Professional Documents
Culture Documents
Skripsi
Diajukan untuk Menyelesaikan Studi Strata 1
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nama :Diyah
NIM : 4101403001
Prodi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Matematika
ii
PENGESAHAN
Skripsi
Keefektifan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) pada Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP
telah dipertahankan di dalam Sidang Ujian Skripsi Jurusan Matematika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 29 Agustus 2007
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Anggota Penguji
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
2. The best of you is the most contributting for people (Al Hadits).
(Hasan Al Banna).
Persembahan
3. Ikhwah.
iv
KATA PENGANTAR
yang telah memberikan nikmat dan karuniaNya serta kemudahan dan kelapangan,
Semarang.
2. Drs. Kasmadi Imam S., M.S., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Khaerun, M.Si. (Alm), yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran
v
7. Drs. Edy Sunarjo, M.Pd., Kepala SMPN 41 Semarang yang telah memberikan
ijin penelitian.
8. Gesang Winahyo, S.Pd., guru matematika kelas VII SMPN 41 Semarang yang
9. Siswa-siswi kelas VII SMPN 41 Semarang tahun ajaran 2006/ 2007 atas
10. Bapak dan Ibu guru SMPN 41 Semarang atas segala bantuan yang diberikan.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
sempurna. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi
Penulis.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
B. Permasalahan .............................................................................. 4
vii
3. Kemampuan pemecahan masalah .......................................... 26
C. Hipotesis ..................................................................................... 51
B. Variabel Penelitian....................................................................... 52
C. Rancangan Penelitian................................................................... 53
B. Pembahasan.................................................................................. 77
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................................... 86
B. Saran.............................................................................................. 86
LAMPIRAN - LAMPIRAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 16. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 111
Lampiran 18. Hasil Pengamatan Untuk Guru pada Pembelajaran I ............ 122
Lampiran 19. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran I ...... 123
ix
Lampiran 21. Hasil Pengamatan Untuk Guru pada Pembelajaran II ........... 132
Lampiran 22. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran II ..... 133
Lampiran 24. Hasil Pengamatan Untuk Guru pada Pembelajaran III.......... 140
Lampiran 25. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran III.... 141
Lampiran 27. Hasil Pengamatan Untuk Guru pada Pembelajaran IV ......... 146
Lampiran 28. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran IV ... 147
Lampiran 30. Grafik Kemampuan Pengelolaan Kelas oleh Guru ............... 150
Lampiran 33. Uji Normalitas Data Kondisi Awal Kelas Eksperimen ......... 153
Lampiran 34. Uji Normalitas Data Kondisi Awal Kelas Kontrol................ 154
Lampiran 35. Uji Kesamaan Dua Varians Nilai Awal Kelas Eksperimen
x
Lampiran 41. Data Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ........... 171
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2003:65). Ini berarti bahwa matematika sangat diperlukan oleh setiap orang
Oleh karena itu, tidak salah jika pada bangku sekolah, matematika menjadi
salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan dari bangku taman kanak-
yang ada di luar sekolah, kurang relevan antara apa yang diajarkan di sekolah
1
2
pembelajaran matematika.
secara komprehensif atau secara parsial dalam matematika. Selain itu, belajar
matematika siswa belum bermakna. Kenyataan ini masih belum sesuai dengan
(Depdiknas, 2003:4).
Teori ini berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia
mata pelajaran lain selain matematika atau bidang ilmu yang berbeda dengan
matematika atau pun kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar kita. Dunia
(learning route) dimana siswa mampu menemukan sendiri konsep dan ide
Teori PMR sejalan dengan teori belajar yang berkembang saat ini,
CTL mewakili teori belajar secara umum, PMR adalah suatu teori
B. Permasalahan
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
2. Bagi guru
3. Bagi siswa
4. Bagi sekolah
mengajar.
6
E. Penegasan Istilah
1. Keefektifan
2. Pembelajaran
agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antarsiswa.
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup)
F. Sistematika Skripsi
1. Bagian Pendahuluan
Lampiran.
2. Bagian Isi
Sistematika Skripsi.
Data.
dan Pembahasan.
3. Bagian Akhir
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
dalam Darsono, 2000:4). Peristiwa belajar dapat terjadi pada saat manusia
beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta
minat bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi
9
10
kondisi inovatif-eksploratif.
anak menjadi empat taraf, yaitu (1) taraf sensori motor, (2) taraf pra-
dimaksud.
Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu (1) proses
dianalisis, diproses atau diubah menjadi konsep yang lebih abstrak agar
mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang
secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu
yang dilakukan siswa dalam tahap enaktif. Tahap ikonik, yaitu suatu
nyata. Karena itu, siswa tidak Dipandang sebagai penerima pasif, tetapi
17
sini dunia nyata diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di luar
mata pelajaran lain pun dapat dianggap sebagai dunia nyata. Dunia nyata
sebagai berikut:
PMR adalah teori pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal ’real’ bagi
siswa, menekankan ketrampilan ’process of doing mathematics’,
berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas
sehingga mereka dapat menemukan sendiri (’student inventing’ sebagai
kebalikan dari ’teacher telling’) dan pada akhirnya menggunakann
matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik individual maupun
kelompok.
ini telah diadopsi dan diadaptasi oleh banyak negara maju seperti Inggris,
Jepang. Salah satu hasil positif yang dipcapai oleh Belanda dan negara-
18
maupun internasional.
adalah:
matematika,dan
sehari-hari.
siswa tanpa memandang ras, budaya dan jenis kelamin mampu memahami
siswa untuk secara aktif menyumbang pada proses belajar dirinya, dan
secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan persoalan riil; dan guru
(Hartono).
Dunia Nyata
dari konsep yang sesuai dari situasi nyata dinyatakan oleh De Lange
d. Menggunakan Interaktif
dilihat pada aktivitas yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Penerapan
dengan materi lain dalam mata pelajaran matematika atau materi mata
pelajaran lain.
Prinsip keempat, apakah siswa merespon aktif pertanyaan lisan dari guru
23
dan berdiskusi dengan siswa yang lain. Prinsip kelima, apakah siswa
1994:90):
matematika ditemukan.
b. Didactial phenomenology
dari yang konkrit menuju situasi abstrak, atau model yang diciptakan
dalam masalah sehari-hari atau dalam bidang lain. Jika digambarkan dalam
Masalah Kontekstual
Strategi Informal
Formalisai
Konsep
Penguasaan Konsep
Pengaplikasian Konsep
yang lainnya dan juga antara satu guru dengan guru lainnya. Sebagian ahli
yang harus dijawab atau direspon. Namun, mereka juga menyatakan bahwa
a. Memahami masalah
(14) ” Hasil bagi dua buah bilangan cacah adalah 5. Jika jumlah
tersebut.
Diketahui: a/b = 5
a + b = 36
Ditanya : a = . . . .?
b = . . . .?
di atas, strategi membuat gambar atau tabel tentu tidak terkait dengan
a/b = 5
a = 5b .
a + b = 36
5b + b = 36
6b = 36 .
b=6
karena b = 6 maka a = 5 x 6 = 30
masalah
bahwa hasil yang kita peroleh sudah sesuai dengan yang diketahui.
oleh Schoem dan Ochmke (dalam Harini, 2006:24) seperti terlihat pada
tabel berikut:
31
4. Metode ekspositori
seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara berbicara di awal
pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab. Pada
dan contoh soal pada waktu-waktu yang diperlukan saja (Suyitno, 2004:4).
2003:204).
a. Sifat dan pengertian jajar genjang, persegi panjang, persegi dan belah
ketupat
S Q
P Q R S
(a) (b)
S R
P Q
(c)
Gambar 4.
Perhatikan bahwa:
34
dan PS//QR
S Q
P Q R S
(a) (b)
S R
P Q
(c)
Gambar 5
dan sejajar serta memiliki sifat sudut yang berhadapan sama besar,
berpotongan di tengah-tengah.
berikut.
AB = CD dan AB//CD.
D R C
D C D C
P Q A B A B
D C D C
A S B A B A B
(a) (b)
D C B A
O O
A B C D
(c)
Gambar 6.
37
∠ A + ∠ B + ∠ C + ∠ D = 3600
∠ A = ∠ B = ∠ C = ∠ D = 900
3). Persegi
sebagai berikut.
D R C
D CD C
P Q A BA B
D CD C
A S B A BA B
(a) (b)
D C
O
A B
(c)
Gambar 7
DC=BC.
∠ A + ∠ B + ∠ C + ∠ D = 3600
∠ A = ∠ B = ∠ C = ∠ D = 900
Perhatikan bahwa:
2005: 278-279).
a). Jajar genjang merupakan belah ketupat jika dan hanya jika
b). Jajar genjang merupakan belah ketupat jika dan hanya jika
L N
K M K M
(a) (b)
L
K M
N
(c)
Gambar 8
42
Perhatikan bahwa:
(1). KL = LM = KN = NM
tegak lurus
2005:290)
b. Keliling dan luas persegi panjang, persegi, jajar genjang dan belah
ketupat
a). Keliling
K = p + l + p + l = 2p + 2l = 2(p + l)
43
Contoh 1:
Penyelesaian.
Diketahui: p = 4 + l dan K = 36 cm
Ditanya: p dan l ?
Jawab.
K = 2 (p + l) ⇔ 36 = 2((4+l) + l)
⇔ 18 = 4 + 2l ⇔ 14 = 2l ⇔ l=7
maka p = 4 + l = 4 + 7 = 11
lebar 7 cm.
b). Luas
(i)
(ii)
Gambar 9
44
dari 4 x 3 = 12.
Contoh 2:
dibutuhkan?
Penyelesaian.
Keramik persegi, s = 20 cm
3
Banyak keramik = = 75
0,04
45
2). Persegi
a). Keliling
Contoh 3:
Penyelesaian.
Diketahui: K = 32 cm
Ditanya: s ?
Jawab.
K = 4s ⇔ 32 = 4s ⇔ s = 8
b). Luas
L=pxl = s x s = s2
L = s2
Dengan L = luas dan s = panjang sisi persegi
46
Contoh 4:
Penyelesaian.
Diketahui: L = 64 cm2
Ditanya: s?
Jawab.
L = s2 ⇔ 64 = s2 ⇔ s =8
a). Keliling
K = AB + BC + CD + DA
Contoh 5:
U T RS : ST = 4:3
RS : 6 = 4:3
R S 4
RS = X6 = 8
3
Gambar 10
K = 2(RS+ST) = 2(8+6) = 28
b). Luas
U T U T
R
R A S A S A’
(a) (b)
Gambar 11
panjang dengan panjang AA’ dan lebar AU, maka luas daerah
AA’TU. Akibatnya:
= AU x (AS + RA’)
= AU x RS = alas x tinggi
Contoh 6:
Penyelesaian.
Ditanya: t?
Jawab.
L= axt ⇔ 42 = 6 x t ⇔ t=7
a). Keliling
Contoh 7:
sisinya!
Penyelesaian.
Ditanya: s?
Jawab.
K= 4s ⇔ 48=4s ⇔ s = 12
b). Luas
1 1 1
L= . PR. QO + .PR. SO = . PR. (QO +SO)
2 2 2
1
= . PR . QS
2
Contoh 8:
lainnya?
Penyelesaian.
Ditanya: d2 ?
Jawab.
L = ½ x d1 x d2 ⇔ 44 = ½ x 8 x d2 ⇔ d2 = 11
B. Kerangka Berpikir
dalam memelajarkan mereka hanya dengan satu arah dan monoton. Belajar
menjadikan siswa mampu mengaitkan dengan materi yang lain atau bahkan
permasalahan baru.
C. Hipotesis
metode ekspositori).
METODE PENELITIAN
1. Populasi
Semarang tahun pelajaran 2006/2007 yang terdiri dari 5 kelas yaitu kelas
2. Sampel
siswa mendapat materi berdasar kurikulum yang sama, siswa diampu oleh
guru yang sama, siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada kelas
yang sama dan pembagian kelas tidak ada kelas unggulan. Pada penelitian
ini diambil dua kelas, yaitu kelas VII B sebagai kelas eksperimen yang
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
52
53
2. Variabel terikat
pemecahan masalah.
C. Rancangan Penelitian
sampel dari populasi yang ada. Pemilihan sampel dilakukan dengan random
sampling, yaitu pemilihan sampel secara acak. Sampel diambil sebanyak dua
kelas, yaitu siswa kelas VII B sebagai kelas eksprimen dan siswa kelas VII
D sebagai kelas kontrol. Sedang untuk uji coba dipilih satu kelas lagi selain
kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu kelas VII E. Pada kelas
kedua kelas.
1. Metode dokumentasi
menunjukkan bahwa kelas penelitian berangkat dari titik tolak yang sama.
2. Metode tes
ini dalam bentuk uraian. Teknik tes ini dilakukan setelah perlakuan
mendapatkan data akhir. Tes diberikan kepada kedua kelas dengan alat tes
yang sama dan hasil pengolahan data digunakan untuk menguji kebenaran
hipotesis penelitian.
Suatu soal hanya disebut sebagai problem (masalah) bagi siswa jika
untungan.
55
diteskan.
3. Metode observasi
prinsip PMR berjalan atau tidak dalam pembelajaran, baik yang terlihat
E. Instrumen Penelitian
Segitiga dan Segiempat dengan sub pokok bahasan jajar genjang, persegi
kemampuan pemecahan masalah siswa maka bentuk tes yang cocok untuk
kembali hasil yang telah diperoleh. Oleh karena itu, agar dapat
1). Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan
komprehensif.
3). Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci
penyusun tes. Untuk itu pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetapi
3. Rancangan penelitian
41 Semarang Tahun Ajaran 2006/ 2007. Setelah diketahui item soal yang
uji coba yaitu kelas VII E SMPN 41 Semarang untuk diuji apakah butir-
butir soal tersebut memenuhi kualifikasi soal yang baik dan dapat
digunakan.
58
Sebelum soal tes digunakan, maka diadakan uji instrumen soal tes
a. Uji validitas
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rxy = , (Arikunto, 2002: 81)
{N ∑ X 2 2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y − (∑ Y )
2 2
}
dengan
product moment dengan taraf signifikasi 5%. Jika rxy > rtabel maka butir
soal tersebut valid/ signifikan. Item yang tidak valid perlu direvisi atau
Soal uji coba yang diberikan sebanyak 5 butir, dan dari hasil uji
mempunyai rxy lebih dari rtabel. Perhitungan analisis uji coba validitas
b. Uji Reliabilitas
memberikan hasil yang relatif tetap atau ajeg jika tes tersebut
⎡ 2 n 2⎤
σx − ∑σi ⎥
⎡ n ⎤⎢
rxx = ⎢ ⎥ ⎢ i =1
⎥ , (Arikunto, 2002: 109)
⎣ n − 1⎦ ⎢ σ x2 ⎥
⎢⎣ ⎥⎦
dengan
∑σ 2
x = jumlah varians skor tiap-tiap item
σ x2 = varians total
product moment pada tabel dengan ketentuan jika rxx > rtabel maka tes
tersebut reliabel.
c. Taraf kesukaran
persen siswa yang gagal menjaawab benar atau ada di bawah batas
berikut:
1). Jika jumlah testi yang gagal mencapai 27%, termasuk mudah.
2). Jika jumlah testi yang gagal antara 28% sampai dengan 72%,
termasuk sedang.
3). Jika jumlah testi yang gagal 72% ke atas, termasuk sukar.
TG
TK = x 100%, (Arifin, 1991: 135)
N
dengan
TK = taraf kesukaran
N = banyaknya siswa
Dari hasil uji coba, butir soal 2, 3 dan 4 termasuk dalam kategori
lampiran 9.
d. Daya Pembeda
data kelas atas dengan rata-rata kelas bawah untuk tiap item. Kelas atas
adalah 27 % bagian atas dari peserta tes setelah nilai diurutkan dari
61
t=
(MH − ML ) , (Arifin, 1991: 141)
⎛ ∑ X 12 + ∑ X 22 ⎞
⎜ ⎟
⎜ n i (n i - 1) ⎟
⎝ ⎠
dengan
t = daya pembeda
∑X 2
1 = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelas atas
∑X 2
2
= jumlah kuadrat deviasi individual dari kelas bawah
Dari hasil analisis tersebut terlihat bahwa semua item soal yang
dari hasil analisis ditarik kesimpulan. Analisis dalam penelitian ini dibagi
dalam dua tahap, yaitu tahap awal yang merupakan tahap pemadanan sampel
dan tahap akhir, yang merupakan tahap analisis data untuk menguji hipotesis
penelitian.
a. Uji Normalitas
data secara spesifik, setelah data awal yang didapat dari nilai ulangan
Xi − X
Zi = , dimana S adalah simpangan baku dan X adalah
S
menggunakan tabel.
χ =∑
2
K
(Oi − Ei )2 ,
Ei Ei
dengan
χ2 = Chi–kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan
lampiran 33.
64
lampiran 34.
sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang
berikut:
Ho = sampel homogen
berikut:
Vb
Fhitung = , (Sudjana, 1996: 250)
Vk
dengan
Vb = varians terbesar
Vk = varians terkecil
65
Untuk menguji apakah kedua varians tersebut sama atau tidak maka
banyaknya data yang terkecil dikurangi satu. Jika Fhitung < Ftabel maka
penyebut=32, dan α = 0,05 dari daftar F(0,025)(33,32) = 1,79. Jelas Fhitung <
Ho = μ1 = μ 2
Ha = μ1 ≠ μ 2 ,
t=
x1 − x 2 (n − 1)s12 + (n 2 − 1)s 2 2 ,
dengan s 2 = 1
1 1 n1 + n 2 − 2
s +
n1 n 2
Dengan
Dengan kriteria pengujian: terima Ho jika – ttabel < thitung < ttabel dengan
dan taraf nyata α = 0,05. Sedangkan pada tabel nilai t = 1,67. Karena –
ttabel < thitung < ttabel maka Ho berada pada daerah penerimaan. Dapat
a. Uji Normalitas
adalah:
x −μ 0
t= ,
S
n
Dengan
t = tingkat keefektifan
S = simpangan baku
n = banyak siswa
berikut:
H 0 = μ1 = μ 2
H1 = μ1 > μ 2
berikut:
68
1) Jika ο1 ≠ ο 2
X1 − X 2
t=
⎛ s12 ⎞ ⎛ s 2 2 ⎞
⎜ ⎟+⎜ ⎟
⎜n ⎟ ⎜n ⎟
⎝ 1⎠ ⎝ 2⎠
2) Jika ο1 = ο 2
t=
X1 − X 2
, dengan s2 =
(n1 − 1) s12 + (n 2 − 1) s 2 2 ,
1 1 n1 + n 2 − 2
s +
n1 n 2
keterangan:
eksperimen
kontrol
2
s1 = varians kelas eksperimen
2
s 2 = varians kelas kontrol
s 2 = varians gabungan
σ σ
X − Z1 < μ < X + Z1 ,
γ n γ n
2 2
dengan
γ = koefisien kepercayaan
1
Z 1 = bilangan Z didapat dari tabel normal baku untuk peluang γ
2
γ 2
siswa dan guru matematika kelas VII SMP?”. Penilaian berdasar pada
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dan pembahasan pada bab ini adalah hasil studi
lapangan untuk memperoleh data dengan teknik tes setelah dilakukan suatu
pada materi pokok Segitiga dan Segiempat pada siswa kelas VII SMP 41
Semarang. Sebagai kelas eksperimen adalah siswa kelas VII B dan sebagai
prasyaratnya.
1. Pelaksanaan Pembelajaran
dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kegiatan penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 16 April 2007 sampai dengan 9 Mei 2007 pada
70
71
sedangkan dalam penelitian ini hanya diambil sub materi jajar genjang,
dilakukan guru dengan menyiapkan satu atau dua soal realistik (ada
berikut.
diperoleh χ 2 tabel = 9,49, dengan demikian χ 2 hitung < χ 2 tabel , ini berarti nilai
lampiran 42.
7, diperoleh χ 2 hitung = 9,0703. Dengan banyaknya data 33, taraf nyata 5%,
lampiran 43.
diperoleh Fhitung = 1,399. Dari tabel distribusi F dengan taraf nyata 5% dan
Fhitung = 1,399 < Ftabel = 2,01, maka Ho diterima yang berarti kedua kelas
73
berikut:
kelas kontrol
Pemecahan Masalah
diperoleh thitung = 3,89. Dengan kriteria uji pihak kanan, untuk α = 5% dan
46.
74
normal dan homogen. Untuk menguji perbedaan dua rata-rata antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol digunakan uji t satu pihak yaitu uji pihak
Ho : μ1 = μ 2
Ha : μ1 > μ 2
diperoleh ttabel =1.67. Karena thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha
Dari hasil pengamatan tampak bahwa penerapan kelima prinsip PMR pada
dapat dilihat pada lampiran 19, 23, 25 dan 28. Grafik perkembangan
berikut.
Dari hasil pengamatan tampak bahwa penerapan kelima prinsip PMR pada
lampiran 18, 21, 24 dan 27, dan grafik kemampuan guru dalam mengelola
B. Pembahasan
siswa kelas VII SMP pokok bahasan segitiga dan segiempat. Untuk
kelompok sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil analisis
awal diperoleh Fhitung < Ftabel yang berarti tidak ada perbedaan varians antara
kedua kelas tersebut sehingga kedua kelas dapat digunakan sebagai sampel.
pembelajaran konvensional.
jawaban siswa.
merupakan hal yang baru bagi guru. Motivasi yang diberikan guru masih
masih sangat kurang. Hal ini karena siswa belum dikondisikan demikian.
79
masih perlu ditingkatkan, karena masih ada satu dua orang siswa dalam
pemodelan dan membuat model sendiri sudah lebih baik. Respon terhadap
berkembang.
masalah dengan sangat baik. Masalah yang disampaikan guru sudah lebih
matematika maupun materi mata pelajaran lain sudah lebih baik. Dalam
menyimpulkan materi pada pertemuan III ini, guru masih berperan cukup
dan membuat model sendiri sudah lebih baik. Respon terhadap pertanyaan
berkembang.
lain dalam matematika maupun materi mata pelajaran lain sudah baik.
kata.
mempunyai rata-rata 72,65; nilai χ 2 hitung < χ 2 tabel , ini berarti nilai
diperoleh Fhitung = 1,399. Fhitung < Ftabel berarti kedua kelompok tidak
matematika pada materi segitiga dan segiempat dengan PMR lebih dari
pembelajaran konvensional.
kelas kontrol.
siswa, karena siswa yang sudah jelas atau belum hanya diam saja. Siswa
yang belum jelas kadang tidak berani atau malu untuk bertanya pada guru.
Pada waktu mengerjakan soal latihan hanya siswa yang pandai saja yang
serius mengerjakan soal yang diberikan oleh guru sedangkan yang lain
dalam memahami arti atau maksud soal yang diberikan agak lambat dan
dalam setiap kali pertemuan tidak selalu bisa memberikan evaluasi. Bila
masalah matematika siswa tidak akan meningkat. Karena itu guru yang
dalam mengajar.
kedua kelas ini diberi perlakuan yang berbeda. Pada kelas eksperimen
siswa terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya. Hal ini
pertemuan.
penguatan materi dan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan secara
kelompok. Selain itu dengan pemberian masalah yang berbeda dari tiap
siswa.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
segiempat siswa kelas VII SMPN 41 Semarang tahun ajaran 2006/ 2007 dapat
74,31%.
B. Saran
dengan lebih mengaitkan masalah pada soal dengan kegiatan sehari-hari sehingga
86
87
pada materi yang lain agar siswa lebih memahami materi yang dipelajari, yaitu
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini.
88
DAFTAR PUSTAKA
Darsono, Max, dkk. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang
Press.