You are on page 1of 15

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang membahas tentang “SILOGISME”.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk mengikuti
salah satu tugas mata kuliah Logika Bahasa Indonesia.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Daftar Isi

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………... i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 1

1.1 Latar belakang masalah ……………………………………………………………... 1

1.2 Tujuan ……………………………………………………………………………….. 1

1.3 Manfaat ……………………………………………………………………………... 2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………. 3

1.1 Pengertian silogisme ………………………………………………………………… 5

1.2 Silogisme kategorik …………………………………………………………………. 5

1.3 Silogisme hipotetik …………………………………………………………………... 7

1.4 Silogisme Disyungtif ……………………………………………………………….... 9

1.5 Dilema ……………………………………………………………………………….. 11

BAB III PENUTUPAN ………………………………………………………………… 13

1.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………. 13

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………...


Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang masalah

Logika adalah bahasa latin berasal dari kata “logos” yang berarti perkataan atau
sabda. Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah Mantiq, kata arab yang diambil
dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap. Sejak manusia dilahirkan pada
dasarnya sudah sepantasnya untuk dilatih berpikir dengan jelas , tajam dan
terang rumusannya , hal itu juga supaya lebih tangkas dan kreatif . Dengan demikian kita
sebagai generasi penerus bangsa perlu belajar berpikir tertib , jelas , serta tajam. Hal yang
sangat penting juga adalah belajar membuat deduksi yang berani dengan salah satu cara
untuk melahirkannya adalah silogisme. Hal ini diperlukan karena mengajarkan kita untuk
dapat melihat konsekuensi dari sesuatu pendirian atau pernyataan yang apa bila di
telaah lebih lanjut.

Mungkin hal itu bisa terjadi karena tidak mau menghargai kebenaran dari


sesuatu tradisi atau tidak dapat menilai kegunaannya yang besar dari sesuatu yang
berasal dari masa lampau, ada juga sebagian orang yang mengatakan atau
menganggap percuma mempelajari seluk beluk silogisme . Tetapi mungkin juga anggapan itu
didasarkan pada kenyataan bahwa biasanya dalam proses penulisan atau pemikiran hanya
sedikit orang saja yang dapat mengungkapkan pikirannyadalam bentuk silogisme. Akan
tetapi, proses pemikiran kita menurut kenyataanya mengikuti pola silogisme jauh lebih
sering dari pada  yang kita duga. misalnya ucapan “Saya tidak
senang kepada pegawai itu karena ia biasa datang terlambat ke kantor“ Proses pemikiran
tersebut haya bisa di uji dan di kaji apabila kita beberkan dalambentuk silogisme karena
bentuk silogismelah setiap langkah dari proses tersebut menjadi terbuka .

1.2 Tujuan

 Penulisan makalah silogisme ini betujuan agar dapat mengetahui pengertian silogisme,


bagian – bagian silogisme dan macam- macam silogisme. Dengan adanya makalah ini di
harapkan menjadi masukan dan tambahan ilmu pengetahuan kepada para pembaca.
1.3 Manfaat

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Tetapi
apabila dikaji makalah ini dapat bermanfaat serta menambah wawasan kita terutama
dalam bidang bahasan tentang silogisme.
Bab II

Pembahasan

A. Pengertian Silogisme

Menurut Aristoteles, Silogisme adalah argument yang konklusinya diambil secara


pasti dari premis- premis yang menyatakan permasalahan yang berlainan

Silogisme merupakan suatu cara penalaran yang formal. Penalaran dalam bentuk ini
jarang ditemukan/dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering mengikuti
polanya saja, meskipun kadang-kadang secara tidak sadar. Misalnya ucapan “Ia dihukum
karena melanggar peraturan “X”, sebenarnya dapat  kita kembalikan ke dalam bentuk formal
berikut:

-Barang siapa melanggar peraturan “X” harus dihukum.

- Ia melanggar peraturan “X”

- la harus dihukum.

Bentuk seperti itulah yang disebut silogisme. Kalimat pertama (premis ma-yor) dan kalimat
kedua (premis minor) merupakan pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan (kalimat
ketiga).

Pada contoh, kita lihat bahwa ungkapan “melanggar …” pada premis (mayor) diulangi dalam
(premis minor). Demikian pula ungkapan “harus dihukum” di dalam kesimpulan. Hal itu
terjadi pada bentuk silogisme yang standar.

(Premis ialah pernyataan Yang perlengkapan ditempatkan sebagai penarikan ceritanya.)

Silogisme terdiri dari ; Silogisme Kategorik, Silogisme Hipotetik dan Silogisme Disyungtif.

1. Silogisme Kategorik

Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorik.


Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan
dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis
yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah
term penengah (middle term). Contoh :

Semua Tanaman membutuhkan air (premis mayor)

……………….M……………..P

Akasia adalah Tanaman (premis minor)

….S……………………..M

Akasia membutuhkan air (konklusi)

….S……………..P

(S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term)

Hukum-hukum Silogisme Kategorik

Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga, seperti:

Semua yang halal dimakan menyehatkan

Sebagian makanan tidak menyehatkan,

Jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan

(Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak halal dimakan).

Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti:

Semua korupsi tidak disenangi.

Sebagian pejabat adalah korupsi, jadi

Sebagian pejabat tidak disenangi.

(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi)


2. Silogisme Hipotetik

Silogisme Hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi


hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi kategorik.

Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:

a. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:

Jika hujan, saya naik becak.

Sekarang hujan.

Jadi saya naik becak.

b. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:

Bila hujan, bumi akan basah.

Sekarang bumi telah basah.

Jadi hujan telah turun.

c. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:

Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka

kegelisahan akan timbul.

Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,

Jadi kegelisahan tidak akan timbul.

d. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:

Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah.

Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.


Hukum-hukum Silogisme Hipotetik

Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme
kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-
premisnya merupakan pernyataan yang benar.

Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen .engan B, jadwal hukum silogisme
hipotetik adalah:

1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.

2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)

3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)

4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.

Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan

berikut:

Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi

Nah, peperangan terjadi.

Jadi harga bahan makanan membubung tinggi.( benar = terlaksana)

Benar karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya

Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi

Nah, peperangan terjadi.

Jadi harga bahan makanan tidak membubung tinggi (tidak sah = salah)

Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau faktor lain.
3. Silogisme Disyungtif

Silogisme Disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disyungtif


sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif
yang disebut oleh premis mayor.Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan
premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.

Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme
disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai
alternatif kontradiktif,

seperti:

la lulus atau tidak lulus.

Ternyata ia lulus, jadi

la bukan tidak lulus.

Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif, seperti:

Hasan di rumah atau di pasar.

Ternyata tidak di rumah.

Jadi di pasar.

Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu:

a. Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui


alternatif yang lain, seperti:

la berada di luar atau di dalam.

Ternyata tidak berada di luar.

Jadi ia berada di dalam.


Ia berada di luar atau di dalam.

ternyata tidak berada di dalam.

Jadi ia berada di luar.

b. Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif
yang lain, seperti:

Budi di masjid atau di sekolah.

la berada di masjid.

Jadi ia tidak berada di sekolah.

Budi di masjid atau di sekolah.

la berada di sekolah.

Jadi ia tidak berada di masjid.

Hukum-hukum Silogisme Disyungtif

1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila
prosedur penyimpulannya valid, seperti :

Hasan berbaju putih atau tidak putih.

Ternyata berbaju putih.

Jadi ia bukan tidak berbaju putih.

Hasan berbaju putih atau tidak putih.

Ternyata ia tidak berbaju putih.

Jadi ia berbaju non-putih.


2. Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:

a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar), seperti:

Budi menjadi guru atau pelaut.

la adalah guru.

Jadi bukan pelaut

Budi menjadi guru atau pelaut.

la adalah pelaut.

Jadi bukan guru

b. Bila premis minor mengingkari salah satu a konklusinya tidak sah (salah), seperti:

Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.

Ternyata tidak lari ke Yogya.

Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).

Budi menjadi guru atau pelaut.

Ternyata ia bukan pelaut.

Jadi ia guru. (Bisa j’adi ia seorang pedagang).

B. Dilema

menurut Mundari dalam bukunya yang berjudul logika ia mengartikan Dilema


adalah argumerntasi bentuknya merupakancampuran antara silogisme hipotetik dan
silogisme disyungtif . Hal ini terjadi karena premis mayornya terdiri dari duaproposisi
hipotetik dan premis minornya satu proposisi disjungtif . Konklusinya, berupa proposisi
disyungtif , tetapi bisa proposisi kategorika. Dalam dilema , terkandung konsekuensi yang
kedua kemungkinannya sama berat . Adapun konklusiyang diambil selalu tidak
menyenangkan . Dalam debat, dilemma dipergunakan sebagai alat pemojok , sehingga
alternatif apapun yang dipilih , lawan bicara selalu dalam situasi tidak menyenangkan .  Suatu
contoh lkasik tentang dilemma adalah ucapan seorang ibu yang membujuk anaknya agar
tidak terjun dalam dunia politik , sebagai brikut;

· Jika engkau berbuat adil manusia akan membencimu . Jika engkauberbuat tidak adil tuhan


akan membencimu . Sedangkan engkauharus bersikap adil atau tidak adil . Berbuat
adil ataupun tidakengkau akan dibenci.
· Apabila para mahasiswa suka belajar , maka motivasi menggiatkanbelajar tidak berguna .
Sedangkan bila mahasiswa malas belajarmotivasi itu tidak membawa hasil . Karena
itu motivasi menggiatkan belajar itu tidak bermanfaat atau tidak membawa hasil.
Pada kedua contoh tersebut , konklusi berupa proposisi disjungtif , Contoh pertama adalah
dilemma bentuk baku , kedua bentuk non baku.
Sekarang kita ambil contoh dilema yang konklusinya merupakan keputusan kategorika.
· Jika Budi kalah dalam perkara ini , ia harus membayarkuberdasarkan keputusan pengadilan .
Bila ia menang ia juga harus membayarku berdasarkan perjanjian . Ia mungkin kalah dan
mungkin pula menang . Karena itu ia harus tetap harus membayar kepadaku.
· Setiap orang yang saleh membutuhkan rahmat supaya tekun dalam kebaikan .
Setiap pendusta membutuhkan rahmat supaya dapat ditobatkan.
Dan setiap manusia itu saleh atau pendusta.
Maka setiap manusia membutuhkan rahmat.
Dilema dalam arti lebih luas adalah situasi ( bukan argumentasi ) dimana kita harus
memilih dua alternative yang kedua – duanya mempuyai konsekwensi yang tidak diingi,
sehingga sulit menentukan pilihan. 
Simpulan

Secara garis besarnya kesimpulan dari pembahasan makalah ini bahwa yang dimaksud
dengan silogisme adalah suatu pengambilan kesimpulan, dari dua macam keputusan (yang
mengandung unsur yang sama, dan salah satunya harus universal). Penalarannya bertolak dari
pernyataan bersifat umum menuju pada pernyataan/simpulan khusus. Contoh :

 Semua manusia pasti akan meninggal


 Tono adalah manusia
 Jadi Tono pasti akan meninggal.

Putusan – putusan yang menjadi sumber terakhir disebut premise. Premise yang
wilayahnya umum disebut premise mayor, sedangkan yang wilayahnya tidak/ kurang umum
disebut premise minor. Adapun putusan yang di tarik dari premise ini disebut konklusi atau
kesimpulan. .

Silogisme Disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disyungtif


sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif
yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan
premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.
Daftar Pustaka

http://andriksupriadi.wordpress.com/2010/04/01/pengertian-silogisme.

http://hadirukiyah2.blogspot.com/2009/09/silogisme-pengertian-bagian-bagian-dan.html.

Mundiri, H. 2008. Logika. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.


SILOGISME
Makalah

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Logika” yang dibina oleh Hamdani,
S.Pd.

oleh :

Ade Hudaya Nim 41032121091015

Ai Nurwati Nim 41032121091034

Dea Nuryanti Nim 41032121091026

Imas Eva Hasanah Nim 41032121091009

Jamiatun Fitriyani Nim 41032121091050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

BANDUNG

2010

You might also like