You are on page 1of 39

ASUHAN KEBIDANAN

PADA Ny. “K” GIIP10001 UK 37-38 MINGGU


BERSALIN SEKSIO SESAREA DENGAN INDIKASI
PEB + FETAL DISTRES
DI RSUP dr. SOEDONO MADIUN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pengalaman Belajar


Praktek dan Praktek Klinik Kebidanan

Disusun Oleh:

GRESSTA ERDINA NAVARETTA


NIM P27824208017

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN MAGETAN
MAGETAN
2010
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan pada Ny. “K” GIIP10001 UK 37-38 Minggu


Bersalin Seksio Sesarea dengan Indikasi PEB + Fetal Distres
di RSUP dr. Soedono Madiun

Telah disetujui tanggal:

Mengetahui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Praktek

RAHAYU SUMANINGSIH, SST KARTINI, Amd.Keb


NIP. 19690612 200212 2 001 NIP. 140 134 392

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan “Asuhan Kebidanan pada Ny. “K” GIIP10001 UK 37-38 Minggu Bersalin
Seksio Sesarea dengan Indikasi PEB + Fetal Distres di RSUP dr. Soedono Madiun “
dengan baik.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas pengalaman belajar
praktek lapangan di Prodi Kebidanan Magetan.
Dalam penyusunan laporan ini, penyusun mendapat bantuan, pengarahan dan
bimbingan. Untuk itu kami pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Nani Surtinah, SST,M.Pd, selaku Kaprodi Kebidanan Magetan.
2. Ibu Rahayu Sumaningsih, SST, selaku Pembimbing Akademik.
3. Ibu Kartini, Amd.Keb, selaku Pembimbing Praktek.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini.
Penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun
memohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.

Magetan, 2010

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
BAB I LANDASAN TEORI
A. PERSALINAN DENGAN SEKSIO SESAREA ................................ 1
B. PRE-EKLAMSIA ............................................................................... 10
C. PENGKAJIAN ................................................................................... 14
D. DIAGNOSA KEBIDANAN ............................................................... 18
E. PERENCANAAN .............................................................................. 18
F. PELAKSANAAN ............................................................................... 20
G. EVALUASI ........................................................................................ 20
BAB II TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN ................................................................................... 21
B. DIAGNOSA KEBIDANAN ............................................................... 29
C. PERENCANAAN .............................................................................. 29
D. PELAKSANAAN ............................................................................... 32
E. EVALUASI ........................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. PERSALINAN DENGAN SEKSIO SESAREA


1. Pengertian
 Seksio sesarea adalah pembedahan untuk elahirkan janin dengan
membuka dinding perut. (Wiknjosastro, 2007: 862)
 Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut. (Mochtar, 1992)
 Dikenal beberapa jenis seksio sesarea, yakni:
a. Seksio sesarea transperitonealis:
- Seksio sesarea klasik: insisi dibuat di korpus uteri.
- Seksio sesarea profundal: insisi melitang konkaf pada segmen
bawah rahim.
b. Seksio sesarea vaginalis
Menurut sayatan pada rahim, SC dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Sayatan memanjang (longitudinal)
2) Sayatan melintang (tranversal)
3) Sayatan huruf T (T-incision)
(Wiknjosastro, 2007 : 864)
2. Etiologi
Operasi seksio sesarea dilakukan jika kelahiran pervaginam mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun janin.
Indikasi dilakukan SC adalah :
 Distorsia janin-panggul
 Gawat janin
 Plasenta previa totalis
 Pernah seksio sesarea
 Kelahiran letak (utamanya letak lintang)
 Hipertensi, pre-eklamsia berat, eklamsia
 Janin besar
(Wiknjosastro, 2007 : 863)
3. Patofisiologi
Amnion terdapat pada plasenta dan berisi cairan yang didalamnya adalah sifat
dari kantung. Amnion adalah bakteriostatik, yaitu korioamnionistik dan
infeksi pada janin. Atau disebut juga sawar mekanik terhadap infeksi. Setelah
amnion terinfeksi oleh bakteri dan disebut kolonisasi bakteri, maka janin akan
berpotensi untuk terinfeksi juga pada 25% klien cukup bulan yang terkena
infeksi amnion. Persalinan kurang bulan yang terkena infeksi amnion,
persalinan kurang bulan terkena indikasi ketuban pecah dini daripada 10%
klien persalinan cukup bulan. Indikasi KPD akan menjadi tahap
karioamnionitis (sepsis, infeksi menyeluruh). Keadaan serviks yang baik pada
kontraksi uterus yang baik, maka persalinan pervagina dianjurkan. Tetapi
apabila terjadi gagal induksi serviks atau induksi serviks tidak baik, maka
tindakan sectio sesarea tepat dilakukan secepat mungkin untuk menghindari
kecacatan atau terinfeksinya jauh lebih parah.
4. Gambaran Klinis
a. Insisi Abdomen
1) Insisi Vertikal
Insisi vertikal garis tengah introubilikus. Insisi ini harus cukup panjang
agar janin dapat lahir tanpa kesulitan. Oleh karena itu, panjang insisi
harus sesuai dengan tafsiran ukuran janin.
2) Insisi Tranversal atau Lintang
Kulit jaringan subkutan disayat dengan menggunakan insisi tranversal
rendah sedikit melengkung. Insisi dibuat setinggi garis rambut pubis
dan diperluas melebihi batas lateral otot rektus.
b. Insisi Uterus
1) Insisi Sesarea Klasik
Insisi sesarea klasik adalah suatu insisi vertikal ke dalam korpus uterus
di atas segmen bawah uterus dan mencapai fundus uterus. Sebagian
besar insisi dibuat di segmen bawah uterus secara melintang, insisi
melintang di segmen bawah memiliki keunggulan, yaitu hanya
memerlukan sedikit pemisahan kandung kemih dari miomerium di
bawahnya. Indikasi untuk dilakukan insisi klasik untuk melahirkan
janin.
a) Apabila segmen bawah uterus tidak bisa dipajankan atau dimasuki
dengan aman karena kandung kemih melekat dengan erak akibat
pembedahan sebelumnya atau apabila terdapat karsinoma invasik
di serviks.
b) Janin berukuran besar, terlentang melinang, selaput ketuban sudah
pecah dan bahu terjepit jalan lahir.
c) Plasenta previa totalis.
d) Obesitas berat.
2) Insisi Sesarea Tranversal
Insisi tranversal melalui segmen bawah uterus merupakan tindakan
untuk presentasi kepala, diantaranya :
a) Lebih mudah diperbaiki.
b) Kemungkinan keluarnya janin ke rongga abdomen pada kehamilan
berikutnya.
c) Tidak mengakibatkan perlekatan usus.
Insisi uterus harus dibuat cukup lebar agar kepala dan janin dapat lahir
tanpa merobek atau harus memotong arteri dan vena uterina yang
berjalan sepanjang batas lateral uterus.
Pelahiran janin :
a) Pada presentasi kepala, suatu tangan diselipkan ke dalam rongga
uterus diantara symphisis dan kepala janin diangkat secara hati-
hati.
b) Hidung dan mulut diaspirasi dengan bola penghisap untuk
mencegah teraspirasinya cairan amnion dan isinya oleh janin.
c) Bahu dilahirkan dengan tanpa ringan disertai penekanan pada
fundus.
d) Bagian tubuh lainnya segera menyusul, setelah bahu dilahirkan ibu
atau pasien diberi oksitosin 20 unit/liter dengan kecepatan 10
ml/menit sampai uterus berkontraksi dengan baik.
e) Tali pusat diklem/bayi dipengangi setinggi dinding abdomen.
f) Plasenta dikeluarkan dari uterus dan dinding abdomen.
5. Hal yang Perlu Dikembangkan
a. Seksio sesarea elektif : SC ini direncanakan lebih dahulu karena sudah
diketahui bahwa kehamian harus diselesaikan dengan pembedahan itu.
Keuntungannya adalah waktu pembedahan dapat ditentukan oleh dokter
yang akan menolongnya dan segala persiapan dapat dilakukan dengan
baik.
b. Anestesi
Anestesi umum mempunyai pengaruh depresif pada pusat pernafasan
janin, sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apne. Selain itu,
ada pengaruh trehadap tonus uterus yang bisa menyebabkan perdarahan
post partum.
- Anestesi spinal aman untuk janin, akan tetapi selalu ada kemungkinan
bahwa tekanan darah penderita menurun.
- Anestesi lokal adalah paling aman, akan tetapi tidak selalu dapat
dilakukan berhubung dengan sikap mental penderita.
c. Tranfusi darah
Pada umumnya, perdarahan pada seksio sesarea lebih banyak daripada
persalinan pervaginam. Perdarahan tersebut disebabkan oleh insisi pada
uterus, ketika perlepasan plasenta, mungkin terjadinya atonia uteri post
partum. Oleh sebab itu, tiap-tiap seksio sesarea perlu diadakan persediaan
darah.
d. Pemberian antibiotika
Walau pemberian antibiotika sesudah seksio sesarea elektif dapat
dipersoalkan, namun pada umumnya pemberian dianjurkan.
(Wiknjosastro, 2007 : 865-866)
6. Persiapan Fisik Penderita
Melakukan pemeriksaan dasar :
 Kesan umum : Apakah penderita tampak sakit, anemia,
dehidrasi dan terjadi perdarahan.
 Pemeriksaan fisik umum : Tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan.
 Pemeriksaan khusus : Pemeriksaan kebidanan, pemeriksaan dalam.
 Pemeriksaan penunjang : Laboratorium, ultrasonografi, foto rontgen
(abdomen, toraks)
(Manuaba, 1998 : 336)
7. Komplikasi
a. Pada ibu : Kematian, infeksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
morbiditas dan mortalitas pembedahan ialah kelainan atau gangguan yang
menjadi indikasi untuk melakukan pembedahan dan lamanya persalinan
berlangsung.
 Infeksi puerperalis : Komplikasi ini biasanya ringan, seperti kenaikan
suhu selama beberapa hari dalam masa nifas atau bersifat berat, seperti
peritonitis, sepsis.
 Perdarahan : Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan
jika cabang-cabang arteri uterina ikut terbuka/karena atonia uteri.
 Komplikasi-komplikasi lain seperti : Luka kandung kencing,
embolisme paru-paru.
 Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya
perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptura uteri.
b. Pada anak : Nasib anak yang dilahirkan dengan SC banyak tergantung dari
keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan SC. kadang terjadi pula
asfiksasi, trauma langsung pada bayi dan infeksi.
Langsung pada bayi dan infeksi.
Seksio sesarea merupakan tindakan operasi persalinan yang paling ringan
komplikasinya terhadap bayi. (Wiknjosastro, 2007 : 870)
8. Prosedur Tindakan Seksio Sesarea
a. Persetujuan medik.
b. Menetapkan indikasi seksio sesarea.
c. Menentukan jenis seksio sesarea.
d. Mempersiapkan TIM.
e. Mencegah infeksi dan persiapan operasi.
 Pasien
1) Di ruang perawatan pasien dengan + 6 jam puasa. Pasien darurat
yang tidak dapat puasa harus dipasang pipa lambung ukuran (18-
20) dan dihisap sampai benar-benar kosong. Setelah kosong,
berikan antasida lalu pipa lambung dicabut.
2) Premedikasi yang harus diberikan adalah atropin. Bagi orang
dewasa untuk bedah elektif diberikan 0,5 mg IM 45 menit sebelum
anestesi. Untuk bedah darurat diberikan 0,25 mg IM dan 0,25 mg
IV 5 menit sebelum anestesi.
3) Diperiksa ulang apakan sudah lengkap pemeriksaan yang
diperlukan seperti darah rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah
(untuk seksio sesarea elektif). Untuk seksio sesarea emergensi
cukup pemeriksaan Hb, Ht, golongan darah.
4) Baju pasien diganti dengan baju khusus untuk dipakai ke ruang
tunggu kamar operasi.
5) Pasang infus, RL atau NaCl 0,9%.
6) Sebelum masuk ke kamar operasi, diganti dengan baju untuk di
kamar operasi.
7) Baringkan pasien dengan posisi tidur (pasang tensimeter/stetoscop
pre cordinal).
8) Dipasang folley kateter.
 Penolong
9) Memakai baju khusus kamar operasi.
10) Mempersiapkan alat-alat/instrumen operasi, termasuk alat
penghisap darah/cairan, alat resusitasi bayi, oksigen dan
sebagainya.
11) Menyiapkan obat-obatan yang diperlukan durante operasionum.
12) Periksa ulang persediaan darah.
13) Penolong cuci tangan.
14) Memakai baju operasi dan sarung tangan.
15) Pasien pada posisi telentang keadaan sudah dinarkose.
Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik.
16) Dipasang kain penutup 4-5 buah yang sesuai dengan kebutuhan.
f. Tindakan pembiusan
1) Induksi
 Berikan oksigen melalui masker, 3 liter per menit.
 Iniduksi dapat dilakukan dengan ketamin 0,5 mg/kg yang
dilarutkan dalam NaCl 09% dalam kadar 10 mg/ml yang
disuntikkan IV pelan (2 menit).
 Jika dalam 5 menit anak belum lahir, dosis ketamin yang sama
dapat diberikan sekali lagi.
 Segera setelah bola mata nampak bergerak tanpa sadar,
pembedahan dapat dimulai.
2) Anestesi
 Berikan eter dengan cara tetes terbuka (open drop) atau masker
dengan E.M.O segera setelah tali pusat dijepit.
 Jika seandainya dengan 2 kali dosis ketamin bayi belum juga lahir,
eter dapat dimulai tetapi dijaga jangan terlalu dalam.
 Dengan cara open-drop, tetesan dipercepat hingga pembiusan
mencapai tahap yang diinginkan (seksio sesarea memerlukan
stadium 3 plane 1 sampai plane 2).
3) Pemantauan
Awasi pupil pasien, jangan sampai melebar (mydriasis).
Pelebaran lebih dari 3 mm menunjukkan stadium yang sudah terlalu
dalam kadar eter yang terlalu tinggi dapat mengganggu kontraksi otot
rahim, sehingga diperlukan tambahan dosis oksitosin.
 Perhatian
Pasien anemia/hipotensi sangat peka dengan obat anestesi (dosis
harus sangat dikurangi). Pasien syok harus diatasi dulu.
Posisi pasien selama anesteria dan sebelum sadar kembali, kepala
lebih rendah. Selalu disiapkan pompa penghisap sebelum pasien
muntah.
g. Tindakan Operasi
1) Lakukan insisi mediana dengan pisau secara benar.
2) Perdalam sayatan pada dinding abdomen sampai menembus
peritonium dan perlebar hingga sekitar 12 cm.
3) Obsevasi kondisi ataupun kelainan pada uterus, adneksa dan
parametrium dengan gejala menarik dinding abdomen ke kiri-kanan.
4) Angkat dinding perut dengan retraktror, selipkan kasa lebar basah
melingkupi sisi uterus gravidus untuk menampilkan dinding depan
uterus dan menyisihkan usus, ovarium, tuba dan organ intraabdominal
lainnya.
5) Dengan pisau, sayat segmen bawah uterus (sehingga mudah ditembus
dan diperlebar dengan jari), kemudian pecahkan ketuban dan hisap
cairan ketuban yang keluar.
6) Luksir keluar kepala janin, kemudian lahirkan seluruh tubuh dengan
cara yang sesuai. Bersihkan muka janin dengan kain kasa lembab.
7) Talu pusat dijepit pada jarak 10-15 cm dari umbilikus dan digunting.
Bayi diserahkan kepada dokter anak untuk perawatan selanjutnya.
8) Plasenta dilahirkan dengan melepasnya secara manual dari tempat
implantasi, kemudian ditarik tali pusat dan sedikit menekan fundus.
9) Tepi luka insisi pada segmen bawah uterus dijepit dengan klem
fenster/foerster, terutama pada kedua ujung luka sayatan.
10) Dilakukan eksplorasi ke dalam kavum uteri dengan kasa yang
dijepitkan pada klem fenster atau dengan menggunakan 2-3 jari tangan
operator yang dibalut dengan kasa. Pastikan tidak ada bagian plasenta
yang tertinggal.
11) Dilakukan jahitan hemostatis dengan simpul 8 pada kedua ujung
reobekan uterus dengan menggunakan benang polyglycolik/cromik cat
gut no 0/1/0 dilanjutkan dengan penjahitan segmen bawah secara
jelujur terkunci.
12) Pastikan tidak adanya perdarahan melalui evaluasi ulang luka jahitan.
13) Keluarkan kasa basah, bersihkan rongga abdomen dan lakukan periksa
ulang untuk meyakinkan tidak adanya perdarahan dari tempat jahitan
atau di tempat lain.
14) Fascia abdominalis pada ujung proksimal dan distal sayatan dijepit
dengan kocher dan dijahit hingga subcutis dengan polyglycolic acid
(misalnya: dexon No. 1).
15) Kulit dijahit dengan nylon atau polyglycolic acid secara subkutikuler.
16) Luka operasi ditutup dengan kasa dan povidon iodin.
17) Kain penutup abdomen dilepas hati-hati tanpa menyentuh kasa
penutup luka operasi.
18) Vagina dibersihkan dari sisa darah dan bekukan dengan menggunakan
kasa yang dijepit pada foester klem.
19) Daerah vulva sampai paha dibersihkan dari sisa darah atau cairan
tubuh.
h. Dekontaminasi.
i. Cuci tangan pasca tindakan.
j. Perawatan pasca bedah :
1) Periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan pernafasan, ukur jumlah
urine yang tertampung di kantong urine. Periksa/ukur jumlah
perdarahan selama operasi.
2) Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan di atas pada
lembar laporan. Catat lama operasi, jenis kelamin, nilai apgar dan
kondisi bayi saat lahir. Lembar operasi ditandatangani oleh operator.
3) Buat instruksi perawatan yang meliputi :
- Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi nadi dan nafas.
- Jadwal pengukuran jumlah produksi urine.
- Berikan instruksi dengan jelas, singkat dan terinci yang mencakup:
nama, obat, dosis, cara pemberian dan waktu/jam pemberian.
k. Nasehat dan konseling pasca operasi
1) Kepada keluarga pasien
 Beritahu bahwa :
- Operasi telah selesai dan sampaikan jalannya operasi, kondisi
ibu saat ini dan apa yang diharapkan, minimal mencakup 24
jam pasca operasi.
- Waktu lahir, jenis kelamin, panjang badan, berat badan dan
keadaan operasi.
- Resiko fungsi reproduksi pasien dan kehamilan/persalinan
yang akan datang.
- Kontrasepsi.
 Jelaskan rencana perawatan dan perkiraan waktu pasien dapat
dipulangkan.
 Mintakan pada keluarga untuk ikut mengawasi pasien khususnya
terhadap resiko fungsi reproduksi berupa bekas seksio sesarea.
2) Kepada pasien (setelah sadar/dapat berkomunikasi)
 Beritahu bahwa :
- Keadaan pasien saat ini.
- Waktu lahir, jenis kelamin, panjang badan, berat badan dan
keadaan bayi.
- Resiko fungsi reproduksi, kehamilan dan persalinan yang aka
datang.
 Lakukan konseling dan rencanakan upaya-upaya pencegahan
kehamilan (bila tidak dilakukan tubektomi). Jelaskan hingga
pasien memahami, menerima dan dapat memilih metode
kontrasepsi yang sesuai.
 Jelaskan kembali resiko yang dihadapi oleh pasien, berikan cukup
waktu untuk berdiskusi hingga diyakini bahwa pasien telah cukup
mengerti dan faham.
(Saifuddin, 2010 : 534)

B. PRE-EKLAMSIA
1. Pengertian
Pre-eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odema dan
protein uria yang timbul karena kehamilan. (Wiknjosastro, 2007: 282)
Pre-eklamsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan
berat bila satu atau lebih tanda/gejala di bawah ini ditemukan:
a. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan dastolik 110 mmHg
atau lebih.
b. Protein uria 5 gram atau lebih dalam 24 jam: 3 atau 4+ pada pemeriksaan
kualitatif.
c. Ologoria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam.
d. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium.
e. Edema paru-paru atau sianosis.
(Wiknjosastro, 2007: 282)
Klasifikasi pre-eklamsia
a. Pre-eklamsia ringan
 Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
 Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
 Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu.
 Proteinuria 0,3 gram atu lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai
2 pada urine kateter atau urine aliran pertengahan.
b. Pre-eklamsia berat
Bila salah satu diantara gejala atau tanda diketemukan pada ibu hamil,
sudah dapat digolongkan pre-eklamsia berat.
 Tekanan darah 160/110 mmHg.
 Oligouria, urine kurang dari 400 cc/24 jam.
 Proteinuria lebih dari 3 gram/liter.
 Keluhan subjektif:
- Nyeri epigastrium.
- Gangguan penglihatan.
- Nyeri kepala.
- Edema dan sianosis.
- Gangguan kesadaran.
- Gangguan kesadaran.
 Pemeriksaan:
- Kadar enzim hati meningkat diserta ikterus.
- Perdarahan pada retina.
- Trombosit <100.000 /mm.
(Manuaba, 1998)
2. Etiologi
Penyebab pre-eklamsia dan eklamsia sampai sekarang belum diketahui.
Diduga banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya eklamsia.
(Wiknjosastro, 2007: 283)
3. Patofisiologi
Pre-eklamsia jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena itu,
sebagian besar pemeriksaan anatomi-patologik berasal dari penderita yang
meninggal. Pada saat penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsy hati dan
ginjal, ternyata bahwa perubahan anatomi patologik pada alat-alat itu pada
pre-eklamsia tidak banyak berbeda daripada yang ditemukan pada eklamsia.
Terjadi perubahan-perubahan pada ginjal, sehingga menyebabkan proteinuria
dan mungkin sekali ada hubungannya dengan retensi garam dan air. Sesudah
persalinan berakhir, sebagian besar perubahan yang digambarkan menghilang.
(Wiknjosastro, 2007: 284)
4. Tanda dan Gejala
 Tekanan darah sistolik >160 mmHg
 Tekanan darah diastolik > 110 mmHg
 Peningkatan kadar enzim hati atau dan ikterus
 Trombosit < 100.000 /mm3
 Oligouria < 400 ml/24 jam
 Proteinuria > 3 gram/liter
 Nyeri epigastrium
 Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat.
 Perdarahan retina
 Edema pulmonal
 Koma
5. Diagnosis
Pada umumnya diagnosis pre-eklamsia didasarkan atas adanya 2 dari trias
tanda utama: hipertensi, edema, dan proteinuria. Hal ini dapat merugikan
penderita, karena tiap tanda dapat merupakan bahaya, kendatipun ditemukan
tersendiri. (Wiknjosastro, 2007: 288)
6. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin.
Komplikasi lainnya pada ibu:
a. Pre-eklamsia berat → eklamsia
b. Solusio plasenta
c. Kelainan mata (penglihatan)
d. Hipofibrinogenemia
e. Hemolisis
f. Perdarahan otak dan edema paru-paru
g. Nekrosis hati
h. Sindrom HELLP (haemolysis, elevated, liver enzymes dan low platelet)
i. Kelainan ginjal (kurang berfungsinya fungsi ginjal)
Kelainan pada bayi:
j. Komplikasi lain
k. Prematuritas
(Wiknjosastro, 2007: 296-297)
7. Penanganan
Pada penderita yang masuk RS sudah dengan tanda-tanda dan gejala-gejala
pre-eklamsia berat, harus segera diberikan sedative yang kuat untuk mencegah
timbulnya kejang-kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut dapat
diatasi, dapat dipikirkan cara yang terbaik untuk menghentikan kehamilan.
Tindakan ini perlu untuk mencegah seterusnya bahaya eklamsia.
Sebagai pengobatan untuk mencgah timbulnya kejang, dapat diberikan:
a. Larutkan sulfas magnesium 40% sebanyak 10 ml (4 gram) disuntikkan
intramuscular bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan dan dapat
diulang 4 gram tiap 6 jam menurut keadaan. Tambahan sulfas magnesium
hanya diberikan bila diuresis baik, reflex patella +, dan kecepatan
pernafasan lebih dari 16 x/menit. Obat tersebut selain menenangkan, juga
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diurisis.
b. Kloropromazin 50 mg intramuskuler.
c. Diazepam 20 mg intramuskuler.
(Wiknjosastro, 2007: 292-293)

C. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif
a. Biodata
 Usia
Insiden tinggi primigravida muda meningkat pada primigravida tua.
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun, insiden >3 kali lipat.
 Partus
Angka kejadian tinggi pada primigravida muda maupun tua.
Primigravida tua resiko lebih tinggi untuk pre-eklamsia berat.
(Anonim, 1992)
 Tingkat ekonomi
Frekuensi pre-eklamsia juga banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial
ekonomi didapatkan antara 3-7. (Wiknjosastro, 2007)
 Tempat tinggal
Pre-eklamsia akan diperberat oleh wanita yang tinggal di tempat
kumuh. (Cuningham, 1995)
b. Keluhan utama
 Sakit kepala yang keras, penglihatan kabut, nyeri ulu hati, kegelisahan
dan hyperefleksi sering mendahului serangan kejang. (Sastrawinata,
1984: 99)
 Didapatkan nyeri epigastrium, mual atau muntah-muntah.
(Wiknjosastro, 2007: 287)
c. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang
- Faktor predisposisi seperti penyakit hipertensi.
- Wanita dengan riwayat penyakit ginjal, diabetes, vaskuler
hipertensi dapat mempengaruhi terjadinya pre-eklamsia.
(Carpenito, 1998)
 Riwayat kesehatan keluarga
- Keturunan hamil ganda foetalis. (Wiknjosastro, 2007)
Hidrops foetalis : berhubungan mencapai sekitar 50% kasus.
(Antonius, 1992)
- Jika ada riwayat pre-eklamsia/eklamsia pada ibu/nenek penderita
faktor resiko meningkat sampai + 25%. (Antonius, 1992)
- Keluarga dnegan riwayat hipertensi kronik mempunyai riwayat
pre-eklamsia dan eklamsia dapat mempengaruhi terjadinya PEB.
(Sastrawinata, 1994)
d. Riwayat obstetri
1) Haid
 Menarche sekitar umur 13-16 tahun
 Siklus 28-30 hari
 Lama 3-5 hari
 Jumlah + 50 cc
(Manuaba, 1998)
2) Riwayat kehamilan
 Pada primigravida frekuensi pre-eklamsia lebih tinggi disbanding
dengan multigravida muda, mola hydatidosa, kehamilan ganda,
hidrop fetalis. (Wiknjosastro, 2007)
 Pada umumnya PE baru timbul sesudah kehamilan 20 minggu dan
makin tua kehamilan makin besar resikonya. (Sastrawinata, 1984)
Pada mola hydatidosa penyakit ini dapat timbul sebelum minggu
ke-20. (Sastrawinata, 1984
3) Riwayat persalinan
 Pada PEB kala II harus dispersing dengan vacuum/vorcep, jadi ibu
dilarang mengejan bila ada indikasi obstetrik, dilaksanakan SC.
(Mochtar, 1998)
 Indikasi pengakhiran kehamilan, yaitu:
- PE ringan dari kehamilan lebih cukup bulan.
- PE dengan hipertensi/protein urin menetap selama 10-14 hari
dan janin cukup matur.
- PEB dan eklamsia dicoba dengan indikasi, bila gagal dilakukan
SC. (Wiknjosastro, 2007)
4) Riwayat KB
 Resiko terjadi hipertensi bisa dikaitkan dengan pemakaian
kontrasepsi oral. (Cuningham, 1995)
e. Pola kebiasaan sehari hari
1) Nutrisi
Konsumsi natrium dalam kehidupan sehari-hari biasanya terlalu
banyak, sehingga menyebabkan retensi natrium.
2) Eliminasi
Pola eliminasi : urin yang dihasilkan tidak terlalu banyak, karena
terjadi retensi air dalam tubuh.
3) Personal hygiene
Kebersihan tubuh tetap dijaga untuk menghindari infeksi.
4) Aktivitas dan istirahat
Istirahat tidak selalu berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan
sehari-hari perlu dikurangi dan dianjurkan lebih banyak duduk dan
berbaring. (Wiknjosastro, 2007: 290)
f. Riwayat ketergantungan
Kebiasaan merokok: insiden pada ibu perokok akan memperparah
keadaan PEB.

2. Data Objektif
a. Pemeriksaan umum : KU bisa baik hingga buruk, kesadaran bisa
composmentis hingga coma.
b. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : Pada PEB, tekanan darah meningkat 160/110 mmHg
atau lebih dan biasanya kembali normal setelah persalinan.
 Nadi : Peningkatan pada nadi dapat terjadi.
 Suhu : Dapat terjadi peningkatan suhu, jika terjadi infeksi.
c. BB : Kenaikan BB ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih dapat
dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, hal ini
perlu menimbulkan kewaspadaan pre-eklamsia. (Wiknjosastro, 2007: 282)
d. Pemeriksaan fisik
1) Muka
Wajah sembab, pada mata dijumpai oedem retina dan spasma
pembuluh darah. Dalam hal ini kita curigai PEB, ikterus oleh karena
kadar enzim meningkat. (Manuaba, 1998: 242)
2) Dada
Adanya oedem paru yang menimbulkan dekompensasi cordis bisa pula
terjadi aspirasi pneumonia tau abses paru. (Mochtar, 1998 : 200)
3) Abdomen
Terdapat kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap rangsang,
sehingga mudah terjadi partus prematurus, pada auskultasi gawat janin
disebabkan oleh menurunnya aliran darah ke plasenta. (Mochtar,
1998 : 201)
4) Genetalia
Pada kasus PEB ditemukan oedem genetalia. (WHO, 2001: 18)
5) Ekstremitas
Terdapat oedem umum, kaki, tangan, ujung jari. (Mochtar, 1998: 241)
e. Pemeriksaan fisik
1) Urine
- Protein uria ++/+++/++++/ (Sarwono, 2006: 282)
- Protein uria >9 gram tiap hari (3+ sampai dengan 5+ berdasarkan
pengujian semi kuantitatif. (Martin, 1999: 840)
2) Darah
- Terjadi peningkatan hematokrit.
- Konsistensi kalium natrium klorida dalam serum normal.
- Asam urat darah meningkat (umum selalu ditemukan) hal ini
disebabkan karena glomelurus menurun. (Sarwono, 2006: 282)
- Trombosit <100.000/mmHg. (Manuaba, 1998: 242)

D. DIAGNOSA KEBIDANAN
Setelah dilakukan analisa data, dari data subjektif dan objektif yang terkumpul
pada persalinan multigravida PEB dengan SC, maka kemungkinan diagnosa dan
masalah yang terjadi adalah: multi, aterm/preterm, tunggal, hidup/mati,
intrauterine, membujur, puka/puki, presentasi kepala, keadaan jalan lahir normal,
KU ……, PEB ……, dengan SC.
Masalah yang terjadi:
1. Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang tindakan operasi
SC. (Doenges, 2001: 366)
2. Ketidakberdayaan maternal karena tidak ada pilihan persalinan lain.
(Doenges, 2001: 31)

E. PERENCANAAN
Perencanaan disusun berdasarkan diagnosa masalah yang telah ditegakkan.
Tindakan yang dilaksanakan dapat berupa tindakan mandiri dan kolaborasi.
Diagnosa : G….P…., UK preterm/aterm, sejahtera/distress, tunggal/ganda,
intrauterine, situs bujur/lintang, habitus fleksi, presentasi
kepala/bokong, keadaan panggul normal/sempit, KU baik dengan
pre-SC dengan indikasi PEB.
Tujuan : Proses Seksio Sesarea berjalan lancar tanpa ada penyulit.
Kriteria : - KU baik
- Tanda-tanda vital:
T : < 160/110 mmHg
N : 80-100 x/menit
S : 36-37,50C
R : 16-24 x/menit
- DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)
- Ibu memahami penjelasan yang diberikan.
- Ibu mampu beradaptasi dengan keadaannya.
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga.
R/ Membina hubungan baik antara klien dan petugas (bidan).
b. Jelaskan pada ibu tentang prosedur dan gambaran tindakan operatif dan
pemeriksaan yang akan dilakukan.
R/ Pengetahuan ibu bertambah, sehingga kooperatif dalam tindakan.
c. Minta keluarga untuk menandatangani inform consent.
R/ Inform consent merupakan suatu persetujuan yang diberikan oleh keluarga
untuk dilakukan suatu tindakan.
d. Beri dorongan moril pada ibu dengan berdoa.
R/ Dengan berdoa, akan memberikan ketenangan dan kebutuhan spiritual
terpenuhi.
e. Beri kesempatan pada ibu untuk mengungkapkan perasaannya.
R/ Dengan keterbukaan, beban psikologis ibu akan berkurang.
f. Beritahu ibu untuk tidur dengan posisi miring kiri dan kaki diganjal dengan
bantal.
R/ Aliran darah utera plasenta tidak terganggu karena penekanan oleh uterus.
g. Ajak suami/keluarga untuk memberi support mental pada ibu bila keadaan
memungkinkan.
R/ Ibu akan tenang dalam menghadapi persalinan.
h. Laksanakan observasi DJJ tiap 30 menit.
R/ Deteksi dini terjadinya fetal distress.
i. Puasakan ibu 8-10 jam sebelum pelaksanaan operasi.
R/ Puasa untuk mengosongkan isi lambung untuk mencegah
reflek/pengeluaran isi lambung karena pengaruh anestesi.
j. Kolaborasi dengan tim medis untuk pertolongan persalinan SC.
R/ Agar SC bisa berjalan lancar dan bayi selamat.
F. PELAKSANAAN
Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan berdasarkan rencana tindakan yang
telah dibuat. Dalam pelaksanaan, seorang bidan dapat melakukan tindakan
mandiri, kolaborasi dan rujukan.

G. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan kebidanan untuk menilai sejauh
mana keberhasilan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang ingin
didapat. Adapun evaluasi dilakuan dengan menggunakan SOAP :
S : Data subjektif
Merupakan keluhan/informasi yang dilakukan/diperoleh dari pasien.
O : Data objektif
Merupakan data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dan catatan medis.
A : Assesment
Merupakan analisis dan interpretasi berdasarkan data yang terkumpul, dibuat
kesimpulan.
P : Planning
Merupakan pendokumentasian dari tindakan untuk evaluasi dan rencana di
dalamnya, termasuk:
1. Asuhan mandiri
2. Kolaborasi
3. Rujukan
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
a. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. “K” Tn. ”M”
Umur : 41 tahun 38 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SLTA SLTP
Pekerjaan : IRT Honorer Dinas Perhubungan
Penghasilan :- Rp. 750.000,-/bulan
Umur Kawin : 25 tahun 22 tahun
Alamat : Ds. Wayut, Kec. Jiwan, Kab. Madiun
Tanggal MRS : 31-05-2010, Pukul 20.15 WIB
Dikirim oleh : Bidan
Tanggal Pendataan : 31-05-2010, Pukul 21.00 WIB
Di Ruang Bersalin RSUP dr. Soedono Madiun
Register : 6.35.85.20

b. Alasan MRS
Dirujuk oleh bidan karena PEB.
Keluhan utama
Ibu mengatakan hamil ke-2, UK 9 bulan, mengeluh kenceng-kenceng
sejak tanggal 31-05-2010 dan merasakan sedikit pusing dan tensinya
tinggi.
c. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Lalu dan Sekarang
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun dengan
gejala banyak minum, makan, sering kencing (DM), sesak nafas,
sering berdebar-debar, telapak tangan dingin dan berkeringat
(jantung), penyakit menahun dengan gejala mual muntah, nyeri ulu
hati, kuku dan sclera kuning (hepatitis), batuk lama >4 minggu,
berdahak, sesak nafas (TBC), keputihan, gatal, berbau, nyeri saat
kencing (PMS), BB turun >10% dalam 1 bulan mudah terserang
penyakit (HIV/AIDS). Ibu mengatakan tidak memelihara kucing,
ayam/unggas di rumah (TORCH). Ibu mengatakan tensinya tinggi
(tekanan darah tinggi) saat hamil ini.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang yang tinggal serumah dengan ibu tidak ada yang mempunyai
penyakit menurun dengan gejala mudah lelah, berdebar, keringat
dingin (jantung), banyak makan, minum dan sering kencing (DM),
penyakit menurun dengan gejala sesak nafas, mengi (asma), tetapi ibu
mengatakan bahwa keluarganya ada yang memiliki penyakit darah
tinggi. Keluarga ibu tidak memiliki penyakit dengan gejala mual,
muntah, nyeri ulu hati, kuku dan sclera kuning (hepatitis), TBC dan
HIV/AIDS.
d. Riwayat Kebidanan
 Haid
Menarche : 14 tahun, siklus 28 hari, lama 5 hari, konsistensi encer. Ibu
mengalami nyeri sebelum haid.
HPHT : 11-.09-2009 HPL : 18-06-2010
 Riwayat Kehamilan/Nifas yang Lalu
Anak pertama kehamilan cukup bulan, tidak mengalami hipertensi saat
hamil yang pertama, lahir normal ditolong bidan, BB : 2.800 gram,
laki-laki, sekarang hidup usia 16 tahun, tanpa masalah pada saat nifas.
 Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu mengatakan ibu hamil ke-2 usia kehamilan 9 bulan, saat hamil
muda ibu mengatakan sering mual muntah. Ibu diberikan obat/vitamin
B6 dan disarankan untuk menghindari makan makanan yang
merangsang mual (berminyak). Pada umur kehamilan 4 bulan, mual
muntah menghilang dan ibu hanya mengeluh sering capek. Ibu diberi
saran oleh bidan untuk cukup istirahat dan makan makanan bergizi dan
memberikan tablet tambah darah diminum 1x1 tablet. Dan pada usia
kehamilan 8 bulan, ibu mengeluh sering kencing. Ibu tetap diberi
tablet tambah darah dan diberi penyuluhan tentang cara mengatasi
sering kencing. Ibu merasakan gerakan janinnya sejak 4 bulan lalu.
Pada usia kehamilan 7-9 bulan, ibu mendapat penyuluhan tentang
tanda-tanda persalinan dan persiapan persalinan. Selama hamil, tensi
ibu kadang-kadang tinggi dan diberikan obat penurun tekanan darah.
Dan menjelang persalinan, tensi ibu meningkat dan dirujuk ke RS
untuk dianjurkan melahirkan di RSUP dr. Soedono Madiun.
 Riwayat Persalinan Sekarang
Ibu mengatakan merasakan kenceng-kenceng pada tanga 31-05-2010.
Ibu pergi ke bidan untuk periksa. Ibu juga mengeluh pusing dan
akhirnya ibu dirujuk ke RSUP dr. Soedono Madiun pada pukul 20.15
WIB dan dianjurkan melakukan proses persalinan di RS.
 Riwayat KB
Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulanan setelah kelahiran
anak pertamanya selama + 15 tahun.
Ibu tidak mengalami menstruasi selama menggunakan KB suntik 3
bulanan. Kemudian ibu berhenti menggunakan KB suntik. Dan
kemudian ibu hamil anak ke-2 ini. Ibu tidak mengalami keluhan atau
gangguan selama menggunakan KB suntik, hanya kadang-kadang
terasa pusing. Rencananya setelah anak ke-2 lahir, ibu ingin
menggunakan kontrasepsi mantab (tubektomi).
e. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Nutrisi
Selama hamil : Makan 3-4 x sehari, porsi 1 piring nasi dengan lauk
(daging, ikan, telur, tahu, tempe), sayur (bayam,
kangkung, kacang, daun singkong), buah (pisang,
papaya, jeruk). Minum + 6-7 gelas/hari.
Selama di RS : Ibu makan 3 x sehari, porsi 1 piring nasi dengan lauk
(ikan, telur, tahu, tempe), buah (pisang, papaya,
jeruk). Minum + 5-6 gelas/hari.
2) Eliminasi
Selama hamil : BAK 6-7 x sehari selama hamil tua, warna kuning
jernih, tidak ada keluhan sebelum dan sesudah
kencing. BAB 1 x sehari, konsistensi lunak, warna
kuning trengguli, bau khas, tidak ada keluhan.
Selama di RS : Dipasang kateter pada ibu dan terasa nyeri pada
kemaluan. BAB : Ibu belum BAB selama di RS.
3) Personal Hygiene
Selama hamil : Ibu mandi 2 x sehari, gosok gigi 2 x sehari, keramas
2 x seminggu, ganti celana dalam dan ganti pkaian
setiap kali sehabis mandi.
Selama di RS : Ibu hanya sibin/diseka 2 x sehari dan ganti pakaian.
4) Aktivitas
Selama hami : Biasanya ibu melakukan pekerjaan rumah tangga
(menyapu, memasak, mencuci baju).
Selama di RS : Ibu hanya berbaring di tempat tidur.
5) Istirahat/tidur
Selama hamil : Biasanya ibu tidur siang + 1 jam (pukul 13.00 –
14.00 WIB) dan tidur malam (pukul 21.00 – 05.00
WIB).
Selama di RS : Ibu mengatakan sulit tidur karena his yang mulai
timbul.
6) Rekreasi
Selama hamil, ibu biasanya menonton TV.
7) Ketergantungan
Ibu ataupun suami tidak pernah merokok atau minum minuman keras
dan tidak minum jamu.
8) Latar Belakang
Selama hamil ibu tidak pernah minum jamu-jamuan, tidak pernah
memijat kandungannya ke dukun pijat. Ibu tidak berpantang makanan
terentu. Selama inpartu, ibu tidak meminum air rendaman rumput
fatimah.
9) Psikososial dan Spiritual
Ibu, suami dan keluarga sangat bahagia dan mengharapkan kehamilan
ini. Ibu dan keluarga selalu berdoa agar kehamilan ini lancar dan saat
persalinan nanti bayi dan ibu selamat. Ibu beragama islam dan
menjalankan sholat, tetapi pada saat inpartu ibu tidak menjalankan
sholat dan hanya berdoa saja.

2. Data Objektif
a. Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, tampak cemas. Ibu
tampak berbaring kiri di tempat tidur, sesekali mengelus perutnya dan
tampak meringis, sesekali berdoa.
b. Tanda-tanda Vital
T : 150/90 mmHg
S : 364 0C
N : 80 x/menit
R : 20 x/menit
c. Pemeriksaan Fisik
 Kepala : Simetris, rambut warna hitam, penyebaran merata, bersih,
tidak mudah rontok/dicabut. Tidak ada benjolan di
kepala.
 Wajah : Tidak pucat, sembab dan oedem.
 Mata : Simetris, sclera putih, konjungtiva palpebra merah muda,
tidak oedem, penglihatan tidak kabur.
 Dada & : Simetris, pernafasan normal, tidak ada ronchi dan
Payudara wheezing, agak tegang, terdapat hyperpigmentasi pada
areola dan papilla mammae, puting susu menonjol,
colostrum belum keluar.
 Abdomen : Pembesaran perut sesuai usia kehamilan, arah membujur,
terdapat linea alba, terdapat striae nigra, perut tampak
tegang saat kontraksi.
 Genetalia : Tidak ada oedem pada vulva/vagina, tidak ada varices,
tidak ada condiloma acuminata dan matalata, tidak ada
pembesaran kelenjar skene dan bartholini, terdapat lendir
bercampur darah, tidak ada bekas luka.
 Anus : Tidak terdapat hemoroid.
 Ekstremitas
Atas : Jari tangan sedikit oedem, tidak ada gangguan pergerakan
tangan.
Bawah : Sedikit oedem, tidak ada varices, tidak ada gangguan
pergerakan. Reflek patella (+).
d. Pemeriksaan khusus
 TFU : 32 cm
 TBJ : (32-11) x 155 = 3.250 gram
 Palpasi
Leopold I : TFU pertengahan pusat dan px, pada bagian fundus
teraba bagian yang besar, kurang bundar, agak lunak
dan tidak melenting (bokong).
Leopold II : Pada sisi kanan teraba bagian yang keras, datar,
memanjang seperti papan, pada sisi kiri teraba bagian
kecil janin (puka).
Leopold III : Bagian terendah teraba keras, bulat,melenting, tidak
mudah digoyangkan.
Leopold IV : Divergen (bagian terbesar janin sudah masuk PAP).
Perlimaan 3/5, 2/5, bagian janin sudah masuk panggul.
 VT
v/v taa,  2 cm, eff 25%, ketuban (+), preskep, HII, UUK kadep,
sutura terpisah, tidak ada bagian kecil di samping kepala janin,
os. coxigis dapat ditolak ke belakang, kesan panggul normal.
 Auskultasi
DJJ (+), kuat (12,11,12) 136 x/menit pada punctum maximum 3 jari
kanan bawah pusat.
 His jarang 2 x/10 menit, lama 30 detik.
 Terapi (tindakan)
- Pasang dower kateter
- Infus D5
- Oksigen
- MgSO4 SM 20% IV 40% Drip (dalam 500 cc infus) 10 jam habis,
dengan tetesan 17 tetes/menit.
- Rencana 6 jam kemudian pro partus.
- Berikan nefidipin 2 x 10 mg
- Usul terminasi
- Mesoprostol 4 x 50 per vag
- Percepatan kala II
 Data penunjang
- NST : fetal distres
- Darah lengkap
HB : 11,4
Leukosit : 10.800
Trombosit : 309.000
Hematokrit : 33,4
Albumin : 4,2
SGOT : 10
SGPT : 18
- Urin lengkap
Urium : 24,5
Creatin : 2,47
B5 : 82
Natrium : 14,1
Kalium : 4,7
Chloride : 110
PH :6
Protein +++
Glukosa (-)
3. Analisa Data

No Doagnosa/Masalah Data Dasar


1. GIIP10001, usia kehamian DS : - Ibu mengatakan hamil ke-2, usia
37-38 minggu, janin kehamilan 9 bulan.
tunggal, hidup, - Ibu mengeluh kenceng-kenceng
intrauterine, situs bujur, sejak tanggal 31-05-2010 dan
fleksi, puka, preskep, merasakan sedikit pusing.
inpartu kala I fase laten, - HPHT : 11-09-2009
KU ibu baik dengan - 18-06-2010
usulan terminasi DO : - KU baik, kesadaran composmentis.
kehamilan. - TTV
T : 150/90 mmHg
N : 80 x/menit
R : 364 0C
S : 20 x/menit
- TFU : 32 cm
- TBJ : 3.250 gram
- Palpasi
L I : TFU pertengahan pusat
dengan px, pada fundus
teraba bagian yang besar
kurang bundar, agak lunak
dan tidak melenting.
L II : Pada sisi kanan teraba bagian
keras, datar, memanjang
seperti papan, pada sisi kiri
teraba bagian kecil janin
(puka).
L III : Bagian terendah teraba keras,
bulat, melenting dan tidak
mudah digoyangkan.
No Doagnosa/Masalah Data Dasar
L IV : Divergen (bagian terbesar
janin sudah masuk PAP)
Perlimaan : 3/5
- VT
v/v taa,  2 cm, eff 25%, ketuban
(+), preskep, H II, UUK kadep,
sutura terpisah, tidak ada bagian
kecil di samping kepala janin, os
coxigis dapat ditolak ke belakang,
kesan panggul normal.
- Auskultasi
DJJ (+), kuat (12-11-12) 136 x/menit
pada punctum maksimum 3 jari
kanan bawah pusat.
- His jarang 2 x/10 menit, lama 30
detik.

2. Cemas DS : - Ibu mengatakan telah memeriksakan


diri ke bidan dan dianjurkan untuk
Masuk Rumah Sakit (MRS) di RSU
untuk menjalani proses persalinan,
karena mengalami tensi tinggi dan
PEB.
- Ibu mengatakan cemas sehubungan
dengan keadaan bayi dan dirinya.
DO : - Ibu tampak berbaring miring ke kiri
di tempat tidur dengan sesekali
mengelus perutnya dan tampak
meringis.
- Ibu tampak cemas.
- Ibu sering bertanya tentang keadaan
bayinya.

B. DIAGNOSA KEBIDANAN
GIIP10001, usia kehamilan 37-38 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine, situs
bujur, fleksi, puka, preskep, inpartu kala I fase laten, KU ibu dan janin baik
dengan usulan terminasi kehamilan.

C. PERENCANAAN
1. Diagnosa : GIIP10001, usia kehamilan 37-38 minggu, janin tunggal, hidup,
intrauterine, situs bujur, fleksi, puka, preskep, inpartu kala I fase
laten, KU ibu dan janin baik preseksio sesarea atas indikasi PEB
+ fetal distress.
Tujuan : - Kondisi ibu dan janin baik.
- Pelaksanaan operasi berjalan lancar.
Kriteria : - KU ibu dan janin baik.
- TTV
T : <160/110 mmHg
N : 80-100 x/menit
R : 36-37,5 0C
S : 16-24 x/menit
- DJJ dalam batas normal : 120-160 x/menit, kuat, teratur, ibu
merasakan gerakan janin.
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan secara terapeutik.
R/ Membina hubungan saling percaya antara klien dan bidan.
b. Jelaskan hasil pemeriksaan ibu dan janin.
R/ Mengevaluasi hasil pemeriksaan dapat memberikan pengetahuan pada
ibu.
c. Jelaskan sebab dilaksanakan operasi SC.
R/ Ibu akan lebih kooperatif dan dapat menerima keadaan yang
dialaminya.
d. Minta keluarga untuk menandatangani inform consent.
R/ Inform consent merupakan suatu persetujuan yang diberikan keluarga
untuk dilakukan tindakan.
e. Beri dorongan mental pada ibu dengan berdoa.
R/ Dengan berdoa, akan memberikan kerterangan dan kebutuhan
spiritual.
f. Beri kesempatan pada ibu untuk mengungkapkan perasaannya,
R/ Untuk memenuhi kebutuhan psikologis ibu.
g. Beritahu ibu untuk tidur miring kiri.
R/ Aliran darah utera plasenta tidak terganggu.
h. Ajak suami/keluarga untuk memberi support mental pada ibu bila
memungkinkan.
R/ Ibu akan lebih tenang dalam menghadapi masalah.
i. Laksanakan observasi DJJ tiap 30 menit.
R/ Deteksi dini terjadinya fetal distress.
j. Puasakan ibu 8-10 jam
R/ Deteksi untuk mengosongkan isi lambung untuk mencegah
pengeluaran isi lambung karena pengaruh anestesi.
k. Kolaborasi dengan tim medis untuk pertolongan persalinan SC.
R/ Agar SC bisa berjalan lancar dan bayi selamat.

2. Masalah I : Cems sehubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang


tindakan operasi SC.
Tujuan : - Ibu akan lebih siap mental spiritual dengan pelaksanaan
operasi SC yang akan dijalani
- Operasi berkurang.
- Cemas berkurang.
- Seksio sesarea berjalan lancar.
Kriteria : - Ibu tenang dan tidak tampak cemas.
- Ibu kooperatif terhadap tindakan pre operasi.
- Ibu mengerti penjelasan bidan.
Intervensi :
a. Siapkan pasien untuk pelaksanaan operasi SC efektif.
R/ Persiapan yang baik akan memperlancar pelaksanaan operasi.
b. Beritahu klien tentang prosedur SC.
R/ Persiapan pre operasi memperlancar pelaksanaan tindakan.
c. Beri penjelasan kepada suami/keluarga tentang persalinan SC.
R/ Suami/keluarga akan lebih menerima keputusan SC.
d. Bombing ibu untuk berdoa agar proses persalinan SC berjalan lancar.
R/ Dengan berdoa, ibu akan lebih tenang.
D. PELAKSANAAN
Tanggal 01-06-2010, pukul 18.00 WIB
1. Diagnosa : GIIP10001, usia kehamilan 37-38 minggu, janin tunggal, hidup,
intrauterine, situs bujur, fleksi, puka, preskep, inpartu kala I fase
laten, KU ibu dan janin baik preseksio sesarea atas indikasi PEB +
fetal distress.
Implementasi :
a. Melakukan pendekatan secara terapeutik.
b. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa kondisi ibu dan bayiny
kurang baik.
c. Menjelaskan sebab-sebab dilakukan SC karena terjadi PEB dan tekanan
darah ibu yang tinggi dan fetal distress.
d. Meminta keluarga untuk menandatangani inform consent.
e. Memberi dorongan moril pada ibu untuk mengungkapkan perasaannya.
f. Memberitahu ibu untuk tidur miring kiri agar aliran antara utero plasenta
lancar.
g. Mengajak keluarga untuk memberi semangat pada pasien.
h. Memuasakan ibu 8-10 jam sebelum operasi, yaitu mulai pukul 12.00-
18.30 WIB.
i. Berkolaborasi dengan tim medis untuk pelaksanaan terapi elektif seksio
sesarea. SC elektif dilaksanakan tanggal 01-06-2010, pukul 18.00 WIB.

2. Masalah I : Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang


tindakan operasi SC.
Tanggal 01-06-2010, pukul 18.00 WIB
Implementasi :
a. Menyiapkan pasien untuk pelaksanaan operasi SC elektif, meliputi:
- Pemasangan infus (31-05-2010, pukul 20.15 WIB)
- Pemasangan dower kateter.
- Melakukan skeren.
- Mengganti pakaian pasien.
- Memakaikan tutup kepala.
b. Beritahu prosedur tindakan SC, yaitu:
1) Sebelum melakukan operasi harus diteliti lagi indikasi dilakukan SC.
2) Melakukan pemeriksaan pada ibu dan janin.
- Dengan NST.
- Pemeriksaan laboratorium.
- Perkiraan berat janin dan keadaan janin.
3) Persiapan operasi
- Pemasangan infus, dower, kateter.
- Puasa 8-10 jam sebelum operasi.
4) Pelaksanaan operasi
- Dilakukan anestesi umum.
- Operator operasi dokter SPOG.
5) Seleksi operasi pasien dipindahkan ke ruang observatid intensif (IPI).
c. Memberi penjelasan kepada suami/keluarga tentang persalinan SC, yaitu
persalinan SC merupakan suatu pertolongan persalinan dengan cara
membuka perut dan kandungan ibu untuk melahirkan bayi yang
disebabkan oleh karena sebab-sebab tertentu.
d. Membimbing ibu untuk berdoa agar pelaksanaan SC berjalan lancar.

E. EVALUASI
Tanggal 01-06-2010, pukul 18.15 WIB
S : - Ibu mengatakan mengetahui perjalanan proses persalinannya.
- Ibu mengatakan mengetahui janinnya kurang baik.
- Ibu setuju dilakukan SC.
O : - KU ibu baik.
- Ibu tampak tidak begitu cemas.
- Tanda-tanda vital
T : 130/80 mmHg
N : 36,60C
S : 84 x/menit
R : 24 x/menit
- DJJ (+) tidak teratur (13-10-12)
- His (+) 2 x/10 menit, lama 30 detik
A : GIIP10001 pre operasi sesarea indikasi PEB + fetal distress.
P : - Melakukan persiapan pre operasi (skeren)
- Memindahkan ibu dari bed ke branker untuk operasi dan mengganti
semua pakaian ibu dengan pakaian khusus operasi dan memakaikan
tudung kepala.
- Memberikan antibiotik klanexi dan antasida 60 ml.
- Melakukan komunikasi dengan ibu untuk persiapan operasi.
- Mengantarkan ibu ke ruang operasi.
- Pukul 18.00 WIB
o Dilakukan prosedur anestesi umum.
o Operasi seksio dimulai.
o Teknik SC menggunakan insisi secara klasik.
o Membuka perut lapis demi lapis sampai pada uterus.
- Pukul 19.15 WIB
Bayi lahir secara seksio, jenis kelamin perempuan A-S : 4-7, BB : 3.200
gram, PB : 46 cm, anus (+), cacat (-), plasenta lahir jam 19.25 WIB
dengan ditarik menggunakan koker secara hati-hati pada tali pusat, lahir
lengkap, jumlah kotiledon + 20 buah, lebar 20 cm, berat + 500 gram,
panjang tali pusat + 40 cm, insersi tali pusat sentralis.
- Mengevaluasi jumlah perdarahan.
- Lakukan injeksi sinto 1 ampul secara IV.
- Jahit luka operasi mulai dari menutup insisi uterus dan pastikan kontraksi
uterus baik.
- Tutup luka operasi dengan kasa steril dan hipafik.
- Evaluasi jumlah perdarahan.
- Bersihkan ibu dan observasi tingkat kesadaran dan tanda vital.
- Pindahkan ibu ke ruang IPI.
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. Synopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba, I Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Saifuddin, Abdul Bari. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBPSP

Wiknjosastro. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP

You might also like