Professional Documents
Culture Documents
Pengertian
Waham menurut Maramis (1998), Keliat (1998) dan Ramdi (2000) menyatakan
bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
kebudayaannya, keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat
diubah-ubah. Mayer-Gross dalam Maramis (1998) membagi waham dalam 2
kelompok, yaitu primer dan sekunder. Waham primer timbul secara tidak logis,
tanpa penyebab dari luar. Sedangkan waham sekunder biasanya logis
kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara untuk menerangkan gejala-
gejala skizofrenia lain, waham dinamakan menurut isinya, salah satunya adalah
waham kebesaran
Etiologi
Predeposisi
Biologi
Psikologis
Genetik
Presipitasi
c.
Stresor sosiokultural
Stresor psikologis
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego
spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham, menggunakan
mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi
formasi, digunakan sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan,
ketergantungan dan perasaan cinta. Kebutuhan akan ketergantungan
ditransformasikan menjadi kemandirian yang kokoh. Penyangkalan, digunakan
untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang menyakitkan. Proyeksi
digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak dapat diterima
didalam dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas, telah
dihipotesiskan menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi, waham kebesaran dan
superioritas. Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia
yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka
yang terluka. Waham kebesaran merupakan regresi perasaan maha kuasa dari
anak-anak, dimana perasaan akan kekuatan yang tidak dapat disangkal dan
dihilangkan (Kaplan dan Sadock, 1997).
Jenis skizofrenia paranoid mempunyai gejala yang khas yaitu waham primer,
disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi (Maramis, 1998).
Menurut Kaplan dan Sadock (1997), kondisi klien yang mengalami waham
adalah:
Status mental
Klien waham hampir selalu memiliki insight (daya titik diri) yang
jelek.
Tipe-tipe waham
Tahap-tahap halusinasi
Perilaku pasien yang teramati : menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara,gerakan mata yang cepat,
respon verbal yang lamban, diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.
Conquering (secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait
dengan jumlah pasien yang masuk adalah delusi).
Perilaku pasien yang teramati : perilaku menyerang atau teror seperti panik,
sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain, kegiatan fisik
merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi, menarik diri, atau kataton,
tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
Penatalaksanaan
Farmakoterapi
Anti Psikotik
Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik diri. Dosis
awal : 3×1 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari.
Haloperidol
Anti parkinson
Triheksipenydil (Artane)
Difehidamin
Anti Depresan
Amitriptylin
Untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan somatik. Dosis :
75-300 mg/hari.
Imipramin
Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik. Dosis awal :
25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari.
Anti Ansietas
Psikoterapi
Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal klien, dan
harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien, misalnya dengan
berkata : "Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui, "tanpa
menyetujui setiap mis persepsi wahamnya, sehingga menghilangnya ketegangan
klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan
terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan
inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien membiarkan
perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah
ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan.
Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai
sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam
membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien.
Diagnosa Medis
Perencanaan terapi
Episode mania merupakan suatu episode meningkatnya afek seseorang yang jelas,
abnormal, menetap, ekspansif, dan iritabel. Gejala mania meliputi cara berbicara
yang cepat, berpikir cepat, kebutuhan tidur berkurang, perasaan senang atau bahagia ,
dan peningkatan minat pada suatu tujuan. Selain itu, tampak sifat mudah marah,
mengamuk, sensitive, hiperaktif, dan waham kebesaran.1
Penderita biasanya merasa senang, tetapi juga bisa mudah tersinggung, senang
bertengkar atau memusuhi secara terang-terangan. Yang khas adalah bahwa
penderita yakin dirinya baik-baik saja. Kurangnya pengertian akan keadaannya
sendiri disertai dengan aktivitas yang sangat luar biasa, bisa menyebabkan penderita
tidak sabar, mengacau, suka mencampuri urusan orang lain dan jika kesal akan lekas
marah dan menyerang. 2
Perhatian penderita mudah teralihkan dan selalu berpindah-pindah dari satu tema ke
tema lainnya. Penderita memiliki keyakinan yang salah mengenai kekayaan,
kekuasaan, keahlian dan kecerdasan seseorang; dan kadang menganggap dirinya
adalah Tuhan. Penderita yakin bahwa dirinya sedang dibantu atau dihukum oleh
orang lain; atau memiliki halusinasi, yaitu mendengar dan melihat benda-benda yang
sesungguhnya tidak ada.2
Pada kasus yang berat, aktivitas fisik dan mental penderita sangat hiruk pikuk. Pada
keadaan ini diperlukan penanganan segera, karena penderita bisa meninggal akibat
kelelahan fisik yang luar biasa. 2
II. ETIOLOGI
- Amfetamin
- Obat anti-depresi
- Bromokriptin
- Kokain
- Kortikosteroid
- Levodopa
- Metilfenidat
2. Infeksi
¥ AIDS
¥ Ensefalitis
¥ Influenza
3. Kelainan hormonal
- Hipertiroidisme
5. Kelainan neurologis
Ø Tumor otak
Ø Cedera kepala
Ø Korea Huntington
Ø Sklerosis multipel
Ø Stroke
Ø Korea Sydenham
III. EPIDEMIOLOGI
¥ Alam perasaan : Mudah tersinggung, tidak mudah frustasi, mudah marah dan
menyerang, emosinya tidak stabil, bisa cepat berubah dan gembira ke depresi dalam
beberapa saat.
¥ Cara bicara : Bicaranya sukar dipotong, volume keras, loncatan gagasan (flight of
ideas),asosiasi menjadi longgar, konsentrasi berkurang, bisa inkoheren dan
neologisme sehingga sukar dibedakan dengan pasien skizofrenia.
¥ Gangguan pikiran : Pikiran pasien terisi dengan rasa percaya diri yang berlebihan,
merasa hebat. Mereka mudah teralihkan perhatiannya, sangat produktif dan tidak
terkendalikan.
¥ Gangguan sensorium dan fungsi kognitif : Ada sedikit gangguan pada fungsi
sensorium dan kognitif, terkadang jawaban tidak sesuai pertanyaan meskipun tidak
ada gangguan tidak ada gangguan orientasi dan daya ingat.
¥ Gangguan pengendalian diri : Sekitar 75% pasien mania suka mengancam dan
menyerang. Mereka sukar mengendalikan diri untuk tidak melakukan hal-hal
merugikan kalau tersinggung atau marah.
V. DIAGNOSIS
Berdasarkan tabel Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi 3 yang
direvisi (DSM-III-R), kriteria diagnostik episode mania adalah sebagai berikut :
a. Suatu masa yang berbatas jelas dengan afek yang abnormal,menetap, ekspansif,
dan iritabel.
b. Saat terjadinya gangguan afek,sedikitnya ada 3 dari gejala di bawah ini ( 4 bila
afeknya hanya iritabel ) dan cukup dirasakan oleh lingkungannya.
iii. Suka bicara lebih dari biasanya dan ada dorongan untuk bicara terus
vii. Ikut serta secara berlebih pada kegiatan yang menggembirakan yang beresiko
tinggi untuk mengakibatkan penderitaan.
c. Gangguan afek yang cukup gawat menyebabkan gangguan yang nyata dalam
fungsi kerja, kegiatan social, atau hubungan dengan orang lain, atau membutuhkan
perawatan inap demi mencegah menciderai diri atau orang lain.
d. Pada saat tiada gangguan afek yang menonjol, tak ada halusinasi atau waham
selama 2 minggu.
Setelah menegakkan diagnosa suatu episode mania, maka harus dibedakan antara
hipomania, episode mania dengan tanpa gejala psikotik, dan episode mania dengan
gejala psikotik.
A. Suasana perasaan meningkat dengan jelas, ekspansif, atau iritabel, dan abnormal
bagi pribadi yang bersangkutan. Perubahan suasana perasaan harus nyata dan
menetap sekurangnya selama 1 minggu( kecuali jika cukup berat dan membutuhkan
perawatan rumah sakit).
B. Setidaknya ada 3 tanda yang harus menyertai ( 4 bila afeknya hanya iritabel ) :
4. hilangnya larangan sosial normal, menyebabkan perilaku yang tidak sesuai kepada
keadaan
9. Kecerobohan seksual.
Dari Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa ( PPDGJ ) III, pedoman
diagnosis untuk Mania dengan Gangguan Psikotik :6
· Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (Mania tanpa
gejala psikotik )
· Harga diri yang membubung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi
waham kebesaran ( delusion of grandeur ), iritabilitas, dan kecurigaan menjadi
waham kejar ( delusion of persecution ). Waham dan halusinasi “sesuai” dengan
keadaan afek tersebut(mood congruent).
a. Skizofrenia (F20.-)
Skizofrenia dapat diawali dengan gangguan emosi dan afek sehingga memberikan
gambaran yang hamper mirip dengan episode mania. Kepribadian seorang dengan
gangguan mania hangat dan mudah bersahabat, sedangkan pada seorang dengan
skizofrenia biasanya pendiam, jauh dari pergaulan, dan menutup diri.7
Pada skizofrenia tipe mania terjadi ketidaksesuaian gejala afek dengan waham dan
halusinasi (mood incongruent) sangat menonjol.
VII. PENATALAKSANAAN
1. Secara umum
Penderita perlu dirawat di rumah sakit karena biasanya tidak mempunyai pandangan
dan kesadaran terhadap dirinya, sehingga dapat membahayakan kesehatan fisiknya
seperti kurang memperhatikan kebersihan diri, tidak mau makan, tidak tidur berhari-
hari,membuang banyak uang atau menghabiskan miliknya yang sudah secara rutin
secara tidak bertanggungjawab.7
2. Terapi kimiawi
a. Obat yang dapat diberikan ada beberapa senyawa :
- Senyawa phenothiazine
- Senyawa butyrophenone
3. Terapi elektrolit
Lithium Carbonat dapat diberikan dalam jumlah 1 gr/hari, umumnya dalam bentuk
tablet.7
4. Psikososial
o terapi keluarga
o terapi interpersonal
o therapeutic community
VIII. PROGNOSIS
Rata-rata durasi episode mania adalah sekitar 2 bulan. Dengan 95% sembuh
sempurna. Dhingra & Rabins (1991) mengamati pasien usia lanjur dengan mania
selama 5 – 7 tahun dan menemukan 34% pasien meninggal. Selama pengamatan,
32% pasien mengalami penurunan fungsi kognitif yang diukur dengan Mini Mental
State Examination dengan skor kurang dari 24. 72% pasien mengalami bebas dari
gejala dan 80% dapat hidup independent. 8
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan,Harold I., Benjamin J.Sadock. alih bahasa Wicaksana M Roan. 2000. Ilmu
Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta :
2. Anonim. Mania. Available on http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?
id=&iddtl=263&idktg=5&idobat=&UID=20080207100615125.162.244.122.
Diakses tanggal 6 Februari 2008.
3. Shulman,Ken. Mania. Available on
http://www.rcpsych.ac.uk/pdf/semOAP_ch8.pdf. Diakses tanggal 6 Februari 2008.
4. Widya, Surya. Simposium Sehari Kesehatan Jiwa Dalam Rangka Menyambut Hari
Kesehatan Jiwa Sedunia : Gangguan Afektif. 27 Oktober 2007. Diakses 6 Februari
2008
5. Sadock, Benjamin James, Virgina Alcott Sadock. 2007. Kaplan & Sadock's
Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New
York : Lippincott Williams & Wilkins
6. Maslim,Rusdi. 2001.Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III.
Jakarta : PT Nuh Jaya. p61
7. Roan,Wicaksana Martin.1979.Ilmu Kedokteran Jiwa Psychiatry. Jakarta
8. Gelder,Michael, Dennis Gath, Richard Mayou. Oxford Textbook of Psychiatry
2nd edition. Oxford : Oxford University Press
9. Kumar & Clark. Clinical Medicine 5th ed. New York. Elsevier Press
10. Ingram,I.M.,G.C. Timbury, R.M. Mowbray. Editor Peter Anugrah.2002. Catatan
Kuliah Psikiatri edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
I. PENDAHULUAN
II. EPIDEMIOLOGI
Serangan pertama bisa muncul pada usia 15 dan 30 tahun, tetapi bisa
muncul pada berbagai usia dari masa kanak-kanak hingga dekade 7 atau 8.
Prevalensi terjadinya mania 0,1% terjadi di atas usia 65 tahun, 1,4% dapat
terjadi dalam kelompok usia 18-44 tahun. Mania dapat terjadi pada usia tua
(rata-rata 55 tahun) dengan perbadingan antara perempuan dan laki-laki
2:1.(2)
III. ETIOLOGI
Dasar umum untuk gangguan ini tidak ketahui. Penyebabnya merupakan
interaksi antara faktor biologis, faktor genetik dan faktor psikososial. Bukan
hanya tidak mungkin untuk menyingkirkan faktor psikososial, namun faktor
nongenetik mungkin memainkan peranan kausatif dalam perkembangan
gangguan ini pada sekurangnya beberapa pasien.(4)
Genetika. Pola penurunan genetika terjadi melalui mekanisme yang
kompleks. Penelitian kembar menunjukkan angka kesamaan sebesar 70%
untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot. Insiden dalam
masyarakat umum sebesar 1% dan dalam keluarga tingkat pertama 10-15%.
Jenis transmisinya kemungkinan poligenik, mengarah ke berbagai tingkat
predisposisi. Penyakit bipolar dan unipolar bersifat menurun.(4,5)
Biokimia. Biokimia dari kelainan afektif tetap tidak diketahui, walaupun
dua hipotesis tentang senyawa amina menghasilkan banyak penyelidikan
selama bertahun-tahun. Hipotesis katekolamin menyatakan bahwa
setidaknya beberapa penyakit mania mungkin berhubungan dengan
kelebihan katekolamin di dalam otak. Hipotesis indolamina juga membuat
pernyataan serupa untuk 5 hydroxytriptamin (5HT). Metabolit utamanya
asam 5-hydroxyindoleacetic acid (5 HIAA). Kelainan metabolit amin
biogenik seperti 5-hydroxyindoleacetic acid (5 HIAA), homovanillic acid
(HVA), 3-metoksi-4-hidroksifenilglikol (MHPG) dalam darah, urin, dan cairan
cerebrospinal dilaporkan ditemukan pada pasien.(4,5)
Terjadinya mania secara biologi sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti. Terdapat hipotesis yang menjelaskan bahwa jumlah neurotransmitter
serotonin di lobus temporal mungkin sangat tinggi sehingga terjadi mania.
Dopamin, norepinephrine, glutamate dan GABA juga mengambil peranan
yang penting. Lobus temporal berperan dalam berbicara, belajar,
membaca, asosiasi huruf berisi amygdala, yang merupakan pusat emosional
di otak. Bagian kiri amygdala lebih aktif pada wanita yang mania dan
korteks orbitofrontal merupakan bagian yang kurang aktif (2005).(3)
Psikososial. Hal ini berhubungan dengan psikis (kejiwaan) dan keadaan
lingkungan sosial seorang penderita mania. Kepribadian premorbid biasanya
menunjukkan adanya gangguan afek yang ringan selama hidupnya. Keadaan
ini tidak berhubungan dengan penyebab eksterna. Kepribadian atau
personalitas penderita mania biasanya berperilaku lebih riang, energitik,
dan lebih ramah dari rata-rata. Penelitian terbaru menemukan bahwa
penderita gangguan bipolar afektif yang menggunakan obat-obatan maupun
alkohol, memiliki onset yang lebih awal dan penyakit yang lebih parah
daripada yang tidak menggunakannya. Para pengguna obat-obatan dan
alkohol tersebut lebih bersifat iritabel dengan mood/perasaan yang mudah
berubah serta lebih resisten terhadap pengobatan dan lebih cenderung
untuk dirawat inap di rumah sakit. Meskipun terdapat perdebatan dalam
perbandingan penggunaan obat-obatan dan alkohol dan terjadinya
gangguan afektif, tetapi secara umum insidens terjadinya gangguan ini
pada pengguna alkohol beberapa kali lebih banyak daripada populasi lain
yang tidak menggunakannya (sekitar 6%-9%).(5,13)
V. DIAGNOSIS
Berdasarkan pedoman diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III), mania tanpa
gejala psikotik:
• Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup berat
sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas
sosial yang biasa dilakukan.
• Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga
terjadi aktivitas yang berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara,
kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal kebesaran/ ”grandiose
ideas” dan terlalu optimistik.
• Ditambah dengan paling sedikit 4 gejala berikut ini :
¬ peningkatan aktivitas (ditempat kerja, dalam hubungan sosial atau
seksual), atau ketidak-tenangan fisik
¬ lebih banyak berbicara dari lazimnya atau adanya dorongan untuk
berbicara terus menerus
¬ lompat gagasan (flight of ideas) atau penghayatan subjektif bahwa
pikirannya sedang berlomba (mania dengan gejala psikotik)
¬ rasa harga diri yang melambung tinggi (grandiositas, yang dapat bertaraf
sampai waham/delusi)
¬ berkurangnya kebutuhan tidur
¬ mudah teralih perhatian, yaitu perhatiannya terlalu cepat tertarik
kepada stimulus luar yang tidak penting atau yang tak berarti
¬ keterlibatan berlebih dalam aktivitas-aktivitas yang mengandung
kemungkinan resiko tinggi dengan akibat yang merugikan apabila tidak
diperhitungkan secara bijaksana, misalnya berbelanja berlebihan, tingkah
laku seksual secara terbuka, penanaman modal secara bodoh, mengemudi
kendaraan (mengebut) secara tidak bertangguang jawab dan tanpa
perhitungan.(1,9,10,11)
Kriteria ICD–10 untuk episode mania
(World Health Organization, 1992)
Tanpa gejala psikotik:
1. Elevasi mood atau perasaan dan iritabilitas
2. Peningkatan energi dan overaktivitas
3. Berbicara terus menerus
4. Jangka waktu tidur menjadi pendek
5. Disinhibisi sosial
6. Perhatiannya mudah teralih
7. Grandiositas
8. Gemar menghambur-hamburkan uang atau hidup foya-foya
9. Agresif.(2)
VII. PENATALAKSAAN
1. Secara umum
Penderita perlu dirawat di dalam rumah sakit karena biasanya tidak
mempunyai pandangan dan kesadaran terhadap dirinya, sehingga dapat
membahayakan kesehatan fisiknya seperti kurang memperhatikan
kebersihan diri, tidak mau makan, tidak tidur berhari-hari, membuang
banyak uang atau menghabiskan miliknya yang memang sudah rutin
dilakukan, sehingga perlu diawasi.
2. Terapi kimiawi
Obat Antimania
Obat antimania mempunyai beberapa sinonim, antara lain mood
modulators, mood stabilizer, dan antimanik. Obat acuan untuk antimania
adalah Lithium Carbonate. Penggolongan:
a. Mania Akut : Haloperidol. Carbamazepine, Valproic Acid, Divalproex Na
b. Profilaksis Mania: Lithium Carbonate
3. Terapi elektrolit
Senyawa litium karbonat: Litium karbonat (400-1200mg/hari), dapat
digunakan sebagai profilaksis mania dengan beberapa serangan dalam
interval 2 tahun atau kurang. Litium juga efektif untuk mania akut, tetapi
hanya setelah diberi terapi lain selama seminggu. Menggabungkan obat ini
dengan haloperidol nampaknya agak berbahaya. Jika terapi litium gagal
setelah dicoba selama paling kurang setahun, maka dapat diberikan
suntikan depot flupentiksol dekanoat untuk pofilaksis.(5,12)
4. Terapi Psikososial
• terapi keluarga
• terapi interpersonal
• terapi tingkah laku
• therapeutic community
• kurangi jumlah dan berat stressor.(3)
VII. PROGNOSIS
4% mania dapat berulang, intervalnya tidak teratur dan tidak dapat
diramalkan, tetapi dengan peningkatan jumlah serangan, maka waktu
interval cenderung berkurang. Prognosis diperkirakan baik bila episodenya
ringan, tidak ada gejala psikotik, dan tinggal di RS dalam waktu yang
singkat. Gambaran prognostik yang memuaskan dan indikator respon yang
baik terhadap terapi fisik mencakup gejala endogen yang khas, misalnya
mulainya mendadak, kepribadian premorbidnya stabil tanpa sifat neurotik
dan sebaliknya gambaran prognostik menjadi buruk jika ada
depersonalisasi, sifat bawaan histeri dan gejala atipik lainnya. Gangguan ini
cenderung memiliki perjalanan penyakit yang panjang dan mengalami
kekambuhan 90% berulang dalam 10 tahun. (4,5,10)
VIII. KESIMPULAN
Episode mania merupakan bagian dari gangguan suasana perasaan atau
gangguan afektif/ “Mood” dimana kelainan fundamental dari kelompok
gangguan afektif ini berupa perubahan suasana perasaan (mood) atau afek,
biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas yang menyertainya),
atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat). Serangan pertama
bisa muncul pada usia 15 dan 30 tahun, tetapi bisa muncul pada berbagai
usia dari masa kanak-kanak hingga dekade 7 atau 8.
Dasar umum untuk gangguan ini tidak ketahui. Penyebabnya merupakan
interaksi antara faktor biologis, faktor genetik dan faktor psikososial. Bukan
hanya tidak mungkin untuk menyingkirkan faktor psikososial, namun faktor
nongenetik mungkin memainkan peranan kausatif dalam perkembangan
gangguan ini pada sekurangnya beberapa pasien
Biasanya paling sedikit berlangsung selama satu minggu hampir setiap hari,
afeknya meningkat, lebih gembira, mudah tersinggung (iritabel) atau
membumbung tinggi (ekspresif) dan terdapat hendaya dalam fungsi
kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala: penurunan kemampuan
bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin
Mania tanpa gejala psikotik harus berlangsung sekurang-kurangnya 1
minggu, dan cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh
pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan dan terdapat perubahan
afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi aktivitas
yang berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang
berkurang, ide-ide perihal kebesaran/ ”grandiose ideas” dan terlalu
optimistik.
ETIOLOGI
2.4.1. FAKTOR BIOLOGIS
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memiliki peranan yang penting dalam
mengendalikan emosi kita. Dalam otak terdapat substansi biokimiawi yaitu neurotransmitter yang
berfungsi sebagai pembawa pesan komunikasi antar neuron di otak. Jika neurotransmiter ini
berada pada tingkat yang normal, otak akan bekerja secara harmonis. Berdasarkan riset,
satu sisi, jika neurotransmiter ini berlebih dapat menjadi penyebab gangguan manik. Selain itu
depresi. Penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi. Pada beberapa pasien yang bunuh diri
penggunaan antidepresan jangka panjang terjadi penurunan jumlah tempat ambilan kembali
serotonin.2
Dopamin juga diperkirakan memiliki peranan dalam menyebabkan depresi. Data
menunjukkan aktivitas dopamin yang menurun pada depresi dan meningkat pada mania. Obat
memperparah mania. Agen lain yang dapat memperburuk mania termasuk L-dopa, yang
serotonin. Calsium channel blocker yang digunakan untuk mengobati mania dapat mengganggu
regulasi kalsium di neuron. Gangguan regulasi kalsium ini dapat menyebabkan transmisi
Neurotransmiter lain seperti GABA dan peptida neuroaktif seperti vasopresin dan opiat
endogen juga berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Beberapa penelitian menyatakan
l dan regulasi kalsium mungkin memiliki relevansi dengan penyebab gangguan mood.2
neuron yang mengandungam ine biogenik. Secara teoritis, disregulasi pada sumbu neuroendokrin
seperti sumbu tiroid dan adrenal terlibat dalam gangguan mood. Pasien dengan gangguan mood
mengambarkan adanya regulasi tiroid yang abnormal pada pasien dengan gangguan mood.
Sepertiga dari pasien dengan gangguan depresif berat memiliki pelepasan tirotropin yang tumpul.
Penelitian terakhir melaporkan kira-kira 10% pasien dengan gangguan mood khususnya
pertumbuhan antara pasien depresi dengan orang normal. Penelitian juga telah menemukan
Gangguan tidur adalah gejala yang sering ditemukan pada pasien depresi. Menurunnya
kebutuhan tidur adalah gejala klasik dari mania. Penelitian telah mengungkapkan bahwa
elektroensefalogram (EEG) saat tidur pada orang yang menderita depresi menunjukkan kelainan.
Kelainan tersebut antara lain perlambatan onset tidur, pemendekan latensi rapid eye
movement (REM), peningkatan panjang periode REM pertama dan tidur
delta yang abnormal. Pada depresi terjadi regulasi abnormal dari irama sirkadian. Beberapa
penelitian pada binatang menyatakan bahwa terapi antidepresan efektif untuk mengubah jam
biologis.2
Penelitian melaporkan adanya kelainan imunologis pada pasien depresi dan pada orang
yang berdukacita karena kehilangan sanak saudara, pasangan atau teman dekat. Kemungkinan
proses patofisiologi yang melibatkan sistem imun menyebabkan gejala psikiatrik dan gangguan
Pada pencitraan otak pasien dengan gangguan mood terdapat sekumpulan pasien
dengan gangguan bipolar I terutama pasien laki-laki memiliki ventrikel serebral yang membesar.
Pembesaran ventrikel lebih jarang pada pasien dengan gangguan depresif berat. Pencitraan
dengan MRI juga menyatakan bahwa pasien dengan gangguan depresif berat memiliki nukleus
kaudatus yang lebih kecil dan lobus frontalis yang lebih kecil. Banyak literatur menjelaskan
penurunan aliran darah pada korteks serebral dan area korteks frontalis pada pasien depresi
berat.2
Hipotesis menyatakan gangguan mood melibatkan patologis pada sistem limbik, ganglia
basalis dan hipotalamus. Gangguan pada ganglia basalis dan sistem limbik terutama pada
hemisfer yang dominan dapat ditemukan bersamaan dengan gejala depresif. Disfungsi pada
hipotalamus dihubungkan dengan perubahan pola tidur, nafsu makan dan perilaku seksual pada
pasien dengan depresi. Postur yang membungkuk, terbatasnya aktivitas motorik dan gangguan
kognitif minor adalah beberapa gejala depresi yang juga ditemukan pada penderita dengan9
gangguan ganglia basalis seperti penyakit Parkinson dan demensia
subkortikal lainnya.2
2.4.2. FAKTOR GENETIK
Seseorang yang memiliki keluarga dengan gangguan mood memiliki resiko lebih besar
menderita gangguan mood daripada masyarakat pada umumnya. Tidak semua orang yang dalam
keluarganya terdapat anggota keluarga yang menderita depresi secara otomatis akan terkena
depresi, namun diperlukan suatu kejadian atau peristiwa yang dapat memicu terjadinya depresi.
Pengaruh gen lebih besar pada depresi berat dibandingkan depresi ringan dan lebih berpengaruh
pada individu muda dibanding individu yang lebih tua. Penelitian oleh Kendler (1992) dari
sebesar 70% karena faktor genetik, 20% karena faktor lingkungan dan 10% karena akibat
Pada penelitian keluarga ditemukan bahwa keluarga derajat pertama dari penderita
gangguan bipolar I kemungkinan 8 sampai 18 kali lebih besar untuk menderita gangguan bipolar
I dan 2 sampai 10 kali lebih besar untuk menderita gangguan depresi berat dibanding kelompok
kontrol. Keluarga derajat pertama pasien dengan gangguan depresif berat kemungkinan 1,5
sampai 2,5 kali lebih besar untuk menderita gangguan bipolar I dan 2 sampai 3 kali lebih besar
keluarga melebar. Contohnya, keluarga derajat kedua seperti sepupu lebih kecil kemungkinannya
daripada keluarga derajat pertama seperti kakak misalnya untuk menderita gangguan mood.
Sekitar 50% pasien dengan gangguan bipolar I memiliki orang tua dengan gangguan mood
terutama depresi. Jika orang tua menderita gangguan bipolar I maka kemungkinan anaknya
Pada penelitian adopsi, anak biologis dari orang tua dengan gangguan mood tetap
beresiko terkena gangguan mood walaupun mereka telah dibesarkan oleh keluarga angkat yang
tidak menderita gangguan mood. Orang tua biologis dari anak adopsi dengan gangguan mood
mempunyai prevalensi gangguan mood yang sama dengan orang tua dari anak dengan gangguan
mood yang tidak diadopsi. Prevalensi gangguan mood pada orang tua angkat sama dengan
Pada penelitian saudara kembar, angka kejadian gangguan bipolar I pada kedua saudara
kembar monozigot adalah 33-90% dan untuk gangguan depresif berat, angka kejadian pada
kedua saudara kembar monozigot adalah 50%. Pada kembar dizigot angkanya berkisar 5-25%
untuk menderita gangguan bipolar I dan 10-25% untuk menderita gangguan depresif berat.2
genetik telah dilaporkan pada kromosom 5, 11 dan X. Gen reseptor D1 terletak pada kromosom 5
dan gen untuk tiroksin hidroksilase yaitu enzim yang membatasi kecepatan sintesis katekolamin
Sekitar 25% dari kasus penyakit bipolar dalam keluarga terkait lokus dekat sentromer
pada kromosom 18 dan sekitar 20% terkait lokus pada kromosom 21q22.3. Tidak ada penyebab
tunggal untuk gangguan bipolar namun gangguan ini biasanya merupakan hasil dari kombinasi
Telah lama diamati bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress sering
mendahului episode pertama pada gangguan mood. Beberapa klinisi mempercayai bahwa
Beberapa artikel menjelaskan hubungan antara fungsi keluarga dengan onset serta
perjalanan gangguan mood khususnya gangguan depresif berat. Ada bukti bahwa individu yang
kehilangan ibu saat masih muda memiliki resiko lebih besar terkena depresi. Pada pola
pengasuhan, orang tua yang menuntut dan kritis, menghargai kesuksesan dan menolak semua
kegagalan membuat anak mudah terserang depresi di masa depan. Anak yang menderita
penyiksaan fisik atau seksual membuat seseorang mudah terkena depresi sewaktu dewasa.4
rendahnya depresi yang dialami seseorang. Tipe kepribadian tertentu seperti dependen, obsesif
kompulsif, histerikal, antisosial dan paranoid beresiko mengalami depresi.2 Menurut Gordon
Parker, seseorang yang mengalami kecemasan tingkat tinggi, mudah terpengaruh, pemalu, suka
mengkritik diri sendiri, memiliki harga diri yang rendah, hipersensitif, perfeksionis dan
memusatkan perhatian pada diri sendiri (self focused) memiliki resiko terkena depresi.4
melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi diarahkan secara
internal karena identifikasi terhadap objek yang hilang. Menurut Melanie Klein, siklus manik
depresif merupakan pencerminan kegagalan pada masa kanak-kanak untuk mendapat introjeksi
mencintai. Pasien depresi menderita karena mereka memiliki objek cinta yang dihancurkan oleh
mereka sendiri. Klein memandang mania sebagai tindakan defensif yang disusun untuk
mengidealisasi orang lain, menyangkal adanya agresi atau destruktivitas terhadap orang lain dan
E Bibring memandang depresi sebagai suatu afek yang berasal dari ketegangan dalam
ego antara aspirasi seseorang dengan kenyataan yang ada. Pasien yang terdepresi menyadari
bahwa mereka tidak hidup dengan ideal sehingga mereka merasa putus asa dan tidak berdaya.
Menurut Heinz Kohut, orang yang terdepresi merasakan suatu ketidaklengkapan dan putus asa
Menurut teori kognitif, interpretasi yang keliru dalam menilai pengalaman hidup,
penilaian diri yang negatif, pesimis dan keputusasaan yang terus-menerus berhubungan dengan
depresi. Pandangan negatif yang terus dipelajari selanjutnya akan menimbulkan perasaan
depresi.2
2.5.
MANIFESTASI KLINIK DAN DIAGNOSIS
Menurut PPDGJ III, gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) dibagi
menjadi:
F30
EPISODE MANIK
•
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan
kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk
satu episode maniktunggal (yang pertama), termasuk gangguan afektif bipolar, episode manik
tunggal. Jika ada episode afektif (depresi, manik atau hipomanik) sebelumnya atau sesudahnya,
Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1), afek yang meninggi atau berubah
disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut- turut,
pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia
Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai dengan
diagnosis hipomania, akan tetapi bila kakacauan itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis
mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
•
Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi aktivitas
berlabihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang- kurangnya dua episode) dimana afek
pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek
disertai penmbahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik
biasanya mulai dengan tiba-tiba dan beralngsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode
depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1
tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terajadi setelah
14
peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain
(adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis).
•
Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif.
Tidak termasuk: gangguan bipolar, episode manik tunggal
(F30).
F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik
•
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a)Episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania
(F30.0); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif
Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomani, dan depresif yang
tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/ hipomania dan depresi sama-sama
mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung
sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran dimasa lampau dan
ditambah sekurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran).
F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya
F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT
F32
EPISODE DEPRESIF
•
Gejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat ):
–
Afek depresif
–
Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
–
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-
kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat (F32.2) hanya
digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya
17
harus diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis gangguan
depresif berulang (F33.-)
F32.0 Episode Depresif Ringan
•
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
depresi seperti tersebut diatas;
•
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya: (a)
sampai dengan (g).
•
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
•
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya
sekitar 2 minggu.
•
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan
sosial yang biasa dilakukannya.
Karakter kelima:
F32.00 = Tanpa gejala somatik
F32.01 = Dengan gejala somatik
F32.1 Episode Depresif Sedang
•
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
depresi seperti pada episode depresi ringan (F30.0);
•
Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari
gejala lainnya;
•
Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2
minggu.
•
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan
sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.
Karakter kelima:
F32.10 = Tanpa gejala somatik
F32.11 = Dengan gejala somatik
F32.2 Episode Depresif Berat Tanpa gejala Psikotik
•
Semua 3 gejala utama dari depresi harus ada.
•
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan
diantaranya harus berintensitas berat.
•
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi
psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau
18
atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara
rinci.
Dalam hal demikian penilaian secara menyeluruh terhadap
episode depresif berat masih dapat dibenarkan.
•
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala
sangat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis
Sangat tidak mungkin bagi pasien meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang
dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab akan
hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh,
Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi frekuensinya lebih jarang
Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas yang
Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat dari peninggian afek
dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania (F30.0) segera sesudah suatu
Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode namun sebagian kecil pasien
mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada usia lanjut (untuk keadaan ini,
peristiwa kehidupan yang penuh stress dan trauma mental lain (adanya stress tidak esensial untuk
penegakan diagnosis).
F33.0 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan
•
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a)
Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode sekarang
minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
Karakter kelima:
F33.00 = Tanpa gejala somatik
F33.01 = Dengan gejala somatik
20
F33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang
•
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a)
Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode sekarang
minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
Karakter kelima:
F33.10 = Tanpa gejala somatik
F33.11 = Dengan gejala somatik
F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Tanpa
Gejala Psikotik
•
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a)
Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode sekarang
harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
(b)
minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Dengan
Gejala Psikotik
•
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a)
Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode sekarang
harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3); dan
(b)
Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung
masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela
21
waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.
F33.4 Gangguan Depresif Berulang, Kini Dalam Remisi
•
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a)
Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus pernah dipenuhi masa lampau,
tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk episode depresif dengan
derajat keparahan apa pun atau gangguan lain apa pun dalam F30-F39; dan
(b)
minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
F33.8 Gangguan Depresif Berulang Lainnya
F33.9 Gangguan Depresif Berulang YTT
F34
GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD[AFEKTIF])
MENETAP
F34.0 Siklotimia
•
Ciri esensial adalah ketidak-stabilan menetap dari afek (suasana perasaan), meliputi banyak
periode depresi ringan dan hipomania ringan, diantaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup
lama untuk memenuhi kriteria gangguan afektif bipolar (F31.-) atau gangguan depresif berulang
(F33.-).
•
Setiap episode alunan afektif (mood swings) tidak memenuhi kriteria untuk mana pun yang
Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-kurangnya
Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini seringkali merupakan kelanjutan suatu
episode depresif tersendiri (F32) dan berhubungan dengan masa berkabung atau stres lain yang
tampak jelas.
F34.8 Gangguan Afektif Menetap Lainnya
•
Kategori sisa untuk gangguan afektif menetap yang tidak cukup parah atau tidak
berlangsung cukup lama untuk memenuhi kriteria siklotimia (F34.0) atau distimia (F34.1),
Episode afektif yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu yang bersifat campuran
atau pergantian cepat (biasanya dalam beberapa jam) antara gejala hipomanik, manik dan
depresif.
F38.1 Gangguan Afektif Berulang Lainnya
•
F38.10
=
Semua episode depresif masing-masing berlangsung kurang dari 2 minggu (yang khas ialah 2-3
hari, dengan pemulihan sempurna) tetapi memenuhi kriteria simtomatik untuk episode depresif
Merupakan kategori sisa untuk gangguan afektif yang tidak memenuhi kriteria untuk
walaupun agitasi psikomotor juga sering ditemukan khususnya pada pasien lansia. Secara klasik,
seorang pasien depresi memiliki postur yang membungkuk, tidak terdapat pergerakan spontan,
Mood, afek dan perasaan: Pasien tersebut sering kali dibawa oleh anggota keluarganya atau
teman kerjanya karena penarikan sosial dan penurunan aktifitas secara menyeluruh.
•
Bicara: Banyak pasien terdepresi menunjukkan kecepatan dan volume bicara yang menurun,
berespon terhadap pertanyaan dengan kata-kata tunggal dan menunjukkan respon yang lambat
Gangguan persepsi: Pasien terdepresi dengan waham atau halusinasi dikatakan menderita
episode depresi berat dengan ciri psikotik. Waham sesuai mood pada pasien terdepresi adalah
waham bersalah, memalukan, tidak berguna, kemiskinan, kegagalan, kejar dan penyakit somatik.
•
Pikiran: Pasien terdepresi biasanya memiliki pandangan negatif tentang dunia dan dirinya
sendiri. Isi pikiran mereka sering kali melibatkan perenungan tentang kehilangan, bersalah,
Sensorium dan kognisi: Kira-kira 50-70% dari semua pasien terdepresi memiliki suatu
gangguan kognitif yang sering kali dinamakan pseudodemensia depresif, dengan keluhan
Pengendalian impuls: Kira-kira 10-15% pasien terdepresi melakukan bunuh diri dan kira-
kira dua pertiga memiliki gagasan bunuh diri. Resiko untuk melakukan bunuh diri meningkat saat
mereka mulai membaik dan mendapatkan kembali energi yang diperlukan untuk merencanakan
dan melakukan suatu bunuh diri (bunuh diri paradoksikal /paradoxical suicide).
•
Mood, afek dan perasaan: Pasien manik biasanya euforik dan lekas marah. Mereka memiliki
toleransi yang rendah dan mudah frustasi yang dapat menyebabkan perasaan marah dan
permusuhan. Secara emosional mereka sangat labil, mudah beralih dari tertawa menjadi marah
Bicara: Pasien manik tidak dapat disela saat mereka bicara dan sering kali rewel dan menjadi
pengganggu bagi orang-orang disekitarnya. Saat keadaan teraktifitas, pembicaraan penuh dengan
gurauan, kelucuan, sajak, permainan kata-kata dan hal-hal yang tidak relevan. Saat tingkat
menyebabkan gagasan yang meloncat-loncat (flight of idea), gado-gado kata dan neologisme.
Pada keadaan manik akut, pembicaraan mungkin sama sekali inkoheren dan tidak dapat
Gangguan persepsi : Waham ditemukan pada 75% pasien manik. Waham sesuai mood
seringkali melibatkan kesehatan, kemampuan atau kekuatan yang luar biasa. Dapat juga
Pikiran: Isi pikirannya termasuk tema kepercayaan dan kebesaran diri, sering kali
perhatiannya mudah dialihkan. Fungsi kognitif ditandai oleh aliran gagasan yang tidak terkendali.
•
Sensorium dan kognisi: Secara umum, orientasi dan daya ingat masih intak walaupun
beberapa pasien manik mungkin sangat euforik sehingga mereka menjawab secara tidak tepat.
Gejala tersebut disebut “mania delirium” (delirious mania) oleh Emil Kraepelin.
•
adalah terapi yang paling efektif untuk gangguan depresi berat. Tiga jenis psikoterapi jangka
pendek seperti terapi kognitif, terapi interpersonal dan terapi perilaku telah diteliti manfaatnya
Terapi kognitif awalnya dikembangkan oleh Aaron Back. Tujuan terapi ini adalah
mengidentifikasi uji kognitif negatif, mengembangkan cara berfikir alternatif, fleksibel dan
farmakoterapi, baik sendiri maupun dengan psikoterapi merupakan terapi terpilih untuk pasien
Terapi interpersonal dikembangkan oleh Gerald Klerman. Terapi ini memusatkan pada
satu atau dua masalah interpersonal yang sekarang dialami oleh pasien dengan anggapan bahwa
masalah interpersonal sekarang ini memiliki hubungan dengan awal yang disfungsional dan
masalah interpersonal sekarang mungkin terlibat dalam mencetuskan atau memperberat gejala
depresi sekarang. Beberapa percobaan menyatakan bahwa terapi interpersonal efektif dalam
pengobatan gangguan depresi berat. Program terapi interpersonal biasanya terdiri dari 12 sampai
maladaptif menyebabkan seseorang mendapatkan sedikit umpan balik positif dari masyarakat dan
kemungkinan menerima penolakan. Dengan memusatkan terapi pada perilaku maladaptif ini,
pasien akan belajar untuk berfungsi dengan cara tertentu sehingga mereka akan mendapat
dorongan yang positif. Data saat ini menyatakan terapi perilaku adalah modalitas pengobatan
atau karakter kepribadian dan bukan semata-mata untuk menghilangkan gejala. Perbaikan dalam
kepercayaan diri, mekanisme mengatasi masalah, kapasitas untuk berdukacita, dan kemampuan
Terapi keluarga dapat membantu seorang pasien dengan gangguan mood untuk
Perawatan di rumah sakit diperlukan bila dibutuhkan prosedur diagnostik lebih lanjut,
resiko bunuh diri atau membunuh oaring lain dan penurunan kemampuan pasien untuk merawat
tempat berlindung dan hancurnya sistem pendukung. Pasien dengan depresi ringan atau
hipomanik mengkin dapat diobati secara aman di tempat praktek dokter. Pasien dengan gangguan
mood yang berat seringkali tidak mau dirawat dirumah sakit sehingga mereka perlu dibawa
secara involunter.2
2.7.2. FARMAKOTERAPI
ANTIDEPRESAN
Antidepresan merupakan obat yang paling sesuai untuk pasien depresi dengan gangguan
vegetatif yang jelas, retardasi psikomotor, gangguan tidur, nafsu makan menurun, penurunan
berat badan, dan penurunan libido. Mekanisme obat antidepresan adalah menghambat ambilan
(MAO) sehingga terjadi peningkatan jumlah neurotransmiteraminergic pada celah sinaps neuron
berikut: (1) efektif pada berbagai gangguan depresi, (2) efektif dalam perawatan jangka pendek
dan jangka panjang, (3) efektif pada berbagai kelompok umur, (4) memiliki onset cepat, (5) dosis
sekali sehari, (6) biaya yang terjangkau, (7) ditoleransi oleh tubuh dengan baik, (8) tidak
mempengaruhi perilaku, (9) toleransi terhadap berbagai penyakit fisik, (10) bebas dari interaksi
penilaian klinis selalu diperlukan pada saat membuat keputusan dalam menentukan pengobatan
pasien. Untuk menemukan obat yang sesuai bagi seseorang harus dilakukan secara empiris.
Riwayat pengobataan di masa lalu juga sangat penting sebagai pedoman penggunaaan obat
selanjutnya. Selain efek antidepresan, obat ini juga memiliki efek samping lainnya. Obat yang
berefek sedatif kuat lebih sesuai untuk keadaan gelisah dan agitasi sementara obat yang memiliki
efek sedasi yang rendah cocok untuk pasien yang mengalami penghentian atau penurunan
aktivitas psikomotor. Berikut adalah macam-macam antidepresan yang banyak digunakan untuk
kepentingan klinik.8
ANTIDEPRESAN TRISIKLIK (TRICYCLIC ANTIDEPRESSANT;
TCA)
TCA sudah digunakan hampir selama empat dekade. Antidepresan ini disebut trisiklik karena
memiliki nukleus dengan tiga cincin. Obat yang termasuk golongan ini
adalahimipramine,desipramine,clomipramine,
trimipramine, amitriptyline, nortriptyline, doxepine, protriptyline. Semua
TCA memiliki efek terapi yang sama, pilihannya tergantung dari toleransi
terhadap efek sampingnya serta lama kerjanya.8
Farmakokinetik
TCA mudah diabsorbsi peroral dan bersifat lipofilik sehingga mudah
masuk SSP.9
memperpanjang waktu pengosongan lambung sehingga penyerapan obat menjadi lebih lama.
Konsentrasi
29
Obat ini
dimetabolisme di hati dan dikeluarkan sebagai metabolit non aktif melalui ginjal.9
Farmakodinamik
Mekanisme kerja dari TCA adalah sebagai berikut.
•
Menghambat ambilan neurotransmiter
pasien. Perbaikan alam pikiran memerlukan waktu dua minggu atau lebih.9 TCA banyak
digunakan untuk depresi sedang hingga berat terutama dengan gangguan psikomotorik, insomnia
atau nafsu makan yang buruk. Hal yang perlu diperhatikan adalah efek terapi yang lambat
sehingga pengobatan setidaknya dilakukan 4-6 minggu sebelum menyimpulkan bahwa obat
tersebut tidak efektif. Jika muncul respon parsial, pengobatan harus dilanjutkan selama beberapa
konduksi
(pamoat)
Antidepresan heterosiklik merupakan antidepresan turunan kedua dan ketiga. Potensi obat
heterosiklik tidak berbeda secara khusus dari agen- agen sebelumnya. Yang termasuk
Farmakokinetik, farmakodinamik dan efek samping obat ini hampir sama dengan
TCA.Trazodone danvenlafaxine memiliki waktu paruh yang pendek sehingga perlu mengatur
SSRI merupakan antidepresan baru yang khas, menghambat ambilan serotonin secara spesifik.
Dibanding TCA, SSRI memiliki efek antikolinergik dan kardiotoksisitas lebih rendah. Saat ini
yang berfungsi untuk eliminasi obat TCA, obat neuroleptik, antiaritmia dan antagonis β-
adrenergik.9
33
Farmakodinamik
SSRI merupakan golomgan obat yang secara spesifik meghambat ambilan serotonin. Golongan
histaminergik.8
Farmakologi Klinik
Fluoxetine sama manfaatnya dengan TCA dalam pengobataan depresi
mayor namun obat ini bebas dari efek samping yang sering ditimbulkan TCA seperti efek
antikolinergik, hipotensi ortostatik dan peningkatan berat badan. Dokter lebih sering
paling banyak diresepkan.Fluoxetine juga digunakan untuk mengobati bulimia nervosa dan
MAO adalah enzim yang menonaktifkan neurotransmiter yang berlebihan di celah sinaptik saat
neuron istirahat. MAOI dapat menonaktifkan enzim MAO secara reversible atau irreversibel.
Neurotransmiter tidak akan mengalami degradasi sehingga menumpuk dalam neuron presinaptik
Obat ini mudah diabsorbsi dalam bentuk oral. Efek anti depresan memerlukan waktu 2-4 minggu.
Regenerasi enzim yang dinonaktifkan secara irreversibel biasanya terjadi beberapa minggu
setelah penghentian pengobatan. Obat ini dimetabolisme dan diekskresi dengan cepat melalui
ginjal.9
Farmakodinamik
MAOI membentuk senyawa kompleks yang stabil dengan enzim dan menyebabkan inaktivasi
yang irreversibel. Hal ini meningkatkan depot norepinefrin, serotonin dan dopamin dalam neuron
beberapa minggu. MAOI digunakan untuk pasien depresi yang tidak responsif dan alergi
Tiramin dalam makanan seperti keju, kerang, bir, hati ayam dan anggur merah diinaktifkan oleh
MAO di dalam usus. Orang yang menggunakan MAOI tidak dapat menguraikan tiramin yang
menyebabkan lepasnya katekolamin dalam jumlah besar yang tersimpan pada ujung terminal
saraf sehingga terjadi sakit kepala, takikardi, mual, hipertensi, aritmia dan stroke. Oleh karena
itu, pasien disarankan untuk menghindari makanan yang mengandung tiramin. Efek samping
lainnya dari MAOI adalah mengantuk, hipotensi ortostatik, penglihatan kabur, mulut kering,
disuria
35
dan konstipasi. MAOI dan SSRI jangan diberikan bersamaan karena dapat terjadi bahaya
sindrom serotonin yang dapat mematikan. Diperlukan waktu enam minggu sebelum
Anti
muskarini
k
Hipotensi
Ortostati
k
Penyakat pompaami ne untuk
Serotonin Norepinefrin Dopamin
Amitriptyline
+++
+++
+++
+++
++
-
Amoxapine
++
++
++
+
++
+
Bupropion
-
-
-
+/-
+/-
?
Citalopram
-
-
+/-
+++
-
-
Clomipramin
e
+++
++
++
+++
+++
-
Desipramine
+
+
++
-
+++
-
Doxepine
+++
+++
++
++
+
-
Fluoxetine
+
+
+/-
+++
+/-
+/-
Fluvoxamine
-
-
+/-
+++
-
-
Imipramine
++
++
++
+++
++
-
Maprotiline
++
++
+
-
+++
-
Mirtazapine
+++
-
+
-
-
-
Mianserin
++
+
+
-
+++
-
Nortriptyline
++
++
++
+++
++
-
Paroxetine
+
-
+/-
+++
++
-
Protriptyline
-
++
++
?
+++
?
Setraline
+
-
+/-
+++
-
-
Trazodone
+++
-
+
++
-
-
Venlafaxine
-
-
-
+++
++
+/-
Keterangan:
+++
: Berat
++
: Sedang
+
: Ringan
36
+/-
: Tidak ada/ minimal sekali
?
: Tidak tentu
Sumber:B G Katzung, Basic Clinical Pharmacology 9th ed, 2009.
Pemilihan obat antidepresi tergantung pada toleransi pasien terhadap efek samping dan
penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien (usia, penyakit fisik lainnya, jenis depresi.8
ANTIMANIA
Antimania yang juga disebut sebagai mood modulator ataumood
stabilizer merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi gejala sindrom
mania dan mencegah berubah-ubahnya suasana hati pasien. Episode berubahnya mood pada
umumnya tidak berhubungan dengan peristiwa- peristiwa kehidupan. Gangguan biologis yang
katekolamin. Berdasarkan hipotesis, sindrom mania disebabkan oleh tingginya kadar serotonin
setelah 30 menit sampai 2 jam.12 Efek terapi terlihat setelah 10 hari penggunaan.13 Ekskresi
prekursor IP3 dan DAG. IP3 dan DAG merupakan pembawa pesan kedua yang penting dalam
Pengobatan jangka panjang menunjukkan penurunan resiko bunuh diri. Bila mania masih
tergolong ringan,lithium
38
sendiri merupakan obat yang efektif. pada kasus berat, hampir selalu perlu ditambahclonazepam
ataulorazepam dan kadang ditambah antipsikosis juga. Setelah mania dapat teratasi, antipsikosis
Efek pada fungsi tiroid: dapat menurunkan fungsi kelenjar tiroid tapi efeknya reversibel dan
hipotiroidisme. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengukuran kadar TSH serum setiap 6-12 bulan.
•
Efek pada ginjal: polidipsi dan poliuri sering ditemukan namun bersifat reversibel. Beberapa
literatur menerangkan bahwa terapi lithium jangka panjang dapat menyebabkan disfungsi ginjal
termasuk nefritis interstitial kronis dan glomerulopati perubahan minimal dengan sindrom
nefrotik. Penurunan laju filtrasi glomerulus telah ditemukan tapi tidak ada contoh mengenai
azotemia maupun gagal ginjal. Tes fungsi ginjal harus dilakukan secara periodik untuk
Edema: Hal ini mungkin terkait dengan efeklithium pada retensi natrium. Peningkatan berat
badan pada pasien diduga karena edema namun pada 30% pasien tidak mengalami peningkatan
berat badan.
•
Efek pada jantung: Ionlithium dapat menekan pada nodus sinus sehingga sindrom bradikardi
kelainan jantung pada bayi dengan ibu yang mengkonsumsilithium terutama anomali Ebstein.
setengah dari kadar serum. Toksisitas pada bayi dimanifestasikan dengan letargi, sianosis, reflek
Oral: 150; 300; 600 mg kapsul, 300 mg tablet, 8 meq/5 mL sirup, 300; 450
Obat ini merupakan suatu agen untuk epilepsi dan telah terbukti memiliki efek
digunakan dalam pengelolaan fase kedua pada penyakit bipolar yang umumnya dapat ditoleransi
dengan baik.
Valproatetelah diakui sebagai pengobatan lini pertama untuk mania.
Banyak dokter tidak setuju untuk menggabungkanvalproate dengan
lithium pada pasien yang respon terhadap salah satu agen.8
Preparat yang Tersedia
Valproic acid (generik, Depakene)
Oral: 250 mg kapsul, 250 mg/5 mL sirup
Dosis: 3 x 250 mg/hari
CARBAMAZEPINE
40
Carbamazepine telah dianggap sebagai alternatif yang pantas untuk
lithiumjika lithium kurang optimal. Obat ini dapat digunakan untuk
mengobati mania akut dan juga untuk terapi profilaksis.
Efek sampingcarbamazepine pada umumnya tidak lebih besar dari
lithium dan kadang bahkan lebih rendah. Carbamazepine dapat digunakan
sendiri atau pada pasien yang refrakter dapat dikombinasi denganlithium. Cara
kerjacarbamazepine tidak jelas, tetapi dapat mengurangi sensitisasi otak terhadap perubahan
mood. Mekanisme tersebut mungkin serupa dengan efek antikonvulsinya. Meskipun efek
diskrasia darah menonjol pada penggunaannya sebagai antikonvulsi, namun tidak menjadi
perasaan (mood [afektif]) memberikan kesimpulan bahwa penyakit ini memiliki perjalanan yang
Gangguan depersif berat bukan merupakan gangguan yang ringan. Keadaan ini
cenderung merupakan gangguan kronis, dan pasien cenderung mengalami relaps. Pasien dengan
gangguan bipolar memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan
depresif berat. Sepertiga dari semua pasien gangguan bipolar memiliki gejala kronis dan bukti-
Gangguan depersif berat bukan merupakan gangguan yang ringan. Keadaan ini
cenderung merupakan gangguan kronis, dan pasien cenderung mengalami relaps. Pasien dengan
gangguan bipolar memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan
depresif berat. Sepertiga dari semua pasien gangguan bipolar memiliki gejala kronis dan bukti-
GANGGUAN KEPRIBADIAN
Etiologi Kelompok A
Faktor biologis
Etiologi Kelompok C
Object-Relations Psychoterapy
REFERENSI
Davidson, Gerald C., John M. Neale, & Ann M. Kring. (2004).
Abnormal Psychology (9th edition). US: John Wiley & Sons, Inc.
Gangguan Afektif tipe Depresif --- Gangguan ini terjadi relatif cepat
dalam beberapa bulan. Faktor penyebabnya dapat disebabkan oleh
kehilangan atau kematian pasangan hidup atau seseorang yang
sangat dekat atau oleh sebab penyakit fisik yang berat atau lama
mengalami penderitaan.Gangguan ini paling banyak dijumpai pada
usia pertengahan, pada umur 40 – 50 tahun dan kondisinya makin
buruk pada lanjut usia (lansia). Pada usia pertengahan tersebut
prosentase wanita lebih banyak dari laki-laki, akan tetapi diatas umur
60 tahun keadaan menjadi seimbang. Pada wanita mungkin ada
kaitannya dengan masa menopause, yang berarti fungsi seksual
mengalami penurunan karena sudah tidak produktif lagi, walaupun
sebenarnya tidak harus begitu, karena kebutuhan biologis sebenarnya
selama orang masih sehat dan masih memerlukan tidak ada salahnya
bila dijalankan terus secara wajar dan teratur tanpa menggangu
kesehatannya.
Gejala gangguan afektif tipe depresif adalah: sedih, sukar tidur,
sulit berkonsentrasi, merasa dirinya tak berharga, bosan hidup dan
kadang-kadang ingin bunuh diri. Beberapa pandangan menganggap
bahwa terdapat 2 jenis depresi yaitu Depresi tipe Neurotik dan
Psikotik. Pada tipe neurotik kesadaran pasien tetap baik, namun
memiliki dorongan yang kuat untuk sedih dan tersisih. Pada depresi
psikotik, kesadarannya terganggu sehingga kemampuan uji realitas
(reality testing ability) ikut terganggu dan berakibat bahwa kadang-
kadang pasien tidak dapat mengenali orang, tempat, maupun waktu
atau menjadi seseorang yang tak tahu malu, tak ada rasa takut, dsb.
Gangguan Afektif tipe Manik --- Gangguan ini sering timbul secara
bergantian pada pasien yang mengalami gangguan afektif tipe depresi
sehingga terjadi suatu siklus yang disebut gangguan afektif tipe Manik
Depresif. Dalam keadaan Manik, pasien menunjukkan keadaan
gembira yang tinggi, cenderung berlebihan sehingga mendorong
pasien berbuat sesuatu yang melampaui batas kemampuannya,
pembicaraan menjadi tidak sopan dan membuat orang lain menjadi
tidak enak. Kondisi ini lebih jarang terjadi dari pada tipe depresi.
Kondisi semacam ini kadang-kadang silih berganti, suatu ketika pasien
menjadi eforia, aktif, riang gembira, pidato berapi-api, marah-marah,
namun tak lama kemudia menjadi sedih, murung, menangis tersedu-
sedu yang sulit dimengerti.
Neurosis --- Gangguan neurosis dialami sekitar 10-20% kelompok lanjut
usia (lansia). Sering sukar untuk mengenali gangguan ini pada lanjut
usia (lansia) karena disangka sebagai gejala ketuaan. Hampir
separuhnya merupakan gangguan yang ada sejak masa mudanya,
sedangkan separuhnya lagi adalah gangguan yang didapatkannya
pada masa memasuki lanjut usia (lansia). Gangguan neurosis pada
lanjut usia (lansia) berhubungan erat dengan masalah psikososial
dalam memasuki tahap lanjut usia (lansia). Gangguan ini ditandai oleh
kecemasan sebagai gejala utama dengan daya tilikan (insight) serta
daya menilai realitasnya yang baik. Kepribadiannya tetap utuh, secara
kualitas perilaku orang neurosis tetap baik, namun secara kuantitas
perilakunya menjadi irrasional. Sebagai contoh : mandi adalah hal
yang biasa dilakukan oleh orang normal sehari 2 kali, namun bagi
orang neurosis obsesive untuk mandi, ia akan mandi berkali-kali
dalam satu hari dengan alasan tidak puas-puas untuk mandi. Secara
umum gangguan neurosis dapat dikategorikan sebagai berikut:
Neurosis cemas dan panic
Neurosis obsesif kompulsif
Neurosis fobik
Neurosis histerik (konversi)
Gangguan somatoform
Gejala - Gejala
Gejala-gejala Positif
Gejala-gejala Negatif
Pemberian obat-obatan
Pendekatan Psikologi
Tujuannya adalah: