You are on page 1of 10

INVENTARISASI GULMA DI BAWAH TEGAKAN PULAI DARAT

(Alstonia angustiloba Miq.) DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGENDALIAN


GULMA DI KABUPATEN MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN1)
Oleh :
Sri Utami2), Asmaliyah2), dan Fatahul Azwar2)
ABSTRAK
Tanaman pulai darat (Alstonia angustiloba Miq.) merupakan tanaman yang
memiliki nilai ekonomi, multifungsi, dan mempunyai prospek besar untuk
dikembangkan. Gulma merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat
pertumbuhan pulai darat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginventarisasi
jenis-jenis gulma yang terdapat di pertanaman pulai darat (A. angustiloba Miq.)
yang berumur 1, 2, 3, dan 4 tahun dan mengetahui dominansinya yang sangat
diperlukan dalam tindakan pengelolaan dan pengendalian gulma. Penelitian ini
dilakukan di pertanaman pulai darat, areal hutan rakyat milik PT. Xylo Indah
Pratama di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, dari bulan September
sampai Desember 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman gulma
yang terdapat di pertanaman pulai darat relatif sama dan didominasi famili
Asteraceae, Melastomataceae, dan Poaceae. Imperata cylindrica, Melastoma
affine, Chromolaena odorata, dan Clibadium surinamense merupakan gulma
penting dan sangat dominan di semua areal pertanaman pulai darat, baik yang
berumur 1, 2, 3, maupun 4 tahun. Oleh karena itu tindakan pengendaliannya perlu
diperhatikan dengan tetap mempertimbangkan aspek ekonomi dan ekologinya.
Kata kunci : Pulai darat, Alstonia angustiloba Miq., gulma, pengendalian
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman pulai darat (Alstonia angustiloba Miq.) merupakan tanaman yang
bernilai ekonomis, multifungsi, dan mempunyai prospek besar untuk
dikembangkan. Salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan pulai
darat yaitu adanya gulma. Dalam hal ini gulma didefinisikan sebagai tumbuhan
yang mempunyai sifat-sifat atau ciri khas tertentu yang memungkinkannya untuk
mudah tersebar luas dan mampu menimbulkan kerugian dan gangguan (Fryer,
1977). Rumusan kerugian yang ditimbulkan dalam definisi gulma tidak terbatas
hanya pada produksi tanaman saja, tetapi juga mencakup usaha-usaha manusia
lainnya di dalam mencapai tujuan, termasuk nilai-nilai estetika. Pada tanaman pulai
darat, gulma dapat menghambat pertumbuhan dan produksi serta menimbulkan
gangguan bagi kegiatan pengusahaan tanaman pulai. Gulma umum yang terdiri
dari Paspalum conjugatum, Axonopus compressus, dan Digitaria adscendes, yang
dibiarkan tumbuh di pembibitan dapat mengakibatkan 85 % bibit karet tidak
memenuhi syarat untuk diinokulasi karena pertumbuhan batangnya tertekan
(Nasution, 1981).
Bentuk atau pola komunitas gulma di suatu pertanaman tidak tetap tetapi
berubah-ubah sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya mengikuti

1
Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya
Hutan. Padang, 20 September 2006
2
Peneliti pada Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang
Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian, 2007
kaidah umum dinamika populasi tumbuhan. Sungguhpun bentuk komunitas gulma
berubah-ubah tetapi bentuk umum komunitas gulma di suatu pertanaman seperti
pertanaman pulai darat perlu diketahui. Oleh karena itu kegiatan inventarisasi
jenis-jenis gulma yang terdapat di pertanaman pulai darat perlu dilakukan. Dengan
diketahuinya jenis-jenis gulma sangat menentukan kebijaksanaan pengelolaan
gulma di pertanaman pulai darat.
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginventarisasi jenis-jenis gulma
yang terdapat di pertanaman pulai darat (A. angustiloba) yang berumur 1, 2, 3, dan
4 tahun dan mengetahui dominansinya yang sangat diperlukan dalam tindakan
pengelolaan dan pengendalian gulma.
II. BAHAN DAN METODE
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di pertanaman pulai darat, areal hutan rakyat milik PT.
Xylo Indah Pratama di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan dari bulan
September sampai Desember 2006.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang diperlukan adalah tegakan pulai darat yang berumur 1, 2, 3, dan 4
tahun. Alat yang diperlukan adalah hand counter, meteran, pita ukur, dan buku
determinasi gulma.
C. Metodologi
1. Pengambilan Data Lapangan
Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan menggunakan teknik
sampling. Dalam pelaksanaan teknik sampling ini dilakukan dengan pembuatan
petak-petak contoh/plot. Petak-petak contoh ini dibuat dengan memperhatikan
kondisi keseluruhan populasi tempat penelitian sehingga peletakan dari petak-
petak contoh yang dibuat harus tersebar pada seluruh areal penelitian. Penentuan
ukuran petak-petak contoh dalam penelitian ini dengan menggunakan kurva
spesies area. Ukuran petak contoh yang dibuat sebesar 2 x 2 m sebanyak 20 plot
untuk tiap luasan pertanaman pulai darat.
2. Analisa Data
Dari hasil pengambilan data lapangan dilakukan analisis kuantitatif, antara lain:
a. Kerapatan
Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis pada suatu lokasi tertentu, yang
dirumuskan :
Jumlah jenis
Kerapatan =
Luas total petak contoh
b. Kerapatan Relatif
Kerapatan relatif adalah persentase kerapatan jenis terhadap kerapatan dari
seluruh jenis, dirumuskan :
Kerapatan suatu jenis
Kerapatan Relatif = x 100 %
Kerapatan seluruh jenis

136
Inventarisasi Gulma di Bawah Tegakan Pulai Darat (Sri Utami, Asmaliyah, dan Fatahul Azwar)

c. Frekuensi
Frekuensi adalah pembandingan banyaknya petak contoh yang ditemui suatu
jenis terhadap petak contoh yang dibuat, dirumuskan :
Jumlah plot diketemukan suatu jenis
Frekuensi =
Jumlah seluruh plot pengamatan
d. Frekuensi Relatif
Frekuensi relatif adalah persentase frekuensi suatu jenis terhadap jumlah
frekuensi seluruh jenis, dirumuskan :
Frekuensi suatu jenis
Frekuensi Relatif = x 100 %
Frekuensi seluruh jenis
e. Indeks Nilai Penting (INP)
Nilai ini menunjukkan dominansi suatu jenis dalam suatu tegakan atau areal
tertentu, dirumuskan : INP = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Inventarisasi dan Dominansi Gulma di Pertanaman Pulai Darat (A.
angustiloba)
Hasil inventarisasi gulma menunjukkan bahwa di bawah tegakan pulai darat
yang berumur 1, 2, 3, dan 4 tahun ditemukan masing-masing 24 jenis (spesies)
gulma dari 12 famili, 37 jenis dari 15 famili, 36 jenis dari 18 famili, dan 28 jenis dari
12 famili (Tabel 1, 2, 3, 4). Famili tumbuhan yang mendominasi komunitas gulma
tersebut adalah Asteraceae, Melastomataceae, dan Poaceae. Jenis tumbuhan dari
Asteraceae dan Melastomataceae adalah gulma berdaun lebar dan dari famili
Poaceae adalah jenis rumput-rumputan.
Keragaman gulma yang terdapat di keempat lokasi pertanaman pulai darat
relatif sama. Ada beberapa jenis gulma berdaun lebar habitus semak berkayu
yang selalu dijumpai di semua pertanaman pulai darat, seperti senggani
(Melastoma affine), kirinyuh (Chromolaena odorata), putihan (Clibadium
surinamense), akar kala (Clidemia hirta), dan sembung rambat (Mikania
micrantha). Adapun jenis rumput-rumputan yang selalu ditemukan di semua
pertanaman pulai darat yaitu alang-alang (Imperata cylindrica), jaringan (Paspalum
commersonii), dan rumput malela (Brachiaria mutica). Selain itu ditemukan juga
jenis gulma dari pohon atau kayu-kayuan, yang ditemukan di semua pertanaman
pulai darat, yaitu anakan kayu kandri (Bridelia monoica) dan anakan akasia
(Acacia mangium). Kedua jenis kayu tersebut umum dijumpai di Sumatera (Heyne,
1987). Sedangkan gulma dari jenis teki-tekian dan pakis-pakisan hanya ditemukan
di beberapa lokasi pertanaman pulai darat.
Banyak faktor yang mempengaruhi keragaman komunitas gulma di antaranya
yaitu jenis tanah. Komposisi gulma dan penutupannya pada pertanaman yang
berbeda jenis tanahnya di suatu daerah ekologi tertentu menunjukkan perbedaan
yang besar. Pada tanah Alluvial atau hidromorfik dijumpai gulma golongan teki-
tekian lebih banyak jenisnya dan lebih dominan dibanding dengan yang dijumpai
pada tanah Podsolik. Sedangkan gulma berdaun lebar dijumpai lebih dominan
pada pertanaman yang jenis tanahnya Podsolik (Nasution, 1981). Jenis tanah
yang terdapat pada lokasi penelitian ini adalah asosiasi Podsolik, Podsolik Coklat
Kekuningan, Latosol Coklat Kemerahan, dan Alluvial Kekuningan. Dengan tipe
tanah seperti itu, pada pertanaman pulai darat dominan dijumpai gulma berdaun

137
Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian, 2007
lebar dengan jenis yang beragam dan sedikit teki-tekian. Seperti halnya pada
perkebunan karet PN/PT. Perkebunan Wilayah 1 Sumatera Utara dan Aceh
menunjukkan bahwa gulma berdaun lebar lebih dominan pada tanah Podsolik
(Nasution, 1981; Nasution, 1984). Gulma berdaun lebar seperti C. hirta, M.
micrantha, dan M. affine sangat mendominasi. Sedangkan gulma golongan teki-
tekian, seperti Cyperus kyllingia dan Cyperus rotundus lebih sedikit dijumpai pada
tanah Podsolik tetapi dominan pada ekologi dengan jenis tanah Alluvial.
Faktor lain yang mempengaruhi keragaman komunitas gulma yaitu ketinggian
di atas permukaan laut. Komposisi gulma beragam pada pertanaman yang
mempunyai ketinggian berbeda. Di kawasan Sumatera Utara dan Aceh, kebun
karet yang terletak pada ketinggian 0-30 m di atas permukaan laut (m dpl) dijumpai
lebih banyak jenis gulma dari golongan teki-tekian, sedangkan pada kebun yang
terletak 30-100 m dpl, jenis rumput-rumputan lebih banyak (Nasution, 1981).
Ketinggian rata-rata lokasi penelitian ini 120 m dpl dengan keadaan topografi
sebagian besar relatif bergelombang dengan kelerengan antara 0-15 % dan curah
hujan sebesar 2.000-3.000 mm/tahun dengan suhu udara rata-rata 240 C. Ternyata
dengan ketinggian tanah dan iklim seperti itu gulma yang dominan di bawah
tegakan pulai darat dengan beragam tahun tanam, yaitu gulma berdaun lebar
seperti senggani (M. affine), putihan (C. surinamense), kirinyuh (C. odorata), dan
rumput alang-alang (I. cylindrica) (Tabel 1, 2, 3, dan 4).
Pola kultur teknis juga mempengaruhi keragaman komunitas gulma di bawah
tegakan pulai darat. Faktor-faktor kultur teknis yang mempengaruhi sifat komunitas
gulma adalah adanya vegetasi penutup tanah (kacang-kacangan), cara
pengendalian gulma, pemupukan, drainase, intensitas naungan (yang erat
hubungannya dengan bentuk dan kepadatan tajuk tanaman dan jarak tanam), dan
lain-lain. Di lokasi penelitian tidak dilakukan penanaman tumbuhan kacang-
kacangan penutup tanah. Efek yang ditimbulkan oleh tumbuhan tersebut bisa
menguntungkan dan merugikan tetapi kerugian yang ditimbulkan sangat kecil
dibandingkan dengan keuntungannya. Hanya Crotalaria striata saja yang
ditemukan di bawah tegakan pulai darat yang berumur 2, 3, dan 4 tahun, itu pun
dengan nilai INP yang sangat kecil, yaitu 4,38; 1,02; dan 0,66. Padahal adanya
tumbuhan kacang-kacangan penutup tanah dapat menekan pertumbuhan gulma
terutama selama masa awal pertumbuhan tanaman di mana tajuknya belum
menutup sehingga biaya pengendalian gulma dapat ditekan. Drainase sangat
mempengaruhi kepadatan dan dominansi jenis gulma. Apabila drainasenya baik
maka akan menghambat pertumbuhan gulma.
Pada pertanaman pulai darat yang berbeda intensitas naungannya maka
komposisi dan INP-nya besar perbedaannya. Gulma di bawah tegakan pulai darat
yang berumur 4 tahun, jenisnya paling sedikit (28 jenis) dibandingkan dengan 3
lokasi pertanaman lainnya (Tabel 4). Demikian juga di bawah tegakan yang sama,
gulma berdaun lebar dan rumput-rumputan paling sedikit komposisi dan
dominansinya dibandingkan dengan gulma pada pertanaman lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan bertambahnya umur pulai darat tersebut maka lebar
penutupan tajuk semakin bertambah yang mengakibatkan intensitas cahaya
semakin kecil sehingga keragaman gulma juga semakin kecil. Pada pertanaman
pulai darat yang berumur 2 tahun dijumpai paling banyak jenis gulma (37 jenis).
Sedangkan pada pertanaman pulai darat yang berumur 1 tahun hanya ditemukan
24 jenis. Hal ini terkait dengan faktor pembersihan gulma yang dilakukan sebanyak

138
Inventarisasi Gulma di Bawah Tegakan Pulai Darat (Sri Utami, Asmaliyah, dan Fatahul Azwar)

2 kali dalam setahun dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman


pulai darat.
Dominansi senggani (M. affine) di bawah tegakan pulai darat yang berumur 2
tahun paling besar dibandingkan 3 lokasi lainnya (Tabel 2). M. affine merupakan
tumbuhan perdu tahunan berbunga sepanjang tahun, tumbuh pada tanah lembab
atau kering, lokasi terbuka atau agak ternaung dan penyebarannya meliputi 5-
1.200 m dpl. Dengan lokasi pertanaman yang terletak 1.200 m dpl ditunjang
dengan kondisi iklim yang cocok, maka M. affine ini mendominasi di semua
pertanaman pulai darat. M. affine termasuk gulma penting karena efek
persaingannya dan pengendaliannya memerlukan perhatian khusus.
Kirinyuh (C. odorata) merupakan gulma berdaun lebar yang juga mendominasi
pertanaman pulai darat dengan nilai INP di bawah M. affine. C. odorata merupakan
tumbuhan perdu berkayu tahunan dan salah satu jenis gulma yang tangguh karena
batangnya keras berkayu dan perakarannya kuat dan dalam. Selain itu C. odorata
menghasilkan biji yang banyak dan mudah tersebar dengan bantuan angin karena
adanya rambut papus. C. odorata tumbuh pada tanah lembab sampai kering,
lokasi terbuka maupun ternaung, biasanya berbunga pada bulan Agustus-
September, dan penyebarannya meliputi 50-1.000 m dpl. C. odorata juga
merupakan gulma penting karena efek persaingan yang ditimbulkan besar dan
pengendaliannya memerlukan perhatian khusus. Bahaya lainnya adalah mudah
menimbulkan kebakaran di musim kemarau.
Pada pertanaman pulai darat yang berumur 1 dan 2 tahun, dominansi putihan
(C. surinamense) sangat besar, dengan nilai INP masing-masing 29,70 dan 14,85.
C. surinamense merupakan gulma perdu tahunan yang tingginya dapat mencapai
3 m, perakarannya kuat, dalam, dan menyebar. C. surinamense ini mempunyai
kemampuan bersaing yang tinggi, berbunga sepanjang tahun, berkembang biak
dengan biji, dan dapat tumbuh pada ketinggian 90-1.000 m dpl. Gulma ini sangat
merugikan pertanaman karena efek persaingan yang berat.
Dari Melastomataceae, selain M. affine, ada juga akar kala (C. hirta) yang
mempunyai nilai INP tinggi pada pertanaman pulai darat yang berumur 4 tahun,
yaitu sebesar 14,54. C. hirta merupakan tumbuhan perdu tahunan, gulma yang
tangguh, perakarannya kuat, batangnya keras, dan bila ditebas akan tumbuh
tunas-tunas baru. Gulma ini tumbuh pada tanah yang lembab atau agak kering,
lokasi terbuka atau ternaung, berbunga sepanjang tahun, dan penyebarannya
meliputi 5-1.350 m dpl. Sedangkan dari Asteraceae, selain C. odorata, terdapat
juga buyung (Vernonia cinerea) yang mempunyai nilai INP tinggi, yaitu 25,51 pada
pertanaman pulai darat umur 1 tahun. Pada pertanaman lainnya, gulma tersebut
tidak dominan. V. cinerea ini merupakan terna yang tumbuh di dataran rendah dan
sangat cocok tumbuh di daerah yang cukup mendapat cahaya matahari dengan
sedikit naungan (Heyne, 1987). Dengan demikian pada pertanaman pulai darat
berumur 1 tahun dengan kondisi tajuk belum menutup menyebabkan intensitas
naungan lebih kecil. Oleh karena itu gulma tersebut lebih kompetitif untuk tumbuh.
Sedangkan dari jenis rumput-rumputan yang mendominasi hampir semua
pertanaman pulai darat yaitu alang-alang (I. cylindrica), dengan nilai INP yang
sangat tinggi, yaitu 35,88 pada pertanaman pulai darat berumur 2 tahun; 44,03
pada pertanaman pulai darat berumur 3 tahun; dan 38,16 pada pertanaman pulai
darat berumur 4 tahun. I. cylindrica merupakan rumput tahunan yang tangguh,
tumbuh tegak dan berumpun rapat. Gulma ini merupakan tumbuhan pawang atau
pioneer, sangat tangguh, toleran terhadap kekeringan dan panas sehingga tidak

139
Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian, 2007
mati walaupun daunnya di atas permukaan tanah terbakar. Bijinya ringan dan
mempunyai papus sehingga mudah diterbangkan angin. Daun kering dan papus
sering dipergunakan burung untuk membuat sarangnya sehingga dapat membantu
penyebaran alang-alang. Gulma ini toleran terhadap faktor lingkungan yang
ekstrim seperti kekeringan, terbakar, dan hara yang miskin, tetapi tidak toleran
terhadap air tergenang dan suasana ternaung. Daerah penyebarannya sangat luas
meliputi 0-2.700 m dpl. I. cylindrica ini merupakan gulma yang penting karena
merupakan saingan tanaman pulai darat dalam perebutan unsur hara dan air.
Selain itu juga mengeluarkan zat allelopati dari rimpang dan daunnya berupa
senyawa phenol, asam valinik, dan asam karbolik (Eussen et al., 1976). Karena
bahaya yang ditimbulkannya, I. cylindrica tidak dapat ditolerir tumbuh di areal
pertanaman pulai darat. Gulma lainnya yang mengeluarkan zat allelopati yaitu teki
(Cyperus rotundus) dan sembung rambat (Mikania micrantha). M. micrantha
mengeluarkan zat ekskresi yang mengandung phenol dan flavon yang bisa
menekan pertumbuhan tanaman. Selain menimbulkan efek allelopati, M. micrantha
membelit tanaman pulai darat yang bisa menghambat pertumbuhan batang dan
menurunkan nilai estetika karena merusak keindahan pertanaman. Namun
demikian gulma tersebut tidak mendominasi pertanaman pulai darat, bisa dilihat
dari rendahnya nilai INP. Begitu juga dengan C. rotundus yang keberadaannya
tidak begitu penting karena tidak mendominasi pertanaman. Gulma ini hanya
ditemukan pada pertanaman pulai darat umur 3 tahun dengan nilai INP yang kecil
yaitu sebesar 3,42.
B. Hubungan Keragaman dan Dominansi Gulma dengan Kebijaksanaan
Pengendaliannya
Adanya keragaman dan dominansi gulma pada masing-masing pertanaman
pulai darat tersebut memberi petunjuk bahwa tindakan pengendalian gulma perlu
diperhatikan dengan mempertimbangkan aspek ekonomi dan ekologinya. Dalam
pengusahaan pertanaman pulai darat, pengendalian gulma harus ditujukan untuk
menekan kerugian dan gangguan yang ditimbulkan oleh gulma hingga sekecil
mungkin agar pertumbuhan dan produksi tanaman serta manajemennya tidak ter-
ganggu. Untuk mencapai hal tersebut metode pengendalian yang perlu dilakukan
yaitu teknik pengendalian terpadu. Berdasarkan definisi tersebut terlihat ada dua
aspek penting, yaitu pertama, pengendalian gulma dilakukan tidak hanya mutlak
dengan satu metode saja tetapi dengan gabungan beberapa metode yang mung-
kin secara tepat, dan kedua metode terpadu ditujukan untuk menekan populasi
gulma, bukan untuk memberantas atau memusnahkan gulma secara total.
Pengertian ’pengendalian gulma dengan gabungan beberapa metode yang
mungkin secara tepat’ adalah menetapkan gabungan beberapa metode yang
sesuai dengan keadaan tanaman dan lingkungan disesuaikan dengan
ketersediaan peralatan, tenaga terampil, bahan-bahan, dan yang tak kalah
pentingnya yakni dengan pengeluaran biaya semurah mungkin dan aman terhadap
lingkungan terutama manusia. Menekan populasi gulma dan mempertahankan
pada tingkat yang tidak merugikan berarti mengendalikan gulma agar tumbuh pada
tingkat kerapatan dan tinggi tertentu agar hanya terdiri dari jenis-jenis yang tidak
menimbulkan kerugian yang berarti.
Melihat dominansi gulma yang terdapat di pertanaman pulai darat tersebut,
pengendalian gulma harus dilakukan terutama terhadap gulma penting dan
dominan. Sedangkan tindakan pemberantasan gulma, seperti yang kita ketahui,

140
Inventarisasi Gulma di Bawah Tegakan Pulai Darat (Sri Utami, Asmaliyah, dan Fatahul Azwar)

cenderung mengakibatkan gundulnya permukaan tanah sehingga mendorong


erosi dan cenderung pula mengakibatkan penggunaan herbisida secara
berlebihan. Dengan demikian bisa mencemari lingkungan dan yang tak kalah
penting adalah mengakibatkan pemborosan. Oleh karena itu pemberantasan
gulma hanya dikenakan pada gulma tertentu yang sangat merugikan apabila
tumbuh di pertanaman terutama tanaman pulai darat produktif, yaitu 1). I. cylindrica
karena efek persaingan, efek alellopati, cepatnya berkembang biak, dan sulit
pengendaliannya; 2). M. affine karena efek persaingannya dan pengendaliannya
memerlukan perhatian khusus; 3) C. surinamense karena efek persaingan yang
berat; dan 4) C. odorata karena efek persaingan yang ditimbulkan besar dan
pengendaliannya memerlukan perhatian khusus.
Demikian juga hal yang tidak kalah penting yang harus dilakukan yaitu
membuat program pengendalian gulma jangka panjang disusun berdasarkan
pengalaman dalam pelaksanaan pengendalian gulma di pertanaman pulai darat.
Dalam program pengelolaan gulma jangka panjang termasuk tindakan-tindakan
pencegahan maupun pengendalian dengan pertimbangan yang diperlukan dalam
segi ekonomi dan ekologi.
Tabel 1. Jenis-jenis gulma, nilai kerapatan, frekuensi dan Indeks Nilai Penting (INP) gulma di bawah
tegakan pulai darat (A. angustiloba) yang berumur 1 tahun
Kerapatan Kerapatan Frekuensi
No Nama jenis Nama lokal Famili INP
per plot relatif relatif
1 Melastoma affine D. Don Senggani Melastomatace 226 18,786 13,043 31,830
ae
2 Clibadium surinamense L. Putihan Asteraceae 209 17,373 12,319 29,692
3 Imperata cylindrica BEAUV Alang alang Poaceae 209 17,373 10,870 28,243
4 Vernonia cinerea Lass. Buyung Asteraceae 211 17,539 7,971 25,510
5 Erigeron sumatrensis Retz. Jabung Euphorbiaceae 146 12,136 13,043 25,180
6 Chromolaena odorata (L.) Kirinyuh Asteraceae 49 4,073 7,971 12,044
R.M. King & H. Robinson
7 Trema orientale Bl. Anggrung Ulmaceae 9 0,75 5,07 5,82
8 Cynodon dactylon PRESL. Grintingan Poaceae 29 2,41 2,17 4,59
9 Mikania micrantha H.B.K. Sembung Asteraceae 11 0,91 3,62 4,54
rambat
10 Lantana camara L. Tembelekan Verbenaceae 6 0,50 3,62 4,12
11 Ageratum swaviolens Nyawon Asteraceae 23 1,91 2,17 4,09
12 Arcangelisia flava MERR Peron Menispermace 14 1,16 2,90 4,06
ae
13 Scleria sumatrensis Retz Kerisan Cyperaceae 8 0,67 2,90 3,56
14 Bridelia monoica MERR Kandri Euphorbiaceae 5 0,42 2,90 3,31
15 Paspalum commersonii Lamk Jaringan Poaceae 20 1,66 0,73 2,39
16 Brachiaria mutica (Forsk.) Rumput Poaceae 8 0,67 1,45 2,11
Stapf malela
17 Macaranga sp. Mahang Euphorbiaceae 8 0,67 1,45 2,11
18 Passiflora foetida L. Ceplukan Passifloraceae 2 0,17 1,45 1,62
19 Cyrtococcum acrescens Kretekan Poaceae 6 0,50 0,73 1,22
(Trin.) Stapf
20 Borreria latifolia (Aubl.) K.Sch. Kentangan Rubiaceae 4 0,33 0,73 1,06
21 Solanum torvum Sw. Terong Solanaceae 2 0,17 0,73 0,89
terongan
22 Acacia mangium Willd Akasia Fabaceae 1 0,08 0,73 0,81
23 Helminthostachys zeylanica Manon Filices 1 0.08 0,73 0,81
HOOK
24 Lygodium scandens SWARZ Rotan Filices 1 0,08 0,73 0,81
cacing

141
Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian, 2007
Tabel 2. Jenis-jenis gulma, nilai kerapatan, frekuensi dan Indeks Nilai Penting (INP) gulma di bawah
tegakan Pulai darat (A. angustiloba) yang berumur 2 tahun
Kerapatan Kerapatan Frekuensi
No Nama jenis Nama lokal Famili INP
per plot relatif relatif
1 Melastoma affine D. Don Senggani Melastomataceae 504 34,62 9,14 43,52
2 Imperata cylindrica BEAUV Alang-alang Poaceae 382 26,22 9,65 35,81
3 Chromolaena odorata (L.) R.M. Kirinyuh Asteraceae 109 7,49 8,12 15,08
King & H. Robinson
4 Clibadium surinamense L. Putihan Asteraceae 98 6,73 8,12 14,85
5 Clidemia hirta DON Akar kala Melastomataceae 19 1,31 5,08 6,38
6 Passiflora foetida L. Ceplukan Passifloraceae 12 0,82 4,57 5,39
7 Acacia mangium Akasia Fabaceae 18 1,24 3,55 4,79
8 Brachiaria distachya (Linn.) Gajihan Poaceae 25 1,72 3,05 4,76
Stapf
9 Trema orientale Bl. Anggrung Ulmaceae 17 1,17 3,55 4,72
10 Bridelia monoica MERR Kandri Euphorbiaceae 15 1,03 3,55 4,58
11 Lygodium scandens SWARZ Rotan cacing Filices 15 1,03 3,55 4,58
12 Macaranga sp. Mahang Euphorbiaceae 13 0,89 3,55 4,45
13 Crotalaria striata DC. Kacang- Fabaceae 12 0,82 3,55 4,38
kacangan
14 Axonopus compressus (Swartz) Rumput pait Poaceae 21 1,44 2,54 3,98
Beauv
15 Paspalum commersonii Lamk Jaringan Poaceae 27 1,85 2,03 3,89
16 Mikania micrantha H.B.K. Sembung Asteraceae 10 0,69 3,05 3,73
rambat
17 Lantana camara L. Tembelekan Verbenaceae 14 0,96 2,54 3,50
18 Scleria sumatrensis Retz Kerisan Cyperaceae 19 1,31 2,03 3,34
19 Gleichenia linearis CLARKE Paku kawat Gleicheniaceae 23 1,58 1,52 3,10
20 Helminthostachys zeylanica Manon Filices 13 0,89 2,03 2,92
HOOK
21 Helicteres sp. Jelumpang Sterculiaceae 8 0,55 2,03 2,58
22 Vernonia cinerea Lass. Buyung Asteraceae 7 0,48 2,03 2,51
23 Solanum torvum Sw. Terong- Solanaceae 4 0,28 2,03 2,31
terongan
24 Croton hirtus L'Herit Jarakan Euphorbiaceae 20 0,28 0,51 1,88
25 Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf Rumput malela Poaceae 9 0,62 1,02 1,63
26 Paspalum conjugatum Berg Paitan Poaceae 7 0,48 1,02 1,50
27 Starchytarpheta indica (L.) Vahl Ngadi rengga Verbenaceae 4 0,28 1,02 1,29
28 Erechtites valerianifolia RAF. Sintrong Asteraceae 10 0,69 0,51 1,19
29 Saurpopus androgynus MERR. Katu Euphorbiaceae 2 0,14 1,02 1,15
30 Sida rhombifolia L. Sidaguri Malvaceae 6 0,41 0,51 0,92
31 Euphorbia hirta L. Patikan Euphorbiaceae 3 0,21 0,51 0,71
32 Ageratum conyzoides L. Babadotan Asteraceae 2 0,14 0,51 0,65
33 Ageratum swaviolens Nyawon Asteraceae 2 0,14 0,51 0,65
34 Erigeron sumatrensis Retz. Jabung Euphorbiaceae 2 0,14 0,51 0,65
35 Ficus alba REINW. Kebak Moraceae 2 0,14 0,51 0,65
36 Schima bancana MIQ Ciru Saxifragaceae 1 0,07 0,51 0,58
37 Salvinia pubescens Rumput Salvinaceae 1 0,07 0,51 0,58
perahu

142
Inventarisasi Gulma di Bawah Tegakan Pulai Darat (Sri Utami, Asmaliyah, dan Fatahul Azwar)

Tabel 3. Jenis-jenis gulma, nilai kerapatan, frekuensi dan Indeks Nilai Penting (INP) gulma di bawah
tegakan Pulai darat (A. angustiloba) yang berumur 3 tahun
Kerapatan Kerapatan Frekuensi
No Nama jenis Nama lokal Famili INP
per plot relatif relatif
1 Imperata cylindrica BEAUV Alang alang Poaceae 660 35,39 8,64 44,03
2 Melastoma affine D. Don Senggani Melastomataceae 329 17,64 9,09 26,73
3 Chromolaena odorata (L.) Kirinyuh Asteraceae 124 6,65 9,09 15,74
R.M. King & H. Robinson
4 Helminthostachys zeylanica Manon Filices 119 6,38 7,27 13,65
HOOK
5 Paspalum commersonii Lamk Jaringan Poaceae 89 4.77 5,00 9,77
6 Bridelia monoica MERR Kandri Euphorbiaceae 32 1,72 5,91 7,63
7 Clibadium surinamense L. Putihan Asteraceae 43 2,31 5,00 7,31
8 Clidemia hirta DON Akar kala Melastomataceae 50 2,68 4,55 7,23
9 Gleichenia linearis CLARKE Paku kawat Gleicheniaceae 91 4,88 2,27 7,15
10 Erechtites valerianifolia RAF. Sintrong Asteraceae 37 1,98 5,00 6,98
11 Salvinia pubescens Rumput Salvinaceae 21 1,13 4,55 5,67
perahu
12 Cyclosorus aridus (Don.) Pakis kadal Thelypteridaceae 48 2,57 2,73 5,30
Ching
13 Borreria laevis (Lamk) Patikan Rubiaceae 17 0,91 2.73 3.64
14 Mikania micrantha H.B.K. Sembung Asteraceae 16 0,86 2.73 3.59
rambat
15 Oxalis barrelieri L. Kemangian Lamiaceae 31 1,66 1.82 3.48
16 Cyperus rotundus LINN. Teki Poaceae 13 0,70 2,73 3,42
17 Nephrolepis biserrata Paku harupat Dennsteadtiaceae 26 1,39 1,82 3,21
SCHOTT.
18 Hyptis rhomboidea Mart. & Godong puser Lamiaceae 19 1,02 1,82 2,84
Gal.
19 Mimosa sp. Putri malu Mimosaceae 8 0,43 2,27 2,70
20 Helicteres sp. Jelumpang Sterculiaceae 6 0,32 1,82 2,14
21 Borreria latifolia (Aubl.) K. Kentangan Rubiaceae 13 0,07 1,36 2,06
Sch.
22 Macaranga sp. Mahang Euphorbiaceae 7 0,38 1,36 1,74
23 Phyllanthus niruri L. Meniran Euphorbiaceae 6 0,32 1,36 1,69
24 Passiflora foetida L. Ceplukan Passifloraceae 5 0,27 1,36 1,63
25 Lantana camara L. Tembelekan Verbenaceae 4 0,21 1,36 1,58
26 Selaginella plana HIERON Lengkonai Selaginellaceae 19 1,02 0,46 1,47
27 Starchytarpheta indica (L.) Ngadi rengga Verbenaceae 8 0,43 0,91 1,34
Vahl
28 Poperromia pellucida KUNTH Piper Piperaceae 6 0,32 0,91 1,23
29 Crotalaria striata DC. Kacang- Leguminosae 2 0,11 0,91 1,02
kacangan
30 Ageratum conyzoides L. Babadotan Asteraceae 6 0,32 0,46 0,78
31 Eleusine indica (L.) Gaertn. Rumput belulang Poaceae 3 0,16 0,46 0,62
32 Ocimum basilicum LINN. Kemangian Lamiaceae 3 0,16 0,46 0,62
33 Azadirachta indica JUSS. Mimba Meliaceae 1 0,05 0,46 0,51
34 Echinochloa colonum (L.) Tuton Poaceae 1 0,05 0,46 0,51
Link.
35 Dioscorea alata LINN. Uwi liar Dioscoreaceae 1 0,05 0,46 0,51
36 Vernonia cinerea Lass. Buyung Asteraceae 1 0,05 0,46 0,51

143
Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian, 2007
Tabel 4. Jenis-jenis gulma, nilai kerapatan, frekuensi dan Indeks Nilai Penting (INP) gulma di bawah
tegakan pulai darat (A. angustiloba) yang berumur 4 tahun
Kerapatan Kerapatan Frekuensi INP
No Nama jenis Nama lokal Famili
per plot relatif relatif
1 Imperata cylindrica BEAUV Alang-alang Poaceae 308 29,73 8,43 38,16
2 Melastoma affine D. Don Senggani Melastomataceae 131 12,65 9,55 22,20
3 Bridelia monoica MERR Kandri Euphorbiaceae 82 7,92 9,55 17,47
4 Chromolaena odorata (L.) R.M. Kirinyuh Asteraceae 93 8,98 7,87 16,84
King & H. Robinson
5 Clidemia hirta DON Akar kala Melastomataceae 75 7,24 7,30 14,54
6 Clibadium surinamense L. Putihan Asteraceae 39 3,76 7,87 11,63
7 Lygodium scandens SWARZ Rotan cacing Filices 33 3,18 7,87 11,05
8 Nephrolepis biserrata SCHOTT. Paku harupat Dennsteadtiaceae 45 4,34 5,61 ?.96
9 Starchytarpheta indica (L.) Vahl Ngadi rengga Verbenaceae 57 5,50 2,25 7,75
10 Mikania micrantha H.B.K. Sembung rambat Asteraceae 26 2,51 4,49 7,00
11 Paspalum commersonii Lamk Jaringan Poaceae 31 2,99 3,93 6,93
12 Macaranga sp. Mahang Euphorbiaceae 14 1,35 3,93 5,28
13 Ottochloa nodosa (KUNTH.) Rumput kawatan Poaceae 15 1,45 3,37 4,82
DANDY
14 Phyllanthus niruri L. Meniran Euphorbiaceae 9 0,87 3,37 4,24
15 Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf Rumput malela Poaceae 15 1,45 1,69 3,13
16 Acacia mangium Willd Akasia Fabaceae 5 0,48 2,25 2,73
17 Gleichenia linearis CLARKE Paku kawat Gleicheniaceae 17 1,64 0,56 2,20
18 Hyptis rhomboidea Mart. & Gal. Godong puser Lamiaceae 11 1,06 1,12 2,19
19 Lantana camara L. Tembelekan Verbenaceae 4 0,39 1,69 2,07
20 Oxalis barrelieri L. Calincing Oxalidaceae 6 0,58 1,12 1,70
21 Hevea brasiliansis MUELL. ARG. Karet Euphorbiaceae 5 0,48 1,12 1,61
22 Paspalum conjugatum Berg. Paitan Poaceae 2 0,19 1,12 1,32
23 Passiflora foetida L. Ceplukan Passifloraceae 2 0,19 1,12 1,32
24 Cyrtococcum acrescens (Trin.) Kretekan Poaceae 5 0,48 0,56 1,04
Stapf
25 Vernonia cinerea Lass. Buyung Asteraceae 5 0,48 0,56 1,04
26 Brachiaria distachya (Linn.) Stapf Gajihan Poaceae 1 0,10 0,56 0,66
27 Crotalaria striata DC. Kacang- Leguminosae 1 0,10 0,56 0,66
kacangan
28 Helicteres sp. Jelumpang Sterculiaceae 1 0,10 0,56 0,66

IV. KESIMPULAN
Keragaman gulma yang terdapat di pertanaman pulai darat relatif sama dan
didominasi famili Asteraceae, Melastomataceae dan Poaceae. I. cylindrica, M.
affine, C. odorata, dan C. surinamense merupakan gulma penting dan sangat
dominan di semua areal pertanaman pulai darat, baik yang berumur 1, 2, 3,
maupun 4 tahun. Oleh karena itu tindakan pengendaliannya perlu diperhatikan
dengan tetap mempertimbangkan aspek ekonomi dan ekologinya.
DAFTAR PUSTAKA
Fryer, J.D. and R.J. Makepeace. 1977. Weed Control Handbook. Vol. 1. Blackwell
Scientific Publication. London.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Terjemahan. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan.
Nasution, U. 1981. Inventarisasi Gulma di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan
Hubungannya dengan Pengelolaan Gulma. Pros. Kongres ke-6 Himpunan
Ilmu Gulma Indonesia. Medan.
Nasution, U. 1984. Pengamatan Berbagai Jenis Tumbuhan Penutup Tanah di
Perkebunan Karet. Pros. Lokakarya Karet 1984 PN/PT Perkebunan Wilayah
I. P4TM. Tanjung Morawa.

144

You might also like