Professional Documents
Culture Documents
INFEREN
SI
SISTEM BERBASIS
PENGETAHUAN
Kelompok 1 :
1. Andri Yudhistira
( 10108222 )
2. Antoni Ripassa
( 10108273 )
3. Ari Yusmandanita
( 10108299 )
4. Hendra Kurniawan
( 12108428 )
5. Herawati
(10108959)
6. Indra Mochammad
Yusuf ( 11108020 )
7. Jaka Husen
( 11108055 )
8. Karina Almisaning
Dyah ( 11108099 )
9. Siti Rahayu
Kurniawati
( 11108852 )
10.Sulimah
( 11108883 )
11.Yayan Sopiyan
( 12108072 )
3KA14
Dosen : Essy Mays Sari
Sakti
UNIVERSITAS
GUNADARMA 2010
Tree (pohon) adalah suatu hierarki struktur yang terdiri dari Node (simpul/veteks) yang
menyimpan informasi atau pengetahuan dan cabang (link/edge) yang menghubungkan
node. Binary tree mempunyai 0,1 atau 2 cabang per-node.
○ Node tertinggi disebut root
○ Node terendah disebut daun
Akar Node
Cabang Level 1
Node Level 2
Level 3
Level 4
Daun
Tree merupakan tipe khusus dari jaringan semantic, yang setiap nodenya
kecuali akar, mempunyai satu node orang tua dan mempunyai nol atau lebih node
A B D
C E
(a) Graph tidak terhubung (b) Graph terhubung
A B
C
(c) Digraph dgn loop pada diri
sendiri dan sirkuit terhubung (d) Lattice
Note :
– Graph asiklik adalah graph yang tidak mengandung siklus.
– Graph dengan link berarah disebut digraph.
– Graph asiklik berarah disebut lattice.
– Tree yang hanya dengan path tunggal dari akar untuk satu daun disebut degenerate
tree.
– Aplikasi tree dan lattice adalah pembuatan keputusan disebut decision tree dan
decision lattice.
– Contoh : decision tree yang menunjukkan pengetahuan tentang hewan.
T Y
badak hippo
STATE SPACE
State adalah kumpulan karakteristik yg dapat digunakan untuk menentukan status.
State Space adalah rangkaian pernyataan yg menunjukkan transisi antara state dimana
objek dieksprerimen
A B D
C E
(a) Graph tidak terhubung (b) Graph terhubung
A B
C
(c) Digraph dgn loop pada diri
sendiri dan sirkuit terhubung (d) Lattice
Dalam SP, untuk menemukan solusi problem dapat menggunakan rangkaian backward
yaitu dengan tree AND-OR dan AND-OR-NOT
– Banyak tipe system pakar menggunakan backward chaining untuk mendapatkan
solusi dari permasalahan.
– Salah satu tipe dari tree atau lattice yang digunakan dalam masalah representasi
backward chaining adalah Pohon AND-OR.
LULUS
WORKS
LULUS
KURS
Persyar
SKSLul
Sid.Sarjana
US
HOP
atan
D3us
=160
IPK
>=2.0
Tipe-tipe Inferensi
a. Deduction
Pemberian alasan logikal dimana kesimpulan harus mengikuti premis
b. Induction
Inferensi dari khusus ke umum
c. Intuition
Tidak ada teori yg menjamin. Jawabannya hanya muncul, mungkin dengan
penentuan pola yg ada secara tidak disadari.
d. Heuristic
Aturan yg didasarkan pada pengalaman
f. Abduction
Pemberian alasan kembali dari kesimpulan yg benar ke premis .
g. Default
Diasumsikan pengetahuan umum sebagai default
h. Autoepistemic
Self-knowledge
i. Nonmonotonic
Pengetahuan yg sebelumnya mungkin tdk benar jika bukti baru didapatkan
j. Analogy
Kesimpulan yg berdasarkan pada persamaan untuk situasi yg lainnya.
Proses deduktif pada contoh di atas bergerak dari prinsip umum menuju konklusi
khusus.
Penalaran deduktif umumnya terdiri dari tiga bagian : premis mayor, premis minor
dan konklusi. Premis disebut juga antecedent Konklusi/kesimpulan disebut juga
consequent. Silogisme dapat direpresentasikan ke dalam bentuk aturan
JIKA…..MAKA….. (IF…THEN…..),
Contoh :
Silogisme klasik disebut categoricall syllogism (silogisme yang pasti). Premis dan
konklusi didefinisikan sebagai statement yang pasti dari empat bentuk berikut :
Subjek dari konklusi S disebut bagian minor bila predikat konklusi P adalah bagian
mayor. Premis terdiri dari premis mayor dan premis minor.
Contoh :
Premis mayor : Semua M adalah P
Premis minor : Semua S adalah M
Konklusi : Semua S adalah P
Silogisme di atas adalah bentuk standar karena premis mayor dan minor sudah
diketahui.
Contoh :
“Semua mikrokomputer adalah computer”
Subjeknya (objek yang digambarkan) adalah mikrokomputer.
Predikatnya (beberapa sifat subjek) adalah computer
M (middle term) adalah hal yang penting karena silogisme didefinisikan sedemikian
sehingga konklusi tidak dapat disimpulkan dengan mengambil salah satu premis.
Q (quantifier) menggambarkan porsi dari kelas yang diketahui.
○ Quantifier “semua” dan “tidak” adalah universal karean menunjukkan keseluruhan
kelas.
○ “beberapa” adalah khusus (particular) karena hanya menunjukkan satu bagian dari
kelas yang diketahui.
Mood dari silogisme didefinisikan sebagai tiga huruf yang memberikan bentuk
masing-masing premis mayor, minor dan konklusi.
Contoh :
Semua M adalah P
Semua S adalah M
∴ Semua S adalah P
menunjukkan suatu mood AAA-1
Tidak selalu argument yang mempunyai bentuk silogisme merupakan silogisme yang
valid.
Contoh : Silogisme tidak valid berbentuk AEE-1
Semua M adalah P
Tidak S adalah M
∴ Tidak S adalah P
Diagram Venn tidak sesuai untuk argumen yang lebih kompleks karena sulit dibaca pada
decision tree untuk silogisme. ogika proposisi memberikan pengertian lain dari
penggambaran argumen.
Contoh :
Jika ada daya listrik, komputer akan bekerja
Ada daya
∴ Komputer akan bekerja
AB
A
∴B
Bentuk umum Ponens / direct reasoning / law of detachment / assuming the antecedent
pq
p atau pq, p; ∴q
∴q
Bentuk tersebut valid, karena argumen tersebut dapat ditunjukkan sebagai suatu
tautologi.
((pq)∧p) q
pq
q atau pq, q; ∴p
∴p
Tabel Kebenaran:
p q pq ((pq)∧q) ((pq)∧q) p
T T T T T
T F F F T
F T T T F
F F T F T
(Bukan Pones karena tidak bersifat Tautology)
Skema argumen lain :
pq
~q
∴ ~p
Tabel Kebenaran:
p q pq ~q (pq)∧~q) ~p ((pq)∧~q) ~p
T T T F F F T
T F F T F F T
F T T F F T T
F F T T T T T
Kaidah inferensi dapat digunakan untuk argumen yang mempunyai lebih dari dua
premis.
Contoh :
Harga chip naik hanya jika yen naik
Yen naik hanya jika dollar turun dan jika dollar turun maka yen naik
Karena harga chip telah naik
Dollar harus turun
1. C Y
2. (Y D)( D Y)
3. C
∴D
– Kondisional p q mempunyai converse, inverse dan kontrapositif
Kondisional p q
Converse qp
Inverse ~p ~q
Kontrapositif ~q ~p
Kita tahu bahwa argument tersebut adalah argumen valid jika berupa syllogism
valid. Dapatkah kita membuktikan ke-valid-an tersebut dengan menggunakan logika
proporsional?
Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama kali kita menuliskan argument sebagian skema
P = All men are mortal
q = Socrates is a man
R = Socrates is mortal
p
q
∴r
Perhatikan bahwa tidak ada hubungan di dalam premises atau kesimpulan sehingga
setiap premises dan setiap kesimpulan harus mempunyai variable logical yang berbeda.
Juga , logika preposisional tidak mempunyai provisi untuk quantifier sehingga tidak ada
cara untuk menunjukkan quantifier “semua“ di dalam premise pertama. Satu-satunya
representasi argument ini di dalam logoka proporsional adalah di atas dari tiga variable
yang bebas.
Untuk menentukan argument tersebut valid, erhatikan table kebenaran dari tiga
variable bebas untuk keseluruhan kemungkinan kombinasi dari T dan F yang ditunjukkan
dalam table berikut :
p q r
T T T
T T F
T F T
T F F
F T T
F T F
F F T
F F F
Baris kedua dari table benar ini menunjukkan argumen untuk tidak valid karena premises
benar sementara kesimpulan salah.
Validitas dari argumen ini harus “tidak” diinteprestasikan seperti arti kesimpulan
yang tidak benar. Seseorang akan menentukannya sebagai argumen yang benar, Ketidak-
valid-an sederhana berarti bahwa “argument tidak dapat dibuktikan dibawah logika
Lihat :
p = Socrates is a man
q = Socrates is mortal
Argumen ini akan menjadi :
p→q
p
∴q
yang merupakan bentuk “modus ponens” syllogism yang valid. Seperti contoh lain,
perhatikan argumen klasik berikut ini :
String di atas merupakan teori dari formal system tersebut (Minsky 67). Meskipun
string seperti 11111 tidak terlihat seperti type teori yang kita gunakan untuk melihat,
apakah merupakan teori logika yang valid. Teori khusus ini juga mempunyai arti
semantik karena teori tersebut merupakan angka aneh yang diekspresikan dalam “unary
number system” dari simbol tunggal 1. Hanya sebagai system angka binary yang hanya
mempunyai symbol alphabet 0 dan 1, system angka unary hanya mempunyai symbol
tunggal 1. angka didalam unary dan system desimal diekspresikan sebagai :
Unary Decimal
1 1
11 2
111 3
1111 4
11111 5
dan seterusnya.
Perhatikan bahwa karena baris inference dan aksioma, string, 11, 1111 dan
seterusnya tidak dapat diekspresikan dalam system formal, Yaitu, 11 dan 1111 adalah
string dari alphabet formal, tetapi bukan teori atau wffs karena tidak dapat dibuktikan
dengan menggunakan hanya baris inference dan aksioma. Sustem formal ini
memungkinkan hanya derivasi dari angka aneh, bukannya angka. Aksioma “11” harus
ditambahkan agar dapat memperoleh angka.
Ada perbedaan “order” logika. Bahasa “first order” ditentukan sehingga quantifier
akan mengoperasikan pada objek variabel seperti . Bahasa “second order” harus
∀x
mempunyai feature tambahan seperti dua macam variabel dan quantifier. Sebagai
tambahan pada variabel dan quantifier ordering, logika second order dapat mempunyai
quantifier yang mengatur atas fungsi dan symbol predikat, Contoh dari logika second
order adalah “equality axiom”, yang menunjukkan bahwa dua obyek akan sama jika
seluruh predikatnya sama. Jika P adalah predikat dari satu argumen, maka :
x =y ≡(∀
p) [ p ( x ) ↔ p ( y )]
Merupakan pernyataan dari aksioma yang sama dengan menggunakan order quantifier,
, yang mengatur seluruh predikat.
∀p
Kaidah Universal Instatiation merupakan state dasar, dimana suatu individual dapat
digantikan (disubsitusi) ke dalam sifat universal.
Contoh :
Misal, φ merupakan fungsi proposisi :
(∀x) φ (x)
∴ φ (a)
1. SISTEM LOGIKA
Sistem logika adalah kumpulan objek seperti kaidah (rule), aksioma, statement dan
lainnya yang diatur dalam cara yang konsisten.
Contoh :
All S is P ….. merupakan wffs
tapi…. All
All is S P ….. bukan wffs
Is S all
Sistem logika dibangun melalui Sentential atau kalkulus proposisi, kalkulus predikat dst.
Setiap sistem disandarkan pada aksioma atau postulat, yang merupakan definisi
mendasar dari sistem. Suatu aksioma merupakan fakta sederhana atau assertion yang
tidak dapat dibuktikan dalam sistem. Terkadang, kita menerima aksioma dikarenakan ada
sesuatu yang menarik atau melalui pengamatan.
Sistem formal membutuhkan :
1. simbol alfabet.
2. suatu set finite string dari simbol tertentu, wffs
yang valid, maka A disebut teorema dari sistem logika formal dan ditulis dengan
simbol (metasymbol) yang menunjukkan wff adalah suatu teorema .
Contoh : teorema silogisme tentang Socrates yang ditulis dalam bentuk logika
predikat.
M(s) dapat dibuktikan dari aksioma di sisi kiri, hal tersebut menunjukkan aksioma
Suatu teorema merupakan tautology, ditunjukkan melalui Γ sebagai set null dimana
wff selalu bernilai null dan tidak tergantung dari aksioma atau teorema yang lain.
Teorema dengan tautology ditulis dengan symbol , misalnya A.
Contoh :
Jika A ≡ p ∨ ~p maka p ∨ ~p
Suatu wff disebut konsisten atau satifiable jika interpretasi yang dihasilkan benar,
dan disebut inkonsisten atau unsatisfiable jika wff menghasilkan nilai yang salah
pada semua interpretasi.
~A V B
~B V C
~A V C ~C V D
~A V D A
D ~D
nill
Pohon Resolusi Refutation
Pada penalaran shallow, tidak ada atau hanya terdapat sedikit pemahaman dari subjek,
dikarenakan tidak ada atau hanya terdapat sedikit rantai inferensi.
Keuntungan dari penalaran shallow :
✔ Kemudahan dalam pemograman, yang berarti waktu pengembangan program
menjadi singkat,
✔ program menjadi lebih kecil,
✔ lebih cepat
✔ biaya pengembangan menjadi murah.
IF there is electricity
and the sparkplugs are good
THEN the sparkplugs will fire
Penalaran causal cocok digunakan untuk operasi yang berubah-ubah dari sistem yang
dibatasi oleh kecepatan eksekusi, memori dan peningkatan biaya pengembangan.
Penalaran causal dapat digunakan untuk membangun model sistem nyata, seperti model
yang dipakai untuk simulasi penggalian hipotesa penalaran pada tipe query “what if”.
Contoh : Dalam mengobati pasien, dokter dihadapkan pada jangkauan yang lebar dalam
melakukan tes diagnosa untuk memverifikasi kejadian/penyakit secara cepat dan tepat.
Karena kebutuhan akan penalaran causal meningkat, diperlukan kombinasi dengan
kaidah penalaran satu shallow. Metode resolusi dengan refutation dapat digunakan untuk
membuktikan apakah kaidah tunggal konklusi bernilai benar dari banyak kaidah
(multiple rule).
Contoh :
B=battery is good C= car will move
E=there is electricity F=sparkplugs will fire
G=there is gas R=engine will run
S=sparkplugs are good T=there are good tires
(1) B ∧S ∧G ∧T C
(2) B E
(3) E ∧S F
(4) F ∧G R
(5) R ∧T C
(1’) ~( B ∧ S ∧ G ∧ T C) = ~[~( B ∧ S ∧ G ∧ T) ∨ C]
~B v E
~E v ~S v F
~B v ~S v F ~F v ~G v R
~B v ~S v ~G v R ~R v ~T v C
~B v ~S v ~G v ~T v C
~(~B v ~S v ~G v ~T v C)
nill
gajah(clyde)
gajah(x) mamalia(x)
mamalia(x) binatang(x)
binatang(clyde)
• Explicit Causal chain
gajah(clyde)
unifikasi
implikasi gajah(clyde) mamalia(clyde)
unifikasi
implikasi mamalia(clyde)
✔ Forward Chaining
R8 R9 Conclusion
Facts Conclusion
I I K
H
R5 R6 R7
H I Infered Fact
H
R1 R2 R3 R4
A B C D E F G Facts
Facts
RN Rule N
Given Fact
Conclusion
Infered Fact
Missing Fact
Applicable Rule
Inapplicable Rule
Melebar dan Tidak Dalam
H1 H2 H3 Intermediate
Hypotheses (subgoal)
H4 H5 H6
Hypotheses
A B C D E Evidence (Facts)
Elicited Evidence
(externally supplied)
Missing Evidence Evidence
True Hypotheses
False Hypotheses Hypotheses
ANALOGI
Mencoba dan menghubungkan situasi lama sebagai penuntun ke situasi baru.
Contoh : diagnosis medical (gejala penyakit yang diderita oleh seorang pasien ternyata
sama dengan gejala yang dialami pasien lain).
Pemberian alasan analogis berhubungan dgn induksi. Bila induksi membuat inferensi
dari spesifik ke umum pada situasi yang sama, maka analogy membuat inferensi dari
situasi yang tidak sama.
ABDUCTION/PENGAMBILAN
Metodenya mirip dengan modus ponens
Abduction Modus ponens
pq pq
q p
∴p ∴q
Bukan argument deduksi yang valid. Berguna untuk kaidah inferensi heuristik.
Analogi,generate and test, abduction adalah metode bukan deduksi. Dari premise yg
benar, metode ini tidak dapat membuktikan kesimpulan yg benar
NONMONOTONIC REASONING
Adanya tambahan aksioma baru pada sistem logika berarti akan banyak teorema yang
dapat dibuktikan. Peningkatan teorema dengan peningkatan aksioma dikenal dengan
sistem monotonik. Suatu masalah dapat terjadi, jika diperkenalkan aksioma parsial
atau komplit baru yang kontradikasi dengan aksioma sebelumnya. Pada sistem
nonmonotonik, tidak perlu adanya peningkatan teorema yang sejalan dengan
peningkatan aksioma.
2. METAKNOWLEDGE
Program meta-DENDRAL menggunakan induksi untuk menyimpulkan baris baru dari
struktur kimia.
Contoh : TEIRESIAS yg menambah pengetahuan secara interaktif dari expert
Sumber :
– http://karmila.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/19087/METODE+INFERENSI.doc
– http://www.google.co.id/
– Pengantar Sistem Berbasis Pengetahuan, Seri Diktat Kuliah, Penerbit Gunadarma
– mufidnilmada.staff.gunadarma.ac.id