You are on page 1of 116

KULIAH

ILMU PENYAKIT MATA. EED

dr. Mastutie , Sp.M.


KONJUNGTIVA
Merupakan jaringan mukosa
 Terdiri atas :
 Konjungtiva palpebra

 Konjungtiva fornik

 Konjungtiva bulbi
 Konjungtiva diinnervasi oleh serabut-serabut sensibel
yang berasal dari n. trigeminus.
 Vaskularisasi konjungtiva :
* Berasal dari cabang a. oftalmika.
Arkus palpebrae superior mempercabangkan
-A. konjungtiva posterior
-A. siliaris anterior, berjalan ke depan bersama
insertio m.rectus lateralis, msk bola mata di
limbus kornea, membntk kapiler yang
beranastomose dengan A. konjungtivalis
posterior.
-A. siliaris posterior longus yang memberi
juga vaskularisasi ke korpus siliaris.
 Konjungtiva palpebrae superior &
inferior
 Melekat erat pada tarsus, cukup
tebal. Pemukaanya licin.
 Fungsinya supaya bola mata
dapat bergerak dengan bebas.
 Makin kebelakang perlekatan
makin tak erat, diisi dengan
jaringan ikat longgar
 Sekresinya seperti air mata ( akuos ) dan disebut gld
lakrimalis asesoria. Bersama lapisan mukus
membentuk tear film
 Gunanya tear film ini :
1.Enzym lysozym yang bersifat bakterisida yang
menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri baik yang
saprofit maupun yang patogen.
2.Menyapu bersih semua kotoran dari bola mata.
3.Sebagai pelicin/lubrikasi.
Konjungtiva bulbi :
 Sangat tipis dan transparan
sehingga vasa pada episklera
nampak dari luar.
 Episklera adalah jaringan
pengikat longgar antara
konjungtiva bulbi dan kapsula
Tenoni. Konjungtiva bulbi
melekat erat pada tepi kornea
dan merupakan salah satu
fiksasi dari kornea.
Konjungtiva Fornik:

 Batas antara konj. palpebra dan


konj. bulbi. Diisi oleh jaringan ikat
longgar dan lemak. Fornik
superior terdapat muara kecil-kecil
dari saluran gld. lakrimal.
 Terdapat sel goblet yaitu kelenjar
asinotubuler yang menghasilkan
lapisan mukus ( tear film ).
 Retrotarsal terdapat kelenjar-
kelenjar :
-Kel Wolfring.
-Kel Krause.
Hyperaemie :
Mata merah
-Inflamasi : vasodilatasi aktif.
-Kongesti : vasodilatasi pasif
*Hyperaemie a. konjungtivalis posterior disebut conjunctival
injection
*Hyperaemie a. siliaris anterior disebut pericorneal injection
Conjunctival injection
 Pelebaran a. konjungtivalis posterior.
 Berkelok – kelok, mudah digerakkan, berpangkal dr fornik
konjungtiva dan puncaknya berada pada limbus. Cara
mengecek :
Tekan pangkal arteri : anemis sebentar.
Gerak-gerakkan konjungtiva bulbi : ikut bergerak. Ini
menandakan letaknya superfisial. Warna : merah  muda
Pericorneal injection.
Mulai limbus menuju ke fornik (makin lama makin tipis).
 Ditekan : tdk berubah warna kr letaknya profunda.
Digerakkan: tak ikut bergerak. Warna merah, lebih gelap.
Terdapat pada radang kornea ( profunda / superfisial ),
iridoklitis dan skleritis.
Perdarahan Konjungtiva
Kausa perdarahan:
- Dari vasa yang pecah.
- Dari penyakit darah.
- Dari robekan konjungtiva
- Pada anak kecil biasanya krn
batuk rejan (pertusis)
Edema Konjungtiva
(Chemosis conjunctivae)
 Causa :
-Penyakit konjungtiva sendiri
(radang).
-Penyakit sistemik :
-Penyakit ren dan cor.
-Neurovasculair oedeem.
 Pada tarsus edema tak dapat
besar sekali.
 Pada pembengkakan yang
hebat kadang-kadang sampai
menutupi rima palpebrae dan
kornea, menekuk keluar
sehingga mata tak dapat
ditutup.
Simblefaron
 Perlekatan konjungtiva bulbi dan
konjungtiva palpebra
 Penyebab :
 Trauma kimia
 Syndroma Stevens Johnson
Pterygium
P Proses degenerasi,
T Jaringan fibrovaskuler
 konjungtiva melebar ke kornea
Melanoma konjungtiva
KONJUNGTIVITIS
- Adalah radang pada konjungtiva.
- Kausa : infeksi, trauma, allergi.
Infeksi :
-Bisa disebabkan oleh bermacam-macam kuman.
-Cara menentukan penyebab : a
-Ambil sekret konjungtiva, lihat dibawh mikroskop.
-Lebih akurat ambil epitelnya
Tempat mikroorganisme :
1.Diluar epitel misal toksin dari staphylococcus
aureus.
2.Penetrasi ke epitel misalnya gonococcen.
3.Disamping penetrasi juga berproliferasi.
Terdapat pada kuman-kuman yang membentuk
granuloma misalnya tuberculosa, lepra dll.
KONJUNGTIVITIS

 Terdapat tanda-tanda radang umum yaitu dolor,


tumor, rubor dan calor.
 Calor – panas , tak dapat diukur
 Rubor – merah berupa injeksi konjungtiva
 Dolor – berupa ngganjel, gatal, perih
 Tumor – sebagai proses eksudasi dan infiltrasi
berupa
 Sekret
 Bangunan patologis
 Khemosis konjungtiva
KONJUNGTIVITIS
 Gejala ( keluhan ) :
 Merah
 Ngeres / ngganjel
 Keluar kotoran (nglodok)
 Dempet waktu pagi hari

(O.K kotoran yang kering waktu tidur)


KONJUNGTIVITIS

 Tanda (pemeriksaan) :
 Conjunctival injection
 Sekret (+) (akibat proses eksudasi)
 Ada bangunan patologis pada konjungtiva
palpebra (akibat proses infiltrasi sel radang)
 Khemosis
Sekret
Macam-macam sekret:
 serous (cair bening)
 mukus (kental bening elastis)
 purulen (cair keruh kuning)
 membran (keruh lengket pada dasar,

bila diangkat berdarah)


 pseudomembran (keruh lengket pada

dasar, bila diangkat tak berdarah)


 Sanguis (cair merah ada darah)
Sekret

Sekret serous
 Encer seperti air

 Penyebabnya virus.

 Setelah dua / tiga hari dapat menjadi

mukopurulen, karena super infeksi dari


kuman komensal (daya tahan menurun
sehingga kuman komensal tumbuh tak
terkendali)
Sekret

Sekret mukous
 kental, bening, elastis (bila ditarik dengan

ujung kapas),
 penyebabnya biasanya  karena proses

khronis/alergi
 Fibrin-fibrin dalam keadaan utuh.

 Klinis : bila ditutul kapas akan lentur

(elastis) sebab terdiri dari fibrin


Sekret
Sekret purulen
 Makin ganas kumannya makin purulen
(nanah) mis : Gonococcen
 Banyak sel yang mati, terutama
leukosit, dan jaringan nekrose
 Kuman-kumannya type ganas, fibrin
sudah hancur.
 Bila ditutul kapas, ia akan terhisap,
sifatnya seperti air, berwarna kuning
 Campuran : mukopurulen, kental
berwarna kuning, elastis.
Penyebabnya : biasanya
kuman coccen yang lain.
Sekret purulen
Sekret
Sekret Pseudomembran
 Seolah-olah seperti melekat pada
konjungtiva tetapi mudah diambil
dan tak mengakibatkan perdarahan.
 Penyebabnya antara lain
streptococcus haemoliticus
Sekret
Sekret Membranosa :
 Misal : pada conjunctivitis diphtherica.
 Terbentuk sekret, sel 2 lepas ,terbentuk jaringan nekrotik.
 Terjadi defek konjungtiva.
 Membran sukar dilepas dan bila dipaksa akan berdarah
karena ada ulkus dibawahnya.
Sekret

Sekret Sanguis
 Sekret bercampur darah.
 Terdapat pada konjungtivitis karena virus

yang sangat virulent.


 Sering disertai sekret purulent setelah dua/

tiga hari, karena ada super infeksi dari


bakteri komensal.
Pemeriksaan bakteriologis
Bahan untuk pembuatan preparat :
 Sekret : didapat dg cara swap / diusap dengan lidi steril
 Epitel : didapat dengan cara scraping yaitu mengambil
sebagian dari epitel konjungtiva.
 Pengecatan :
-Sekret : biasanya cukup dicat dengan cat Gram kecuali
bila diduga disebabkan jamur, diphtheri,dll
-Epitel dicat dengan cat darah misalnya Giemsa, Wright.
Hasilnya : dapat dilihat jenis kuman dan inclusion body
(tanda dari konjungtivitis akibat virus).
-Dapat dilihat macam-macam lekosit :
-PMN : biasanya pd infeksi coccen yang pyocyaneus.
-Eosinofil : misal pada allergi.
-Makrofag : misal pada trachoma.
 
Bangunan patologis

Sebagai akibat proses infiltrasi sel radang

 Bentuknya macam-macam :
 papula
 folikel
 vesikel
 excrecencies
 concretio
 flikten
 pinguikula
 Papula :
Ujud kelainan yang menonjol dari
permukaan konjungtiva dengan
diameter kurang dari 5 mm,
terjadi akibat timbunan infiltrasi
produk radang, neutrofil, limfositt
dan leukosit yang lain
Folikel:
 Merupakan pembesaran
limfadenoid.
 Besarnya rata - rata sama.
 Tersusun berderet-deret.
 Lebih sering di konjungtiva
palpebrae inferior
Bangunan patologis
Vesikel :
 Karena terkumpulnya cairan. Batasnya tegas.
 Kausa : proses degenerasi, penyakit virus  (herpes),
combustio.
Bangunan patologis
Excrecensies :
 Hipertrofi papiller (papula) di palpebra superior.
 permukaan datar, seperti bludru.
 Kalau lebih besar dari biasa : seperti batu yang
disusun pada tembok = cobble stone pavement.
 Warna : merah kasar.
 Terdapat pada konjungtivitis vernalis.
Bangunan patologis
Concretio :
 Disini terdapat hipertrofi yang berlebihan dan

pemadatan sehingga berwarna putih seperti


kapur.
 Pemadatan ini dapat dicukil keluar.

 Sering disebut lithiasis


Bangunan patologis
Flikten :
 Lokasi : konjungtiva bulbi, limbus kornea dan

kornea.
 Tonjolan berwarna putih  kekuningan, berisi

limfosit, dengan tanda radang di sekitarnya.


Bangunan patologis
Pinguikula :
 Merupakan proses degenerasi
 Kausa : iritasi kronis misalnya debu, asap, angin.
 Misalnya : tinggal dekat pabrik.
 Letak : konjungtiva bulbi yg tdk tertutup palpebra.
 Terjadi dari jaringan pengikat hyalin / elastis.
KONJUNGTIVITIS
Radang pada konjungtiva kausa : infeksi, alergi atautrauma

KLASIFIKASI

KONJUNGTIVITIS AKUTA:
 Konjungtivitis kataralis akut
 Konjungtivitis purulenta
 Konjungtivitis inklusi
 Konjungtivitis membranosa
 Konjungtivitis haemorhagik

KONJUNGTIVITIS KRONIK
 Konjungtivitis kataralis kronik
 Konjungtivitis flikten
 Konjungtivitis vernalis
 Konjungtivitis trakhomatosa
 Konjungtivitis allergi
KONJUNGTIVITIS AKUT
Konjungtivitis akut

 Konjungtivitis yang paling sederhana sehingga disebut


konjungtivitis simplek.
 Dibagi : Akut dan kronis.
 Kausa : trauma, infeksi, allergi.
Konjungtivitis kataralis akut
 Kausa : Virus (adenovirus)

 Gejala-gejala :
Rubor, kalor, tumor, dolor ,
H haemorrhagi subkonjungtiva < sering terjadi
>

, permulaan sekret cair (serous), eksudat tidak


mengandung fibrinsekret kental ( purulent )
bangun tidur mata menjadi dempet ( infeksi
sekunder kuman komensal ).

Konjungtivitis kataralis kronik
 Kausa : staphylococcen, diplobacillus Morax-Axenfeld.
 dimargo palpebrae menyebabkan blefaritis ( terutama
pada kantus internus dan eksternus sehingga terjadi
blefaritis angularis ).
 konjungtivitis dapat menimbulkan blephritis /sebaliknya
sehingga penyakit ini merupakan penyakit yang kronis,
terutama bila daya tahan penderita rendah
 Terapi : drug of choice penicilin dan preparat sulfa .
 Pada bentuk kronis, konjungtiva mengalami hipertrofi
dan terbentuk follikel pada konjungtiva palpebra
KONJUNGTIVITIS PURULENTA
 awal serous / serosanguinis  purulent.
 Kausa : kuman yang virulent misalnya gonococc, meningococ, inclusion
virus (chlamidia spc).

 Neiseria Gonorhoica :
- Inokulasi melalui hubungan sex
- Kontaminasi:
Tak langsung: melalui handuk, saputangan, jari
Langsung dari sumber infeksi.

 Meningococ : kurang ganas dari GO.


Komplikasi : meningo-coccaemia  meningitis.

 Karakteristik GO :
- Hiperakut.
- Masa inkubasi : 48 jam - 5 hari.
- Dalam 2 hari palpebra dapat bengkak, disertai
khemosis.
Konjungtivitis gonorrhoika
 Kausa : Neiseria gonorrhoeca, inkubasi 3 - 5 hari.
 Cepat menjalar ke kornea, dimulai bagian atas karena
forniks atas lebih longgar sehingga pus lebih banyak
terkumpul dan toksin dari kuman merusak kornea mulai dari
lapisan epitel. ( enzim proteolitik merusak dinding sel)
 Cepat terjadi ulkus yang dapat perforasi (tanda perforasi :
iris prolaps, COA dangkal, TIO turun, bila sembuh akan
menyebabkan lekoma adherent),
 Bila tak diobati dengan baik, kuman masuk  kedalam
sehingga terjadi endoftalmitis (bila sembuh sendiri menjadi
phtisis bulbi)
 Pada bayi-bayi yang baru lahir, konjungtivitis hiperakut ini
disebut ophthalmia neonatorum (infantil purulent
conjunctivitis)
 Terapi untuk GO :
Drug of choice = Penicillin 10.000 IU/cc ditetes tiap jam.
Diencerkan dari PPA 3 juta/botol(vial)
Konjungtivitis purulenta
 Kausa : Inclusion virus. (Chlamidia trachomatosa)
 Disebut juga konjungtivitis inklusi
 Membedakan GO dan inclusion virus :
Dengan masa inkubasi : (melalui alloanamnesis )
Inclusion virus : 5-10/11 hari.
Manifestasi lebih banyak di konjungtiva inferior, sembuh
dengan hipertrofi papilair.
Gonorrhoe : kurang dari 5 hari.
    Bila ragu - ragu, obati saja untuk GO.
 Bayi yang baru lahir, diberi profilaktik dengan ditetesi nitras
argenti 1-2% (metode Crede). Sekarang banyak dipakai
solutio protargol 5-10%, atau chloramphenicol tetes mata
 Pada GO, biasanya org tuanya menderita urethritis GO.
Karena itu jangan lupa periksa dan obati orang tuanya.
INCLUSION CONJUNCTIVITIS
 Manifestasi :
-Pada anak : konjungtivitis purulenta
-Pada orang dewasa : swimming pool conjunctivitis.
 Pada anak-anak :
- Bangunan patologis konjungtiva : papillair.
- Asal : dari urethritis/endocervicitis non spesifik org tua
- Penularan : inokulasi.
- Perjalanan penyakit : akut – hiperakut ( 10 hari 3 mgg )
   Kadang-kadang bisa kronis : 3 minggu - 1 tahun.
  Folikel :  3 bulan tak ada folikel (blm terbtk).
 3 bulan : ada folikel.
Mikroskopis : Inclusion body (intrasel mukosa)
Banyak PMN terutama yang akut
INCLUSION CONJUNCTIVITIS
 Pada orang dewasa :
- Terdapat folikel.
- Kausa ( berenang dalam swimming pool ) :
Kuman - Chlamydia trachomatosa
- Staphylococcus aureus
- Pneumococcus
- Sekret kemudian menjadi mukopurulent
dan
purulent.
- Dapat menjadi kronis.
KONJUNGTIVITIS MEMBRANOSA
 Membran : bila dikupas akan berdarah oleh karena
konjungtiva mengalami nekrosis.
 Pseudomembran : dapat dilepas dengan mudah.
 Dibedakan 3 bentuk :
1. Membran yang sangat tebal, sangat keruh.
Terdapat pada konjungtivitis karena coryne bacterium
diphtheriae atau dapat karena streptococcus haemolyticus.
Harus diDD dengan :
-Erythema multiforme.
-Pemphigus.
2. Membran yang sedang, tak begitu tebal
3. Benar-benar pseudomembran: tipis, transparan, mudah
dilepas. Misal pada : konjungtivitis vernalis, sangat kronis
dan mengalami eksaserbasi pada musim kemarau.
KONJUNGTIVITIS MEMBRANOSA
Konjungtivitis difteri :
 Diduga berhubungan dengan diphtheri nasal / nasopharynx.
Mulai seperti konjungtivitis kataralis, 2-3 hari kemudian mulai
terlihat membran terutama pada konjungtiva palpebrae.
Pada konjungtiva bulbi : tak ada, kornea : jarang.
 Diagnosa : mikroskopis.
 Terapi : A.D.S.10-40.000 IU, tergantung keganasannya.

Konjungtivitis karena B streptococcus haemolyticus.


 Kausa : -Eksogen : dari luar tubuh.
-Endogen : berasal dari fokus infeksi dalam tubuh.
 Mencapai konjungtiva melalui jaringan pengikat. Karena itu
diambil sedikit epitel konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopis
(scraping)
 Gejala-gejala :
-Eksogen : gambaran seperti difteri tetapi lebih hebat. Sering
kornea ikut terkena.
-Endogen: kronis sehingga inflamasi tdk sehebat yang  eksogen.
 Terapi : Antibiotika dan preparat sulfa
KONJUNGTIVITIS FOLIKULARIS
 Terdiri atas :
Conjunctivitis follicularis akut
Conjunctivitis follicularis kronik
 Folikel : hipertrofi adenoid. (Jar. lymfe)
 Syarat : harus ada jaringan limfoid.
 Bayi kurang dari 3 bulan belum ada jaringan ini.
 Pada anak-anak kecil sering membesar sebagai bagian
dari pembesaran jaringan limfoid yang umum. Misal
pada tonsilitis kronik.
 Adanya folikel tanpa diikuti peradangan disebut follikulosis.
 Terdapat pada konjungtiva inferior dan forniks.
 Bila diikuti peradangan maka disebut konjungtivitis follikularis.
Kerato-conjunctivitis epidemica
 Banyak kasus
 Menyebabkan epidemi.
Terjadi radang pada konjungtiva dan timbul folikel
bisa meluas dan menimbulkan infiltrat di kornea
 Disertai pembesaran kelenjar lymfe preaurikuler
 Penjalaran terjadi setelah hari ke 3-4 dan
menyebabkan keratitis pungtata superfisialis yang 
     mengelompok pada daerah sentral. Akibatnya visus
akan sangat menurun.
 Mikroskopis :
-O.K penyebab virus maka terdapat inclusion body.
-Lekosit MN dan giant cell.
 Terapi : Broad spectrum antibiotica, preparat sulfa 
Konjungtivitis Fliktenularis
 Sinonim : konjungtivitis eksematosa/ skrofulose (kulit babi).
 Biasanya diderita oleh anak  15 tahun.
 Terdapat flikten : penonjolan pd konjungtiva bulbi (nasal / temporal), 
 5 mm, berisi infiltrasi limfosit berbatas tegas, dikelilingi injeksi
konjungtiva lokal disekitarnya.
 Kausa: allergi terhadap basil TBC, Koch-Weeks bacil, Cacing perut
(dibuktikan dengan test lab)
 Lokasi flikten :
-Pada konjungtiva bulbi: konjungtivitis flikten.
-Pada limbus kornea : kerato-conjunctivitis phlyctaenularis.
-Pada kornea : keratitis flikten.
 Bila kronis residif di kornea, dapat membentuk flikten yang memberi
kesan seperti menjalar sehingga disebut Wonder phlyctaen
 Bila didapat ke 3 nya : ophthalmia phlyctaenularis
Konjungtivitis Fliktenularis
 Flikten dapat mengalami nekrosis sehingga terbentuk
ulkus, terutama pada kornea (jarang perforasi)
 Tergantung letaknya :
- Superfisial :dapat sembuh sempurna tanpa bekas.
- Lebih dalam : sembuh dengan sikatrik.
- Ulkus kornea yang berjalan disertai neovaskularisasi
di atasnya disebut keratitis fasikulosa.
- Pembuluh darahnya disebut : pannus fliktenularis.
 Mikroskopis : Banyak sekali eosinophyl dan limfosit
 Pada flikten belum tentu bisa didapatkan kuman-
kuman sebab mungkin kausanya allergi.
 Terapi :
-Kausal.
-Simptomatis : antihistamin
Konjungtivitis Fliktenularis
Konjungtivitis Fliktenularis
Konjungtivitis follikularis kronik
 Perjalanan penyakit : kronis.
 Gejala inflamasi ringan, sekret hampir tak ada/sedikit
(mukous).
 Kausa : tak diketahui. Mungkin disebabkan karena virus.
 Faktor risiko :
-Kebersihan kurang,rumah yang berjejal, banyak
asap/debu.
-Refraksi anomali yang tak dikoreksi.
-Memang pembawaan mudah diserang.
 Gambaran klinis : sukar dibedakan dengan follikulosis.
-Bisa pd konjungtiva palpebrae superior / inferior.
-Tak ada komplikasi pada kornea.
-Tak ada limfadenopati regional.
 Terapi : anti radang dan/atau simptomatis
KONJUNGTIVITIS VERNALIS
 Biasanya terdapat pada anak-anak.
 Kadang-kadang terdapat pd dewasa muda ( 30 th).
 Merupakan penyakit allergi, timbul terutama pada musim
panas (kemarau).
 Sebabnya : - Mungkin karena udara yang panas,
banyak debu / kuman
- Yang pasti belum diketahui.
 Karakteristik :
  - Hipertrofi papil berbentuk seperti coble stone
pavement ( susunan  batu kali)
- Hipertrofi jaringan ikat pada stratum papillare 
degenerasi hyalin abu-abu/ biru keputihan.
- Kambuh pada musim panas, hilang pada musim
hujan
KONJUNGTIVITIS VERNALIS
 Ada 2 type :
1. Type palpebra/tarsal : gambaran coble stone.
2. Type bulbair/limbal : hipertrofi papil pd limbus.
Ada yang mengatakan terjadi gelatinous
degenerasi.
     Pada limbus melingkar menutupi limbus kornea.
Juga dapat menjalar ke cornea, terjadi keratitis
pungtata lalu menjalar ke subepithelial sehingga
disebut keratitis sub epithelial dari Tuan Tobgy.
 Kausa : allergi. Diduga terhadap serbuk-serbuk bunga yang ada
di musim panas.
 Terapi : - Antihistamin -Antiphlogistik
. - Kauterisasi -Radiasi
- Operasi sampai di tarsus (eksisi)
Konjungtivitis follikularis toksika /
alergika
 Terutama pada anak-anak kecil karena peka
terhadap suatu toksin.
 Kausa : - Toksin mikroorganisme (coccen/ morax-
axenfeld).
- Obat-obatan : pilocarpin, eserin, miotikum
- Sulfas atropin: dermatitis allergi pada kulit
palpebra.
 Dapat dicoba dengan patch test pada palpebra.
 Keluhan : ada rasa gatal.
KONJUNGCTIVITIS VERNALIS
 Type Palpebra
TRAKHOMA
 Penyebabnya adalah : Chlamydia Trachomatosa (Virus)
 Penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia stl GO dan
defisiensi vit A.
 Terutama terdapat di dataran rendah dengan hawa
lembab misal di daerah pantai.
 Pada keadaan kering, virus akan mati.
 Banyak di Mesir dan Arab sehingga disebut Egyptian
conjunctivitis.
 Karakteristik : kronis eksaserbasi, inflamasi ringan, gejala
yang menyolok gatal dan ngeres (seperti klilipen).
 Sekret : mukous  muko-purulen.
TRAKHOMA
 -Dapat menyerang semua umur.
-Penularan :
Melalui sekret pada std I.
Vektor : jari, handuk, tangan yang basah.
 Predisposisi :
-Gizi yang kurang baik.
-Keadaan hygiene yang jelek.
 Terapi :
-Meningkatkan kebersihan.
-Memperbaiki gizi.
-Obat-obatan : preparat sulfa.
-Antibiotika broad spectrum
TRAKHOMA
 Perjalanan penyakit : ada 4 stadium
-Stadium I
-Stadium II
-Stadium III
-Stadium IV
TRAKHOMA

Stadium I
 Peradangan konjungtiva yang sukar
dibedakan dengan konjungtivitis yang lain.
Kemudian timbul bangunan patologis
benjolan kecil konjungtiva tarsalis, puncak
mendatar (granula).

 Terdiri dari infiltrat limfosit dan makrofag.


Kadang-kadang terdapat pada forniks. Di
sini ia lebih bebas bergerak dan tekanan
dari sekitarnya tak besar sehingga
bentuknya lebih besar, menonjol dan bulat.
Ini disebut avisiones.
TRAKHOMA
Stadium II
 Penyakit yang ditandai granula trakhoma : para trakchoma.
Pada trakhoma atas harus ada granula pd konj fornik nasal
atas dan folikel berbentuk polimorph.
 Kronis, berbulan-bulan atau bertahun-tahun  irritasi kronis
pada konjungtiva  hipertrofi papiler, follikel berbagai ukuran
(polimorph)  akhir std II mulai timbul  keratitis trakhomatosa,
akibat gesekan kronis follikel polimorph pada kornea. 
 Keratitis trakhomatosa: infiltrat (pungtata) pd marginal atas,
tersusun membentuk bulan sabit, konkaf ke bawah dan
superfisial. Akibat iritasi kronis folikel  neovaskularisasi
disebut pannus  trakhomatosa.   
 Kadang-kadang terjadi ulkus yang superfisial dan tidak
mendalam.
Trachoma Stadium II
TRAKHOMA
Stadium III
 Folikel polimorph mulai masak (seperti bisul) pecah.
 Bila infiltrasi folikel melewati membrana basalis  sikatrik.
Harus dibedakan sikatrik karena trakhoma dan karena
sebab lain ( trauma mekanis, kimia, bekas operasi dll.). 
 Pada trakhoma di palpebra superior subtarsalis terdapat
sikatrik berderet dan  bersambung-sambung seperti pita
akibat banyaknya granula yang pecah  bersatu dan
konjungtiva menebal.
 Sikatrik yang telah lama dan tebal  retraksi sehingga
fornik konjungtiva dangkal, bulu mata tertarik mengarah
kedalam timbul enteropion dan trikhiasis.
Trakhoma Stadium III
TRAKHOMA
Stadium IV
 Disebut metatrakhoma.
 Entropion  waktu berkedip bulu mata menggosok kornea 
timbul keratitis  sikatrik kornea yang tebal dan menyeluruh
(lekoma total  Visus 1/~).
 Rangsang kronis bulu mata  pannus yg kasar (disebut pannus
crassus).
 Selain itu retraksi  jalan air mata dari kelenjar lakrima di daerah
forniks superior tersumbat  walau produksi air mata tetap, tetapi
bola mata menjadi kering  keratinisasi dan deskuamasi (xerosis)
 debu dan kotoran lain terkumpul sehingga menghancurkan
permukaan depan bola mata  keratomalasia dan kebutaan.
 Jadi yang menentukan stadium-stadium trakhoma ialah bentukan-
bentukan patologis pada konjungtiva superior
Trakhoma Stadium IV
Peny sistemik dng manifestasi di
konjungtiva

1.Leptotrikhosis
2.Tuberkulosis
3.Sifilis
4.Lmphogranulomae venereum
5.Tularaemia
6.Parinaud oculoglandular
follicularis
1.Leptotrikhosis :
 Ada hipertrofi papiler
 Banyak infiltrat berupa lesi fokal disertai nekrosis
warna abu-abu (titik-titik nekrosis) pd konjungtiva
palpebrae konjungtiva dan bulbi yg tak pernah mencapai
superfisial (jadi tak ada ulkus).
 Mikroskopis :
Dengan pengecatan gram terlihat jamur berupa filamen
yang tak bercabang-cabang, biru dan dikelilingi oleh sel -
sel
limfoid dan sel plasma
 Anamnesis : sering tidur bersama kucing (di mulut kucing
banyak leptothrix).
 Pembesaran gld preaurikularis yang besar sekali dan tak
pernah ada perforasi.
 Sering disertai febris.
 Terapi : Terhadap fungus : tak ada terapi lokal pada
mata untuk fungus sehingga terapinya sukar.
Dapat dicoba Amfoterisin B
2.Tuberkulosis
 Asal : mungkin eksogen/endogen.
-Eksogen : misal jari yang kena basil tuberkel
-Endogen : fokal infeksi pada suatu tempat.
 Klinis :
Terdapat nodula pada konjungtiva, warna abu-
abu,  terbentuk ulkus.
 Gejala-gejala hebat (bengkak pada konjungtiva).
 Limfadenopati yang besar dan dapat pecah ( ada
pustulasi ).
 Dapat menyebabkan kebutaan.
 Terapi : Obat-obat anti tuberkulosis.
3.Sifilis
 Jarang didapatkan.
 Stadium I :
- Ulkus durum : sering tak terdiagnosa oleh dokter
- Terdapat limfadenopati preaurikuler
- Terapi : mudah dan cepat (bila diagnosis tepat)
Bila tidak diobati, ulkus dapat hilang tetapi penyakit
berjalan terus
 Sifat ulkus : -Besar.
-Tepi meninggi.
-Dasar : abu-abu kotor, permukaan kasar.
 Stadium II :
-Lesi/bercak putih agak meninggi, basah
(intertriginasi) dikelilingi daerah hyperaemie.
 Stadium III : - Granuloma pada limbus kornea.
-Pecah : menimbulkan ulkus yang indolen.
-Limfadenopati regional sampai di servikal.
4. Limfogranuloma Venerum
-Kausa : Virus.
-Sifat : bendungan aliran limfe  elefantiasis konjungtiva.

5.Tularaemia
 Kausa : pasteurilla tularensis.
 Vektor : rhodentia,kadang-kadang bisa oleh lalat.
 Terberat dari semua lymhadenopathie.
 MI sangat pendek ( 4 hr sp beberp minggu tergantung KU pasien )
 Gejala-gejala :
- Hebat, palpebra bengkak
- Sekret hebat sampai sifatnya semi-membraneus.
- Terdapat limfogranuloma dimana-mana misal pada
konjungtiva, kornea dan terbentuk ulkus.
- Penderita demam, menggigil, sakit kepala, muntah.
- Limfhadenopati disertai suppurasi yang kronis, sampai
berbulan-bulan tak sembuh.
- Dapat terjadi sepsis yang mengancam jiwa penderita.
- Penyebaran cepat.
6. Okuloglandular folikularis Parinaud
 1989 Tn.Parinaud menemukan suatu penyakit engan gejala-gejala
:
- Limfogranuloma.
- Nodular infiltrat limfoid.
- Febris.
- Adenopathie.
 Konjungtivitis unilateral.
 Diduga terjadi melalui binatang (kucing)
 Kausa : hampir semua kuman yang bisa menyebabkan
granuloma dapat menimbulkan sindroma ini  
 Misalnya: tuberkulosis, sifilis, limfogranuloma venereum,
tularaemie, jamur ( terbanyak ialah leptotrikhosis).
 Gambaran klinis : MI : 3 - 7 hari, terjadi peradangan konjungtiva
dengan limfadenopati preaurikuler
PENYAKIT KONJUNGTIVA YANG MERUPAKAN
PENJALARAN PENYAKIT KULIT
1. ACNE ROSACEA
- Biasa berupa tanda akne di pipi, merah.
- Kausa : kelainan hormonal/gangguan tr digestivus.
- Konjungtivitis yang berpapil dan dapat menjadi ulkus.
Kornea berupa infiltrat pungtata, numularis, dapat terjadi
ulkus. Kadang-kadang disertai pannus = pannus rosacea.
-Terapi : -Hormonal.
-Diet : kurangi lemak dan karbohydrat.
-Menghindari zat-zat yang menyebabkan vasodilatasi
(alkohol, kopi, teh dll.)
  -Banyak vitamin dan sayur-sayuran.
  -Prognosis : dubia
PENYAKIT KONJUNGTIVA YANG MERUPAKAN
PENJALARAN PENYAKIT KULIT
2. PEMFIGUS
Terjadi konjungtivitis kronis dengan banyak bulla, pecah, maserasi,
terjadi sikatrik, retraksi, terjadi  ektropion. Paling banyak di
konjungtiva palpebra inferior.
-Darah : eosinofil.
-Tak berbentuk follikel seperti pada trakhoma, kalau timbul pannus :
bisa mulai dari mana saja.
-Prognosis jelek : Biasanya fatal. Kalau hidup : buta / visus1/ 
3. ERITEMA MULTIFORME
Menyebabkan konjungtivitis katarralis, purulenta dan ulkus kornea.
Juga mungkin terjadi konjungtivitis semi membranosa sehingga
konjungtiva hancur sama sekali. Kadang-kadang terjadi simbklefaron /
ankiloblefaron
- Kausa : idiosinkrasi terhadap obat. (Steven Johnson Syndrom)
-Terapi : Antidotum obat tersebut, Antiflogistik, Antihistamin.
4. DERMATITIS HERPETIFORMIS
Dapat disebabkan oleh herpes simplek atau herpes zoster
TUMOR-TUMOR KONJUNGTIVA
BENIGNA:
 Granuloma, terbanyak karena pecahnya khalasion.
 Fibroma :
-Bisa pedunculated (bertangkai) dan disebut Polip.
-Letak : pada forniks konjungtiva.
-Terapi : ekstirpasi.
 Angioma :
 Naevus.
 Lipoma.
 Liymfoma.
 Kista, terbanyak : dermoid cyste.
MALIGNA:
 Carcinoma plano cornificans. (paling banyak ditemukan)
    Letak : paling sering pada perbatasan epitel konjungtiva (transitional) ke
kornea (squameus complex). Bisa meluas ke kedua belah pihak.
 Melanoma : - Dari luar (kulit)
- Dari dalam bola mata (Uvea).
Kornea
 Merupakan lanjutan dari sklera, ikut membentuk
bola mata
 Merupakan bagian dari media refrakta
(diperiksa dgn fundus reflek)
 Bersifat transparan dan avaskuler
Kornea
 Diinervasi oleh N V (Trigeminus),
merupakan organ yang paling banyak
mempunyai serabut syaraf sensibel
terutama bagian sentralnya sehingga
sentuhan sedikit pada kornea akan
dirasakan sangat sakit.
 Kornea memiliki 5 lapisan yaitu :
 Epitel
 Membrana Bowman
 Stroma
 Membrana Descemeth
 Endothel
Kelainan Kornea
 Megalokornea

 Keratokonus
Kornea
 Kekeruhan kornea dapat disebabkan oleh :
 Infiltrat
(mis pada keratitis)
 Sikatrik kornea

Nebula, makula, leukoma


 Pembuluh darah baru di kornea disebut
Pannus. Disebabkan oleh radang kronis
di kornea dimana kornea berusaha
menyembuhkan sendiri dengan
membentuk pembuluh darah baru untuk
membawa nutrisi dan bhn pertahanan
tubuh.
Kekeruhan kornea

 Keratitis Disciformis
Kekeruhan kornea

 Keratitis Pungtata superfisialis


Kekeruhan kornea

 Keratitis geografika
Kekeruhan kornea

 Trakhoma stadium IV
Lekoma total + Panus crasuss
Kekeruhan kornea

 Leukoma
Kekeruhan kornea

 Edema kornea
 Pannus

Transplantasi kornea
Pemeriksaan Kornea
 Dengan Keratoskop dari Placido.
 Keratoskop Placido berupa kepingan dengan
gambaran lingkaran-lingkaran yang
konsentris dan lubang ditengahnya, untuk
memeriksa permukaan kornea.
 Cara pemeriksaan : pemeriksa menghadap
jendela pasien membelakangi jendela.
Pemeriksa akan melihat refleksi dari garis-
garis konsentris pada kornea melalui lubang.
Supaya lebih jelas, dimuka lubang ditambah
lensa positif misal + 20 D.
 Gambaran keratoskop yang normal :
 Licin dan mengkilat.
 Lingkaran-lingkaran bulat, konsentris dan
kontinyu.
 Kelainan-kelainan yang dapat dijumpai :
 Lingkaran kontinyu tetapi ada bagian yang tidak
mengkilat (kabur) ; mrintis (bergerigi). Ini tanda
edema kornea.
 Lingkaran tidak kontinyu : defek epitel kornea; misal
pada ulkus kornea, erosio, vulnus, fistula kornea.
 Lingkaran mengkilat, kontinyu, konsentris tetapi
berkelok-kelok : ada sikatrik pada kornea
 Lingkaran mengkilat, kontinyu, oval dan tidak
konsentris : astigmatisme.
Pemeriksaan Kornea
Dengan fluorescein test.
 Tujuan : untuk mengetahui
adanya defek pada kornea
 Kornea ditetesi larutan fluorescein
2 %, lalu diencerkan dengan air
(NaCl), maka bagian yang ada
defek akan berwarna hijau =
Fluorescein test + . Pada
pemeriksaan fistula kornea, tak
usah diencerkan dengan air sebab
larutan akan dicairkan oleh cairan
yang keluar dari fistula sehingga
akan keluar seperti air terjun
(mengalir kebawah dan
berfluorescein).
Pemeriksaan Kornea
 Dengan focal illumination
 Untuk memeriksa kejernihan kornea, menggunakan sinar
lampu yang difokuskan dengan lensa 20 Dioptri
 Kornea diamati dengan kaca pembesar
 Radang kornea disebut keratitis
 Apabila disertai dengan jaringan nekrosis disebut
ulkus kornea
Keratitis

Perlu pemeriksaan :
 Subjektif : anamnesa
 Objektif : dengan
 Focal ilumination
 Keratoskop placido
 Tes flouresin

Keratitis denritika 
Keratitis
 Pemeriksaan subjektif (anamnesis),
mengidentifikasi keluhan penderita :
 Mata merah
 Penglihatan kabur
 Nrocos (keluar air)
 Silau (photophobia)
 Ganjel / sensasi benda asing
Keratitis
 Pemeriksaan objektif :
 Injeksi silier
 Infiltrat kornea
Tentukan letak dan bentuknya
1. Bidang sagital : superfisial,
profunda
2. Bidang frontal :
1. perifer (marginal)
2. parasentral
3. sentral
3. Sesuai jarum jam
Tentukan ukuran, jumlah
Keratitis
 Bentuk infiltrat :
 Pungtata  Geografika
 Numularis  Disciformis
 Vesikulosa
 Dendritika
 Laminaris
Pembagian Keratitis
 Keratitis superfisialis
 Keratitis pungtata
 Keratitis
superfisialis herpetiformis
 Kerato conjunctivitis
 Keratitis rosacea
epidemica  Keratitis bullosa
 Keratitis sicca
 Keratitis neuroparalitika
 Keratitis Profunda
 Keratitis parenkimatosa
 Keratitis et lagoftalmus
 Keratitis disciformis
 Keratitis fliktenularis
 Keratitis trakhomatosa
KERATITIS PUNGTATA
SUPERFISIALIS
 Penyebab adenovirus
 Bentuk infiltrat pungtata,
flourescein positif
 Letak superfisial, biasanya sentral
atau parasentral
 Biasanya dimulai dari perifer
karena merupakan lanjutan dari
konjungtivitis kataralis
 Injeksi silier positif
 Tanda-tanda umum keratitis
Kerato conjunctivitis epidemica

 Disertai pembesaran kel. limfe


preaurikuler
Keratitis sicca
 Disebabkan produksi air mata yang kurang, dapat
karena :
 Trakhoma
 Simblefaron karena:
 Steven Johnson Syndrom
 Trauma kimia
Keratitis neuroparalitika
Karena paralisis N.V
 Akibatnya sensibilitas kornea menurun, daya
tahan terhadap penyakit menurun karena bila
ada kerusakan kornea tidak terasa.
 Pemeriksaan dengan tes reflek kornea /
sensibilitas kornea (kornea disentuh dengan
ujung kapas, normal akan berkedip. Bila tak
berkedip sensibilitas .)
Keratitis et lagoftalmus

 Karena lagoftalmus shg kornea bag. bawah


waktu tidur tidak tertutup palpebra.
Akibatnya kornea menjadi kering dan epitel
mudah terkelupas, shg kuman akan
menempel dan berkembang biak
KERATITIS FLIKTENULARIS
 Lokasi flikten :
- limbus : keratokonjungtivitis
fliktenularis.
- Kornea : keratitis fliktenularis.
 Bila kronis residif di kornea, dapat membentuk flikten
yang memberi kesan seperti menjalar sehingga
disebut Wonder phlyctaen
 Bila didapat ke 3 nya : ophthalmia phlyctaenularis
Keratitis trakhomatosa

 Ditemukan pada trakhoma stadium II


 Ciri :

Letak infiltrat kornea diatas, berbentuk


bulan sabit
Bentuk infiltrat pungtata
 Proses terjadinya :
 Karena gesekan dari folikel yang kasar
(folikel polimorph), pada konjungtiva
tarsus palpebra superior
Keratitis trakhomatosa
 Trakhoma stadium II
 Letak infiltrat cornea diatas,
berbentuk bulan sabit
 Bentuk infiltrat punctata

 Trakhoma stadium III


(Cicatrix palpebra)

 Trachoma stadium IV
(lekoma total+pannus crassus)
KERATITIS HERPETIFORMIS
 Bentuk infiltrat Herpes simpleks :
 Vesikulosa
Bentuk paling awal (vesikel
kecil)
Sering sulit ditemukan
 Laminaris
Bentuk seperti benang, gabungan
vesikel yang berderet.
 Denritika
Bentuk laminaris bercabang
 Geografika
Bentuk vesikel bergerombol
 Disiformis
Keratitis rosasea
 Ada hubungan
dengan akne rosasea
Ulkus Kornea
 Radang pada kornea disertai dengan
jaringan nekrosis
ULKUS KORNEA CUM HIPOPION
 Radang pada kornea disertai dengan jaringan
nekrosis
 Bisa disertai dengan terkumpulnya nanah di COA,
karena toksin dari kuman menembus ke COA
dengan cara difusi, kemudian mengiritasi iris
sehingga terjadi iritis, eksudasi ke COA
mengendap sebagai hipopion.
Sikatrik kornea
 Penyembuhan luka pada kornea, baik akibat
radang , maupun trauma. Ada 3 jenis sikatrik
kornea :
1. Nebula
2. Makula
3. Lekoma
Sikatrik kornea
 Nebula
 Penyembuhan akibat keratitis superfisialis. Kerusakan
kornea pada membrana Bowman sampai 1/3 stroma
 Pada pemeriksaan terlihat seperti kabut di kornea, hanya
dapat dilihat di kamar gelap dengan focal ilumination
dan bantuan kaca pembesar
Sikatrik kornea
 Makula
 Penyembuhan akibat ulkus kornea. Kerusakan kornea
pada 1/3 stroma sampai 2/3 ketebalan stroma
 Pada pemeriksaan terlihat putih di kornea, dapat dilihat
di kamar dengan focal ilumination / batere tanpa
bantuan kaca pembesar
Sikatrik kornea

 Leukoma
 Penyembuhan akibat ulkus kornea
Kerusakan kornea lebih dari 2/3 ketebalan stroma.
 Kornea tampak putih, dari jauh sudah kelihatan.
 Apabila ulkus kornea sampai tembus ke endotel,
akan terjadi perforasi, dengan tanda
 Iris prolaps, COA dangkal, TIO menurun.
 Sembuh menjadi lekoma adheren (lekoma disertai
sinekhia anterior)
LEKOMA ADHEREN
PENYAKIT KONJUNGTIVA YANG MERUPAKAN
PENJALARAN PENYAKIT KULIT
1. ACNE ROSACEA
- Biasa berupa tanda akne di pipi, merah.
- Kausa : kelainan hormonal/gangguan tr digestivus.
- Konjungtivitis yang berpapil dan dapat menjadi ulkus.
Kornea berupa infiltrat pungtata, numularis, dapat terjadi
ulkus. Kadang-kadang disertai pannus = pannus rosacea.
-Terapi : -Hormonal.
-Diet : kurangi lemak dan karbohydrat.
-Menghindari zat-zat yang menyebabkan vasodilatasi
(alkohol, kopi, teh dll.)
  -Banyak vitamin dan sayur-sayuran.
  -Prognosis : dubia

You might also like