Professional Documents
Culture Documents
Ê
c
belajar berbagai macam hal. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan
adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat
keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut
tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar
yang memuaskan dibutuhkan proses belajar.
^
kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang
relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor
yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang
mempengaruhi. Menurut Goleman (2000 : 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya
menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor
kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau p
(EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi,
mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta
kemampuan bekerja sama.
Î
menunjukan bahwa IQ tidak selalu dapat memperkirakan prestasi belajar
seseorang.
G
X
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk;
1 Mengetahui pengertian dari Hizbul Wathan
2 Mengetahui arti, identitas dan ciri dari Hizbul Wathan
3 Memahami tentang Kecerdasan Emosional
4 Mengetahui faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional
5 Mengetahui tentang remaja
6. Mengetahui hubungan HW dengan kecerdasan emosional Xemaja
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan cara
mengkaji teori yang berkaitan dengan materi yang dibahas dalam makalah ini.
Adapun yang dijadikan sumber rujukan dalam pembuatannya yaitu buku-buku
tentang Hizbul Wathan serta mencari informasi di internet tentang Hizbul
Wathan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Xumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Metode Penelitian
1.5 Sistematika Penelitian
BAB II ISI
2.1 Dasar ± dasar Teoritis Hizbul Wathan dan Kecerdasan Emosional
Xemaja
2.2 Uraian atau analisis masalah
2.3 Hasil Penelitian
Ê Ê
!
"#
X
!
!
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (disingkat HW) adalah salah satu
organisasi otonom (ortom) di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah. Ortom
Muhammadiyah lainnya adalah: 'Aisyiyah, Nasyiatul 'Aisyiyah (NA), Pemuda
Muhammadiyah (PM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Tapak Suci
Putera Muhammadiyah, dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
l Bersifat terbuka, artinya keanggotaan HW terbuka untuk seluruh lapisan
masyarakat, tanpa membedakan gender, usia, profesi, atau latar belakang
pendidikan. Penggolongan keanggotaan HW menurut usia hanyalah untuk
membedakan status sebagai peserta didik atau anggota dewasa (pembina)
l Bersifat sukarela, artinya dasar seseorang menjadi anggota HW adalah suka
dan rela, tanpa paksaan atau tekanan orang lain.
l Tidak berorientasi pada partai politik, artinya secara organisatoris HW tidak
berafiliasi kepada salah satu partai politik dan HW tidak melakukan aktivitas
politik praktis. Induk organisasi HW hanyalah Persyarikatan
Muhammadiyah.
!
l HW adalah kepanduan islami, artinya pendidikan kepanduan yang dilakukan
oleh HW adalah untuk menanamkan aqidah Islam dan membentuk peserta
didik berakhlak mulia.
l HW adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang tugas utamanya
mendidik anak, remaja, dan pemuda dengan sistem kepanduan
# &"!
l >iri khas HW adalah Prinsip Dasar Kepanduan dan Metode Kepanduan, yang
harus diterapkan dalam setiap kegiatan. Pelaksanaannya disesuaikan
kepentingan, kebutuhan, situasi, kondisi masyarakat, serta kepentingan
Persyarikatan Muhammadiyah.
l '"'
pengamalan akidah Islamiyah;
pembentukan dan pembinaan akhlak mulia menurut ajaran Islam;
pengamalan kode kehormatan pandu.
l
"'
pemberdayaan anak didik lewat sistem beregu;
kegiatan dilakukan di alam terbuka;
pendidikan dengan metode yang menarik, menyenangkan, dan menantang;
penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan;
u
sistem satuan dan kegiatan terpisah antara pandu putera dan pandu puteri.
""
Kode kehormatan merupakan janji, semangat, dan akhlak Pandu HW baik
dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat. Kode kehormatan Pandu HW
terdiri dari:
l ] !
Diucapkan secara sukarela oleh calon anggota ketika dilantik menjadi
anggota dan merupakan komitmen awal untuk melibatkan diri dalam
menetapi dan menepati janji tersebut. Pengucapan janji selalu diawali
dengan basmalah disambung dua kalimat syahadat berikut artinya.
l ( !
Merupakan ketentuan moral untuk dijadikan kebiasaan diri dalam
bersikap dan berperilaku sebagai warga masyarakat yang berakhlak
mulia.
Kode Kehormatan Pandu HW diucapkan saat pelantikan anggota, pelatihan,
dan kegiatan lain yang diatur dalam Buku Peraturan Dasar.
l ""
$
]
$
x
(
$
l ""
% %
] !
x
! "#
( !
"$ #
"$ #
"$ #
p "$ #
% "$ #
p "$ #
"$ #
"$ #
"$ #
"$ #
"#X
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk
pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis
c
dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong
perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi
emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena
emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga
Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci),
beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu
putus asa
bangga
cc
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam
emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku
Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar,
membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat
dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut
gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri,
tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka
hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku
terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
c^
#
oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari
disebut EQ sebagai :
menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama
kecerdasan emosional.
konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh
oleh Bar-On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan
cÎ
Gardner dalam bukunya yang berjudul Ë &
x (Goleman, 2000 :
50-53) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik
yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum
Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh
pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi
membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta
tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain.´ Dalam
cG
intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan
diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina
); menjaga keselarasan emosi dan
pengungkapannya (
) melalui
keterampilan sosial.
kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi
diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina
) "#
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari
c
kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai
(Goleman, 2002 : 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati
maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu
menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran
menguasai emosi.
b. Mengelola Emosi
perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai
keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap
Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang
c
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut
Goleman (2002 :57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau
sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap
perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.
mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuiakan
diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah beraul, dan lebih peka
yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan
terus menerus merasa frustasi (Goleman, 2002 : 172). Seseorang yang mampu
membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin
e. Membina Hubungan
c
untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami
sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu
berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam
hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana
dilakukannya.
X
Xemaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi
yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992).
Xemaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk
golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang
dikemukakan oleh >alon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri
Xumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk
memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai
cu
dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah:
! "#X
Seorang ibu, pebisnis, bercerita dengan sedih saat mengikuti kursus
kecerdasan emosional kami di Jakarta. "Pak Anthony, saya merasa ngeri dengan
anak saya sendiri". "Mengapa? Memangnya, anak Anda kayak monster?"
Si ibu itu tersenyum getir dan menjawab, "Bukan begitu, Pak. Begini. Awalnya
saya dan suami begitu bersyukur karena anak saya sangat pintar dan sangat cepat
menangkap apa pun yang diajarkan.
Namun sekarang, saya mulai takut karena dia lebih senang di rumah, dan
tidak mau ke manapun." Saya pun menyela, "Lho, sementara banyak orangtua
bingung karena anaknya keluyuran melulu, malahan Anda bingung dengan anak
Anda yang di rumah melulu".
Si ibu itu pun menyela, "Iya ya Pak. Jadi serba- salah. Anak keluyuran,
bingung. Akan tetapi kebanyakan di rumah, juga bingung. Namun, masalah saya
lebih dari itu. Saya lihat anak saya ini agak anti-sosial. Dia sama sekali tidak mau
bermain. Misalkan kalau sepupunya datang. Malahan dicuekin. Di sekolah pun,
gurunya pernah prihatin karena anak saya cenderung egois. Saya lihat semua
mainannya dan hobinya yang jenis solitair, yang main sendirian. Apakah anak
saya nggak mengalami gangguan?
Pada kejadian yang lain, seorang bapak merasa sedih dengan anak
remajanya. Pasalnya, putranya ini mengambil uang sekolah untuk dipakai traktir
teman-teman dan pacarnya. Enam bulan uang sekolah tidak disetorkan ke sekolah,
tetapi dipakainya sendiri.
Selama ini, anak ini berpikir bisa berkelit dengan berbagai alasan hingga
akhirnya sekolah menagih kepada si bapak tersebut yang terkaget-kaget.
Masalahnya, si bapak tersebut merasa sudah memberikan uang sekolah tersebut
lewat anaknya.
Saat dikonfirmasi, si anak remaja itu hanya bisa menangis sejadi-jadinya.
Si bapak ini begitu kecewa, bagaimana anak yang tergolong pintar ini bisa begitu
c
konyol berpikir bahwa tidak akan ketahuan dengan apa yang dilakukannya?
^
penolakan dari remaja itu. Misalkan saja seorang bapak bahwa "Kini, anak remaja
saya seolah-olah tidak membutuhkan saya lagi".
Akan tetapi kenyataannya justru menunjukkan bahwa anaknya sebenarnya
berpendapat lain. "Kami memang ingin independen, tapi kami sadar, justru kami
haus untuk didampingi".
Pendampingan yang juga penting di bagian awareness ini adalah orang tua
mengajarkan mengenai pilihan serta konsekuensinya. Para remaja perlu belajar
mengenai prinsip 'mengangkat ujung tongkat yang lain'.
Prinsip ini pernah diucapkan oleh Stephen X. >ovey bahwa, "Kita bisa
memilih mau mengangkat tongkat yang mana pun. Namun setelah memilihnya,
kita tidak bisa mencegah bahwa selalu ada ujung lain dari tongkat yang akan ikut
terangkat".
Bahasa sederhananya, kita bisa membuat pilihan, tetapi setiap pilihan pasti
ada konsekuensinya. Seperti pada kasus kita, si remaja bisa memilih untuk tidak
membayarkan uang sekolahnya, tetapi akhirnya dia akan berhadapan dengan suatu
konsekuensi.
Konsekuensinya adalah ketahuan dan mungkin dihukum berat. Begitu pun
pada saat remaja ditawarkan pada pilihan seperti alkohol, narkoba, dll. Mereka
perlu dibekali bahwa mereka memiliki kekuatan pada saat 'memilih', tetapi
mereka tidak bisa lagi mencegah adanya konsekuensi pada saat pilihan sudah
dijatuhkan. Inilah hukum alam. >elakanya, banyak rekan muda kita ini terlalu
berpikir 'kesenangan sesaat' dan lupa akan adanya konsekuensi-konsekuensi.
^c
Mereka mengadopsi identitas. Bayangkan kalau identitas yang diadopsi ini
keliru! Itulah sebabnya, di tahapan ini pelajaran terpenting bagi remaja adalah
berdamai serta menerima diri mereka.
Pelajaran self esteem (harga diri) adalah dasar dari membangun potensi
mereka. Sebenarnya, kalau self esteem mereka bisa dipupuk sejak awal, potensi
mereka juga akan keluar lebih cepat!
^^
bahwa remaja berlatih untuk mengarahkan energi kehidupan yang positif. Jika
tidak, energi tersebut bisa dipakai untuk merugikan dirinya sendiri ataupun
dengan merugikan orang lain.
Berbagai kasus penembakan oleh remaja di Amerika adalah contoh
pengarahan energi yang keliru. Sebenarnya, untuk pengarahan energi ini dimulai
dari hal yang sederhana yakni self talk yang terjadi pada diri internal remaja ini
saat mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan. Di sinilah, pentingnya kaum
muda kita didampingi untuk belajar membuat self talk alternatif yang positif.
Akhirnya, sebagai orangtua yang sibuk, mestinya kita semakin menyadari
bahwa kenakalan para remaja kita sebenarnya adalah upaya teriakan minta tolong
dari remaja untuk didampingi.
Berdasarkan dari latar belakang penelitian ini dan dari teori yang
digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara hizbul wathan dan
kecerdasan emosional remaja, maka dapat dibuktikan bahwa ada hubungan antara
kecerdasan emosional dengan hizbul wathan.
^Î
Ê Ê
"'
Hizbul Wathan sebagai gerakan kepanduan memiliki fungsi sebagai sarana
untuk melatih dan mengolah potensi pandunya. Adapun yang dilatih salah satunya
ialah kecerdasan emosional siswa sebagai remaja yang berjiwa muda. Keberadaan
Hizbul Wathan ini akan menjadi sangat penting ketika seorang siswa sudah
merasa perlu adanya suatu wadah yang akan bisa mempasilitasi dirinya untuk bisa
mengolah seluruh potensi yang ada dalam dirinya.
Selanjutnya sebagai penutup dalam penyusunan makalah ini penyusun
mengingatkan bahwa selama mengikuti kegiatan Hizbul Wathan harus bisa
merasakan adanya perubahan positif terhadap emosinya. Indikator yang harus
dicapai ialah; adanya kemandirian dalam segalahal, setabil emosi ketika
menghadapi seluruh masalah dan rintangan, istiqomah dalam menjalankan ibadah
kepada tuhannya (Allah SWT).
J Kepada guru pembimbing saya harapkan memberikan keringanan kepada
^G
) X "
Sia, Tjundjing. (2001). Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi
Pada Siswa SMU. Jurnal Anima Vol.17 no.1
^