You are on page 1of 20

 

BAB I. PENDAHULUAN

ILMU PEMULIAAN TANAMAN/ILMU PENJENISAN/ILMU SELEKSI

-          Ilmu terpakai yang bertujuan untuk mendapatkan jenis–jenis baru yang bersifat
unggul yang mempunyai sifat ekonomis yang lebih berharga.

-          Bertugas memelihara jenis–jenis unggul yang telah ada serta mempertahankan
sifat–sifat keunggulan yang dimiliki

Tujuan akhir setiap program pemuliaan tanaman adalah untuk mendapatkan tanaman
dengan sifat yang lebih baik (lebih unggul) dalam hal ini adalah sifat – sifat tertentu yang
diinginkan.

TUJUAN , SASARAN, DAN SUMBANGAN PEMULIAAN TERHADAP KEMAJUAN 


PERTANIAN

 1.Tujuan :                 a. Produksi

                                    b. Kualitas

                                    c. Ketuhanan

                                    d. Umur

    a. Produksi

            a. Poligenik(dikendalikan banyak gen)

            b. Amat dipengaruhi oleh lingkungan

            c. Adaptasi

            d. Stabilitas

            e. Pengaruh morfologis


            f. Pengaruh  fisiologis

            g. Perlakuan agronomis(lingkungan mikro)

    b. Kualitas

           a. Poligenik/monogenik

           b. Holtikultura beda dengan tanaman pangan

           c. Selera konsuman

           d. Lingkungan khusus

    c. Ketahanan/resistensi

           a. Poligenik/monogenik

           b. Memperkecil kehilangan hasil

           c. Gangguan biotik : H, P

           d. Gangguan abiotik : fisik, kimia

d. Umur tanaman

          a. Persatuan luas

          b. Persatuan waktu

          c. Penghindaran cekaman

    d. Frekuensi panen

          e. Pola tanam

 
2. Sasaran Pemuliaan Tanaman

1.       Menghasilkan jenis–jenis baru yang berproduksi lebih tinggi dari jenis–jenis yang
sudah ada.

2.       Mendapatkan jenis–jenis unggul tahan hama penyakit serta kekeringan.

3.       Mendapatkan jenis–jenis baru yang kualitasnya tinggi sehingga mampu bersaing di
pasaran dunia.

4.       Jenis unggul masak awal

3  Sumbangan Pemuliaan Tanaman Terhadap Kemajuan Pertanian

1.       Penigkatan produktifitas

2.       Perluasan daerah produksi

3.       Varietas–varietas hibrida

4.       Resistansi terhadap penyakit

5.       Resitensi terhadap hama

6.       Kualitas

Rambu-rambu Tahap-tahap Pemuliaan Tanaman


2.2.1 Pembentukan Populasi
 Populasi dapat dibentuk melalui :koleksi, introduksi, persilangan, mutasi atau fusi; disini
perlu konsepsi (loko perlu bahan bakar)
 Dalam mengetahui populasi perlu parameter populasi (x, s2, α3 (skewness), α4(kurtosis),
sebaran normal), sehingga kita punya keyakinan kuat populasi ini akan menghasilkan
varietas unggul
seperti didefinsikan.
 Rancangan percobaan yang dapat digunakan dalam membentuk populasi ini
membutuhkan asumsi, α, contoh : galat (εi) ~ NID (0, σ2), resiko-bias. Dalam hal ini, α =
taraf nyata, 1- α = peluang (selang kepercayaan). Dalam biologi, * = 5 %, berbeda nyata
dan ** = 1 %, berbeda sangat nyata. Skema rancangan percobaan yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut :

 Kadang “populasi” yang kita miliki tidak cukup besar dengan kata lain kita hanya punya
contoh yang ukurannya kecil sehingga tidak bisa mewakili populasi. Hal ini hanya bisa
diatasi dengan memperbesar ukuran contoh sehingga memadai. Terkecuali memang
masih sedang dalam proses dan
kita ingin mengevaluasinya
 Sifat yang diamati dalam populasi dahulu dilakukan pada sifat-sifat yang kasat mata
seperti tinggi tanaman banyak anakan, panjang malai dan seterusnya. Saat kini lebih ke
pengamatan mikro seperti kandungan protein, kandungan gula, kandungan minyak, dan
seterusnya.
 Sistem perkembangbiakan tanaman akan menentukan arah macam varietas yang akan
dihasilkan :

 Pengertian genetic quantitative model, dimana ada beberapa konsepsi dimulai dari
adanya hubungan kekerabatan baik regresi korelasi, maupun inbreeding, konsep nilai,
ragam dan peragam, adanya sifat aditif dan dominan dimana dari tetua hanya
diturunkan sifat aditif pada anak-anaknya, konsepsi persilangan yang didasari dari
hubungan saudara sekandung (Full Sib) dan saudara tiri (Half Sib) yang kesemuanya
mengandung besaran ragam aditif dan dominan.
 Sewaktu menyusun skenario awal lebih baik dibentuk lebih dari satu populasiPemuliaan
tanaman untuk mendapatkan varietas unggul sebenarnya didasari dari pengertian
genetika Mendel yang bisa dikembangkan lewat labolatorium atau di lapangan yang
masing-masaing memerlukan ilmu-ilmu dasar yang berkembang sangat berbeda, dari
labolatorium akan dihasilkan plantlet sedang dari lapangan akan dihasilkan populasi,
keduanya sebelum dilepas menjadi varietas harus melalui uji adaptabilitas dan stabilitas,
yang akhir-akhir ini oleh pemulia lebih dipersoalkan mana uji yang
memiliki repeatabilitas yang tinggi.
2.2.2 Melakukan Seleksi
 Seleksi dalam hal ini mencakup seleksi untuk memilih tetua atau galur pada populasi
bersegregasi
 Rancangan percobaan yang digunakan, bisa RAL, RKLT, RBSL, RPT, Rancangan Kisi
mapun Rancangan Augmented, sesuai dengan situasi dan kondisi
 Mungkin diperlukan kehadiran pakar lain yang membantu meningkatkan penelitian.
Jangan sampai dicari yang tahan penyakit X, sewaktu ditemukan genotipanya penyakit
X-nya sendiri di alam sudah berubah ras-nya
 Gunakan selalu kontrol sehingga yang dipilih memang lebih baik. Pada saat awal
sebaiknya seleksi jangan terlalu ketat karena masalah interaksi genotipe x lingkungan
bisa sangat mengganggu. Bisakah seleksi dilakukan diluar lingkungan tujuan misalkan
tahan asam bisakah dillakukan di lahan normal atau kita harus pergi jauh ke lahan asam
 Gunakan kriteria seleksi sesuai dengan tujuan dan metode yang digunakan
 Bila digunakan seleksi dengan beberapa peubah, apakah dilakukan simultan atau
bertahap?
 Bila dilakukan dilahan yang cukup luas, apakah data lapangan bisa langsung digunakan
atau dikoreksi lebih dahulu ?
 Sering dalam seleksi kita mengambil jumlah yang kalau dihitung dengan persen
membentuk angka yang tidak umum misalkan 7 % atau 16 %, disini untuk menghitung
kemajuan seleksi, diferensial seleksinya (k) harus dihitung terlebih dahulu , atau kalau
“populasinya” lebih kecil dari 100 harus digunakan k pada populasi kecil.
2.2.3 Melakukan Pengujian
 Pengerian a = taraf nyata, yang dalam bidang Biologi biasa digunakan 5 %, berbeda
nyata,ditandai dengan * dan ** = 1 %, berbeda sangat nyata, dalam kenyataan misalkan
kita menemukan 5.1 % apakah akan dibuang karena tidak nyata ?. Dalam kasus seperti
ini biasanya yang disampakan adalah besarnya a dalam melakukan tindakan
selanjutnya bukan berpedoman pada 1 dan 5 %
 Pengertian galat (ei) ~ NID (0, s2), sebaran normal dalam kemajuan seleksi asumsi ini
digunakan sehingga realitas bisa berbias karena tidak dipenuhinya asumsi dan
penggunaan diferensial seleksi yang salah.
 Dalam menentukan hasil akhir biasanya melalui beberapa tahapan, misalnya uji daya
hasil pendahuluan, uji multi lokasi dan sebagainya.
 Yang jadi masalah adalah seberapa jauh kita bisa membedakan nilai genetic dari nilai
fenotipik yang ada karena yang dipilih adalah nilai genetic dan memerlukan pengujian
yang tepat

Contoh Lahan Uji Daya Hasil Pendahuluan dan Uji Multilokasi

Sub Pokok
Bahasan 3.1
Konstitusi Genetik Populasi dan Penyebab Perubahannya
Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang menempati habitat tertentu. Dalam
konteks genetika, populasi adalah kumpulan individu yang membentuk kumpulan gen (gene
pool) yang merupakan kumpulan gamet reproduktif dari suatu generasi dan dapat digunakan
untuk membentuk generasi selanjutnya. Gene pool adalah total seluruh gen yang ada dalam
gamet dari suatu pupulasi tertentu. Individu-individu dalam
populasi datang dan pergi, tetapi gen-gennya tetap ada sepanjang waktu.
3.1.1 Frekuensi Genotipe dan Frekuensi Alel
Frekuensi genotipe dan frekuensi alel (atau frekuensi gen) merupakan karakteristik
genetik suatu populasi. Frekuensi genotipe adalah nisbah individu bergenotipe tertentu
terhadap keseluruhan individu dalam populasi. Frekuensi alel adalah nisbah alel tertentu
terhadap keseluruhan alel dalam populasi. Dengan mengambil model diploid, frekuensi
genotipe homozigot dominan dan homozigot resesif serta heterozigot berturut-turut dapat
dilambangkan dengan P, Q, dan H. Frekuensi suatu alel dengan model diploid tersebut
dilambangkan sebagai p, sedangkan frekuensi alel pasangannya dilambangkan sebagai q.
Dalam hal ini P+H+Q = 1 dan p+q = 1
Penghitungan frekuensi alel selain menggunakan cara sebelumnya, dapat dilakukan
dengan memanfaatkan
informasi frekuensi genotipe yang sudah diketahui menggunakan formulasi berikut:
p=P+½H
q=Q+½H
3.1.2 Keseimbangan Hardy-Weinberg
Dalam populasi besar alami yang tiap individunya memiliki peluang yang sama untuk
kawin antar individu dalam populasi tersebut (suatu kondisi yang disebut kawin acak) dan tidak
ada faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan frekuensi genotipe ataupun
frekuensi alelnya, maka frekuensi genotipe dan frekuensi alel populasi tersebut akan tetap
sepanjang generasi. Populasi dalam keadaan tersebut dinamakan dalam keseimbangan Hardy-
Weinberg (dilambangkan sebagai populasi HWeq).
Dalam populasi HWeq, kawin acak berjalan sempurna, sehingga sesuai dengan teori
peluang, maka frekuensi genotipe pada generasi berikutnya akan merupakan hasil
penggandaan frekuensi alel yang membentuknya. Oleh karena itu bila diketahui frekuensi alel
suatu populasi dengan model diploid adalah p dan q, maka frekuensi genotipe homozigot
dominan (P), homozigot resesif (Q) dan heterozigot (H) pada generasi berikutnya adalah : P’ =
p2, Q’ = q2, H’ = 2pq, di mana P’+Q’+H’ = 1. Bila tidak ada keterpautan (linkage), kondisi HWeq
akan tercapai setelah satu kali kawin acak. Konstitusi genetik populasi setelah HWeq tercapai
tidak akan berubah sepanjang generasi selama faktor-faktor pengubah frekuensi alel tidak
bekerja, atau tidak ada migrasi, mutasi, dan seleksi.
Perlu diperhatikan bahwa yang menentukan konstitusi genetik populasi HWeq adalah frekuensi
alelnya, bukan frekuensi genotipe tetua.
Gambar Prinsip Hardy-Weinberg
3.1.3 Perubahan Frekuensi Alel
3.1.3.1 Mutasi
Mutasi yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah mutasi gen yang mengakibatkan
suatu alel berubah menjadi alel ‘baru’. Mutasi biasanya dari alel dominan menjadi alel resesif,
yang mengakibatkan frekuensi alel dominan dalam populasi berkurang sedikit demi sedikit dan
sebaliknya frekuensi alel resesif bertambah. Meskipun pengaruh mutasi terhadap perubahan
frekuensi alel dalam proses evolusi sangat kecil, peran pentingnya adalah menyediakan sumber
keragaman yang terus-menerus.

Gambar. Aglonema Gading Mas, Hasil Mutasi.


Sumber:www.surabaya.indonetwork.co.id
3.1.3.2 Seleksi
Seleksi, yaitu kondisi atau tindakan yang mengakibatkan genotipe tertentu bertahan
dalam populasi sedangkan genotipe lainnya tersingkirkan. Seleksi merupakan kekuatan utama
yang dapat menimbulkan perubahan frekuensi alel dalam populasi. Pengaruh seleksi dapat
diukur dengan membandingkan jumlah individu sebelum dan sesudah seleksi, dan hal tersebut
merupakan ukuran fitness, atau daya hidup,
dari suatu genotipe dalam populasi. Adapun koefisien seleksi (s) adalah ukuran kekuatan yang
bekerja pada masing-masing genotipe untuk menurunkan nilai adaptifnya. Koefisien ini
merupakan ukuran tingkat kegagalan suatu genotipe untuk hidup atau berkembangbiak.
Hubungan koefisien seleksi dengan fitness (fitness relatif) suatu individu dalam populasi
ditunjukkan dalam formulasi berikut : s = 1 – W.
Seleksi melawan individu homozigot resesif tidak dapat menghilangkan alel resesif dari
suatu populasi, karena individu heterozigot akan bersilang dan menghasilkan individu
homozigot resesif pada generasi berikutnya. Walaupun demikian, seleksi dapat menurunkan
frekuensi alel resesif dalam populasi.
Populasi yang frekuensi genotipe resesifnya rendah tidak berarti bahwa alel resesifnya
sedikit, karena sebagian besar alel resesif tersebut terdapat dalam genotipe karier (heterozigot)
bukan dalam genotipe homozigot resesif. Dalam keadaan ini, sangat sukar untuk menurunkan
frekuensi alel resesif dengan membuang genotipe homozigot resesif, atau dengan mencegah
persilangan antar individu homozigot
resesif.
3.1.3.3 Migrasi
Migrasi merupakan perpindahan individu baru ke dalam suatu populasi atau keluarnya
individu dari suatu populasi. Dengan kata lain merupakan aliran gen (gene flow) dari suatu
populasi ke populasi lain. Migrasi yang besar dapat menimbulkan perubahan dalam populasi
resipien secara evolusioner. Perubahan frekuensi alel akibat migrasi ditentukan oleh proporsi
migran yang masuk ke dalam populasi asli dan perbedaan frekuensi alel dari kedua populasi itu
Arti penting migrasi adalah dapat memasukkan ragam genetik ke dalam populasi
sehingga dapat dilakukan seleksi, mencegah isolasi sempurna dari kedua populasi,
perpindahan migran terus menerus dapat mengubah arah evolusi, dan dapat meniadakan
pengaruh penghanyutan genetik dengan introduksi alel baru ke dalam populasi.
Sub Pokok Bahasan 3.2
Konsep, Nilai, Ragam, dan Hubungannya
Suatu populasi akan memiliki ciri tertentu yang akan membedakannya dengan populasi
lain. Hal-hal yang dapat menimbulkan ciri populasi antara lain adalah komposisi genotipe-
genotipe penyusunnya, dalam hal ini tercakup pengertian tentang banyak bentuk genotipe dan
frekuensinya masing-masing, serta nilai dari masing-masing genotipe. Dengan demikian, ciri
genetik populasi secara umum perlu diketahui agar berbagai pilihan cara seleksinya dapat
disusun.
Seleksi sendiri pada dasarnya adalah melakukan penilaian terhadap fenotipe, sehingga
sangat bergantung kepada pengetahuan tentang hubungan antara fenotipe dan genotipe atau
hubungan gen dengan gen, serta pengaruh faktor lingkungan.
Pada hubungan gen dengan gen, pengetahuan tentang segregasi, rekombinasi, kaitan,
dan bentuk peran gen perlu diketahui. Dikenal ada tiga bentuk peran gen, yaitu aditif, dominan,
dan epistasis. Peran gen ini akan sangat berpengaruh dalam proses seleksi dan menjadi dasar
pemilihan metode seleksi yang efektif dan efisien.
Berikut ini adalah contoh nilai genotipe sesuai dengan aksi gennya.
AABB 7 AABb 6 AAbb 5 AA– 6 AABB 4 AABb 4 AAbb 2 AA– 3.5
AaBB 5 AaBb 4 Aabb 3 Aa– 4 AaBB 4 AaBb 4 Aabb 2 Aa– 3.5
aaBB 3 aaBb 2 aabb 1 aa– 2 aaBB 3 aaBb 3 aabb 1 aa– 2.5
–BB 5 –Bb 4 –bb 3 –BB 3.75 –Bb 3.75 –bb 1.75
Aksi Gen Aditif Aksi Gen Dominan
Dalam rangka untuk mengetahui ciri dari suatu populasi, perlu diketahui informasi
tentang beberapa parameter populasi, yaitu :
1. Rataan = (∑X)/n
2. Ragam = (∑X2– (∑x)2/n)/(n-1)
3. Simpangan baku = s.dev = (ragam)1/2
4. Maksimum
5. Minimum
6. Skewness = [1/n {∑(Xi– x)3}]/S3
7. Kurtosis = [1/n {∑(Xi– x)}4]/S4
Terkait dengan kegiatan seleksi, penghitungan nilai tengah dan ragam di atas untuk
mengetahui ciri populasi, dapat berubah dari generasi ke generasi. Beberapa hal yang dapat
menyebabkan perubahannya antara lain :
1. Pemilihan
tetua-tetua terbaik untuk generasi berikutnya menyebabkan perubahan dalam
frekuensi gen
2. Perubahan
dalam frekuensi gen ini menyebabkan suatu perubahan di dalam nilai genotipe
rata-rata pada generasi berikutnya
3. Resultan
dari hasil merupakan harapan perubahan nilai tengah populasi dari satu generasi
ke generasi berikutnya.
Pada semua metode seleksi, komponen ragam fenotipe dapat dikelompokkan ke dalam
σ2 (ragam lingkungan), σH2 (ragam genetik total), dan komponen-komponen ragam genetik yang
bisa diidentifisir. σ2 sendiri dapat dipecah lebih lanjut ke dalam σw2, keragaman antara tanaman-
tanaman dalam unit percobaan dan σe2, salah acak yang disebabkan oleh ulangan dari unit
percobaan. Komponen ragam genetik yang dapat diidentifikasi antara lain σm2 (ragam genetik
antara saudara tiri), σF2 (ragam genetik antara saudara kandung), dan σS2 (ragam genetik
keturunan S1). Dengan demikian, maka ragam fenotipik dalam berbagai metode adalah sebagai
berikut, di mana r adalah ulangan dan m adalah banyaknya tanaman per unit percobaan σPm2 =
σ2 + σH2
 σPhs2 = [(σw2+ σH2 –σF2)/rm] +σe2/r + σm2
 σPfs2 = [(σw2+ σH2 –σF2)/rm] +σe2/r + σm2
 σPs2 = [(σw2+ σH2 –σF2)/rm] +σe2/r + σs2
 σPw2 = σw2 +σH2 –σm2

Sub Pokok
Bahasan 4.1
Metode Pembentukan Keragaman Genetik
Arti Penting Keragaman Genetik Bagi Pemulia
Pemuliaan mempergunakan prinsip genetika untuk memperbaiki suatu tanaman. Untuk
memuliakan suatu tanaman, adanya keragaman genetik merupakan syarat mutlak. Dengan
adanya keragaman, memudahkan kita untuk memilih tanaman dengan sifat-sifat yang kita
inginkan.

Keragaman genetik cabai


(Capsicum sp.).
Pembentukan Keragaman Genetik
Pembentukan keragaman genetik dapat dilakukan melalui hibridisasi, eksplorasi,
introduksi, mutasi induksi, manipulasi kromosom dan poliploidi, hibridisasi somatik, transfer gen.
1. Hibridisasi
Hibridisasi bertujuan untuk memperoleh kombinasi genetik yang diinginkan melalui
persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipenya. Terdapat dua macam
hibridisasi, yaitu hibridisasi intraspesifik dan interspesifik.

Teknik persilangan
Anggrek Sumber: fp.uns.ac.id.
2. Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi dan koleksi plasma nutfah dimaksudkan untuk mencari dan
mengumpulkan bahan-bahan tanaman dari berbagai tempat, baik di dalam maupun di
luar negeri, guna dijadikan sebagai sumber daya genetik dari berbagai karakter penting
yang diperlukan dalam melaksanakan program pemuliaan tanaman. Selanjutnya
tanaman-tanaman hasil eksplorasi tersebut perlu dikoleksi dan dilestarikan secara baik
sebagai perbendaharaan sumber gen (Bank Gen) yang sangat penting artinya untuk
perbaikan sifat tanaman melalui program hibridisasi.
3. Introduksi
Introduksi adalah proses mendatangkan suatu kultivar tanaman ke suatu wilayah baru.
Introduksi diutamakan untuk tanaman yang mempunyai nilai ekonomis penting.
G ambar. Canola, tanaman sub tropis penghasil minyak sayur,
bahan baku pakan ternak, dan biodiesel. Pertama kali dibudidayakan di Kanada.

Gambar. Singawalang, tanaman obat untuk penyakit TBC, diintroduksi


melalui India.
Sumber : www.indomedia.com.
4. Mutasi Induksi
Mutasi adalah perubahan genetik baik gen tunggal atau sejumlah gen atau
susunan kromosom. Perubahan genetik tersebut menimbulkan keragaman genetik,
sehingga dapat digunakan sebagai bahan populasi seleksi.
5. Manipulasi Kromosom dan Poliploidi
Poliploidi adalah organisme yang mempunyai lebih dari dua set kromosom atau
genom dalam sel somatisnya. Penyebab terjadinya poliploidi ada dua, yaitu
autopoliploidi dan allopoliploidi. Autopoliploidi terjadi oleh penggandaan langsung pada
kromosom. Di alam terdapat secara spontan, tetapi biasanya amat jarang. Secara
buatan dapat digunakan perlakuan colchicine. Allopoliploidi terjadi dari hasil persilangan
antara tanaman yang berbeda genom, F1 mungkin steril penuh atau sebagian
tergantung dari derajat ketidaksamaan genetik. Bila kromosom dari hasil persilangan
antarspesies mengganda, maka baru menjadi fertil dan dapat dikembangkan.

Gambar. Contoh tanaman poliploidi, hasil perlakuan colchicine.


6. Hibridisasi Somatik
Hibridisasi somatik dengan teknik fusi protoplas dilakukan pada tanaman-
tanaman yang memiliki barier seksual, misalnya tanaman yang mempunyai hubungan
kekerabatan jauh (spesies liar) dan tanaman steril atau tanaman yang hanya dapat
diperbanyak secara vegetatif. Teknik fusi protoplas yang digunakan dilakukan
berdasarkan prinsip terjadinya pembuahan, yaitu dengan menyatukan gamet jantan (sub
protoplasma) dengan gamet betina (protoplasma).
Keuntungan hibridisasi somatik, selain dapat mentransfer gen-gen yang belum
teridentifikasi, juga dapat memodifikasi atau memperbaiki sifat-sifat yang diturunkan
secara monogenik dan poligenik antar galur atau spesies. Keuntungan fusi protoplas
yang lain adalah diperoleh kombinasi sifat baru yang merupakan kombinasi sitoplasma,
karena sitoplasma pada perkawinan seksual hanya berasal dari tetua betina saja.
7. Transfer Gen
Transformasi gen adalah proses dimana DNA asing dimasukkan ke dalam sel
tanaman. Memasukkan informasi genetik “asing” ke dalam sel tanaman dimaksudkan
untuk membantu menghilangkan hambatan yang terjadi pada proses reproduksi melalui
perkawinan.

Tembakau Transgenik.

Pokok Bahasan 5
Pencatatan, Penomoran dan Pelabelan
Deskripsi
Pemahaman tentang pencatatan bahan kegenetikaan, penomoran bahan kegenetikaan,
serta pelabelan bahan kegenetikaan
Sub Pokok Bahasan
Pokok bahasan tentang pengelolaan keragaman genetik akan mencakup dua sub pokok
bahasan yaitu :
1. Pencatatan Bahan Kegenetikaan
2. Penomoran dan Pelabelan Bahan Kegenetikaan
Relevansi Pokok Bahasan
Pekerjaan pencatatan bahan kegenetikaan, penomoran bahan kegenetikaan, serta
pelabelan bahan kegenetikaan sangat penting dalam pemuliaan tanaman. Pekerjaan ini
bertujuan untuk mengidentifikasi secara lengkap, akurat, simpel dan efisien untuk semua materi
pemuliaan tanaman.
Sub Pokok Bahasan 5.1
Pencatatan Bahan Kegenetikaan
5.1.1 Pengantar
Tujuan dari pencatatan bahan kegenetikaan adalah :
1. Agar bahan genetika memiliki sejarah dan silsilah (pedigree) secara berkesinambungan
untuk setiap varietas/ hibrida/ klon/ materi pemuliaan.
2. Agar bahan genetika memiliki sifat efisiensi dalam penanganan bagi beribu-ribu
varietas/hibrida/klon.
3. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kekaburan/ kesalahan.

sumber: www.deptan.go.id.
Dalam kegiatan pencatatan dalam pelaksanaan program pemuliaan tanaman meliputi :
1. Pembuatan catatan asesi ( Accession Record)
2. Buku harian persilangan (diary of crosses)
3. Buku proyek
4. Rincian tanaman dan list
5. Buku catatan lapang (Field notebook)
6. Catatan tanaman
5.1.2 Catatan Asesi
 Catatan yang disimpan adalah catatan dari semua materi yang diterima dan diuji
termasuk materi introduksi, seleksi dan hibridisasi.
 Buku catatan asesi dibuat dan disimpan untuk masing-masing jenis tanaman. Buku ini
mempunyai ukuran 20 cm x 30 cm, bersampul kuat dan tebal dengan spiral, serta
memiliki halaman dengan nomor halaman.
 Di samping itu dibuat kartu asesi yang disusun secara alphabetis. Kartu-kartu asesi ini
merupakan duplikat dari buku catatan asesi dan merupakan referensi cepat bagi
breeder.
 Untuk masing-masing jenis tanaman, setiap varietas/hibrida/klon diberi nomor urut mulai
angka 1 untuk setiap tahun. Angka urut di bawah 10 di depannya diberi angka nol (0)
misal 01, 02, dan seterusnya.
 Mendahului angka identitas varietas/hibrida/klon ditulis 2 digit terakhir dari tahun di
mana varietas/hibrida/klon dilakukan uji pendahuluan/Nursery test.

 Satu baris untuk masing-masing halaman rangkap (double page) dari buku asesi harus
dipergunakan hanya untuk satu varietas/hybrid/klon.
 Kolom-kolom dari halaman rangkap tersebut menunjukkan secara berturut-turut nomor
asesi, nama varietas/ hybrid/ klon penciri lain, tanggal diterima, sumber benih, nama
sumber, silsilah, deskripsi botani secara singkat, dan catatan-catatan (remarks).
 Suatu kartu asesi dibuat untuk masing-masing nama varietas/ hybrid/ klon (misal O A C
21) dan galur seleksi yang tidak bernama serta galur-galur hybrid yang sudah seragam.
 Kartu-kartu asesi berukuran 5 cm x 12.5 cm atau lebih besar dan menunjukkan pada
bagian ujung sudut atas kiri ditulis nama varietas/ hybrid/ klon sedangkan pada bagian
ujung/sudut kanan ditulis nomor asesi.
 Kartu-kartu asesi dicetak untuk mengisi informasi-informasi seperti yang ditulis di nomor
asesi.
 Di samping itu sifat-sifat agronomi penting dari setiap varietas/ hybrid/ klon dicatat pada
bagian bawah.
5.1.3 Buku harian Persilangan (Diary of Crosses)
 Tujuan : untuk memiliki sejarah singkat tetapi lengkap bagi setiap persilangan sehingga
tersedia setiap waktu.
 Merupakan buku catatan yang berukuran 20 cm x 30 cm bersampul tebal, kuat dan
berspiral serta bernomor halaman, satu dipergunakan untuk setiap jenis tanaman.
 4-5 halaman pertama digunakan sebagai indeks dan nomor persilangan secara
berurutan.
 Halaman rangkap digunakan hanya untuk pengulangan
 Setiap buku laporan/diary accession dimulai dengan identitas persilangan dan tujuan
persilangan.
 Kemudian setiap kejadian dan semua informasi penting yang berhubungan dengan
persilangan dimasukkan beserta tanggalnya. Misalnya pembuatan persilangan, jumlah
tanaman betina yang digunakan, jumlah biji hybrid yang diperoleh, jumlah biji yang
diterima, jumlah tanaman F1 yang dipanen, jumlah perkiraan biji F2 yang akan dipanen
dan ditanam di plot nursery, jumlah tanaman F2 yang akan dipanen secara individual
dan prinsip-prinsip dasar dari seleksi, jumlah keturunan tanaman F2 (biji F3 yang
terselamatkan sesudah pengujian benih), dan seterusnya.
 Informasi penting seperti pengujian, jumlah seleksi yang dilakukan, jumlah yang
diteruskan dan nilai-nilai yang tampak menonjol dari material pemuliaan dicatat.
Sub Pokok Bahasan 5.2
Penomoran dan Pelabelan Bahan Kegenetikaan
Tujuan penomoran bahan genetika adalah untuk mengidentifikasi secara lengkap, akurat,
simple, dan efisien untuk semua materi pemuliaan tanaman.

Gambar. Penomoran tabung ampul mikroba untuk


perakitan varietas resisten penyakit.
5.2.1 Penomoran Materi introduksi, hasil seleksi dan galur hibrid yang seragam
Caranya adalah sebagai berikut :
 Setiap amplop/ kantong benih memuat nomor asesi varietas/ hybrid/ klon.
 Identifikasi dilengkapi dengan namanya dengan singkatan huruf. Bila dikehendaki nama
dapat dipakai dengan nama kota, propinsi/ lembaga instansi pemerintah. Contoh : IPB
9225 / DKI 9225
 Bila benih introduksi baru/ varietas/ hybrid/ klon diterima terlambat untuk dilakukan
pengujian pendahuluan, misal diterima terlambat pada tahun 1995, maka materi
pemuliaan tanaman tersebut dimasukkan pada tahun berikutnya. Contoh : IPB 9601,
IPB 9602, dan seterusnya.
5.2.2 Materi Hibrid yang ditangani secara metode silsilah (pedigree method)
Tujuan : Memberikan informasi lengkap, akurat dan efisien untuk semua materi pemuliaan dari
persilangan-persilangan melalui penyilangan pada generasi memisah (F2) sampai dengan
tercapai kemurnian genetik. Caranya, semua materi ditangani melalui metode silsilah
ditumbuhkan pada petak H kelas (petak pengujian pendahuluan) yang terdiri dari ½ baris
dengan ukuran panjang 2-3 m dan jarak antar baris 40 cm.
a. Persilangan Tunggal
 Persilangan ditandai dengan kombinasi nama-nama varietas tetua dengan nama tetua
betina ditulis lebih dulu dan nomor (jml). Contoh Regent x Conus 71
 Untuk Persilangan kebalikan (Reciprocal cross), juga ditandai kebalikannya. Contoh :
Conus 71 x Regent
 Hibrid ditandai juga dengan F (filial) dan nomor generasi. Contoh : F1 (generasi 1), F2
(generasi K2/generasi memisah), dan seterusnya
 Benih hasil tanaman F1 dari tetua betina yang sama dikumpulkan dalam satu
kantong/amplop dan ditandai dengan F1 dan jumlah persilangan. Contoh : 74 F1. Bila
perlu ditambah dengan kombinasi tetua. Contoh : 74 F1 (Regent x Conus 71)
 Benih dari hasil persilangan resiprokal disimpan dalam kantong/ plastik terpisah
 Sebelum benih F1 ini ditanam lebih lanjut, nomor petak di mana benih tersebut akan
ditanam pada petak H kelas dicatat pada amplop yang bersangkutan. Contoh 74 F1 H
1904
 Benih F2 yang dihasilkan dari penyerbukan sendiri tanaman F2 disatukan (bulk) dalam 1
amplop/ kantong dengan diberi catatan. Contoh : 71 F2 (71x persilangan)
 Benih-benih F2 hasil persilangan kebalikan disimpan dalam amplop terpisah.
 Dalam petak pengujian pendahuluan satu pancang dengan label ditempatkan pada baris
pertanaman. Label yang ditempelkan pada pancang ditulis identitas materinya. Contoh :
71 F2
 Apabila F2 membutuhkan sederetan lebih dari satu seri dari baris nursery, baris pertama
dari setiap seri diberi pancang dan label.
 Tanaman-tanaman F2 yang dipanen, diikat bersama-sama dan diberi label yang
menunjukkan jumlah persilangan dan jumlah baris. Contoh : 74 F2 H265-54 untuk
tanaman yang berhasil dipanen dengan baris-baris H2651-2654
 Di antara baris-baris pengecek 2650-2655 catatan tambahan lainnya pada tanaman F2
yang dipanen adalah informasi yang menunjukkan kegenjahan, munculnya malai bunga
(Heading) dan resistensi terhadap suatu penyakit/ hama penting.
 Tanaman pengecek dipanen dan diberi label yang menunjukkan nama varietas dan
nama baris. Misal : Apex 2655
 Hasil tanaman F2 kemudian dirontokkan dengan tangan secara individu atau dengan
motor mesin perontok.
 Biji tanaman F3 dari hasil tanaman F2 segera digundukkan di atas secara berdekatan
dalam kelompok berbentuk segi empat, masing-masing kelompok datang dari baris-
baris tanaman dari petak nursery antar 2 baris tanaman pengecek.
 Masing-masing gundukan (kelompok) diidentifikasi menggunakan label yang sudah ada
dalam bungkus tanaman F2 yang diambil dari baris-baris dalam petak nursery.
Gundukan-gundukan biji dari individu tanaman pengecek diidentifikasi dengan baik.
 Gundukan biji yang memuaskan (keturunan F3) kemudian dimasukkan dalam amplop
terpisah dan ditandai dengan jumlah barisan dengan nomor urutan F2 (keturunan
F3).Contoh : 71-1; 71-2; 71-3.
 Bila pengujian hibrid direncanakan, benih/biji masing-masing keturunan F3 dipilah dalam
amplop sesuai dengan nomor baris dan ulangan di mana masing-masing keturunan F3
ditanam. Contoh : 11-12 mungkin menempati baris H606 (petak H kelas 607). Keturunan
71-13 mungkin menempati H608, petak H kelas 608, dan seterusnya
 Keturunan 71-12, 71-13 dan seterusnya mungkin juga memiliki sifat resistensi terhadap
penyakit dan dirancang pada baris khusus dengan tanda 12. Contoh 71-13-1; angka 1
merupakan nomor keturunan F4 yang diselamatkan dari famili nomor 13 dari
persilangan 71 yang tumbuh pada baris H 608.
b. Silang Balik (Back Cross)
Tujuan : Menyusupkan satu sifat resisten yang adaptif terhadap salah satu tetua, di mana tetua
yang memberikan sifat disebut tetua non recurrent dan tetua yang menerima sifat disebut tetua
recurrent. Silang balik adalah keturunan hasil persilangan disilang dengan salah satu tetuanya.

Bisa juga back cross terjadi karena adanya persilangan sendiri maka menjadi :

Contoh : BC pada F3 & dilakukan satu kali BC ke L

You might also like