Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Magetan, 2010
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
TINJAUAN TEORI
B. PRE-EKLAMSIA
1. Pengertian
Pre-eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odema dan
protein uria yang timbul karena kehamilan. (Wiknjosastro, 2007: 282)
Pre-eklamsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan
berat bila satu atau lebih tanda/gejala di bawah ini ditemukan:
a. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan dastolik 110 mmHg
atau lebih.
b. Protein uria 5 gram atau lebih dalam 24 jam: 3 atau 4+ pada pemeriksaan
kualitatif.
c. Ologoria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam.
d. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium.
e. Edema paru-paru atau sianosis.
(Wiknjosastro, 2007: 282)
Klasifikasi pre-eklamsia
a. Pre-eklamsia ringan
Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu.
Proteinuria 0,3 gram atu lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai
2 pada urine kateter atau urine aliran pertengahan.
b. Pre-eklamsia berat
Bila salah satu diantara gejala atau tanda diketemukan pada ibu hamil,
sudah dapat digolongkan pre-eklamsia berat.
Tekanan darah 160/110 mmHg.
Oligouria, urine kurang dari 400 cc/24 jam.
Proteinuria lebih dari 3 gram/liter.
Keluhan subjektif:
- Nyeri epigastrium.
- Gangguan penglihatan.
- Nyeri kepala.
- Edema dan sianosis.
- Gangguan kesadaran.
- Gangguan kesadaran.
Pemeriksaan:
- Kadar enzim hati meningkat diserta ikterus.
- Perdarahan pada retina.
- Trombosit <100.000 /mm.
(Manuaba, 1998)
2. Etiologi
Penyebab pre-eklamsia dan eklamsia sampai sekarang belum diketahui.
Diduga banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya eklamsia.
(Wiknjosastro, 2007: 283)
3. Patofisiologi
Pre-eklamsia jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena itu,
sebagian besar pemeriksaan anatomi-patologik berasal dari penderita yang
meninggal. Pada saat penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsy hati dan
ginjal, ternyata bahwa perubahan anatomi patologik pada alat-alat itu pada
pre-eklamsia tidak banyak berbeda daripada yang ditemukan pada eklamsia.
Terjadi perubahan-perubahan pada ginjal, sehingga menyebabkan proteinuria
dan mungkin sekali ada hubungannya dengan retensi garam dan air. Sesudah
persalinan berakhir, sebagian besar perubahan yang digambarkan menghilang.
(Wiknjosastro, 2007: 284)
4. Tanda dan Gejala
Tekanan darah sistolik >160 mmHg
Tekanan darah diastolik > 110 mmHg
Peningkatan kadar enzim hati atau dan ikterus
Trombosit < 100.000 /mm3
Oligouria < 400 ml/24 jam
Proteinuria > 3 gram/liter
Nyeri epigastrium
Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat.
Perdarahan retina
Edema pulmonal
Koma
5. Diagnosis
Pada umumnya diagnosis pre-eklamsia didasarkan atas adanya 2 dari trias
tanda utama: hipertensi, edema, dan proteinuria. Hal ini dapat merugikan
penderita, karena tiap tanda dapat merupakan bahaya, kendatipun ditemukan
tersendiri. (Wiknjosastro, 2007: 288)
6. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin.
Komplikasi lainnya pada ibu:
a. Pre-eklamsia berat → eklamsia
b. Solusio plasenta
c. Kelainan mata (penglihatan)
d. Hipofibrinogenemia
e. Hemolisis
f. Perdarahan otak dan edema paru-paru
g. Nekrosis hati
h. Sindrom HELLP (haemolysis, elevated, liver enzymes dan low platelet)
i. Kelainan ginjal (kurang berfungsinya fungsi ginjal)
Kelainan pada bayi:
j. Komplikasi lain
k. Prematuritas
(Wiknjosastro, 2007: 296-297)
7. Penanganan
Pada penderita yang masuk RS sudah dengan tanda-tanda dan gejala-gejala
pre-eklamsia berat, harus segera diberikan sedative yang kuat untuk mencegah
timbulnya kejang-kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut dapat
diatasi, dapat dipikirkan cara yang terbaik untuk menghentikan kehamilan.
Tindakan ini perlu untuk mencegah seterusnya bahaya eklamsia.
Sebagai pengobatan untuk mencgah timbulnya kejang, dapat diberikan:
a. Larutkan sulfas magnesium 40% sebanyak 10 ml (4 gram) disuntikkan
intramuscular bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan dan dapat
diulang 4 gram tiap 6 jam menurut keadaan. Tambahan sulfas magnesium
hanya diberikan bila diuresis baik, reflex patella +, dan kecepatan
pernafasan lebih dari 16 x/menit. Obat tersebut selain menenangkan, juga
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diurisis.
b. Kloropromazin 50 mg intramuskuler.
c. Diazepam 20 mg intramuskuler.
(Wiknjosastro, 2007: 292-293)
C. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif
a. Biodata
Usia
Insiden tinggi primigravida muda meningkat pada primigravida tua.
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun, insiden >3 kali lipat.
Partus
Angka kejadian tinggi pada primigravida muda maupun tua.
Primigravida tua resiko lebih tinggi untuk pre-eklamsia berat.
(Anonim, 1992)
Tingkat ekonomi
Frekuensi pre-eklamsia juga banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial
ekonomi didapatkan antara 3-7. (Wiknjosastro, 2007)
Tempat tinggal
Pre-eklamsia akan diperberat oleh wanita yang tinggal di tempat
kumuh. (Cuningham, 1995)
b. Keluhan utama
Sakit kepala yang keras, penglihatan kabut, nyeri ulu hati, kegelisahan
dan hyperefleksi sering mendahului serangan kejang. (Sastrawinata,
1984: 99)
Didapatkan nyeri epigastrium, mual atau muntah-muntah.
(Wiknjosastro, 2007: 287)
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang
- Faktor predisposisi seperti penyakit hipertensi.
- Wanita dengan riwayat penyakit ginjal, diabetes, vaskuler
hipertensi dapat mempengaruhi terjadinya pre-eklamsia.
(Carpenito, 1998)
Riwayat kesehatan keluarga
- Keturunan hamil ganda foetalis. (Wiknjosastro, 2007)
Hidrops foetalis : berhubungan mencapai sekitar 50% kasus.
(Antonius, 1992)
- Jika ada riwayat pre-eklamsia/eklamsia pada ibu/nenek penderita
faktor resiko meningkat sampai + 25%. (Antonius, 1992)
- Keluarga dnegan riwayat hipertensi kronik mempunyai riwayat
pre-eklamsia dan eklamsia dapat mempengaruhi terjadinya PEB.
(Sastrawinata, 1994)
d. Riwayat obstetri
1) Haid
Menarche sekitar umur 13-16 tahun
Siklus 28-30 hari
Lama 3-5 hari
Jumlah + 50 cc
(Manuaba, 1998)
2) Riwayat kehamilan
Pada primigravida frekuensi pre-eklamsia lebih tinggi disbanding
dengan multigravida muda, mola hydatidosa, kehamilan ganda,
hidrop fetalis. (Wiknjosastro, 2007)
Pada umumnya PE baru timbul sesudah kehamilan 20 minggu dan
makin tua kehamilan makin besar resikonya. (Sastrawinata, 1984)
Pada mola hydatidosa penyakit ini dapat timbul sebelum minggu
ke-20. (Sastrawinata, 1984
3) Riwayat persalinan
Pada PEB kala II harus dispersing dengan vacuum/vorcep, jadi ibu
dilarang mengejan bila ada indikasi obstetrik, dilaksanakan SC.
(Mochtar, 1998)
Indikasi pengakhiran kehamilan, yaitu:
- PE ringan dari kehamilan lebih cukup bulan.
- PE dengan hipertensi/protein urin menetap selama 10-14 hari
dan janin cukup matur.
- PEB dan eklamsia dicoba dengan indikasi, bila gagal dilakukan
SC. (Wiknjosastro, 2007)
4) Riwayat KB
Resiko terjadi hipertensi bisa dikaitkan dengan pemakaian
kontrasepsi oral. (Cuningham, 1995)
e. Pola kebiasaan sehari hari
1) Nutrisi
Konsumsi natrium dalam kehidupan sehari-hari biasanya terlalu
banyak, sehingga menyebabkan retensi natrium.
2) Eliminasi
Pola eliminasi : urin yang dihasilkan tidak terlalu banyak, karena
terjadi retensi air dalam tubuh.
3) Personal hygiene
Kebersihan tubuh tetap dijaga untuk menghindari infeksi.
4) Aktivitas dan istirahat
Istirahat tidak selalu berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan
sehari-hari perlu dikurangi dan dianjurkan lebih banyak duduk dan
berbaring. (Wiknjosastro, 2007: 290)
f. Riwayat ketergantungan
Kebiasaan merokok: insiden pada ibu perokok akan memperparah
keadaan PEB.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan umum : KU bisa baik hingga buruk, kesadaran bisa
composmentis hingga coma.
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Pada PEB, tekanan darah meningkat 160/110 mmHg
atau lebih dan biasanya kembali normal setelah persalinan.
Nadi : Peningkatan pada nadi dapat terjadi.
Suhu : Dapat terjadi peningkatan suhu, jika terjadi infeksi.
c. BB : Kenaikan BB ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih dapat
dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, hal ini
perlu menimbulkan kewaspadaan pre-eklamsia. (Wiknjosastro, 2007: 282)
d. Pemeriksaan fisik
1) Muka
Wajah sembab, pada mata dijumpai oedem retina dan spasma
pembuluh darah. Dalam hal ini kita curigai PEB, ikterus oleh karena
kadar enzim meningkat. (Manuaba, 1998: 242)
2) Dada
Adanya oedem paru yang menimbulkan dekompensasi cordis bisa pula
terjadi aspirasi pneumonia tau abses paru. (Mochtar, 1998 : 200)
3) Abdomen
Terdapat kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap rangsang,
sehingga mudah terjadi partus prematurus, pada auskultasi gawat janin
disebabkan oleh menurunnya aliran darah ke plasenta. (Mochtar,
1998 : 201)
4) Genetalia
Pada kasus PEB ditemukan oedem genetalia. (WHO, 2001: 18)
5) Ekstremitas
Terdapat oedem umum, kaki, tangan, ujung jari. (Mochtar, 1998: 241)
e. Pemeriksaan fisik
1) Urine
- Protein uria ++/+++/++++/ (Sarwono, 2006: 282)
- Protein uria >9 gram tiap hari (3+ sampai dengan 5+ berdasarkan
pengujian semi kuantitatif. (Martin, 1999: 840)
2) Darah
- Terjadi peningkatan hematokrit.
- Konsistensi kalium natrium klorida dalam serum normal.
- Asam urat darah meningkat (umum selalu ditemukan) hal ini
disebabkan karena glomelurus menurun. (Sarwono, 2006: 282)
- Trombosit <100.000/mmHg. (Manuaba, 1998: 242)
D. DIAGNOSA KEBIDANAN
Setelah dilakukan analisa data, dari data subjektif dan objektif yang terkumpul
pada persalinan multigravida PEB dengan SC, maka kemungkinan diagnosa dan
masalah yang terjadi adalah: multi, aterm/preterm, tunggal, hidup/mati,
intrauterine, membujur, puka/puki, presentasi kepala, keadaan jalan lahir normal,
KU ……, PEB ……, dengan SC.
Masalah yang terjadi:
1. Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang tindakan operasi
SC. (Doenges, 2001: 366)
2. Ketidakberdayaan maternal karena tidak ada pilihan persalinan lain.
(Doenges, 2001: 31)
E. PERENCANAAN
Perencanaan disusun berdasarkan diagnosa masalah yang telah ditegakkan.
Tindakan yang dilaksanakan dapat berupa tindakan mandiri dan kolaborasi.
Diagnosa : G….P…., UK preterm/aterm, sejahtera/distress, tunggal/ganda,
intrauterine, situs bujur/lintang, habitus fleksi, presentasi
kepala/bokong, keadaan panggul normal/sempit, KU baik dengan
pre-SC dengan indikasi PEB.
Tujuan : Proses Seksio Sesarea berjalan lancar tanpa ada penyulit.
Kriteria : - KU baik
- Tanda-tanda vital:
T : < 160/110 mmHg
N : 80-100 x/menit
S : 36-37,50C
R : 16-24 x/menit
- DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)
- Ibu memahami penjelasan yang diberikan.
- Ibu mampu beradaptasi dengan keadaannya.
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga.
R/ Membina hubungan baik antara klien dan petugas (bidan).
b. Jelaskan pada ibu tentang prosedur dan gambaran tindakan operatif dan
pemeriksaan yang akan dilakukan.
R/ Pengetahuan ibu bertambah, sehingga kooperatif dalam tindakan.
c. Minta keluarga untuk menandatangani inform consent.
R/ Inform consent merupakan suatu persetujuan yang diberikan oleh keluarga
untuk dilakukan suatu tindakan.
d. Beri dorongan moril pada ibu dengan berdoa.
R/ Dengan berdoa, akan memberikan ketenangan dan kebutuhan spiritual
terpenuhi.
e. Beri kesempatan pada ibu untuk mengungkapkan perasaannya.
R/ Dengan keterbukaan, beban psikologis ibu akan berkurang.
f. Beritahu ibu untuk tidur dengan posisi miring kiri dan kaki diganjal dengan
bantal.
R/ Aliran darah utera plasenta tidak terganggu karena penekanan oleh uterus.
g. Ajak suami/keluarga untuk memberi support mental pada ibu bila keadaan
memungkinkan.
R/ Ibu akan tenang dalam menghadapi persalinan.
h. Laksanakan observasi DJJ tiap 30 menit.
R/ Deteksi dini terjadinya fetal distress.
i. Puasakan ibu 8-10 jam sebelum pelaksanaan operasi.
R/ Puasa untuk mengosongkan isi lambung untuk mencegah
reflek/pengeluaran isi lambung karena pengaruh anestesi.
j. Kolaborasi dengan tim medis untuk pertolongan persalinan SC.
R/ Agar SC bisa berjalan lancar dan bayi selamat.
F. PELAKSANAAN
Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan berdasarkan rencana tindakan yang
telah dibuat. Dalam pelaksanaan, seorang bidan dapat melakukan tindakan
mandiri, kolaborasi dan rujukan.
G. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan kebidanan untuk menilai sejauh
mana keberhasilan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang ingin
didapat. Adapun evaluasi dilakuan dengan menggunakan SOAP :
S : Data subjektif
Merupakan keluhan/informasi yang dilakukan/diperoleh dari pasien.
O : Data objektif
Merupakan data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dan catatan medis.
A : Assesment
Merupakan analisis dan interpretasi berdasarkan data yang terkumpul, dibuat
kesimpulan.
P : Planning
Merupakan pendokumentasian dari tindakan untuk evaluasi dan rencana di
dalamnya, termasuk:
1. Asuhan mandiri
2. Kolaborasi
3. Rujukan
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
a. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. “K” Tn. ”M”
Umur : 41 tahun 38 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SLTA SLTP
Pekerjaan : IRT Honorer Dinas Perhubungan
Penghasilan :- Rp. 750.000,-/bulan
Umur Kawin : 25 tahun 22 tahun
Alamat : Ds. Wayut, Kec. Jiwan, Kab. Madiun
Tanggal MRS : 31-05-2010, Pukul 20.15 WIB
Dikirim oleh : Bidan
Tanggal Pendataan : 31-05-2010, Pukul 21.00 WIB
Di Ruang Bersalin RSUP dr. Soedono Madiun
Register : 6.35.85.20
b. Alasan MRS
Dirujuk oleh bidan karena PEB.
Keluhan utama
Ibu mengatakan hamil ke-2, UK 9 bulan, mengeluh kenceng-kenceng
sejak tanggal 31-05-2010 dan merasakan sedikit pusing dan tensinya
tinggi.
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Lalu dan Sekarang
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun dengan
gejala banyak minum, makan, sering kencing (DM), sesak nafas,
sering berdebar-debar, telapak tangan dingin dan berkeringat
(jantung), penyakit menahun dengan gejala mual muntah, nyeri ulu
hati, kuku dan sclera kuning (hepatitis), batuk lama >4 minggu,
berdahak, sesak nafas (TBC), keputihan, gatal, berbau, nyeri saat
kencing (PMS), BB turun >10% dalam 1 bulan mudah terserang
penyakit (HIV/AIDS). Ibu mengatakan tidak memelihara kucing,
ayam/unggas di rumah (TORCH). Ibu mengatakan tensinya tinggi
(tekanan darah tinggi) saat hamil ini.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang yang tinggal serumah dengan ibu tidak ada yang mempunyai
penyakit menurun dengan gejala mudah lelah, berdebar, keringat
dingin (jantung), banyak makan, minum dan sering kencing (DM),
penyakit menurun dengan gejala sesak nafas, mengi (asma), tetapi ibu
mengatakan bahwa keluarganya ada yang memiliki penyakit darah
tinggi. Keluarga ibu tidak memiliki penyakit dengan gejala mual,
muntah, nyeri ulu hati, kuku dan sclera kuning (hepatitis), TBC dan
HIV/AIDS.
d. Riwayat Kebidanan
Haid
Menarche : 14 tahun, siklus 28 hari, lama 5 hari, konsistensi encer. Ibu
mengalami nyeri sebelum haid.
HPHT : 11-.09-2009 HPL : 18-06-2010
Riwayat Kehamilan/Nifas yang Lalu
Anak pertama kehamilan cukup bulan, tidak mengalami hipertensi saat
hamil yang pertama, lahir normal ditolong bidan, BB : 2.800 gram,
laki-laki, sekarang hidup usia 16 tahun, tanpa masalah pada saat nifas.
Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu mengatakan ibu hamil ke-2 usia kehamilan 9 bulan, saat hamil
muda ibu mengatakan sering mual muntah. Ibu diberikan obat/vitamin
B6 dan disarankan untuk menghindari makan makanan yang
merangsang mual (berminyak). Pada umur kehamilan 4 bulan, mual
muntah menghilang dan ibu hanya mengeluh sering capek. Ibu diberi
saran oleh bidan untuk cukup istirahat dan makan makanan bergizi dan
memberikan tablet tambah darah diminum 1x1 tablet. Dan pada usia
kehamilan 8 bulan, ibu mengeluh sering kencing. Ibu tetap diberi
tablet tambah darah dan diberi penyuluhan tentang cara mengatasi
sering kencing. Ibu merasakan gerakan janinnya sejak 4 bulan lalu.
Pada usia kehamilan 7-9 bulan, ibu mendapat penyuluhan tentang
tanda-tanda persalinan dan persiapan persalinan. Selama hamil, tensi
ibu kadang-kadang tinggi dan diberikan obat penurun tekanan darah.
Dan menjelang persalinan, tensi ibu meningkat dan dirujuk ke RS
untuk dianjurkan melahirkan di RSUP dr. Soedono Madiun.
Riwayat Persalinan Sekarang
Ibu mengatakan merasakan kenceng-kenceng pada tanga 31-05-2010.
Ibu pergi ke bidan untuk periksa. Ibu juga mengeluh pusing dan
akhirnya ibu dirujuk ke RSUP dr. Soedono Madiun pada pukul 20.15
WIB dan dianjurkan melakukan proses persalinan di RS.
Riwayat KB
Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulanan setelah kelahiran
anak pertamanya selama + 15 tahun.
Ibu tidak mengalami menstruasi selama menggunakan KB suntik 3
bulanan. Kemudian ibu berhenti menggunakan KB suntik. Dan
kemudian ibu hamil anak ke-2 ini. Ibu tidak mengalami keluhan atau
gangguan selama menggunakan KB suntik, hanya kadang-kadang
terasa pusing. Rencananya setelah anak ke-2 lahir, ibu ingin
menggunakan kontrasepsi mantab (tubektomi).
e. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Nutrisi
Selama hamil : Makan 3-4 x sehari, porsi 1 piring nasi dengan lauk
(daging, ikan, telur, tahu, tempe), sayur (bayam,
kangkung, kacang, daun singkong), buah (pisang,
papaya, jeruk). Minum + 6-7 gelas/hari.
Selama di RS : Ibu makan 3 x sehari, porsi 1 piring nasi dengan lauk
(ikan, telur, tahu, tempe), buah (pisang, papaya,
jeruk). Minum + 5-6 gelas/hari.
2) Eliminasi
Selama hamil : BAK 6-7 x sehari selama hamil tua, warna kuning
jernih, tidak ada keluhan sebelum dan sesudah
kencing. BAB 1 x sehari, konsistensi lunak, warna
kuning trengguli, bau khas, tidak ada keluhan.
Selama di RS : Dipasang kateter pada ibu dan terasa nyeri pada
kemaluan. BAB : Ibu belum BAB selama di RS.
3) Personal Hygiene
Selama hamil : Ibu mandi 2 x sehari, gosok gigi 2 x sehari, keramas
2 x seminggu, ganti celana dalam dan ganti pkaian
setiap kali sehabis mandi.
Selama di RS : Ibu hanya sibin/diseka 2 x sehari dan ganti pakaian.
4) Aktivitas
Selama hami : Biasanya ibu melakukan pekerjaan rumah tangga
(menyapu, memasak, mencuci baju).
Selama di RS : Ibu hanya berbaring di tempat tidur.
5) Istirahat/tidur
Selama hamil : Biasanya ibu tidur siang + 1 jam (pukul 13.00 –
14.00 WIB) dan tidur malam (pukul 21.00 – 05.00
WIB).
Selama di RS : Ibu mengatakan sulit tidur karena his yang mulai
timbul.
6) Rekreasi
Selama hamil, ibu biasanya menonton TV.
7) Ketergantungan
Ibu ataupun suami tidak pernah merokok atau minum minuman keras
dan tidak minum jamu.
8) Latar Belakang
Selama hamil ibu tidak pernah minum jamu-jamuan, tidak pernah
memijat kandungannya ke dukun pijat. Ibu tidak berpantang makanan
terentu. Selama inpartu, ibu tidak meminum air rendaman rumput
fatimah.
9) Psikososial dan Spiritual
Ibu, suami dan keluarga sangat bahagia dan mengharapkan kehamilan
ini. Ibu dan keluarga selalu berdoa agar kehamilan ini lancar dan saat
persalinan nanti bayi dan ibu selamat. Ibu beragama islam dan
menjalankan sholat, tetapi pada saat inpartu ibu tidak menjalankan
sholat dan hanya berdoa saja.
2. Data Objektif
a. Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, tampak cemas. Ibu
tampak berbaring kiri di tempat tidur, sesekali mengelus perutnya dan
tampak meringis, sesekali berdoa.
b. Tanda-tanda Vital
T : 150/90 mmHg
S : 364 0C
N : 80 x/menit
R : 20 x/menit
c. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris, rambut warna hitam, penyebaran merata, bersih,
tidak mudah rontok/dicabut. Tidak ada benjolan di
kepala.
Wajah : Tidak pucat, sembab dan oedem.
Mata : Simetris, sclera putih, konjungtiva palpebra merah muda,
tidak oedem, penglihatan tidak kabur.
Dada & : Simetris, pernafasan normal, tidak ada ronchi dan
Payudara wheezing, agak tegang, terdapat hyperpigmentasi pada
areola dan papilla mammae, puting susu menonjol,
colostrum belum keluar.
Abdomen : Pembesaran perut sesuai usia kehamilan, arah membujur,
terdapat linea alba, terdapat striae nigra, perut tampak
tegang saat kontraksi.
Genetalia : Tidak ada oedem pada vulva/vagina, tidak ada varices,
tidak ada condiloma acuminata dan matalata, tidak ada
pembesaran kelenjar skene dan bartholini, terdapat lendir
bercampur darah, tidak ada bekas luka.
Anus : Tidak terdapat hemoroid.
Ekstremitas
Atas : Jari tangan sedikit oedem, tidak ada gangguan pergerakan
tangan.
Bawah : Sedikit oedem, tidak ada varices, tidak ada gangguan
pergerakan. Reflek patella (+).
d. Pemeriksaan khusus
TFU : 32 cm
TBJ : (32-11) x 155 = 3.250 gram
Palpasi
Leopold I : TFU pertengahan pusat dan px, pada bagian fundus
teraba bagian yang besar, kurang bundar, agak lunak
dan tidak melenting (bokong).
Leopold II : Pada sisi kanan teraba bagian yang keras, datar,
memanjang seperti papan, pada sisi kiri teraba bagian
kecil janin (puka).
Leopold III : Bagian terendah teraba keras, bulat,melenting, tidak
mudah digoyangkan.
Leopold IV : Divergen (bagian terbesar janin sudah masuk PAP).
Perlimaan 3/5, 2/5, bagian janin sudah masuk panggul.
VT
v/v taa, 2 cm, eff 25%, ketuban (+), preskep, HII, UUK kadep,
sutura terpisah, tidak ada bagian kecil di samping kepala janin,
os. coxigis dapat ditolak ke belakang, kesan panggul normal.
Auskultasi
DJJ (+), kuat (12,11,12) 136 x/menit pada punctum maximum 3 jari
kanan bawah pusat.
His jarang 2 x/10 menit, lama 30 detik.
Terapi (tindakan)
- Pasang dower kateter
- Infus D5
- Oksigen
- MgSO4 SM 20% IV 40% Drip (dalam 500 cc infus) 10 jam habis,
dengan tetesan 17 tetes/menit.
- Rencana 6 jam kemudian pro partus.
- Berikan nefidipin 2 x 10 mg
- Usul terminasi
- Mesoprostol 4 x 50 per vag
- Percepatan kala II
Data penunjang
- NST : fetal distres
- Darah lengkap
HB : 11,4
Leukosit : 10.800
Trombosit : 309.000
Hematokrit : 33,4
Albumin : 4,2
SGOT : 10
SGPT : 18
- Urin lengkap
Urium : 24,5
Creatin : 2,47
B5 : 82
Natrium : 14,1
Kalium : 4,7
Chloride : 110
PH :6
Protein +++
Glukosa (-)
3. Analisa Data
B. DIAGNOSA KEBIDANAN
GIIP10001, usia kehamilan 37-38 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine, situs
bujur, fleksi, puka, preskep, inpartu kala I fase laten, KU ibu dan janin baik
dengan usulan terminasi kehamilan.
C. PERENCANAAN
1. Diagnosa : GIIP10001, usia kehamilan 37-38 minggu, janin tunggal, hidup,
intrauterine, situs bujur, fleksi, puka, preskep, inpartu kala I fase
laten, KU ibu dan janin baik preseksio sesarea atas indikasi PEB
+ fetal distress.
Tujuan : - Kondisi ibu dan janin baik.
- Pelaksanaan operasi berjalan lancar.
Kriteria : - KU ibu dan janin baik.
- TTV
T : <160/110 mmHg
N : 80-100 x/menit
R : 36-37,5 0C
S : 16-24 x/menit
- DJJ dalam batas normal : 120-160 x/menit, kuat, teratur, ibu
merasakan gerakan janin.
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan secara terapeutik.
R/ Membina hubungan saling percaya antara klien dan bidan.
b. Jelaskan hasil pemeriksaan ibu dan janin.
R/ Mengevaluasi hasil pemeriksaan dapat memberikan pengetahuan pada
ibu.
c. Jelaskan sebab dilaksanakan operasi SC.
R/ Ibu akan lebih kooperatif dan dapat menerima keadaan yang
dialaminya.
d. Minta keluarga untuk menandatangani inform consent.
R/ Inform consent merupakan suatu persetujuan yang diberikan keluarga
untuk dilakukan tindakan.
e. Beri dorongan mental pada ibu dengan berdoa.
R/ Dengan berdoa, akan memberikan kerterangan dan kebutuhan
spiritual.
f. Beri kesempatan pada ibu untuk mengungkapkan perasaannya,
R/ Untuk memenuhi kebutuhan psikologis ibu.
g. Beritahu ibu untuk tidur miring kiri.
R/ Aliran darah utera plasenta tidak terganggu.
h. Ajak suami/keluarga untuk memberi support mental pada ibu bila
memungkinkan.
R/ Ibu akan lebih tenang dalam menghadapi masalah.
i. Laksanakan observasi DJJ tiap 30 menit.
R/ Deteksi dini terjadinya fetal distress.
j. Puasakan ibu 8-10 jam
R/ Deteksi untuk mengosongkan isi lambung untuk mencegah
pengeluaran isi lambung karena pengaruh anestesi.
k. Kolaborasi dengan tim medis untuk pertolongan persalinan SC.
R/ Agar SC bisa berjalan lancar dan bayi selamat.
E. EVALUASI
Tanggal 01-06-2010, pukul 18.15 WIB
S : - Ibu mengatakan mengetahui perjalanan proses persalinannya.
- Ibu mengatakan mengetahui janinnya kurang baik.
- Ibu setuju dilakukan SC.
O : - KU ibu baik.
- Ibu tampak tidak begitu cemas.
- Tanda-tanda vital
T : 130/80 mmHg
N : 36,60C
S : 84 x/menit
R : 24 x/menit
- DJJ (+) tidak teratur (13-10-12)
- His (+) 2 x/10 menit, lama 30 detik
A : GIIP10001 pre operasi sesarea indikasi PEB + fetal distress.
P : - Melakukan persiapan pre operasi (skeren)
- Memindahkan ibu dari bed ke branker untuk operasi dan mengganti
semua pakaian ibu dengan pakaian khusus operasi dan memakaikan
tudung kepala.
- Memberikan antibiotik klanexi dan antasida 60 ml.
- Melakukan komunikasi dengan ibu untuk persiapan operasi.
- Mengantarkan ibu ke ruang operasi.
- Pukul 18.00 WIB
o Dilakukan prosedur anestesi umum.
o Operasi seksio dimulai.
o Teknik SC menggunakan insisi secara klasik.
o Membuka perut lapis demi lapis sampai pada uterus.
- Pukul 19.15 WIB
Bayi lahir secara seksio, jenis kelamin perempuan A-S : 4-7, BB : 3.200
gram, PB : 46 cm, anus (+), cacat (-), plasenta lahir jam 19.25 WIB
dengan ditarik menggunakan koker secara hati-hati pada tali pusat, lahir
lengkap, jumlah kotiledon + 20 buah, lebar 20 cm, berat + 500 gram,
panjang tali pusat + 40 cm, insersi tali pusat sentralis.
- Mengevaluasi jumlah perdarahan.
- Lakukan injeksi sinto 1 ampul secara IV.
- Jahit luka operasi mulai dari menutup insisi uterus dan pastikan kontraksi
uterus baik.
- Tutup luka operasi dengan kasa steril dan hipafik.
- Evaluasi jumlah perdarahan.
- Bersihkan ibu dan observasi tingkat kesadaran dan tanda vital.
- Pindahkan ibu ke ruang IPI.
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, Abdul Bari. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBPSP