Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang membahas tentang “SILOGISME”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk mengikuti
salah satu tugas mata kuliah Logika Bahasa Indonesia.
Pendahuluan
Logika adalah bahasa latin berasal dari kata “logos” yang berarti perkataan atau
sabda. Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah Mantiq, kata arab yang diambil
dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap. Sejak manusia dilahirkan pada
dasarnya sudah sepantasnya untuk dilatih berpikir dengan jelas , tajam dan
terang rumusannya , hal itu juga supaya lebih tangkas dan kreatif . Dengan demikian kita
sebagai generasi penerus bangsa perlu belajar berpikir tertib , jelas , serta tajam. Hal yang
sangat penting juga adalah belajar membuat deduksi yang berani dengan salah satu cara
untuk melahirkannya adalah silogisme. Hal ini diperlukan karena mengajarkan kita untuk
dapat melihat konsekuensi dari sesuatu pendirian atau pernyataan yang apa bila di
telaah lebih lanjut.
1.2 Tujuan
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Tetapi
apabila dikaji makalah ini dapat bermanfaat serta menambah wawasan kita terutama
dalam bidang bahasan tentang silogisme.
Bab II
Pembahasan
A. Pengertian Silogisme
Silogisme merupakan suatu cara penalaran yang formal. Penalaran dalam bentuk ini
jarang ditemukan/dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering mengikuti
polanya saja, meskipun kadang-kadang secara tidak sadar. Misalnya ucapan “Ia dihukum
karena melanggar peraturan “X”, sebenarnya dapat kita kembalikan ke dalam bentuk formal
berikut:
- la harus dihukum.
Bentuk seperti itulah yang disebut silogisme. Kalimat pertama (premis ma-yor) dan kalimat
kedua (premis minor) merupakan pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan (kalimat
ketiga).
Pada contoh, kita lihat bahwa ungkapan “melanggar …” pada premis (mayor) diulangi dalam
(premis minor). Demikian pula ungkapan “harus dihukum” di dalam kesimpulan. Hal itu
terjadi pada bentuk silogisme yang standar.
Silogisme terdiri dari ; Silogisme Kategorik, Silogisme Hipotetik dan Silogisme Disyungtif.
1. Silogisme Kategorik
……………….M……………..P
….S……………………..M
….S……………..P
Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti:
Sekarang hujan.
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah.
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme
kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-
premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen .engan B, jadwal hukum silogisme
hipotetik adalah:
berikut:
Jadi harga bahan makanan tidak membubung tinggi (tidak sah = salah)
Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau faktor lain.
3. Silogisme Disyungtif
Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme
disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai
alternatif kontradiktif,
seperti:
Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif, seperti:
Jadi di pasar.
Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu:
b. Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif
yang lain, seperti:
la berada di masjid.
la berada di sekolah.
1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila
prosedur penyimpulannya valid, seperti :
a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar), seperti:
la adalah guru.
la adalah pelaut.
b. Bila premis minor mengingkari salah satu a konklusinya tidak sah (salah), seperti:
B. Dilema
Secara garis besarnya kesimpulan dari pembahasan makalah ini bahwa yang dimaksud
dengan silogisme adalah suatu pengambilan kesimpulan, dari dua macam keputusan (yang
mengandung unsur yang sama, dan salah satunya harus universal). Penalarannya bertolak dari
pernyataan bersifat umum menuju pada pernyataan/simpulan khusus. Contoh :
Putusan – putusan yang menjadi sumber terakhir disebut premise. Premise yang
wilayahnya umum disebut premise mayor, sedangkan yang wilayahnya tidak/ kurang umum
disebut premise minor. Adapun putusan yang di tarik dari premise ini disebut konklusi atau
kesimpulan. .
http://andriksupriadi.wordpress.com/2010/04/01/pengertian-silogisme.
http://hadirukiyah2.blogspot.com/2009/09/silogisme-pengertian-bagian-bagian-dan.html.
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Logika” yang dibina oleh Hamdani,
S.Pd.
oleh :
BANDUNG
2010