You are on page 1of 10

Peningkatan Akses Air Untuk Masyarakat di

Daerah Terpencil Dengan Teknologi Pompa


Hidrolik Ram
(HidRam Pump)

Tegas I. Prasojo
Nopember 2010

Ringkasan
Air sebagai kebutuhan pokok kehidupan adalah komponen vital bagi kual-
itas kehidupan suatu kelompok masyarakat. Upaya pemenuhan kebutuhan
air ini sebenarnya sudah menjadi perhatian pemerintah Indonesia meskipun
tingkat pemenuhannya masih belum bisa merata ke seluruh pelosok negeri.
Masyarakat di daerah terpencil harus berusaha sendiri memenuhi kebutuhan
airnya dan teknologi irigasi yang diterapkan hendaknya murah dan ramah
lingkungan. Teknologi pompa air hidrolik ram bisa menjadi alternatif untuk
digunakan karena murah biaya operasionalnya, tahan lama dan bersahabat
dengan lingkungan. Saat kebutuhan air untuk kehidupan sehari-hari sudah
tercukupi maka tingkat kesehatan masyarakat akan meningkat, dan saat ke-
butuhan air untuk pertanian tercukupi di musim kemarau, maka tingkat ke-
sejahteraan masyarakat juga akan meningkat.

1 Pendahuluan
Ketersediaan sumber daya air sudah menjadi perhatian masyarakat dunia pada
saat ini. Sejalan dengan pertumbuhan populasi manusia, terjadi juga perubahan
bentang alam yang sangat besar akibat pembangunan namun hal tersebut juga
membawa dampak berupa perubahan lingkungan termasuk juga sumber daya air.
Perhatian besar masyarakat dunia tersebut dapat dilihat dengan munculnya reso-
lusi dari Sidang Umum PBB yang sepakat untuk menyatakan bahwa tahun 2005
sampai 2015 adalah Dekade Internasional untuk Bertindak Melestarikan Air untuk
Kehidupan (Water for Life) [1].
Negara-negara di asia tenggara sebagai bagian dari komunitas masyarakat dunia
juga ikut berperan dalam upaya pelestarian sumber daya air. Di wilayah ini, sumber

Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Development Policy, Science and the Environ-
ment yang diasuh oleh Prof. Dr. Ir. M. Bisri, MS. Program Doktor Kajian Lingkungan dan
Pembangunan - Program Pasca Sarjana - UB

1
daya air menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari karena sis-
tem pertanian yang dijalankan di wilayah pedesaan sangat bergantung pada keterse-
diaan dan pengelolaan sumber daya air. Andersen [2] menyatakan bahwa bidang
pertanian tetap menjadi sumber pokok kehidupan masyarakat di Asia Tenggara
hingga abad ke 21 dan pertanian ini menjadi faktor penentu tingkat kemakmuran
atau kemiskinan yang terjadi di wilayah ini.
Kondisi geografis negara-negara di Asia Tenggara sebagian besar berupa daerah
berbukit-bukit dan pegunungan terkadang menjadi kendala untuk memenuhi suplai
air bagi pertanian di daerah hulu. Indonesia juga tidak jauh berbeda kondisi ge-
ografisnya dan secara khusus hal yang sama juga bisa dilihat di daerah perkebunan
dan pertanian di hulu sungai Berantas Jawa Timur. Suplai air bagi pertanian di
daerah itu tidak menjadi masalah saat musim hujan, namun saat musim kemarau
petani harus berfikir keras bagaimana cara mendapatkan suplai air untuk daerah
pertanian.
Indonesia secara umum memiliki kebijakan pemenuhan kebutuhan air di tingkat
nasional seperti yang tercantum dalam undang-undang no 7 tahun 2004 tentang
sumber daya air [3]. Undang-undang tentang sumber daya air menyebutkan bahwa
pemenuhan kebutuhan air untuk pertanian dilakukan melalui sistem irigasi. Untuk
daerah yang telah ditetapkan sebagai ”lumbung padi” atau daerah penghasil padi
nasional, sistem irigasi sudah dibangun oleh pemerintah dengan cara pembangunan
waduk, dam dan saluran irigasi. Akan tetapi di daerah terpencil seperti halnya
daerah hulu sungai Berantas, pengembangan sistem irigasi oleh pemerintah masih
belum bisa memenuhi kebutuhan air bagi petani di musim kemarau.
Undang-undang no 7 tentang Sumber Daya Air juga memungkinkan pengem-
bangan sistem irigasi primer dan sekunder oleh perkumpulan petani pemakai air
atau pihak lain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Hal ini dapat me-
rangsang kelompok masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam mengatasi per-
masalahan suplai air di daerah masing-masing. Kegagalan untuk memenuhi suplai
air di daerah pertanian terpencil memiliki hubungan positif dengan menurunnya
penghasilan dari hasil pertanian mereka. Bahkan secara umum, terdapat hubungan
antara pemenuhan kebutuhan air dengan tingkat kemakmuran masyarakat [4].
Berbagai metode dilakukan oleh kelompok-kelompok petani di berbagai daerah
di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertanian mereka tergantung bera-
pa besar modal, pengetahuan dan informasi yang mereka miliki. Penggunaan sumur
bor untuk mengambil air dari akuifer dalam juga dilakukan oleh kelompok-kelompok
yang mempunyai modal cukup besar mengingat pembuatan sumur ini memerlukan
biaya yang tidak murah. Secara teknologi, pembuat sumur bor di Indonesia sudah
mampu membuat sumur bor hingga kedalaman ratusan meter sehingga keberadaan
sumur bor yang mengambil air dari akuifer dalam ini bisa dilakukan asal memiliki
dana.
Pembuatan sumur bor di daerah pegunungan memerlukan modal yang cukup
besar saat dibuat dan secara ekologis tidak menguntungkan dalam jangka panjang.
Biaya operasional sumur ini juga besar karena diperlukan suplai tenaga tambahan
seperti dari tenaga listrik atau mesin diesel. Harga pompa yang mempunyai keku-
atan untuk menyedot cadangan air dari akuifer dalam juga cukup mahal. Semakin
banyak sumur bor yang menyedot kandungan air di akuifer dalam di daerah pe-

2
gunungan, maka cadangan air untuk daerah-daerah di kaki gunung atau dataran
rendah bisa menurun secara signifikan dan hal ini akan merugikan banyak orang.
Sektor pertanian yang membutuhkan air dalam jumlah yang besar, baik yang
berasal dari sumber air permukaan maupun air tanah, memanfaatkan beragam
teknologi yang mampu mengangkat dan mengalirkan air dari sumbernya ke lahan-
lahan pertanian. Penggunaan pompa air yang digerakkan dengan tenaga listrik
menjadi pilihan utama saat ini karena paling cepat dan mudah dilakukan. Namun
jika dilihat dari sisi pembiayaan, baik dalam tahap pengembangan (pembangunan)
maupun pengelolaan (pemeliharaan), teknologi irigasi tersebut memunculkan per-
soalan di tingkat lapangan, khususnya bagi petani dan kelompoknya yaitu kesulitan
petani dalam mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana irigasi yang
dimiliki. Akibatnya, banyak sarana dan prasarana irigasi yang sudah dibangun
menjadi rusak yang secara langsung berdampak negatif pada lingkungan [7] .
Pada kasus pembangunan kawasan rekreasi di daerah Batu bisa dilihat jelas pe-
ngaruh negatif adanya sumur bor pada kondisi lingkungan. Dalam tahap pembangu-
nan kawasan wisata Museum Satwa, pihak developer memilih untuk memenuhi ke-
butuhan air di tempat wisata itu dengan membuat sumur bor akuifer dalam. Namun
pembuatan sumur itu tidak dilengkapi ijin dan keberadaannya kemudian menjadi
permasalahan dengan masyarakat desa di sekitarnya. Setelah mendapat pengajuan
keberatan dari masyarakat yang menyatakan bahwa sumur di rumah mereka menu-
run permukaannya, kemudian pemerintah daerah kota batu melarang penggunaan
sumur itu dan selanjutnya Pemerintah kota Batu akan membatasi pengambilan air
bawah tanah melalui sumur bor untuk menjaga ketersediaan air dan mata air di
Kota Batu [5].
Melihat kondisi tersebut perlu dicari dan dikembangkan suatu model teknologi
irigasi yang menggunakan pompa air yang lebih tepat guna dan lebih akrab de-
ngan lingkungan. Dari sisi petani pemakainya, teknologi irigasi tersebut juga harus
mudah digunakan, memerlukan investasi yang tidak terlalu besar serta mudah dan
murah biaya operasionalnya.

2 Teknologi Pompa Hidrolik Ram


Pengembangan irigasi Pompa Hidrolik Ram merupakan salah satu alternatif teknolo-
gi aplikasi irigasi yang bisa diterapkan oleh petani di daerah terpencil sebagai peng-
ganti sumur bor. Pompa hidrolik ram mempunyai keunggulan dalam perhitungan
ekonomis pengoperasian dan pemeliharaannya, serta secara ekologis tidak mempu-
nyai pengaruh negatif terhadap cadangan air di akuifer dalam karena sumber air
sepenuhnya didapatkan dari aliran air permukaan.
Teknologi pompa hidrolik ram memang bukanlah barang baru di Indonesia. Seti-
daknya sejak tahun 1979 teknologi ini sudah mulai dikenalkan di Indonesia oleh Jahja
Hanafie [6]. Pompa automatik hidrolik ram (pompa hidram) adalah teknologi pom-
pa air yang bekerja dengan menggunakan memanfaatkan gaya grafitasi. Teknologi
pompa automatis hidrolik ram sendiri sudah ada sejak tahun 1772 yang ditemukan
oleh John Whitehurst dari Inggris. Pompa ini kemudian dikembangkan pada tahun
1796 saat Joseph Michel Montgolfier memasang pompa ram otomatis ini di Voiron
Perancis. Penemuan ini kemudian dipatenkan pada tahun 1797 [10]. Di Indonesia

3
sendiri teknologi pompa hidram ini juga sudah dikembangkan termasuk dilakukan
modifikasi desain untuk meningkatkan efisiensinya [9].
Pompa hidram ini merupakan suatu alat yang digunakan untuk menaikkan air
dari tempat rendah ke tempat tinggi secara automatik dengan menggunakan energi
air itu sendiri. Dalam kerja alat ini, tekanan dinamik air yang ditimbulkan memu-
ngkinkan air mengalir dari tinggi vertikal yang rendah ke tempat yang lebih tinggi.
Dalam operasinya, alat ini mempunyai keuntungan antara lain, tidak membutuhkan
sumber tenaga tambahan, biaya operasional murah, hanya ada dua komponen yang
bergerak sehingga tingkat keausan rendah (usia pakai lebih lama), perawatan seder-
hana dan dapat dibuat oleh bengkel sederhana.
Secara singkat, prinsip kerja pompa hidram ini adalah dengan memanfaatkan
tenaga aliran air yang mengalir dari ketinggian kemudian diubah dengan mekanisme
penutupan katup yang cepat sehingga timbul tenaga hentakan balik (water ham-
mer ). Hentakan air yang mendadak tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai tena-
ga pendorong untuk bisa mengalirkan air ke tempat yang lebih tinggi. Proses itu
terjadi berulang sehingga terbentuk semacam siklus dan pompa bisa bekerja tanpa
perlu tambahan tenaga dari luar.
Air mengalir dari suatu sumber atau sebuah tangki air melalui pipa pemasukan
dan keluar melalui katup limbah. Aliran air yang melalui katup limbah bergerak
cukup cepat, maka tekanan dinamik yang merupakan gaya ke atas mendorong katup
limbah sehingga tertutup secara tiba-tiba sambil menghentikan aliran air dalam pipa
pemasukan. Aliran air yang terhenti mengakibatkan tekanan tinggi terjadi seketika
dalam ram. Jika tekanan cukup besar akan mengatasi tekanan dalam ruang udara
pada katup pengantar dan dengan demikian membiarkan air mengalir ke dalam
ruang udara dan seterusnya ke tangki penampungan.
Gelombang tekanan (hammer ) dalam ram sebagian dikurangi dengan lolosnya
air ke dalam ruang udara dan denyut tekanan melompat kembali ke pipa pemasukan
yang mengakibatkan hisapan di badan ram. Hal ini menyebabkan katup pengantar
menutup kembali dan menghalangi mengalirnya air kembali ke dalam ram. Kat-
up limbah turun atau terbuka dan air dari sumber kembali mengalir melalui pipa
pemasukan, lihat gambar 1. Kemudian siklus itu akan berulang lagi secara otomatis.
Dengan mengatur berat katup limbah dan jarak antara lubang katup dengan
katup limbah, pompa hidrolik ram dapat memompa air sebanyak mungkin dan
biasanya terjadi bila siklus berlangsung sekitar 75 kali tiap menit [6].
Mengingat tenaga penggerak utama pompa hidram ini adalah gaya grafitasi,
maka teknologi irigasi pompa hidram lebih tepat diterapkan pada daerah-daerah
yang spesifik kondisi lahan dan sumber areal pertaniannya di atas sumber-sumber
air yang tersedia seperti halnya pertanian di daerah Batu atau daerah hulu aliran
sungai yang topografinya bergunung-gunung, lihat gambar 2 .
Secara spesifik, menurut Direktorat Pengelolaan Air Departemen Pertanian,
daerah yang bisa untuk memanfaatkan teknologi irigasi pompa hidram adalah memi-
liki ciri sebagai berikut [7]:

1. Merupakan daerah sentra produksi pertanian yang memiliki potensi luas lahan
untuk dijadikan sebagai lahan pertanian beririgasi.

2. Di sekitar lokasi pengembangan, terdapat sumber air permukaan seperti sun-

4
Gambar 1: Diagram pompa hidram. Keterangan: A= pipa pemasukan B=
Katup limbah C=Katup D=Ruang udara E=pipa keluar ke tangki. Sumber:
http://lejpt.academicdirect.org

Gambar 2: Diagram posisi pompa hidram diantara sumber air dan lokasi tujuan
irigasi yang lebih tinggi. Sumber: http://design.uwaterloo.ca

5
gai dengan jumlah dan kualitas air yang memadai, terutama pada musim
kemarau.

3. Di lokasi pengembangan terdapat kelompok tani yang aktif.

4. Lokasi merupakan lahan milik petani dan sekaligus penggarap.

5. Penentuan/penetapan lokasi berdasarkan kesepakatan kelompok dan tidak me-


nuntut ganti rugi atas pemanfaatan lahan

Syarat tersebut dimaksudkan agar sistem irigasi tersebut dapat digunakan dan
terpelihara dalam jangka panjang. Jika suatu daerah sudah memenuhi syarat umum
tersebut, maka pembangunan sistem irigasi dengan menggunakan pompa hidram
bisa dimulai.

3 Karakteristik Pompa Hidrolik Ram


Karakteristik pompa hidrolik ram yang bekerja pada keadaan tertentu dimana jarak
antara lubang dan katup limbah konstan, tinggi vertikal tangki pemasukan tetap
tinggi sedang tinggi pemompaan berubah-ubah, ternyata bahwa jumlah denyutan
katup limbah tiap menit bertambah pada setiap penambahan tinggi pemompaan.
Pompa hidrolik ram yang dirancang dengan baik dapat bekerja baik pada semua
keadaan dengan pemeliharaan yang minimum. Pompa yang terbuat dari bahan
besi cor yang kuat dapat bekerja dengan baik hingga sampai 100 tahun. Hal ini
merupakan penghematan investasi yang luar biasa bagi kelompok petani.
Ukuran pompa hidrolik ram ditentukan oleh kapasitas yang dikehendaki dan juga
dibatasi oleh jumlah air yang tersedia untuk menggerakkan pompa. Pompa harus
dipasang serata mungkin untuk meyakinkan bahwa katup limbah yang diberi beban
dapat jatuh tegak lurus ke bawah dengan gesekan sekecil mungkin. Pemasangan
pipa juga harus diperhatikan agar tidak ada belokan-belokan tajam atau sudut yang
mengurangi kekuatan aliran air.
Hasil eksperimen juga menunjukkan bahwa adanya ruang udara pada pompa
hidram semakin meningkatkan efisiensi pompa dalam mengalirkan air ke tempat
yang lebih tinggi. Pemasangan ruang udara meningkatkan efisiensi pompa hidram
dari 0,7 % menjadi 19,45 % [9]

4 Pengalaman dari Filipina


Pulau Negros di Filipina pada awalnya penuh dengan lahan tanaman tebu dan
masyarakat menggantungkan hidupnya dari pertanian tebu. Namun sejak harga
gula jatuh di tahun 1980 banyak orang kehilangan mata pencarian dan mulai timbul
berbagai konflik sosial. Kemudian terjadi reformasi agraria dan penduduk beralih
untuk menanam padi.
Laju penebangan hutan yang cukup tinggi di masa lalu telah menjadikan para
petani di pulau Negros kesulitan air di musim kemarau dan petani yang tidak sang-
gup menghadapi hal ini memilih meninggalkan lahan pertaniannya untuk berpindah

6
Gambar 3: Diagram sederhana pompa hidram yang telah dimodifikasi oleh AIDFI
untuk pemasangan di aliran sungai. Sumber: AIDFI Technidal report

mata pencarian. Kondisi geografis pulau Negros adalah berbukit-bukit dan masya-
rakat / petani harus turun ke lembah untuk mendapatkan air dari sungai. Kegiatan
itu dilakukan dua kali sehari dengan cara memanggul jerry can di punggungnya.
Kegiatan tersebut tidak hanya melelahkan dan memakan waktu, namun juga berba-
haya sehingga hanya bisa dilakukan oleh anggota masyarakat yang bertubuh kuat
saja. Oleh karena itu, di saat musim kemarau, air hanya diambil secukupnya untuk
memenuhi kebutuhan pokok seperti minum dan memasak. Irigasi untuk pertani-
an dan sanitasi keluarga sudah tidak dihiraukan lagi saat musim kemarau sehingga
tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat juga menurun .
Kondisi yang buruk ini kemudian diubah oleh yayasan AIDFI, sebuah lembaga
nirlaba di Filipina yang peduli terhadap nasib petani di daerah terpencil. Program
yang dilakukan adalah menyelesaikan permasalahan pokok masyarakat setempat
tentang suplai air di musim kemarau dengan cara memasang pompa hidram di
sungai untuk memompa air dari sungai ke desa di atas bukit. Pompa hidram yang
dipasang oleh yayasan AIDFI di desa-desa di pulau Negros mampu mengangkat
air dari permukaan sungai hingga ketinggian 200 meter ke atas bukit dengan debit
antara 1.500 sampai 72.000 liter air per hari.
Untuk menyesuaikan dengan kondisi geografis setempat, yayasan AIDFI me-
lakukan modifikasi desain pompa hidram, lihat gambar 3, sehingga pompa dapat
diletakkan di dekat aliran sungai. Sebelum memasuki pompa, air sungai terlebih
dahulu dilewatkan ke bak pengendap agar air tidak membawa pasir dan kerikil saat
masuk ke pipa pemasukan [8]. Modifikasi desain ini dilakukan dengan maksud agar
kelompok tani yang bertugas memelihara pompa ini di masa depan, bisa mela-
kukan perbaikan-perbaikan kecil pada pompa dengan peralatan bengkel sederhana
seandainya terjadi kerusakan pada pompa.
Pompa hidram yang dipasang oleh yayasan AIDFI terbuat dari besi dan bebera-
pa bagian penting seperti katup yang bergerak dibuat dari stainless steel agar masa
pakai pompa itu bisa sangat lama. Diharapkan satu pompa hidram yang sudah
terpasang bisa beroperasi untuk minimal selama 20 tahun.

7
Biaya operasional pompa hidram tersebut juga sangat rendah. Data dari kelom-
pok masyarakat di pulau Negros yang sudah mendapatkan instalasi menyebutkan
bahwa mereka bisa menghemat antara 7.500 sampai 9.000 peso (sekitar 1.200.000
sampai 1.500.000 rupiah) setiap bulan saat menggunakan pompa hidram diband-
ingkan saat mereka menggunakan pompa air listrik atau diesel[11]. Jika dana yang
diperoleh dari penghematan biaya tiap bulan tersebut dikumpulkan, maka biaya
investasi awal untuk pembangunan sistem irigasi menggunakan pompa hidram ini
dapat dilunasi dalam waktu dua tahun.
Dengan adanya instalasi air menggunakan pompa hidram, kebutuhan air masya-
rakat sekitar dapat dipenuhi tanpa mereka harus turun ke lembah. Suplai air yang
terus menerus menyebabkan mereka bisa meningkatkan kesehatan karena mereka
dapat mandi dengan mudah dan yang lebih penting lagi lahan pertanian dan ternak
mereka bisa mendapatkan suplai air di saat musim kemarau [11].
Kunci keberhasilan proyek pembangunan sistem irigasi pompa hidram yang di-
lakukan oleh yayasan AIDFI di pulau Negros adalah peran serta aktif kelompok
masyarakat di lokasi proyek. Keterlibatan masyarakat tersebut dimulai sejak proses
survey, proses pembangunan hingga pada pemeliharaan rutin setelah pompa berop-
erasi. Dari setiap kelompok masyarakat ada beberapa orang yang dilatih ketrampi-
lan teknis dasar agar mereka bisa melakukan perbaikan sendiri dan juga mampu
membuat sendiri spare part pompa yang dibutuhkan. Tanpa keterlibatan kelompok
masyarakat ini merupakan kunci sukses dari keberlanjutan sistem irigasi pompa
hidram.

5 Pemanfaatan di Indonesia
Setelah melihat keberhasilan pembangunan sistem irigasi dengan pompa hidram
di Filipina, metode yang sama perlu lebih ditingkatkan penerapannya di Indonesia
sebagai solusi dari permasalahan pemenuhan kebutuhan air di kawasan terpencil.
Meskipun pembangunan instalasi irigasi pompa hidram ini juga membutuhkan in-
vestasi awal yang cukup besar, namun biaya investasi tersebut akan bisa tertutup
setelah 2 tahun pompa itu beroperasi. Jadi dalam jangka panjang hal pompa hidram
lebih menguntungkan jika dibandingkan pompa sumur akuifer dalam.
Banyak faktor yang harus dibenahi agar teknologi pompa hidram yang sudah
ada lebih dari 30 tahun di Indonesia menjadi teknologi yang populer dan banyak
digunakan di daerah-daerah terpencil. Modifikasi dan inovasi desain pompa harus
terus dilakukan oleh para ahli agar pompa lebih mudah digunakan oleh petani dan
agar efisiensinya semakin meningkat. Modifikasi juga perlu dilakukan agar pompa
tetap bisa bekerja walaupun tekanan masukan air rendah seperti yang dilakukan di
Filipina.
Publikasi dan sosialisasi tentang kelebihan penggunaan pompa hidram dan man-
faat positifnya bagi lingkungan harus lebih aktif dilakukan dan merata di berbagai
lapisan masyarakat, hingga teknologi pompa hidram bisa menjadi alternatif per-
tama yang muncul di benak masyarakat Indonesia saat mereka dihadapkan pada
permasalahan pemenuhan kebutuhan air di wilayahnya.
Pedoman teknis dari Departemen Pertanian serta pengalaman yayasan AIDSI
di Filipina jelas menunjukkan bahwa tahapan pertama yang harus dilakukan dalam

8
proyek pembangunan sistem irigasi ini adalah mengorganisir kelompok masyarakat
setempat. Dengan melakukan pengorganisiran masyarakat, maka anggota masya-
rakat bisa dilibatkan dalam proyek ini sejak dini dan diharapkan ikut memelihara
sistem irigasi ini dalam jangka panjang. Dalam hal ini dibutuhkan seorang inisi-
ator yang mempunyai motivasi dan kemampuan untuk mengorganisir masyarakat
setempat agar mereka bisa merasa menjadi bagian proyek yang bisa bermanfaat ba-
gi mereka di masa depan. Peran serta lembaga swadaya masyarakat atau individu
yang peduli terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat di daerah terpencil
sangat dibutuhkan agar keberhasilan proyek irigasi pompa hidram di Pulau Negros
dapat diterapkan juga di berbagai daerah di Indonesia.

6 Kesimpulan
Pemenuhan kebutuhan air untuk daerah pertanian sangat vital bagi tingkat kese-
jahteraan masyarakat petani sehingga pemerintah membangun sistem irigasi untuk
memenuhi kebutuhan itu. Untuk di daerah pegunungan yang belum terjangkau sis-
tem irigasi pemerintah, masyarakat secara swadaya dapat membangun sistem irigasi
sendiri.
Kelompok masyarakat disarankan menggunakan teknologi yang mudah, murah
dan tidak mempunyai dampak negatif bagi lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
airnya tersebut. Pompa otomatis hidrolik ram merupakan salah satu alternatif
teknologi tepat guna yang mempunyai keunggulan ekonomis dan ramah bagi ling-
kungan.
Pengalaman negara Filipina membuktikan bahwa penggunaan pompa hidrolik
ram dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan di saat yang sama bisa
meningkatkan kesejahtaraan dari hasil pertanian.
Diperlukan kerjasama dan peran aktif kelompok masyarat setempat agar pem-
bangunan sistem irigasi dengan pompa hidram bisa berjalan dengan baik dan dapat
beroperasi dalam jangka waktu yang lama.

Pustaka
[1] Eric T. Craswell, 2006. Water and Poverty in Southeast Asia The Research
Agenda from a Global Perspective, Asian Journal of Agriculture and Develop-
ment, Vol. 1, No. 2.

[2] Pinstrup Andersen, P. 2004. Challenges to Agricultural Production in Asia in


the 21st Century. In: S. Veng, E. Craswell, S. Fukai and K. Fischer, eds. Water
in Agriculture. ACIAR Proceedings No. 116, pp. 9-21.

[3] UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 7 TAHUN 2004,


Tentang SUMBER DAYA AIR.

[4] Intizar Hussain and Mark Giordano, editors. 2004, Water and Poverty Link-
ages: Case Studies from Nepal, Pakistan and Sri Lanka. Colombo, Sri Lanka:
International Water Management Institute.

9
[5] Dewan Rekomendasikan Penutupan Permanen Sumur Bor Museum Satwa, 7
Nopember 2009, diunduh dari http://malangraya.web.id/2009/11/07/dewan-
rekomendasikan-penutupan-permanen-sumur-bor-museum-satwa/.

[6] Jahja Hanafie dan Hans de longh. 1979. Teknologi Pompa Hidrolik Ram, Buku
Petunjuk untuk pembuatan dan pemasangan. Pusat Teknologi Pembangunan,
Institut teknologi Bandung.

[7] Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Pompa HIDRAM, 2009, DIREK-


TORAT PENGELOLAAN AIR DIREKTORAT JENDERAL PENGELO-
LAAN LAHAN DAN AIR DEPARTEMEN PERTANIAN.

[8] Auke Idzenga, 2007. AIDFI technical report, Alternative Indigenous Develop-
ment Foundation, Philippines.

[9] Made Suarda dan IKG Wirawan, 2008, Kajian eksperimental pengaruh tabung
udara pada head tekanan pompa hidram, Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM
Vol.2 No.1 (10-14)

[10] http://en.wikipedia.org/wiki/Hydraulic-ram.

[11] http://www.ashdenawards.org/winners/aidfoundation.

10

You might also like