You are on page 1of 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki beribu-ribu pulau. Masing-masing pulau


memiliki keanekaragaman adat-istiadat, tatacara dan tatakrama pergaulan, seni serta
kondisi alam yang berbeda-beda yang perlu dilestarikan. Salah satu cara untuk
melaksanakan usaha pelestarian tersebut adalah melalui proses pendidikan.
Madrasah merupakan wahana untuk proses pendidikan secara formal yang
menjadi bagian dari masyarakat, maka harus dapat mengupayakan pelestarian
karakteristik atau kekhasan lingkungan sekitar sekolah atau daerah dimana sekolah itu
berada. Untuk merialisasikan usaha ini maka sekolah sedini mungkin harus menyajikan
program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada peserta didik tentang apa
yang menjadi karakteristik atau kekhasan daerahnya, baik yang berkaitan dengan kondisi
alam, kondisi lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dalam
bentuk kurikulium muatan lokal.
Dimasukannya kurikulum muatan lokal dalam kurikulum nasional pada jenjang MI
dan MTs adalah untuk menyelaraskan apa yang diberikan kepada siswa dengan
kebutuhan dan kondisi yang ada di daerahnya, mengoptimalkan potensi dan sumber
belajar yang ada di sekitarnya bagi kepentingan siswa, menumbuhkan dan
mengembangkan minat perhatian siswa sesuai dengan kebutuhan yang ada di sekitarnya,
memperkenalkan dan menanamkan kehidupan sosial budaya serta nilai-nilai yang
tumbuh dan berkembang di masyarakat pada siswa sedini mungkin.
Beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar dalam penerapan kurikulum muatan
lokal pada Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah ini adalah:
1. Kekayaan alam dan budaya yang dimiliki oleh
berbagai daerah di Indonesia merupakan aset yang perlu dilestarikan dan
dikembangkan melalui pendidikan.

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 1


2. Model pengembangan kurikulum yang bersifat
sentralistik sudah tidak dapat dipertahankan lagi karena tidak mengakomadasi
kepentingan pelestaraian dan pengembangan kekayaan alam dan budaya daerah yang
beraneka ragam.
3. Desentralisasi menuntut orientasi pendidikan selaras
dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan masyarakat setempat.
Kurikulum muatan lokal di MI dan MTs sebagai kurikulum yang berdiri sendiri,
telah diimplementasikan sejak tahun pelajaran 1994/1995. Dalam kurikulum 2004, posisi
dan kedudukan kurikulum muatan lokal merupakan bagian integral dalam kurikulum
nasional. Sejalan dengan pelaksanaan kurikulum 2004, kurikulum muatan lokal harus
diselaraskan dengan tuntutan pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang
memberikan otoritas penuh pada madrasah dalam mengembangakan kurikulum muatan
lokal.
Dengan demikian madrasah harus mengupayakan pengembangan kurikulum
muatan lokal berdasarkan kondisi lingkungan, sosial budaya dan kebutuhan daerah.
Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal MI/MTs diperlukan untuk
memberikan arahan kepada madrasah dalam pengembangkan kurikulum muatan lokal.

B. Landasan
Pengembangan kurikulum muatan lokal ini dilandasi oleh kebijakan-kebijakan
yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
1. Undang Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan
Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi sebagai Daerah Otonom berimplikasi terhadap kebijaksanan pengelolaan
pendidikan dari yang bersifat sentralistik ke desentralistik. Pergeseran pengelolaan
tersebut memberikan kesempatan yang besar untuk berkembangnya kurikulum
muatan lokal disekolah, termasuk di Madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 2


2. Pengembangan kurikulum muatan lokal tersebut mengacu pada Undang Undang
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu berkenaan dengan
pasal-pasal sebagai berikut:
a. Pasal 3, yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
b. Pasal 36 Ayat (1) dan (2), yang menyatakan bahwa pengembangan kurikulum
dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan dan dilakukan
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah
dan peserta didik; dan
c. Pasal 37 Ayat (1), yang menyatakan bahwa pendidikan dasar dan menengah
wajib memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya,
pendidikan jasmani dan olah raga, ketrampilan / kejujuran, dan muatan lokal.

C. Pengertian
Kurikulum muatan lokal MI/MTs adalah seperangkat rencana dan pengaturan
tentang kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas daerah yang materinya tidak
dapat dikelompokan ke dalam mata pelajaran MI/MTs. Substansi dalam kurikulum
muatan lokal bervariasi dan yang disajikan oleh madrasah hanya satu satuan substansi,
seperti; Bahasa Daerah, Kesenian Daerah, Ketrampilan Khusus Daerah (BSNP, 2005).

D. Fungsi dan Tujuan Muatan Lokal

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 3


Kurikulum Muatan Lokal dalam kurikulum MI /MTs mempunyai fungsi
sebagai berikut:
a. Fungsi Penyesuaian
Madarasah merupakan salah satu komponen masyarakat. Oleh karena itu program
madrasah harus disesuaikan dengan lingkungan masyarakat dan kebutuhan daerah.
Demikian pula pribadi-pribadi yang ada dalam lingkungan madrasah hidup dalam
lingkungan masyarakat. Sehingga perlu diupayakan agar setiap pribadi dapat
menyesuaikan diri dan akrab dengan lingkungannya.
b. Fungsi Integrasi
Peserta didik adalah bagaian integral dari masyarakatnya. Karena itu muatan lokal
merupakan program pendidikan yang berfungsi untuk mendidik peserta didik agar
dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat dan lingkungannya.
c. Fungsi Perbedaan
Peserta didik yang satu dengan yang lain berbeda. Pengakuan atas perbedaan
berarti pula memberi kesempatan bagi setiap pribadi untuk memilih apa yang
sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya. Muatan lokal adalah program
pendidikan yang bersifat luwes, yaitu program pendidikan yang pengembangannya
disesuaikan dengan minat, bakat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik,
lingkungan dan daerahnya.

Sedangkan tujuan kurikulum muatan lokal MI dan MTs, agar peserta didik:
a. mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial dan
budayanya.
b. memiliki bekal kemampuan dan ketrampilan serta pengetahuan mengenai
daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada
umumnya.
c. memiliki sikap dan prilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang
berlaku di daerahnya,

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 4


d. mampu melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat
dalam rangka menunjang pembangunan nasional.

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 5


BAB II

STRUKTUR, KEDUDUKAN DAN KARAKTERISTIK


KURIKULUM MUATAN LOKAL

A. Struktur dan Kedudukan Kurikulum Muatan Lokal

1. Kurikulum Muatan Lokal dalam Struktur Kurikulum MI

Dalam struktur kurikulum 2004, kurikulum muatan lokal merupakan bagian


dari kurikulum nasional. Masuknya kurikulum muatan lokal tidak mengubah
struktur kurikulum yang sudah ada. Kurikulum muatan lokal untuk jenjang
Madrasah Ibtidaiyah/MI dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut:
Kelas
Matapelajaran
I - II III IV -VI
A. Matapelajaran 1. Pendidikan Agama
a. Al Qur’an dan Hadits 2 2 2
b. Aqidah Akhlaq 2 2 2
c. Fiqh 2 2 2
d. SKI 2 2
2. Pendidikan Kewatganegaraan 5 5 5
dan Pengetahuan Sosial
3. Bahasa Indonesia 6 5 5
4. Bahasa Arab 3
5. Matematika 5 5 5
6. Pengetahuan Alam 4 4 4
7. Kerajinan Tangan dan Kesenian 4 4 4
8. Pendidikan Jasmani 2 3 3
B. Muatan Lokal Matapelajaran *)
C. Kegiatan Kegiatan yang mendorong atau
Khusus mendukung pembentukan sikap dan
perilaku *)

Jumlah 32 34 37

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 6


Keterangan
*) Mata pelajaran ditentukan sesuai dengan kebutuhan madrasah
*) Ditentukan oleh madrasah minimal 2 (dua) jam pelajaran dan maksimal 4
(empat) jam / minggu.

Dalam struktur kurikulum MI, bidang kajian Muatan Lokal berdiri sendiri
sebagai mata pelajaran. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas daerah yang tidak
dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi dalam muatan
lokal bervariasi dan yang disajikan oleh madrasah hanya satu satuan substansi,
seperti Bahasa Daerah, Kesenian Daerah, Ke Muhammadiyahan ataupun
Ketrampilan Khusus Daerah.

2. Kurikulum Mulok dalam Struktur Kurikulum MTs

Dalam struktur kurikulum 2004, kurikulum muatan lokal merupakan bagian


dari kurikulum nasional. Masuknya kurikulum muatan lokal dalam kurikulum
MTs tidak mengubah struktur kurikulum yang sudah ada. Kurikulum muatan
lokal untuk jenjang Madrasah Tsanawiyah /MTs dapat digambarkan dalam tabel
sebagai berikut:
Kelas
Matapelajaran
VII VIII IX
A. Matapelajaran 1. Pendidikan Agama
a. Al Qur’an dan Hadits 2 2 2
b. Aqidah Akhlaq 2 2 2
c. Fiqh 2 2 2
d. SKI 2 2 2
2. Bahasa Indonesia 5 5 5
3. Bahasa Arab 3 3 3
4. Bahasa Inggris 4 4 4
5. Matematika 5 5 5
6. Pengetahuan Alam 5 5 5
7. Pengetahuan Sosial dan Pendidikan 5 5 5
Kewatganegaraan
8. Kesenian 2 2 2
9. Pendidikan Jasmani 2 2 2

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 7


10. Ketrampilan/ Teknologi Informasi 2 2 2
dan Komunikasi
B. Muatan Lokal Matapelajaran *)
C. Kegiatan Kegiatan yang mendorong atau
Khusus mendukung pembentukan sikap dan
perilaku *)

Jumlah 41 41 41

Keterangan
*) Mata pelajaran ditentukan sesuai dengan kebutuhan madrasah
*) Ditentukan oleh madrasah minimal 2 (dua) jam pelajaran dan maksimal 4
(empat) jam / minggu.

Berdasarkan tabel di atas bidang kajian Muatan Lokal berdiri sendiri sebagai
mata pelajaran. Dalam hal ini muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas daerah yang
materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam mata pelajaran yang ada.
Substansi dalam muatan lokal bervariasi dan yang disajukan oleh sekolah hanya
satu satuan substansi, seperti Bahasa Daerah, Kesenian Daerah, Ke-
Muhammadiyahan, Ketrampilan Khusus Daerah.

3. Kedudukan Kurikulum Muatan Lokal dalam kurikulum MI/MTs

Salah satu semangat Kurikulum 2004 adalah mengakomodasi kepentingan


kedaerahan serta cara pencapaiannya menyesuaikan kemampuan daerah/
madrasah. Oleh karena itu Kurikulum Muatan Lokal dalam struktur kurikulum
nasional mempunyai kedudukan yang sangat penting.
Mengingat peran penting kurikulum muatan lokal MI/ MTs dalam struktur
kurikulum 2004, maka muatan lokal merupakan matapelajaran yang berdiri
sendiri dan mempunyai alokasi waktu tersendiri. Muatan lokal juga merupakan
kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan
ciri khas atau karakteristik daerah/ madrasah.

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 8


Kedudukan kurikulum muatan lokal dalam struktur kurikulum MI/ MTs
berimplikasi pada peran dan tanggung jawab madrasah dalam menentukan
keseluruhan komponen yang dibutuhkan dalam pengembangan kurikulum muatan
lokal.

B. Diversifikasi Kurikulum Muatan Lokal

Diversifikasi kurikulum adalah kurikulum yang disesuaikan, diperluas dan


diperdalam atau dirancang untuk melayani keberagaman kemampuan dan minat peserta
didik serta kebutuhan dan kemampuan daerah/ madrasah ditrinjau dari segi lingkungan
alam, social, budaya dan kebutuhan daerah/ madrasah.
Makna “lokal” dalam kurikulum muatan lokal merujuk pada lingkup wilayah
tempat suatu bahan kajian dapat diberlakukan, bukan dibatasi oleh wilayah pemerintahan
tertentu. Dengan demikian ia tergantung dari tujuan yang dipelajari. Sedangkan wilayah
pemerintahan hanya digunakan sebagai wilayah pembinaan pelaksanaan kurikulum
muatan lokal. Sebagai contoh :
- untuk Bahasa Daerah yang cakupan penggunaannya luas mungkin arti lokal
adalah propinsi, jika bahasa daerah tersebut digunakan oleh masyarakat di seluruh
propinsi yang bersangkutan,
- untuk bahan ketrampilan tertentu, misalnya mutiara mungkin yang dimaksud
lokal hanya satu desa atau beberapa desa yang memiliki potensi cukup banyak
mutiara
- untuk kesenian lokal, mungkin makna lokal meliputi beberapa desa yang terkenal
dengan jenis kesenian di maksud. Kesenian Reyog misalkan memiliki arti lokal di
beberapa desa di Ponorogo dan sebagainya.
- untuk sosial kemasyarakatan mungkin makna lokal mempunyai cakupan terkait
dengan identitas satu kelompok sosial. Misalnya, Ke-Muhammadiyahan atau Aswaja
merujuk pada identitas suatu kelompok sosial keagamaan Muhammadiyah dan NU
dan sebagainya.

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 9


Berdasarkan pemahaman diatas, maka diversifikasi pengembangan kurikulum
muatan lokal harus didasarkan pada karakteristik-karakteristik, sebagai berikut :
1. Kekhasan lingkungan alam
Yang dimaksud dengan lingkungan alam ialah lingkungan hidup dan tidak hidup
tempat makhluk hidup tinggal di mana terdapat ekosistem. Dan lingkungan alam bisa
dibagi menjadi empat katagori, yakni :
a)pantai, misalnya budidaya ikan, produksi garam, pariwisata pantai dan sebagainya
b)dataran rendah, misalnya pertanian, perkebunan, peternakan dan sebagainya
c)dataran tinggi/pegunungan, misalnya perkebunan, agrowisata,
d)daerah hutan, misalnya kehutanan, konservasi flora dan fauna dan sebagainya.

2. Kekhasan lingkungan sosial


Lingkungan sosial adalah lingkungan terdapatnya interaksi orang perorang, antara
orang dengan kelompok sosial atau sebaliknya, dan antara kelompok sosial dengan
kelompok lain. Maka pendidikan adalah sebagai lembaga sosial dalam sistem sosial
yang dilaksanakan di madrasah. Oleh karena itu madrasah dipersilahakan memilih
muatan lokal sesuai dengan kondisi sosial setempat.

3. Kekhasan lingkungan budaya


Lingkungan budaya adalah sistem nilai, tradisi, adat istiadat, bahasa yang menjadi
identitas suatu kelompok sosial. Lingkungan budaya yang memungkinkan dapat
dikembangkan sebagai kekhasan kurikulum muatan lokal, mencakup dua jenis
lingkungan kebudayaan, yaitu:

a) fisik seperti alat-alat kesenian daerah, alat-alat pertanian dan sebagainya.


b) non fisik seperti bahasa daerah, kesenian daerah, dan sebagaianya.

4. Kebutuhan daerah setempat

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 10


Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu
daerah khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan
masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta
pembanungunan daerah yang bersangkutan.
Mengingat setiap daerah di Indonesia memiliki kebutuhan dan prioritas
pembanguan sendiri-sendiri, maka setiap daerah berhak mengembangkan kurikulum
muatan lokal yang mendukung tercapainya tujuan pembangunan tersebut. Contoh
jasa, perdagangan, industri dan sebagainya.

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 11


BAB III

PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL

A. Konsep Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal

Pengertian pengembangan kurikulum muatan lokal secara praktis merupakan


proses merencanakan untuk menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan
didasarkan pada kurikulum yang berlaku. Karena pengembangan kurikulum muatan
lokal secara esensial terkait dengan upaya peningkatan mutu pendidikan, maka perlu
ditekankan di sini bahwa sasaran yang ingin dicapai. Sasaran tersebut bukan semata-
mata memproduksi bahan pelajaran, melainkan titik beratnya adalah peningkatan
kualitas pendidikan itu sendiri. Oleh karenanya harus diketahui bahwa
pengembangan kurikulum muatan lokal merupakan proses yang menyangkut banyak
faktor yang harus dipertimbangkan.
Ada empat hal pokok yang perlu pertimbangan dalam pengembangan
kurikulum muatan lokal. Pertimbangan tersebut adalah 1) falsafah hidup bangsa, 2)
pertimbangan kebutuhan dan harapan masyarakat, 3) kesesuaian dengan peserta
didik, 4) kesesuaian dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Adapun pendekatan dengan konsep yang dapat digunakan dalam
pengembangan kurikulum muatan lokal, diantaranya :
1) Pendekatan dengan konsep kurikulum rekonstruksi sosial,
Pengembangan kurikulum muatan lokal dengan pendekatan kurikulum
rekonstruksi sosial mengandaikan kurikulum muatan lokal sebagai sarana untuk
mengidentifikasi masalah, kebutuhan, tujuan ilmu pengetahuan dan seni, menilai
hubungan manusia, dan mengenali sikap-sikap dan strategi bagi perubahan sosial
yang diperlukan. Di sini kurikulum mempertemukan siswa dengan masalah-
masalah yang ada di masyarakat. Kurikulum muatan lokal semacam ini fokus
pada penggalian sumber-sumber alam dan non alam, termasuk budaya dan
masalah-masalah yang ada di tengah masyarakat. Sementara itu pembelajaran

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 12


diarahkan untuk membantu mengembangkan potensi dan meningkatkan kemajuan
masyarakat.
2) Pendekatan dengan konsep kurikulum transformasi
Pengembangan kurikulum muatan lokal dengan pendekatan kurikulum
transformasi mengandaikan kurikulum sebagai alat transmisi kebudayaan,
transaksi dengan masyarakat atau transformasi pribadi peserta didik. Dengan
pendekatan ini pengembangan kurikulum muatan lokal didasarkan pada
kepedulian kurikulum terhadap lingkungan dimana siswa berada. Model
kurikulum muatan lokal semacam ini fokus pada transformasi siswa yang bersifat
pluralistik dan holistic.
3) Pendekatan dengan konsep pengembangan kurikulum berfokus pengguna.
Pengembangan kurikulum muatan lokal berfokus pengguna mengandaikan
pengembangan kurikulum untuk melayani masyarakat pengguna pendidikan.
Dengan demikian pengembangan kurikulum bukan semata-mata menyangkut
aspek teknis, tetapi juga melibatkan idealisme yang memposisikan masyarakat
sebagai tuan dalam proses penyelenggaraan pembelajaran.

B. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum muatan lokal

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum


muatan lokal di MI/MTs. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keimanan, Budi pekerti Luhur , dan Nilai-nilai Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai yang dianut masyarakat berpengaruh pada sikap dan
arti kehidupannya.
2. Penguatan integritas nasional
Penguatan integritas nasional dicapai melalui pendidikan yang memberikan
pemahaman tentang masyarakat indonesia yang bersifat majemuk dan kemajuan
peradaban Indonesia dalam tatanan peradaban dunia yang multi kultur dan multi
bahasa
3. Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan kinestetika

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 13


Keseimbangan pengalaman belajar peserta didik yang meliputi hal-hal tersebut
sangat dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum mutan lokal
4. Kesamaan memperoleh kesempatan
Penyediaan tempat yang memperdayakan peserta didik secara demokratis dan
berkeadilan
5. Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi
Kemampuan berpikir dan belajar dengan mengakses, memilih, dan menilai
pengetahuan untuk mengetahui situasi yang cepat berubah.
6. Pengembangan kecakapan hidup
Kurikulum mengintegrasikan unsur-unsur yang menunjang kemampuan bertahan
hidup.
7. Belajar sepanjang hidup
Pendidikan diarahkan pada proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
yang berlanjut sepanjang hidup.
8. Berpusat pada anak
Upaya memandirikan peseta didik untuk belajar, bekerja, dan menilai diri sendiri
diutamakan agar peserta didik mampu membangun kemauan, pemahaman, dan
pengetahuannya.
9. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan
Peserta didik yang bervariasi harus diintegrasikan dalam berbagai disiplin ilmu.

C. Rambu-Rambu Penyusunan Standar Kompetensi Kurikulum Muatan Lokal

Standar kompetensi adalah acuan yang diperlukan untuk melaksanakan


pembelajaran dan memantau perkembangan mutu pendidikan. Standar kompetensi
dapat didefinisikan sebagai pernyataan tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikap
yang harus dikuasai peserta didik serta tingkat penguasaan yang diharapkan dan
dicapai dalam mempelajari suatu matapelajaran
Menurut definisi tersebut, standar kompetensi meliputi dua hal, yaitu standar isi
dan standar penampilan. Standar kompetensi yang menyangkut isi berupa pernyataan

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 14


tentang pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang harus dikuasai peserta didik dalam
mempelajari matapelajaran tertentu. Standar kompetensi yang menyangkut tingkat
penampilan adalah pernyataan tentang criteria untuk menentukan sikap dan tingkat
penguasaan siswa terhadap standar isi.
Berbeda dengan matapelajaran lainnya, kurikulum muatan lokal merupakan
kurikulum yang berbasis pada kekhasan daerah. Untuk itu, strandar kompetensinya
tidak ditentukan secara nasional, tetapi ditetapkan oleh masing-masing madrasah.
Adapun rambu-rambu penyusunan standar kompetensi kurikulum muatan lokal di
MI/MTs, adalah sebagai berikut:
1) Standar kompetensi harus memuat pernyataan yang menjelaskan apa yang harus
dikuasai oleh peserta didik, yang mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan dan
sikap.
2) Standar kompetensi disusun berdasarkan substansi dalam muatan lokal yang
berdasarkan kekhasan lingkungan alam, sosial, budaya dan kebutuhan daerah.
3) Standar kompetensi harus berbentuk matrik yang meliputi :
a. Standar kompetensi
b. Kompetensi dasar
c. Hasil belajar
d. Indikator

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 15


Contoh matrik kurikulum matapelajaran muatan lokal

KOMPETENSI DAN HASIL BELAJAR

TAHUN PELAJARAN :
MATAPELAJARAN :
KELAS :
MI/MTs. :

Standar Kompetensi :
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

KOMPETENSI DASAR HASIL BELAJAR INDIKATOR


1.1. …………….
1.1.1. …………….. ………………
1.1.2. ……………… ………………
………………
………………
………………
………………
1.2. …………… 1.2.1………………. ………………
……………… ………………
1.2.2. …………….. ………………
……………… ………………
………………
………………

Keterangan:
1. Kolom kompetensi berisi kompetensi-kompetensi yang
diharapkan dikuasai peserta didik dari setiap matapelajaran muatan lokal yang
diajarkan di MI/MTs.
2. Kolom hasil belajar berisi hasil-hasil yang hendak dicapai oleh
peserta didik dari mata pelajaran yang diajarkan.
3. Kolom indikator merupakan karakteristik atau tanda-tanda yang
lebih khusus sebagai pentujuk pencaapaian kompetensi.

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 16


BAB IV
IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL
DI MADRASAH

A. Identifikasi Kesiapan Madrasah

Identifikasi kesiapan madrasah merupakan upaya untuk mengetahui sejauh


mana kesiapan madrasah dalam mengembangkan kurikulum muatan lokal. Kesiapan
madrasah dalam hal ini ditandai dengan keadaan di mana setiap pihak yang
berkompeten di madrasah telah mengerti dan memahami pengembangan dan
pelaksanaan kurikulum muatan lokal.
Terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi MI/Mts agar dapat
melaksanakan kurikulum muatan lokal dengan baik, diantaranya:
1. berada dalam lingkungan yang memiliki kekhasan lingkungan alam, sosial,
budaya dan kebutuhan daerah.
2. memiliki tenaga pelaksana serta sarana prasarana untuk menunjang dan
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, bahan pengajaran dan media yang
bermuatan lokal.
3. Mendapat dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat dalam hal
program, dana, sarana dan prasarana.
4. Memungkinkan untuk dipantau, dinilai dan dibina secara terus menerus oleh
para pembina pendidikan dari daerah dan atau dari pusat. (Subandijah, 1996)

B. Peran dan tanggung jawab madrasah dalam mengembangkan kurikulum


muatan lokal

Dalam pengembangan kurikulum muatan lokal, madrasah mempunyai peran


dan tanggung jawab yang sangat besar. Adapun peran dan tanggung jawab yang

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 17


harus dilaksanakan oleh madrasah dalam pengembangan kurikulum muatan lokal,
adalah sebagai berikut:
1. Persiapan / perencanaan
Tahapan persiapan meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. pemilihan dan penentuan substansi muatan lokal yang akan dikembangkan
menjadi matapelajaran yang diajarkan di MI/MTs
b. membentuk tim pengembang kurikulum muatan lokal di MI/MTs yang
bertugas untuk :
- merumuskan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan hasil
belajar
- memberikan bahan-bahan pertimbangan dalam pengembangan silabus
matapelajaran muatan lokal
- menyusun pedoman penilaian
c. menyediakan guru, sarana prasarana dan pendanaan yang dibutuhkan dalam
implementasi kurikulum muatan lokal

2. Pelaksanaan kurikulum muatan lokal


Pelaksanaan kurikulum muatan lokal merupakan tanggung jawab
madrasah. Dalam pelaksanaannya, madrasah dapat memberikan kewenangan
kepada guru matapelajaran muatan lokal yang ditunjuk oleh madrasah. Adapun
pelaksanaan kurikulum muatan lokal, meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Pengembangan silabus matapelajaran muatan lokal

Salah satu ciri khas kurikulum muatan lokal adalah adanya peluang bagi
daerah dan madrasah untuk mengembangkan silabus sesuai dengan ciri khas
kondisi alam, sosial, budaya dan kebutuhan daerah / madrasah masing-
masing. Adapun tahapan yang harus diperhatikan dalam pengembangan
silabus matapelajaran muatan lokal di MI/MTs, adalah sebagai berikut:

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 18


1) Prosedur Pengembangan Silabus Kurikulum Muatan Lokal

Prosedur pengembangan silabus kurikulum muatan lokal meliputi


perencanaan, pelaksanaan dan revisi. Langkah-langkah ini perlu dilakukan
agar proses pengembangan silabus kurikulum muatan lokal dapat terarah
dan lebih mudah pelaksanaannya.
a) Perencanaan
Dalam perencanaan ini, guru/ tim pengembang silabus kurikulum
muatan lokal mengumpulkan informasi dan referensi, serta
mengidentifikasi sumber belajar termasuk nara sumber yang
diperlukan dalam pengembangan silabus kurikulum muatan lokal.
b) Pelaksanaan
Pelaksanaan penyusunan silabus kurikulum muatan lokal dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
 Merumuskan kompetensi dan tujuan pembelajaran, serta
menentukan materi pembelajaran yang memuat kompetensi dasar,
hasil belajar, dan indikator hasil belajar.
 Menentukan metode pembelajaran sesuai dengan model
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Metode dan teknik mengajar merupakan faktor penunjang
pencapaian tujuan kurikulum, serta faktor penentu keberhasilan
proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Setiap interaksi
belajar mengajar memerlukan metode mengajar yang berbeda.
Berbagai metode mengajar perlu dipahami oleh guru. Masing-
masing metode tersebut memiliki kelebihan dan juga kekurangan.
Metode yang satu dengan metode lainnya saling mengisi dan
melengkapi. Karena itu, sesuai dengan model dan pendekatan
pembelajaran yang telah diterapkan, maka guru dapat memilih dan
menentukan metode yang paling tepat dan sesuai. Untuk

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 19


menentukan metode mengajar yang sesuai diperlukan
pertimbangan tentang beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:
♦ Kemampuan guru sendiri dalam menggunakan metode
mengajar.
♦ Tujuan pengajaran yang ingin dicapai
♦ Bahan pengajaran yang perlu dipelajari oleh peserta didik.
♦ Perbedaan individual dalam menggunakan inderanya.
♦ Sarana dan prasarana yang ada atau yang dapat disediakan oleh
madrasah.
♦ Memperhatikan prinsip-prinsip belajar.
♦ Mengutamakan keaktifan peserta didik dalam belajar.
♦ Merangsang peserta didik untuk berfikir dan menalar.
♦ Memungkinkan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan diri
peserta didik.

 Menentukan alat penilaian berbasis kelas sesuai dengan misi


kurikulum muatan lokal.

c) Revisi
Draft silabus kurikulum muatan lokal yang telah dikembangkan
perlu diuji kelayakannya melalui analisis kualitas silabus, penilaian
ahli, dan uji lapangan. Berdasarkan hasil uji kelayakan kemudian
dilakukan revisi. Revisi ini pada prinsipnya perlu dilakukan secara
terus menerus dan berkesinambungan, sejak awal penyusunan draft
sampai silabus kurikulum muatan lokal tersebut dilaksanakan dalam
situasi belajar yang sebenarnya.

(Form Silabus Matapelajaran Muatan Lokal terlampir)

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 20


b. Pemilihan bahan ajar kurikulum muatan lokal
Bahan ajar kurikulum muatan lokal, pada dasarnya dapat diambil dari
sumber belajar yang ada di lingkungan alam, sosial maupun budaya yang
sesuai dengan tingkat perkembangan berfikir, bertingkah laku maupun
kemampuan peserta didik di mana madrasah itu berada. Karena itu,
pengenalan dan pemahaman guru terhadap lingkungan alam, sosial, budaya
dan kebutuhan daerah/madrasah sangat diperlukan dan akan membantu dalam
mengembangkan dan menerapkan kurikulum muatan lokal dalam kurikulum
madrasah.
Bahan ajar muatan lokal dapat diperoleh melalui studi kebutuhan (need
assessment) maupun pengamatan guru atau team khusus madrasah terhadap
lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang ada di
sekitar madrasah ataupun kebutuhan daerah setempat / madrasah.
Tujuan pembelajaran disusun sesuai dengan tahap perkembangan siswa,
pokok bahasan disusun untuk mengelompokkan bahan ajar yang sekelompok.
Alokasi waktu, sarana penunjang dan lainnya dapat disusun sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan daerah setempat.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan bahan ajar
kurikulum muatan lokal adalah sebagai berikut:
a) Dasar pemilihan bahan ajar
Pemilihan bahan pengajaran muatan lokal harus didasarkan pada prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1) Isi dan bahan ajar muatan lokal didasarkan pada keadaan dan
kebutuhan daerah.
2) Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah
tertentu yang berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial
dan ekonomi serta lingkungan budaya.
3) Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan
masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 21


peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan
dengan arah perkembangan daerah serta pembangunan daerah yang
bersangkutan.
4) Kebutuhan siswa yang akan belajar, misalnya di suatu daerah
terdaapat banyak obyek pariwisata, siswa perlu diberi bekal
kepariwisataan. Jika di daerah tersebut berkembang pesat pertokoan,
siswa diberi bekal ketrampilan administrasi pertokoan dan begitu
seterusnya. (Erry Utomo dkk.: 1997)

b) Ruang lingkup bahan ajar

Ruang lingkup bahan ajar kurikulum muatan lokal secara garis besar
meliputi empat kelompok sebagai berikut:
1) Kelompok pendidikan lingkungan meliputi antara lain polusi,
kebersihan kota, tata kehidupan kota, pelestarian lingkungan dan lain-
lain.
2) Kelompok pendidikan sosial meliputi antara lain gotong royong,
budi pekerti, kemuhammadiyahan, Aswaja dan sebagainya.
3) Kelompok pendidikan budaya meliputi antara lain bahasa daerah,
adat istiadat, kesenian daerah dan lain-lain.
4) Kelompok pendidikan ketrampilan meliputi antara lain kerajinan
tangan, pertanian, kewirausahaan dan lain-lain.
5) Kelompok pendidikan muatan lokal sebagai penjabaran dari
kebutuhan daerah / madrasah karena tuntutan perkembangan zaman.

c) Sumber bahan ajar


Sumber-sumber yang dapat dijadikan rujukan dalam memperoleh bahan
pengajaran muatan lokal adalah sebagai berikut.

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 22


1) Nara sumber yang ada di daerah, seperti pengusaha, penyuluh dari
dinas-dinas tertentu, orang tua peserta didik, ilmuwan, seniman, tokoh
masyarakat, dan orang-orang yang memiliki pengalaman atau yang
telah menguasai bidang pekerjaan atau ketrampilan tertentu.
2) Media tulisan semacam majalah, khazanah pustaka, surat kabar
dan lain-lain.
3) Pengalaman langsung berupa penjelajahan oleh guru atau team
khusus madrasah terhadap keadaan lingkungan alam, sosial dan
budaya, perkembangan ilmu dan teknologi maupun kebutuhan daerah
sekitar / madrasah.

d) Tehnik penentuan bahan ajar

Penentuan bahan ajar muatan lokal dapat dilakukan dengan pola kerja
sama antara kepala madrasah, guru, orang tua peserta didik, tokoh
masyarakat atau masyarakat dalam merumuskan dan mengembangkan
bahan ajar kurikulum muatan lokal di madrasah. Dalam hal ini, terdapat
beberapa langkah yang harus ditempuh sebagai berikut:
1) Pada awal tahun ajaran, kepala madrasah bersama seluruh guru
menemukan dan menunjukkan unsur-unsur yang sersifat khas daerah
atau kebutuhan daerah setempat/ madrasah yang dianggap perlu
dimasukkan sebagai kurikulum muatan lokal. Kegiatan ini dapat
mengikutsertakan komite madrasah, orangtua murid dan tokoh
masyarakat.
2) Para guru menentukan unsur-unsur yang bersifat khas daerah
setempat/ madrasah yang dapat dipadukan dalam pokok bahasan yang
akan diajarkan.
3) Kepala madrasah mengkoordinasikan para guru untuk
memasukkan unsur-unsur yang perlu dimasukkan dalam program

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 23


pendidikan ke dalam matapelajaran-matapelajaran, kelas, cawu dan
waktu belajar.

c. Pembelajaran

Pelaksanaan kurikulum muatan lokal dimaksudkan sebagai aktualisasi


kurikulum muatan lokal tertulis (written curriculum) dalam bentuk
pembelajaran di madrasah.
Dalam garis besarnya pelaksanaan kurikulum muatan lokal mencakup
tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran
dan evaluasi hasil belajar. (E. Mulyasa: 2004)

a) Penentuan program pembelajaran


Pengembangan program kurikulum muatan lokal di madrasah mencakup
pengembangan program tahunan, program semester, program modul
(pokok bahasan), program mingguan dan harian, program pengayaan dan
remedial serta program bimbingan dan konseling.

b) Pelaksanaan pembelajaran
Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang tercapainya tujuan
kompetensi anak didik sebagaimana tertera dalam desain kurikulum
muatan lokal. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal:
yakni pre tes, proses, dan post tes (tes akhir).

1) Pre Tes
Pre tes dalam pelaksanaan pembelajaran berfungsi sebagai berikut.
♦ Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar.

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 24


♦ Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan
dengan proses pembelajaran yang dilakukan.
♦ Untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki peserta didik
mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan topik dalam proses
pembelajaran.
♦ Untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran
dimulai, tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik, dan
tujuan-tujuan mana yang harus mendapat penekanan dan perhatian
khusus.

2) Proses
Proses di sini dimaksudkan sebagai kegiatan dari pelaksanaan proses
pembelajaran, yakni bagaimana tujuan-tujuan pembelajaran
direalisasikan melalui modul. Proses pembelajaran perlu dilakukan
dengan tenang dan menyenangkan. Hal ini tentu saja menuntut
aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang
kondusif. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh
peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya.

3) Post tes
Umumnya pelaksanaan pembelajaran kurikulum muatan lokal diakhiri
dengan post tes. Post tes dalam pelaksanaan pembelajaran berfungsi
sebagai berikut.
♦ Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun
kelompok.
♦ Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat
dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dan tujuan-tujuan
yang belum dikuasainya.

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 25


♦ Untuk mengetahui para peserta didik yang mengikuti kegiatan
rimedeal, dan peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan
pengayaan, serta tingkat kesulitan dalam mengerjakan modul
(kesulitan belajar).

3. Evaluasi Pembelajaran

Penilaian pembelajaran matapelajaran muatan local menggunakan standar


penilaian yang ditetapkan oleh kurikulum 2004. Prinsip dasar penilaian tersebut
berdasarkan Penilaian Berbasis Kelas.
Penilaian Berrbasis Kelas merupakan kegiatan mengumpulkan informasi
tentang proses dan hasil belajar peserta didik untuk mengetahui tingkat
penguasaan kompetensi yang ditetapkan. Penilaian Berbasis Kelas bersifat
internal, yaitu hanya dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Penilaian tersebut
juga merupakan bagian dari kegiatan belajar mengajar sebagai masukan bagi
peningkatan mutu hasil belajar.
Penilaian Berbasis Kelas memberikan kewenangan kepada madrasah
untuk menentukan criteria keberhasilan, cara, dan jenis penilaian. Penilaian ini
menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Berorientasi pada kompetensi
Penilaian mengacu pada kompetensi yang dimuat dalam kurikulum. Semua
kompetensi yang ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik mendapat
peluang yang sama untuk dinilai

b. Mengacu pada patokan


Penilaian mengacu pada hasil belajar sebagai criteria ditetapkan (criterion
reference assessment. Madrasah menetapkan criteria sesuai kondisi dan
kebutuhannya.

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 26


c. Ketuntasan belajar
Pencapaian hasil belajar ditetapkan dengan ukuran atau tingkat pencapaian
kompetensi yang memadahi dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai prasarat
penguasaan kompertensi lebih lanjut. Madrasah dapat menetapkan tingkat
ketuntasan belajar sesuai kondisi dan kebutuhan.

d. Menggunakan berbagai cara


Pengumpulan informasi menggunakan berbagai cara untuk memantau
kemajuan dan hasil belajar peserta didik. Tes maupun non tes digunakan untuk
mengumpulkan informasi.

e. Valid, adil, terbuka dan berkesinambungan


Penilaian memberiakan informasi yang akurat tentang hasil belajar peserta
didik, adil tyerhadap semua peserta didik, terbuka bagi semua pihak, dan
dilaksanakan secara terencana, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh
gambaran tenatang perkembanagan belajar peserta didik sebagai hasil kegitan
belajarnya

Madrasah melaporkan hasil penilaian kepada peserta didik, orang tua, dan
pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan menggambarkan kemajuan dan hasil
belajar pada kurun waktu tertentu. Isi laporan memuat deskripsi kemajuan dan
hasil belajar secara utuh dan menyeluruh. Hasil penilaian dapat digunakan untuk
mendiagnosis dan memberikan umpan balik.

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 27


BAB V
EVALUASI DAN UMPAN BALIK

A. Evaluasi

Evaluasi Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal dilakukan secara berkala,


sistematis, dan berjenjang yang dilakukan oleh tim pengembang kurikulum yang telah
dibentuk oleh madrasah masing-masing.
Evaluasi Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal dilakukan untuk mengetahui
keterlaksanaan kurikulum sesuai dengan dasar, fungsi, kebutuhan daerah/ madrasah
dan kesesuaian dengan perkembangan masyarakat serta menunjang tujuan pendidikan
nasional. Disamping itu evaluasi bertujuan untuk mengetahui kendala dan
permasalahan dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal.
Evaluasi dilaksanakan terhadap semua aspek dalam pengembangan kurikulum
muatan lokal yang meliputi perencanaan, pelaksanaan serta hasil didikan (output).
1. Evaluasi Perencanaan :
Evaluasi perencanaan mencakup evaluasi terhadap :
a. Pemilihan substansi dan Isi Muatan Lokal
b. Kurikulum matapelajaran muatan lokal
- Rumusan Standar Kompetensi (SK)
- Rumusan Kompetensi Dasar (KD)
- Rumusan Hasil Belajar
- Rumusan Indikator Hasil Belajar
c. Standar materi pokok
d. Sistem pembelajaran
e. Pengendalian mutu
2. Pelaksanaan
Evaluasi terhadap pelaksanaan pengembangan kurikulum muatan lokal meliputi :

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 28


a. Silabus matapelajaran muatan lokal
b. Pemilihan Bahan Ajar
c. Pembelajaran
d. Penilaian Hasil Belajar

3. Hasil Didikan
Evaluasi pada hasil didikan dilakukan terhadap para lulusan (output) mencakup
aspek:
a. cognitive
evaluasi ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta
didik MI dan MTs. setelah mengikuti pembelajaran muatan lokal terhadap
nilai-nilai substansi yang dikembangkan dalam kurikulum muatan lokal
madrasah.
b. psychomotic
evaluasi ini untuk mengetahui kualitas, kuantitas serta intensitas ketrampilan
penerapan terhadap nilai-nilai substansi yang kembangkan dalam kurikulum
muatan lokal di MI/MTs.
c. affective
evaluasi ini untuk mengetahui kedalaman rasa memiliki (handarbeni) para
peserta didik MI/MTs. terhadap nilai-nilai substansi yang dikembangkan
dalam kurikulum muatan lokal madrasah.

B. Umpan Balik

Evaluasi Pengembangan kurikulum muatan lokal madrasah merupakan dasar dan


pijakan bagi madrasah dan tim pengembang kurikulum muatan lokal untuk
menyusun umpan balik. Umpan balik tersebut berupa rekomendasi yang meliputi
kemungkinan adanya perubahan, perbaikan dan penguatan dari pengembangan
kurikulum muatan lokal yang telah ditentukan.

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 29


Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 30
Lampiran.
CONTOH : FORMAT SILABUS DAN PENILAIAN

Nama Madrasah :
Matapelajaran :
Kelas/ Semester :

Standar Kompetensi :

Alokasi Sumber/
Materi Pokok Strategi Pembelajaran Penilaian Waktu Bahan
Kompetensi Hasil
Dan Uraian
Dasar Belajar Indikator
Materi Pokok Tatap Pengalaman Jenis Bentuk Contoh
Muka Belajar Tagihan Instrumen Instrumen
Ulangan Pilihan Soal 8 x 45 Buku
harian, Ganda, dll menit Bahasa
dll Jawa

Ket :
Standar Kompetensi : diambil dari kurikulum matapelajaran muatan lokal
Kompetensi Dasar : diambil dari kurikulum matapelajaran muatan lokal
Indikator : diambil dari kurikulum matapelajaran muatan lokal
Hasil Belajar : diambil dari kurikulum matapelajaran muatan lokal

Materi Pokok : pengembangan oleh guru matapelajaran muatan lokal


Strrategi Pembelajaran : pengembangan oleh guru matapelajaran muatan lokal
1. Tatap Muka berupa ceramah, diskusi, ujian block, kuis, dll
2. Pengalaman Belajar berupa menggali informasi, mengolah informasi, membuat keputusan, dll

Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 1


Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 1

You might also like