 2 kali
pacaran tapi belum pernah merasa seperti dengan tiie. tiie sangat bisa mengerti
gw. selama 1 bulan kami jadian belum pernah sekalipun kami bertengkar.
sampai pada suatu pagi hp gw berbunyi, pesan dari tiie. gw sedang bersiap
berangkat sekolah saat gw baca sms yg berbunyi seperti ini.
'rizd, gw nyesel kenal lo. mulai hari ini kita PUTUS !!'
PART 6
sekali lagi gw menelpon tiie. gagal. operator bilang nomor sedang tidak aktif.
sudah empat jam berlalu sejak tiie mengirim sms pagi tadi nomornya langsung
tidak aktif.
entah apa yg sedang terjadi, gw sendiri tidak habis pikir. pagi tadi tiie kirim sms
yg isinya minta putus, pas gw balas di hp belum muncul laporan terkirim. gw
langsung cek dengan menelepon, tapi ternyata nomornya tidak aktif.
tapi seinget gw antara gw dan tiie sedang tidak ada masalah sama sekali.
terakhir tadi malam tiie kirim ucapan selamat tidur lewat sms. it's fine. keadaan
baik-baik saja kok.
jujur saja gw takut kehilangan tiie. satu bulan jadian cukup membuat gw benar-
benar jatuh hati. gw takut beneran putus.
ah, hari yg buruk buat gw. di kelas gw lebih banyak melamun daripada konsen
pada pelajaran. hari ini padahal ada ulangan matematika dan gw isi jawabannya
asal-asalan. begini ya rasanya patah hati? waktu dulu gw putus nggak begini-
begini amat rasanya, gw membatin dalam hati.
"aah," gw menggerutu.
"napa sih lo kyaknya hari ini lo bete banget?" lucky duduk di meja.
"muka lo udah kayak sarung buat lebaran aja pake dilipet gitu," teguh
menimpali.
"beuh...hari gini masih pusing mikirin cewek?" teguh geleng kepala. "gw kasih
tau aja ya bro, dalam kamus playboy tuh nggak ada kata cinta. nggak ada tuh
istilah cinta pake hati, yg ada cinta pake otak !"
gw yg lain tertawa.
"bentar dulu cil," kata agung pada teguh. "lo bilang tadi soal kamus playboy,
emangnya lo punya cewek?"
"beuh....jangan salah sangka. gw tuh kalo jalan sama cewek harus atur schedule,
balik sekolah gw ada jadwal sama memey, jam 3 nya si dara, abis itu menjelang
maghrib ayu udah nunggu gw. jadi mana sempet kalian liat gw jalan ?"
"iya gw tau," kata gw. "kalo jam 12 malem giliran om om hidung belang yaa?"
"gw bukan playboy bro. gw masih mencintai cewek pake hati, gw bukan cowok
yg cuma manfaatin cewek."
"wuiih....masih ada aja ya cowok kek lo gini?" agung yg sekarang geleng kepala.
"inget pesen gw bro, cewek jaman sekarang gak ada yg bener bro. makanya
cinta pake otak. oke bro?" teguh menepuk bahu gw. "gw laper nih, ada yg mau
ikut ke kantin?"
lalu mereka bertiga beranjak pergi. gw kembali memikirkan tiie. kayaknya nggak
ada yg bisa gw lakukan kecuali menunggu sms gw terkirim dan berharap tiie
berpikir dingin lalu menjelaskan yg sebenarnya terjadi.
dan setelah lama gw amati layar hp gw menyala tanda pesan terkirim. entah
berapa banyak gw kirim sms ke dia soalnya laporannya bejibun. berkali-kali gw
kirim permintaan maaf dan menegaskan bahwa gw nggak mau putus.
dengan hati berdebar gw tunggu balasan sms tiie. di sela pelajaran terakhir gw
mencuri-curi kesempatan mengecek hp gw siapa tahu ada balasan. tapi
nyatanya sampai gw balik pun hp gw tetep sepi.
pikiran gw sumpek banget siang itu. kayaknya tiie serius pengen putus, pikir gw.
gw lagi nongkrong di halte bareng teman-teman saat hp gw bergetar.
segera gw liat hp. ada balasan sms dari tiie !! gw seneng banget saat itu.
dengan berdebar-debar gw baca isi pesannya.
'hehe..maaf ya rizd tadi gw becanda doang kok. gw cuma mau ngetes seberapa
besar sayang lo ke gw.'
'enggak donk sayang..emang kaget banget ya kok sampe ngirim sms sampe
puluhan gitu.'
'iya deh maafin gw ya...lo tenang aja gw nggak serius kok tadi.'
gw menghela nafas panjang. berkali-kali gw mengucap syukur. mungkin
terkesan lebay, tapi begitulah karena gw sudah terlalu sayang. gw takut
kehilangan tiie.
'by the way hari ini lo ada acara nggak? kita ketemuan yuk. nonton di tempat
biasa.' gw mengajak tiie nonton.
'wah maaf banget siang ini gw nggak bisa, ada bokap nih.'
bokap tiie memang bekerja di karawang. dan tiap dua minggu sekali pulang.
mungkin hari ini memang jadwal bokapnya balik.
PART 7
harus diakui sekarang ini gw lagi sayang-sayangnya sama tiie. walaupun kadang
dia sangat menyebalkan, suka 'memacu adrenalin' gw seperti yg dilakukannya
waktu pura-pura minta putus beberapa waktu yg lalu. dan pada kenyataannya
setiap hubungan pasti tidak pernah berjalan mulus, sering ada pertengkaran
kecil diantara pasangan. begitupun yg terjadi pada kami.
dan kalau hal itu sedang terjadi pada kami, tiie seringkali menonaktifkan nomor
handphone nya. yg tentu saja hal ini membuat gw merasa tidak nyaman. sangat
tidak nyaman kalo lo tau. gw pikir kejadian semacam itu cuma sekali dua kali,
tapi setiap ada hal yg membuatnya marah dia selalu mematikan handphone nya.
"ya kan biar kita nggak semakin terbawa emosi," tiie pernah beralibi demikian
ketika gw tanyakan alasan dia melakukan hal itu. "menurut gw dengan nggak
berhubungan beberapa saat, emosi kita akan mencair. dan saat itulah kita akan
damai lagi."
kita ? tapi nyatanya setiap kita bertengkar selalu saja gw yg minta maaf lebih
dulu, nggak peduli siapa yg salah. tiap nomor tiie sedang nonaktif gw selalu
mengirim pesan berisi puisi sekedar bentuk permintaan maaf. dan seandainya lo
tau tiie, gw melakukan itu semua karena rasa sayang gw ke elo!
dan yg paling tidak pernah gw lupakan adalah momen ketika gw ulang tahun yg
ke 18 di awal Maret. tanpa gw tahu, tiie memberikan sebuah kejutan dengan
datang di rumah gw setelah pulang sekolah. dia bersama tiga orang temannya
repot-repot membawa kue ulang tahun beserta kadonya. dengan sebuah
syukuran kecil-kecilan gw mendapatkan hadiah terbaik di hari ultah gw. ini
pertama kalinya, dan satu-satunya sampai saat ini, pacar gw merayakan ultah
gw di rumah gw sendiri.
gw merasa telah menemukan wanita terakhir dalam hidup gw. gw bertekad akan
selalu setia dan berharap hubungan kami akan terus berlanjut sampai jenjang yg
lebih serius nantinya. kesetiaan gw tidak perlu dipertanyakan lagi. gw rela
melakukan apapun demi seorang tiie. mungkin gw sudah terkena virus cinta
buta, kadang-kadang gw berpikir demikian.
tapi gw tidak bisa selalu hanya menjalani kehidupan gw dengan tiie. ada
kehidupan real yg harus gw hadapi, yaitu ujian nasional. gw memasuki bulan-
bulan terakhir di sekolah. untuk mengejar ketertinggalan pelajaran gw 1 tahun
terakhir ini, gw mengikuti les bimbingan belajar di salahsatu lembaga
pendidikan. tiap hari sampai menjelang dilangsungkannya ujian, sepulang
sekolah gw mengikuti les yg berdurasi 2 jam pertemuan. yg gw kejar hanya 3
mata pelajaran yg di uji kan nanti.
bulan april adalah bulan yg sibuk buat gw. di samping les, gw juga dituntut
mengisi kekosongan nilai di raport gw selama 1 tahun gw di jakarta. karena gw
tidak berada di sekolah saat itu, maka otomatis nilai raport gw pun kosong. jadi
setelah gw kembali, gw diwajibkan 'mengejar' nilai yg kosong itu. caranya adalah
dengan meminta soal tes pada guru yg bersangkutan. bisa dibayangkan berapa
banyak tes tambahan yg harus gw hadapi untuk nilai selama 2 semester. tapi
beruntung gw nggak sendiri, ada lucky yg juga sama-sama mengikuti tes
tambahan ini.
di saat murid lain pulang, gw menemui guru untuk tes tambahan. setelah itu gw
ke tempat les. begitu hampir setiap harinya. dan otomatis frekuensi gw bertemu
tiie juga menurun drastis. tapi toh beruntung gw punya pacar tiie, dia sangat
mengerti dengan ini.
lagipula tiie juga sibuk mengikuti pengayaan atau jam tambahan setelah jam
pulang sekolahnya. gw tau tiie juga sedang bersiap-siap menghadapi ujian
nasional akhir Mei nanti. sekolah gw juga sebenarnya mengadakan jam
tambahan, tapi berbeda dengan sekolah tiie yg jam tambahannya siang hari, di
sekolah gw jam tambahan diadakan pagi hari sebelum jam belajar. kalau dulu
gw masuk jam 7 pagi, sekarang gw dan kelas 3 yg lain mulai belajar jam 6 pagi.
tapi itu tidak setiap hari karena yg ditambahkan hanya materi 3 pelajaran yg di
uji kan.
gw cuma punya 1 hari libur, dan bahkan nyaris tidak ada karena kadang gw ikut
les tambahan, diskusi kelompok belajar bareng teman sekolah, atau sekedar
belajar sendiri di rumah. benar-benar gw nyaris mati dalam kesibukan.!
nama-nama peserta ujian beserta denah ruangan untuk ujian sudah terpampang
di sebuah papan di depan Ruang Guru. gw mengecek nama gw ada di Ruang
035. iseng-iseng gw juga melihat nama-nama yg lain.
dan saat itulah gw sadar bahwa momen terberat dalam sekolah akan gw hadapi
kurang dari 3 hari lagi......
PART 8
*teeeet*
sepersekian detik setelah bel berbunyi seisi ruangan bergemuruh. beberapa dari
kami bahkan berteriak senang. petugas pengawas ruangan hanya geleng kepala
sebelum akhirnya pergi.
hari ini adalah hari terakhir kami ujian nasional. sudah 3 hari ini kami berkutat
dengan soal. ketakutan akan ujian yg selama ini memenuhi otak gw sekejap
sirna.
ternyata kalau mau dibilang bobrok, negeri ini memang benar-benar bobrok!
mari kita tengok fakta-fakta yg gw alami ketika ujian nasional 3 hari terakhir ini.
jam dimulainya ujian adalah jam 8 pagi, tapi satu jam sebelumnya--setiap hari
selama ujian--gw rutin menerima sms dari ade, teman magang sewaktu di
jakarta. dia mengirimkan pesan berisi kunci jawaban lengkap dari soal pertama
sampai terakhir!
tapi gw tidak langsung percaya begitu saja, gw harus cek dengan soalnya. dan
ketika di ruangan ujian gw sibuk mencocokkan jawaban dari ade, salah satu guru
dari jurusan kami yg seharusnya tidak ada di sekitar ruangan, menghampiri
salah satu jendela ruangan kami dari luar. dia mengetuknya, memanggil sutrisno
teman gw yg duduk di sisi jendela tersebut.
awalnya kami semua kaget. begitu jendela dibuka, guru kami menyerahkan dua
lembar kertas HVS putih. jelas saja gw dan yg lain pastinya, bertanya-tanya apa
maksudnya.
"ini jawaban untuk soal tipe A dan ini untuk soal tipe B," suara guru kami pelan
tapi cukup keras untuk didengar seisi ruangan, termasuk dua orang pengawas
ujian dari departemen pendidikan nasional.
Salah satu dari mereka berdiri. tadinya gw kira dia akan marah melihat kami
diberi contekan, tapi ternyata si pengawas malah membalas senyuman dari guru
kami sebelum dia pergi lagi.
"ingat, jangan berisik." cuma itu komentar dari si pengawas, kemudian ia duduk
lagi.
kertas digilir ke semua siswa sesuai tipe soal yg mereka dapat. dan saat gw coba
bandingkan bocoran dari ade dengan contekan dari guru, hasilnya 95% sama!
begitulah yg terjadi selama 3 hari ini.
gw tertawa dalam hati. pendidik macam apa mereka-mereka ini ?? kalau saja gw
tahu akan seperti ini, gw nggak akan bersusah payah mengikuti les dan jam
tambahan. gw tinggal hadir dan menunggu 'masukan' dari guru.
"gw bilang juga apa kan, kita pasti dibantu guru," kata lucky ketika kami keluar
ruangan. gw perhatikan ekspresi semua murid di hari terakhir ini begitu ceria.
"rizd, ayo ikutan pesta!" agung berteriak dari kerumunan murid yg mencoret-
coret seragam dengan pilox.
'bip bip'
hp gw berbunyi. sms dari tiie. gw ingat siang ini kami janji ketemuan setelah
sekitar 1 bulan disibukkan persiapan ujian.
"gw duluan ya bro," gw pamit pada lucky.
tiie adalah sosok yg sempurna buat gw. dia sangat terbuka. dia menanyakan
soal hubungan gw dengan mantan-mantan gw. gw cerita apa adanya. dan
sebelum ini tiie juga memang pernah menceritakan soal mantannya, jadi seperti
tukar cerita diantara kami.
yg gw tahu dari cerita tiie, mantan tiie adalah siswa sekolah gw juga.
seangkatan, tapi tidak satu jurusan. namanya Eka. tapi gw belum pernah lihat
dan tahu seperti apa persisnya Eka, karena kami memang tidak saling
mengenal. gw cuma pernah lihat namanya di papan pengumuman waktu gw
mengecek pembagian ruangan ujian minggu kemarin. gw ingat eka ada di Ruang
021 untuk jurusan bangunan. tapi gw sendiri tidak pernah mempermasalahkan
lebih jauh soal eka pada tiie. toh mereka sudah putus.
"kenapa?" gw heran.
"gw cuma mau liat bener nggak lobet?" kata gw mulai berpikiran aneh.
gw jadi mulai curiga. dan saat itu gw baru sadar, sejak pertama jadian tiie
memang tidak pernah mau meminjamkan hp nya ke gw. pasti ada saja
alasannya untuk menolak menyerahkan hp nya ke gw.
ada apa sih sebenarnya?? gw bertanya-tanya dalam hati.
PART 9
emosi gw mendidih nyaris melonjak keluar dari ubun-ubun.
"password nya berapa??" gw tanya sekali lagi tapi tetap tidak dijawab. emosi gw
makin memuncak.
oke, gw bisa pecahin kode ini sendiri, gw membatin dalam hati. lalu dengan jari-
jari yg bergetar gw menekan keypad hp. pertama gw coba tanggal lahir tiie,
gagal. saat gw coba tanggal lahir gw juga gagal.
"kalo password nya bukan tanggal jadian, tiie pasti memang nyembunyiin
sesuatu dari gw" setan kecil berbisik di telinga gw.
dan entah setan mana yg berbisik, gw ingat waktu mengecek nama peserta
ujian, gw melihat nama eka mantan tiie. di sana juga tertera tanggal lahir
peserta ujian. meski hati gw memberontak, otak gw coba mengingat angka yg
tertera di kolom tanggal lahir eka.
2-7-0-4-1-9-8-9............
BERHASIL !!!!
tentu saja jawabannya adalah gw salah besar ! sekuat apapun gw berontak, toh
gw tidak bisa menutupi kenyataan bahwa di dalam inbox hp tiie terdapat banyak
pesan dari nomor yg diberi nama Eka_sAyan9, dan nomor gw cuma punya nama
'harizt'. yg lebih miris, pesan gw cuma ada beberapa saja, padahal hampir setiap
saat gw kirim sms ke tiie ! tapi yg gw lihat justru sms dari eka lah yg
mendominasi.
isi pesannya pun nggak kalah mesra seperti gw sms ke tiie. kata 'sayang' dan
'cinta' akrab ditemui di sms yg gw baca.
dalam hati gw ingin sekali berteriak ! menyumpahi kebodohan gw selama ini !
otak gw samasekali nggak mampu berpikir jernih.
dengan ragu tiie memungut hp dan memasukkannya ke tas. jujur aja, saat itu gw
sebenarnya ingin sekali membanting hp tiie sampai pecah berkeping-keping lalu
berteriak di depan wajahnya biar dia tahu yg gw rasakan sekarang.
napas gw mendadak sesak. kepala pening terasa panas. nggak ada sepatah pun
kata yg sanggup gw ucapkan.
"maafin gw rizd," kata tiie akhirnya setelah lama kami terdiam. "sekarang lo tau
kan alasan gw nggak mau minjemin hp ke lo?"
gw nggak menjawab.
tanpa terasa airmata gw meleleh juga, saking sakit hatinya gw. buru-buru gw
menyeka nya.
"gw nggak nyangka lo tega giniin gw," walau berat akhirnya gw bicara.
"habisnya selama satu bulan terakhir ini kan kita jarang contact," tiie menjawab
dengan muka tertunduk. "lo jarang sms, jarang nelepon..cuma eka yg ngasih
support gw selama ujian ini. dia yg tiap pagi kirim sms nyemangatin gw."
"ooh jadi gitu.....disaat gw sibuk demi sekolah, lo mulai berpaling sama mantan
lo?! asal lo tau, alasan lo tadi itu klasik banget!"
"tapi gw kek gitu di sms doang rizd..gw samasekali nggak ada rasa."
"itu kan panggilan di sms doank....dia yg duluan manggil kek gitu, gw sih cuma
ngikut aja. abisnya nggak enak kan kalo nggak bales sms, dikira sombong.."
gw terdiam. emosi gw sedikit menurun, tapi belum bisa menjernihkan otak dan
pikiran gw. berkali-kali gw coba menarik napas, tetap terasa sesak.
"oke," kata gw. suara gw bergetar. "sekarang gw pengen tau kenapa password
sms lo tanggal lahirnya eka?"
tiie diam.
"lo masih sayang kan sama eka??" gw mencecar tiie dengan pertanyaan yg gw
yakin akan jadi kunci permasalahan ini.
masih diam..
"nggak bisa jawab kan?" kata gw sinis. gw berdiri lalu beranjak pergi
meninggalkan tiie yg masih terduduk di tempatnya...
PART 10
perlahan gw sadar bahwa rasa sayang gw ke tiie lebih besar dari ketidakrelaan
gw dikhianati dia. seiring berlalunya hari, gw mulai memaafkan tiie. mungkin tiie
benar bahwa mereka tidak pernah bertemu. mungkin mereka seperti itu di sms
saja.
dan dengan tekad itulah gw pacu sepeda motor milik kakak gw menuju rumah
tiie. disana gw disambut dengan baik oleh lee, adik perempuan tiie yg saat itu
duduk di kelas 6 sd.
"kata siapa?"
"kata kakaknya, tadi bilang gitu ke lee," kata lee yg sedetik kemudian menyadari
omongannya.
gw nyengir lebar.
"iya gitu," lee terpaksa mengaku. "tadi pas kak harrizd dateng, kakak tuh lagi
nonton tivi. terus buru-buru masuk kamer, nyuruh lee bilang kek tadi."
gw tersenyum senang.
"sekarang tolong 'bangunin' kak tiie dong.." kata gw. "bilang aja kakak mau
ngobrol gitu."
dengan mendengus pelan lee beranjak dari ruang tamu menuju kamar tiie. gw
perhatikan rumah sedang sepi, bokap tiie pasti lagi di karawang. nyokapnya
mungkin lagi ngerumpi sama tetangga di luar. makanya gw berjalan mengikuti
lee dari belakang.
"kak," lee mengetuk pintu sebuah kamar. dia belum sadar gw ada di
belakangnya. "ada cowok kakak tuh! maksa minta ketemu."
gw berdiri menatap pintu kamar berwarna cokelat itu. gw ragu buat mengetuk
pintu. tiie bakal marah nggak ya kalau tahu gw ada di depan kamarnya?
"cepetan ketuk aja pintunya!" lee berseru pelan dari kursi tamu. "cemen ah."
"ada mamah," kata lee menunjuk jendela samping rumah. dari sana tampak
seorang wanita paro baya masuk ke rumah lewat pintu samping. "bahaya kalo
ketahuan, entar lee dimarahin bawa cowok masuk."
lee berbisik di telinga ibunya. entah cuma perasaan gw atau bukan tapi
sepertinya ekspresi wajah ibunya kurang bersahabat.
"kayaknya tiie lagi tidur. kesini lagi aja nanti, besok atau lusa."
"waduh, tapi saya ada perlu penting bu." gw nyengir pait. "tolong bangunin tiie
nya dong bu.."
ibu tiie diam sebentar lalu beranjak ke kamar tiie. sedetik kemudian ia sudah
menggedor-gedor memanggil nama tiie. cukup lama sampai akhirnya gw lihat
pintu terbuka dan sosok tiie muncul dari dalam kamar.
mereka bicara sebentar lalu ibu pergi lagi keluar rumah. sepertinya masih tetap
dengan ekspresi ketidaksukaannya ke gw. tiie menatap gw dengan tajam,
tatapan yg tidak biasanya.
lalu akhirnya dia berjalan menuju tempat gw. dia memasang wajah kusut. duduk
di kursi seberang gw, menyuruh lee pergi, lalu berkata.
"mau ngapain lagi?" katanya sebal.
"kok ngomongnya gitu sih?" gw mencoba cairkan suasana. "gw masih cowok lo,
tiie."
"oh ya?" jawab tiie tanpa menatap gw. "bukannya kemaren lo udah marah-
marah dan ninggalin gw sendirian?"
"gw sayang banget sama lo, tiie. itu yg bikin gw kesini sekarang. gw tanya, lo
sayang nggak sama gw?"
"oke, oke. gw minta maaf soal kemarin. kita baikan yaa? gw nggak mau
kehilangan lo." gw menggenggam tangan tiie.
"gw lagi nggak mood," katanya. "kita ngomonginnya besok aja deh." gw meraih
tangan tiie kemudian menggenggamnya. tapi tiie segera menarik tangannya.
"gw lagi nggak mood," katanya lalu berdiri. "kita ngomonginnya besok lagi aja."
lalu tiie berlalu ke kamar dan menutup pintu cukup keras.
PART 11
"wey bro," lucky menepuk bahu gw. "lo dipanggil pak suara tuh di ruang guru."
"mau disuruh ngapain lagi? kan nilai udah terisi semua?" gw bangun dari duduk.
"tau tuh gw juga bingung sama wali kelas kita yg satu ini."
"gw cabut dulu bro," kata gw pamit pada agung dan teguh yg masih duduk di
bangku taman. lucky menemani gw ke ruang guru.
"misi pak, tadi katanya bapak nyari saya?" kata gw pada pak suara yg seperti
sedang mencari sesuatu di mejanya. lucky berdiri di belakang gw.
"eh, iya, ini min." jawab pak suara tanpa menoleh ke arah gw. "daftar nilai kamu,
udah kamu kasih belum ya ke saya? soalnya di meja saya kok nggak ada?"
"masa sih pak?" gw terkejut. "kemaren kan udah saya serahkan ke bapak,
bareng sama punya lucky juga. iya kan luck?" gw menoleh ke lucky mencari
dukungan. lucky mengiyakan.
"coba cari lagi pak, kali aja nyelip di dalem file lain" lucky memberi saran.
"memang kamu nggak liat sekarang saya lagi ngapain?" kata pak suara sedikit
meninggi. "kamu murid berani nyuruh guru ya?"
"kamu kalo dibilangin ngeyel ya? bukannya bantuin, saya lagi sibuk nyari daftar
nilai nya si amin nih!"
gw terkejut lagi.
"tunggu dulu pak," kata gw. "yg bapak cari daftar nilai siapa?"
"si amin temen kamu itu, masa nggak kenal? nur amin syaifulloh."
"yaelah....saya harrizd pak, bukan amin. kalo bapak emang ada perlu sama
amin, nanti saya panggilin deh dia lagi di kantin."
lucky baru saja mau mengatakan sesuatu, tapi gw langsung menariknya keluar
ruangan.
"iya pak, nanti saya panggil amin suruh menghadap bapak," kata gw sebelum
pergi.
di luar lucky ngotot meyakinkan gw bahwa dia mendengar tadi wali kelas
menyuruhnya memanggil 'harrizd' bukan 'amin'. dan akhirnya kami asyik
menjelek-jelekkan wali kelas kami yg payah itu. tapi kami baru bertemu amin
pada jam terakhir, jadi gw pikir percuma memberitahukannya.
"kita ngenet dulu yuk," kata lucky setelah bubaran. kami menuju tempat parkir
murid.
gw mengangguk.
"okelah gw ikut, sekalian kenalin dong. gw pengen tau kek apa sih cewek yg
sering lo ceritain itu?"
setelah menunggu setengah jam akhirnya tiie muncul juga di gerbang. dia
berjalan bareng teman-teman ceweknya. gw berjalan mendekat bermaksud
menyambutnya. gw berdiri di depan gang sementara lucky tetap di depan toko.
biar nanti gw kenalkan mereka.
tapi lo tau apa yg terjadi? tiie seolah nggak melihat keberadaan gw, dia berlalu
begitu saja padahal tadi kami sempat bertatap muka! gw menoleh ke arah lucky
yg juga nampak bingung.
tiie memang berhenti, tapi cuma sebentar. dia menepis tangan gw lalu
melanjutkan berjalan lagi. teman-temannya sempat melihat gw lalu mereka
saling berbisik.
gw hampiri lagi tiie. tapi tiie yg sempat melihat gw mendekat, langsung masuk
ke sebuah angkot kemudian angkot itu pergi dengan tiie ada di dalamnya.
gw berlari ke tempat motor diparkir. lucky yg keheranan menghampiri gw.
"itu tadi cewek lo rizd?" tanyanya. "kok dia gitu banget ke elo??" lucky duduk di
jok belakang.
"sory, entar gw ceritain deh. sekarang kita harus ngejar angkot tadi. gw udah
hafal plat nomornya."
"ada apa lagi sih tiie??" gw membatin. ingin rasanya menabrakkan diri ke
trotoar, tapi gw ingat di belakang gw ada lucky.
"bro, tolong lo bawa motor gw," kata gw. "gw mau ikut angkot itu. lo ikutin dari
belakang aja angkot yg gw naiki, oke?"
lucky mengangguk setuju. lalu gw berdiri di pinggir jalan itu, menunggu angkot
tadi menghampiri gw lalu gw pun masuk.
"ngapain sih lo ngikutin gw terus??" kata tiie gusar ketika kami turun dari
angkot. kami turun di depan sebuah pusat perbelanjaan. gw tau dari tempat ini
tiie akan berganti angkot menuju rumahnya.
gw sudah hilang kesabaran. kalau saja saat itu ada cermin, gw yakin cerminnya
bakal pecah memantulkan wajah gw yg memerah dipenuhi darah yg mendidih di
ubun-ubun.
"lo pikir sapa elo??" gw berteriak menarik perhatian orang-orang di sekitar gw.
"kan lo yg salah? kok jadi gw yg ngemis-ngemis minta maaf gini!"
"eh, siapa juga yg nyuruh lo ngemis maaf ke gw!" tiie membalas lagi. "gw nggak
butuh kata maaf dari lo!!"
jelegerr !
gw seperti disambar petir mendengar kata-kata yg diucapkan tiie barusan. emosi
yg tadi memuncak tiba-tiba hilang. nafas gw terasa sangat sesak.
nafas gw makin sesak. gw nggak pernah menduga kalau jadinya akan seperti ini.
gw pikir kemarin tiie akan membicarakan soal kata 'damai'. tapi ternyata gw
salah besar !
"lo juga perlu tau rizd," kata tiie lagi. "sampe kapanpun gw nggak akan pernah
dapetin yg gw mau dari lo."
"ayo kita pulang bro," kata lucky. "nggak enak sama orang-orang di sini pada
ngeliatin tuh."
gw lumayan terhibur ada teman saat gw sedih seperti ini. gw benar-benar nggak
habis pikir akan begini jadinya.
malam itu gw duduk merenung di samping tempat tidur di kamer gw. gw ambil
hp lalu mulai menghapus pesan-pesan masuk dari tiie. terakhir gw hapus
nomornya dari daftar kontak di hp gw.
gw harus bisa lupain tiie, kata gw dalam hati. gw nggak mau terus-terusan
begini. gw bergegas ke lemari, mencabut foto-foto gw bersama tiie yg gw tempel
di pintu lemari, lalu memasukkannya ke laci dan gw kunci rapat-rapat. kuncinya
gw sembunyikan di bawah tumpukan baju.
saat itulah hp gw berbunyi. sms dari chosar, teman gw biasa ngeband. maaf
kalau gw lupa cerita, sebelum berangkat magang ke jakarta gw pernah punya
sebuah band yg anggotanya teman sekolah gw. tapi sejak gw di jakarta sampai
sekarang kami belum pernah main lagi.
dan chosar, malam itu mengajak gw main di studio rental langganan kami. tidak
mau terus larut dalam sedih, gw tarik gas motor gw menuju studio. beruntung
sekali malam ini gw masih punya sesuatu yg membahagiakan.
di studio sudah ada teguh, agung dan chosar. mereka duduk di ruang tunggu
studio.
"maksud lo?"
"sebenernya yg ngajakin maen malem ini bukan gw, tapi temen gw."
"bukannya dari dulu band kita cuma berempat yaa?" kata gw.
"iya. tapi temen gw juga anak band, dia udah lama nggak maen juga. malem ini
dia mau maen tapi temen-temennya lagi pada sibuk. bentar lagi dia dateng
katanya sekarang lagi di jalan."
meski saat itu studio sedang sepi penyewa, kami menunggu teman chosar. dan
akhirnya setelah sepuluh menit menunggu terdengar mesin motor masuk di
depan studio.
"oh, bukan. gw finny. nih yg namanya ruly," dia menunjuk seorang cowok yg
juga menenteng helm, yg muncul di belakangnya.
PART 13
gw sudah bertekad melupakan tiie. sudah cukup tiie membuat luka di hati gw.
gw nggak mau dibohongi lagi.
tapi sebagian hati gw, yg masih dipenuhi rasa sayang, berbanding terbalik
dengan luka yg menohok hati. gw terperanjat senang ketika layar hp gw
menampilkan nomor tiie memanggil. nama tiie memang sudah dihapus dari
daftar kontak tapi toh nomornya masih menempel di kepala gw.
sudah empat hari berlalu sejak pertengkaran di pinggir jalan itu ketika tiie
menelepon. gw terdiam bingung menjawab atau mengabaikannya. tiga kali tiie
memanggil sebelum akhirnya dia mengirim sebuah pesan.
'kok nggak diangkat sih? btw RBT lo buat gw ya? ya udah kalo lo emang gk mau
lagi gw ada di hidup lo, gw nggak akan ganggu lo lagi.' begitu bunyi pesan dari
tiie.
tiga hari yg lalu gw memasang ringbacktone di nomor gw, lagu milik Kertas
berjudul Selamat Tinggal Kekasih Terbaik. dari judulnya saja gw yakin lo pasti
paham isi dan lirik lagunya.
'sorry gw tadi lagi tidur siang. kok lo ngomong gitu? gw pasang lagu itu coz
ngikutin tren aja, kan lagu itu lagi tenar sekarang.'
tekad gw untuk membuang tiie dari kehidupan gw, yg tiga hari terakhir ini gw
pupuk dalam hati, nyatanya bukan sebuah kebulatan hati. perlahan tapi pasti
harapan gw kepada tiie mulai tumbuh lagi seiring pesan yg masuk di hp gw dan
jawaban yg gw kirim ke nomornya. harapan itu tumbuh menjamur di sebagian
hati gw yg menolaknya, hingga kini sudah benar-benar tertutup jamur bernama
harapan.
dan berawal dari saling berbalas pesan itulah yg akhirnya membawa gw duduk
di kursi kafe tempat gw pertama bertemu tiie. di depan gw ada tiie sedang
duduk manis seperti biasanya. dan di sisi lain meja kami, ada seorang lelaki
seumuran gw. fisiknya lumayan berisi, berkulit agak gelap, berambut cepak dan
mengenakan sebuah kacamata berbingkai hitam. dia adalah Eka, mantan tiie. ini
kali pertama gw bertatap muka dengan orang yg sudah begitu merusak
keharmonisan gw dan tiie.
"oke rizd, seperti yg gw bilang di sms kemarin, hari ini gw mau menjelaskan
semuanya ke elo." kata tiie, samasekali tidak nampak di raut wajahnya rasa
bersalah.
"dan sekarang," lanjut tiie. "gw menghadirkan eka di hadapan kita, biar
semuanya jelas sejelas-jelasnya."
"pertama, soal password di inbox hp gw. gw memang memakai tanggal lahir eka
sebagai password, tapi itu saat kami masih jadian. gw nggak pernah pake
password itu sejak gw sama elo, tapi gw nggak menggantinya. password itu
cuma non aktif, gw yakin lo paham soal ini. dan setelah gw tanya ke ade gw,
ternyata dia yg mengaktifkan lagi password itu."
"soal sms eka, gw udah ceritain ke elo waktu kita ribut kemaren. dan lo bisa
tanya langsung ke orangnya."
"biar gw yg jelasin," tiie menyela menenangkan suasana. "jadi gini rizd, waktu
gw nembak lo, sebenernya pagi itu gw baru putus sama eka. gw sedih, gw
nembak lo sebagai penghilang kesedihan gw."
"oke, gw akuin gw bohong." kata tiie. "gw cuma takut lo nolak gw, kalo lo tau gw
baru putus sama cowok gw. tapi terlepas dari itu, lo udah bisa bikin gw
ngelupain eka dan bikin gw bener-bener sayang sama lo rizd, bukan sekedar
pelarian."
"apa-apaan nih?"eka berontak. "lo bilang di sms kalo lo masih sayang sama gw!"
"itu cuma sms ka! gw nggak enak aja sama lo, coz gw tau lo masih ngarep ke
gw." tiie memandang gw. "toh akhirnya gw juga harus memilih kan? dan gw
memilih harrizd yg nyata ada di depan gw, bukan lo, yg cuma ada dalam hati gw.
lo emang ada di hati gw ka, tapi lo cuma bagian masa lalu gw ka!"
"gw malu sama diri gw sendiri." lanjutnya. "gw malu sama elo."
gw masih bisa melihat tubuhnya yg bergetar. jujur saja saat itu gw merasa iba.
gw memang mudah luluh. hati gw terlalu lembut untuk tetap menahan rasa
marah dan kecewa pada tiie.
"gw kan udah bilang kalo gw sama dia cuma berhubungan lewat sms. nggak
lebih. gw tau lo sayang banget sama gw. gw harap lo masih mau nerima gw lagi
jadi cewek lo....."
dan selanjutnya bisa ditebak. kami melanjutkan hubungan kami dengan cukup
baik. walaupun kadang ada kecurigaan yg melintas di pikiran gw, gw berusaha
meyakinkan diri dengan yg gw jalani sekarang.
sementara itu karir kami di sekolah sudah hampir mendekati akhir saat
memasuki bulan juli. beberapa perlu dilengkapi dalam hal administrasi, dan kami
tinggal menunggu pembagian ijazah.
dalam 'masa-masa bebas belajar' itu kami lebih sering bertemu dan
menghabiskan waktu bersama. kami belum pernah membicarakan hubungan
kami setelah resmi lulus nanti, makanya gw agak terkejut saat wali kelas gw
memanggil gw ke ruangannya untuk membicarakan kelanjutan program magang
di jakarta yg pernah gw ikuti kemarin.
"kami mendapat email dari perusahaan tempat kamu magang dulu," kata pak
suara. "mereka meminta kamu menjadi karyawan mereka. kamu setuju rizd?"
gw diam. yg gw pikirkan saat itu adalah berarti gw akan meninggalkan lagi kota
ini, dan itu juga artinya meninggalkan tiie!
"eh, ng..anu pak, saya diberi kesempatan berpikir dulu nggak?" kata gw grogi.
"ya nanti dulu dong, kita kan belum selesai ngomong.." pak suara geleng kepala.
"kamu itu seperti tidak pernah diajari sopan santun saja."
dan setelah sepuluh menit lebih out of topic (begitulah kalau guru ngomel),
akhirnya pembicaraan kembali lagi ke soal tawaran pekerjaan.
"kalau kamu terima tawaran ini, kamu nanti mulai bekerja di jakarta akhir bulan
ini." lanjut wali kelas gw. "kamu akan berangkat bersama teman-teman kamu yg
nanti lolos tes seleksi untuk jadi karyawan di sana."
"seharusnya kamu bangga rizd, sementara yg lain harus melewati tes, kamu
sudah diterima di sana. tinggal sign contract saja," kata teguh berkomentar
setelah gw menceritakan panjang lebar pembicaraan gw dengan wali kelas.
"gimana, gw tadi mirip kan?" teguh tertawa. teman gw yg satu ini memang
punya bakat meniru gaya bicara guru di sekolah.
siang itu seperti biasa gw, lucky, teguh dan agung nongkrong di halte. gw dan
teguh memang bawa motor, tapi karena sudah kebiasaan maka kami harus
'ritual' nongkrong di halte.
"berarti lo balik kampung lagi donk ya?" agung berkomentar. "eh, kalo lucky
gimana? dipanggil lagi nggak?"
"gw juga dapet tawaran, tapi gw tolak coz gw nggak begitu tertarik gawe di
pabrik kek gitu," jawab lucky.
"bagaimanapun jalannya, saya berdoa semoga kita semua kelak bakal sukses,"
kata teguh.
PART 15
siang itu gw janji bertemu tiie di tempat biasa. di bawah sebuah pohon di tepi
danau kecil berwarna hijau.
gw janji bertemu jam 2 siang, tapi kali ini gw sengaja datang lebih akhir. gw
sudah hafal, sejak pertama bertemu, tiie selalu datang melewati jam yg
dijanjikan. entah kenapa siang ini gw ingin jadi 'yg terlambat'.
"hay sayang," gw duduk di sebelah tiie yg sedang asyik mendengarkan lagu dari
i-pod nya.
"lo terlambat sepuluh menit duapuluh tiga detik," katanya melihat arloji hitam di
tangannya.
"ahh, baru juga sekali ini gw dateng terlambat..biasanya juga kan elo yg selalu
telat?"
tiie nyengir.
"sekali-kali gw pengen on time dong."
suasana di sana sangat teduh meskipun sebenarnya matahari siang ini lumayan
terik. mungkin karena banyaknya pepohonan di sekitar jadi banyak oksigen di
sana, kalau tidak salah begitu kata guru SD gw.
tiie menggeleng.
"kalo iya kenapa??" tiie tertawa. "bukan itu. lo nggak perlu bolak-balik ke sini
buat ketemu gw. soalnya gw juga nggak ada disini."
gw kernyitkan dahi.
gw terdiam sejenak.
tiie menggeleng.
"kok bisa? bukannya kita sama-sama belum menerima ijazah? ntar yg ngambil
ijazah lo siapa?"
"itu udah gw obrolin sama bokap gw. kemaren bokap dateng dan gw ngobrol
banyak sama bokap. soal ijazah, ntar gw balik pas pembagian ijazah. satu hari
doang karena besoknya gw cabut lagi ke karawang."
"cepat atau lambat nggak ada bedanya kan? toh pada akhirnya gw bakal pergi
juga.."
kami terdiam. suasana siang itu begitu sejuk. bahkan tanpa angin pun kami
cukup merasa nyaman. tapi toh tetap saja hati gw nggak senyaman biasanya.
"kalo boleh jujur, gw sebenernya nggak begitu yakin dengan hubungan long
distance," kata tiie. "akan lebih sulit buat kita menjaga kepercayaan masing-
masing."
"gw juga baru pertama ini long distance. tapi justru itu tantangannya kan?
dibikin asyik aja lagi."
gw berpikir sejenak.
"kalo boleh tau, seberapa yakin lo dengan hubungan jarak jauh ini?"
tiie menggeleng.
"gw belum bisa bayangin itu. gw nggak yakin kita akan bertahan."
"jangan ngomong gitu ah. gw aja yakin kita pasti bisa, lo juga harus yakin dong.
ini yg mendasari berhasil atau enggak nya seseorang dalam menjalani hubungan
jarak jauh, di samping kepercayaan juga pastinya."
"gini deh, ikutin gw." gw menyodorkan jari kelingking tangan kanan gw. sejenak
tiie tidak mengerti, tapi kemudian ia mengaitkan jari kelingkingnya ke jari gw.
jari kami saling bertautan sekarang.
"gw mau kita sama-sama berjanji," kata gw lagi. tiie tersenyum menyadari ini.
"lo ikutin kata-kata gw ya."
gw menarik napas.
"sama, gw juga janji enggak akan bohong. dan gw janji akan menepati janji gw
ke elo.."
kedua mata kami saling bertatapan. gw bisa lihat dari sorot matanya, tiie lebih
tegar sekarang. ada secercah keyakinan dalam dirinya, gw tau itu.
kami berdiri lalu saling berpelukan. sore itu kami sangat menikmati
kebersamaan kami. kami sama-sama tahu, jarak bukanlah akhir segalanya. kami
harus bisa melewatinya.
bulan juli jadi bulan yg menyedihkan buat gw. bulan juli adalah bulan perpisahan
gw dengan orang-orang terdekat gw. setelah tiie, kini gw harus berpisah dengan
teman-teman gw di sekolah. walau tidak semua adalah sahabat dekat gw, tetap
saja ada segelintir kesedihan melihat kami berpelukan dan saling mendoakan
kesuksesan yg lain. bahkan orang yg menurut gw paling menyebalkan di kelas
pun menangis memeluk gw.
seisi ruangan larut dalam haru, walaupun ada beberapa yg berceloteh membuat
lelucon sekedar mencairkan suasana.
hari ini adalah hari terakhir kami di sekolah. hari ini adalah hari pelepasan
alumni yg baru saja lulus. dengan berpakaian putih hitam lengkap dengan dasi
hitamnya, kami menghadiri acara pelepasan di aula sekolah. sebuah panggung
megah berdiri di sisi aula. hiburan pentas seni dipersembahkan untuk kami yg
sesaat lagi resmi meninggalkan sekolah. tapi toh tetap saja tidak mengurangi
intensitas kehilangan dalam diri kami.
tapi gw selalu menghibur diri gw bahwa ini adalah step yg harus gw lalui untuk
sebuah kesuksesan yg menanti kami di depan sana. perpisahan hari ini adalah
pintu menuju apa yg dikatakan guru kami merupakan masa depan. masa depan
yg harus dibangun oleh kami sendiri. dan kami akan mulai membangun fondasi
masa depan kami mulai hari ini. maka sudah selayaknya doa dari sahabat
menjadi penguat fondasi itu.
"good luck bro," kata teguh menyalami gw. "jangan lupa kalo lebaran balik, kita
kumpul lagi."
gw tersenyum. teguh adalah salahsatu teman terbaik gw. setelah ini dia akan
bekerja di luar pulau jawa. kami yg biasanya selalu bersama dalam masa-masa
sekolah, kini akan menentukan jalan kami masing-masing. gw tahu kami masih
bisa bertemu lagi dalam momen-momen tertentu, tapi gw yakin kalian setuju
bahwa rasanya akan beda sekali dengan pertemuan saat-saat di sekolah.
"kapan lo ke batam?" tanya gw. saat itu acara pelepasan sudah selesai. di aula
tinggal tersisa beberapa murid dan guru serta petugas yg membenahi
panggung. gw, lucky, teguh dan agung berjalan keluar menuju halte.
"hari minggu ini gw cabut," jawab teguh. gw bisa mendengar nada suaranya
tidak seceria biasanya.
"wah kalian bertiga enak, udah punya planning yg pasti mau ke mana setelah
ini." kata agung berkomentar. "nah gw masih belum tau mau kemana gw."
"lo ikut gw aja deh mau nggak?" kata teguh. agung sudah sumringah ketika
teguh melanjutkan, "lo jadi tukang pel di kapal ferry yg gw pake entar."
kami tertawa.
"ada bro," lanjut agung. "bantuin ultraman ngelawan monster beruang raksasa!"
sesampainya di halte kami bertemu chosar. dia memang beda jurusan dengan
kami berempat, gw ketemu dia cuma waktu kumpul bareng sebagai band.
chosar adalah teman sekelas agung saat SMP, dari situlah kami kenal dia dan
iseng membentuk band bernama 'fiktiv'. sesuai namanya, band ini cuma fiktif
belaka, dalam artian cuma sekedar iseng kalau kami sedang bosan dengan
aktivitas sekolah. tapi walau begitu gw cukup menikmatinya.
"gw ke bandung minggu depan," kata chosar setelah kami ngobrol. "kuliah di
UPI."
gw menarik napas panjang. betapa kami akan benar-benar 'bercerai' hari ini.
kami punya jalan kami masing-masing yg harus dipilih dan itu merupakan
sebuah keharusan yg mutlak terjadi. kadang gw membayangkan suatu hari
nanti, setelah beberapa tahun tidak pernah bertemu, kami akan berkumpul lagi
dengan masing-masing kami menggendong anak dan didampingi seorang istri.
pasti akan aneh sekali rasanya jika membandingkannya dengan saat-saat
seperti ini. gw tersenyum sendiri membayangkan itu.
sekarang, saat gw ingat lagi momen seperti itu, ada semacam kerinduan yg
menelisik aliran darah gw. kerinduan pada sahabat terbaik.
dan siang ini, saat kami meninggalkan halte, masing-masing kami telah
membuka halaman pertama dari sebuah buku bernama kenangan yg suatu hari
nanti pasti menarik untuk diceritakan..
PART 17
gw kembali lagi ke jakarta. kali ini bukan lagi sebagai siswa magang, tapi benar-
benar sebagai seorang karyawan. dalam kerjaan sendiri gw ditempatkan di
posisi yg lumayan nyaman buat gw, mungkin karena gw udah pernah di sana
jadi pengetahuan gw sedikit lebih banyak dari yg lain. ada empatbelas orang,
termasuk gw, yg dinyatakan lulus tes dan akhirnya bekerja di pabrikan otomotif
produsen mobil yg cukup terkenal di negeri ini.
sudah 1 bulan gw di jakarta, dan selama itu gw dan tiie belum pernah bertemu
meski kami tetap keep contact. nggak bisa dipungkiri gw kangen ingin bertemu
tiie tapi karena belum menemukan waktu yg tepat maka kami belum sempat
bertemu lagi sejak terakhir bertemu menjelang keberangkatannya ke karawang.
dan yg paling gw nggak suka adalah tiie kembali lagi ke kebiasaannya yg dulu,
sering mematikan handphone saat ada masalah. ini sering membuat gw gusar
sampai nggak konsen dalam bekerja. kalau mau dihitung, intensitas
pertengkaran kami meningkat jika dibandingkan saat kami masih sama-sama
dalam satu wilayah.
gw belum pernah ke karawang. gw belum tahu seluk beluk kota ini. maka wajar
saja kalau gw datang terlambat dari waktu yg dijanjikan.
dengan bersusah payah akhirnya gw menemukan kampus tiie. sudah pukul lima
sore ketika gw tiba di depan gerbang kampusnya. dan setelah menunggu lima
menit akhirnya tiie datang ke tempat gw menunggu.
gw cukup surprize melihat tiie. kulitnya nampak lebih putih dari saat terakhir
kami bertemu. dan tentu saja yg paling mencolok adalah rambutnya yg skarang
makin panjang.
gw tipe cowok yg menyukai cewek berambut panjang. dan itu pernah gw
ungkapkan ke tiie.
"wah ada yg beda nih sama rambut lo," kata gw mengomentari rambutnya.
"kan menyesuaikan selera lo," tiie tersenyum. "tapi kek nya kalo lo nggak
banyak berubah deh, tetep aja jelek."
"beuh...pede banget lo," gw menepuk jidatnya. "ini bulan puasa, dilarang mikir
jorok."
gw tertawa. benar kan dugaan gw, setelah kami bertemu semua baik-baik saja.
gw pikir pertengkaran kami selama ini adalah karena kurangnya kami bertemu.
berbicara langsung selalu lebih baik dari sekedar sms atau telepon.
sore ini kami memutuskan buka puasa bareng di mall karawang. saat bulan
ramadhan seperti ini, pengelola mall biasanya menyediakan 'kafe terbuka' di
halaman depannya. meja dan kursi dipasang memenuhi halaman untuk tempat
orang menyantap menu berbuka yg tentu saja dijual di situ.
"btw kok kita lebih sering ribut ya akhir-akhir ini?" gw memulai pembicaraan
serius.
"elo sih curigaan mulu. kan kalo ribut tuh biasanya lo yg mulai gara-gara curiga
sama gw."
gw nyengir.
"oya, gw mau nanya nih. gw harap lo jawab jujur ya.." kata gw lagi.
sejenak gw berpikir.
PART 18
"rizd, gw tau lo masih belum percaya seratus persen sama gue" katanya tetap
tenang. "tolong kasih gw kesempatan ngebuktiin itu semua, bahwa eka udah
nggak ada di hidup gw. dan kalo elo nggak bisa ngasih kepercayaan itu ke gw,
rasanya nggak mungkin gw bisa ngeyakinin elo soal ini."
"dengerin gw ya rizd. eka adalah masa lalu gw, dan udah selayaknya masa lalu
itu nggak diungkit lagi." kata tiie melanjutkan. "elo yg sekarang ada di hidup gw.
elo ada buat hari ini, dan gw harap lo juga ada untuk besok, lusa dan seterusnya
di hari-hari gw. percaya gw ya?"
ada secercah ketulusan dalam mata tiie saat dia ucapkan itu, dan keterlaluan
sekali kalau gw masih juga belum percaya. gw anggukkan kepala. gw balas
menggenggam tangannya.
"lo pernah berpikir nggak sih, dengan siapa kelak lo ingin ditemani
menghabiskan masa tua lo?" tanya gw lagi.
"ehem..gini deh, lo pernah berpikir nggak sih buat ngelanjutin hubungan kita ke
jenjang yg lebih serius?" buru-buru gw lanjutkan lagi begitu melihat ekspresi tiie
terkejut mendengar pertanyaan gw, "yaa maksud gw gini lho, semua pasangan
pasti ingin hubungannya terus berlanjut kan? entah itu tunangan, atau langsung
married mungkin?"
"tiie, gw nganggep hubungan kita sekarang ini bukan cuma sekedar iseng-iseng
berhadiah tanpa kita tahu tujuan akhirnya." gw menggenggam tangan tiie lebih
erat. "dalam hati kecil gw, gw tau lo adalah yg terbaik yg pernah gw miliki. lo
sempurna di mata gw. lo udah lebih dari cukup buat gw tiie. gw pengen lo jadi yg
terakhir di hidup gw..."
tiie terdiam. gw yakin dia agak shock dengan yg gw katakan tadi. jangankan lo
tiie, gw sendiri juga nggak habis pikir gw berani mengatakan itu. tapi jujur, itulah
yg saat ini paling gw pengen lo tau tentang ini.
"thanx rizd, gw ngerasa tersanjung sekali.." muka tiie bersemu merah. "yg gw
pikirkan sekarang adalah gimana caranya kita ngejaga ini jangan sampe
semuanya berantakan nggak jelas. dan kalo boleh jujur, gw juga berharap
ending yg sama dengan yg lo pikirkan."
gw tersenyum lebar.
"kita sama-sama jaga kepercayaan ini ya," kata tiie lagi. "gw sayang lo rizd."
"gw juga sayang sama elo," gw berbisik di telinga kirinya. "sayaang banget."
wajah tiie kembali memerah. dia berusaha menahan senyumnya. dengan kedua
telapak tangannya dia mendorong wajah gw menjauh.
"udah ah, nggak enak tuh diliatin orang-orang. dikiranya kita lagi ngapain."
tiie mencibir.
"oke deh sekarang tinggal pilih." kata tiie. "seperti yg anda lihat, di belakang kita
adalah mall karawang yg baru saja kita singgahi. di arah jam 1 sana ada
ramayana, tempat yg lumayan asyik buat ngedate. atau ada satu tempat favorit
anak muda di sini, karawang theater. satu-satunya bioskop di sini." lanjut tiie
menirukan gaya bicara seorang guide.
tiie mendengus.
gw belagak berpikir.
"ke mana aja deh. kemanapun perginya, kalo sama elo pasti asyik."
"iya tapi mau kemana nih?" gw masih diseret mengikuti langkah tiie. "biarpun
sama elo, kalo tempat tujuannya makam sih ogah gw."
"ya udah deh kita nonton aja," kata gw berhenti di sisi jalan mau nyetop angkot.
"ngapain pake angkot? deket tuh, jalan kaki juga nyampe." tiie menunjuk sebuah
gedung di kejauhan.
"ampun dah, malem ini kok lo rewel banget tiie?? kek nya tadi kita salah pilih
menu ya."
dan sepanjang jalan itu kami meributkan hal-hal tidak penting yg bahkan
samasekali nggak ada hubungannya dengan kami. malam itu kami menonton
sebuah film komedi. saat kami keluar dari bioskop jam sudah menunjukkan
pukul sembilan malam. kami berjalan kaki kembali ke mall. dari sana kami akan
menggunakan angkot untuk pulang.
cahaya temaram dari lampu jalanan menemani setiap langkah kami. dipadukan
dg sinar bulan purnama malam ini menambah anggun kesan yg tercipta.
"malem ini karawang indah ya," kata gw. tiie menjawabnya dg sebuah senyum.
dia menggandeng erat tangan gw seolah tidak mau terlepas. gw pun demikian.
baru dua hari yg lalu bertemu dan keadaan tampak baik-baik saja, gw dan tiie
kembali terlibat sebuah pertengkaran. seperti biasa, penyebabnya sepele.
untuk diketahui, jam kuliah tiie adalah sore hari jam 3 sampai 8 an malam. di
jam-jam itulah gw yg baru balik kerja, biasanya sms an dengan tiie. tapi sore itu
setelah beberapa kali gw sms tiie tidak kunjung membalas.
sambil duduk istirahat di kamar, gw coba lagi sms. tetap tidak ada balasan,
padahal saat itu sudah jam setengah tujuh malam. biasanya jam segitu adalah
jam istirahat tiie. kami pasti sms an di jam ini.
gw yg mulai kesal akhirnya menelepon. baru dua kali terdengar nada tunggu,
panggilan gw direject. gw coba telepon lagi, kali ini cukup lama sebelum kembali
direject oleh tiie. beberapa kali gw telepon hasilnya sama.
gw yakin tiie pasti akan membalas kalau gw sms seperti itu. tapi gw tunggu
tetap saja hp gw membisu.
maunya apa sih??, gw berpikir dalam hati. kalo memang lagi sibuk kan apa
susahnya sih bales sekali aja bilang lagi sibuk gitu, biar gw nggak kesel..!
hampir tiap limabelas detik sekali gw mengecek hp gw tapi tetap sama hasilnya.
gw sudah bersiap tidur ketika masuk sebuah pesan dari tiie.
'sory tadi gw lupa bawa hp ke kampus. tadi kek nya yg mainin hp ini ade gw
soalnya pas gw tinggal hp ini lagi dicas'.
baru saja gw mau balas, masuk lagi satu pesan dari tiie. buru-buru gw batalkan
sms gw dan membuka pesan tiie.
'kenapa sih lo nggak pernah bisa percaya sama gw? padahal kemaren gw pikir
kita udah sepakat buat saling percaya. tapi lo selalu mempermasalahkan hal-hal
sepele kek gini ! gw cape tau diginiin terus ?!'
gw coba membalas dengan sms yg halus. lama gw tunggu belum ada balasan
dari tiie. ternyata firasat gw benar bahwa pesan tadi malah belum terkirim. saat
ini tiie pasti sedang mematikan hp nya karena saat gw telepon nggak pernah
nyambung.
gw semakin kesal. malam itu gw yg niatnya tidur awal supaya tidak telat sahur,
malah baru bisa tidur justru setelah makan sahur. dan sampai saat itu gw cek
lagi sms gw masih pending.
tidur selama 2 jam bukanlah pilihan ideal buat pekerja seperti gw. gw nyaris
teler di tempat kerja. selain ngantuk, gw juga masih belum tenang soal tiie. hari
ini gw bener-bener badmood kerja!
beberapa kali gw mencuri waktu sekedar memejamkan mata sebentar. baru kali
ini gw mengerti nikmatnya tidur. tapi tentu saja tidur saat jam kerja bukanlah
perbuatan yg baik. dilarang meniru atau memperbanyak adegan ini. ini hanya
efek dramatisasi yg dilakukan oleh profesional terlatih
'maafin gw ya soal semalem..tuhan aja mau memaafkan, masa lo susah amat sih
maafin gw?'
'gw bukan tuhan! jangan samain gw sama tuhan!?', ini sms balasan tiie.
saat itu juga kantuk gw seolah lenyap begitu saja. gw bener-bener kesal
sekarang. gw bermaksud menghapus sms tiie satu persatu dari inbox gw. dan
gw terkejut saat mendapati sms dari nomor asing tanpa nama kontak. sms itu
diterima jam setengah empat sore kemarin.
begini bunyinya, 'rizd ini tiie, gw pake hp temen. sory nih kek nya sore ini kita
nggak sms an dulu, gw lupa bawa hp soalnya. sory banget yaa...balik dari
kampus gw call lo deh. oke sayang? love you.'
gw bingung. gw merasa nggak pernah menerima sms ini kemarin. gw liat lagi,
bener ini sms dari tiie. gw kenal karakter sms nya.
gw ingat-ingat lagi yg terjadi saat jam sms ini masuk. lalu gw terkejut sendiri dan
segera menghampiri teman kerja gw, namanya riyanto.
"to, kemaren sore lo pinjem hp gw kan?" tanya gw ke dia.
"kek nya iya ada," jawabnya polos. "nggak sengaja gw buka tuh sms."
"kek nya gw lupa deh. lagian kan waktu itu lo lagi di jalur."
"wey, punya gw maen embat aja lo." riyanto protes mencoba merebut gelasnya.
"sejak hari ini, jam ini, menit ini, detik ini juga!"
PART 20
'gw cape kek gini terus. udahlah lebih baik kita akhiri sampe di sini aja. thanx
buat semua nya..'
gw langsung lemas membaca pesan itu. tadinya gw pikir masalah seperti ini
akan diselesaikan secara baik-baik. tapi untuk ke sekian kalinya tiie mengambil
keputusan sepihak.
"woy, udah solat belum lo maen tidur aja di mushola." seseorang menyenggol
kaki gw. gw lihat ternyata itu pak muhammad bos gw.
"udah pak. bapak nya aja dateng nya telat jadi nggak sempet liat siaran
langsung gw solat."
"elo kenapa rizd kek nya muka lo nelangsa gitu?" tanya pak muhammad. "ada
keluarga yg kena musibah di kampung?"
entah kenapa saat itu gw seperti mendapat ide cemerlang dari bisikan setan di
telinga gw. gw langsung berpikir bahwa untuk menyelesaikan masalah gw
dengan tiie adalah kami harus bertemu. makanya gw langsung mengiyakan
pertanyaan pak muhammad.
"iya pak, paman gw meninggal." entah darimana gw dapat jawaban itu. kalimat
tadi meluncur begitu saja dari mulut gw tanpa tedeng aling-aling.
pak muhammad terkejut.
"ya udah lo sekarang temui admin, bilang lo minta ijin pulang mau ngelayat
sanak yg meninggal."
"udah nggak papa," kata pak muhammad lagi. "sudah selayaknya kita melayat
saudara yg kena musibah. tenang aja, lo paling juga diminta bawa copy surat
kematian paman lo sepulangnya lo dari sana."
gw masih bingung. hati kecil gw menolak dengan keras konspirasi kotor ini. tapi
sebagian dari diri gw melonjak senang mengetahui gw akan bisa bertemu tiie.
beberapa orang mungkin akan menyebut ini tindakan nekat, tapi menurut gw ini
adalah tindakan paling tolol yg pernah gw lakukan gara-gara masalah cewek.
dan akhirnya siang itu dengan berbekal surat ijin meninggalkan perusahaan gw
sudah berada di jalan menuju kosan. sejujurnya gw sendiri takut, kalau nanti
kebohongan ini akan terbongkar. apa yg akan menimpa gw kalau itu terjadi??
ah, persetan dengan itu! gampang deh gw pikirkan lagi kalo masalah gw selesai,
kata gw dalam hati.
hal pertama yg gw lakukan di kosan adalah menghubungi nomor yg kemarin
dipakai tiie sms ke nomor gw.
"gw harrizd, cowo nya tiie." jawab gw. "kemaren tiie sms ke gw pake nomer ini."
"oooh...gw endah. terus, ada apa ya? kenapa nggak nelepon tiie aja kalo mau
ngobrol sama dia? gw lagi di kosan nih."
gw berpikir sejenak.
"gw lagi butuh bantuan lo, lo bisa bantu nggak?" gw berspekulasi. apapun
jawabannya gw pasrah deh.
"bukan sering, tapi selalu. gw sama tiie tuh deket banget. dia sering cerita
tentang lo ke gw."
"oke, gw anggep itu sebagai jawaban bahwa gw sudah memilih orang yg tepat."
"nah, hari ini gw mau ke kampus pengen ketemu tiie. tapi gw nggak hafal seluk
beluk kampus nya. gw minta tolong lo, ketemuin gw sama tiie ya?" kata gw
penuh harap.
"oke. kita ketemu di pos satpam aja yaa? entar lo sms gw lagi kalo udah
nyampe."
PART 21
otak gw dipenuhi kecemasan. gw cuma bisa menatap jendela mengikuti arah bus
berjalan. bathin gw memberontak dg keras yg gw lakukan sekarang. bodoh
sekali gw melakukan ini semua hanya demi seorang wanita.
"tapi semua sudah terjadi. terlambat untuk menghentikan ini semua," kata-kata
itu seolah menjadi penenang hati gw yg kacau. "nggak mungkin gw balik lagi. gw
harus menyelesaikan semuanya."
'gw lagi di kelas, lagi ada dosennya. lo tunggu aja di tempat parkir', sms balasan
endah.
"gw nggak punya banyak waktu," lanjut endah. "ini masih jam kuliah. tadi gw ijin
ke kamar kecil buat keluar dari ruangan. tapi wulan punya alasan memfotokopi.
sekarang wulan akan nganter lo ke kosan gw, nggak jauh dari sini. lo tunggu di
sana sampe jam istirahat, oke?"
"tunggu dulu," kata gw saat kami akan berpencar. "apa tiie ada di dalam?"
"lagi belajar. nanti jam istirahat gw bawa tiie ke kamer gw. lo tunggu aja disitu."
"sory berantakan," kata wulan saat kami masuk ke sebuah kamar. memang
berantakan.
"biasanya jg kami beres-beres kok. kebetulan aja lo kesini pas lagi berantakan."
gw mengangguk.
wulan tersenyum.
"dasar cewek," kata gw dalam hati. gw memejamkan mata. lantai kamar ini
terasa dingin menembus kulit gw. entah berapa lama gw tidak sadarkan diri
sampai gw terbangun mendengar ketukan di pintu.
gw bangun dan duduk di sisi tempat tidur. beberapa detik kemudian pintu kamar
terbuka. endah merentangkan tangannya di pintu, menahan tiie yg hendak
berbalik keluar saat melihat gw.
"penjelasannya nanti aja ya," kata endah. "lo selesaikan dulu masalah kalian
sampe beres, abis itu lo berhak menghakimi gw. oke?"
"duduklah," kata gw menepuk sisi tempat tidur di sebelah gw. gw tau tiie pasti
bingung dan terkejut dengan kehadiran gw di dalam kamar temannya. dia masih
belum mau bicara.
"ada dua hal yg mau gw omongin ke elo," kata gw. "pertama, gw yg minta
bantuan ke endah. jadi tolong jangan salahkan temen-temen lo atas kehadiran
gw disini. mereka orang-orang baik."
"untuk itulah gw akan menjelaskan hal kedua," gw meraih tangan tiie dan
menggenggamnya. "gw sayang lo."
tiie diam. entah apa yg di pikirkannya saat mendengar kata - kata gw. gw cuma
ingin dia tahu betapa penting dan berartinya dia buat gw saat ini. lagi-lagi, akal
gw dikalahkan oleh sebuah rasa bernama sayang. gw terlalu sayang pada tiie
untuk melepasnya pergi dari kehidupan gw saat ini. tiie adalah satu bagian
penting dalam hidup gw, melebihi pentingnya diri gw swndiri.
gw sangat berharap tiie mengerti ini. saat itu ingin sekali gw memeluk tiie. gw
ingin menyampaikan rasa takut gw kehilangan dia. gw sudah benar-benar
dibutakan rasa ini.
gw lihat tiie masih diam. gw juga diam, karena gw nggak mau merusak apa yg
sedang dipikirkannya. cukup lama keadaan ini bertahan hingga akhirnya tiie
buka suara juga.
"lo kesini cuma buat bilang itu aja kan?" katanya dijawab dengan anggukan
kepala gw. "ya udah, sekarang lo udah nyampein itu ke gw. terus mau apa lagi?"
"terus, respon lo juga cuma segitu doang?" kata gw lagi. "lo pernah mikirin
nggak sih, setiap kata-kata yg lo ucapin pengaruhngya apa buat gw? termasuk
yg barusan lo ucapin itu."
"tiie, gw jauh-jauh kesini nemuin lo. gw sampe bohong ke bos gw cuma supaya
gw bisa ngomongin ini langsung sama lo."
"emang dari tadi pagi lo ngitungin nggak berapa sms gw yg nggak lo bales?"
"lo pernah ngitung berapa kali lo teken tombol merah di hp lo siang ini?"
"kenapa sih lo tuh selalu kek gini?" kata tiie. nada suaranya memelan. "kenapa
lo selalu bisa ngelakuin segalanya cuma buat gw? apa sih yg lo harapkan dari
gw?"
"gw nggak berharap banyak kok," ujar gw meyakinkan dia. "gw cuma pengen lo
tau yg gw rasakan. gw pengen lo ngerti bahwa terlalu berat buat gw kehilangan
elo. lo udah ada di hidup gw. rasanya seperti kehilangan sesuatu yg besar saat lo
minta putus. gw terlanjur sayang sama lo tiie. gw harap lo ngerti ini."
kami kembali terdiam. tiie kembali menunduk, mungkin tidak berani menatap
gw.
"tiie..jangan pernah pergi dari hidup gw... tetaplah di hati gw." kata gw
menggenggam tangannya. "tuhan menciptakan sesuatu itu berpasang-
pasangan. tapi tuhan hanya menciptakan satu hati untuk seorang manusia. lo
tau kenapa?"
tiie menggeleng.
bregh..
tiie memeluk gw. sedikit terisak dia berkata.
"oke tiie, gw juga minta maaf ya kalo selama ini gw sering marah-marah sama
lo."
"lucu yaa," katanya tertawa sambil mengusap airmatanya. "kita sering marahan,
putus, terus baikan lagi di hari yg sama."
gw tersenyum.
PART 22
"seberapa yakin sih elo dengan cinta kita?" tanya tiie memandang pola
berbentuk 'hati' yg terukir di kaca.
tiie tersenyum.
"oia ndah, lan, thanx banget ya buat semua bantuannya.." kata gw. "kalo tanpa
kalian entah apa jadinya gw?"
"udah ah gak usah lebay," ujar endah. "sama-sama kok. ya udah bentar lagi
waktu buka puasa tuh, kalian mau buka dimana? sekalian bareng di sini aja
sama gue dan wulan? atau..?"
dan malam itu untuk kedua kalinya gw menikmati santap buka puasa bareng
orang yg paling gw cinta...
kami berbuka di salahsatu warung nasi goreng di pasar cimanuk. dengan menu
alakadarnya kami sangat menikmati kebersamaan ini.
tiba-tiba gw mulai cemas. gimana nih, ini bukan perkara mudah ! darimana gw
bakal dapet surat kematian, sementara tidak ada satu pun keluarga gw yg
meninggal ???
PART 23
malam itu gw nyampe rumah tepat saat keluarga di rumah hendak sahur.
mereka yg heran dg kedatangan gw di midweek langsung saja mencecar gw dg
beberapa pertanyaan sama yg gw jawab dg santai.
"cuti," kata gw bohong. padahal mana bisa cuti? kerja aja belum ada 1 tahun
udah maen cuti aja !
ah, setannn!... gw udah terlanjur ada di sini dg alibi demikian. nggak mungkin
banget kan besok gw menghadap bos gw sambil mencari simpati dg permintaan
maaf gw bahwa gw membohongi dia ? masalahnya bukan cuma level group
leader atau foreman yg tahu, tapi supervisor up lah yg menandatangani surat ijin
cuti darurat gw. gw bisa dipecat kalo ketahuan !
makanya pagi itu juga gw menemui ketua RT gw. untung Pak RT di tempat gw
bukan model atau wanita karir, jd gw bisa menemui dia sedang duduk manis
baca koran menikmati pagi yg indah.
Pak RT terdiam.
"iya itu tadi Pak, berhubung gw bilang ada sanak yg meninggal.. gw butuh
bantuan buat bikin surat keterangan seperti itu."
"mana bisa bikin yg kayak gituan kalo aslinya nggak ada yg meninggal? kamu
ada-ada aja."
"apa nggak bisa diusahakan tuh Pak?" gw tetap yakin hari ini bakal pulang ke
jakarta membawa surat nan penting itu.
"nanti dulu, saya coba hubungi dulu teman saya di kelurahan," katanya. "tapi
kayaknya kalo pun bisa, kamu mesti punya pelicin buat mereka yg buat. ya
kamu ngerti sendiri lah, bikin surat semacam ini bukan perkara yg dibenarkan
dalam hukum kita."
jlegerr !...
"emang susah bikin surat seperti ini," kata Pak RT iba melihat gw. saat itu kami
duduk di beranda masjid tepat di sebelah kantor kelurahan.
dan saat gw berpikir besok akan membawa pakaian dari kos pulang ke rumah,
saat itulah sebuah mobil dinas kijang tua plat merah masuk ke area parkir
masjid yg sekaligus jg area parkir kelurahan.
"Pak Lurah."
"kira-kira Pak Lurah bisa bantu nggak ya?" tanya gw. Pak RT menatap gw. lalu
dia melepas helm di kepalanya.
"patut dicoba," kata Pak RT. kami membiarkan laki-laki gendut berseragam
cokelat yg keluar dari mobil itu masuk ke kantor sebelum akhirnya kami jadi
tamu pertamanya hari itu. setelah melalui diskusi panjang yg melelahkan
akhirnya Pak Lurah bersedia membantu. bukan surat kematian, hanya sebuah
surat bermaterai yg ditandatangani Lurah dan gw (berasa orang penting gw) yg
menyebutkan bahwa saudara Harrizd adalah benar pulang kampung untuk
melayat pamannya yg meninggal hari ini.
ah, sebuah surat yg tidak masuk akal ! gw cuma berdoa semoga atasan-atasan
gw besok mendadak rabun saat membaca surat ini !!
PART 24
tiie jg mudik pagi tadi. kalau saja hari ini gw libur, gw pasti bakal mudik bareng
dia. dan esoknya gw janjian buka bersama bareng tiie. gw sudah menunggu
kesempatan ini. malam nanti gw akan memberikan sebuah surprize kecil buat
dia.. gw sudah menyiapkan 'sesuatu'.
sore itu gw janji ketemu di kafe biasa tempat kami ketemu. kali ini gw on time.
bagaimanapun ini akan jadi hari yg spesial buat kami.
tapi ternyata justru gw kaget. tiie sudah duduk manis menunggu gw, padahal
saat itu gw datang limabelas menit sebelum waktu yg dijanjikan. dengan
mengenakan kaos putih dan celana jeans hitam tiie nampak manis sore itu.
"yee...emangnya gw miss too late yah?" cibir tiie. "ini kedua kalinya gw datang
lebih awal dari elo."
"jiiaaah.....bangga gitu?"
gw mendengus pelan.
"setelah kita buka puasa, kita nonton yg jam setengah 7. abis itu lo temenin gw
shoping aksesoris cewek. terus..terus...temenin gw jg beli kaos buat lebaran.
abis itu.."
"hehehe.. seorang cowok kan juga harus bisa ngelindungin cewe nya dong?"
gw mendengus.
"haha.. gitu aja marah. jangan marah dong say..." tiie mengusap pipi kanan gw.
saat itulah makanan pesanan kami datang. tapi kami harus bersabar menunggu
limabelas menit sampai waktunya buka puasa. gw lapar sekali sore itu dan
nambah 1 porsi lagi. tiie cuma ketawa ketiwi melihat gw yg 'kelaparan'.
dan sesuai yg disebutkan tiie, kami nonton sebuah film. lalu jam 8 gw menunggu
dg sabar tiie belanja aksesoris cewek. sampai akhirnya jam 9 an gw dan tiie
berdiri di pinggir jalan menunggu angkot.
tiie tertawa.
malam makin larut. gw liat arloji sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh.
gw nggak bisa menahan tiie lebih lama. gw harus memberikan 'itu' sekarang..
sumpah saat itu gw grogi setengah mati. tiie yg terkejut menarik tangannya lalu
sesuai dugaan gw, dia terkejut melihat cincin emas di jari manisnya.
"eh, anu.. maaf, gw nggak tau ukurannya." gw malu banget saat itu.
"sorry sebelumnya kalo ini mengejutkan elo," kata gw gugup. jujur saat itu gw
nyaris tidak sadar apa yg gw ucapkan. "ehm..gimana ngomongnya ya? mungkin
lebih baik gw benerin dulu cincin nya."
gw meraih cincin di jari manis tiie lalu mengenakannya pada kelingking tiie.
masuk dan pas. gw bernafas lega. ini sedikit membantu ketenangan gw.
"oke," kata gw masih gugup. "pertama..ini cincin emas asli. gw beli ini pake
tabungan gw sendiri, jd lo nggak usah khawatir dg kehalalan cincin ini." gw
tertawa kecil. gw sudah bisa menguasai diri. "cincin ini adalah sebuah ungkapan.
sebuah bukti dari ucapan gw dulu..bahwa gw pengen jadiin lo yg terakhir di
hidup gw. gw serius jalani hubungan sama lo. gw pengen married sama lo. will
you marrie me?"
ah, kata-kata tadi meluncur begitu saja dari mulut tanpa gw sadari. apa gw
terlalu cepat mengatakan semua ini?? goblok, karena gw baru berpikir itu
sekarang.
"yes, I will.."
ah, tak terbayangkan perasaan gw saat itu. lega campur senang mendengar
jawaban tiie. langsung gw peluk tiie.
gw mengangguk bahagia..
PART 25
tapi meskipun begitu, orangtua tiie belum tahu soal 'lamaran' gw. selain
menurut gw ini terlalu dini untuk diketahui orangtua kami, tiie jg nampaknya
masih terkena efek kejut dari cincin yg gw beri kemarin. gw tahu-meski gw
sudah membuktikan keseriusan gw dg cincin itu-dia masih cukup meragukan
kebenaran niat gw. tiie tidak pernah mengatakan itu, tapi gw bisa
merasakannya.
beberapa hari setelah hari raya, gw jalan bareng dia seperti biasa. kami mampir
ke tepi danau tempat dulu biasa kami menghabiskan waktu ketika masih
sekolah.
"kangen banget gue sama tempat ini." tiie menghirup napas dalam-dalam. dia
berdiri di tepian danau berwarna hijau cerah. tiie melirik gw. "kok elo biasa aja
sih?"
gw tersenyum.
"emangnya kalo orang lagi seneng harus bikin pengumuman kek orang
meninggal yaa?" ujar gw.
"yeee...nggak ada yg nyuruh elo bohong kan? elo nya aja terlalu kreatip jadinya
kek gitu tuh."
"..."
"itu masih mending," lanjut gw. "tadinya yg gw mau kasih surat wasiat gw biar
sekalian percaya mereka."
"sini coba, orang pacaran kek orang lagi musuhan berdirinya jauh-jauhan gini.."
gw bisa melihat tiie tidak memakai cincin dari gw di tangannya. "nah gini kan
lebih romantis?"
"kasian pohon di belakang nggak ada yg nungguin kan kalo kita di sini?"
"yaelaah....gitu aja sinis nanya nya?" tiie menarik tangannya. dia merogoh saku
celananya, mengeluarkan cincin yg pernah gw berikan, lalu memakainya di jari
kelingking. "gw takut cincinnya ilang, soalnya kan ukurannya nggak pas di jari
manis gw. enggak kebayang deh kalo cincin ini sampe ilang.."
"gue suka cincin ini," katanya. "soalnya kalo nanti gw butuh duit, gw bisa jual nih
cincin. hehehe... yaah, becanda kok. gitu aja langsung ngelipet tuh muka."
gw tersenyum. kami melalui siang yg dingin itu dengan ngobrol nggak keruan
sambil ketawa ketiwi nggak jelas. satu hal yg gw syukuri adalah gw selalu bisa
tertawa, atau setidaknya tersenyum, jika berada di sebelah tiie. sejak pertama
kenal lewat sms, gw kenal tiie adalah orang yg ceria dan selalu bisa mencairkan
suasana. itu hal penting yg membuat gw nyaman di sisinya.
"boleh tanya kan rizd?" kata tiie. "kok elo bisa sih seyakin ini sih jalani hubungan
sama gw? jujur aja gw sampe sekarang enggak pernah menyangka akan dapet
cincin ini dari elo." tiie menjabarkan jari-jarinya.
tiie diam sesaat. saat itulah gw bisa merasakan keraguan dalam hatinya. gw
yakin hati tiie nggak seyakin gw padanya. tapi hati kecil gw setengah mati
menolak statement yg satu ini.
"gw belum begitu yakin dengan ini rizd," kata tiie pelan. "maaf, maksud gw.. gw
emang mau lo jadiin gw yg terakhir sebagai pendamping lo. lo mesti tau itu. tapi
gw sendiri nggak mau terlalu berandai-andai terlalu yakin ini akan berakhir
seperti yg kita inginkan. kita sama-sama masih muda.. jalan kita masih sangat
panjang rizd. dan kita enggak akan pernah tahu apa yg ada di depan kita nanti."
gw terdiam.
"rizd," lanjut tiie. "jangan berpikir gw pesimis dg hubungan kita. gw yakin kok
kita akan baik-baik aja. gw yakin kita bisa mengatasi konflik yg ada dg baik. tapi
gw belum terlalu yakin ini akan berakhir sebaik yg kita inginkan."
gw masih diam.
"maka dari itu rizd, gw butuh elo buat ngeyakinin hati gw. gw butuh elo buat
ngebuktiin bahwa yg kita impikan ini akan terwujud. gw butuh lo rizd.."
"elo adalah alasan gw berdiri di sini tiie," jawab gw. "elo adalah alasan gw ngasih
cincin. elo adalah alasan gw melabuhkan hati gw. dan elo adalah gw. gw yakin
itu."
tiie tersenyum.
"ah enggak kok. ini juga gw boleh ngapalin dua hari dua malem!" gw garuk-
garuk kepala kayak orang bego. "kemaren baru beli di gramedia."
kami tertawa lebar. siang yg mendung itu seolah telah mentahbiskan bahwa gw
akan melabuhkan hati gw hanya untuk tiie. dan dalam hati gw berdoa semoga
Tuhan mendengar ini...
PART 26
pertemuan yg nggak disengaja sebenarnya. siang itu gw, lucky, agung dan teguh
sedang bereuni di sebuah kafe. beberapa bulan terakhir ini kami jarang, hampir
tidak pernah malah, bertemu bertatap muka karena kesibukan kerja masing-
masing. yg gw tahu sekarang agung sudah bekerja di sebuah distributor alat-alat
elektronik di kota ini. lucky gawe di pabrik percetakan buku terkenal di bandung,
sementara teguh sendiri di batam. maka wajar lah kalau hari itu kami bermaksud
temu kangen setelah cukup lama nggak bertemu.
jam 2 siang lewat beberapa menit saat dua orang wanita cantik duduk di bangku
sebelah meja kami. awalnya gw nggak begitu memerhatikan mereka, tapi
teman-teman gw begitu berisik mengatakan 'cewe yg pake pink itu ngeliatin kita
mulu!' atau 'deketin aja yuk?'..
"icha," gumam gw perlahan. gw kenal baik sosok cewek dg sweater pink itu. dia
pernah jadi bagian hidup gw selama beberapa waktu. dan jujur saja, sampe saat
ini pun gw masih menganggap demikian. hanya saja rasanya berbeda dg saat
gw masih jadian dg cewek bernama asli Julia Etika ini.
"mantan gw," kata gw pada teguh sambil tangan gw membalas lambaian tangan
icha.
icha berdiri dari duduknya, lalu menyeret kursinya dan menepikannya di meja
kami. meja tempat gw memang besar karena khusus untuk yg datang banyakan
atau 'paket keluarga'.
"wi, sini !" icha memanggil temannya untuk gabung. alhasil, meja yg diset untuk
empat kursi kini sudah sesak gara-gara icha dan kawannya.
samar masih gw dengar teguh berbisik 'lo beneran kenal dia rizd?' tapi nggak gw
gubris.
"hayy, gimana kabar rizd?" icha menyalami gw. dia tampak sangat sumringah
seperti bertemu artis idolanya.
"lama banget ya rizd?" icha tersenyum lebar ke arah gw. lesung pipit nya
tergambar jelas di sisi mulutnya yg gw yakin pasti memakai lip gloss. lesung
pipit itulah yg dulu pernah membuat gw tergila-gila pada sosok icha.
"eh mas, boleh tukeran tempat duduk nggak?" kata icha pada lucky yg duduk di
sebelah gw. lucky memandang gw sebentar lalu gw jawab dg anggukan kepala.
well, akhirnya di sebelah gw duduk bidadari mungil berlesung pipit dg wangi yg
khas. gw ingat benar parfum ini yg dia pakai dulu saat jadian sama gw. rupanya
icha tidak pernah mengganti parfumnya.
gw memberi tanda kedipan mata pada teguh. teguh yg mengerti kode gw segera
mengajak ngobrol dwii. maka sekarang ada dua arah pembicara. gw dg icha dan
ketiga teman gw dg dwii. icha sendiri nampaknya tidak begitu tertarik ngobrol dg
teman-teman gw. beberapa kali pertanyaan agung dan teguh dijawab sambil lalu
dg mata tetap memandang gw.
lalu..................
'bip bip' anggap saja bunyi hp gw seperti itu. gw merasakan getaran hp di saku
celana gw menyadarkan gw dari lamunan yg mulai ngawur nggak jelas. ada
pesan dari tiie.
'hayy sayang.. lg seru-serunya kumpul sama temen yaa? jgn lupa makan siang
ya'
buru-buru gw masukkan hp ke saku karena gw takut icha ikut membaca sms itu.
well, kenapa lo mesti takut rizd? bukannya lo udah biasa dapet sms kek gitu dari
tiie?? kenapa lo takut? lo takut ketahuan icha kalo lo udah punya cewek??
kenapa?
ah, gw berusaha menepis pikiran aneh di otak gw. gw kembali memandang icha.
gw menggeleng. siang itu sampai sore harinya saat kami berpisah pulang, mata
gw nggak bisa lepas memandang lesung pipit icha. dan sebelum pulang kami
sempat tukeran nomor handphone..
PART 27
sebelumnya tidak pernah terpikirkan akan ada sosok wanita lain diantara gw dan
tiie. gw yg sebelumnya samasekali tidak pernah berpaling, bahkan sekedar
melirik ke cewek lain, saat ini sedang diuji. kehadiran kembali sosok icha yg
sudah lama menghilang nyatanya mampu menyegarkan oase yg nyaris kering di
gurun hati gw.
sejak bertemu di kafe kemarin, icha sering sms gw menanyakan kabar atau
speak-speak yg jelas menunjukkan rasa yg dia punya buat gw. beberapa kali
bahkan gw mereject panggilan dari tiie untuk menjawab telepon icha. gw sangat
comfort dg icha. apalagi kalau membayangkan lesung pipitnya yg manis..
kalau mau ditelisik, sms gw dg icha nyaris sama seperti sms gw dan tiie. icha
bukanlah tipe orang yg bisa menutupi perasaannya. beberapa kali di sms dia
mengatakan kangen gw, atau pengen jalan lagi bareng gw ke tempat yg dulu
sering kami kunjungi berdua. ada sebagian hati gw yg melonjak girang dan
mengiyakan ajakan icha. tapi sebagian hati gw bereaksi menolak keras hal ini.
saat gw mulai terbuai dalam lamunan membayangkan senyum lesung pipit icha,
gw disadarkan dg cincin tiie. dan ini cukup membuat gw kembali mendarat
berpijak pada kenyataan yg sebenarnya. bahwa gw kini sudah berada di sebuah
jalan yg finish nya nanti adalah tiie.
rasa gw terlalu kuat kepada tiie. hati gw selalu berpihak lagi padanya. lagi dan
lagi...
seperti siang itu saat gw dan tiie memutuskan untuk melakukan perjalanan
bareng ke jakarta. tiie akan turun di karawang sementara gw melanjutkan ke
jakarta. liburan hari raya sudah usai, maka saatnya gw balik lagi ke aktivitas gw
di tempat kerja. sudah jauh-jauh hari gw dan tiie merencanakan untuk berangkat
bareng. makanya malam sebelum gw berangkat, gw hapus semua pesan dari
icha. gw takut ada konflik dari sesuatu yg nggak gw lakukan. asal tahu saja,
sejak ketemu di kafe kemarin gw belum pernah lagi ketemu icha. kami cuma
berkomunikasi via handphone. so, menurut gw itu belum masuk dalam kategori
'selingkuh'.
"hay sayang," gw menyapa tiie yg saat itu berdiri di halte bus. tiie menjawabnya
dg senyum manis di bibirnya.
gw tertawa pelan.
"eh iya rizd, keluarga gw sekarang pada komen mulu soal cincin ini," tiie
menunjukkan jari manisnya yg dilingkari cincin bermata safir. "gara-garanya pas
acara kumpul keluarga kan gw pake nih cincin. eh mereka pada bilang gini,
waah..kek nya sebentar lagi ada yg bakal seserahan nih! gitu coba katanya.."
"terus lo marah?"
"ya enggak laah.. gw sih biasa aja, secara artis kan udah biasa digosipin git.. aw,
jangan nepuk jidat orang seenaknya dong!.." tiie balas mencubit hidung gw. "ya
jujur gw sih biasa aja, tapi ada malu juga. hehehe..."
"enggak gitu ah. ya malu aja.. gimana sih kalo orang malu itu?"
gw menggeleng.
"gw nggak pernah malu soalnya," kata gw. "bahkan kemaluan pun kek nya gw
nggak punya."
"haduh.. ada-ada aja lo. parah! diajarin siapa sih kok pacar gw jadi kek gini?"
kami sempat mengobrol beberapa menit sebelum akhirnya bus datang. di dalam
bus kami tidak bisa mengobrol leluasa. saat itu bus juga sesak oleh para
mudikers. AC jadi sedikit kehilangan fungsinya. maka adalah keputusan bijak
untuk tidur selama perjalanan. tapi tiie rupanya belum mengantuk, dia
meminjam hp gw untuk bermain game sebelum akhirnya dia juga tertidur.
kami turun di pertigaan cikampek. sempat singgah dulu di sebuah warung
makan lalu melanjutkan perjalanan dg angkot ke rumah tiie. gw cuma
mengantar sampai depan rumah karena saat itu sudah sore. lalu gw melanjutkan
perjalanan kembali menggunakan bus menuju jakarta.
gw rebahan di kamar menikmati embusan kipas angin kecil di kosan. kipas itu
gw beli patungan dg yg lain. gw lalu mengirim pesan ke tiie. mungkin karena
capek gw tertidur. saat gw bangun beberapa saat kemudian gw cek hp
barangkali ada balasan dari tiie. tapi nggak ada. makanya gw kirim lg pesan ke
tiie.
lama nggak ada balasan. gw kirim ulang pesan tadi dua kali lagi. lalu gw tinggal
mandi. setelahnya gw cek hp. akhirnya tiie balas pesan gw.
jelegerr !!...
'tolong ajarin cewek lo sopan santun kalo sms' ini sms icha ke gw. meski tanpa
tanda seru pelengkap pesan, gw tahu icha menyampaikan sebuah pesan
bernada keras. gw tahu dia kesal. baru gw hendak membalas, hp gw sudah
bergetar pesan dari tiie.
ringan? ringan dalam tahap apa dan bagaimana? tiie membuat gw kesal malam
ini. baru gw akan membalas pesan tiie, gw keduluan pesan icha yg masuk ke hp.
langsung gw cek isi sms icha.
'nih rizd sms dari cewek lo ke gw..' di bagian bawah kalimat tadi ada rangkaian
sms kasar dan sangat tidak pantas dibaca. gw kenal itu karakter sms tiie. hanya
berselang beberapa detik masuk lagi sms icha yg mem forward sms tiie buat
icha ke gw. ini berlangsung beberapa lama. belum lagi disusul sms tiie yg juga
mem forward sms berisi cacian icha yg adalah reaksi sebagai jawaban sms tiie
padanya.
aaarrgh!....
gw cuma jadi pembaca setia dua kubu yg berperang lewat sms tanpa bisa
membalas satu pun pesan-pesan itu. gw bingung sebenarnya apa yg diinginkan
dua cewek ini.
"pagi mas," seorang lelaki paruh baya menyapa gw di depan pintu gw lihat dia
membawa sebuah buku besar. "saya Ketua RT disini. seperti bulan-bulan
kemarin, saya mau menagih uang keamanan."
daripada pusing lebih baik gw menikmati pagi ini dengan menyetel lagu-lagu
favorit di mp3 player yg menggema ke seantero kamar. ditemani secangkir teh
hangat gw duduk di teras kosan menikmati semilir angin pagi yg mendung. gw
cek hp gw menampilkan tigapuluh pesan singkat semalam.
masih berisi hasil forward yg satu ke yg lain, gw hapus pesannya satu per satu.
dan yg pertama gw lakukan setelah itu adalah menelepon icha. entah apa yg
ada di pikiran gw saat itu tapi gw merasa ini adalah tindakan yg tepat.
"lagi tiduran aja di kamer. kok lo nelepon jam segini? bukannya gawe?"
"oh gara-gara semalem ya? gw minta maaf ya kalo gara-gara tadi malem lo jadi
telat bangunnya.."
"ah enggak kok bukan karena itu." gw menyempatkan meminum teh yg nyaris
dingin. "gw yg harusnya minta maaf ke elo soal sms cewek gw."
"iya tuh, cewek lo psycho banget takut kehilangan lo katanya! tapi nggak perlu
ngomong kasar gitu kan? gw bukan cewek perebut cowok orang!"
gw diam mendengarkan.
"lagian kok bisa sih cewek lo tau nomer gw? emang dia baca-baca sms gw ya?"
"kek nya sih gitu. kemaren gw jalan sama dia soalnya, terus dia pinjem hp gw."
"udah gw apus kok, cuma ada yg kelewat aja. maaf ya cha.. gw beneran ngerasa
nggak enak sama lo."
"mungkin udah nasib gw kali ya.. tiap ada cowok yg gw suka, pasti dia udah
punya cewek," lanjut icha.
"perasaan gw ke elo masih sama kek dulu rizd. dan akan selalu sama.."
"lo nggak perlu coment apapun kok. gw cuma pengen lo tau ini aja. gw emang
sayang sama lo, tapi nggak berarti gw harus memiliki lo. biar aja rasa ini ada di
hati gw."
tuut.. tuut..
icha menutup teleponnya...
PART 29
setelah kejadian semalam, gw masih berkomunikasi dg icha. tapi kini icha lebih
bisa 'menahan diri' untuk mengatakan 'kangen' atau 'sayang'. gw bisa
memaklumi ini. gw pun tidak terlalu mengumbar rayuan atau sindiran yg kadang
memang gw katakan. tapi gw pikir itu cuma 'pemanis'. tidak ada maksud lain
selama yg gw rayu tidak salah mengartikan rayuan gw. tapi gw pesimis icha
tidak menyalah arti kan rayuan gw itu.
tidak ada masalah dg icha. yg harus gw selesaikan sekarang adalah 'kebekuan'
tiie terhadap gw. seperti yg sering terjadi sebelumnya, tiie menonaktifkan nomor
hp nya, enggan membalas pesan gw saat nomornya aktif dan mereject
panggilan yg gw lakukan.
belum ada tanda-tanda orang dari dalam akan keluar membukakan pintu buat
gw. maka gw memutuskan mengulang salam gw beberapa kali lagi. suara gw
sudah nyaris serak saat seorang wanita paro baya berpakaian agak kumal
muncul dari balik pintu bergegas menghampiri gw. saat itu gerimis mulai turun
rintik-rintik menimpa kulit kepala gw.
"nyari siapa mas?" tanya wanita yg gw yakin adalah pembantu rumah tangga di
rumah ini. dia berdiri di depan gw tapi enggan membukakan pagar untuk
mempersilakan gw masuk sekedar berteduh dari rintikan nakal gerimis yg
sekarang mulai sedikit deras.
"tiie ada di rumah nggak bi?" kata gw menghiraukan kepala gw yg mulai nyeri
tertimpa rintikan hujan.
wanita di depan gw nampak salah tingkah dan bingung saat akan menjawab.
"tiie nya keluar tadi siang sama temen-temen kuliahnya," katanya gugup.
"siang jam berapa bi? perasaan sekarang baru jam satu," gw menunjukkan arloji
gw.
"eh, ng.. itu, bibi nggak tau persisnya jam berapa soalnya waktu mereka pergi
bibi nggak liat jam."
"emang jam nya ditaro dimana bi kok nggak keliatan?" gw melanjutkan sinis tapi
gw yakin pertanyaan ini kalau ditanyakan di saat normal pasti akan nampak
bodoh.
gw tersenyum simpul.
"saya boleh nitip pesan buat tiie?" kata gw kemudian pada si bibi.
"tolong bilang ke dia, kalo mau bohong yg rapi gitu.." lalu gw pamit pergi.
jam tepat menunjukkan pukul tiga kurang lima menit saat gw sampai di kosan.
tapi sore ini sudah berasa seperti malam karena cuaca yg mendung. di kosan
sendiri teman-teman gw sudah datang dan tengah bersantai ria menikmati oleh-
oleh yg dibawa dari kampung. mereka tampak sangat terkejut melihat
kemunculan gw. tapi dg gaya sok cool gw menunjukkan surat sakit yg gw 'beli'
dari dokter. mereka langsung mengerti, karena gw sudah sering ijin sakit seperti
ini.
kosan gw berbentuk mirip rumah. ada dapur dan kamar mandi serta satu buah
kamar yg luas untuk kami berempat tidur dan ruang depan yg kami fungsi kan
sebagai ruang televisi. tiga teman gw semuanya dapat jatah shift yg berbeda dg
gw, jadi dg leluasa gw bisa menguasai kamar sendirian saat mereka kerja.
dan malam ini gw tidur lebih cepat, berharap semoga besok bisa bangun tepat
waktu...
PART 30
mengawali kerja di hari kedua adalah bukan pertanda baik. selain gw, ada
beberapa rekan gw yg jg senin kemarin 'menambah liburan'. setelah brifing pagi
khas ala perusahaan jepang pada umumnya, pagi itu gw dan mereka
dikumpulkan di lobby untuk menerima 'ceramah' dan 'masukan' dari big boss
berupa ancaman Surat Peringatan ke 1 karena dianggap telah melanggar
peraturan dan kode etik karyawan. semua alasan, kecuali alibi surat kematian,
tidak ada yg ditolerir kali ini.
dan setelah 1 jam mendengar kicauan big boss, kuping gw kembali dipanaskan
maki-makian supervisor up yg kali ini menyebut gw sebagai calon penerima jam
emas. di perusahaan gw, ada salahsatu kebijakan yaitu berupa hadiah sebuah
jam tangan merk Roll*x khusus buat karyawan berdedikasi tinggi yg telah sangat
berjasa berkontribusi buat perusahaan dalam 1 tahun terakhir. biasanya yg
berhak mendapatkan penghargaan ini adalah level manager. dan lo tahu arti
ucapan boss gw tadi? itu adalah sindiran tajam yg ketajamannya mampu
merobek kulit seseorang bahkan dalam sentuhan sepersekian detik saja. begitu
tajamnya sindiran itu bahkan mungkin seorang limbad pun enggan bermain-
main dengannya.
dan hari ini memang bukan hari keberuntungan gw. group leader gw dg
seenaknya datang ke tempat gw membawa laptop serta beberapa lembar
kertas. memanggil gw dg lantang dari kejauhan dg 'panggilan yg tidak
semestinya'.
"hari ini lo bantuin gw aja menyelesaikan daily report gw," katanya enteng.
"terus kerjaan gw gimana? masih ada front door avanza yg harus gw cek.
katanya kemaren ada complain dari finishing line??" ujar gw menolak.
"udah abaikan aja dulu, itu mah gampang kan lagi dikerjain juga sama orang
engineering."
"tapi job rules gw enggak ada tuh point mengerjakan tugas leader?"
"membantu???" gw lihat layar laptop group leader gw bernama Amrullah itu. "dg
laporan yg masih kosong kek gitu lo bilang cuma ngebantu?"
Amrullah tertawa.
"bawel lo," katanya. "udah kerjain aja. mau gw kasih SP1 enggak nih?"
"nih buat cemilan lo," kata Amrullah. "entar jam 10 gw bawain pop mie sama
snack."
Amrullah beranjak pergi tapi kemudian kembali lagi beberapa detik kemudian.
"oiya rizd, kalo ada supervisor kita kesini lo tinggalin aja nih lappie, pura-pura
kerjain tugas lo. kalo di tanya macem-macem bilang aja lo nggak tau, yg
ngerjain daily report ini gw. oke?"
tapi nyatanya hari ini memang bukan hari yg baik buat gw. saking khusyuknya
mengerjakan job dadakan dari leader, gw sampai mengabaikan sosok yg
sekarang berdiri di sebelah gw tengah memperhatikan layar laptop.
"tugas kamu apa disini?" gw kenal suara ini. dan saat gw tengok ke asal suara
ternyata itu boss gw yg tadi pagi dg 'bijak' memberikan sindirannya. gw cengar-
cengir nggak jelas.
well, dan untuk ketiga kalinya dalam 1 hari gw menerima wejangan tingkat
tinggi dari boss. kali ini ditemani Amrullah di samping gw.
tadinya gw pikir kesialan gw akan berakhir seiring bunyi bel pada jam 4 sore
pertanda jam pulang. tapi beberapa detik berselang setelah bunyi bel, hp gw
bergetar ada pesan singkat dari icha.
'rizd, cewek lo sebenernya mau nya apa sih? kek nya dia seneng banget kalo
maki-maki gw'
ah, ada apa lagi ini??, gw menggerutu dalam hati. dua menit kemudian
pertanyaan gw terjawab seiring sms icha dan tiie yg nyaris masuk berbarengan.
de ja vu dua malam yg lalu...
dalam kebingungan dan banyaknya pesan itulah, terselip satu buah pesan dari
nomor yg nggak gw kenal masuk ke hp gw. langsung gw abaikan pesan dua
wanita yg tengah berperang.
Tania.. Tania...
gw coba mengingat nama itu. ah, Tania adalah mantan pertama gw! saat gw
masih cupu-cupunya, dia adalah cewek pertama yg pernah gw cium keningnya
di sebuah jendela kamar dg perasaan was-was takut ketahuan orangtuanya. dia
cewek pertama yg nembak gw. dan tentu, she's my first kiss...
"bales nggak ya? bales nggak ya?" gw dalam hati. dan setelah berpikir keras
selama 10 menit akhirnya gw kirim balasan.
meski hati gw menolak, tapi toh gw krm juga pesan itu. gw sudah cukup pusing
dg icha dan tiie .... gw nggak mau memperumit masalah ini.
PART 31
gw duduk terhenyak di kursi. dari balkon atas sini gw bisa melihat atap-atap
rumah di sekitar kos gw. dari sini juga gw bisa mendengar kerasnya deru mobil
yg dipacu melintasi jalan tol atas yg jaraknya tidak kurang dari 1 km. dalam
beberapa kesempatan, saat gw melamun gw sering memandangi mobil yg
berlalu lalang di jalan tol itu. kosan gw nggak terlalu tinggi jadi belum cukup
untuk melihat seluruh kota dari sini.
angin sore yg mendung dan basah perlahan berembus menerpa kulit gw. entah
kebetulan atau nggak, kadang alam juga seolah merepresentasikan perasaan
gw. seperti sore ini gw mendapati hati gw tengah 'mendung' tertutup awan
kegelisahan. begitu pekatnya awan itu, bahkan sesungging senyum pun tidak
mampu terukir di bibir gw saat gw baca kembali sms terakhir dari tiie.
'gw emang sayang lo. tapi sorry gw nggak mau diginiin sama cowok. lebih baik
kita putus sampe disini, oke? entar kapan-kapan kalo kita ketemu di cirebon gw
balikin deh cincin nya.'
rasanya seperti ada sebilah duri yg mengendap di dasar hati gw. perlahan duri
itu mulai menusuk-nusuk dinding hati yg mulai rapuh dan berjamur.
gw adalah cowok, dan pantang buat seorang cowok untuk menangis karena
cewek. tapi nyatanya kali ini gw nggak bisa menahan laju airmata yg mengalir
perlahan di pipi gw. gw merasakan kesedihan yg mendalam. kesedihan yg hanya
mampu diciptakan oleh seseorang yg sudah sekian lama jadi bagian hidup gw.
kesedihan yg terlahir karena rasa sayang gw yg terlalu besar buat dia. terlalu
besar, sehingga sampai detik ini pun gw sangat terguncang dg keputusan
sepihak dari tiie.
tadi siang saat jam kerja gw sempatkan sms an dg tiie. setelah 'adu kata-kata
kasar' dg icha hari minggu kemarin tiie masih enggan membalas pesan gw. dia
cuma sms saat menurutnya ada sms tidak pantas yg diterimanya dari icha.
selain itu, tiie tetap menjadi sosok yg dingin buat gw saat ini.
dan siang tadi gw bersyukur tiie membalas sms gw. sms yg dingin memang, tapi
gw selalu berusaha membaca sms itu dengan konotasi yg positif. rupanya tiie
masih kesal atas insidennya dg icha. beberapa kali dia mengungkapkan
kemarahannya pada gw. dia menganggap gw telah melakukan tindakan bodoh
dg berbalas pesan dg icha.
'gw pikir kejadiannya sedikit sama dg kejadian tempo hari lo dan eka. gw cuma
sms an sama mantan. enggak lebih. so, kalo gw bisa maafin lo waktu itu, kenapa
lo sekarang nggak mau maafin gw?'
dan inilah awal di mana kemarahan tiie memuncak. dia menolak keras kasus ini
disamakan dg kejadian dulu. dia menuduh gw sangat pintar memutarbalikkan
fakta dg mengungkit kejadian dulu yg seharusnya tidak perlu dibahas lagi.
bahkan permohonan maaf gw pun ditolaknya.
'tiie.. udah dong jangan marah terus. lo tahu kan makna cincin yg gw kasih ke
elo? mana mungkin gw berpaling ke yg lain kalo gw udah seserius ini sama lo? lo
juga masih inget kan sama janji kita di tepi danau?'
dan balasan dari tiie adalah sms yg gw baca di awal tadi. setelah itu, tiie enggan
membalas satu pun sms gw. mungkin buatnya semua sudah berakhir di sini.
saat dirinya sedang 'berada di atas', itulah saat yg tepat untuk memutuskan
suatu hubungan karena dg begitu dia bisa memberi gw pelajaran bernama
'penyesalan'. dan memang, pelan tapi pasti hati gw mulai diselimuti kegelisahan.
gw mulai membodohi diri gw karena pertemuan dg icha kemarin. gw mulai
menyesali adanya sore itu. dan gw mulai menyesali lesung pipit icha yg telah
menggoyahkan hati gw. gw benar-benar dibuat menyesal kali ini..
airmata masih jatuh mengalir dg mulusnya dari pelupuk mata gw tanpa mampu
gw seka. hati gw terlalu kosong untuk sekedar menggerakkan tangan
menyekanya dg baju atau telapak tangan sekalipun. sementara mata gw
menatap kosong atap-atap rumah yg berjejer rapi di bawah gw.
balkon ini sejatinya adalah tempat untuk menjemur pakaian. di belakang gw ada
beberapa tali yg dikaitkan ke dinding untuk menaruh pakaian. balkon ini
memang jarang dikunjungi anak kos kecuali untuk keperluan tersebut. dan gw
bersyukur karena dg begitu gw bisa leluasa menikmati sore yg menyedihkan ini
sendirian. menyendiri saat patah hati memang selalu lebih baik.
"wah, lo nangis ya?" lanjut Apendi menyelidik. kali ini buru-buru gw seka airmata
gw. "kenapa lo sampe nangis gitu?"
gw menggeleng.
"udah cerita aja daripada dipendam dalam hati bisa jadi penyakit."
gw tetap menggeleng.
"enggak ada apa-apa kok," gw berkilah lalu pergi dari situ. selintas gw melihat
Apendi tersenyum. dan itulah awal mulai berembusnya gosip 'tangisan di
balkon'..
PART 32
gw petik lagi senar gitar di tangan. gw hentikan sejenak. gw meraih pulpen dan
menuliskan di kertas yg gw taruh di lantai beberapa kata mengisi bait syair lagu
yg sedang gw rangkai. sebuah lagu ungkapan kegalauan hati gw saat ini. lagu yg
hanya terdiri dari untaian nada-nada sederhana. sebuah lagu patah hati.
sedang asyik mencatat dan mencoret lirik di kertas, dari bawah terdengar lagi
teriakan temen gw.
"nih daritadi hp lo bunyi mulu ganggu orang tidur," Ardi menemui gw di depan
kamar dg wajah kusut dan rambut acak-acakan. gw menerima hp gw yg bergetar
panggilan masuk. nama icha terpampang di layar.
"met sore rizd," terdengar suara lembut icha dari seberang. "lagi ngapain?"
"met istirahat deh kalo gitu," lanjut gitu. "kalo gw lagi meringkuk kedinginan nih
di kamer. disini lagi ujan gede. disitu ujan enggak?" pertanyaan basa-basi yg
kerap ditanyakan cewek dalam membuka pembicaraan di telepon.
"enggak tuh," gw duduk di kursi di balkon. "di sini malah panas banget."
"ngekos? ngapain? kan rumah lo nggak jauh-jauh amat dari sekolah? biasanya jg
pake angkot."
"iya jg sih. nih temen gw aja lg asyik berduaan di kamer sama cowoknya. gw jd
mengungsi di luar deh. tapi nggak papa dink, kan anak-anak udah bikin
perjanjian yg ngapel kesini mesti bawa cemilan buat pajak. hehehe.."
"baik kayaknya."
"apaan tuh?"
"boleh tuh."
"jadi gini, kalo misalkan lo adalah 'A', maka cewek lo itu 'B'. kalian disatukan
bukan buat jadi 'A'. juga bukan buat jadi 'B'. tapi kalian disatukan untuk menjadi
'C'.. yaitu jalan yg harus kalian tempuh bersama-sama untuk mengatasi
perbedaan yg ada," kata icha panjang lebar. gw mendengarkan dg seksama.
"jangan pernah memaksa cewek lo buat menjadi 'A', dan lo jg nggak bisa
memaksakan diri lo menjadi 'B'. tapi kalian harus sama-sama menemukan 'C'.
jadi kalo 1 ditambah 1 adalah 2, maka 'A' plus 'B' harusnya sama dengan 'C'."
"sejak putus sama lo rizd. gw selalu mikir apa yg bikin kita putus.." ujar icha.
"ternyata gw tau sekarang, kita putus karena kita nggak pernah bisa
menemukan apa yg dinamakan 'C'. mungkin gw bukan orang yg tepat. maka gw
berharap lo bisa nemuin itu dari cewek lo sekarang."
"thanks ya cha." gw sengaja nggak cerita kalau gw sudah putus karena takut
membuatnya merasa bersalah.
"sama-sama rizd. gw cuma pengen selalu ada buat lo. fisik boleh aja
menghilang, tapi hati dan perasaan akan selalu ada, sampe gw mati..."
“jangankan elo, gw juga enggak tau rizd kenapa gw bisa sesayang ini sama lo..”
sejenak Icha diam. “tapi lo nggak keberatan kan dengan perasaan gw ini?”
“enggak lah cha. Justru gw harusnya berterimakasih ada cewek kek lo di dunia
ini yg bisa mencintai dengan tulus. Gw bahagia kok bisa dicintai elo.”
“gw nggak pernah berharap jadi bagian terindah di hati lo rizd. Gw Cuma pengen
kalo suatu saat nanti lo melihat gw, lo akan senyum dan berkata dia pernah
sayang sama gw...”
Dan pembicaraan sore itu ditutup dengan sebuah isak tangis Icha. Isak tangis yg
penuh arti..
PART 33
kalau satu minggu yg lalu cuma ada sebuah kursi kayu di atas, sekarang sudah
ada tambahan dua buah kursi lagi dan satu buah kursi panjang untuk kami
kumpul-kumpul. gw mensyukuri itu, disaat gw sedang sedih karena patah hati
ada teman-teman yg walaupun tetap dg 'dongeng horornya' menemani gw.
sebuah penghiburan di tengah oase yg sudah benar-benar nyaris kering.
gw sendiri sampai sekarang masih belum bisa melupakan tiie. semakin besar
tekad gw melupakan tiie, semakin kuat rasa yg gw punya buat dia. gw belum
menemukan celah yg mampu menghapus tiie dari memori gw. layaknya
kebanyakan orang yg sedang broken heart, gw jg mengalami yg namanya
penurunan semangat hidup. jarang makan, jarang minum, tapi nggak sampe
jarang mandi sih.. gw tetap mandi 2x sehari pagi dan sore hari kok. cuma
memang kadang gw lupa gosok gigi. hehehe.. selain itu semuanya berjalan
normal.
walau sedikit terganggu, gw masih bisa menyelesaikan job gw di tempat kerja dg
baik. walau sedikit 'kucing-kucingan' gw masih sering membantu mengerjakan
tugas leader gw. dan gw dapat 'upah tambahan' tentunya. sekarang gw seperti
tukeran tugas, leader gw yg lebih sering mengerjakan job gw. tapi anehnya dia
bisa menyelesaikannya dalam waktu kurang dari setengah jam. padahal yg dicek
adalah part yg terbilang besar seperti panel roof milik xenia atau back door gran
max-luxio yg saat itu masih menjadi the big secret karena belum dilaunching ke
publik.
"ginian doang mah gampang. tinggal nembak angka doang apa susahnya?"
komentar leader gw menjawab pertanyaan yg akhirnya gw tanyakan demi
menjawab rasa penasaran selama ini.
ada sosok icha yg sekarang menemani gw hampir di setiap waktu gw. icha lah yg
sekarang menelepon gw pagi-pagi membangunkan gw mengingatkan jam kerja
gw. icha yg sekarang jadi 'lawan' sms gw. icha yg mengirimi gw pesan selamat
tidur setiap malam. singkatnya, icha lah yg sekarang mengisi hari-hari gw. dg
cantik dia bisa menggantikan tugas tiie selama ini. gw samasekali tidak
menceritakan keadaan gw dan tiie sekarang ke icha. biarlah, toh gw dg begini
saja gw sudah menikmati ini semua.
sampai pada satu pagi yg cerah di hari minggu. gw sedang menikmati kopi
capuccino hangat favorit gw sambil menikmati pemandangan jakarta dari balkon
saat sebuah suara memanggil gw dari belakang.
"rizd," panggil Dani teman satu kamar gw. gw berdiri menoleh ke asal suara.
"ada yg mau ketemu sama elo."
Dani berdiri di ujung tangga. dan saat dia menoleh ke bawah, sesosok wanita
muncul menapaki anak tangga. dia tersenyum ke arah gw. senyum yg gw kenal.
senyum yg dulu pernah membuat gw jatuh hati saat pertama bertemu dg
pemilik senyum itu.
"tiie?" ucap gw pelan tidak percaya dg kehadirannya saat ini di depan gw.
"lo pernah kirim sms ke cewek lo pake nomer gw pas lo nggak ada pulsa," kata
Dani menjawab pertanyaan dalam benak gw. "dia masih nyimpen nomer gw tuh.
dan gw cuma bantu seseorang yg lagi nyasar di jalan menuju kemari."
gw mengangguk pelan. lalu Dani berlalu dari tempat kami. sekarang tinggal gw
dan tiie di balkon. entah gw harus senang atau marah dg kehadirannya yg tiba-
tiba ini.
"untuk itulah gw akan menjelaskan hal kedua," lanjutnya. "yg gw yakin lo tau
pasti itu."
PART 34
gw udah berkali-kali mencium tiie, tapi ciuman kali ini benar-benar mengejutkan
gw. darah gw berdesir kencang dari ujung kaki ke ujung kepala. gw samasekali
nggak menyangka. tadinya gw nyaris sepakat dg hati gw bahwa tiie sudah
benar-benar membenci gw bahkan untuk sekedar membalas sms sekalipun.
"kaget aja," jawab gw. "gw kaget dg yg barusan. dan gw kaget tiba-tiba lo ada di
sini."
gw cuma garuk-garuk kepala. perasaan gw saat itu campur aduk antara kaget
dan bahagia. gw samasekali tidak pernah berpikir tiie akan muncul di depan gw
pagi itu, tetap dg senyumnya yg menawan. sebuah senyum yg mampu
mencairkan kebekuan hati gw selama satu minggu terakhir ini.
"sama dengan alasan lo dua minggu yg lalu saat menemui gw di kosan endah."
lagi-lagi tiie tersenyum. "gw mau minta maaf sama lo rizd. gw tau gw terlalu
egois. gw terlalu dini men judge elo.."
gw terdiam.
"kok bisa?" kata gw. "kok bisa elo dg mudahnya muncul di depan gw setelah
satu minggu ini elo mengacuhkan gw?? lo samasekali enggak mau denger
penjelasan apapun dari gw kan? lo pernah mikirin nggak sih rasanya itu semua?"
"gw tau gw salah rizd. makanya hari ini gw putuskan menemui lo buat ngucapin
maaf," katanya. "setelah gw pikir-pikir ternyata lo emang nggak sepenuhnya
salah dan nggak adil buat lo kalo gw nge judgement tanpa dengerin penjelasan
dari lo."
gw mendengus keras.
gw berpikir sejenak.
"ayolah.. kasihtau gw ya?" tiie merayu. dan gw tau rayuan tiie pasti selalu
berhasil melunakkan hati gw.
"makasih.." ucap tiie pelan. "nih," lanjutnya menyodorkan cangkir kopi gw.
"minum dulu biar tenang."
"gw emang pernah ketemu sama icha, tapi itu nggak sengaja." gw mulai
bercerita. tiie memperhatikan dg seksama. "waktu gw lagi sama temen-temen di
mall, pas nongkrong di kafe ketemu dia deh.."
"pantesan waktu itu lo nggak bales sms gw ya?" komentarnya sambil tersenyum
penuh arti.
"gw akuin emang iya gw sengaja nggak bales. tapi di sana ada temen-temen gw
kok. mana bisa gw ngapa-ngapain di tempat seramai itu. sumpah gw kagak
ngapa-ngapain," lanjut gw melihat tiie tertawa kecil.
"ya abis itu gw tukeran nomer hp sama icha. terus kita sms an gitu, kek yg elo
liat secara sembunyi-sembunyi di inbox gw."
"hehehe.. iya maaf, gw juga salah kok waktu itu," ujar tiie tertawa. "abisnya gw
sebagai cewek lo kan wajar aja kalo cemburu??"
"sejak pertama ketemu sama elo, gw cemburu takut ada cewek lain yg ngembat
elo. makanya gw tembak aja lo deh sebelum telat," tiie tertawa kecil.
"lo bukan kambing kok, lo itu marmut." kali ini tiie tertawa lantang. "kalo gw liat
lo makan, gw selalu inget sama binatang kecil yg mirip tikus itu. abis mulut lo
komat-kamit kek marmut sih kalo lagi makan!"
"katanya tadi abis dengerin cerita lo balik? kok sekarang pake acara minta maaf
segala?"
"abis ini gw balik deh," lanjutnya. "sekarang lo jawab dulu pertanyaan gw tadi, lo
maafin gw nggak?"
"bener?"
"bener."
"serius?"
"serius."
"sejak saat ini," gw menarik tangan tiie dan mendekatkan tubuhnya ke gw. lalu
persis seperti tadi, kali ini sebuah ciuman dari gw yg mendarat di bibirnya.
PART 35
weekend ini juga rencananya kami akan ketemuan. tapi jumat pagi gw
mendapat kabar orangtua di rumah mengalami sakit dan sebagai anak yg baik
gw memilih membatalkan pertemuan gw dg tiie lalu jumat malamnya gw pulang
ke cirebon.
gw menoleh ke asal suara dari seberang jalan, depan sebuah sekolah kejuruan
yg rata-rata muridnya cewek. seorang cewek melambaikan tangan ke gw dg
bersemangat dari salahsatu kerumunan murid di sana. dia bergegas ke tepi jalan
dan setelah memastikan jalanan sepi dia berlari menghampiri gw.
"icha!" gw tersenyum senang saat icha berdiri di samping gw. saat itu dia
mengenakan pakaian olahraga dg sebuah tas punggung warna pink.
"elo kok nggak bilang sih kalo lagi ada di cirebon?" kata icha tersenyum tetap dg
lesung pipitnya yg menawan. dalam hati gw bersyukur masih bisa melihat
senyum itu. gw tatap lagi senyumnya. ah, gw pengen lebih lama lagi bisa
memandangnya.
icha menarik hidung gw. ekspresinya sama seperti kami bertemu terakhir kali di
kafe.
"perasaan ini hari minggu deh. kok lo ada di sekolah?" tanya gw.
"balik laah..tapi sayang gw nggak punya tukang ojek yg nganter gw balik." icha
tertawa lebar.
"kebetulan banget hari ini gw belum dapet penumpang nih. ngojek sama saya
aja neng?" entah setan apa yg membisiki gw mengatakan itu.
icha menarik hidung gw lagi lalu duduk di belakang gw. dua detik kemudian kami
sudah melaju di tengah jalanan beraspal.
"terus?"
"oke nona.."
Bima adalah salahsatu stadion sepakbola di kota ini. stadion ini memang kerap
dikunjungi orang-orang untuk sekedar beristirahat di bawah rindangnya
pepohonan yg ditanam di sekitar lingkungan stadion. kalau hari minggu pagi,
stadion ini ramai oleh orang yg jogging dan berolahraga, seperti di Senayan.
awalnya kami duduk di bawah sebuah pohon. tapi icha mengajak gw ke sebuah
mobil bak terbuka tua di dekat tempat kami. mobil rongsok yg sudah tidak
dipakai lagi.
"jangan ngeres dulu deh," icha protes. lalu dia memanjat dan kini duduk di atap
mobil. "ayo naek. lebih asyik di sini."
"kita kek orang lagi pacaran aja ya?" kata icha lalu tertawa. gw tersenyum.
"orang pacaran mana ada yg lost contact kek kita?"
"maksudnya?"
"lo ngomong apa sih? udah 2 minggu ini lo nggak sms gw!"
"ngelindur lo," icha mengambil HP nya. "2 minggu lalu kan lo sms pake nomer
baru lo? nih liat sms dari lo belum gw apusin tuh termasuk sms waktu minta
ketemuan itu."
PART 36
“ini bukan nomer gw. Ini nomer adenya tiie,” kata gw lagi.
Gw menggelengkan kepala.
“sesuatu yg salah udah terjadi di sini,” lanjut gw. Dalam hati gw mulai emosi.
apa maksud tiie menggunakan nomor adiknya untuk sms icha dan mengaku
sebagai gw? “dengerin gw cha. Selama dua minggu ini lo samasekali nggak
pernah berhubungan sama gw lagi. Nomer ini, yg lo kira adalah gw dan lo sms in
dia, itu bukan gw. Kalo lo mau bukti coba aja sekarang lo call ke nomer gw.”
“jadi.. jadi siapa yg gw sms in selama dua minggu terakhir ini?” icha masih
mencari celah bahwa penjelasan gw salah. “lo kan rizd, yg ngajakin gw
ketemuan di mall hari sabtu kemaren sepulang gw sekolah?? Tapi lo malah
ngerjain gw!!”
“tunggu dulu, maksud lo apa? Gw baru kemaren ada di cirebon.” Tapi pikiran gw
sejatinya sudah bisa menerka apa yg telah terjadi. Untuk sementara gw tahan
emosi gw. Icha tidak salah apa-apa. Dia hanya menjadi korban dari orang tidak
bertnggungjawab yg memanfaatkan keadaan. Akan sangat salah kalau gw
menumpahkan kemarahan gw sekarang. “oke sekarang gini deh, lo ceritain
semuanya dari awal sejak orang ini sms ke lo ngaku sebagai gw.”
“gw pikir itu beneran lo rizd.. gw bener-bener bodoh kenapa waktu terima sms
itu gw nggak konfirm ke nomer lo yg lama,” dia mulai sesenggukan. “waktu itu
dia sms kalo itu nomer baru lo, dan nomer lo yg lama dipake ade lo soalnya lo
baru beli HP lagi. Dia juga ngelarang gw kirim pesan atau telepon ke nomer lo yg
lama. Katanya percuma aja. Ya udah gw percaya aja. Mana punya gw rasa curiga
ke elo?”
“terus, dia bikin ulah apa lagi ke lo?” tanya gw lagi menghiraukan tangisan Icha.
Gw pengen tau seburuk apa tiie memperlakukan Icha.
Icha menggeleng.
“lo enggak pernah sms lagi sampe tiga hari kemaren lo akhirnya minta maaf
pake nomer yg laen lagi. Lo bilang HP lo kemalingan waktu kita mau ketemuan.
Alasan yg masuk akal kan?”
“maafin gw cha,” kata gw. “ini bukan tindakan yg dibenarkan. Gw nggak bisa
terima ini. Gw minta maaf banget sama elo.”
“lo nggak akan ngerti rasa ini rizd,” ucap Icha di sela tangisnya.
“gw ngerti kok cha,” gw membelai rambutnya. “ini udah kelewatan. Gw akan
coba menegur cewek gw.”
Icha menatap gw heran. “maksud lo, ini ulah cewek lo?” tanyanya.
“nggak semestinya ini dilakukannya cha. Nomer yg dia pake buat sms lo, itu
adalah nomer adenya. Tapi gw samasekali nggak pernah tahu-menahu soal ini.
Lo percaya gw kan cha?”
Icha mengangguk. Kepalanya bergesek di dada gw. Lalu kami jadi saling
membisu sementara gw tetap memeluk Icha.
“untung hari ini kita ketemu,” kata icha lagi. “gw nggak bisa ngebayangin apa
lagi yg bakal gw alami kalo gw nggak tau yg sebenernya.”
“maafin gw cha,” Cuma itu yg bisa gw katakan. Dan setelah keadaan Icha
tenang kami memutuskan pulang. Gw mengantar Icha sampai depan gang
rumahnya.
PART 37
sebuah sms di pagi hari membangunkan tidur gw. gw lihat di layar HP
menampilkan nama dan foto Icha.
"hay Cha, kok lo ada di sini?" gw menyapa sambil kucek-kucek mata dan
merapikan rambut gw yg acak-acakan.
gw yakin suara gw cukup keras dan jelas untuk didengar. tapi Icha masih
tersenyum tanpa menjawab pertanyaan gw barusan.
"sejak kapan lo ada di kamer gw Cha?" gw ulangi menyapanya. kali ini dengan
suara yg lebih keras. gw yakin nyokap gw di dapur pun bisa mendengar suara
gw.
Icha masih diam. senyumnya lenyap sekarang. dengan wajah sedih Icha mulai
menangis lagi seperti kemarin. kali ini lebih histeris. suaranya menggema di
dinding kamar. belum pernah gw melihat tangisan yg begitu menyayat hati
seperti ini. hati gw seolah tercabik mendengar isak tangis Icha yg begitu kelam.
wajah manis dengan lesung pipit yg menawan yg selama ini gw kagumi dari
sosok Icha lenyap tertelan ekspresi kesedihannya.
"lo kenapa Cha tiba-tiba nangis kek gini?" tanya gw. ingin rasanya saat itu gw
beranjak duduk di sebelahnya, menggenggam tangannya lalu merangkulnya
untuk sedikit menenangkan hatinya. tapi entah mengapa tubuh gw terasa kaku
untuk melakukan itu. bahkan bibir gw terlalu kelu untuk mengucapkan kata-kata
penghiburan baginya.
suara tangis Icha masih terdengar keras di telinga gw. gw heran kenapa orang
rumah nggak ada yg masuk ke kamar gw mengecek yg terjadi. padahal tangisan
Icha kali ini lebih histeris dari seorang anak kecil yg minta jajan kepada ibunya.
seolah tangisan itu hanya gw yg bisa mendengarnya. selama beberapa menit gw
cuma jadi penonton seorang wanita yg tengah dilanda kegalauan menangis
sejadi-jadinya di hadapan gw, tanpa gw bisa melakukan apa-apa.
"salah nggak sih kalo gw terlalu sayang sama elo?" pertanyaan yg rasanya
pernah gw dengar tapi entah di mana.
gw menggeleng.
"enggak kok Cha. yg salah adalah gw, yg nggak bisa jujur dan memilih.."
Icha sesenggukan lagi. tangisnya mulai reda. tapi bahunya bergetar hebat tanda
kegalauan yg melanda dirinya. dan gw masih belum mampu bergerak dari
tempat gw sekarang.
"gw cuma pengen lo tau kalo gw sayang banget sama lo sampe detik ini, bahkan
sampe detik-detik yg akan datang!" kata Icha di sela senggukan tangisnya.
"rizd," lanjut Icha akhirnya. "kalo setelah hari ini lo nggak bisa ngehubungin gw,
itu bukan karena gw nggak mau kenal lo lagi. tapi gw cuma pengen lo bahagia
dg pilihan lo saat ini..."
tapi Icha tidak menjawab. dia diam sambil tersenyum ke arah gw.
"Cha.." gw memanggil.
Icha tetap diam.
"Icha..." kali ini lebih keras. tapi entah kenapa gw mendapati suara gw seolah
menjauh. suara gw seperti tertelan kesunyian kamar.
"ICHA!!" gw berteriak tapi yg keluar dari mulut gw adalah tangisan parau. suara
gw benar-benar hilang sekarang. gw coba memanggilnya berkali-kali tapi tetap
tidak ada suara.
gw nggak mengerti ini!! kenapa lo diem aja Cha?? lo nggak bisa denger gw? lo
nggak bisa liat airmata gw?! lo kenapa Cha??
PART 38
tapi sampai jam satu lebih sepuluh menit gw belum juga menangkap sosok Icha
dari kerumunan murid cewek yg berlalu lalang di sekitar gw. bisa dikatakan
hampir 95% siswa sekolah ini adalah perempuan. dan tentunya kehadiran gw di
tengah mereka cukup menarik perhatian. maklumlah makhluk seperti gw di
sekolah ini terbilang langka. sama halnya saat gw sekolah juga melihat seorang
wanita di lingkungan sekolah sepertinya hal yg aneh dan akan menjadi tontonan
yg mengasyikkan buat semua. kini giliran gw yg ditonton seperti itu. gw
berusaha se-cool mungkin. hehe..
gw mulai gelisah tingkat tinggi. satu per satu gw perhatikan murid yg keluar dari
gerbang tapi Icha belum juga nampak. padahal sudah hampir jam setengah dua
siang. jam 3 sore nanti gw mesti berangkat ke jakarta lagi menggunakan kereta.
biasanya gw memang pake bus, tapi kalau keadaan 'sempit' seperti ini gw bisa
mengandalkan kereta api yg perjalanannya hanya 2,5 jam saja untuk sampai di
ibukota.
"hay kak," sapa salahsatu dari mereka. "kakak yg kemaren jemput Icha ya?"
"Nadya," kata cewek berambut panjang dan menggunakan lensa kontak warna
biru.
"kok nggak bareng sama Icha? Icha nya mana?" tanya gw.
"justru itu kak, kita berdua juga lagi khawatir sama Icha," jawab Bunga.
"emang Icha kenapa?" dalam hati gw berkata 'tuh kan gw blg jg apa..'
"tadi pagi dia ijin balik. Icha muntah-muntah hebat di WC. terus katanya dia sakit
kepala, dan kalo aku liat sih dia mimisan gitu dari hidungnya! makanya kita
khawatir banget."
gw cukup dikejutkan dg berita ini. kemarin pas ketemu gw yakin Icha baik-baik
aja.
"seminggu terakhir ini sih Icha sering cerita ke kita kalo dia ngerasa sering lemes
gitu, makanya dia balik ke rumah nggak ke kosan," Nadya yg menjawab.
"oke deh, makasih ya. saya ke rumahnya aja deh kalo gitu." gw bersiap
menyalakan mesin motor ketika seorang murid dari gerbang berlari
mengacungkan HP nya memanggil Bunga dan Nadya.
"kenapa tuh si Dinda?" tanya Bunga. Nadya mengangkat bahu. gw menahan niat
gw pergi. cewek yg dipanggil Dinda tadi datang terengah-engah menghampiri
kami.
"gawat apaan lagi Nda? nyokap lo minta cerai lagi?" kata Bunga geli.
"aah, bukan soal keluarga gw!" sergah Dinda. "ini soal Icha!"
Dinda, cewek berkulit hitam berambut keriting itu melongo keheranan melihat
gw.
"udah nggak penting soal gw," kata gw. "emang Icha kenapa?"
sedikit bingung akhirnya Dinda menjawab, "barusan ade nya Icha sms katanya
Icha masuk Rumah Sakit!"
"oh my gosh!" Nadya berkomentar. "ayo kita kesana sekarang!" lalu dia duduk di
jok belakang gw.
Bunga dan Dinda segera menarik kedua tangan Nadya. walau berusaha menolak
tapi Nadya tidak kuat melawan dua kawannya.
"enggak, kita bertiga berangkat bareng!" kata Bunga. "penyakit lo nggak juga
sembuh dari dulu."
"kita ketemu di sana aja ya kak?" kata Nadya. "eh, gue bisa jalan sendiri kali.
nggak pake tarik-tarik gini lah!.."
lalu bersama-sama kami menuju ruangan Icha. dalam hati gw tak hentinya
berdoa semoga Icha baik-baik saja...
PART 39
"Ndod, nggak pake acara pegang tangan bisa kan?" Dinda melotot ke arah
Nadya yg segera melepaskan genggamannya dari tangan gw.
"Nadya Edo Sudjono alias Nandod. oke? nggak ada debat kusir lagi. mestinya lo
kan bangga bawa nama bokap lo."
"lagian sejak kapan sih elo protes kita panggil pake nama itu?" Dinda ikut
mengkudeta cewek berwajah ke indo an ini. "biasanya juga lo fine-fine aja tuhh."
"kata siapa? sejak awal juga gue nggak mau pake nama itu."
"oya? kok gue nggak pernah denger protes lo ya...sampe yg tadi barusan."
Tante Lina adalah seorang single parent. ia bercerai dg suaminya ketika Icha
masih duduk di bangku kelas 6 SD. hak asuh kedua putrinya jatuh kepadanya.
dan buat gw, Tante Lina adalah teladan yg baik untuk Icha dan Putri. ia berhasil
melakukan tugasnya merangkap sebagai sosok seorang ayah dalam keluarga
kecilnya ini dg sangat baik. Tante Lina adalah tipe wanita yg tegar. tapi hari ini
gw nggak mampu melihat hal itu. ketegaran yg biasa ditunjukkannya kini tengah
ditutupi awan mendung.
"gimana keadaan Icha, tante?" tanya Dinda yg duduk di sebelah Tante Lina.
Tante Lina menggeleng. sesekali ia menyeka matanya dg tissue.
"udah 1 jam tante disini tapi belum ada perkembangan," katanya. "dokter cuma
nyuruh kami nunggu."
"Ndod, emang Icha sakit apa sih kamu tau nggak?" gw berbisik pada Nadya yg
duduk di sebelah gw.
"kok malah ikutan manggil pake nama itu sih kak?" Nadya memprotes. "emang
Icha nggak pernah cerita ya?"
gw menggeleng.
"Icha tuh kena yg namanya Leukemia kronis sejak empat bulan yg lalu. tau
Leukemia kan? kanker darah itu lho."
jujur gw shock banget saat itu. Icha samasekali nggak pernah menyinggung soal
penyakitnya ini ke gw. dan Icha memang tampak normal layaknya yg lain. hebat
sekali Icha menyembunyikannya dari gw!
"semua akan baik-baik aja kok tante," kata Dinda lagi. "saya yakin Icha bakal
sembuh dan segera gabung lagi sama kita di sekolah."
"kali ini gejalanya udah akut. tante takut Icha kenapa-napa Nda.."
"bisa-bisanya Icha nggak cerita ke gw," batin gw dalam hati. ternyata mimpi gw
tadi pagi benar pertanda buruk. apa yg akan terjadi selanjutnya, semoga saja
bukan sesuatu yg terlalu buruk buatnya.
kami semua terdiam dalam sunyi. hanya suara beberapa perawat dan pasien yg
lewat di depan kami yg menjadi musik pengiring kebisuan ini. waktu berjalan
lambat gw rasakan. dalam tiap detik gw nggak hentinya berdoa semoga Icha
bisa melewati fase ini dg baik.
"ini cuma ujian kecil dari Tuhan Cha, lo bakal sembuh.." gw menghibur diri
sendiri. "gw akan bisa liat senyum lo lagi. gw kangen lesung pipit lo."
tanpa terasa airmata mengalir di pipi gw. jantung gw berdebar cepat. dada gw
terasa sesak seolah ada sebongkah batu yg menindih. gw bisa merasakan darah
gw mengalir dg panas di sekujur tubuh gw. gw sangat shock dg ini semua.
"ini kak," Nadya menyodorkan sebuah tissue buat gw. "enggak baik buat cowok
nangis di depan cewek."
kemudian kami kembali terdiam. tiap detik yg berlalu adalah sebuah ketegangan
buat kami. rasanya kami sepakat bahwa saat ini yg kami harapkan adalah
seorang dokter menemui kami dan mengatakan Icha baik-baik saja dan boleh
pulang. atau Icha yg keluar dari ruangannya sambil tersenyum lebar dan
meyakinkan kami bahwa semua baik-baik saja.
tidak ada dokter itu. tidak ada Icha yg muncul dari balik pintu cokelat. yg ada
hanya sebuah pengharapan bahwa ini adalah tahapan yg bisa dilalui dg baik.
sebuah titik balik bahwa Icha akan sembuh total setelah ini..
gw menarik napas panjang lalu meraih tangan Nadya. Nadya tersenyum simpul
ke gw.
"numpang liat jam," kata gw pelan. arloji di tangan Nadya menunjukkan pukul
tiga kurang sepuluh. dan saat itu gw memutuskan untuk 'menambah libur' gw
satu atau dua hari lagi.
gw ingin lebih lama di sini. gw ingin melewatkan tiap detik penuh doa ini untuk
menemani Icha. gw ingin Icha tahu gw ada di sampingnya. dan gw akan jadi
orang pertama yg memeluknya saat ia terbangun nanti...
'fisik boleh menghilang, tapi hati dan perasaan akan selalu ada, sampe mati.....'
tubuh gw bergetar hebat. gw sangat berharap ini semua cuma mimpi, dan
beberapa saat lagi akan mendapati diri gw dalam kamar yg kosong seperti
kemarin. tapi gw tidak kunjung melihat dinding kamar gw. yg ada adalah gw
tetap di sini, tertunduk menangis di samping Icha. Icha yg kini sudah beristirahat
dg tenang untuk selamanya. tidak ada lagi penderitaan, tidak ada lagi
pertengkaran, dan tidak akan ada lagi tangisan.
entah sudah berapa lama gw menatap gundukan tanah ini. menatap bunga-
bunga segar yg ditaburkan di atas tanah yg basah. airmata gw juga ikut jatuh
membasahi tanah ini. berkali-kali gw meyakinkan ini cuma mimpi, tapi sebuah
suara di samping gw menyadarkan gw dari semua itu.
"ikhlasin Icha ya rizd," bisik Nadya menepuk bahu gw. "ikhlas nggak ikhlas nggak
akan mengembalikan Icha. tapi kalo kita ikhlas, seenggaknya Icha akan tenang
di sana..."
Tuhan telah menentukan jalan yg harus gw pilih. Icha telah pergi meninggalkan
begitu banyak memori yg tertanam dalam hati. biarlah itu jadi salahsatu memori
indah yg pernah terjadi antara kami berdua. memori yg tidak akan terlupakan
dan tersimpan rapi di sudut hati gw.
perlahan gw tatap batu nisan di depan gw. di bawah nama Icha tertanggal 27
November. Icha berpulang tepat di hari ulang tahunnya. sebuah akhir dari
perjalanan yg indah..
gw pejamkan mata. meraba ukiran nama di batu nisan itu dg tangan kanan gw.
mencoba membaca namanya tanpa melihat. mencoba membaca namanya dari
hati gw..
"kita tiup sama-sama yaa," ucapnya pelan sambil menutupi lilin dari angin dg
tangan kirinya.
dan seiring nyala api yg padam di tangan kami, berakhirlah semua kisah tentang
Icha. tapi gw yakin kisah itu akan bersemi dalam hati kami yg mencintainya.
PART 40
sudah satu bulan berlalu sejak kepergian Icha tapi gw belum mampu menepis
rasa bersalah yg menghinggapi benak gw. gw sering termenung dalam
kesendirian. beberapa kali bahkan gw menangis tanpa sebab. terlalu berat
rasanya menjalani hidup yg monoton ini dengan dihantui bayang-bayang
seorang Icha.
kadang gw berpikir Icha pergi bukan karena Leukemia nya, tapi justru gw lah
penyebab itu semua. sementara gw di sini, terbunuh oleh rasa bersalah yg ada.
"enggak kak, kakak enggak salah apa-apa. berhenti deh mikir kek gitu," suara
Nadya terdengar jernih di telinga gw. "itu cuma bikin kakak jadi gila aja tau."
"udah deh buang jauh-jauh pikiran jelek kek gitu. jalanin aja yg ada sekarang.
oke?"
"nah tuh udah ngerti? ya udah jangan sampe larut dalam perasaan aja."
gw tersenyum.
"eh, udah jam sembilan nih kak. si mamah udah ngomel-ngomel mulu daritadi
nyuruh beres-beres," lanjut Nadya. "entar dilanjut lagi deh. daah.."
tapi toh seperti yg pernah dikatakan juga oleh Nadya, bahwa life must go on.
hidup akan terus berlanjut, dengan atau tanpa Icha. Icha sudah menemukan
kebahagiaannya di sana. maka tugas gw adalah menemukan kebahagiaan gw di
sini, di kehidupan gw sendiri.
tiie sudah tahu yg terjadi pada Icha, gw yg memberitahunya. dan tanpa diminta,
tiie mengakui perbuatannya yg menyamar menjadi gw untuk mengelabui Icha.
dia beralibi bahwa dia penasaran dan ingin tahu seperti apa sosok Icha
sebenarnya. dan ketika janji ketemuan di mall, tiie sebenarnya juga ada di sana.
cukup jelas untuk sekedar tahu bagaimana sosok seorang Icha.
well, gw nggak mau memperpanjang masalah ini. toh Icha juga sudah
memaafkannya. maka sangat tidak etis rasanya kalau gw harus menghukum tiie
atas perbuatannya itu. biar bagaimanapun tiie adalah pilihan gw sekarang. jalan
yg sudah gw tapaki sejak awal, tidak mungkin gw akhiri begitu saja. gw akan
melanjutkan perjalanan gw dengan tiie.
"jemuran masih kosong nih. lagi pada males nyuci ya?" tiie mengomentari tali
jemuran yg hari ini kosong.
"pada nyuci di laundry kali," jawab gw sekenanya. "jakarta lagi kekurangan aer."
hari Minggu itu kami memang janji ketemuan di kosan gw. setelah ini kami
berencana jalan-jalan ke Ancol, ke Dufan lebih tepatnya.
"by the way, sebentar lagi kita ultah ya?" kata tiie tersenyum.
"hehehe..gw jarang cek kalender selain buat mastiin tanggal gajian soalnya."
padahal gw tahu maksud pembicaraan tiie. pertengahan Januari nanti, kami akan
sampai di 1 tahun hari jadian kami.
"iya iya gue inget kok," kata gw. "lo pengen kado apa entar?"
"emang mau ngasih? emmh...kalo gitu gw minta kandang kecil aja deh."
"sekali-kali lo ngaca deh kalo lagi makan. kan gw udah bilang, mulut lo tuh kek
marmut tau nggak sih kalo lagi makan?"
"mau kemana?"
"ogah! udah mandi sana, pantes daritadi kek ada yg aneh. hehehe.."
gw bergegas ke tangga.
"ogah! otak lo mesum mulu! lo mandi sana, gw tunggu di kamer aja deh."
gw lalu turun diikuti langkah cepat tiie mengejar gw. satu jam kemudian gw dan
tiie sudah ada dalam bus yg mengantar kami menuju Ancol. gw berharap hari ini
akan sedikit mengobati kesedihan gw..
PART 41
'jadi ikut nggak sih?' gw baca sms dari tiie. lalu buru-buru gw balas.
ada dua motor matic warna hitam berhenti di depan rumah gw. gw keluar
menghampiri mereka.
"yaelaah pake tanya segala," kata Dinda. "udah cantik-cantik kek gini juga."
"gue aja kali yg cantik, elo nggak." Nadya tertawa lebar sementara Dinda
melotot ke arahnya dg tatapan sinis.
"kita mau taun baruan nih," kata Bunga. "kan kemaren-kemaren kakak bilang
nggak ada acara malam ini, ikut sama kita aja yuk? tuh si Nandod sampe bela-
belain tukeran pake motornya sama Dinda."
"yaah..mesti diakui sih motor gue emang lebih bagus dari punya dia ini," sahut
Dinda menepuk setir motor.
"nggak gitu juga kali," katanya ketus. "punya lo kan bensinnya full jadi gw nggak
perlu ngisi lagi."
"busyet lo, Ndod. gw pikir jarum bensin lo udah mati. jadi ini beneran udah mau
abis?? wah rugi gw donk!"
Nadya cuma nyengir. meski saat itu malam hari, tapi gw bisa melihat kedua
matanya yg memakai lensa kontak biru berkilat tertimpa cahaya lampu.
"ayo kak, tuh sama Nadya boncengan," kata Bunga. "gratis kok."
"ya udah deh kalo gitu kita balik aja," ujar Nadya.
"enggak papa kok kak," Dinda yg menjawab. "yaah biarpun ada penonton yg
kecewa tapi seenggaknya gw nggak perlu keluar duit nih buat bensin. hehehe.."
"bensinnya belum diisi tuh," kata kakak gw mengingatkan. "oiya kalo mesinnya
mendadak mati, bersihin aja busi nya."
"iya gw ngerti," kata gw nggak sabar. lalu beberapa detik kemudian gw sudah
meliuk-liuk di jalanan. tiie dan yg lain kumpul di rumah Fani, teman sekelas tiie.
jam 9 gw datang disambut pandangan kesal mereka. setelah berkali-kali
meminta maaf atas keterlambatan gw, kami langsung berangkat menuju daerah
Telaga Remis. sebuah daerah di kaki Gunung Ciremai yg tepat untuk
melewatkan malam yg dingin. kami mampir di sebuah warung makan lesehan.
dengan menu makan malam ikan bakar, kami melewatkan perayaan ulang tahun
kecil-kecilan ini dg menyenangkan. sayangnya ini memang bukan malam yg baik
buat gw. saat akan melanjutkan acara malam itu dg berkeliling kota, motor yg
gw pakai ngadat. butuh 15 menit buat menghidupkan motor tua ini.
sialnya ini terjadi bukan cuma sekali, tapi berkali-kali sehingga cukup merusak
chemistry yg sudah berusaha gw bangun. dan teman-teman tiie yg nampaknya
kesal memutuskan meninggalkan gw yg berkutat dg busi kotor motor gw.
"maafin gw ya tiie," kata gw sambil menuntun motor di tepi jalan. "kita malah
jadi ditinggal gara-gara motor ini."
tiie tersenyum sambil mengangguk. jalanan malam itu masih ramai dipenuhi
kendaraan yg berlalu lalang. suara terompet hampir terdengar tiap detik.
"udah jam duabelas nih," kata gw menepikan motor di depan sebuah toko yg
sudah tutup. gerimis mulai turun. "met taun baru ya." gw cium keningnya.
tiie nampak kaget. dia tersenyum malu. dan akhirnya malam itu kami habiskan
dg duduk di depan toko menunggu hujan reda sambil tangan gw belepotan
membersihkan busi...
PART 42
memasuki tahun baru ini menjadi masa-masa paling sibuk buat gw. kalau
sebelum ini di tempat kerja gw bisa santai sms an, ngopi, atau bahkan tidur saat
jam kerja, kali ini gw benar-benar dibuat 'kerja'. nggak ada waktu buat gw
nyantai kecuali jam makan siang. selebihnya gw disibukkan menyelesaikan job
gw.
nggak ada hari libur. Sabtu dan Minggu jadi hari kerja normal. tiap hari gw balik
ke kosan saat jam dinding di kamar menunjukkan pukul setengah sepuluh
malam, bahkan beberapa kali gw baru balik jam duabelas tengah malam.
rutinitas yg monoton dan menguras banyak waktu inilah yg pada akhirnya juga
ikut andil dalam renggangnya hubungan gw dengan tiie.
seperti sepasang kekasih yg baru jadian, yg kami obrolkan sekarang cuma hal yg
terbilang sekedar basa-basi. chemistry diantara kami mulai luntur nampaknya.
itu ditengarai dengan seringnya kami bertengkar tanpa sebab. hal kecil yg bisa
menimbulkan gesekan emosional kerap terjadi di rentang waktu ini. gw nyaris
nggak lagi mengenal seorang tiie. begitupun mungkin dia. sejak terakhir
bertemu di malam tahun baru, gw belum sempat menemui dia lagi.
perubahan drastis, dari yg dulu hampir tiap menit kami berinteraksi meski
sekedar lewat pesan singkat, menjadi lost contact membawa perubahan pula
pada perasaan kami. pertengkaran demi pertengkaran selalu muncul tiap hari.
gw sendiri nggak bisa terlalu meng handle penyelesaiannya, karena memang gw
nggak punya waktu banyak buat itu. dan pertengkaran-pertengkaran itu
mencapai puncaknya di malam hari tepat sebelum ulang tahun hari jadian kami
yg pertama.
saat itu jam setengah sebelas malam dan gw baru saja rebahan di kasur saat tiie
mengirim sebuah pesan singkat.
'gue nggak tahan sama kondisi kita yg sekarang. gw juga nggak ngerti kenapa
bisa jadi kek gini, tapi GUE NGGAK TAHAN LAGI !.. gue pengen kita putus dan
gue harap lo ngerti ini.!'
hari yg seharusnya jadi hari paling bersejarah dalam hubungan kami nyatanya
jadi hari tanpa makna yg tetap gw lalui dengan kesibukan gw di tempat kerja.
meski ini mengganggu pekerjaan tapi gw berusaha menyelesaikan tugas gw
sebaik yg gw mampu.
sementara di luar sana tiie tetap 'membisu'. enggan membalas pesan dan
menjawab telepon gw. gw semakin terganggu dengan ini. saat sampai di
hitungan satu tahun, gw pikir hubungan kami sudah nggak layak dikategorikan
sebagai hubungan yg main-main yg biasa dilakukan anak-anak berseragam putih
abu-abu. gw sering mengingatkan tiie soal arti cincin yg gw berikan kepadanya
bahwa gw memang berniat serius menjalani hubungan ini, tapi sepertinya tiie
menanggapi ini biasa saja.
hari Sabtu ini harusnya gw ada di tempat kerja menjalani lembur, tapi gw
membelot. sejak pagi tadi bos gw berkali-kali menelepon tapi gw abaikan.
bahkan gw non aktifkan HP gw. peduli setan dengan konsekuensinya, pikir gw
dalam hati.
gw hafal hari Sabtu adalah jadwal tiie praktek di lab, makanya gw tunggu di
depan lab sampai kelas bubar. begitu melihat tiie, buru-buru gw hampiri dia.
tanpa banyak debat gw tarik tangannya menjauh dari kerumunan.
"nggak usah ikut campur!" hardik gw. "ini bukan urusan lo!"
laki-laki itu mencengkeram lengan gw sambil berkata, "gw cowoknya tiie dan gw
berhak tau ada urusan apa lo sama cewek gw?!!"
PART 43
"nyantai aja kali," gw menepis tangan laki-laki itu. "lagian siapa elo ngaku-
ngaku? gw cowoknya tiie!"
"lo tanya sendiri aja sama orangnya," katanya dingin sambil melirik tiie.
gw menoleh ke arah tiie. gw yakin tiie akan bilang orang di sebelahnya ini adalah
orang gila yg mengaku-ngaku sebagai pacarnya. gw yakin dia akan menjelaskan
kesalahpahaman ini.
"dia emang cowok gw," kata tiie pelan. ada ekspresi ragu dalam wajahnya.
gw menggeleng.
"enggak. gw kenal lo, lo nggak mungkin ngelakuin ini ke gw. lo pasti bohong,"
kata gw menolak ucapan tiie.
tiie menepis tangan gw.
"kalo begitu lo enggak pernah bener-bener kenal gw," katanya lalu menarik
tangan laki-laki di sebelahnya dan berlalu meninggalkan gw yg terbengong-
bengong sendirian. sumpah gw yakin ekspresi bego nya Mr.Bean pun kalah dari
ekspresi gw saat ini.
"tapi nggak perlu kan sampe nyuruh orang ngaku-ngaku jadi cowoknya?" gw
kesal.
"dia lagi bener-bener nggak mau diganggu. tadi di kelas aja dia diem mulu
nggak nyahut pas gw ajak ngobrol."
gw garuk-garuk kepala.
"mending biarin aja dulu, entar kalo udah adem juga bakal baikan. kan biasanya
juga gitu?"
Endah menepuk bahu gw. "lo cuma terlalu takut aja rizd," katanya. "tiie banyak
curhat ke gw. lo tenang aja. tunggu waktu yg tepat buat ngomongin ini."
syukurlah ada yg menenangkan hati gw saat ini. gw terlalu takut kehilangan tiie.
"thanks Ndah," kata gw lalu beranjak pergi. tadinya gw berniat langsung pulang
ke kosan tapi entah apa yg merasuki otak gw, sehingga membuat gw berputar
arah dan sekarang berdiri di depan pagar rumah tiie.
"tiie nya ada bi?" tanya gw. padahal tanpa dijawab pun gw sudah tahu
jawabannya.
"ya udah saya nunggu aja deh sampe tiie nya balik," lanjut gw. "eh, nggak perlu
bi. saya nunggu di sini aja."
"yakin nih nggak mau masuk?" si bibi melepaskan kembali gerendel pagar.
gw mengangguk.
"bentar doang kok," kata gw sok cool. si bibi kemudian masuk kembali ke rumah.
sementara gw berdiri menyandarkan punggung di pagar. gw berniat
'menghadang' tiie di sini. gw harap tiie mau membicarakan baik-baik masalah
diantara kami.
berdiri tanpa kata. entah sudah berapa lama gw berdiri di depan pagar rumah
tiie. yg gw sesalkan adalah gw samasekali nggak hafal jam berapa tiie akan
pulang. kaki gw mulai terasa kebas dan panas. leher terasa kaku. dan gw sudah
mendekati kata menyerah dan hampir memutuskan pulang saat akhirnya yg gw
tunggu muncul juga.
tiie turun dari sebuah angkot. dia melihat dan tahu keberadaan gw. gw terus
memandangnya dari tempat gw berdiri.
tiie melangkah menuju pagar dan membuka gerendelnya. jarak diantara kami
hanya setengah meter, tapi tiie seolah tidak melihat gw di dekatnya. dia masuk
lalu mengunci pagar lagi, membiarkan gw yg lagi-lagi hanya bisa termangu
melihatnya berlalu tanpa menggubris gw.
mata gw masih menatap pintu cokelat itu beberapa saat lamanya. dan setelah
gw sadari tidak akan ada yg keluar dari sana untuk menyambut gw, gw putuskan
untuk pulang ke kosan....
PART 44
makin hari tiie makin menjauh dari gw. dia benar-benar jadi sosok yg nggak gw
kenal !
aneh rasanya mendapati diri gw selalu diacuhkan olehnya. samasekali nggak
ada lagi perhatian sedikitpun ke gw yg selama ini selalu ditunjukkannya. belum
pernah kami putus dan belum juga nyambung lagi dalam waktu yg cukup lama.
selalu ada cara buat tiie menghindar dari gw. nebeng di motor temennya,
ngumpet di Ruang Dosen, atau mengalihkan perhatian gw dengan mengirim
'umpan' berupa seorang bidadari yg kecantikannya bahkan nggak melebihi anak
pemilik kosan gw.
gw mulai berpikir bahwa tiie memang benar-benar sudah nggak ingin ada gw
lagi di hidupnya. mungkin gw sekarang cuma jadi sampah yg mengotori
pikirannya. terus apa artinya hubungan selama 1 tahun kalau akhirnya begitu
mudah seperti ini?
"nggak, gw yakin tiie nggak seperti itu," gw menghibur diri sendiri. "gw yakin tiie
masih sayang gw."
akhirnya siang itu gw sampai lagi di depan pagar bercat hitam. gw sedikit tegang
kali ini. gw berharap yg ada di pikiran gw salah. menggosok-gosokkan telapak
tangan selalu bisa menghangatkan. gw menghela nafas berusaha setenang
mungkin.
cukup lama sampai akhirnya terdengar suara 'klik' pada pintu di depan gw. gw
bersiap dengan segala kemungkinan. pintu terbuka lebar dan gw lihat sosok tiie
di belakangnya. hanya butuh sepersekian detik buat tiie menyadari keberadaan
gw lalu bergerak cepat menutup pintu.
brakk!
"tiie, gw pengen ngomong sama lo!" gw berhasil mengganjal pintu dengan kaki
kanan gw.
"apaan lagi sih?? enggak ada yg perlu diomongin lagi!!" tiie tetap mendorong
pintu hingga telapak kaki gw benar-benar terjepit sekarang. sangat menyakitkan
memang, tapi gw pikir ini kesempatan emas gw bisa bicara dengannya.
kami saling mendorong pintu. dan gw semakin merasakan nyeri di kaki gw.
"gw mohon tiie..kita bisa bicarakan ini baik-baik," kata gw. tiie akhirnya
menghentikan mendorong pintu tapi dia tetap menahan dari belakangnya.
"ya udah ngomong sekarang. lima menit cukup," terdengar suara tiie dari balik
pintu.
wajah tiie muncul di celah sempit pintu menengok ke arah kaki gw di bawah. dia
lalu membuka pintunya sedikit lagi. tanpa peduli rasa sakit gw manfaatkan celah
itu untuk menerobos masuk.
"lima menit," kata gw. lalu tanpa dipersilakan gw duduk di kursi tamu. sakit di
kaki gw terasa semakin nyeri.
"cepetan ngomong, lo udah ngabisin dua menit buat bengong. tinggal tiga
menit," kata tiie ketus.
"lima menit kalo keadaannya normal," sahut gw mengelus kaki gw. "kaki gw
butuh waktu penyembuhan nggak kurang dari 1 jam. emang lo tega ngeliat gw
jalan pincang?"
"sampe sekarang gw nggak ngerti kenapa sikap lo kek gini ke gw," gw membuka
pembicaraan.
"dari dulu lo emang nggak pernah ngerti tentang gw," sahut tiie tajam.
tiie menggeleng.
"bohong!" suara gw meninggi. "lo bisa aja ngebohongin perasaan lo, tapi lo
nggak bisa ngebohongin gw!"
"tau apa lo tentang gw?? lo tuh nggak pernah ngerti keadaan gw!! lo egois! lo
nggak pernah bener-bener peduli sama gw!!?"
"maafin gw tiie," kata gw pelan. "gw udah berusaha sebisa gw buat jadi yg
terbaik buat lo."
PART 45
dan pertanda bahwa sudah benar-benar tidak ada perang dingin lagi adalah
ketika tiie kembali membuat surprize di hari ulang tahun gw di awal Maret.
secara mengejutkan dia datang ke kosan, membawa sebuah kue tart mini plus
hadiah sebuah sweater manis dan kaos berwarna biru. melalui sebuah acara
kecil-kecilan, karena cuma ada kami berdua, lengkap dengan ritual pecah telor
di kepala hari itu menjadi salahsatu ultah yg menyenangkan buat gw.
kami seperti menjalani sebuah hubungan tanpa status. tapi toh gw nggak terlalu
mempermasalahkannya. selama tiie merasa nyaman akan ini gw nggak akan
mengusik terlalu jauh. gw ingin mengembalikan lagi feel yg dia punya buat gw
secara perlahan-lahan. gw mencoba sabar untuk ini. karena gw adalah orang yg
berkeyakinan bahwa kesabaran akan berbuah manis.
weekend ini gw janji ketemuan lagi dengan tiie. sudah jauh hari gw meminta ijin
kepada bos untuk nggak mengikuti lembur hari Sabtu dengan alasan keperluan
keluarga yg mendesak. hehehe
Psychopat, begitu nama yg tertera di sana. gw bahkan sudah lupa ada kontak
dengan nama itu. setelah gw ingat-ingat lagi ternyata itu adalah nomor Eka,
mantan tiie yg dulu pernah jadi pemicu keributan diantara kami. dulu gw lagi
marah-marahnya jadi gw save kontaknya dengan nama itu.
sejenak gw ragu dihapus nggak ya? ah ngapain juga disave, kata gw dalam hati.
tapi tunggu dulu, kek nya seru juga deh ngerjain orang malem-malem gini, otak
jail gw mulai bekerja. maka dua detik kemudian gw tekan tombol hijau di keypad
HP gw. sambil menunggu jawaban gw memikirkan trik apa ya yg bakal gw pake
buat ngerjain tuh orang.
sumpah gw mendadak parno. takut kalo ketahuan. padahal peduli setan mau
ketahuan juga apa urusannya??
gw cuma berspekulasi. kalau ternyata Eka nggak kenal juga sama nama ini, gw
akan meminta maaf atas kesalahan sambung gw.
"gw di Bandung ikut paman gw," jawab gw sekenanya. pokoknya semua jawaban
gw ngasal!
"wah asyik dong.. gw di cirebon aja nih. padahal gw pengen gawe di luar kota
juga kek elo."
"bukan nggak bisa Gung, gw disini juga nebeng di tempat sodara jadi nggak
enak kalo mau keluar."
dan akhirnya kami terlibat dalam obrolan ringan, atau lebih tepatnya obrolan
asal-asalan. hehehe..
beberapa pertanyaan yg nggak bisa gw jawab gw alihkan dengan membahas
masalah ekonomi negara yg makin memburuk.
"eh, lo balik ke Cirebon kapan? entar kita double date yuk?" kata Eka.
bujug, gw mesti jawab apa?
"waah...justru itulah bro, gw lagi sedih banget..." gw jawab begitu karena tiba-
tiba sebuah ide melintas di otak gw. gw yakin ini adalah jawaban dari
pertanyaan yg dulu sempat hinggap di benak gw.
"gw baru putus sama cewek gw tiga hari yg lalu," gw mulai trik gw. "cewek gw
selingkuh sama mantannya. sumpah kecewa banget gw!"
"sakit hati banget gw bro. lo pernah enggak sih ngerasa sakit ati kek gini gara-
gara pacar lo selingkuh sama mantannya?"
"hehehe.. gw enggak pernah sih kek elo," jawab Eka. "tapi gw pernah ada di
posisi mantannya cewek lo."
"ah ngehe lo. itu tuh waktu gw masih sama Tiie, lo inget dia kan? waktu itu kan
pernah gw kenalin ke elo."
"iya bro."
"iya jadi kan gini, waktu gw lagi adem-ademnya sama Tiie tiba-tiba ada cowok
brengsek, si Harrizd anak jurusan Mesin di sekolah kita." sampai di kalimat
inidalam hati gw pura-pura nggak kenal nama yg disebutkan Eka. "dia ngerebut
Tiie dari gw. gara-gara Harrizd tiba-tiba Tiie mutusin gw tanpa alasan yg jelas.
Tiie bilang dia bingung milih antara gw atau si Harrizd."
"asal lo tau, status gw sama dia udah putus waktu itu. tapi tiie tetep sms gw kek
kita masih jadian aja. ketemuan, jalan bareng, nonton.... ya pokoknya nggak ada
bedanya sama waktu pacaran deh! tapi kan gw juga pengen kejelasan hubungan
gw. makanya gw suruh dia milih. dan sialnya ternyata dia milih Harrizd." meski
terkejut gw masih bisa tersenyum mendengar pengakuan Eka. "tapi lagi-lagi,
biarpun dia bilang dia lebih milih Harrizd, dia tetep berhubungan sama gw. ya gw
sih asyik-asyik aja biarpun cuma jadi simpenan ya nggak? namanya juga cowok.
hehehe...."
jantung gw berdegup kencang. gw ingat tiie pernah bilang ke gw bahwa dia dan
Eka nggak pernah lagi bertemu setelah meraka putus. dan ternyata!!
"tapi Tiie pinter juga, dia pernah merencanakan sesuatu semacem sandiwara
gitu lah buat nutupin hubungan gw sama dia dari cowoknya."
"jadi harrizd tuh pernah buka HP nya tiie dan liat sms-sms gw buat tiie. dia udah
mencium aroma perselingkuhan gw. terus Tiie bikin sandiwara itu deh. gw
ditugaskan ketemu Harrizd di mall bareng tiie juga. terus pas kita bertiga lagi
ngobrol gw pura-pura marah ke tiie biar si cowok bego itu percaya kalo kita
nggak ada apa-apa! dan itu berhasil!! hahaha..." gw benci banget mendengar
suara tawa itu. "yaah...namanya juga jadi suami simpenan ya mesti berkorban
akting juga laah."
darah di sekujur tubuh gw terasa panas. antara percaya dan nggak percaya gw
mendengarnya. O my gosh!! berarti selama ini gw ditipu mentah-mentah oleh
mereka?!
"pas kita lulus, tiie kuliah di karawang jadi kita nggak pernah ketemu lagi," jawab
Eka. "tapi kita tetep sih sms an kek biasa. terus dua minggu yg lalu kalo nggak
salah, tiie bilang kalo dia lagi ada di cirebon." sampai di sini gw pastikan ini
benar karena tiie memang bilang kalo dia balik ke cirebon karena ada keperluan
keluarga. "terus dia maen ke rumah gw. pas banget rumah gw lagi kosong."
"yaa gitu deh, lo tau sendiri lah kalo sepasang kekasih ketemu ngapain? ya
kita..."
tuut.. tuuut..
PART 46
entah apa yg harus gw katakan lagi. menelepon Eka semalam mungkin adalah
keputusan keliru yg gw lakukan. tapi bukannya lebih baik tahu yg sebenarnya
daripada dibohongi?? semalaman gw nyaris nggak bisa tidur. kata-kata Eka terus
mendengung nyaring di kedua telinga gw.
sabtu siang ini gw sudah janjian dengan Tiie. rencananya kita akan nonton film
terbaru. sejak pagi gw samasekali nggak menyinggung soal Eka semalam karena
gw ingin mengatakannya langsung di depannya nanti. meskipun gw tahu akan
berat, tapi toh ini tetap harus dijelaskan kebenarannya.
dan tepat pukul dua siang gw sudah ada di depan pintu cokelat, disambut
senyum manis tiie seperti biasanya. tapi kali ini senyum itu nggak mampu
menyentuh hati gw. langit siang itu mendung, yaa bisa dikatakan semendung
hati gw saat ini.
"yuk masuk," kata tiie ramah sambil menggandeng tangan gw. jujur perasaan
gw saat itu sudah benar-benar nggak keruan. ingin gw langsung membeberkan
semuanya, tapi gw pikir ini belum waktu yg tepat. gw biarkan saja dulu.
tiie mengangguk. gw sambut uluran tangannya dan kami pun berlalu. gw nggak
bisa memungkiri hati gw saat ini benar-benar hambar. dulu gw selalu senang
bisa menggandeng tangan tiie dan seolah menunjukkan kepada orang-orang
bahwa kami adalah pasangan serasi yg akur dan damai, tapi kali ini genggaman
tangan gw hanya sebuah genggaman kosong tanpa makna.
tatapan mata tiie nggak lebih hanya sekedar tatapan mata biasa yg mulai
meredup seiring kebenaran yg akhirnya terungkap. gw melalui siang itu dengan
perasaan yg benar-benar kosong. gw menganggap ini cuma bagian formalitas
dari sebuah acara inti yg nanti pasti akan berdampak besar dalam kehidupan
kami. dan gw rasa gw menjalankan tugas berpura-pura ini dengan cukup baik.
tiie tidak menanyakan keheranannya dengan sikap gw yg agak dingin kali ini.
setelah selesai menonton gw mengajak tiie mampir di sebuah kafe di mall. inilah
momen yg tepat menyampaikan semuanya. semuanya!
kami memesan dua gelas minuman dingin. tiie nampaknya masih belum
menyadari apa yg akan terjadi selanjutnya. dia tetap menunjukkan wajah ceria
seperti biasanya.
"kok nggak diminum es nya?" tanya tiie melihat gelas yg nggak gw sentuh
sedikitpun.
gw menggeleng.
"lidah gw lagi enggak enak rasa," gw berkilah. sebuah senyum sinis tersungging
di sudut bibir gw.
"lo kenapa sih kek nya hari ini lagi bad mood ya?" tanya tiie akhirnya. "daritadi
senyum lo aneh."
"masa sih? bukannya yg aneh itu hubungan kita ya?" gw sudah memulainya.
"ah elo nya aja yg aneh tuh. orang kita biasa-biasa aja kok."
"maksudnya lo mau bilang kalo hubungan kita aneh gara-gara gw kan? gw ngerti
arah omongan lo."
gw tersenyum simpul.
"iih...sumpah deh lo tuh beje banget. maksud lo apa ngomong kek gitu?"
"gw tau sebaik yg elo tau tentang hubungan lo dan Eka," inilah untuk pertama
kalinya gw lihat wajah tiie pucat. gw pandangi wajahnya, menunggu dia bicara
tapi karena dia hanya diam maka gw lanjutkan. "gw udah tau semuanya tentang
elo dan Eka selama ini. mulai dari affair yg kalian sembunyikan, sampai
sandiwara palsu waktu kita bertiga ketemu di mall!"
sumpah baru gw lihat ekspresi wajah yg seperti ini. kaget, malu mungkin, dan
bingung bercampur jadi satu melahirkan ekspresi yg sangat janggal di wajah
manis tiie.
"gw nggak marah kok," kata gw lagi. "karena gw tau gw nggak punya hak buat
itu. gw cuma sedikit menyayangkan sikap sembunyi-sembunyi kalian. padahal
kalo lo memang lebih milih mantan lo itu, lo bisa ngomong jujur ke gw. gw bisa
cari cewek lain, gw yakin gw masih laku. tapi yg lo lakuin ini bener-bener bikin
gw sakit!!"
"kenapa sih lo tega ngelakuin ini semua ke gw?? apa artinya semua perjuangan
yg gw lakukan buat lo?? apa artinya cincin yg sekarang lo pake itu?!! apa artinya
hubungan kita selama ini??" gw menggebrak meja cukup keras. perhatian orang-
orang mulai tertuju pada kami.
tiie yg terkejut mulai menangis pelan. kali ini gw membiarkannya. tangisan dia
kali ini nggak sebanding dengan rasa yg terpatri di hati gw. sakit ini nggak bisa
diungkapkan. terlalu sakit untuk sekedar menyebutnya sakit.
"tadinya gw berharap bisa memperbaiki hubungan kita," lanjut gw. "tapi gw tau
sekarang, percuma gw bisa memiliki lo karena hati lo bukan buat gw. mungkin
memang benar yg dulu lo bilang, sampe kapanpun lo enggak akan dapetin yg lo
mau dari gw.."
"............"
"gw udah coba perjuangkan lo sepenuh hati gw tiie. tapi sekarang gw sadar, lo
akan bahagia cuma sama orang laen dan bukan gw. udah saatnya buat gw
bilang nyerah. terlalu berat buat gw untuk terus berharap dari lo. gw sadar gw
bukan siapa-siapa dibandingkan seorang Eka. walau gw kecewa, tapi gw
sekarang relain kok kalo lo mau pergi dari hidup gw..."
saat itulah tiie bangun dan sambil menyeka airmatanya dia bergegas
meninggalkan gw. gw bereaksi dengan mengejarnya.
"Mas, Mas...." panggil seorang dari belakang gw. gw hentikan langkah gw.
"minumannya dibayar dulu." kata waitress yg menghampiri gw.
ah, setannnnnn!
dalam keadaan begini gw lupa bayar.
"tiie," panggil gw. gw cuma cemas takut dia melakukan sesuatu yg tidak
terpikirkan. tiie menepis tangan gw. kami berjalan cepat keluar.
tiie berhenti di tepi jalan. menyetop sebuah angkot lalu masuk ke dalamnya. dan
gw cuma bisa jadi seorang pengekor setia. gw duduk di sebelah tiie. di dalam
angkot sudah penuh penumpang yg lain maka gw putuskan untuk tidak bicara.
gw diam memastikan tiie di samping gw baik-baik saja. dan saat angkot melaju,
kaca jendela mulai basah oleh rintik hujan yg turun......
PART 47
nggak akan pernah ada yg tahu seperti apa sebuah cerita akan berakhir. dan
kisah ini berakhir di suatu senja yg hujan saat gw mengejar tiie yg bergegas
turun dari angkot menembus hujan yg semakin deras...
"tiie, kita berteduh aja dulu," kata gw berjalan cepat di sampingnya. gw lepas
jaket gw dan gw tadahkan di atas kepalanya untuk menghalangi air hujan. gw
tahu itu percuma karena hujan yg turun terlalu deras untuk dihalangi.
gw pungut jaket gw, sedikit membersihkannya dari tanah lalu gw berkata. "gw
cuma pengen mastiin lo baik-baik aja sampe rumah. gw merasa
bertanggungjawab karena gw yg ngajak lo keluar."
"gw baik-baik aja nggak usah khawatir! rumah gw juga udah deket tuh, sekarang
gw minta lo pergi!!"
gw diam termangu.
"nggak ada lagi yg perlu dibicarakan," potong tiie tegas. "semuanya udah
terungkap kan?" lalu tiie berjalan lagi dan gw kembali mengikutinya.
"gw cuma pengen tau aja," kata gw ketika kami sampai di seberang rumahnya.
"apa yg diceritain Eka ke gw itu bener?"
tiie berhenti. tadinya gw pikir dia akan menyeberang jalan tapi gw lihat dia
sedang memikirkan sesuatu. selama beberapa detik dia diam. begitupun gw.
kami sama-sama membiarkan tubuh kami semakin basah diguyur air hujan.
suara gemuruh petir sesekali terdengar memecah kesunyian diantara kami.
"yg lo denger dari Eka itu bener," akhirnya tiie bicara. "semuanya yg lo denger
dari Eka bener. hebat kan gue bisa nyembunyiin semuanya dari lo??" tiie
menyeringai.
"itulah kenapa gw selalu bilang lo nggak pernah bisa ngertiin gw! gw tuh nggak
pantes buat lo perjuangkan rizd! masih banyak cewek di luar sana yg pantas
dapetin semua itu," gw lihat tubuh tiie bergetar. bukan karena kedinginan, tapi
dia mulai menangis lagi. "dan lo...samasekali nggak pernah tau apa yg terjadi
sebenarnya selama ini!"
tiie mengambil dompet dari saku celana jeans nya, lalu mengeluarkan dua buah
kartu yg seperti kartu identitas.
"gw rasa udah saatnya lo tau ini," lanjut tiie. "gw nggak bisa nutupin ini
selamanya."
"oke gw akan cerita, tapi tolong jangan potong kalimat gw kalo gw belum selesai
bicara, oke?"
"gw mau tanya sama lo, dulu waktu temen lo Diaz ngenalin gw ke elo, lo kenal
gw dengan nama apa?"
"nama lo Devi Elviantiie kan?" jawab gw. "tolong jangan ngebahas yg nggak
penting."
tiie diam sejenak menghela napas panjang lalu mulai bicara lagi.
"maksudnya apa ini? kok nama lo bukan Devi Elviantiie? sejak kapan lo ganti
nama?" gw masih memperhatikan kartu di tangan gw.
"huh, ternyata lo belum ngerti juga," ujar tiie. "denger rizd, di kartu itu nggak
tertulis nama Devi Elviantiie, karena gw memang bukan Devi Elviantiie!! gw
Rizka Sarah Maulviaty!"
PART 48
hati gw mencelos mendengar ini. kebohongan apa lagi ini yg sedang dibeberkan
tiie? gw masih belum mengerti inti masalahnya. maka gw putuskan diam
mendengarkan kata-kata tiie selanjutnya.
sampai disini gw masih diam. antara percaya dan tidak percaya gw dengarkan
cerita tiie. dinginnya hujan jadi tidak berasa. tubuh gw seolah kebas dari air
hujan yg mengguyur telak tiap bagian tubuh gw.
"tapi waktu kita ketemu pertam.."
"please jangan potong cerita gw," kata tiie. "waktu kita ketemu, sebenarnya Tiie
datang ke mall bareng gw. kami datang lebih awal dari lo jadi kami bisa tahu
seperti apa orang yg akan kami temui. tapi begitu Tiie melihat lo yg lagi nunggu
di sberang tempat kami, Tiie mendadak enggan bertemu sama lo. dia seperti
ketakutan, atau apa lah gw juga nggak ngerti. dan dia minta gw untuk gantiin
dia nemuin lo. tentunya gw di sini sebagai seorang Tiie. awalnya gw nolak, tapi
gw nggak bisa ngecewain harapan sahabat gw. dia memohon dengan sangat ke
gw supaya gw mau ngegantiin dia. dan selanjutnya, seperti yg lo tau, kita
ketemuan. tapi satu hal yg enggak lo tau, Tiie juga sebenarnya ada di dekat kita
waktu kita ngobrol di kafe. gw yakin lo nggak mernyadari itu. dia duduk
sendirian di seberang meja kita,ikut memperhatikan kita. dan mulai saat itulah lo
kenal gw sebagai seorang Devi Elviantie."
gw geleng-geleng kepala.
"ah, itu hal yg mudah sayaang.. tinggal kasih nomornya ke gw, beres kan? di
awal gw kan udah bilang kalo gw udah paham tentang lo dengan baik. so, nggak
sulit buat gw beradaptasi jadi orang yg seolah-olah udah mengenal lama
seorang Harrizd."
"nih sekarang lo liat kartu OSIS punya Tiie," dia menyerahkan kartu terakhir di
tangannya. "pas perpisahan sekolah kami saling bertukar kartu OSIS sebagai
kenang-kenangan."
foto di kartu itu jelas bukan foto tiie yg ada di depan gw. tapi namanya adalah
Devi Elviantiie, persis nama seorang cewek yg gw kenal selama ini. tapi gw
masih enggan mempercayai ini!! otak gw menolak dengan keras fakta yg
dibeberkan tiie.
"sejak kita ketemuan," kata tiie lagi. "gw selalu menceritakan semua tentang
kita ke Tiie. kami nggak mau menimbulkan kecurigaan dari Diaz, karena dia
nggak tau apapun tentang permainan kami ini. Diaz sering nanyain lo ke Tiie,
jadi menurut gw akan lebih baik kalo Diaz menganggap lo sudah ketemu dengan
orang yg benar. selama ini, kita nggak pernah ketemu bertiga sama Diaz kan?
gw selalu menghindari momen itu, karena gw takut rahasia kami terbongkar."
"kenapa lo tega ngelakuin ini semua ke gw?" tanya gw lirih. dada gw terasa
sesak menerima kenyataan ini.
"elo yg tega ke gw! sejak pertama kita ketemu, lo udah bikin gw jatuh cinta
sama lo, padahal waktu itu gw masih berstatus pacaran sama Eka, cowok gw."
tiie diam. "sejak awal gw enggan mengakui ini, tapi gw terlanjur suka sama lo
rizd.. sementara gw juga masih sayang cowok gw. itulah sebabnya kenapa selalu
ada seorang Eka dalam hubungan kita. semakin gw berusaha memilih diantara
kalian, semakin gw jatuh dalam dilema.."
"dan lo harus tau, nggak mudah buat gw hidup di dalam bayang-bayang orang
lain. gw pengen banget lo mencintai gw apa adanya sebagai seorang Rizka,
bukan sebagai Tiie. tapi gw tau itu nggak mungkin. lo udah terlanjur tau bahwa
gw adalah Tiie. gw bisa dapetin rasa itu dari eka, karena dia memang kenal gw
sebagai diri gw, bukan orang lain..." tiie menangis lagi.
"sejak awal kita ketemu, semua udah salah rizd. dan semua yg diawali dengan
salah, akan berakhir salah juga...." tiie menyeka airmatanya.
"gw tau saat ini pasti akan terjadi," bisik tiie pelan di sela isaknya. "gw cuma
pengen bilang kalo gw bahagia pernah kenal sama lo. lo berhak dapet yg terbaik
buat hidup lo. sementara gw, gw cuma sebuah kesalahan dalam cerita cinta lo.
maafin gw rizd....."
"oke. gw cuma pengen tau, kenapa waktu itu Tiie nggak mau menemui gw?"
"sejak kami bersahabat, Tiie selalu terbuka sama gw. tapi entah kenapa buat yg
satu ini dia samasekali nggak mau cerita kenapa dia enggan nemuin lo. sumpah
gw nggak tau."
gw pandangi lagi wajah tiie. mungkin ini terakhir kalinya gw melihat wajah itu.
dan sesaat sebelum berlalu pergi, tiie sempat menyunggingkan sebuah
senyuman ke gw. senyum yg sama ketika pertama gw menemui dia di mall.
.........
senja sudah berganti malam saat gw lihat tiie menghilang di balik pintu cokelat
rumahnya. hujan, walaupun sudah tidak begitu deras,tetap setia menemani
kesendirian gw saat ini. dan gw masih berdiri di tempat gw. otak gw seolah
membeku. gw masih shock dengan kenyataan ini. hati gw masih belum bisa
menerimanya.
lama gw tertegun menatap kosong pintu pagar bercat hitam. betapa gw ingat gw
pernah berdiri di situ menunggu sebuah cinta, yg ketika kemudian gw sadari itu
adalah sebuah kesalahan, gw hanya bisa tersenyum kelu. ada semacam sakit yg
tercipta di sudut hati. tapi ada sedikit rasa bahagia bahwa gw pernah memiliki
sebuah kesalahan di hidup gw.
"lo memang kesalahan terbesar dalam hidup gw tiie," kata gw dalam hati. "tapi
lo adalah kesalahan yg indah untuk dikenang..."