You are on page 1of 35

BAB I

PEMBAHASAN CARTILAGO

1.1 Cartilago

Jaringan pengikat atau penyokong yang terdiri atas Carilago atau tulang

rawan dan Tulang. Termasuk dalam kategori kedua dari Jaringan pengikat dalam

arti luas. Berbeda dengan jaringan pengikat sebenarnya maka jaringan pengikat

penyokong mempunyai daya tahan yang besar karena strukturnya yang sangat

berbeda.

Sel kartilago terdiri dari kondrosit dan kondroblasl. Serat dan substansi

dasar membentuk substansi interselular atau matriks. Matriks merupakan suatu

wujud kaku bahkan keras, yang substansi dasarnya terdiri atas proteoglikans yang

mengandung kondroitin sulfat untuk kartilago. Kartilago dicirikan oleh suatu

matriks ekstraseluler yang kaya akan glikosaminoglikan dan proteoglikan.

Merupakan jaringan ikat khusus dimana matriks ekstraselnya berkonsistensi

padat, sehingga kartilago ini memiliki daya kenyal yang memungkinkan jaringan

ini menahan stres mekanik tanpa mengalami distorsi.

Dalam Fungsi lainnya kartilago yang lain ialah menunjang jaringan lunak.

Karena permukaannya licin dan berdaya kenyal, maka kartilago merupakan

daerah peredam guncangan dan permukaan gesekan bagi sendi. Kolagen, asam

hialuronat, proteoglikan dan sejumlah kecil glikoprotein tertentu merupakan

makromolekul utama dalam semua jenis matriks kartilago. Kartilago tidak

mempunyai pembuluh darah dan mendapatkan makanannya melalui difusi dari

1
2

kapiler dalam jaringan ikat yang berdekatan (perikondrium) atau melalui cairan

sinovial. Pada keadaan tertentu, pembuluh darah menerobos kartilago untuk

mengangkut makanan bagi jaringan lain, namun pembuluh ini tidak memasok

makanan bagi kartilago.

Kartilago terdiri atas :

1. kondroblas.

2. kondrosit.

3. substansi interseluler.

4. perikondrium.

Kondroblas : fibroblas, keduanya adalah ‘sel bakal’ yang berbentuk oval

terletak di pinggir dari kartilago. Kondroblas adalah bakal sel kartilago.

Kondrosit mempunyai inti yang khas berbentuk bundar dengan sebuah

nucleus atau dua buah nucleoli. Kondrosit terletak di dalam lacuna ( celah )

berbentuk bulat. Ia disebut juga sel kartilago ( yang kalau berkelompok disebut sel

isogen ). Letak chondrocyt di dalam jaringan tulang rawan lebih ke dalam

daripada letak chondroblast.

Substansi interseluler terdiri dari komponen fibriler dan substansi dasar,

matriks amorf “gel”. Perikondrium merupakan jaringan pengikat yang

membungkus kartilago, terdiri dari sel fibrosit yang gepeng dan diantaranya

terdapat serat kolagen.


3

Kalsifikasi berdasarkan jumlah matriks amorf dan jumlah serabut kolagen

terbagi menjadi 3:

1. Kartilago hyaline

2. Kartilago elastic

3. Kartilago fibrosa

1.1.1 Kartilago hyaline

Gambar 1.1 kartilago hyalin

Pada keadaan segar, cartilago hyalin tampat putih bening (hyalos =

gelas). Sifat ini terutama disebabkan oleh substansi interselulernya. Pada

embrio berfungsi sebagai kerangka sementara hingga secara berangsur-ahgsur

hilang diganti dengan tulang. Sedangkan pada mamalia dewasa , kartilago


4

hyalin terdapat di permukaan sendi pada sendi yang dapat bergerak, dinding

jalan nafas yang lebih besar (hidung,laring,trakea,bronki), dan ujung ventral

iga, tempat berartikulasi dengan sternum, dan pada lempeng epifise.

Sel cartilago yang dinamakan khondrosit terdapat dalam ruangan kecil

yang dibatasi oleh matriks yang dinamakan lacuna. Pada beberapa tempat

terlihat lacuna diisi sebuah khondrosit dan ditempat lain berisi 2 atau lebih

khondrosit. Apabila dalam sebuah lacuna bersisi banyak khondrosit, maka

tempat itu dinamakan sarang sel dan sel-sel nya dinamakan sel isogen karena

berasal dari satu sel induk. Kadang-kadang terlihat sekat interseluler tipis

diantara masing-masing sel, sehingga lacuna primer yang berasal terdiri atas

beberapa lacuna sekunder yang lebih kecil.

Kondrocyt

Pada tepian kartilago hyalin, kondrosit muda berbentuk lonjong,

dengan sumbu panjang paralel dengan permukaan. Lebih ke dalam bentuknya

bulat, dan dapat berkelompok hingga 8 sel, kesemuanya adalah hasil dari

pembelahan mitosis dari kondrosit. Kondrosit mempunyai inti yang khas

berbentuk bundar dengan sebuah atau dua buah nukleoli. Dalam keadaan

hidup sitoplasma kondrosit akan mengisi seluruh ruangan lacuna. Pada

sebuah sediaan, tampak bahwa bentuk dan ukuran khondrosit dan lacunanya

berbeda. Khondorsit muda yang umumnya terdapat dalam pada daerah

permukaan bernbentuk gepeng sesuai dengan bentuk lacunannya. Ke arah

tengah bentuk khondrosit yang telah mengalami deferensiasi makin

membundar dan makin membesar ukurannya. Oleh karena itu ukuran dan
5

bentuk khondrosit merupakan indikasi dari tingkat diferensiasi sebuah

khondrosit.

Matriks

Komponen penting dari matriks kartilago adalah kondronektin,sebuah

makromolekul yang membantu perlekatan kondrosit pada kolagen matriks.

Matriks kartilago yang tepat ,mengelilingi setiap kondrosit banyak

mengandung glikosaminoglikan dan sedikit kolagen. Matriks disekitar lacuna

atau sel-sel isogen biasanya terwarna lebih gelap daripada sekitarnya

sehingga daerah tersebut dinamakan matriks kapsular atau matriks teritorial.

Sedang matriks yang tampak kurang basofil dinamakan matriks intertritorial.

Perikondrium

Kecuali pada kartilago sendi,semua kartilago hyalin ditutupi oleh

selapis jaringan ikat padat,perikondrium, yang esensial bagi pertumbuhan dan

pemeliharaan tulang rawan.

Terdiri dari dua lapisan : lapisan fibrosa (merupakan lapisan terluar

perikhondrium) dan lapisan khondrogenik (merupakan lapisan dalam

perikhondrium)

Struktur paling luar dari kartilago Hyalin bagian atas sama dengan

dari bawah masing-masing terdapat selaput perikondrium yang kaya

fibroblas. Agak ke tengah terdapat kondroblas atau sel kartilago muda dalam

kapsula kecil dengan sitoplasma penuh. Makin ke tengah terdapat kondrosit

atau sel rawan dewasa dalam berkelompok seperti bagian paling tengah,
6

kondrosit tampak membentuk kelompok dua-dua empat-empat, dan disebut

kelompok isogen. Tiap kelompok isogen dikelilingi matriks teritorial dan

menampakkan kondrosit dengan sitoplasma tereduksi, sehingga tampak ruang

antara sitoplasma dengan kapsula yang disebut lakuna. Antara dua kelompok

isogen dipisahkan oleh matriks interteritorial.

Histogenesis Cartilago

Cartilago dibentuk oleh jaringan mesenkhim seperti halnya jaringan

pengikat lainnya. Semula dalam daerah pembentukannya cartilago, sel-sel

jaringan mesenkhim terdapat dalam substansi amorf yang telah mengandung juga

komponen berbentuk. Sel-sel tersebut kemudian saling mendekat disertai dengan

menghilannya tonjolan-tonjolannya sehingga sel-selnya berubah menjadi bulat

bentuknya. Batas sel menjadi kurang jelas dan inti-intinya tampak saling

berdekatan. Daerah perubahan ini dinamakan sentrum khondrofikasi atau jaringan

protokhondral.

Perubahan berikutnya dialami oleh sel-sel yang berdeferensiasi dan

membesar diikuti saling menjauhkan diri.

Menjauhnya sel disebabkan oleh karena sel-sel tersebut sudah mulai

menghasilkan matriks hyalin yang dilepaskan. Pada saat yang sama juga

disintesisi tropokolagen yang akan terbenam dalam substansi dalam yang

dilepaskan. Dengan bertambahnya matriks interseluler, sel-sel menjadi terisolir

dalam lacuna. Pada waktu ini sel-sel telah menununjukan ciri-ciri sel cartilago.

Sementara itu jaringan mesenkhim disekitar sentrum khondrifikasi menyesuaikan


7

diri untuk berubah menjadi perikhondrium. Lapisan terluar dari jaringan

mesenkhim sel-selnya berdeferensiasi menjadi fibroblas dan membentuk serabut-

serabut kolagen sehingga terbentuklah lapisan fibrosa perikhondrium. Sedang

lapisan dari jaringan mesenkhim yang berdekatan dengan cartilagonya, sel-selnya

relatif kurang berdefernsiasi sehingga masih mempunyai kapasitas membentuk

khondrosit. Lapisan ini disebut lapisan khondrogenik.

1.1.2 Kartilago elastic

Gambar 1.2 Kartilago elastis

Kartilago elastis terdapat pada aurikula telinga,dinding meatus

auditiva eksterna, tuba auditiva (eustachii), epiglotis dan sebagian kerangka


8

larynx. Kartilago elastis segar berwarna kekuningan disebabkan oleh adanya

elastin dalam serat-serat elastin. Strukturnya sama dengan kartilago hyalin.

Struktur histologis

Sel-selnya serupa dengan khondrosit pada kartilago hyalin yaitu

berbentuk bundar dan bertempat dalam lacuna dengan membentuk sel-sel

isogen.

Perbedaan substansi intraselulernya terletak pada unsur fibrilernya yang

merupakan serabut elastik yang bercabang-cabang dan tersusun tidak searah.

Srabut tersebut menyusun anyaman rapat sehingga substansi dasarnya boleh

dikatakan tertutup olehnya. Namun dibagian permukaan, anyaman tersebut

menjadi lebih longgar dan tampak bahwa serabut-serabut elastisnya

melanjutkan diri ke dalam perihondrium. Cartilago elastis lebih sulit

mengalami proses degenerasi.

1.1.3 Kartilago fibrosa

Gambar 1.3 Kartilago Fibrosa


9

Merupakan peralihan dari kartilago hyalin ke jaringan pengikat.

Ditemukan pada diskus invertebrate, kartilago artikularis, symfisis osseum

pubis. Struktur kartilago fibrosa terdiri dari serabut kolagen menutupi matriks

( sebagai anyaman padat ).

1.1.4 Dapatkah Cartilago meangalami Klasifikasi ?

Perbedaan yang nyata antara cartilago dan jaringan tulang adalah

bahwa jaringan tulang mengalami klasifikasi. Itulah sebabnya mengapa tidak

digunakan istilah tulang rawan bagi Cartilagu. Agar menghindari kesalahan

konsep bahwa kartilago dan tulang hanya berbeda dalam tahap

pertumbuhannya.

Memang pada kondisi tertentu cartilago dapat mengalami kalsifikasi

yaitu :

1. Apabila khondrosit sangat membesar (hipertrofi) dan telah

dewasa.

2. Cukup ion kalsium dan fospat dalam cairan tubuh.

3. Keadaan pH lingkungan yang basa

4. Adanya substansi intraseluler organik yang mempunyai afinitas

terhadap garam kalsium apabila konsentrasi berada di sekitar titik

pengendapan. Robinson dan Cameron menyelidiki dengan M.E.

tentang pengendapan Ca. Tampaknya garam kalsium diendapkan


10

dalam substansi organik yang amorf disamping pada mikrofibril

kolagen.

5. Adanya enzim alkali fosfatase yang digunakan untuk

membebaskan ion fosfate dari ester fosfate, sehingga kadar ion

fosfate meningkat.

Khondrosit yang mengalami hipertrofi mengalami kenaikan kadar

enzim alkali fosfatase yang diperlukan tadi.

1.1.5 Pertumbuhan dan regenerasi Cartilago

Pertumbuhan kartilago dapat terjadi melalui 2 proses :

- Pertumbuhan interstisial, akibat pembelahan mitosis dari

khondrosit-kondrosit yang ada.

- dan pertumbuhan aposisil, akibat diferensiasi sel-sel

perikondrium.

Pertumbuhan sebenarnya jadi jauh lebih besar daripada sekedar

penambahan jumlah sel. Pertumbuhan interstisial penting untuk menambah

panjang tulang panjang dan menyediakan model kartilago untuk penulangan

endokondral.

Pada tulang rawan sendi, saat sel-sel dan matriks dekat permukaan

sendi secara berangsur menjadi aus, maka tulang rawan ini harus diganti baru

dari dalam, karena tidak ada perikondrium untuk menambah sel-sel baru

secara aposisi. Pada kartilago yang ditemukan di tempat lain dari tubuh,

pertumbuhan interstisial tidak begitu penting karena matriksnya telah menjadi


11

sangat kaku akibat adanya ikatan silang dari unsur matriks. Tulang rawan

kemudian hanya dapat tumbuh melebar melalui aposisi.


12

BAB II

PEMBAHASAN JARINGAN TULANG

Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix

kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini

termineralisasi oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi

kaku dan kuat.

2.1 Sel-sel pada Tulang adalah :

1. Osteoblast : yang mensintesis dan menjadi perantara mineralisasi osteoid.

Osteoblast ditemukan dalam satu lapisan pada permukaan jaringan tulang

sebagai sel berbentuk kuboid atau silindris pendek yang saling berhubungan

melalui tonjolan-tonjolan pendek.

2. Osteosit : merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai

peranan penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu

pemberian nutrisi pada tulang.

3. Osteoklas : sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis tulang dan

merupakan bagian yang penting. Mampu memperbaiki tulang bersama

osteoblast. Osteoklas ini berasal dari deretan sel monosit makrofag.

4. Sel osteoprogenitor : merupakan sel mesenchimal primitive yang

menghasilkan osteoblast selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada

permukaan dalam jaringan tulang.

12
13

Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-

otot skeletal menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang

juga berperan dalam penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang

memiliki lapisan luar tulang kompak yang kaku dan padat.

Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan

pengikat tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain :

Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang.

Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel tulang.

Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi. Substansi interseluler tulang selalu

mengalami pengapuran.

Struktur Makroskopik

Pada potongan tulang terdapat 2 macam struktur :

 Substantia spongiosa (berongga)

 Substantia compacta (padat)

Bagian diaphysis tulang panjang yang berbentuk sebagai pipa dindingnya

merupakan tulang padat, sedang ujung-ujungnya sebagian besar merupakan tulang

berongga yang dilapisi oleh tulang padat yang tipis. Ruangan dari tulang berongga

saling berhubungan dan juga dengan rongga sumsum tulang.


14

2.2 Jenis Jaringan Tulang

Secara histologis tulang dibedakan menjadi 2 komponen utama, yaitu :

2.2.1 Tulang muda/tulang primer

2.2.2 Tulang dewasa/tulang sekunder

Kedua jenis ini memiliki komponen yang sama, tetapi tulang primer

mempunyai serabut-serabut kolagen yang tersusun secara acak, sedang tulang

sekunder tersusun secara teratur.

2.2.1 Jaringan Tulang Primer

Dalam pembentukan tulang atau juga dalam proses penyembuhan

kerusakan tulang, maka tulang yang tumbuh tersebut bersifat muda atau

tulang primer yang bersifat sementara karena nantinya akan diganti dengan

tulang sekunder.

Jaringan tulang ini berupa anyaman, sehingga disebut sebagai

woven bone. Merupakan komponen muda yang tersusun dari serat kolagen

yang tidak teratur pada osteoid. Woven bone terbentuk pada saat

osteoblast membentuk osteoid secara cepat seperti pada pembentukan

tulang bayi dan pada dewasa ketika terjadi pembentukan susunan tulang

baru akibat keadaan patologis.

Selain tidak teraturnya serabut-serabut kolagen, terdapat ciri lain

untuk jaringan tulang primer, yaitu sedikitnya kandungan garam mineral

sehingga mudah ditembus oleh sinar-X dan lebih banyak jumlah osteosit

kalau dibandingkan dengan jaringan tulang sekunder.


15

Jaringan tulang primer akhirnya akan mengalami remodeling

menjadi tulang sekunder (lamellar bone) yang secara fisik lebih kuat dan

resilien. Karena itu pada tulang orang dewasa yang sehat itu hanya

terdapat lamella saja.

2.2.2 Jaringan Tulang Sekunder

Jenis ini biasa terdapat pada kerangka orang dewasa. Dikenal juga

sebagai lamellar bone karena jaringan tulang sekunder terdiri dari ikatan

paralel kolagen yang tersusun dalam lembaran-lembaran lamella. Ciri

khasnya : serabut-serabut kolagen yang tersusun dalam lamellae(lapisan)

setebal 3-7μm yang sejajar satu sama lain dan melingkari konsentris

saluran di tengah yang dinamakan Canalis Haversi. Dalam Canalis Haversi

ini berjalan pembuluh darah, serabut saraf dan diisi oleh jaringan pengikat

longgar. Keseluruhan struktur konsentris ini dinamai Systema Haversi atau

osteon.

Sel-sel tulang yang dinamakan osteosit berada di antara lamellae

atau kadang-kadang di dalam lamella. Di dalam setiap lamella, serabut-

serabut kolagen berjalan sejajar secara spiral meliliti sumbu osteon, tetapi

serabut-serabut kolagen yang berada dalam lamellae di dekatnya arahnya

menyilang.

Di antara masing-masing osteon seringkali terdapat substansi amorf

yang merupakan bahan perekat.


16

Susunan lamellae dalam diaphysis mempunyai pola sebagai

berikut:

Tersusun konsentris membentuk osteon.

Lamellae yang tidak tersusun konsentris membentuk systema

interstitialis. Lamellae yang malingkari pada permukaan luar membentuk

lamellae circumferentialis externa.

Lamellae yang melingkari pada permukaan dalam membentuk

lamellae circumferentialis interna.

2.3 Periosteum

Gambar 2.1 Periosteum

Bagian luar dari jaringan tulang yang diselubungi oleh jaringan pengikat

pada fibrosa yang mengandung sedikit sel. Pembuluh darah yang terdapat di

bagian periosteum luar akan bercabang-cabang dan menembus ke bagian dalam


17

periosteum yang selanjutnya samapai ke dalam Canalis Volkmanni. Bagian dalam

periosteum ini disebut pula lapisan osteogenik karena memiliki potensi

membentuk tulang. Oleh karena itu lapisan osteogenik sangat penting dalam

proses penyembuhan tulang.

Periosteum dapat melekat pada jaringan tulang karena :

pembuluh-pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang.

terdapat serabut Sharpey ( serat kolagen ) yang masuk ke dalam tulang.

terdapat serabut elastis yang tidak sebanyak serabut Sharpey.

2.4 Endosteum

Endosteum merupakan lapisan sel-sel berbentuk gepeng yang membatasi

rongga sumsum tulang dan melanjutkan diri ke seluruh rongga-rongga dalam

jaringan tulang termasuk Canalis Haversi dan Canalis Volkmanni. Sebenarnya

endosteum berasal dari jaringan sumsum tulang yang berubah potensinya menjadi

osteogenik.

Gambar 2.2 Endosteum


18

2.5 Komponen Jaringan Tulang

Sepertinya halnya jaringan pengikat pada umumnya, jaringan tulang juga

terdiri atas unsur-unsur : sel, substansi dasar, dan komponen fibriler. Dalam

jaringan tulang yang sedang tumbuh, seperti telah dijelaskan pada awal

pembahasan, dibedakan atas 4 macam sel :

Osteoblas

Gambar 2.3 Osteoblas

Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang, oleh karena

itu banyak ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid

atau silindris pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak sel dengan

kompleks Golgi di bagian basal. Sitoplasma tampak basofil karena banyak

mengandung ribonukleoprotein yang menandakan aktif mensintesis protein.

Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel tersebut memang aktif
19

mensintesis protein, karena banyak terlihat RE dalam sitoplasmanya. Selain itu

terlihat pula adanya lisosom.

Osteosit

Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan

gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan

yang bercabang-cabang. Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang

ditempati oleh osteosit bersama tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi. Dari

Gambar 2.4 Osteosit

pengamatan dengan M.E dapat diungkapkan bahwa kompleks Golgi tidak jelas,

walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis protein dalam sitoplasmanya.

Ujung-ujung tonjolan dari osteosit yang berdekatan saling berhubungan melalui

gap junction. Hal-hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya pertukaran

ion-ion di antara osteosit yang berdekatan.


20

Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan

menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah

menjadi osteosit lagi atau osteoklas.

Osteoklas

Gambar 2.5 Osteoklas

Merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 μm-

100μm dengan inti sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk pertama

kali oleh Köllicker dalam tahun 1873 yang telah menduga bahwa terdapat

hubungan sel osteoklas (O) dengan resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya

dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu lekukan jaringan

tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H). keberadaan osteoklas ini secara

khas terlihat dengan adanya microvilli halus yang membentuk batas yang

berkerut-kerut (ruffled border). Gambaran ini dapat dilihat dengan mroskop

electron. Ruffled border ini dapat mensekresikan beberapa asam organik yang

dapat melarutkan komponen mineral pada enzim proteolitik lisosom untuk


21

kemudian bertugas menghancurkan matriks organic. Pada proses persiapan

dekalsifikasi (a), osteoklas cenderung menyusut dan memisahkan diri dari

permukaan tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan tulang terlihat pada gambar

(b). resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling tulang sebagai respon

dari pertumbuhan atau perubahan tekanan mekanikal pada tulang. Osteoklas juga

berpartisipasi pada pemeliharaan homeostasis darah jangka panjang.

Selain pendapat di atas, ada sebagian peneliti berpendapat bahwa

keberadaan osteoklas merupakan akibat dari penghancuran tulang. Adanya

penghancuran tulang osteosit yang terlepas akan bergabung menjadi osteoklas.

Tetapi akhir-akhir ini pendapat tersebut sudah banyak ditinggalkan dan beralih

pada pendapat bahwa sel-sel osteoklas-lah yang menyebabkan terjadinya

penghancuran jaringan tulang.

Sel Osteoprogenitor

Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, oleh karena itu dinamakan pula sel

osteogenik. Sel-sel tersebut berada pada permukaan jaringan tulang pada

periosteum bagian dalam dan juga endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-

sel ini akan membelah diri dan mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan

akan membentuk tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam dari jaringan

tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik

menghasilkan osteoklas.
22

Gambar 2.6 Sel Osteoprogenitor

Sel – sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga

berdiferensiasi menjadi khondroblas yang selanjutnya menjadi sel cartilago.

Kejadian ini, misalnya, dapat diamati pada proses penyembuhan patah tulang.

Menurut penelitian, diferensiasi ini dipengaruhi oleh lingkungannya, apabila

terdapat pembuluh darah maka akan berdiferensiasi menjadi osteoblas, dan

apabila tidak ada pembuluh darah akan menjadi khondroblas. Selain itu, terdapat

pula penelitian yang menyatakan bahwa sel osteoprogenitor dapat berdiferensiasi

menjadi sel osteoklas lebih – lebih pada permukaan dalam dari jaringan tulang.

2.6 Matriks Tulang

Berdasarkan beratnya, matriks tulang yang merupakan substansi

interseluler terdiri dari ± 70% garam anorganik dan 30% matriks organic.

95% komponen organic dibentuk dari kolagen, sisanya terdiri dari substansi dasar

proteoglycan dan molekul-molekul non kolagen yang tampaknya terlibat dalam

pengaturan mineralisasi tulang. Kolagen yang dimiliki oleh tulang adalah kurang

lebih setengah dari total kolagen tubuh, strukturnya pun sama dengan kolagen

pada jaringan pengikat lainnya. Hampir seluruhnya adalah fiber tipe I. Ruang pada

struktur tiga dimensinya yang disebut sebagai hole zones, merupakan tempat bagi

deposit mineral.

Kontribusi substansi dasar proteoglycan pada tulang memiliki proporsi

yang jauh lebih kecil dibandingkan pada kartilago, terutama terdiri atas
23

chondroitin sulphate dan asam hyaluronic. Substansi dasar mengontrol kandungan

air dalam tulang, dan kemungkinan terlibat dalam pengaturan pembentukan fiber

kolagen.

Materi organik non kolagen terdiri dari osteocalcin (Osla protein) yang terlibat

dalam pengikatan kalsium selama proses mineralisasi, osteonectin yang berfungsi

sebagai jembatan antara kolagen dan komponen mineral, sialoprotein (kaya akan

asam salisilat) dan beberapa protein.

Matriks anorganik merupakan bahan mineral yang sebagian besar terdiri

dari kalsium dan fosfat dalam bentuk kristal-kristal hydroxyapatite. Kristal –

kristal tersebut tersusun sepanjang serabut kolagen. Bahan mineral lain : ion sitrat,

karbonat, magnesium, natrium, dan potassium.

Kekerasan tulang tergantung dari kadar bahan anorganik dalam matriks,

sedangkan dalam kekuatannya tergantung dari bahan-bahan organik khususnya

serabut kolagen.

2.7 Mekanisme Kalsifikasi Dan Resorpsi Tulang

Proses kalsifikasi tulang yang kompleks belum diketahui secara pasti,

namun disini akan dibahas garis besarnya.

Kalsifikasi dalam tulang tidak terlepas dari proses metabolisme kalsium

dan fosfat. Bahan-bahan mineral yang akan diendapkan semula berada dalam

aliran darah. Osteoblas berperan dalam mensekresikan enzim alkali fosfatase.

Dalam keadaan biasa, darah dan cairan jaringan mengandung cukup ion fosfat dan

kalsium untuk pengendapan kalsium Ca3(PO4)2 apabila terjadi penambahan ion


24

fosfat dan kalsium. Penambahan ion-ion tersebut diperoleh dari pengaruh enzim

alkali fosfatase dari osteoblas. Hal tersebut juga dapat diperoleh dari pengaruh

hormone parathyreoid dan pemberian vitamin D atau pengaruh makanan yang

mengandung garam kalsium tinggi.

Faktor lain yang harus diperhitungkan yaitu keadaan pH karena kondisi

yang agak asam lebih menjurus ke pembentukan garam CaHPO4 daripada

Ca3(PO4)2. Karena CaHPO4 lebih mudah larut, maka untuk mengendapkannya

dibutuhkan kadar fosfat dan kalsium yang lebih tinggi daripada dalam kondisi

alkali untuk mengendapkan Ca3(PO4)2 yang kurang dapat larut.

Kenaikan kadar ion kalsium dan fosfat setempat sekitar osteoblast dan khondrosit

hipertrofi disebabkan sekresi alkali fosfatase yang akan melepaskan fosfat dari

senyawa organik yang ada di sekitarnya.

Serabut kolagen yang ada di sekitar osteoblast akan merupakan inti

pengendapan, sehingga kristal-kristal kalsium akan tersusun sepanjang serabut.

Resorpsi tulang sama pentingnya dengan proses kalsifikasinya, karena tulang akan

dapat tumbuh membesar dengan cara menambah jaringan tulang baru dari

permukaan luarnya yang dibarengi dengan pengikisan tulang dari permukaan

dalamnya.

Resorpsi tulang yang sangat erat hubungannya dengan sel-sel osteoklas,

mencakup pembersihan garam mineral dan matriks organic yang kebanyakan

merupakan kolagen. Dalam kaitannya dengan resorpsi tersebut terdapat 3

kemungkinan :
25

 osteoklas bertindak primer dengan cara melepaskan mineral yang disusul

dengan depolimerisasi molekul-molekul organic,

 osteoklas menyebabkan depolimerisasi mukopolisakarida dan glikoprotein

sehingga garam mineral yang melekat menjadi bebas,

 sel osteoklas berpengaruh kepada serabut kolagen

Rupanya, cara yang paling mudah untuk osteoklas dalam membersihkan

garam mineral yaitu dengan menyediakan suasana setempat yang cukup asam

pada permukaan kasarnya. Bagaimana cara osteoklas membuat suasana asam

belum dapat dijelaskan. Perlu pula dipertimbangkan adanya lisosom dalam

sitoplasma osteoklas yang pernah dibuktikan.

2.8 Pertumbuhan Tulang

Perkembangan tulang pada embrio terjadi melalui dua cara, yaitu

osteogenesis desmalis dan osteogenesis enchondralis. Keduanya menyebabkan

jaringan pendukung kolagen primitive diganti oleh tulang, atau jaringan kartilago

yang selanjutnya akan diganti pula menjadi jaringan tulang. Hasil kedua proses

osteogenesis tersebut adalah anyaman tulang yang selanjutnya akan mengalami

remodeling oleh proses resorpsi dan aposisi untuk membentuk tulang dewasa

yang tersusun dari lamella tulang. Kemudian, resorpsi dan deposisi tulang terjadi

pada rasio yang jauh lebih kecil untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi

karena fungsi dan untuk mempengaruhi homeostasis kalsium. Perkembangan

tulang ini diatur oleh hormone pertumbuhan, hormone tyroid, dan hormone sex.
26

Osteogenesis Desmalis

Nama lain dari penulangan ini yaitu Osteogenesis intramembranosa,

karena terjadinya dalam membrane jaringan. Tulang yang terbentuk selanjutnya

dinamakan tulang desmal. Yang mengalami penulangan desmal ini yaitu tulang

atap tengkorak.

Gambar 2.7 Osteogenesis Desmalis

Mula-mula jaringan mesenkhim mengalami kondensasi menjadi lembaran

jaringan pengikat yang banyak mengandung pembuluh darah. Sel-sel

mesenkhimal saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolannya. Dalam substansi


27

interselulernya terbentuk serabut-serabut kolagen halus yang terpendam dalam

substansi dasar yang sangat padat.

Tanda-tanda pertama yang dapat dilihat adanya pembentukan tulang yaitu

matriks yang terwarna eosinofil di antara 2 pembuluh darah yang berdekatan.

Oleh karena di daerah yang akan menjadi atap tengkorak tersebut terdapat

anyaman pembuluh darah, maka matriks yang terbentuk pun akan berupa

anyaman. Tempat perubahan awal tersebut dinamakan Pusat penulangan primer.

Pada proses awal ini, sel-sel mesenkhim berdiferensiasi menjadi osteoblas yang

memulai sintesis dan sekresi osteoid. Osteoid kemudian bertambah sehingga

berbentuk lempeng-lempeng atau trabekulae yang tebal. Sementara itu

berlangsung pula sekresi molekul-molekul tropokolagen yang akan membentuk

kolagen dan sekresi glikoprotein.

Sesudah berlangsungnya sekresi oleh osteoblas tersebut disusul oleh

proses pengendapan garam kalsium fosfat pada sebagian dari matriksnya sehingga

bersisa sebagai selapis tipis matriks osteoid sekeliling osteoblas.

Dengan menebalnya trabekula, beberapa osteoblas akan terbenam dalam matriks

yang mengapur sehingga sel tersebut dinamakan osteosit. Antara sel-sel tersebut

masih terdapat hubungan melalui tonjolannya yang sekarang terperangkap dalam

kanalikuli. Osteoblas yang telah berubah menjadi osteosit akan diganti

kedudukannya oleh sel-sel jaringan pengikat di sekitarnya. Dengan berlanjutnya

perubahan osteoblas menjadi osteosit maka trabekulae makin menebal, sehingga

jaringan pengikat yang memisahkan makin menipis. Pada bagian yang nantinya

akan menjadi tulang padat, rongga yang memisahkan trabekulae sangat sempit,
28

sebaliknya pada bagian yang nantinya akan menjadi tulang berongga, jaingan

pengikat yang masih ada akan berubah menjadi sumsum tulang yang akan

menghasilkan sel-sel darah. Sementara itu, sel-sel osteoprogenitor pada

permukaan Pusat penulangan mengalami mitosis untuk memproduksi osteoblas

lebih lanjut

Osteogenesis Enchondralis

Awal dari penulangan enkhondralis ditandai oleh pembesaran khondrosit

di tengah-tengah diaphysis yang dinamakan sebagai pusat penulangan primer. Sel

– sel khondrosit di daerah pusat penulangan primer mengalami hypertrophy,

sehingga matriks kartilago akan terdesak mejadi sekat – sekat tipis. Dalam

sitoplasma khondrosit terdapat penimbunan glikogen. Pada saat ini matriks

kartilago siap menerima pengendapan garam – garam kalsium yang pada

gilirannya akan membawa kemunduran sel – sel kartilago yang terperangkap

karena terganggu nutrisinya. Kemunduran sel – sel tersebut akan berakhir dengan

kematian., sehingga rongga – rongga yang saling berhubungan sebagai sisa – sisa

lacuna. Proses kerusakan ini akan mengurangi kekuatan kerangka kalau tidak

diperkuat oleh pembentukan tulang disekelilingnya. Pada saat yang bersamaan,

perikhondrium di sekeliling pusat penulangan memiliki potensi osteogenik

sehingga di bawahnya terbentuk tulang. Pada hakekatnya pembentukan tulang ini

melalui penulangan desmal karena jaringan pengikat berubah menjadi tulang.

Tulang yang terbentuk merupakan pipa yang mengelilingi pusat penulangan yang

masih berongga – rongga sehingga bertindeak sebagai penopang agar model


29

bentuk kerangka tidak terganggu. Lapisan tipis tulang tersebut dinamakan pipa

periosteal.

Setelah terbentuknya pipa periosteal, masuklah pembuluh – pembuluh

darah dari perikhondrium,yang sekarang dapat dinamakan periosteum, yang

selanjutnya menembus masuk kedalam pusat penulangan primer yang tinggal

matriks kartilago yang mengalami klasifikasi. Darah membawa sel – sel yang

diletakan pada dinding matriks. Sel – sel tersebut memiliki potensi hemopoetik

dan osteogenik. Sel – sel yang diletakan pada matriks kartilago akan bertindak

sebagai osteoblast. Osteoblas ini akan mensekresikan matriks osteoid dan

melapiskan pada matriks kartilago yang mengapur. Selanjutnya trabekula yang

terbentuk oleh matriks kartilago yang mengapur dan dilapisi matriks osteoid akan

mengalami pengapuran pula sehingga akhirnya jaringan osteoid berubah menjadi

jaringan tulang yang masih mengandung matriks kartilago yang mengapur di

bagian tengahnya. Pusat penulangan primer yang terjadi dalam diaphysis akan

disusun oleh pusat penulangan sekunder yang berlangsung di ujung – ujung model

kerangka kartilago.

2.9 Pertumbuhan Memanjang Tulang Pipa


30

Setelah berlangsung penulangan pada pusat penulangan sekunder di

daerah epiphysis, maka teradapatlah sisa – sisa sel khondrosit diantara epiphysis
Gambar 2.8 Pertumbuhan Memanjang Tulang Pipa
dan diaphysis. Sel – sel tersebut tersusun bederet –deret memanjang sejajar sumbu

panjang tulang. Masing – masing deretan sel kartilago dipisahkan oleh matriks

tebal kartilago, sedangkan sel –sel kartilago dalam masing – masing deretan

dipisahkan oleh matriks tipis. Jaringan kartilago yang memisahkan epiphysis dan

diaphysis berbentuk lempeng atau cakram sehingga dinamakan Discus

epiphysealis.

Sel –sel dalam masing – masing deretan tidak sama penampilannya. Hal

ini disebabkan karena ke arah diaphysis sel – sel kartilago berkembang yang

sesuai dengan perubahan – perubahan yang terjadi pada pusat penulangan. Karena

perubahan sel –sel dalam setiap deret seirama, maka discus tersebut menunjukan

gambaran yang dibedakan dalam daerah – daerah perkembangan.

Daerah – daerah perkembangan :

1. Zona Proliferasi : sel kartilago membelah diri menjadi deretan sel – sel

gepeng.

2. Zona Maturasi : sel kartilago tidak lagi membelah diri,tapi bertambah

besar.

3. Zona hypertrophy : sel –sel membesar dan bervakuola.


31

4. Zona kalsifikasi : matriks cartílago mengalami kalsifikasi.

5. Zona degenerasi : sel – sel cartílago berdegenerasi diikuti oleh terbukanya

lacuna sehingga terbentuk trabekula.

Karena masuknya pembuluh darah, maka pada permukaan trabekula di

daerah ke arah diaphysis diletakan sel –sel yang akan berubah menjadi osteoblas

yang selanjutnya akan melanjutkan penulangan.

Dalam proses pertumbuhan discus epiphysealis akan semakin menipis,

sehingga akhirnya pada orang yang telah berhenti pertumbuhan memanjangnya

sudah tidak deketemukan lagi.

2.10 Pembesaran Diameter Tulang Pipa

Pertumbuhan tulang pipa selain memanjang melalui discus epiphysealis

juga mengalami pertambahan diameter dengan cara pertambahan jeringan tulang

Gambar 2.9 Pembesaran Diameter Tulang Pipa


32

melalui penulangan oleh periosteum lapisan dalam yang dibarengi dengan

pengikisan jaringan tulang dari permukaan dalamnya.

Dengan adanya proses pengikisan jaringan tulang ini, walau pun diameter

tulang bertambah namun ketebalannya tetap dipertahankan. Hal ini penting,karena

tanpa pengikisan,berat tulang akan bertambah terus sehingga mengganggu

fungsinya.

2.11 Perubahan Struktur Jaringan Tulang

Pada mulanya, dari perkembangan trabekula tulang terbentuk semacam

sistem harvers yang tidak teratur polanya yang dinamakan sistem Havers primitif.

Untuk membentuk sistem Havers dengan pola teratur, perlulah sistem Havers

primitif mengalami perubahan sehingga terjadilah tulang sekunder. Perubahan

dimulai pada beberapa tempat yang terletak tersebar dalam bentuk rongga –

rongga yang disebabkan erosi tulang oleh sel-sel osteoklas. Rongga – rongga

tersebut meluas sehingga terbentuk silindris yang memanjang, disusul oleh

masuknya pembuluh darah bersama jeringan sumsum tulang kedalam rongga –

rongga tersebut. Apabila rongga sudah cukup besar, erosi akan berhenti dalm

mulailah pembentukn tulang oleh osteoblas yang diletakan oleh darah pada

dinding rongga. Pembentukan tulang berlangsung sebagai lembaran – lembaran

yang dimulai dari dinding rongga yang makin lama makin mengecilkan rongga

sehingga akhirnya pembuluh darah dikelilingi penuh oleh lembaran – lembaran

tulang. Dengan demikian terbentuklah sistem harvers dengan pembuluh darah di


33

tengahnya. Pada perbatasan luar setiap sistem harvers terdapat substansi perekat

yang merupakan sisa matriks tulang.

Pembentukan sistem Havers tidak berhenti estela proses di atas, namun

akan terjadi pula erosi lagi yang diikuti pembentukan sistem harvers baru seperti

semula. Proses tersebut terjadi berulang-ulang sehingga pada potongan melintang

tulang pipa akan dapat dibedakan beberapa struktur :

1. Sistem Havers yang lama

2. Sistem Havers yang sedang dibentuk

3. Ruang-ruang karena erosi

4. Sisa – sisa sistem harvers sebagai lamela intersitiil.

2.12 Perbaikan Patah Tulang

Jika terjadi patah tulang, maka kerusakan akan menyebabkan perdarahan

yang biasanya akan diikuti oleh pembekuan. Kerusakan juga menyebabkan

Gambar 1.10 Perbaikan Patah Tulang


34

kerusakan matriks dan sel – sel tulang di dekatgaris patah.

Awal dari proses perbaikan tulang dimulai dengan pembersihan dari

bekuan darah, sisa – sisa sel dan matriks yang rusak. Periosteum dan endosteum

disekitar tulang yang patah menanggapi dengan meningkatnya proliferasi

fibroblast sehingga terbentuklah jaringan seluler disekitar garis patah dan di antara

ujung – ujung tulang yang terpisah.

Pembentukan tulang baru berlangsung melalui penulangan enkhondral dan

desmal secara simultan. Untuk penulangan enkhondral didahului dengan

terbentuknya kartilago hialin yang berasal dari perubahan jaringan granulasi

sebagai hasil proliferasi fibroblast. Celah fragmen tulang sekarang diisi oleh

jaringan kartilago yang merupakan kalus. Jaringan tulang baru mengisi celah

diantara fragmen tulang membentuk kalus tulang dan menggantikan kalus

kartilago. Sel – sel osteoprogenitor dari periosteum dan endosteum akan menjadi

osteoblas sehingga di daerah tersebut terjadi penulangan desmal. Penulangan

enkhondral berlangsung sebagai trabekula dalam jaringan kartilago yang

merupakan jaringan penopang sementara dalam perbaikan patah tulang. Tekanan

pada tulang selama proses penyembuhan menyebabkan perbaikan bentuk tulang

ke bentuk asalnya sehingga benjolan kalus akhirnya akan lenyap melalui resorpsi.

2.13 Persendian Dan Membrana Synovialis


35

Tulang – tulang dihubungkan satu ama lain melalui persendian.

Berdasarkan strukturnya terdapat berbagai bentuk sendi yang juga menentukan

keluasan gerakan bagian – bagian tulang yang terlibat.

Berdasarkan keluasan gerakannya dibedakan :

1. Synathrosis : gerakan terbatas.

2. Diathrosis : gerakan luas.

Karena luasnya gerakan dari diarthrosis maka diantara ujung – ujung

tulang berdekatan terdapat rongga yang dinamakan Cavum artikularis. Rongga ini

berdinding jaringan ikat padat.

Kapsel pada sendi tersebut terdiri atas dua lapisan, yaitu :

1. Lapisan fibrosa (di sebelah luar)

2. Lapisan sinovial (disebelah dalam)

Cairan yang berada di dalam cavum synoviale dihasilkan oleh sel – sel

sinovial. Permukaan dalam dari lapisan sinovial biasanya dibatasi oleh sel – sel

berbentuk gepeng atau kuboid. Di bawah lapisan ini terdapat jaringan pengikat

longgar atau padat dan jaringan lemak. Sel –sel membran sinovial berasal dari

jaringan mesenkhim yang dipisahkan oleh substansi dasar.

You might also like