Professional Documents
Culture Documents
SIFAT LOGAM
B. PENDAHULUAN
Pengetahuan tentang sifat-sifat logam sangat penting diketahui agar dapat
diaplikasikan secara tepat dan benar sesuai dengan tujuannya. Kesalahan dalam
menghubungkan antara sifat-sifat logam dan penggunaannya pada sebuah konstruksi
mesin maka dapat berakibat fatal baik pada konstruksinya maupun pada manusianya
sebagai pengguna konstruksi tersebut.
Secara garis besar, sifat logam dibagi menjadi 2 yaitu sifat fisik dan sifat
mekanik. Sifat fisik adalah semua sifat logam yang tampak dan dapt dilihat dan
dirasa. Contoh bentuk, warna dan sebagainya. Sedangkan sifat mekanik adalah semua
sifat logam yang hanya bias diketahui jika melakukan pengujian. Contoh: kekuatan,
kekerasan, keliatan dan sebagainya.
Uraian materi dalam bab ini selanjutnya akan lebih mendalam tentang kedua
sifat ini, berikut cara pengujiannya dan cara mengubah sifat mekanik tersebut agar
sesuai dengan penggunaannya dalam bidang konstruksi mesin.
C. POKOK MATERI
1.1. Sifat Fisik dan Sifat Mekanik
a.Sifat Fisik
Sifat fisik adalah semua sifat logam yang dapat dilihat atau yang tampak
langsung. Beberapa sifat fisik yang penting untuk diketahui adalah:
1. Warna, semua logam mempunyai warna yang khas. Contoh:
tembaga berwarna merah, besi berwarna hitam, besi cor kelabu berwarna
abu-abu, alumanium berwarna keperakan dan sebagainya.
2. Kepadatan (density), yaitu berat persatuan volume bahan.
Kebalikan dari densitas adalah volume spesifik. Perkalian dari kedua
besaran ini diperoleh volume atom.
3. Sifat-sifat termal
Kenaikan temperatur pada logam akan menaikan getaran atom yang
mengakibatkan ekspansi termal kisi, sehungga terjadi perubahan dimensi
logam. Perubahan volume logam dengan berubahnya temperatur
berperan penting dalam proses-proses metalurgi seperti pengecoran dan
perlakuan panas.
4. Konduktivitas listrik
Terjadi akibat pergerakan elektron-elektron melalui kisi.
5. Sifat magnetik
Dikenal 2 tipe logam yaitu pertama logam diamagnetik merupakan
logam-logam dengan harga K negatif seperti tembaga, perak, emas,
bismuth, yang tolak-menolak dengan daerah magnetic. Kedua,
paramagnetic (feromagnetik) merupakan logam-logam yang memiliki K
positif (tarik-menarik) dengan daerah magnetik.
b. Sifat mekanik
Sifat mekanik adalah senua sifat yang terkandung didalam logam tersebut
dan hanya dapat diketahui dengan cara melakukan pengujian mekanik.
Beberapa sifat mekanik logam adalah sebagai berikut:
1. Strength (kekuatan), yaitu kemampuan material/bahan untuk
menahan pengaruh gaya-gaya luar yang bekerja sampai pada batas
kerusakan. (beberapa macam kekuatan logam dapat dibaca dalam materi
pengujian sifat mekanik logam).
2. Stifness(kekakuan), yaitu kemampuan bahan untuk menahan
perubahan bentuk (deformasi).
3. Elasticity (elastisitas), yaitu sifat bahan yang dapat kembali
(regain) ke bentuk semula setelah deformasi terjadi, pada saat gaya luar
atau beban dihilangkan.
4. Plasticity (plastisitas), yaitu sifat material yang tidak dapat kembali
(retain) kebentuk semula akibat deformasi dibawah beban permanen.
Sering disebut deformasi permanen.
5. Ductility (keliatan), yaitu kemampuan bahan untuk menahan beban
patah dan mudah dibentuk atau diolah seperti pengerolan, penarikan dan
sebagainya. Semakin besar keliatan suatu bahan maka semakin aman
terhadap kemungkinan patah. Keliatan pada umumnya dinyatakan oleh
regangan teknis sampai titik patah (break) dari suatu pengujian tarik.
Besarnya keliatan dinyatakan dalam persentasi perpanjangan dan
persentasi pengecilan luas.
6. Keuletan
Menyatakan energy yang diabsorbsi oleh bahan sampai titik patah, yaitu
merupakan luas bidang dibawah kurva tegangan regangan.
7. Creep (melar)
Beberapa bagian dari mesin dan struktur dapat berdeformasi secara
kontinu dan perlahan-lahan dalam periode waktu yang lama jika
dibebani secara tetap. Deformasi semacam ini, yang tergantung pada
waktu disebut melar.
8. Kelelahan
Patahan lelah disebabkan oleh tegangan berulang dan juga dapat terjadi
pada tegangan kurang dari 1/3 kekuatan tarik tatik pada bahan struktur
tanpa konsentrasi tegangan. Dalam keadaan dimana pemusatan tegangan
diperhitungkan, mungkin bahan akan putus pada tegangan yang lebih
rendah. Jadi kelelahan memegang peran utama dalam putusnya bahan
secara mendadak pada penggunaan suatu struktur atau komponen.
Proses terjadinya patah lelah: terjadinya retakan awal, perambatan
retakan lelah, patahan static terhadap luas penampang sisa. Untuk
mencegah maka perlu dilakukan pengawasan pada setiap prosesnya.
9. Keausan
Keausan terjadi karena adanya gesekan (friction) pada bidang kontak
saat sebuah komponen bergerak dengan tahanan. Jika hal tersebut terjadi
secara terus-menerus maka abrasi (pengikisan) akan berlanjut dan
merusak keliatan komponen yang selanjutnya berkembang terus menjadi
lebih parah sampai suatu saat patah.
10. Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan bahan untuk menahan beban yang tinggi
termasuk kemampuan logam memotong logam yang lain.
1. Brinnel
Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk
menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material
terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada permukaan material
uji tersebut (speciment). Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukan bagi
material yang memiliki kekerasan Brinnel sampai 400 HB, jika lebih
dati nilai tersebut maka disarankan menggunakan metode pengujian
Rockwell ataupun Vickers. Angka Kekerasan Brinnel (HB)
didefinisikan sebagai hasil bagi (Koefisien) dari beban uji (F) dalam
Newton yang dikalikan dengan angka faktor 0,102 dan luas permukaan
bekas luka tekan (injakan) bola baja (A) dalam milimeter persegi.
Identor (Bola baja) biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun
terbuat dari bahan Karbida Tungsten. Jika diameter Identor 10 mm maka
beban yang digunakan (pada mesin uji) adalah 3000 N sedang jika
diameter Identornya 5 mm maka beban yang digunakan (pada mesin uji)
adalah 750 N. Dalam Praktiknya, pengujian Brinnel biasa dinyatakan
dalam (contoh ) : HB 5 / 750 / 15 hal ini berarti bahwa kekerasan Brinell
hasil pengujian dengan bola baja (Identor) berdiameter 5 mm, beban Uji
adalah sebesar 750 N per 0,102 dan lama pengujian 15 detik. Mengenai
lama pengujian itu tergantung pada material yang akan diuji. Untuk
semua jenis baja lama pengujian adalah 15 detik sedang untuk material
bukan besi lama pengujian adalah 30 detik.
3. Rockwell
Skala yang umum dipakai dalam pengujian Rockwell adalah :
a. HRa (Untuk material yang sangat keras)
b. HRb (Untuk material yang lunak). Identor berupa bola baja dengan
diameter 1/16 Inchi dan beban uji 100 Kgf.
c. HRc (Untuk material dengan kekerasan sedang). Identor berupa
Kerucut intan dengan sudut puncak 120 derjat dan beban uji sebesar
150 kgf.
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan menentukan
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap
benda uji (speciment) yang berupa bola baja ataupun kerucut intan yang
ditekankan pada permukaan material uji tersebut.
e.Pengujian metalografi
Tujuan pengujian ini adalah untuk menganalisa struktur mikro suatu
bahan logam sebelum dan sesudah mengalami perlakuan panas. Selain itu
juga untu mengetahui deformasi dan pembentukan jaringan baru atau
perubahan bentuk Kristal pada pengerjaan dingin.
Untuk mendapatkan struktur yang mudah dilihat maka dibutuhkan
pembesaran struktur bahan dengan cara foto mikroskop. Misalnya
pembesaran sampai 1000 kali dan sebagainya. Oleh karena itu, bahan yang
akan diteliti harus dipolis selicin mungkin permukaannya agar penampilan
strukturnya dapat dilihat dengan jelas.
Prosedur:
Specimen yang sudah mendapat perlakuan panas dipolis kembali
selicin mungkin
Meletakan specimen di bawah mikroskop elektrovlut
Menganalisa struktur yang terbentuk berdasarkan hasil foto mikro.
D. SOAL-SOAL LATIHAN
1. Jelaskan pengertian sifat fisik dan sifat mekanik logam.
2. Sebut dan jelaskan minimal 5 sifat mekanik logam.
3. Bagaimana anda melakukan pengujian kekerasan suatu logam?
4. Apa tujuan anda mengubah struktur logam dan bagaimana caranya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, Pengetahuan Bahan, Politeknik Manufaktur (Polman), Bandung
Smalman R.E., Metalurgi Fisik Moderen, Gramedia, Jakarta, 1991
Surdia Tata dan Sinroku Saito, Pengetahuan Bahan Teknik, Pradyna Paramita, 1992.
Vohdin, Basir dan Zeiroeddin, Mengolah Logam, Pradyna Paramita, 1978.