You are on page 1of 29

ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI Ny.”S” BAYI BARU LAHIR NORMAL


DI BPS Ny. PRISTI WAHYUNI, Amd.Keb
BENDO MAGETAN

Disusun dalam Rangka memenuhi Tugas


Pengalaman Belajar Praktek dan Praktek Klinik Kebidanan

Disusun Oleh :

GRESSTA ERDINA NAVARETTA


NIM P27824208017

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN MAGETAN
MAGETAN
2010
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny”S” Bayi Baru Lahir Normal


Di BPS Ny. Pristi Wahyuni, Amd.Keb
Bendo Magetan

Disetujui, Pebruari 2010

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktek

NURWENINGTYAS W., SKp.Ns, MMK PRISTI WAHYUNI, Amd.Keb


NIP. 19670318 198803 2 003 NIP. 19670904 198812 2 003

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan ini, “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny”S” Bayi Baru Lahir Normal Di BPS
Ny. Pristi Wahyuni, Amd.Keb“ dapat tersusun dengan baik.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas pengalaman belajar
praktek lapangan di Prodi Kebidanan Magetan.
Dalam penyusunan laporan ini, penyusun mendapat bantuan, pengarahan dan
bimbingan. Untuk itu kami pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Nani Surtinah, SST,M.Pd, selaku Karpodi Kebidanan Magetan.
2. Ibu Nurweningtyas W., SKp.Ns, MMK, selaku Pembimbing Akademik.
3. Ibu Pristi Wahyuni, Amd.Keb, selaku Pembimbing Praktek.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini.
Penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun
memohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.

Magetan, Pebruari 2010

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
BAB I LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN ........................................................................................... 1
B. CIRI-CIRI BAYI NORMAL ...................................................................... 1
C. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA BAYI BARU LAHIR .............. 2
D. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR ..................................................... 4
E. PENGKAJIAN ............................................................................................ 7
F. ANALISA DATA ....................................................................................... 10
G. DIAGNOSA KEBIDANAN ....................................................................... 10
H. PERENCANAAN ...................................................................................... 10
I. PELAKSANAAN ....................................................................................... 15
J. EVALUASI ................................................................................................ 15
BAB II TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN ............................................................................................ 16
B. DIAGNOSA KEBIDANAN ....................................................................... 21
C. PERENCANAAN ....................................................................................... 21
D. PELAKSANAAN ....................................................................................... 22
E. EVALUASI ................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
LANDASAN TEORI

A. Pengertian
1. Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra uterin
(Jumiarni, dkk, 1994 : 41)
2. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000
gram. (Pusdiknakes, 1993 : 69)

B. Ciri-Ciri Bayi Normal


Menurut (Pusdiknakes, 1993 : 69) adalah sebagai berikut :
1. Berat badan 2500 – 4000 gram
2. Panjang badan lahir 48 – 52 cm
3. Lingkar dada 30 – 38 cm
4. Lingkar kepala 33 – 35 cm
5. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180x/menit kemudian
menurun sampai 120 – 140x/menit.
6. Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80kali/menit, kemudian
menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit.
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk
dan diliputi vernix caseosa.
8. Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
9. Kuku telah agak panjang dan lemas.
10. Genetalia : Labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan),
testis sudah turun (pada laki-laki)
11. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Reflek moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan
seperti memeluk.
13. Graff Reflek sudah baik, apabila diletakkan suatu benda diatas telapak tangan
bayi akan menggenggam/adanya gerakan reflek.
14. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan.

C. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA BAYI BARU LAHIR


Perubahan lingkungan dari kehidupan intra uteri ke lingkungan esktrauterin,
menyebabkan bayi menerima rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik dan
teknik. Hasil perangsangan ini membuat bayi akan mengalami perubahan
metabolik, pernafasan, sikulasi dan lain-lain (Jumiarni, dkk, 1994 : 51 – 52).
1. Perubahan metabolisme karbohidrat.
Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar gula darah,
untuk menambah energi pada jam-jam pertama setelah lahir diambil dari hasil
metabolisme asam lemak (Pusdiknakes, 1993 : 70).
Kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100ml. bayi dari ibu yang
menderita DM dan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) perubahan glukosa
menjadi glikogen akan meningkat atau terjadi gangguan pada metabolisme
asam lemak dan tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka
kemungkinan besar bayi akan menderita hipoglikemi (Jumiarni, 1994 : 52).
2. Perubahan suhu tubuh
Segera setelah bayi lahir, bayi akan berada ditempat yang suhu lingkungannya
lebih rendah dari lingkungan dalam rahim, suhu tubuh neonatus normal
berkisar 36,5oC sampai 37oC. Bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar
(penguapan), konveksi dan radiasi sebanyak 200 kalori/kg. BB/menit,
sedangkan pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya per sepuluh dari
jumlah kehilangan panas diatas, dalam waktu yang bersamaan. Hal ini
menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 2oC dalam waktu 15 menit.
Akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan akan meningkat dan berakibat
lebih mudah terjadinya asidosis metabolik berat sehingga kesehatan oksigen
meningkat. Selain itu hipotermi pada neonatus dapat menyebabkan
hipoglikemia (Jumiarni, dkk, 1994 : 52).
3. Perubahan Pernafasan
Selama dalam rahim janin tidak membutuhkan paru-paru untuk mendapatkan
oksigen, karena oksigen didapat dari darah ibu dengan cara sirkulasi plasenta.
Namun bagaimanapun, jauh sebelum lahir mekanisme bernafas telah
dibentuk. Gerakan respirasi dimulai pada bulan keempat gestasi, paru
berkembang tetapi kantung udara semuanya kolaps atau atelektasi.
Pada saat lahir oksigen dari plasenta terputus terbentuk karbondiolsida dalam
darah bayi dan bayi secara tiba-tiba terpapar pada lingkungan yang
mengejutkan. Sebagai respon bayi berupaya untuk bernafas pertama kali,
mengisi paru-paru dengan udara dan dibantu dengan menangis pada saat
ekspirasi pertama (Hamilton, 1995 : 222)
Pernafasan ini terjadi sebagai akibat adanya aktivitas normal dari susunan
saraf perifer dan pusat yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya.
Misalnya tekanan mekanisme pada toraks sewaktu melalui jalan lahir.
Penurunan tekanan O2 dan kenaikan tekanan O2 pada paru-paru merangsang
kemoreseptor disinus karotis sehingga bayi bernafas, rangsangan dingin
didaerah muka dapat merangsang permulaan gerakan pernafasan (Hamilton,
1995 : 222)
4. Perubahan sirkulasi
Dengan berkembangnya paru-paru mengakibatkan O2 meningkat dan tekanan
CO2 menurun. Hal ini mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh darah
paru sehingga aliran darah kealat tersebut meningkat, hal ini mengakibatkan
darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus
menutup. Dengan terpotongnya tali pusat, arteri dan vena umbilikalis menciut,
aliran darah dan plasenta melalui vena cava superior dan voramen ovale
koarterium kiri tersebut, paru-paru mulai berfungsi. Dengan masuknya darah
dari paru-paru ke dalam atrium kiri, tekanan antrium kiri menjadi lebih tinggi
dari pada atrium kanan, hal ini menyebabkan foramen menutup, sirkulasi
janin berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar badan ibu (jumiarni,
dkk, 1994 : 53)
5. Perubahan-perubahan lain
Perubahan-perubahan lainnya yang terjadi pada neonatus selain perubahan
diatas yaitu mulai berfungsinya alat-alat pencernaan, hepar, ginjal, dan alat-
alat lainnya (Jumiarni, dkk, 1994 : 53).

D. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR NORMAL


Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi
selama jam pertama setelah kelahiran.
1. Membersihkan jalan nafas
Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah atau lendir dari wajah bayi
untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Hisaplah lendir, mula-mula dari
mulut kemudian hidung supaya jalan nafas sebaik-baiknya lakukan
penghisapan sampai bayi menangis (Syaifuddin AB, 2002 : N – 30)
2. Menilai bayi menggunakan APGAR score.
Untuk menilai status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernafasan dan
peredaran darah digunakan metode APGAR, namun secara praktis dapat
dilihat frekuensi denyut jantung dan pernafasan serta wajah, ektremitas dan
seluruh tubuh (Jumiarni, dkk, 1994 : 54).
Skor
Tanda
0 1 2
Frekuensi Jantung Tak ada <100 x/menit >100 x/menit
Usaha bernafas Tak ada Lambat, tak teratur Menangis kuat
Tonus otot Lumpuh Ektremitas agak Gerakan aktif
flexi
Reflek Tak ada Gerakan sedikit Gerakan
kuat/melawan
Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
ektremitas biru kemerahan

Catatan :
NA 1 menit lebih / sama dengan tidak perlu resusitasi
NA 1 menit 4 – 6 bag and mask
NA I menit 0 – 3 lakukan inkubasi (Wiknjosastro, 2007 : 249)
Apabila nilai APGAR :
7-10 Bayi mengalami asfiksia ringan atau bayi dikatakan bayi dalam
keadaan normal.
4-6 Bayi mengalami asfiksia sedang.
0-3 Bayi mengalami asfiksia berat.
(Depkes RI, 1993 : 77)
3. Mengeringkan tubuh bayi
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah
kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi cairan ketuban pada tubuh
bayi. Keringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah disiapkan diatas
perut ibu.
4. Memotong tali pusat menurut APN, 2007 : 104
1. Klemlah 2 tali pusat dengan 2 buah klem, sekitar 3 dan 5 cm dari pangkal
pusat bayi (tinggalkan + 2 cm diantara klem)
2. Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi dari
gunting dengan tangan kiri anda.
3. Ikat puntung tali pusat dengan jarak sekitar 1 cm dari dinding perut bayi
(pusat). Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat dan ikat untuk
kedua kalinya dengan simpul mati dibagian yang berlawanan.
5. Menjaga bayi tetap hangat.
Ganti / singkirkan handuk basah, tengkurapkan bayi diatas tubuh ibu dengan
kepala bayi ditengah payudara ibu, lebih rendah dari puting susu. Berikan topi
bayi, selimut ibu dan bayi dengan selimut hangat. Biarkan ibu – bayi
mengadakan kontak kulit-ke kulit paling sedikit 1 jam. Bayi akan mencari
puting ibu dan menyusu sendiri (APN, 2007 : 104)
6. Mencegah infeksi pada mata
Tetes mata untuk mencegah infeksi mata dapat diberikan setelah ibu atau
keluarga memomong bayi dan diberi ASI. Pencegahan infeksi tersebut,
gunakan salep mata tetrasiklin 1%. Salep anti biotik tersebut harus diberikan
dalam waktu satu jam setelah kelahiran. Upoya profilaksis infeksi mata tidak
efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran (APN, 2007 : 105).
Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung
diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir.
7. Memberikan vitamin K
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg iM dipaha kiri
segera mungkin untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi
vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir (APN, 2007 : 105)
8. Memberikan imunisasi hepatitis B
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap
bayi. Terutama ibu – bayi 1 jam setelah pemberian vitamin K, berikan
hepatitis B unijeck dipaha kanan bayi (APN, 2007 : 106)
9. Memberikan idetifikasi bayi.
Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu dipasang segera
pasca persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap
bayi baru lahir dan harus tetap ditepatnya sampai waktu bayi pulang.
- Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan topi yang halus tidak
mudah melukai, tidak mudah sobek, dan tidak mudah lepas.
- Pada alat / gelang identifikasi harus tercantum.
Nama (bayi, ibunya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit.
Ditempat tidur tidak harus diberi tanda dengan mencantumkan nama,
tanggal lahir, nomor identitas.
Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak di catatan yang
tidak mudah hilang. Ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala,
lingkar perut dan catat dalam rekam medis (Saifuddin, 2002 : N – 35).
10. Pemeriksaan Lanjutan
Dilakukan sesudah bayi berumur 24 jam / setelah bayi dipindahkan dari
tradisional care ke tempat perawatan khusus atau rawat gabung (Saifuddin,
2002 : N – 35)
Keadaan umum
Melihat cacat bawaan yang jelas tampak seperti hidrosepalus keadaan gizi dan
maturitas, aktifitas tangis, warna kulit (pucat, biru, merah) dan sikap bayi
tidur.
Kepala : Besar, bentuk, dutura, caput suksedaneum, haematoma sefal.
Mata : Persarahan subkonjungtiva, mata yang menonjol, katarak.
Telingga : Kelainan daun / bentuk telingga
Mulut : Labioschisis, Labiogenito palato schisis
Leher : Bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar gondok, limfe.
Dada : Bentuk, pembesaran buah dada, pernafasan, retraksi interkosta,
subkostal, merintih.
Jantung : Pulsasi, frekuensi bunyi jantung.
Abdomen : Membuncit (pembesaran hati, limfe, tumor, acites)
Tali pusat : Berdarah, hernia.
Alat kelamin: Testis sudah turun untuk bayi laki-laki, labia mayora menutupi
labia minora untuk bayi perempuan, fimosis, adanya
perdarahan / lendir dari vagina.
Anus : Tidak ada atresia ani.
Ekstremitas : Fokomelia, sindaktili, polidaktili, fraktur, paralisis, keadaan
neuromuskuler, reflek moro, reflek genggam, reflek rooting,
dan sebagainya, tonus otot (Wiknjosastro, 2007: 252)
Lain –lain
- Mekonium harus keluar dalam 24 jam pasca lahir, bila tidak, harus
waspada terhadap atresia ani / obstruksi usus
- Urin harus ada pula dalam waktu 24 jam, bila urin tidak ada dalam 24 jam
harus diperhatikan kemungkinan obstruksi saluran kencing.

E. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
a. Biodata
b. Keluhan utama
c. Riwayat :
1) Antenatal
Minimal ibu melakukan kunjungan ANC sebanyak 4 kali, yaitu pada
setiap trimester akhir sebanyak 2 kali (Manuaba, 1998 : 129).
Ibu menjalani kehamilan sampai aterm ( 37 – 42 minggu).
(Pusdiknakes, 1993 : 69)
Ditanyakan pula penyakit yang diderita ibu dan pengobatannya apakah
pernah mengalami trauma fisik psikologis (Jumiarni, dkk, 1994 : 57).
2) Natal
Bayi dilahirkan dengan jenis partus biasa (normal / spontan) yaitu bayi
lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau
pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi dan umumnya
berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2007 :
180).
3) Post natal
Bayi sehat akan menangis dalam 30 detik dan bernafas spontan, gerak
aktif, keadaan umum bayi dinilai 1 menit dan 5 menit pasca lahir
menggunakan nilai APGAR.

2. Data Obyektif
a. Keadaan umum : Bayi bernafas spontan, teratur, menangis kuat, gerak
aktif, reflek primitif positif.
b. Tanda vital menurut Jumiarti, dkk, 1994 : 154).
- Denyut jantung bayi normal berkisar antara 120 – 140 x/menit.
- Pernafasan bayi normal berkisar antara 30 – 60 x/menit.
- Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,5oC – 37oC.
c. Karakteristik khusus
1) Kepala
Lingkar kepala bayi berkisar 31 sampai 35,5 cm, dan sebanding atau
lebih besar dari lingkar dada, fontanel cekung menandakan dehidrasi,
fontanel menonjol menandakan peningkatan tekanan intrakranial
(Hamilton, 1995 : 220).
2) Mata
Sesnsitif cahaya, menerima cahaya dan mengikutinya, fokus dan
pembentukan air mata (Hamilton, 1995 : 220).
3) Hidung
Adakah pernafasan cuping hidung, sekret, kaji irama pernafasan.
4) Mulut
Bibir harus kemerahan dan lidah harus rata, tidak boleh memanjang
atau menjulur diatas bibir, frenulum harus tidak membatasi gerakan
lidah, atap dari mulut (langit-langit keras) harus tertutup, dan uvula
(langit-langit lunak) harus terdapat (Hamilton, 1995 : 222).
5) Telingga
Adakah kelainan, pengeluaran sekret.
6) Leher
Adakah pembengkakan, tonic neck.
7) Dada
Bentuk dada, tidak ada retraksi, pernafasan normal, tampak
pembesaran payudara karena benyaknya hormon wanita dari darah
ibu, hilang setelah lahir (Hamilton, 1995 : 221)
8) Abdomen
Adakah kembung, keadaan tali pusat harus kering, tidak ada
perdarahan, tidak ada kemerahan disekitarnya.
9) Genetalia
Testis sudah turun ke kantong skrotum, adakah hydrocele, fimosis
pada bayi laki-laki. Pada bayi perempuan labia minora dan klitoris
mungkin membengkak saat lahir sebagai akibat tingginya hormon
wanita dalam darah ibu, dilihat pula adakah perdarahan withdrawal
(Hamilton, 1995 : 221).
10) Anus
Bayi normal memiliki lubang anus.
11) Keadaan dan kelengkapan ektremitas.
Adakah cacat bawaan dan jumlah normal bagian-bagiannya.
12) Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan, biasanya halus, lembut, dan padat,
dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan
selengkapnya. Kulit biasanya dilapisi verniks kaseosa.
13) Reflek
- Moro : Bila diberi rangsangan yang mengagetkan akan
terjadi reflek lengan dan tangan terbuka serta
kemudian diakhiri dengan adduksi lengan.
- Menggenggam: Bila telapak tangan dirangsang akan memberi
reaksi seperti menggenggam.
- Menghisap : Bila diberi rangsangan pada ujung mulut, kepala
akan menoleh ke arah rangsangan, serta bila
dimasukkan sesuatu ke dalam mulutnya otomatis
membuat gerakan menghisap.

F. ANALISA DATA
Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan metode sebagai berikut,
menurut Pusdiknakes (1995 : 29) :
1. Menentukan hubungan antara fakta yang satu dengan yang lainnya.
2. Untuk mencari hubungan sebab akibat.
3. Menentukan masalah yang terjadi.
4. Menentukan penyebab utamanya.
5. Menentukan tingkat masalah.

G. DIAGNOSA KEBIDANAN
Di dalam diagnosa, unsur-unsur yang perlu dicantumkan menurut Pusdiknakes
(1995 : 24) adalah :
1. Keadaan pasien/klien.
2. Masalah utama dan penyebabnya.
3. Masalah potensial.
4. Prognosa.

H. PERENCANAAN
Diagnosa kebidanan : BBL normal, aterm, letak belakang kepala, dengan
masalah :
1. Potensial hipotermi sehubungan dengan perubahan suhu dari intrauterin ke
ekstrauterin.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada BBL, bayi melewati
masa transisi dengan baik.
Kriteria : - AS 10
- Suhu 36,50 – 37,50C
- Akral tubuh hangat.
Intervensi :
a. Keringkan tubuh bayi terutama daerah kepala dari cairan ketuban dan
darah.
R/ Menurunkan efek-efek stress dingin misalnya peningkatan kebutuhan
O2 dan berhubungan dengan hypoxia yang selanjutnya dapat menekan
upaya pernapasan dan mengakibatkan asidosis saat bayi memaksa
metabolisme anaerobi dengan produk akhir asam laktat (Doenges,
2001 : 566).
b. Bebaskan jalan napas dengan melerakkan bayi pada posisi kepala lebih
rendah dari badan.
R/ Memudahkan drainase mukus dari nasofaring dan trakea dengan
gravitasi dan membantu menghilangkan akumulasi cairan,
memudahkan upaya pernapasan dan membantu mencegah aspirasi
(Doenges, 2001 : 560).
c. Letakkan bantal kecil/gulungan handuk di bawah bahu setinggi 2-3 cm di
atas kasur.
R/ Memudahkan drainase mucus (Doenges, 2001 : 573).
d. Lakukan rangsangan taktil.
R/ Merangsang upaya pernapasan dan dapat meningkatkan inspirasi O 2
(Doenges, 2001 : 573).
e. Bungkus bayi dengan kain bersih dan kering terutama daerah kepala.
R/ Mengurangi kehilangan panas akibat evaporasi dan konduksi
melindungi kelembaban dari aliran udara pendingin udara dan
membatasi stress akibat perindahan lingkungan dari intrauterin ke
ekstrauterin yang hangat ke lingkungan yang dingin. Besar permukaan
kepala lebih besar dari keseluruhan luar/permukaan tubuh BBL. Oleh
karena itu BBL dapat mengalami kehilangan panas yang dramatik bila
kepala tidak ditutup (Doenges, 2001 : 579).
f. Jangan memandikan BBL sebelum 6 jam.
R/ Membantu mencegah kehilangan panas lebih lanjut karena evaporasi
(Doenges, 2001 : 570).
g. Dekatkan segera pada ibu.
R/ Kontak bahu kulit dengan ibu akan membuat bayi lebih mampu
bertahan (Doenges, 2001 : 570).
h. Letakkan bayi di ruangan/box yang hangat atau rooming in.
R/ Mengurangi kemungkinan kehilangan panas melalui evaporasi dan
konveksi dan membantu menghemat energi (Doenges, 2010 : 570).

2. Masalah II : Potensial terjadi infeksi.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan BBL, dapat terhindar
dari infeksi.
Kriteria : - Tali pusat bersih.
- Tidak demam/kejang.
Intervensi :
a. Lakukan perawatan tali pusat dengan teknik aseptik.
R/ Meminimalkan masuknya bakteri dan penyebaran infeksi.
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat.
R/ Meminimalkan terjadinya infeksi.
c. Lakukan observasi pada tali pusat selama 48 jam pertama.
R/ Deteksi dini adanya komplikasi.
d. Ajarkan ibu perawatan tali pusat yang benar.
R/ Pengetahuan yang adekuat menimbulkan sikap kooperatif keluarga
dalam meaksanakan tindakan dan meningkatkan pengeringan dan
pemulihan, peningkatan nekrosis dan pengelupasan normal,
menghilangkan media lembab untuk pertumbuhan bakteri (Doenges,
2001 : 259).
e. Beri informasi kepada keluarga tentang adanya tanda infeksi seperti panas,
nyeri, benjolan, kemerahan.
R/ Orangtua dapat segera meminta bantuan bila ada tanda infeksi.

3. Masalah III : Potensial gangguan pertukaran gas sehubungan dengan stresor


prenatal, produksi mukus berlebihan, dan fluktuasi temperatur
tubuh.
Tujuan : Mempertahankan jalan napas.
Kriteria : - Frekuensi pernapasan normal (30-60x /menit).
- Bebas dari tanda-tanda distress pernapasan.
Intervensi :
a. Hisap nasofaring sesuai kebutuhan. Perhatikan warna, jumlah, dan
karakter mukus yang dikeluarkan.
R/ Menjamin kebersihan jalan napas.
b. Posisikan bayi miring dengan gulungan handuk untuk menyokong
punggung.
R/ Memudahkan drainase mukus.
c. Asukultasi bunyi napas dan catat kejelasannya. Perhatikan adanya ronchi.
R/ Bunyi napas harus sama bilateral. Inspirasi ronchi mungkin ada
beberapa jam pertama setelah kelahiran. Ronchi menetap dapat
menandakan RDS sindrom distress pernapasan.
d. Observasi dan catat tanda-tanda distress (ngorok, retraksi otot pernapasan
pernapasan cuping hidung).
R/ Tanda-tanda ini menunjukkan mekanisme kompensasi pada hipoksia.
e. Perhatikan simetris gerakan dada.
R/ Asimetris dapat menunjukkan pneumotorak berkenaan dengan
tindakan resusitatif sebelumnya.
(Doenges, 2001 : 569-575)
4. Masalah IV : Potensial hipoglikemi sehubungan dengan metabolisme asam
lemak tidak dapat memenuhi pada bayi oleh karena bayi
mengalami hipoglikemi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan tidak terjadi hipoglikemia.
Kriteria : - Bayi minum dengan kuat.
- Gerakan reflek baik.
- Suhu tubuh normal 36,50C – 37,50C
- Suara tangis kuat.
- Kulit bayi merah.
- Konsistensi gula darah normal 30 mg% pada bayi cukup
bulan.
Intervensi :
a. Segera diberi ASI setelah lahir.
R/ Dengan pemberian ASI segera, maka metabolisme asam lemak akan
dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengurangi energi bayi.
b. Berikan ASI eksklusif 6 bulan.
R/ Kandungan ASI memenuhi kebutuhan bayi dan meminimalkan angka
kesakitan bayi.

5. Potensial terjadi komplikasi/masalah pada kulit, mata dan bagian tubuh


lainnya.
Tujuan : Komplikasi tidak terjadi.
Kriteria : - Tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Kulit halus, tidak bersisik, tidak mengelupas.
Intervensi :
a. Tetesi mata bayi dengan salep erlamycetin.
R/ Mencegah infeksi mata.
b. Pakai handuk halus saat mengeringkan bayi.
R/ Mencegah trauma kulit.
I. PELAKSANAAN
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh yang telah disusun dilakukan dalam
memberikan asuhan pada anak sehat sesuai dengan rencana yang telah disusun
berdasarkan diagnosa dan masalah yang timbul (Depkes RI, 1995)

J. EVALUASI
Langkah terakhir ini manajemen kebidanan adalah evaluasi. Evaluasi adalah
tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana. Bidan melakukan evaluasi
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam rencana kegiatan. Tujuan
evaluasi adalah kegiatan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan
kebidanan yang dilakukan. Hasil dari evaluasi dapat digunakan untuk kegiatan
asuhan lebih lanjut bila diperlukan atau sebagai bahan peninjauan terhadap
langkah. Langkah didalam proses manajemen kebidanan sebelumnya oleh karena
tindakan yang dilakukan kurang berhasil (Depkes RI, 1995 : 24 – 27)
Dalam evaluasi harus dicantumkan juga
S : Data Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data melalui
anamnesa.
O : Data Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik, lab tes,
diagnosa yang dirumuskan dalam fokus untuk mendukung anamnesa.
A : Assesment
Menggambarkan hasil analisa dan interpretasi DS, DO dalam situasi
identifikasi.
1. Diagnosa masalah.
2. Antisipasi diagnosa / masalah potensial.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian, perencanaan, tindakan evaluasi
berdasarkan assesment.
(Depkes RI, 1995 : 7 – 10)
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 30 Jauari 2010, pukul 18.30 WIB.
Tempat : BPS Ny. Pristi Wahyuni, Amd.Keb. Bendo Magetan.
1. Pengumpulan Data
a. Data Subyektif
1) Biodata
Nama : Bayi Ny.”S”
Tanggal Lahir : 30 Januari 2010, pukul 16.20 WIB.
Umur : 2 Jam 10 menit
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak Ke- :2
Penanggung Jawab :
Istri Suami
Nama : Ny.”S” Tn.”O”
Umur : 39 tahun 41 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP STM
Pekerjaan : IRT Tani
Penghasilan :- Rp. 1.000.000,-/panen

2) Riwayat Antenatal
Selama hamil, ibu periksa rutin ke bidan, tidak ada keluhan berat. Pada
hamil muda, ibu hanya mual da muntah ringan. Pada TM II ibu tidak
memiliki keluhan, sedangkan pada TM III mengeluh sering kencing.
Ibu merasakan gerakan janin sekitar usia 5 bulan. Selama hamil, ibu
mendapatkan terapi Vitamin C, tablet tambah darah, tablet yodium,
dan calk. Penyuluhan yang didapat dari bidan yaitu mengenai nutrisi
ibu hamil, istirahat, personal hygiene, perawatan payudara. Ibu telah
melaksanakan penyuluhan tersebut.
Nutrisi :
Ibu makan dengan porsi sedang 3 kali sehari. Komposisi nasi, sayur
(bayam, kangkung), lauk pauk (tempe, tahu, ikan, ayam), kadang buah
(jeruk, pisang), minum air putih 8-10 gelas/hari.
3) Riwayat Natal
Bayi lahir spontan, belakang kepala, UK : 39 minggu, jenis kelamin
laki-laki pada tanggal 30 Januari 2010, pukul 16.20 WIB. Plasenta
lahir spontan lengkap, 4 menit kemudian.
Lama persalinan :
Kala I : 6 jam
Kala II : 10 menit
Kala III : 4 menit
Kala IV : 2 jam PP
4) Riwayat Post Natal
Setelah bayi lahir, dilakukan penilaian segera selama 2 detik mengenai
tangisan dan gerakan.
Hasil penilaian : Bayi menangis spontan dan kuat, gerakan aktif.
Penilaian keadaan bayi berdasakan APGAR SCORE, yaitu :

Menit 1 Menit 2
A (Appearance) 1 2
P (Pulse) 2 2
G (Grimace) 2 2
A (Actifity) 2 2
R (Respiratory) 2 2
9 10

APGAR SCORE 9-10 tergolong asfiksia ringan/dikatakan bayi dalam


keadaan normal.
Ibu dan bayi berada dalam ruangan yang sama. Ibu mengatakan
khawatir kalau bayinya kedinginan karena cuaca yang agak dingin
karena ruanga tidak dalam keadaan tertutup.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Baik dari pihak keluarga ibu dan suami tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit menurun dengan gejala tekanan darah tinggi, pusing
yang hebat (hipertensi), sering kencing, minum dan makan (DM),
nyeri dada, mudah lelah (jantung), dan darah sukar membeku
(hemofili). Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit dengan
gejala batuk lama tidak sembuh-sembuh, batuk berdarah (TBC), sesak
napas (asma), seluruh tubuh kuning (hepatitis).

b. Data Obyektif
1) Keadaan Umum : baik, bisa menyusu.
2) TTV
S : 36,60C
N : 130x /menit
R : 50x /menit
3) BB : 3.000 gram
Tb : 50 cm
4) LK : 33 cm
Lila : 8 cm
LD : 32 cm
5) Pemeriksaan Fisik
Kepala : Rambut hitam, penyebaran merata, fontanela mayor
belum menutup, tidak ada chepal hematom, tidak ada
hidrochepalus, UUB tidak cekung, terdapat sedikit
verniks caseosa.
Lingkar Kepala :
- Sirkumferensia sub occipito bregmatika : 31 cm
- Sirkumferensia fronto occipitalis : 33 cm
- Sirkumferensia mento occipitalis : 34 cm
Ukuran kepala :
- Diameter biparetal : 9,2 cm
- Diameter bitemporal : 8 cm
- Diameter sub occipito bregmatika : 9,5 cm
- Diameter occipito fronto : 12,6 cm
- Diameter sub mento bregmatika : 9,5 cm
- Diameter sub mento fronto : 11 cm
Muka : Tidak sianosis.
Mata : Simetris, tidak ada pus, sklera putih, konjungtiva merah
muda, terdapat reflek cahaya dan reflek berkedip, tidak
ada secret mata.
Hidung : Tidak ada atresia koana, bersih, tidak ada lendir yang
keluar.
Telinga : Simetris, tidak ada serumen.
Mulut : Bibir kemerahan, tidak sumbing, tidk pucat, tidak ada
candisiasis.
Leher : Reflek menelan baik, tidak ada pembesaran kelenjar
lymfe dan tyroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Dada : Simetris, tidak ada tarikan dinding dada, bunyi jantung
teratur, tidak ada ronchi.
Abdomen : Tidak kembung, tali pusat bersih dan basa terikat
dengan baik, tali pusat terbungkus kasa steril, tidak ada
nanah dan perdarahan.
Genetalia : Bersih, testis sudah turun jumlah testis 2 buah.
Anus : Tidak ada atresia ani, mekoneum keluar 1,5 jam setelah
lahir.
Ekstremitas : Pergerakan aktif, tidak ada polidaktili, adaktili,
sindaktili, per varus, per valgus, kuku jari tangan
panjang dan lunak, ekstremitas teraba dingin.
Kulit : Halus, lembut, berwarna kemerahan, tidak ikterus,
turgor kulit baik, pada punggung masih terdapat verniks
caseosa, lanugo tipis halus.
6) Refleks
- Moro
Pada saat kita mengangkat bayi, lalu kita kagetkan dengan cara
menurunkannya dengan tiba-tiba, bayi tampak ingin memeluk.
- Menggenggam
Palmar graps : Pada saat mengecek refleks ini, kita meletakkan
jari tangan kita pada telapak tangan bayi, lalu bayi
menggenggam jari tangan kita.
Plantar graps : Kita letakkan bayi dalam posisi terlentang, lalu
kita tekan ibu jari kaki bayi, kita lihat reaksinya
dan hasilnya seluruh jari kaki akan refleksi.
- Mencari puting, menghisap dan menelan.
Kita letakkan bayi pada dada ibu, kita biarkan bayi mencari puting
ibu. Setelah + 45 menit bayi menemukan puting ibu, lalu bayi
menghisap puting dan menelan ASI.
7) Terapi yang didapat
Perawatan tali pusat dengan kasa steril.

2. Analisa Data

No Diagnosa/Masalah Data Dasar


1. Bayi lahir spontan, aterm, DS :- Ibu mengatakan anaknya lahir pada
belakang kepala, jenis usia kehamilan 9 bulan, pada
kelamin laki-laki, BB : tanggal 30-01-2010, pukul 16.20
50 cm, PB : 50 cm, AS : WIB, saat lahir bayi menangis
9-10, KU baik, potensial kuat.
terjadi hipotermi - Ibu mengatakan khawatir kalau
sehubungan dengan anaknya kedinginan karena cuaca
perubahan lingkungan yang agak dingin.
dari intrauterin ke DO :- Bayi lahir aterm UK : 39 minggu,
ekstrauterin (cuaca yang belakang kepala, jenis kelamin
agak dingin dan karena laki-laki, pada tanggal 30-01-2010,
keadaan ruangan yang pukul 16.20 WIB.
tidak ditutup). - AS : 8-9
- TTV
S : 36,60C
N : 130x /menit
R : 50x /menit
No Diagnosa/Masalah Data Dasar
- BB : 3.000 gram
PB : 50 cm
LK : 33 cm
Lila : 8 cm
LD : 32 cm
- Ekstremitas teraba dingin.
- Keadaan fisik normal.

B. DIAGNOSA KEBIDANAN
Bayi lahir spontan, aterm, belakang kepala, jenis kelamin laki-laki, BB : 50 cm,
PB : 50 cm, AS : 9-10, KU baik, potensial terjadi hipotermi sehubungan dengan
perubahan lingkungan dari intrauterin ke ekstrauterin (cuaca yang agak dingin
dan karena keadaan ruangan yang tidak ditutup).
Prognosa baik.

C. PERENCANAAN
Diagnosa/masalah : Bayi lahir spontan, aterm, belakang kepala, jenis kelamin
laki-laki, BB : 50 cm, PB : 50 cm, AS : 9-10, KU baik, potensial terjadi hipotermi
sehubungan dengan perubahan lingkungan dari intrauterin ke ekstrauterin (cuaca
yang agak dingin dan karena keadaan ruangan yang tidak ditutup).
Tujuan : Bayi dalam keadaan baik dan tidak terjadi hipotermi setelah
dilakukan perawatan.
Kriteria : KU baik, suhu : 36,50C – 37,50C, tidak terjadi komplikasi selama
perawatan, ekstremitas hangat, tidak sianosis, menetek + 10x /sehari,
BB tidak turun melebihi 10% BB lahir.
Intervensi :
1. Anjurkan ibu untuk memberi ASI setiap saat.
R/ ASI mengandung zat-zat sesuai untuk bayi, sehingga nutrisi tercukupi.
2. Lakukan rawat gabung.
R/ Dengan rawat gabung, ibu akan lebih mudah menyusui bayinya sewaktu-
waktu dan dapat meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayi.
3. Observasi KU tiap 1 jam, suhu tubuh, nadi, pernapasan, BB, air kencing,
mekoneum, perubahan warna kulit dan gerakan bayi.
R/ Observasi dini akan adanya komplikasi akan mempermudah dalam
perencanaan tindakan untuk mengatai komplikasi akan mempermudah
dalam perencanaan tindakan untuk mengatasi komplikasi yang terjadi.
4. Mandikan bayi dengan air hangat (minimal 6 jam setelah lahir dan suhu
tubuhnya anatara 36,50C – 37,50C).
R/ Air hangat akan mengurangi penguapan.
5. Segera bungkus bayi setelah dimandikan dengan kain hangat dan bersih,
terutama bagian kepala.
R/ Mencegah kehilangan panas berlebih.
6. Ganti segera pakaian dan popok bayi yang basah, dengan pakaian yang bersih
dan kering.
R/ Benda basah yang melekat pada bayi aka mendinginkan suhu tubuh.
7. Tempatkan bayi pada lingkungan yang hangat.
R/ Lingkungan yang hangat akan mempertahankan suhu tubuh bayi dalam
keadaan stabil.
8. Olesi bayi dengan minyak telon pada telapak tangan, kaki dan perut.
R/ Menimbulkan rasa hangat.
9. Jelaskan pada ibu cara mencegah hipotermi.
R/ Ibu dapat mngetahui, sehingga ibu dapat menjaga dan merawat bayinya
agar tetap hangat.

D. PELAKSANAAN
Tanggal 30 Januari 2010, pukul 18.45 WIB.
Diagnosa/masalah : Bayi lahir spontan, belakang kepala, umur 2 jam 10 menit,
jenis kelamin laki-laki, KU baik, potensial terjadi hipotermi sehubungan dengan
perubahan lingkungan dari intrauterin ke ekstrauterin (cuaca yang agak dingin
dan karena keadaan ruangan yang tidak ditutup).
Implementasi :
1. Menganjurkan pada ibu untuk memberi ASI setiap saat.
2. Melakukan rawat gabung.
3. Melakukan observasi terhadap KU bayi, suhu tubuh, nadi, pernapasan, BB, air
kencing, mekoneum, perubahan warna kulit dan gerakan bayi.
4. Mengganti segera pakaian dan popok bayi yang basah.
5. Menempatkan bayi pada lingkungan yang hangat.
6. Menjelaskan pada ibu cara mencegah hipotermi :
- Memandikan bayi dengan air hangat.
- Mengeringkan bayi dengan seksama.
- Membungkus bayi dengan kain yang kering dan bersih.
- Mengolesi tubuh bayi dengan minyak telon.
- Meletakkan bayi pada ruangan yang hangat.
- Selalu dekap bayi dan berikan ASI.

E. EVALUASI
Tanggal 30 Januari 2010, pukul 20.10 WIB.
Diagnosa/masalah : Bayi lahir spontan, belakang kepala, umur 2 jam 10 menit,
jenis kelamin laki-laki, KU baik, potensial terjadi hipotermi sehubungan dengan
perubahan lingkungan dari intrauterin ke ekstrauterin (cuaca yang agak dingin
dan karena keadaan ruangan yang tidak ditutup).
S : - Ibu mengatakan akan menyusui bayinya setiap saat.
- Ibu mengatakan mengerti dan paham mengenai cara mencegah
hipotermi pada bayinya.
O : - Ibu dan bayi berada dalam satu ruangan, ibu terlihat sedang menyusui
bayinya.
- Ibu dapat mengulang kembali penjelasan mengenai cara mencegah
hipotermi pada bayinya.
- TTV setelah 1 jam IMD :
S : 36,60C
N : 130x /menit
R : 50x /menit
BB : 3.000 gram
- Ekstremitas atas dan bawah teraba hangat dan terbungkus kaos tangn
dan kaos kaki.
- Bayi tidak sianosis.
- Gerakan bayi aktif, menetek dengan kuat.
A : BBL, KU baik, tidak terjadi hipotermi, pengetahuan ibu bertambah
mengenai cara mencegah hipotermi pada bayinya.
P : Lanjutan intervensi
- Anjurkan pada ibu untuk terus menyusui bayinya.
- Mandikan bayi dengan air hangat (minmal 6 jam setelah lahir dan suhu
antara 36,50 – 37,50C).
- Bungkus badan dan kepala bayi dengan kain bersih dan kering.
- Ganti popok sesegera mungkin.
- Olesi minyak telon pada telapak tangan, kaki, punggung dan perut.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1993. Asuhan Kebidanan Anak dalam Konteks Keluarga. Jakarta : Depkes
RI.

______, 2007. Asuhan Persalinan Normal-Revisi. Jakarta : P-IBI nitas. Jakarta :


EGC.

Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Jumiarni, dkk. 1994. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta : EGC.

Manuaba, IGB. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Saifuddin, AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBPSP.

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP.

Doenges, Marilyn E, dkk. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC.

You might also like