You are on page 1of 16

WAJAH BURUK PENDIDIKAN DI INDONESIA

Oleh Zulia Ilmawati dkk

(TIM PENDIDIKAN HTI)

Paradigma Pendidikan Nasional


Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini adalah sistem pendidikan yang
sekular-materialistik. Hal ini dapat terlihat antara lain pada UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab VI
tentang jalur, jenjang dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi: Jenis
pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi, keagaman, dan khusus.
Dari pasal ini tampak jelas adanya dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan agama dan pendidikan umum.
Sistem pendidikan dikotomis semacam ini terbukti telah gagal melahirkan manusia salih yang
berkepribadian Islam sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan melalui penguasaan sains
dan teknologi.
Secara kelembagaan, sekularisasi pendidikan tampak pada pendidikan agama melalui madrasah, institut
agama, dan pesantren yang dikelola oleh Departemen Agama; sementara pendidikan umum melalui
sekolah dasar, sekolah menengah, kejuruan serta perguruan tinggi umum dikelola oleh Departemen
Pendidikan Nasional. Terdapat kesan yang sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan
(iptek) dilakukan oleh Depdiknas dan dipandang sebagai tidak berhubungan dengan agama.
Pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan justru kurang
tergarap secara serius. Agama ditempatkan sekadar sebagai salah satu aspek yang perannya sangat
minimal, bukan menjadi landasan dari seluruh aspek.

Hal ini juga tampak pada BAB X pasal 37 UU Sisdiknas tentang ketentuan kurikulum pendidikan dasar
dan menengah yang mewajibkan memuat 10 bidang mata pelajaran dengan pendidikan agama yang
tidak proposional dan tidak dijadikan landasan bagi bidang pelajaran yang lainnya. Ini jelas tidak akan
mampu mewujudkan anak didik yang sesuai dengan tujuan dari pendidikan nasional sendiri, yaitu
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kacaunya
kurikulum ini tentu saja berawal dari asasnya yang sekular, yang kemudian mempengaruhi penyusunan
struktur kurikulum yang tidak memberikan ruang semestinya bagi proses penguasaan tsaqâfah Islam dan
pembentukan kepribadian Islam.

Pendidikan yang sekular-materialistik ini memang bisa melahirkan orang yang menguasai sains-teknologi
melalui pendidikan umum yang diikutinya. Akan tetapi, pendidikan semacam itu terbukti gagal
membentuk kepribadian peserta didik dan penguasaan tsaqâfah Islam. Berapa banyak lulusan
pendidikan umum yang tetap saja 'buta agama' dan rapuh kepribadiannya? Sebaliknya, mereka yang
belajar di lingkungan pendidikan agama memang menguasai tsaqâfah Islam dan secara relatif sisi
kepribadiannya tergarap baik. Akan tetapi, di sisi lain, ia buta terhadap perkembangan sains dan
teknologi. Akhirnya, sektor-sektor modern (industri manufaktur, perdagangan, dan jasa) diisi oleh orang-
orang yang relatif awam terhadap agama karena orang-orang yang mengerti agama terkumpul di
dunianya sendiri (madrasah, dosen/guru agama, Depag), tidak mampu terjun di sektor modern.

Sistem pendidikan yang material-sekularistik tersebut sebenarnya hanyalah merupakan bagian belaka
dari sistem kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang juga sekular. Dalam sistem sekular, aturan-
aturan, pandangan, dan nilai-nilai Islam memang tidak pernah secara sengaja digunakan untuk menata
berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Karena itu, di tengah-tengah sistem sekularistik ini lahirlah
berbagai bentuk tatanan yang jauh dari nilai-nilai agama.

Mahalnya Biaya Pendidikan


Sumber Jenis Pungutan
Orang Tua - Biaya Formulir Pendaftaran

- Biaya Bangunan

- Biaya Seragam

- Biaya OSIS

- Biaya Ekstrakulikuler

- Biaya Hari Besar Tahunan

- Biaya Ujian Tahunan

- Biaya Komputer

- Biaya Usaha Kesehatan Sekolah

- Biaya keagamaan

- Dana Taktis Sekolah

- Perawatan Sekolah

- Pembelian Buku

- Biaya Pendalaman Materi

- Perpustakaan

- Biaya Operasional Komite Sekolah


Jenis-jenis pungutan yang dibebankan pada orang tua yang biasanya dilakukan di sekolah
(Kompas, 23/1/ 2004).
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini yang sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya

biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya
pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin
tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah.

Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000,- sampai Rp 1.000.000,- Bahkan
ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.
Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan
MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya
untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ
MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal
yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok,
“sesuai keputusan Komite Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena
yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala
Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun
hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan
rakyatnya.

Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP).
Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi
ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu Pemerintah secara mudah dapat
melemparkan tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang
sosoknya tidak jelas. Munculnya BHMN dan MBS adalah beberapa contoh kebijakan pendidikan yang
kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan
Tinggi favorit.
Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari
tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar
35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya,
sektor yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong
hingga tinggal 8 persen (Kompas, 10/5/2005).
Dari APBN 2005 hanya 5.82% yang dialokasikan untuk pendidikan. Bandingkan dengan dana untuk
membayar hutang yang menguras 25% belanja dalam APBN (www.kau.or.id).
Rencana Pemerintah memprivatisasi pendidikan dilegitimasi melalui sejumlah peraturan, seperti Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional, RUU Badan Hukum Pendidikan, Rancangan Peraturan Pemerintah
(RPP) tentang Pendidikan Dasar dan Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar. Penguatan pada
privatisasi pendidikan itu, misalnya, terlihat dalam Pasal 53 (1) UU No 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dalam pasal itu disebutkan, penyelenggara dan/atau satuan pendidikan
formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan. Seperti
halnya perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk diinvestasikan dalam operasional
pendidikan.

Koordinator LSM Education Network for Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005) menilai
bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersialisasi pendidikan
dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya
sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu
saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya,
akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat
semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan miskin.

Hal senada dituturkan pengamat ekonomi Revrisond Bawsir. Menurut dia, privatisasi pendidikan
merupakan agenda Kapitalisme global yang telah dirancang sejak lama oleh negara-negara donor lewat
Bank Dunia. Melalui Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP), Pemerintah
berencana memprivatisasi pendidikan. Semua satuan pendidikan kelak akan menjadi badan hukum
pendidikan (BHP) yang wajib mencari sumber dananya sendiri. Hal ini berlaku untuk seluruh sekolah
negeri, dari SD hingga perguruan tinggi.

Bagi masyarakat tertentu, beberapa PTN yang sekarang berubah status menjadi badan hukum milik
negara (BHMN) itu menjadi momok. Jika alasannya bahwa pendidikan bermutu itu harus mahal, maka
argumen ini hanya berlaku di Indonesia. Di Jerman, Prancis, Belanda, dan di beberapa negara
berkembang lainnya, banyak perguruan tinggi yang bermutu namun biaya pendidikannya rendah. Bahkan
beberapa negara ada yang menggratiskan biaya pendidikan.

Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, tetapi persoalannya siapa yang seharusnya
membayarnya. Kewajiban Pemerintahlah untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan
menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya
Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan
alasan bagi Pemerintah untuk 'cuci tangan'.

Kualitas SDM yang Dihasilkan Rendah


Akibat paradigma pendidikan nasional yang materialistik-sekularistik, kualitas kepribadian anak didik di
Indonesia semakin memprihatinkan. Maraknya tawuran antar remaja di berbagai kota ditambah dengan
sejumlah perliku mereka yang sudah tergolong kriminal, meningkatanya penyalahgunaan narkoba, dan
pergaulan bebas adalah bukti bahwa pendidikan tidak berhasil membentuk anak didik yang memiliki
kepribadian Islam.

Dari sisi keahlian pun sangat jauh jika dibandingkan dengan negara lain. Bersama dengan sejumlah
negara ASEAN, kecuali Singapura dan Brunei Darussalam, Indonesia masuk dalam kategori negara yang
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)-nya di tingkat medium. Jika dilihat dari indikator indeks pendidikan,
Indonesia berada di atas Myanmar, Kamboja, dan Laos atau ada di peringkat 6 negara ASEAN. Bahkan
indeks pendidikan Vietnam—yang pendapatan perkapitanya lebih rendah dari Indonesia—adalah lebih
baik.

Jika dibandingkan dengan India, sebuah negara dengan segudang masalah (kemiskinan, kurang gizi,
pendidikan yang rendah), ternyata kualitas SDM Indonesia sangat jauh. India dapat menghasilkan
kualitas SDM yang mencengangkan. Berbekal penguasaannya di dalam teknologi, khususnya teknologi
informasi, negeri dengan jumlah penduduk lebih dari 1 miliar itu mempunyai target menjadi negara maju
dan satu dari lima penguasa dunia pada tahun 2020. Mimpi ini tak muluk-muluk jika kita menengok
kekuatan pendidikannya. Meski negara ini masih bergulat dengan persoalan buta huruf dan pemerataan
pendidikan dasar, India punya sederet perguruan tinggi yang benar-benar menjadi pusat unggulan
dengan reputasi internasional. Digerakkan oleh keberadaan pusat-pusat unggulan itu, kini pemerintah
India lebih serius membenahi pendidikan masyarakat bawah.

Prestasi India dalam teknologi dan pendidikan sangat menakjubkan. Jika Indonesia masih dibayang-
bayangi pengusiran dan pemerkosaan tenaga kerja tak terdidik yang dikirim ke luar negeri, banyak orang
India mendapat posisi bergengsi di pasar kerja Internasional. Bahkan di AS, kaum profesional asal India
memberi warna tersendiri bagi negara adikuasa itu. Sekitar 30 persen dokter di AS merupakan warga
keturunan India. Tidak kurang dari 250 warga India mengisi 10 sekolah bisnis paling top di AS. Sekitar 40
persen pekerja microsoft berasal dari India. (Kompas, 4/9/2004).

Berdasarkan peringkat universitas terbaik di Asia versi majalah Asiaweek 2000, tidak satu pun perguruan
tinggi di Indonesia masuk dalam 20 terbaik. UI berada di peringkat 61 untuk kategori universitas
multidisiplin. UGM diperingkat 68, UNDIP diperingkat 77, UNAIR diperingkat 75; sedangkan ITB
diperingkat 21 untuk universitas sains dan teknologi, kalah dibandingkan dengan Universitas Nasional
Sains dan Teknologi Pakistan.
Walaupun angka partisipasi murni SD di Indonesia dalam kurun 20 tahun meningkat dari 40 menjadi 100
persen, kualitasnya sulit dibanggakan. Kini puluhan ribu anak SD harus belajar di sekolah bobrok.
Ironinya, sampai saat ini belum terjawab, bagaimana Pemerintah menangani persoalan yang sangat
kasatmata itu; sementara masih banyak anak usia SD yang putus sekolah atau malah belum terjangkau
sama sekali oleh pelayanan pendidikan. Wajib belajar 9 tahun secara kuantitatif pun sulit bisa dituntaskan
pada tahun 2008.

Posted by Mersi yulian at 01:34 0 comments

Permasalahan Pendidikan Indonesia Perlu Dipetakan Kembali


Jakarta, Kompas - Di tengah benang kusut permasalahan pendidikan di Indonesia, pemetaan kembali
dirasa perlu. Pemetaan tersebut dapat menjadi bekal bagi pemimpin mendatang untuk pengembangan
pendidikan nasional.

Demikian antara lain terungkap dalam Seminar Nasional Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Menyongsong Masa Depan, Rabu (13/10). Acara itu diadakan Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pendidikan Nasional.

Prof Dr HAR Tilaar berpendapat, ada delapan masalah pendidikan yang harus menjadi perhatian.
Kedelapan masalah itu menyangkut kebijakan pendidikan, perkembangan anak Indonesia, guru,
relevansi pendidikan, mutu pendidikan, pemerataan, manajemen pendidikan, dan pembiayaan
pendidikan.

Permasalahan tersebut sebetulnya sudah teridentifikasi dalam skala berbeda dalam Penelitian Nasional
Pendidikan (PNP) pada tahun 1969 saat sekitar 100 pakar pendidikan dari seluruh Indonesia berkumpul
di Cipayung. Namun, setelah lebih dari 30 tahun berlalu, perubahan belum banyak.

Dia mencontohkan mengenai perkembangan anak sebagai salah satu titik sentral dari proses pendidikan
anak. Pengetahuan tentang perkembangan anak Indonesia nihil. Hampir tidak ada penelitian
pengembangan tentang anak Indonesia secara psikologi, antropologi, filsafat dan pedagogik.

Demikian pula terkait dengan kebijakan. Masyarakat mempunyai persepsi negatif terhadap pendidikan di
Indonesia dengan pemeo "ganti menteri ganti kebijakan".

"Banyak kebijakan berganti tanpa dievaluasi sebelumnya. Dulu ada sistem cara belajar siswa aktif
(CBSA), link and match, di masa reformasi muncul konsep setengah matang seperti munculnya
Kurikulum Berbasis Kompetensi, manajemen berbasis sekolah, lifeskill, komite sekolah dan dewan
pendidikan yang membingungkan," katanya.

Pengamat pendidikan Prof Dr Winarno Surakhmad mengatakan, mengurai benang kusut pendidikan
perlu dimulai dari memahami falsafah pendidikan. Falsafah pendidikan itu yang nantinya menjadi dasar
sehingga tidak masalah dengan pergantian kepemimpinan atau kebijakan.
"Hal mendasar yang dilupakan adalah pendidikan itu memanusiakan manusia dan belajar untuk hidup. Ini
yang tidak disadari oleh kebanyakan guru," kata Winarno. (ine)

Posted by Mersi yulian at 01:09 0 comments


Home
Subscribe to: Posts (Atom)

About Me

Mersi Yulian
Hi my name is mersi yulian, 21st year old, school in politeknik harapan bersama
Tegal,D3TKJ
View my complete profile

Blog Archive
• ▼ 2009 (5)

○ ▼ January (5)

 Kepedulian

 Kontroversi BHP

 Kita Bangun Bangsa Bersama

 WAJAH BURUK PENDIDIKAN DI INDONESIA

 Permasalahan Pendidikan Indonesia Perlu Dipetakan ...

Pengunjung
Kekeliruan dan Kesalahan Teramat Sangat Fatal Dari
Dunia Pendidikan Indonesia
1. TERLALu FOKUS PADA SISTEM HAFALAN.
Saya HAKUL YAKIN inilah yg menjadikan sumberdaya manusia yg dihasilkan
dari dunia pendidikan kita menjadi mandeg dan tidak berkembang yaitu
pelajar hanya didorong untuk mengingat, menyimpan dalam memori dan
menghafal berbagai kata dan kalimat standart dgn tujuan mendapat hasil
baik ketika ujian, baik ujian dikelas maupun ujian nasional.. Padahal
apa yg tertulis dalam segala materi pelajaran belum tentu tepat dan
mungkin perlu redesign atau peninjauan ulang melalui pembahasan materi
lebih teliti, juga sebagian besar adalah merupakan klasifikasi,materi
dan bahan-bahan menurut paradigma berfikir barat yg Sekuler.

2. LUPA ATAU KURANG SEKALI PENEMPAAN KETRAMPILAN DAN KEAHLIAN KEDUA


TANGAN.
Kekeliruan fatal dunia Pendidikan adalah tidak menghargai pekerjaan
dan ketrampilan tangan, termasuk pelatihan kerja..
Anak didik hanya diberi materi buku dan tulisan yg didikte maupun
materi-materi tertulis, termasuk juga diagram, grafik dan drawing
menggambar yg hanya berdasarkan kertas, pena dan tulisan berikut
coretan-coretan gambar, tetapi jika diminta untuk menerapkan segala
pengetahuan itu dikehidupan sehari-hari malahan tidak mampu.. sebabnya
kenapa??? Karena pelajar tidak didorong untuk berkarya nyata dgn kedua
tangan sepuluh jarinya untuk menghasilkan apa saja yg sesuai dgn bahan
ajar dan materi yg ditawarkan, artinya kurang sekali ketrampilan hidup
yg bisa diimplementasikan selama dia sekolah maupun selepas dia
bersekolah .. materi lifeskill amat kurang dibanding materi hafalan
dan tulisan sehingga yg dihasilkan hanyalah lulusan pelajaran teks dan
nilai-nilai tertulis bukan nilai-nilai terimplementasikan dlm sebuah
aktivitas..
SAYA SARANKAN: SEGERA ROBAH KURIKULUM HAFALAN JADI KURIKULUM
MENGHASILKAN KARYA NYATA DGN KEDUA TANGAN ATAU BANGSA INI AKAN MAKIN
TIDAK PRODUKTIF DAN MAKIN TIDAK BERKEAHLIAN!!!

3. TIDAK ADA PELAJARAN SISTEMATIKA BERFIKIR.


Ini salah satu sebab utama kurangnya para pemikir kita bisa
menghasilkan ide, gagasan,pendapat sendiri dan persfektif yg lebih
baik kecuali apa yg sudah tertulis dalam materi-materi sekolah maupun
kuliah.. Hasilnya adalah manusia-manusia yg tidak punya keberanian
untuk keluar dari pedoman-pedoman ilmu yg terdapat dalam materi
textbook.. Sementara kalangan ilmuwan, scientolog dan filosof barat
hampir selalu menghasilkan karya ilmiah yg ditawarkan kedunia
International lewat jurnal-jurnal Ilmiah dan forum International..
Sebabnya kenapa? Kita bangsa ini tidak diajarkan berbagai sistem
berfikir yg ada yaitu LOGIKA, RASIONALISME, EMPIRISME, PRAGMATISME,
REALISME, IDEALISME, KAUSALITAS SEBAB AKIBAT, SINTESISME,
POSTREALISME, EPISTEMOLOGI, ETIMOLOGI dst… Padahal segala sistem
berfikir adalah tonggak bagi segala bangunan keilmuwan dunia, baik itu
fisika, kimia, biologi, sosiologi, matematika, geografi, Antropologi
termasuk juga Pancasila dan Agama.. Segala sistematika berfikir yg
terdapat dalam Filsafat dunia adalah metode untuk menghasilkan
pengetahuan, adalah metode untuk meneliti, adalah metode untuk
berfikir, adalah metode untuk menghasilkan pemikiran ilmiah, adalah
metode untuk mendesain ulang kembali peradaban sekarang yg cenderung
kearah materialisme hedonisme Liberal dan adalah metode untuk
mencipta, mengkreasikan dan menemukan keilmuan baru.. Kenapa Filsafat
atau katakanlah METODE SISTEMATIKA BERFIKIR TIDAK DIAJARKAN KHUSUS
SELAKU KURIKULUM????
SARAN SAYA: SEGERA ROMBAK KURIKULUM SEKOLAH DAN MASUKKAN PELAJARAN
LOGIKA DAN SISTEM BERFIKIR OBJEKTIF DAN RASIONAL..

Apakah cukup dgn pelajaran Matematika dgn Logika benar salah matematis
lalu akan bisa berfikir sistematis, rumit dan tepat??? Apakah cukup
dgn pelajaran Pancasila dan sistem filsafatnya kita bisa paham
sistematika berfikir?? Apakah cukup dgn segala materi ilmu pengetahuan
yg dipahami lalu semua pelajar bisa berfikir sendiri?? Apakah cukup
hanya dgn duduk, datang, dengarkan ceramah guru ataupun dosen bisa
dicetak generasi pemikir dan pencipta??? Apakah bisa dgn segala
bacaan, perpustakaan, materi tulisan lalu muncul generasi ilmiah
kreatif??? Jawaban saya adalah: TIDAK.. NGAK BISA.. TIDAK AKAN BISA
DAN TIDAK AKAN PERNAH BISA.. Sebab sendi dasar berfikir dan mencipta
tidak dikuasai oleh generasi kita yaitu FILSAFAT BERFIKIR… Sebelum
pelajar kita tidak diajarkan sistematika berfikir dgn segala
metodenya, maka Bangsa ini tidak akan mampu bersaing dalam hal
Ekonomi, Politik, militer dan Budaya dan penelitian ilmiah dibanding
bangsa bangsa lainnya terutama barat dan Asia Timur..
WAJIB BAGI PELAJAR KITA UNTUK BELAJAR LOGIKA SISTEMATIKA BERFIKIR ATAU
BANGSA INI MAKIN TIDAK BISA MENGHASILKAN PEMIKIR-PEMIKIR DAN PENEMU
HANDAL!!!

4. PELAJAR TIDAK TERLATIH MENGAMATI ALAM.


Salah satu kekeliruan terbesar dunia pendidikan kita adalah alam
semesta telah teredusir dan terpangkas jadi pelajaran-pelajaran buku
teks ilmu alam, bukan pelajaran ttg bagaimana mengamati,
mengklasifikasi, meneliti dan mengobservasi alam secara langsung dgn 5
pancaindranya.. Membenamkan teks dan kalimat bukan meneliti apalagi
mengobservasi, tidak lebih hanyalah sebuah permainan kata-kata yg
tidak bermakna dan penuh dgn kegiatan pembenaman kalimat-kalimat
kedalam benak anak didik. Maka yg dihasilkan adalah manusia-manusia yg
SEMACAM INI hanyalah sekedar meringkas, mencontek, mengeja, mengekor
dan menjiplak hasil karya ilmiah yg dihasilkan oleh peneliti dan
pengeksplorasi asing tanpa kita bisa menghasilkan individu-individu
andal dibidang ilmu alam..
SARAN SAYA: AJAK ANAK DIDIK KELUAR KELAS DAN LANGSUNG MENGAMATI DAN
MEMPELAJARI SEKITAR LUAR SEKOLAH SESUAI DGN SUBJEK PELAJARAN ATAU
BANGSA INI AKAN MAKIN TIDAK BISA MENELITI DAN MENCIPTA!!!!

5. KURANG PENEMPAAN FISIKALIST


Ini juga termasuk satu kekeliruan fatal dari dunia pendidikan kita
dimana anak didik tidak diberi program pelatihan, penempaan dan
pembinaan fisik.. Dan malahan sistem yg ditegakkan adalah sistem duduk
selama 4-5 jam sehari dgn mata anak didik diarahkan kepapan tulis..
Dan kegiatan tulis ,menulis serta hitungan-hitungan digiatkan dgn
harapan akan muncul manusia-manusia bergiat dan pekerja keras.. MANA
BISA!!!!!!! Mana bisa diciptakan generasi pekerja keras dan gesit
jika hanya didudukkan dan dilem pantatnya dikursi sekolah.. mana bisa
diharapkan akan lahir pekerja-pekerja trampil jika hanya dilatih duduk
dibelakang meja selama 4-5 jam dalam ruangan kelas .. Mana bisa
dihasilkan pelajar-pelajar rajin bersemangat jika diminta hanya duduk,
dengar ceramah guru, catat dan dikte, hitung angka dan pulang!!!!
Mana bisa dihasilkan pekerja-pekerja tangguh siap eksport ketrampilan
tinggi jika yg dihasilkan adalah generasi bermental meja, Berjiwa
kursi dan berpola duduk.. MANA BIISAAAA!!!! Mana bisa
mencetak worldsports champions, jika fisiknya, tulang belulangnya,
ototnya dan jiwanya hanya dilatih duduk, duduk dan duduuuk dibelakang
meja selama 4-5 jam sehari sambil mendengarkan ceramah gurunya yg
membosankan… Makanya lulusan kita bermental kantoran dan birokrat dan
bersedia membayar mahal atau sogok hanya untuk mendapatkan sebuah
kursi kerja kantoran dgn harapan mendapat gaji bulanan dan uang
pensiun.. kenapa???? Karena hanya disuruh duduk, duduk dan duduk
sambil mencatat dan menulis… hasilnya adalah pengangguran ketika
mereka tidak memperoleh meja kerja kantoran.. SEGERA ROBAH PELAJARAN
HAFALAN DAN DUDUK JADI PELAJARAN AKTIVITAS DGN FISIK YG BERGERAK ATAU
BANGSA INI AKAN MAKIN PENUH KEMALASAN !!!!

6. SISTEM PENDIDIKAN PENUH TEST TERTULIS.


Kesalahan terbesar sekali dari sistem pendidikan di Indonesia adalah
ujian pelajaran ditetapkan dgn test tertulis bukan test lapangan
apalagi test fisikalist!!! Pelajar disibukkan dgn ulangan tertulis,
otaknya penuh dgn kata, kalimat, angka dan peristiwa juga fakta-fakta
yg mesti dibenamkan separuh mati siang dan malam menghafal
kalimat-kalimat mati kedalam benaknya yg milyaran neuron-neuron..
Padahal dia mesti menghadapi peristiwa dan kondisi yg berbeda dalam
hidupnya.. maka pelajar kita hanya disiapkan untuk menjadi manusia
ensiklopedia bukan manusia yg siap hidup dan berkarya nyata .. Apakah
teks-teks yg terdapat dlm buku pelajaran bisa menghidupi dirinya???
TIDAK.. dia hidup dgn kedua tangannya dan kedua kakinya, bukan
fakta-fakta dalam otaknya!!! Sayang sekali kalau milyaran neuron otak
dimanfaatkan hanya untuk menyimpan huruf-huruf mati.. Kenapa mesti
lulus dgn nilai-nilai hasil ujian tertulis bukan ujian praktek maupun
ujian pengamatan observasi ataupun ujian keolahragaan fisik????
SARAN SAYA: SEGERA ROBAH STANDART KELULUSAN ANAK DIDIK KITA ATAU YG
DIHASILKAN HANYA LULUSAN PELAJAR BERTUNGKAI KAKI LEMAH, BERBAHU LOYO
, BERMATA SAYU, BERGERAK LAMBAN, BERMENTAL MEJAKURSI DAN MERSEMANGAT
KORUPSI SIBUK HITUNG UANG DIBALIK MEJA.

7. SEKOLAH KEJURUAN AMAT SANGAT KURANG.


Kesalahan fatal berikutnya adalah terlalu banyaknya sekolah umum mata
pelajaran tulis baca,hitung, hafal dan test tertulis dan kurang amat
sangat sekolah ketrampilan, keahlian khusus, kerajinan rakyat dan
keterlatihan aktivitas fisik mentality.. Padahal ini negara amat
sangat kurang manusia-manusia berketrampilan tekhnik dan specifict,
malahan yg lebih dibudidayakan adalah manusia-manusia kalimat yg sibuk
merangkai rangkai huruf.. Salah satu sebab keadaan negara saat ini yg
limbung adalah manusianya yg tidak bisa menciptakan pekerjaan bagi
diri sendiri, tidak tahu apa yg akan dilakukan dgn ijazah
tulisbacanya.. alhasil negara perlu uluran tangan tekhnisi asing,
perlu intervensi LSM asing dan bergantung pada kemurahhatian inversor
asing dlm membenahi ekonomi sosial Negara.. Gimana bisa menerapkan
ekonomi kerakyatan berbasis bangsa sendiri kalau sistem pendidikan
hanya mencetak lulusan tulisbaca?????? Gimana bisa membangun ekonomi
politik mandiri jika sekolah kita menghasilkan lulusan gerilyawan
pemburu mejakursi kantoran bukannya lulusan pencipta kerja???
Bagaimana bisa keluar dari krisis kalau bangsa ini hanya ditempa
duduk, dengar, tulis,hafal dan test tulisan???padahal ini negara lebih
butuh action dan acting yg penuh aktivitas kreatif inovatif dalam
gerak dan aktivitas berkarya menghasilkan produk-produk bersaing dan
penemuan-penemuan ilmiah demi bisa eksisnya bangsa ini dari tantangan
kapitalisme neoliberal yg siap mencengkram ekonomipolitik negara..
Padahal negara butuh devisa yg dihasilkan dari eksport produk-produk
unggulan tangan-tangan kreatif bangsa demi bisa membayar hutang yg
1300trilyun.. Padahal negara perlu keluar dari jeratan spekulan dan
monopolist asing demi meningkatkan nilai tukar rupiah yg terpuruk
akibat tidak adanya kecukupan devisa hasil eksport.. Padahal
sumberdaya alam andalan makin tipis, minyak makin terkuras, hutang
makin rata, binatang punah, emas timah tembaga menipis… Dan negara
butuh lampu aladin plus kemurah-hatian investor asing untuk bersedia
bawa devisa dan menanam modal dinegeri 1001problema ini.. IRONIS!!!

Jadi segala kekeliruan dan kesalahan sistem pendidikan kita itulah


salah satu penyebab dari keterpurukan bangsa ini. Kita tidak
menyiapkan lulusan untuk menciptakan ruang kerja malahan
menduplikatkan jutaan tukang-tukang hafal kalimat mati tanpa imajinasi
dan kaliamat-kalimat yg dibenamkan kedalam neuron hipokampus
hipotalamus telah berubah jadi mantera rapalan-rapalan penting supaya
bisa sakti ketika masuk ruang ujian kelas,semester maupun ujian
nasional.. Kelulusan dinilai dari seberapa mampunya kita mengeluarkan
isi otak bukannya seberapa mampunya kita beraktivitas menghasilkan
prakarya kerajinan dan kemahiran ketrampilan..
Jadi kalau masih bersandarkan pada sistem tulisbaca dan Departemen
Pendidikan tidak juga sadar akan kekeliruan kebijakan , betul-betul
Departemen ini telah berobah jadi:
" DEPARTEMEN PENDUDUKAN DAN PERAPALAN NASIONAL"

Artinya Departemen ini telah berhasil mencetak manusia duduk dan


rapal mantera-mantera kalimat pelajaran, dimana kita telah dilatih
duduk 4-5jam sehari dalam ruang kelas dan ditempa berkonsentrasi pada
layar papan tulis yg lalu berevolusi jadi terduduk didepan TV secara
berjamaah sepulang sekolah dan terduduk dipersimpangan dipinggir jalan
, terduduk disegala pusat gerombolan dan terduduk menerima kekalahan
dan kekalahan, termasuk terduduk lesu dalam menghadapi krisis
berlanjut.. Sementara sistem rapal mantera kalimat-kalimat sakti
pelajaran digiatkan dgn test tertulis dan standart nilai minimum dgn
istilah canggih yaitu: COMPETENCY BASED CURRICULUM.. kekeliruan sistem
pendidikan kita telah mengakibatkan kematian kreatifitas, kelumpuhan
inovasi,Kelambanan, kemalasan,ketidakmampuan berfikir,penjiplakan
plagiat,pembajakan hak cipta dan keterdudukan dari malapetaka!!! Saya
tidak berharap Departemen pendidikan betul-betul jadi DEPARTEMEN
PENDUDUKAN DAN PERAPALAN NASIONAL.

SEGERA ROBAH HALUAN SISTEM PENDIDIKAN KELIRU ATAU BANGSA INI AKAN
MAKIN MERATAPI NASIBNYA!!!

KONTROVERSI RUU BHP


Surabaya (horas asia).
Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (BHP) yang disahkan oleh DPR menuai
aksi kontroversi. Puluhan mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
berunjuk rasa menuntut pemerintah membatalkan RUU BHP.
Mahasiswa mengecam RUU BHP. Ditempat terpisah, puluhan mahasiswa Universitas Negeri
Makassar juga mengadakan unjuk rasa dengan mengahadang container dan memblokir jalan
sehingga mengganggu arus lalu lintas. Mereka menuntut pemerintah membatalkan RUU
tersebut. Menurut para mahasiswa, apabila RUU tersebut disahkan, maka akan bisa
menyebabkan kampus menjadi ladang bisnis pendidikan.
Walaupun mendapatkan penentangan dari mahasiswa, DPR tetap mengesahkan RUU BHP pada
Rabu siang (18/12). DPR mengesahkan RUU BHP dengan berbagai pertimbangan diantaranya
meningkatkan kualitas pendidikan, meskipun biaya untuk pedidikan tinggi di Indonesia akan
semakin tidak terjangkau oleh rakyat kecil.
RUU BHP ini dapat dinilai sebagai sikap lepas tangan pemerintah terhadap dunia pendidikan,
dimana seharusnya pendidikan di Indonesia adalah tanggung jawab pemerintah. Hal ini dapat
dilihat dari isi RUU BHP ayat 4 dan 6 pasal 41 mengatur peran pemerintah dan pemerintah
daerah dalam menanggung biaya pendidikan BHP. Sementara ayat 7, 8 dan 9 dalam pasal yang
sama mengatur tanggungan biaya yang harus dikeluarkan oleh peserta didik. Namun ayat ayat
tersebut dianggap tidak jelas mengatur proporsi pemerintah dan BHP. Sedangkan dalam pasal 57
mengatur kemungkinan BHP untuk dipailitkan berdasarkan putusan pengadilan. Pasal ini
menempatkan BHP seperti perusahaan. Jadi tidak salah jika mahasiswa mengatakan bahwa
pendidikan tinggi di Indonesia akan menjadi ladang bisnis pendidikan.
Dengan disahkannya RUU BHP ini maka, perguruan tinggi bisa jadi akan menaikkan biaya
kuliah yang akan ditanggung oleh mahasiswa.

tegur sapa
<style> .hosting
{ color:#CCCCCC; font-
family:Trebuchet MS;
font-weight:bold; font-
size:3px; margin-
bottom:0px; } </style>
Your browser does not
support inline frames.
Click <a
href="http://oggix.net">o
ggix.com for free
Shoutbox TagBoard</a>
Guestbook. <br/> <h1
class="hosting"><a
alt="Free Shoutbox"
href="http://oggix.net">F
ree Shoutbox</a></h1>
supported by Book.Store
<a alt="Toko Buku
Online"
href="http://book.store.c
o.id">Toko Buku Online
Murah</a> & <h1
class="hosting"><a
alt="Jual Beli Egold
Indonesia Murah"
href="http://egoldindone
sia.info">Jual Beli Egold
Indonesia
Murah</a></h1>
Top of Form

Bottom of Form

88250

DKD1NhTedNM=

Name :

Web http://

URL :
Messag by. oggix.com
e:
more smileys
close smileys

Shout!! Reset

|Perkembangan Pendidikan Indonesia| Perkembangan Teknologi Informasi| UU pornografi dan


Porno aksi|

You might also like