You are on page 1of 27

tahun 1250, ditemukan sebuah kamera bernama 

OBSCURA.

tahun 1250-1895, disebut dengan masa pra sejarah film karena itu merupakan masa dimana terdapat
penemuan" baru yg disebabkan obsesi" besar orang eropa.
contoh: terciptanya sebuah alat yang bisa merekam gerak (yg hingga kini digunakan untuk membuat
sebuah film)

tahun 1895, dikenal sebagai tahun dimana awal adanya sebuah sinema.
kenapa??
=kira" pada tanggal 28 des 1895, lumiere bersaudara (frere) yaitu Louis dan Augustemempertunjukan
cinematograph untuk pertama kalinya kpd masyarakat paris di sebuah cafe hanya dengan membayar 1
franc. jd hingga saat ini hal itulah yang dianggap menjadi hari dimana sebuah sinema itu ada.

orang" yg menemukan/menciptakan alat perekam gerak selain Lumiere & Melies:


1. Thomas A. Edison (USA), 1880-an
2. Max Skladandwsky (Jerman)
3. Friese Green (Inggris)

Kinetograph: alat perekam gerak


kinetoscope: alat untuk memproyeksikan gerak
phonograph: alat perekam suara

nama" gambar bergerak pada zaman dahulu:


1. Flicker: "bersemut"
2. Film: Biasanya berhubungan dengan sosial dan politik
3. Movie: Biasanya berhubungan dengan industri dan bersifat komersil (uang)
4. Cinema: Biasanya berhubungan dengan estetika

keunggulan cinematograph(Lumiere) dibandingkan dengan alat perekam lain:


1. Gambar yang dihasilkan lebih tajam
2. Intermittent movement (gerak sendat)
3. Proyektor
4. Fleksibel (kamera ringan & kecil)
PERBEDAAN
*Lumiere Frere 
org yg sebenarnya ga punya ketertarikan dlm film, tp tertarik pada alat yg bisa merekam gambar
bergerak):
1. filmnya merupakan kejadian sehari"
2. filmnya merupakan kejadian yg sudah ada
3. Fakta
4. "dokumenter"

*George Melies
(sutradara teater yg tertarik memfilmkan sebuah teater ketika melihat alat perekamnya Lumiere):
1. Filmnya merupakan cerita khayalan
2. Filmnya merupakan kejadian yg diciptakan
3. Fiksi (impresionisme,ekspresionisme,surealisme,etc)
4. "cerita"

DIPOSKAN OLEH MISS SUNSHINE DI 12.39   

1 KOMENTAR:

beta mengatakan...

hueyyyy..salam kenal gw beta, oia gw boleh nanya ga?


sumber tulisan lo di atas dapet dari mana yach? 
heheheheh 
soalnya buat artikel majalah gw hhehehe ato lo mau bantuin jadi kontributor gw ^_^
:)

sory2 agak2nyeleneh nih..


kirim ke email gw yah dad_yagi@yahoo.com
ato FB gw bec_yups@hotmail.com

thanks bangeeeeett...

24 Februari 2009 03.11


Poskan Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Siapa sih yang tidak suka film? Pasti rata-rata dari kita paling tidak pernah
menonton film. Entah itu film-film dari ranah Hollywood, Bollywood, hingga
kelas film horor murahan Indonesia. Bahkan berkat kemajuan teknologi
informasi yang semakin pesat, kita orang awam pun mampu membuat film
ala kadarnya hanya melalui handphone.

Mungkin fakta-fakta berikut ini bisa dijadikan informasi yang menarik


bagaimana sebuah produk film memiliki sejarah yang cukup unik untuk
disimak:

1. Sejarah film sebenarnya sama tuanya dengan penemuan perangkat


fotografi. Namun tahukah kamu, sejarah gambar bergerak yang
pertama muncul di dunia justru muncul bukan di Hollywood, namun
lahir dari sebuah pertanyaan unik: Apakah keempat kaki kuda berada
pada posisi melayang pada saat bersamaan ketika kuda berlari?
Pertanyaan ini dijawab oleh Eadweard Muybridge dari Stanford
University dengan membuat 16 gambar atau frame kuda yang sedang
berlari. Kejadian ini terjadi pada tahun 1878. Dari ke-16 gambar kuda
yang sedang berlari ini dirangkai dan digerakkan secara berurutan
menghasilkan gambar bergerak pertama yang berhasil dibuat di dunia.
Dari sinilah ide membuat sebuah film muncul. Karena pada saat itu
teknologi kamera perekam belum ada, Muybridge menggunakan
kamera foto biasa untuk menghasilkan gerakan lari kuda. Dengan kata
lain, diperlukan pengambilan gambar beberapa kali agar memperoleh
gerakan lari kuda yang sempurna saat difilmkan.
2. Sepuluh tahun setelah penemuan gambar bergerak (1888), barulah
muncul film (bukan sekedar gambar bergerak) pertama di dunia, ya
paling tidak mendekati konsep film-film yang sudah ada saat ini. Film
ini dikenal dengan nama Roundhay Garden Scene yang
di'sutradarai' oleh Louis Le Prince yang berasal dari Prancis. Film
berdurasi sekitar 2 detik ini menggambarkan sejumlah anggota
keluarga Le Prince sedang berjalan-jalan menikmati hari di taman.
Setahun kemudian(1889), Amerika Serikat barulah memproduksi film
pertamanya yang berjudul Monkeyshines No. 1.  Seperti apa film
Monkeyshines No.1? Gambar orang yang 'blur' dengan latar hitam
yang sedang melakukan gerakan-gerakan tangan dalam beberapa
detik.
3. Memproduksi sebuah film yang spektakuler (seperti yang dilakukan
oleh kalangan sineas Hollywood) tentu saja membutuhkan biaya yang
sangat besar. Contohnya, film Titanic yang harus membangun tiruan
kapal Titanic itu sendiri. Film Titanic itu sendiri menghabiskan dana
sebesar 200 juta dollar atau kalau kita rupiahkan bisa mencapai angka
2,5 triliun rupiah! Tapi itu masih belum seberapa lo...coba bandingkan
dengan biaya pembuatan filmPirates of the Caribbean: At World's
End yang mencapai angka 300 juta dollar atau sekitar hampir 4 triliun
rupiah! Luar biasa... Namun, tahukah kamu, ada satu film yang bisa
dianggap sebagai salah satu film termahal di dunia yang pernah
diproduksi, dan film ini diproduksi pada tahun 1963. Itulah
film Cleopatra yang diproduksi oleh 20th Century Fox . Awalnya film
ini hanya diberi anggaran 2 Juta Dollar, namun entah mengapa
membengkak hingga 44 juta dollar. Kondisi ini tentunya sangat
memberatkan 20th Century Fox sehingga hampir membuatnya gulung
tikar. Perlu diketahui bahwa angka 44 juta dolar ini adalah angka di
tahun 1963, bila dikonversikan dengan tahun sekarang plus hitung-
hitungan inflasi, angka tersebut sama dengan nilai 295 juta dollar di
tahun 2007, dengan kata lain di tahun 2009 bisa menembus angka
300 juta dollar!
4. Tapi siapakah sebenarnya pemegang rekor film termahal di dunia?
Ternyata film termahal yang pernah dibuat adalah film yang
merupakan adaptasi dari novel dari Rusia, War and Peace yang
ditulis oleh penulis terkenal Rusia Leo Tolstoy. Film yang dibuat pada
tahun 1961 dan diproduseri oleh Mosfilm Studios milik USSR ini
menghabiskan dana sebesar 100 juta dollar atau kalau dikonversi
dengan inflasi dan segala macam, film ini berharga 700 juta dollar!
Luar biasa...! Lalu apa yang membikin film ini menjadi sangat mahal?
Ternyata ada sebuah adegan film perang yang harus mengerahkan
pasukan sebanyak 120.000 tentara, dan itu adalah scene atau adegan
perang terbesar yang pernah dibuat!

Sumber: wikipedia.org

Proceeding Dari Workshop Sejarah Film Dunia, Beberapa Pendekatan


Penting, Metodologi Dan Aplikasinya.

IKJ, 18-22 Desember 2006

  

Workshop merupakan kerjasama antara Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta dan
Faculte du Cinema et de l’Audiovisuel Universite de Paris 3/Sorbonne Nouvelle.

 
Pembicara utama                      : Prof. Dr. Michel Marie (Guru Besar Universitas Paris
3/Sorbonne Nouvelle)
Moderator                                        : Dr. Tanete A. Pong Masak

 
Struktur Acara:

 
Senin, 18 Desember 2006 : Darimana Datangnya Sejarah Film Dunia?

1. Asal-Usul Sejarah Film.

        Beberapa contoh early cinema dari Lumiere sampai Feullade, film-film Lumiere,


Melies, Pathe, Gaumont, Feuillade, La Lucarne de l’Infini dari Noel BÜrch (Paris
dilihat oleh para early cineast).

        Aliran Estetika Utama: Ekspresionisme Jerman, Sinema Soviet, Realisme Puitis


Perancis.

Contoh-contoh Murnau dan Sunrise, Eisenstein dan Montase Intelektual (October), Le


Mecano de la General, Keaton dan burlesque.

Selasa, 19 Desember 2006: Pendekatan Utama, Pendekatan Teknologis

 Peralihan ke Film Bicara di USA dan di Eropa, Cinema Direct di Perancis dan diQuebec, cinema
verite Amerika.
 Contoh-contoh: Awal Industri Film di AS, La Nouvelle Vague di Perancis, Fritz Lang, antara realisme dan
ekspresionisme, M. Le Maudit, Realisme Puitis di Perancis:Hotel du Nord.

 
Kamis, 21 Desember 2006: Pendekatan Ekonomi dan Sosiologi

 Genre-genre utama di Hollywood: Music Hall dan sistem studio: Singing in the Rain.Status ekonomi dari
seorang star: Joan Crawford dalam sebuah western baroque:Johnny Guitarre.
 Contoh-contoh: Godard dan La Nouvelle Vague: A bout de Soufle atau Une femme est une
femme atau Le Mepris. Sinema Italia tahun 1960-an, tradisi dan modernitas:L’Aventura, Le Fanfaron.

Jumat, 22 Desember 2006: Suatu Pendekatan Sejarah yang Baru untuk Sinema

 Sejarah dan Teori, Suatu Sejarah Filsafat. Penelitian dalam Sejarah Sinema, Berkarya dalam Sejarah
melalui tulisan sejarah. Menuju suatu pendeakatan yang terintegrasi.
 Contoh-contoh: Histoire(s) du Cinema dari Jean-Luc Godard. Bergman dan Modernitas:Persona. Sinema
Asia: In The Mood for Love. Dokumenter dengan Pendekatan Baru: Etre et avoir.
  

Referensi yang dipakai:

Allen, Robert dan Gomery, Douglas, Faire l’Histoire du Cinema (Film History, 1985), Paris:


Nathan, 1991.

 
Aumont, Jacques dan Marie, Michel, Dictionnaire Theoritique et Critique du Cinema, Paris:
Armand Colin, 2001.
 

Bessiere, Irene dan Gili, Jean A., Histoire du Cinema, Problematique des Sources, Paris:
INHA, MSH, Paris 1, 2004.

 
Jullier, Laurent, Lire les Images de Cinema, Paris: Larousse, 2007.
 

Lagny, Michel, De l’Histoire du Cinema, Paris: Armand Colin, 1992.


 

Marie, Michel, Guide des Etudes Cinematographiques, Paris, 2006.


 

----------------, Le Cinema Muet, Paris: Cahiers du Cinema, 2005.


 

---------------, La Nouvelle Vague, Paris: Arman Colin, 1997.

  

Hari Pertama, Senin, 18 Desember 2006.

Prof. Michel Marie merupakan arsitek jurusan Kajian Film di Universitas Sorbonne yang
merupakan pusat kajian film di Perancis dengan jumlah professor paling banyak. Professor ini
merupakan ahli dalam teoritisasi film.

 
Sesi I

Dalam workshop kali ini, sejarah film akan dibahas secara kronologis:

1. Sejarah teknik
2. Sejarah estetik
3. Sejarah ekonomi
4. Sejarah sosiologi.

Referensi: La Theorie du Film dan tulisan dalam Cahiers du Cinema.

Sejarah film pernah tidak populer pada tahun 1960-1970-an ketika semiotika sedang populer.
Sejarah film tidak pernah populer seperti Ecole du annales (salah satu jenis aliran sejarah yang
diperkenalkan oleh Frauden Baudel, pen.) yang memiliki sejarah panjang hingga 2 abad.

Sejarah film baru dimulai dan baru sedikit orang yang bekerja di sini sehingga sejarah film
memiliki keterbatasan teoritik. Ada 4 pendekatan dalam sejarah sinema seperti yang ditulis di
atas.

Selama ini sejarah film:

 Terlalu ditekankan pada TV dan film itu sendiri, karena sejarah ini ditulis oleh para kritikus.
 Film merupakan sesuatu yang sangat kompleks. Selama ini pendekatan sejarah film dilakukan dengan
pendekatan yang sulit diadaptasi.
 Penulisan sejarah tergantung dan hanya menyangkut kenangannya saja, bukan pendekatan sejarah yang
‘benar’.
 Penulisan sejarah dilakukan dengan menggunakan sumber sutradara atau actor tanpa sikap kritis.
Pendekatan baru dalam sejarah film menggunakan lebih banyak data, bukan hanya kesaksian actor,
sutradara, dll.
 Pendekatan sejarah film selama ini terlalu kategorik. Pengertian gerakan film dan aliran film tidak membantu
banyak dalam penulisan sejarah film. Contohnya, nouvelle vague (new wave: gerakan baru sinema
Perancis di tahun 1960-an, dengan Jean Luc-Godard sebagai salah satu eksponennya, pen.). Nouvelle
vague itu gerakan atau hal yang semu semata?
 Bentuknya stereotip. Penulisan sejarah film biasanya menggunakan biografi klasik (kelahiran,
perkembangan, dan kejatuhan). Padahal sejarah tidak harus linear, tidak mengikuti skema Negara. Tujuan
film kan dikembangkan untuk seluruh dunia.

Jadi kesalahan penulisan sejarah film dunia selama ini adalah:


 Obyek kajiannya.
 Metode pendekatannya.
 Pandangannya.
 Penulisannya sendiri.

Sejarah memang dekat dengan mitos dan penuh stereotip, baik stereotip moral maupun politik.
Mitos bersifat sangat romantis, dan selalu mendudukan produser yang membiayai film sebagai
orang jahat.

Sejarah film tahun 1960-an didorong oleh:

 Lebih banyak karya yang ditemui di mana saja (soal ketersediaan) dan lebih banyak karya yang bisa
diterima.

Contohnya: film-film Melies.

Sejak tahun 1920-an ada 15 film yang bisa ditonton dari total 500 filmnya. Pada tahun 1960-an,
ada 100 filmnya yang bisa ditonton dan dianalisis karena semakin banyak yang bisa ditemukan.
Sekarang ini film Melies yang bisa ditonton mencapai 200 film sehingga bisa dikatakan stok film
ini berlimpah (akibat kemajuan teknologi penemuan dan transfer film, pen.).

Penemuan baru juga menyajikan film-film bisu yang dibuat khusus untuk pasar Amerika, Eropa,
dll. Dengan adanya peningkatan data-data, ada persoalan bagaimana menuliskannya. Sampai saat
ini masih sulit mempelajari arsip dari perusahaan film meski banyak perusahaan film
menyediakan data-data produksi filmnya untuk universitas. Di kalangan generasi baru, muncul
kegelisahan epistemologis. Mereka tidak lagi bersikap seperti sejarawan tradisional yang naïf.
Bahkan dikatakan bahwa sejarawan tradisional bukanlah sejarawan, melainkan kritikus.

Misalnya tentang konsep peristiwa di dalam film. Oleh sejarawan hal itu kini dilihat secara kritis,
bukan lagi buta. Perubahan sejarah terjadi dengan sangat kompleks dan tergantung dengan
konteks.

 Dalam persoalan dimensi kronologis dalam penulisan sejarah, banyak kritik muncul berkenaan dengan
metodanya yang masih konsekutif dan sebab-akibat. Penulisan sejarah film tidak selalu konsekutif dan tidak
mutlak sebab-akibat.  Ada pengaruh langsung dan tidak langsung dalam jangka waktu tertentu. Ada cirri-ciri
siklis. Adasejarah yang cepat, ada sejarah yang lambat. Genre dan style, misalnya, bekerja dengan sangat
lamban.
 Gaya representasi sejarah juga menjadi masalah. Misalnya soal statistic dan dokumen hokum di bidang
film. Hal ini menyangkut sejarah politik dan bisnis (distribusi, dll) film, sejarah social yang bisa
mempengaruhi public. Persoalan-persoalan ini melambangkan kegelisahan masyarakat.

Kini sejarah sinema mulai tertarik dengan sinema sebagai artefak dan dimensi ramalan dari film-
film. Film mencerminkan rekonstruksi public. Di sinilah muncul histoire problem (salah satu
pokok pemikiran dalam penulisan sejarah histoire du annales, pen.) yang hendak menyelesaikan
persoalan-persoalan sejarah (kesadaran sejarawan). Fakta sejarah tergantung pada formulasi kita
atas sejarah. Sejarah tidak bertujuan. Sejarah merupakan hasil rekonstruksi bukan apa adanya.
Sejarawan merekonstruksi wacananya. Sejarah bukan hanya bersifat kronologis, tapi juga
kausalitas, tapi tidak mutlak seperti itu.

Brades dan Braziac (1930-an), menulis sejarah Perancis. Mereka menulis sejarah yang selalu
berkaitan dengan orang-orang dan hal-hal yang luar biasa. Sejarawan umum tidak mengenal
aspek-aspek lain selain itu. Mereka menganggap sejarah sastra sebagai sampah karena tidak
melakukan pendekatan ekonomi, social politik.

Sejarah tradisional film hanya mencakup:

1. sejarah estetika
2. sejarah teknik

Pendekatan baru (nouvelle histoire) menambahkan:

1. sejarah ekonomi.
2. sejarah social dalam film, dengan tujuan untuk mengetahui kelas social yang direpresentasikan dalam film.

Keempat ini didekati secara integral, bukan terpecah-pecah. Maka sejarah baru ini:

 mendefinisikan konsep keakuratan sejarah. Keempat aspek itu dibahas secara integral tetapi tidak
harus selalu bersamaan.
 Mengembangkan metodologi penulisan sejarah.

 
Dulu sejarawan merupakan para penulis kronik. Tahun 1950-an, sejarawan adalah para
wartawan/kritikus film.

Contoh:

Film bersuara keluar pertama kali dari studio Warner Brothers karena kondisi studio itu yang
terdesak dan hampir merugi. Wartawan mengembangkan mitos persoalan WB ini. Padahal
terlihat bahwa WB memang sengaja melakukan investasi besar-besaran untuk film bersuara ini.
Faktanya sekarang WB menjadi konglomerasi media raksasa, bernama AOL-Time Warner.

Sejarah baru:

 Kembali ke data primer: ada gerakan internasional untuk pengumpulan data-data primer industri film,
sampai sejarah film primitive.
 Refleksi mendalam tentang metodologi yang digunakan. Biasanya menemui kesulitan di fase interpretasi
sejarah.

Ada pertanyaan dari peserta. Apakah fenomena ini karena kita tidak tahu ‘origin’ film? Kita
tidak bisa mengejar arsip sehingga kita mending interpretasi?

Sejarah film Indonesia, misalnya, berawal dari tahun 1924 dengan adanya film di Sumatera.
Produsernya Central Foto. Tetapi film ini tidak ada dalam sejarah
film Indonesia (filmIndonesia pertama diakui sebagai Loetoeng Kasaroeng, 1926, pen.).
‘Penemuan’ seperti ini perlu dibuktikan.

Prof. Marie menekankan bahwa menulis sejarah harus dari sumber sejarah. Contohnya, Pathe
memproduksi 15.000 film, tapi yang bisa dianalisis hanya 500 film. Pathe bahkan pernah
membuat film di Garut di tahun 1910-an.

Sekarang ini muncul sejarah khayal/imajinasi yang berasal dari analisis Lacan. Sejarah imajinasi
ini memperlebar konteks penulisan sejarah.

 
Pertanyaan kedua, apakah sejarah film ingin mandiri setelah gagal mencoba berbagai pendekatan
seperti sastra, sosiologi, dll?

Penulis sejarah kebanyakan berasal dari filsafat. Contohnya Deleuze yang berupa pemikiran,
bukan sejarah. Pemikir-pemikir seperti ini menulis dari sumber kedua. Ini tentu saja bukan
sejarah. Harus ada penulisan sejarah yang berasal dari sumber-sumbear primer.

Sesi II

Sesi diawali dengan menonton film-film Lumiere dan Noel Bűrch.

Apakah pembatasan waktu dalam sejarah primitif masih ada gunanya? Bagaimana membaca
sejarah film bisu? Pembacaan sejarah film bisu ini bermasalah di berbagai Negara. Di Amerika,
era film bisu selesai di tahun 1929. Tahun 1918 saat berakhirnya PD I, Perancis mulai
‘menemukan’ film Amerika. Di China, tahun 1941, film masih bisu meski diiringi oleh musik.
Seni film bisu versi tradisional berasal dari tahun 1920-an.

Tahun 1913-1914 merupakan periode sejarah yang kompleks. Film bisu merupakan early
cinema, tapi bukan film primitif. Pengertian primitif dalam film sebenarnya terpengaruh oleh
terminologi seni primitif yang mengacu pada seni Afrika. Lalu istilah ini dipakai untuk menyebut
film-film Melies. Early cinema digunakan untuk menyebuat sinema awal.

Kapan early cinema berakhir?

Noel Bűrch sendiri sangat unik. Ia sudah menghadirkan pemahaman psikoanalisis tenatng
dorongan primitif. Ia terinspirasi oleah pouviar primitive yang dikenalkan oleh psikoanalisis
Freudian. Ia menganalisis:

 Frame
 Point of view
 Logika urutan shot
 Artikulasi spasio-temporel
 Tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam film
 Manajemen tatap mata.
 

Dalam sinema primitif, tatapan mata pada kamera itu wajar. Film naratif tidak berfungsi sebagai
kesatuan logika naratif.

Konsep tentang penglihatan merupakan punctuality unik (pilihan sudut pandang). Harus


dibedakan:

 Estetika tatapan/pandangan
 Estetika lukisan
 Estetika shot: baru muncul ketika film itu mulai diedit/pemenggalan.

(Pemenggalan film baru terjadi sekira tahun 1916-1918).

Periode tahun 1902-1908, gambar ditampilkan dalam bentuk lukisan (model Melies). Ini yang
disebut model representasi primitive (Noel Brűch). Pengambilan gambar diambil dalam bentuk
general shot. Penonton berada di luar frame. Setiap tableu bersifat otonom.

Pada tahun 1918, ada fenomena yang berdampak ganda pada film seni. Dalam salah satu film
Melies, ada adegan kejar-mengejar yang menampakkan cirri film comic. Dari sinilah muncul
scenario dan munculnya scenario ini didorong oleh munculnya editing film. D.W. Griffith
mengembangkan adegan kejar-mengejar ini dari Pathe, sementara ia juga menggunakan gambar
telepon dan surat yang silih berganti. Gambar ini beraasl dari film Goumount. Di film Griffith ini
mulai terjadi peralihan ruang.

Contoh lain, kita bisa menganalisis estetika Lumiere dari estetika tatapannya. Kinetoscope
Edison berbeda dengan Lumiere yang layar leabr. Kinestocope Edison membuat orang harus
‘mengintip’.

Estetika yang Lumiere yang paling menonjol adalah estetika yang dipantulkan pada layar lebar.
Estetika ini sangat khas dan logis, dan bisa dilihat dari frame, pengambilan gambar, lighting dan
subyek. Unsure-unsur ini memiliki kepaduan.  Yang menarik, Lumiere menggunakan
kemampuan kamera dan presisi optic serta kepekaan film negatifnya. Tak mengherankan
mengingat Lumiere memiliki industri negative film dan pabriknya ini menyediakan material
khusus untuk film-film Lumiere. Estetika Lumiere berasal dari fotografer yang dilatih untuk
membuat film.

  
Parameter estetika Lumiere:
1.      penguasaan pencahayaan. Lumiere mengambil gambar saat siang
hari saat cahaya bagus untuk film. Ada hal yang menarik dari
parameter ini, ie. Adanya oposisi yang menarik, yaitu antar deakor
yang bersifat fixed dan gerak.

2.      Pembatasan waktu. Kamera hanya bisa merekam hingga panjang


film negative 17 m, sehingga ada duasi shooting.

3.      pembatasan ruang  sehingga harus mampu menguasai ruang


melalui frame.

Karena parameter-parameter ini, ada beberapa cirri yang muncul:

 ada pengambilan gambar ¾ (setelah kamera, pen.)sehingga kita bisa memperolehdepth of field sebaik
mungkin.
 Ada oposisi dialektis antara di studio, di luar studio dan di alam.
 Model framing Lumiere akan digantikan oleh model Melies.

Sinema perlu berangkat dari rekonstruksi di dalam studio, kemudian di alam secara natural. Baru
kita memperoleh narasi di dalam film. Melies melakukan pengambilan gambar berdasarkan
kenyataan yang sedang berjalan.

Noel Brűch memformulasikan:

1.      ada penonton di luar pertunjukan  cinema


interaction (Eisenstein), contohnya film bisu
yang tidak mengintegrasikan penonton.

2.      ada penonton yang terintegrasi dalam narasi


film  film naratif (Andre
Bazin)  penonton mengidentifikasi
dirinya dengan film.

Film primitif memiliki kesamaan dengan film-film eksperimental yang muncul kemudian.

Contoh: Magic Show (Melies), Voyage le Lune (1902, Melies) yang menggunakan estetika seni


rupa, sudah ada editing ‘primitif’.

Memutar film “Un Histoire” dan “Kenyataan dan Mimpi” (1901, Pathe Freires).
 

Film ini merupakan flashback pertama dalam sejarah. Film ini baru ditemukan di tahun 1980.

Pada tahun 1978, Federasi Arsip Film mengadakan kongres di Brighton dan mempertontonkan
500 film early cinema. School of Brighton adalah sebuah kolokium historiografi film.  Film-film
ini ‘ditemukan’ oleh sinematek Inggris. Ahli-ahli yang berkonsentrasi pada early cinema ini kira-
kira 350-an orang. Dari temuan itu, kita mengetahui bahwa pada tahun 1908 profesi sutradara
belum ‘seterhormat’ sekarang. Hal ini membuktikan bahwa sejarah film harus terus-menerus
ditulis. Prof. Marie agak mengkritik Deleuze yang membuat tulisan berdasarkan karya-karya
tulisan sebelumnya. Padahal ini sangat superficial.

 Hari Kedua, Selasa, 19 Desember 2006.

Hari ini akan membahas sinema Amerika. (Catatan: workshop akhirnya berjalan tidak urut, tidak
sesuai dengan silabus yang telah dituliskan di hari pertama).

Sejak tahun 1905, sinema sudah menjadi industri sehingga orang bisa mempelajari sejarah
ekonomi. Tetapi baru pada tahun 1947 buku tentang sejarah ekonomi film baru muncul.

Kalau melihat asal-muasal film, perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang iflm mulanya
adalah perusahaan fotografi. Pathe sendiri merupakan perusahaan [perekaman] suara. Pada tahun
1903-1905, Pathe memproduksi produk sinematografi. Pathe merupakan perusahaan oligopoly
film pertama. Ia mendominasi tapi tidak memiliki hak eksklusif. Setiap tahun Pathe
memproduksi sekira 100 film. Pada tahun 1912, perusahaan-perusahaan AS mulai mendominasi.

Penulisan sejarah ekonomi film dimulai oleh orang Swiss bernama Pieter Bachlin. Penulisan
pertama ini sangat bersifat Marxist, padahal tradisi Swiss saat itu bukan Marxist. Penulisan
sinema Hollywood pada tahun 1950-1960an juga cenderung menggunakan pendekatan-
pendekatan Marxist. Baru pada tahun 1970-an muncul soal ekonomi industri yang tidak hanya
berpendekatan Marxist.

Menurut Bachlin, sejarah sinema adalah hal baru. Berkembang secara otonom pada awalnya, jadi
mirip daengan periode yang sedang berlaku di bidang lain.
Pembagian kerja di dalam film bersamaan dengan adanya sistem Fordisme (Taylorisme) di
industri otomotif. Sistem Taylorisme dipakai di industri sinema terutama untuk penataan
organisasinya (organisasi ekonomi), sehingga tahap-tahap perkembangan industri sinema sama
dengan tahap-tahap kapitalisme.

Lumiere menggunakan 200 pekerja. Melies 50 pekerja. Perusahaan-perusahaan ini berasal dari
perusahaan keluarga yang kemudian berubah menjadi perusahaan trust besar. Bachlin
mempelajari risiko pembuatan film, ex. Asuransinya. Membuat film memiliki risiko yang tinggi,
tidak seperti produk budaya yang lain. Industri eksebisi merupakan industri film yang paling
rendah risikonya. Dan para produser menyadari ini.  Bagaimana cara mengurangi risiko
ini?  Sejak dulu, dominasi dipegang oleh sirkuit bioskop.

 Pada tahun 1905-1912 perusahaan Pathe banyak memproduksi film. Tetapi banyak dari film-
film ini tidak bisa mengambil untung. Tahun 1910-an, ia mulai banyak membeli film-film
Amerika. Pathe mengambil hak distribusi film Amerika di Eropa.

Perang Dunia I berpengaruh pada industri film Perancis. Mulai tahun 1914, para kapitalis film
Perancis sebenarnya sudah mulai memilih menjual film-film AS daripada film-film dalam
negeri.

Bachlin mengembangkan pembahasan sejarah ekonomi dalam 2 konsep:

1.      film sebagai produk industri

2.      vs. Film sebagai karya seni.

Bachlin meminjam konsep Karl Marx tentang nilai tukar. Konsep ini terlihat misalnya pada
tahun 1950-an, ketika kita melihat pertukaran produk, proses konsumsi dan distribusi (produksi,
distribusi, eksebisi/konsumsi).

Yang dipelajari:

1. public
2. pasar
3. strategi politik: swasta, nasional, internasional, kebijakan Negara terhadap perusahaan-perusahaan film.
 

Masalah sejarah ekonomi sinema:

1. Teori ekonomi sinema

Selama 20 tahun terakhir mulai banyak karya-karya besar dunia tentang subyek ini. Dalam
ekonomi sinema selalu ada konfrontasi antara untung vs. budaya, inovasi dan standarisasi.
Dari segi ekonomi, film dibuat untuk ditonton sekali saja, lalu penonton melihat yang lain.

2. Analisis Struktur sinematografi.

Contohnya mempelajari sirkuit bioskop yang selalu dinamis. Analisis ini mencakup analisis
hubungan kekuatan karena ada jalur yang ingin selalu memaksakan kehendaknya. Jalur ini
bersifat internasional.  Contoh, dulu Edison dengan kinetoscopnya.  Industri Hollywood
sendiri memulai dinamismenya sendiri sekira tahun 1910 (ekspor).

3. Ekonomi sinema mempelajari strategi bisnis. Apakah perusahaan-perusahaan berkonsentrasi dan


bagaimana Negara ikut campur? Bagaimana kebijakan pajak? Apa peran Negara?
4. Analisis pasar atau strategi eksploitasi.

Politik sinema tiap Negara khas. Politik sinema ini tergantung dari struktur sinema. System
multiplex diperkenalkan oleh kapitalis Belgia di tahun 1980-an. Pada tahun 1925, di Chicago
sudah ada bioskop berkapasitas besar, bahkan sampai 8000 seats dilengkapi dengan restoran
dan playground untuk anak-anak. Saat itu mulai ada efisiensi marketing.

5. Manajemen aktivitas ekonomi.

Contohnya film-film Luc-Besson yang berbudget rendah. Dia memproduksi film documenter
yang memberikan keuntungan 200 kali lipat dari film fiksinya. Padahal film dokumenternya
berbudget rendah.  Lalu producer mulai berkonsentrasi membuat film dengan budget rendah.

 
 

Teori Marxist bisa menerangkan evolusi dari yang lebih Marxist menuju yang lebih industri
dengan tujuan mencari keuntungan. Analisis industri mempelajari struktur perusahaan
produksi, perilaku, kebijakan, dan inovasi, bagaimana mendapatkan keuntungan, hubungan
dengan kondisi politik, bagaimana meningkatkan pasar dan audience share, dan mekanisme
distribusi via DVD, dll.

 
Sinema merupakan industri audiovisual, sebuah sector yang sangat menarik. Dari film bisa
dipelajari ekonomi lain, misalnya, industri mobil, fashion, dll.

Contoh, film October (Eisenstein). Eisenstein menggunakan 5000 figuran tapi filmnya gagal
karena susah dimengerti.

 SOSIOLOGI DAN SINEMA

 Sejarah sosiologi sendiri baru-baru saja focus ke film/sinema, yakni sekitar tahun 1950-an.
Awal mulanya Pierre Bordieau yang membahas tentang lukisan, fotografi, kelas social dan
televise.

1. Peran sosiolog menggambarkan perilaku para penonton/public (ini merupakan analisis pertama para
sosiolog terhadap sinema).

Pada tahun 1945, organisasi Perancis, CNC, setiap tahun membuat angket tentang penonton
(gender penonton, berapa kali menonton dalam setahun, dll). Semakin lama usia menonton
ternyata semakin muda. Hal ini terjadi karena adanya system multiplex. Analisis ini bersifat
sosiologis. Contoh analisis yang lain adalah peran orang Negro dalam industri film tahun
1970-an.

2. Sosiologi bisa menganalisis lingkungan produser dan lingkungan social film. 

3. Sosiologi sinema ‘bisa’ meramalkan kejadian yang akan datang.

4.Sosiologi sinema membahas tema-tema social yang berhubungan dengan periode di mana
film itu diproduksi. 

5.Sosiologi sinema memperbandingkan bentuk-bentuk perkembangan sinema. Contohnya


perkembangan bioskop yang mencerminkan evolusi konsumsi secara material,
diperbandingkan dengan sudut pandang histories dan geografis. Analisis system penjualan
dan penyewaan, misalnya, menunjukkan perubahan perilaku penonton dari menonton di luar
(layer tancap) berpindah ke dalam ruangan (rumah). 

6.Sosiologi sinema bisa menjadi studi representasi yang berkenaan dengan public.
Contohnya, representasi perempuan dalam film-film AS atau dalam nouvelle vague.
Terlihat kan kalau film-film nouvelle vague itu sangat maskulin.

  
SEJARAH FILM HOLLYWOOD

‘Industri’ film AS sebelumnya dikuasai oleh Pathe tetapi industri film AS membuat perlawanan.
Pada PD I orang Eropa focus pada perang. Tetapi pada tahun 1914 film-film AS masuk Eropa.

Pokok bahasan : Buster Keaton (The General)

Buster Keaton membuat plesetan film DW Griffith. Film DW Griffith merupakan film panjang
pertama, karena sebelumnya film hanya berdurasi max. 1 jam.

Di Italia, para pembuat film membuat film-film yang penuh dengan dekor. Pada tahun 1913
muncullah Caberia yakni film tentang perang di Tunisia.

Griffith lalu membuat film berdurasi menengah (1 jam). Film Birth of A Nation merupakan film
big budget/film mahal yang menghasilkan keuntungan besar.  Film ini sangat provokatif dan
rasis. Film ini memberi arti penting pada bahasa film dan editing parallel.

Editing parallel merupakan turunan hirarkis dari film. Buster Keaton menggunakan teknik ini
dan mendramatisasinya. Ia sengaja menghilangkan heroisme militer (tidak menempatkan militer
sebagai hero). Film The General ini merupakan puncak karirnya. Setelah itu film-filmnya
memburuk padahal usianya waktu itu baru 31 tahun. Sebelumnya Buster Keaton merupakan
actor komedi selama 10 tahun. Ia belajar dari lingkungan orang tuanya, jadi bukan seorang
sekolahan. Orang tuanya adalah pemain acrobat.

Buster Keaton lahir sebelum Chaplin dan karirnya terhenti di tahun 1919-an. Ia diserang kaum
Puritan karena komedi-komedinya. Sebelum tahun 1919, komedi bersifat lebih subversive.
Keaton memparodikan film-film besar, misalnya Intolerance (DW Griffith) menjadi Seven
Foolishness.

Keaton bisa membuat scenario panjang yang cukup bagus. Film The General sendiri disponsori
oleh militer AS dan perusahaan kereta api. Ia sendiri tidak tahu manajemen/ekonomi. Ia menjadi
alcoholic untuk menyembuhkan sakit kepalanya.

 
Film yang mempengaruhi Keaton adalah film-film serius. Dalam film The General, ia
menggunakan metafora tentang seragam. Ia sendiri tidak memihak utara maupun selatan (kubu
dalam perang sipil di Amerika, pen.). Ia justru menyindir perang itu. Film ini dibuat berdasarkan
kejadian sehari-hari dan kenyataan yang tragis.

Meski demikian, film ini lebih menguntungkan pihak selatan. Setelah tahun 1926, pihak utara
lebih diuntungkan sehingga film-film Keaton bisa disebut simetris.

Pada tahun 1950-an, Walt Disney membuat film serius tentang perang saudara tetapi lebih
menguntungkan pihak utara.

Film The General sendiri berbicara lewat montage, tapi tidak secara sekuens. Sangat berbeda
dengan film October (Eisenstein). Film Eisenstein terdiri dari 18-20 detik/shot, tidak panjang tapi
juga tidak terlalu pendek. Keaton lebih klasik dan seimbang. Ia sangat sedikit menggunakan
close up. Tokoh Keaton tidak pernah tertawa dan selalu kena agresi fisik. Hal ini berasal dari
disiplin keluarganya (makanya ia sering mengalami sakit kepala). Keluarga dalam film Keaton
selalu dilihat secara sinis.

Ia menggunakan banyak repetisi scene, apalagi dalam hal analisis stilistik dan mise en scene.
Kita bisa belajar dari rush cut tentang proses penyutradaraan para sutradara, seperti Chaplin.

Hari Ketiga, Kamis, 21 Desember 2006.

FILM RUSIA

Sesi diawali dengan pemutaran film October karya Eisenstein.

Film ini dibuat pada tahun 1927 untuk memperingati 10 tahun revolusi Bolshevik. Selain
Eisenstein, tokoh film Rusia antara lain Dziga Vertov dan Khulesov. Sinema Rusia sangat
berpengaruh pada perkembangan sinema dunia. Ekspresionisme Jerman misalnya, terutama Dr.
Caligari-nya Murnauw (1918)  sangat terpengaruh oleh sinema Rusia dan film Pathe Rusia.

 
Pada tahun 1920-an, sinema sudah menjadi hal yang sangat penting di Rusia. Setelah revolusi
Bolshevik pada tahun 1917, banyak teknisi sinema Rusia bermigrasi ke Perancis dan mendirikan
studio, antara lain Al Batroz. Dziga Vertov merupakan cineaste paling penting dalam
perkembangan film documenter dan propaganda. Pada tahun 1918, ia adalah pemimpin redaksi
kinopravda. Saat itu telah ada sineas-sineas avant garde.

Orang-orang politik di Rusia memiliki ide tradisional tentang seni. Lenin, misalnya, menyukai
film-film klasik. Tetapi Lenin memberi kebebasan berekspresi bagi para sineas.

Pada tahun 1929, kebebasan itu terhenti karena Stalin mulai berkuasa. Film menjadi lebih klasik
dan naratif. Vertov sendiri merupakan bagian dari gerakan futuris. Sebelum ke sinema ia
membuat laboratorium akustik (suara). Ia tertarik pada persepsi sonor. Ia sangat tertarik dengan
sinema karena montage. Pada saat Lenin berkuasa, ia menjadi direktur propaganda partai dan
memimpin shooting-shooting. Pada tahun 1921, ia membuat film tentang ulang tahun rezim
komunis. Saat inilah ia memulai jurnal sinematografi kinopravda (Pravda: judul buku, berarti
kebenaran).

Menurut Vertov, sinema sebelum dia masih sinema borjuis. Ia sendiri membuat film tanpa fiksi
dan tanpa actor professional. Ia ‘menemukan’ teori yang disebut sinemamata (cinemaglass).
Pada tahun 1929, muncullah feature. Filmnya yang berhasil adalah Man with A Movie Camera.
Film ini merupakan film yang sangat didaktik tentang kuasa cameraman. Film ini mengajarkan
bagaimana membuat film (shot, montage, cross cutting, dll).

Film ini seperti orkestra dan menganalisis semua hal tentang bagaimana melihat dengan kamera,
seperti kecepatan, angle kamera, dll. Film Vertov bersifat vouyeris, yang kemudian
dikembangkan oleh Alfred Hitchcok dan film Peeping Tom. Dua film ini merupakan 2 film
penting akar sinema kontemporer.

Bagi Vertov, cameraman adalah pekerja. Kamera sebagai alat untuk mengenali sesuatu, sama
dengan pekerja tambang menggunakan alatnya. Di banyak Negara barat, film-film Vertov
banyak yang disensor. Vertov sendiri meninggal dunia di tahun 1950-an.

Khulesov baru dikenal setelah tahun 1960-an. Ia adalah dosen film di Moscow. Khulesov
berjiwa Stalin, memiliki banyak pengalaman pembuatan film. Pada tahun 1920-an, ia memimpin
jurnal tentara merah, seperti juga Eisenstein (ayah Eisenstein adalah pengikut tsar, sementara
Eisenstein sendiri anggota tentara merah).

Pada tahun 1910, sudah ada sekolah film yang berada di bawah kekuasaan tsar. Pada tahun 1919,
Khulesov banyak bekerja di laboratorium eksperimental. Pada tahun 1917, ia menulis sebuah
artikel tentang peran montage, pencahayaan, dan dramaturgi. Khulesov dididik sebagai insinyur
bangunan, sehingga ia sangat dipengaruhi konstruktivisme (bentuk-bentuk bangun).

Eisenstein juga seorang insinyur yang berperan di bagian decorator. Ia masuk bagian propaganda
di partai. Ia memimpin teater revolusioner. Eisenstein sendiri bertentangan dengan Vertov. Pada
tahun 1923, Eisenstein menulis tentang editing. Ia membuat film tentang pemogokan.

Pada tahun 1925, pemerintah memesan 12 film kepada Eisenstein. Film ini bercerita tentang
episode kapal perang yang kemudian disebut Battleship Potemkin. Film ini laris dan terkenal di
Jerman. Pada mulanya ia membuat scenario tentang reformasi pertanian, tapi banyak mengalami
masalah. Lalu ia menggubah scenario lagi.

Pada tahun 1927, film pesanan pemerintah selesai. 10 tahun kemudian, pemerintah Rusia
membuat 10 film lagi tentang revolusi 1917.  Film October  dilarang di Perancis sebelum tahun
1965.

Pudovkin adalah seorang pembuat film yang membaut film terakhir tentang kota St.Petersburg.
Ia terpengaruh pendekatan DW Griffith. Contohnya adegan gunung es yang mencair. Ia
menggunakan montage parallel.

Eisenstein memfilmkan revolusi 1917 dan ia sangat terpengaruh Waren Beatty. Film ini tidak
memiliki tokoh utama. Pemeran yang sering muncul adalah Kerenski (kepala pemerintahan baru)
dan Trotsky (yang ikut komite revolusioner) tetapi dipotong oleh sensor.  Lenin sendiri hanya
muncul selama 2 menit. Eisenstein tidak memuja seseorang.

Film ini menggunakan budget besar dan mendapat bantuan dari tenara Rusia. Di Petrograd,
tempat pengambilan gambar film ini, lampu-lampu dimatikan pada malam hari agar pengambilan
gambar bisa berlangsung. Padahal saat itu musim dingin. Film ini banyak mengalami persoalan
lighting.

 
Scene:

 tentang revolusi Februari 1917 (1) dan orang Jerman vs. Rusia tidak diambil di St.
Petersburg. (Peristiwa sejarah yang diacu, Bolshevik setuju gencatan senjata dengan Jerman).

peristiwa di bulan Juli diambil di St. Petersburg.

Gambar:

 patung jatuh

 peristiwa Juli.

Film Eisenstein ini penuh dengan kekerasan. Ia memfilmkan demonstrasi secara kolosal, tetapi ia
menonjolkan 3 orang, yakni pembawa bendera yang berlari, kereta dengan kuda putih, mayat
seorang gadis pirang di tengah jembatan.

Pemimpin Bolshevik tidak paham dengan 3 hal di atas. Eisenstein memang memakai metode
sastra (metafora-metafora) yang tidak dimengerti sendiri oleh orang-orang Rusia.Ada bagian-
bagian yang tidak tersambung.

Eisenstein menggunakan:

 Montage intelektual
 Ada kesewenangan dalam sekuens-sekuens film October, misalnya jatuhnya patung dan adegan gereja
yang tidak continue.
 Text sangat penting.
 Berkisar tentang pemerintahan sementara.
 2 pencahayaan yang berbeda: shot malam hari (terang) dan siang (available light), sangat kelihatan pada
scene patung.
 Ada latar belakang petani (senjatanya saja, petaninya tidak kelihatan)  metonimi.
 Ada kemiripan dengan continuity-nya.
 Demonstran dengan tali-tali. Saat patung jatuh, talinya tidak ada. Patung pecah. Tidak ada continuity.
 Saat patung jatuh, ada latarbelakang hitam (malam, dengan artificial light) dan kubah gereja.

Apa yang ingin ditunjukkan oleh Eisenstein:

 Banyak kunci untuk interpretasi.


 Text tertulis menjadi dominant.
 Scene di jembatan menduduki posisi penting.
 Secara keseluruhan, film ini menguatkan penguasaan simbolis.

 
Tema besar yang ingin diangkatnya adalah penguasaan simbolis:

1.      tsar yang sangat berkuasa  dalam bentuk patung.

2.      patung jatuh dan pecah.

Akhir film menunjukkan sangat sukar mengubah kekuasaan yang simbolis. Shot-shot
sebelumnya, Kerensky kembali ke tahtanya. Apakah Kerensky akan menjadi tsar yang baru?

Patung-patung digunakan untuk kepentingan montage. Banyak ‘jam’ yang menunjukkan waktu
di kota-kota besar di dunia. Hal ini menunjukkan penguasaan atas waktu. Ada shot-shot
documenter. Gambar kuda dan gadis banyak diprotes para politisi. Eisenstein sendiri tidak
menampilkan korban-korban revolusi. Ia hanya menggambarkan adegan pembunuhan secara
terputus-putus.

Eisenstein menampilkan tema-tema kastrasi (seperti juga novel Germinal karya Emile
Zola).Para borjous telah memperkosa para revolusioner. Dengan psikoanalisis, film ini seperti
seorang anak yang memergoki orang tuanya. Inilah yang disebut dimensi seksual dalam film
tentang revolusi. Eisenstein menggunakan passion personalnya dalam film propaganda.
Eisenstein sendiri sangat menguasai psikoanalisis Freud. Dia menulis artikel tentang Freud dan
sejarah seni sepanjang 15.000 halaman teks.

 
Sesi II

21 Desember 2006

Sesi diawali dengan menonton film Hotel du Nord.

Film ini terkenal karena lokasinya. Padahal semuanya dibuat di dalam studio. Adegan di kanal,
beberapa diambil di lokasi asli, beberapa dibuat di studio. Film ini merupakan adaptasi novel
(1928). Hotelnya sendiri sudah diruntuhkan.

 
 

Pada tahun 1960-an, ada hotel yang dibangun di tempat yang sama. Arsiteknya meniru
arsitekturnya dari film. Hal ini menunjukkan transformasi realitas di dalam sinema. Film ini
merupakan film keempat Marcel Carne yang saat itu baru berumur 30 tahun. Sebelumnya ia
seorang wartawan.

Film ini menampilkan pekerjaan-pekerjaan ‘biasa’ di Paris, seperti polisi, pelacur, pelayan, dll.
Film ini mendeskripsikan kehidupan sosial Paris di tahun 1928. Carne banyak menulis film-film
ekspresionis Jerman dan mendapat penghargaan sebagai kritikus film. Ia banyak terpengaruh
ekspresionisme Jerman. Ia ‘membuat’ realitas puitis yang sangat sukses.

Bintang filmnya, Annabela, merupakan aktris terkenal Perancis. Dialog-dialognya masih bergaya
teater.  Pusat perhatian film ini adalah keberangkatan Pierre ke Marsellies. Hotel du Nord
merupakan gambaran keluarga Perancis waktu itu. Film ini mengungkap perubahan pasangan
muda menjadi lebih dewasa. Dalam studi psikoanalitis, orang tua (ayah) mengambil beban bunuh
diri sehingga pasangan bisa kumpul kembali.

Film ini bermula dari anak kecil yang mendapat komuni pertama dan pesta keluarga. Diakhiri
dengan pesta 14 Juli, hari kemerdekaan Perancis. Peristiwa-peristiwa ini benar-benar tipikal
keluarga Perancis.

Anak kecil ketakutan mencari perlindungan ke ibu karena ia yatim piatu akibat perang di
Spanyol. Pada tahun 1938 terjadi perang di Spanyol, antara kaum republic dan fascist Franco.
Film ini kena sensor karena Perancis tidak mau berpihak dalam kasus Spanyol. Produser tidak
mau berpolitik sehingga menyensor beberapa bagian.  Nama Le couvreur dalam film berarti yang
melindungi/menatap anak-anak yatim piatu dari Spanyol. Perancis merupakan tempat berlindung
bagi orang-orang yang melarikan diri. Skenario didasarkan atas perbedaan usia tokoh-tokoh
perempuan.

Gambar anggur merah yang melambangkan darah juga terdapat di seluruh film. Bunuh diri
merupakan bukti cinta/kebahagiaan. Bandingkan dengan gambar Carne yang karto pos, sebuah
sinkronisasi, dengan menggunakan sound artificial ketika shooting. Di dalam film ini, profesi
orang-orang tidak dianggap serius.

 
Realisme puitik menampilkan orang kebanyakan yang dibawakan dengan pesimis dan berakhir
tragis. Film realisme puitik banyak mengungkap kematian dan asmara. Realisme puitik
menggambarkan sesuatu secara ideal dengan cara pesimis. Gaya dialog liris dengan dekor dan
cahaya artificial dan penokohan yang stereotip.

Pengaruh ekspresionisme Jerman terlihat dari sini. Meski Dr. Caligari sebagai contoh
ekspresionisme Jerman bersifat lebih ketat dan gelap. Film-film ekspresionisme menertawakan
diri sendiri dalam film-filmnya.

Hari Keempat, Jumat, 22 Desember 2006.

Sejarah Teknologi.

Sesi dibuka dengan menonton film Singing in the Rain. Film ini merupakan salah satu film
musical Hollywood terbaik.

Scene menyanyi di tengah hujan merupakan 9 shots yang bersambungan. Bandingkan dengan
film Jean Luc-Godard, Women is a Women yang bercermin pada film-film Hollywoodtahun
1950-an. Film ini sederhana dan well-developed. Film ini menampilkan Broadway di tahun
1940-an, semiautobiografi dari penulis skenarionya. Film ini autoreferensi, yakni film yang
menyindir orang-orang film sendiri (parody).

Don dan Kelly yang menjadi protagonist memulai debut dengan film One Day in NY yang
merupakan komedi musical.

Singing in the Rain berasal dari ide produser, Arthur Freed, bos MGM. Pada tahun 1925-1930-
an, ia banyak membuat lagu, salah satunya Singin in the Rain yang dipakai dalam film ini.

Di skenario, ada 20 lagu. Proses produksinya sangat lama. Film ini merupakan plagiat dari film
Perancis (bukan film musical), tapi produsernya bahkan tidak mengetahuinya.
Film Perancis itu dibuat pada tahun 1945, atau 7 tahun sebelumnya. Film itu diproduksi oleh
Lumiere, dengan sutradara Marcel. Lagu-lagu dalam film Singin in the Rain sangat terkenal
hingga dibuat versi jazznya. Film ini dibuat pada masa peralihan dari film bisu ke film berbicara.

Dalam film Singin in the Rain, jarang ada sekuens percintaan. Debbie Reynolds menunjukkan
tipikal perempuan AS yang tidak berbakat menari. Film ini bersifat retro,nostalgia terhadap masa
lampau. Film ini menjadi mitologi Hollywood.

Sesi II

Menonton film Jean Luc-Godard, Woman is a Woman.

Film ini merupakan film musical yang dibuat di tengah rakyat jelata. Bagian terpenting film
adalah adegan di apartemen yang dibuat di studio. Apartemen berangkat dari pengalaman
personal Godard. Dalam film-film Godard, penggunaan suara sangat istimewa, ex. Lagu
dipotong. Godard menampilkan representasi kekanak-kanakan perempuan yang dibenci oleh
banyak feminis reaksioner.

Prev: Peraturan Pemerintah No. 7/1994 tentang Lembaga Sensor Film


Next: OUT OF THE BLUE: DOCUMENTARY FILMMAKING IN INDONESIA

tahun 1250, ditemukan sebuah kamera bernama OBSCURA.

tahun 1250-1895, disebut dengan masa pra sejarah film karena itu merupakan masa dimana
terdapat penemuan" baru yg disebabkan obsesi" besar orang eropa.
contoh: terciptanya sebuah alat yang bisa merekam gerak (yg hingga kini digunakan untuk membuat
sebuah film)

tahun 1895, dikenal sebagai tahun dimana awal adanya sebuah sinema.
kenapa??
=kira" pada tanggal 28 des 1895, lumiere bersaudara (frere)
yaitu Louis dan Auguste mempertunjukan cinematograph untuk pertama kalinya kpd masyarakat paris
di sebuah cafe hanya dengan membayar 1 franc. jd hingga saat ini hal itulah yang dianggap menjadi
hari dimana sebuah sinema itu ada.

orang" yg menemukan/menciptakan alat perekam gerak selain Lumiere & Melies:


1. Thomas A. Edison (USA), 1880-an
2. Max Skladandwsky (Jerman)
3. Friese Green (Inggris)

Kinetograph: alat perekam gerak


kinetoscope: alat untuk memproyeksikan gerak
phonograph: alat perekam suara

nama" gambar bergerak pada zaman dahulu:


1. Flicker: "bersemut"
2. Film: Biasanya berhubungan dengan sosial dan politik
3. Movie: Biasanya berhubungan dengan industri dan bersifat komersil (uang)
4. Cinema: Biasanya berhubungan dengan estetika

keunggulan cinematograph(Lumiere) dibandingkan dengan alat perekam lain:


1. Gambar yang dihasilkan lebih tajam
2. Intermittent movement (gerak sendat)
3. Proyektor
4. Fleksibel (kamera ringan & kecil)

PERBEDAAN
*Lumiere Frere
org yg sebenarnya ga punya ketertarikan dlm film, tp tertarik pada alat yg bisa merekam gambar
bergerak):
1. filmnya merupakan kejadian sehari"
2. filmnya merupakan kejadian yg sudah ada
3. Fakta
4. "dokumenter"

*George Melies
(sutradara teater yg tertarik memfilmkan sebuah teater ketika melihat alat perekamnya Lumiere):
1. Filmnya merupakan cerita khayalan
2. Filmnya merupakan kejadian yg diciptakan
3. Fiksi (impresionisme,ekspresionisme,surealisme,etc)
4. "cerita"

replyshare

You might also like