You are on page 1of 33

Perang Dunia II,

Tanggal: 1 September 1939 – 2 September 1945


Lokasi: Eropa, Pasifik, Asia Tenggara, Timur Tengah, Mediterania dan Afrika.
Hasi: Kemenangan sekutu, munculnya Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai negara
adidaya, terbentuknya blok-blok yang menjurus ke Perang Dingin, mulai lepasnya
negara-negara jajahan Eropa.

secara resmi mulai berkecamuk pada tanggal 1 September 1939 sampai tanggal 14
Agustus 1945. Meskipun demikian ada yang berpendapat bahwa perang sebenarnya
sudah dimulai lebih awal, yaitu pada tanggal 1 Maret 1937 ketika Jepang menduduki
Manchuria. Sampai saat ini, perang ini adalah perang yang paling dahsyat pernah terjadi
di muka bumi. Kurang lebih 50.000.000 (lima puluh juta) orang tewas dalam konflik ini.

Umumnya dapat dikatakan bahwa peperangan dimulai pada saat pendudukan Jerman di
Polandia pada tanggal 1 September 1939, dan berakhir pada tanggal 14 atau 15 Agustus
1945 pada saat Jepang menyerah kepada tentara Amerika Serikat.

Perang Dunia II berkecamuk di tiga benua tua; yaitu Afrika, Asia dan Eropa.

Pasukan Amerika Serikat melakukan invasi di Pantai Omaha.

-Pihak yang terlibat bersama pemimpin nya:


Sekutu:
Britania Raya:Winston Churchill
Uni Soviet:Joseph Stalin
Amerika Serikat:Franklin Roosevelt
Republik China:Chiang Kai-Shek
dll
Axis:
Nazi Jerman:Adolf Hitler
Italia:Benito Mussolini
Jepang:Hideki Tojo
dll
Benito Mussolini (kiri) dan Adolf Hitler.

pertempuran penting:
1 Asia dan Pasifik
1.1 1937: Perang Sino-Jepang
Konflik perang mulai di Asia beberapa tahun sesudah pertikaian di Eropa. Jepang telah
menginvasi China pada tahun 1931, jauh sebelum Perang Dunia II dimulai di Eropa. Pada
1 Maret, Jepang menunjuk Henry Pu Yi menjadi kaisar di Manchukuo, negara boneka
bentukan Jepang di Manchuria. Pada 1937, perang telah dimulai ketika Jepang
mengambil alih Manchuria.

Roosevelt menandatangani sebuah perintah eksekutif yang tidak diterbitkan (rahasia)


pada Mei 1940 mengijinkan personel militer AS untuk mundur dari tugas, sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam operasi terselubung di China sebagai "American
Volunteer Group" (AVG), juga dikenal sebagai Harimau Terbang Chennault. Selama
periode tujuh bulan, kelompok Harimau Terbang berhasil menghancurkan sekitar 600
pesawat Jepang, menenggelamkan sejumlah kapal Jepang, dan menghentikan invasi
Jepang terhadap Burma. Dengan adanya tindakan Amerika Serikat dan negara lainnya
yang memotong ekspor ke Jepang, maka Jepang merencanakan serangan terhadap Pearl
Harbor pada 7 Desember 1941 tanpa peringatan deklarasi perang; sehingga
mengakibatkan kerusakan parah pada Armada Pasifik Amerika. Hari berikutnya, pasukan
Jepang tiba di Hong Kong, yang kemudian menyebabkan menyerahnya pasukan Inggris
pada Hari Natal di bulan itu.

1.2 1940: Jajahan Perancis Vichy


Pada 1940, Jepang menduduki Indochina Perancis (kini Vietnam) sesuai persetujuan
dengan Pemerintahan Vichy meskipun secara lokal terdapat kekuatan Perancis Bebas
(Free French), dan bergabung dengan kekuatan Poros Jerman dan Italia. Aksi ini
menguatkan konflik Jepang dengan Amerika Serikat dan Britania Raya yang bereaksi
dengan boikot minyak.

1.3 1941: Pearl Harbor, A.S. turut serta dalam perang, invasi Jepang di Asia
Tenggara

Serangan udara terhadap USS West Virginia dan


USS Tennessee di Pearl Harbor.

Pada 7 Desember 1941, pesawat Jepang dikomandoi oleh Laksamana Madya Chuichi
Nagumo melaksanakan serangan udara kejutan terhadap Pearl Harbor, pangkalan
angkatan laut AS terbesar di Pasifik. Pasukan Jepang menghadapi perlawanan kecil dan
menghancurkan pelabuhan tersebut. AS dengan segera mengumumkan perang terhadap
Jepang.

Bersamaan dengan serangan terhadap Pearl Harbor, Jepang juga menyerang pangkalan
udara AS di Filipina. Setelah serangan ini, Jepang menginvasi Filipina, dan juga koloni-
koloni Inggris di Hong Kong, Malaya, Borneo dan Birma, dengan maksud selanjutnya
menguasai ladang minyak Hindia Belanda. Seluruh wilayah ini dan daerah yang lebih
luas lagi, jatuh ke tangan Jepang dalam waktu beberapa bulan saja. Markas Britania Raya
di Singapura juga dikuasai, yang dianggap oleh Churchill sebagai salah satu kekalahan
dalam sejarah yang paling memalukan bagi Britania.

1.4 1942: Invasi Hindia-Belanda


Penyerbuan ke Hindia Belanda diawali dengan serangan Jepang ke Labuan, Brunei,
Singapura, Semenanjung Malaya, Palembang, Tarakan dan Balikpapan yang merupakan
daerah-daerah sumber minyak. Jepang sengaja mengambil taktik tersebut sebagai taktik
gurita yang bertujuan mengisolasi kekuatan Hindia Belanda dan Sekutunya yang
tergabung dalam front ABDA (America (Amerika Serikat), British (Inggris), Dutch
(Belanda), Australia) yang berkedudukan di Bandung. Serangan-serangan itu
mengakibatkan kehancuran pada armada laut ABDA khususnya Australia dan Belanda.

Sejak peristiwa ini, Sekutu akhirnya memindahkan basis pertahanannya ke Australia


meskipun demikian Sekutu masih mempertahankan beberapa kekuatannya di Hindia
Belanda agar tidak membuat Hindia Belanda merasa ditinggalkan dalam pertempuran ini.

Jepang mengadakan serangan laut besar-besaran ke Pulau Jawa pada bulan Februari-
Maret 1942 dimana terjadi Pertempuran Laut Jawa antara armada laut Jepang melawan
armada gabungan yang dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman. Armada Gabungan
sekutu kalah dan Karel Doorman gugur.

Jepang menyerbu Batavia (Jakarta) yang akhirnya dinyatakan sebagai kota terbuka,
kemudian terus menembus Subang dan berhasil menembus garis pertahanan Lembang-
Ciater, kota Bandung yang menjadi pusat pertahanan Sekutu-Hindia Belanda terancam.
Sementara di front Jawa Timur, tentara Jepang berhasil menyerang Surabaya sehingga
kekuatan Belanda ditarik sampai garis pertahanan Porong.

Terancamnya kota Bandung yang menjadi pusat pertahanan dan pengungsian membuat
panglima Hindia Belanda Letnan Jendral Ter Poorten mengambil inisiatif mengadakan
perdamaian. Kemudian diadakannya perundingan antara Tentara Jepang yang dipimpin
oleh Jendral Hitoshi Imamura dengan pihak Belanda yang diwakili Letnan Jendral Ter
Poorten dan Gubernur Jendral jhr A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer. Pada
Awalnya Belanda bermaksud menyerahkan kota Bandung namun tidak mengadakan
kapitulasi atau penyerahan kekuasaan Hindia Belanda kepada Pihak Jepang. Pada saat itu
posisi Panglima tertinggi angkatan perang Hindia Belanda tidak lagi berada pada
Gubernur Jendral namun diserahkan kepada Ter Poorten sehingga dilain waktu Belanda
menganggap bahwa kedudukan di Hindia Belanda masih tetap sah dilanjutkan. Namun
setelah Jepang mengancam akan mengebom kota Bandung akhirnya Jendral Ter Poorten
setuju untuk menyerah tanpa syarat kepada Jepang.

1.5 1942: Laut Coral, Port Moresby, Midway, Guadalcanal

Pada Mei 1942, serangan laut terhadap Port Moresby, Papua Nugini digagalkan oleh
pasukan Sekutu dalam Perang Laut Coral. Kalau saja penguasaan Port Moresby berhasil,
Angkatan Laut Jepang dapat juga menyerang Australia. Ini merupakan perlawanan
pertama yang berhasil terhadap rencana Jepang dan pertarungan laut pertama yang hanya
menggunakan kapal induk. Sebulan kemudian invasi Atol Midway dapat dicegah dengan
terpecahnya pesan rahasia Jepang, menyebabkan pemimpin Angkatan Laut AS
mengetahui target berikut Jepang yaitu Atol Midway. Pertempuran ini menyebabkan
Jepang kehilangan empat kapal induk yang industri Jepang tidak dapat menggantikannya,
sementara Angkatan Laut AS kehilangan satu kapal induk. Kemenangan besar buat AS
ini menyebabkan Angkatan Laut Jepang kini dalam posisi bertahan.

Namun, dalam bulan Juli penyerangan darat terhadap Port Moresby dijalankan melalui
Track Kokoda yang kasar. Di sini pasukan Jepang bertemu dengan pasukan cadangan
Australia, banyak dari mereka masih muda dan tak terlatih, menjalankan aksi perang
dengan keras kepala menjaga garis belakang sampai tibanya pasukan reguler Australia
dari aksi di Afrika Utara, Yunani dan Timur Tengah.

Para pemimpin Sekutu telah setuju mengalahkan Nazi Jerman adalah prioritas utama
masuknya Amerika ke dalam perang. Namun pasukan AS dan Australia mulai menyerang
wilayah yang telah jatuh, mulai dari Pulau Guadalcanal, melawan tentara Jepang yang
getir dan bertahan kukuh. Pada 7 Agustus 1942 pulau tersebut diserang oleh Amerika
Serikat. Pada akhir Agustus dan awal September, selagi perang berkecamuk di
Guadalcanal, sebuah serangan amfibi Jepang di timur New Guinea dihadapi oleh pasukan
Australia dalam Teluk Milne, dan pasukan darat Jepang menderita kekalahan
meyakinkan yang pertama. Di Guadalcanal, pertahanan Jepang runtuh pada Februari
1943.

1.6 1943–45: Serangan Sekutu di Asia dan Pasifik


Pasukan Australia and AS melancarkan kampanye yang panjang untuk merebut kembali
bagian yang diduduki oleh Pasukan Jepang di Kepulauan Solomon, New Guinea dan
Hindia Belanda, dan mengalami beberapa perlawanan paling sengit selama perang.
Seluruh Kepulauan Solomon direbut kembali pada tahun 1943, New Britain dan New
Ireland pada tahun 1944. Pada saat Filipina sedang direbut kembali pada akhir tahun
1944, Pertempuran Teluk Leyte berkecamuk, yang disebut sebagai perang laut terbesar
sepanjang sejarah. Serangan besar terakhir di area Pasifik barat daya adalah kampanye
Borneo pertengahan tahun 1945, yang ditujukan untuk mengucilkan sisa-sisa pasukan
Jepang di Asia Tenggara, dan menyelamatkan tawanan perang Sekutu.

Kapal selam dan pesawat-pesawat Sekutu juga menyerang kapal dagang Jepang, yang
menyebabkan industri di Jepang kekurangan bahan baku. Bahan baku industri sendiri
merupakan salah satu alasan Jepang memulai perang di Asia. Keadaan ini semakin efektif
setelah Marinir AS merebut pulau-pulau yang lebih dekat ke kepulauan Jepang.

Tentara Nasionalis China (Kuomintang) dibawah pimpinan Chiang Kai-shek dan Tentara
Komunis China dibawah Mao Zedong, keduanya sama-sama menentang pendudukan
Jepang terhadap China, tetapi tidak pernah benar-benar bersekutu untuk melawan Jepang.
Konflik kedua kekuatan ini telah lama terjadi jauh sebelum Perang Dunia II dimulai,
yang terus berlanjut, sampai batasan tertentu selama perang, walaupun lebih tidak
kelihatan.

Pasukan Jepang telah merebut sebagian dari Burma, memutuskan Jalan Burma yang
digunakan oleh Sekutu untuk memasok Tentara Nasionalis China. Hal ini menyebabkan
Sekutu harus menyusun suatu logistik udara berkelanjutan yang besar, yang lebih dikenal
sebagai "flying the Hump". Divisi-divisi China yang dipimpin dan dilatih oleh AS, satu
divisi Inggris, dan beberapa ribu tentara AS, membersihkan Burma utara dari pasukan
Jepang sehingga Jalan Ledo dapat dibangun untuk menggantikan Jalan Burma. Lebih ke
selatan, induk dari tentara Jepang di kawasan perang ini berperang sampai terhenti di
perbatasan Burma-India oleh Tentara ke-14 Inggris yang dikenal sebagai "Forgotten
Army", yang dipimpin oleh Mayor Jendral Wingate yang kemudian melancarkan
serangan balik dan berhasil dengan taktik gerilyanya yang terkenal dan bahkan dijadikan
acuan bagi Tentara dan Pejuang Indonesia pada tahun 1945-1949. Setelah merebut
kembali seluruh Burma, serangan direncanakan ke semenanjung Malaya ketika perang
berakhir.

1.7 1945: Iwo Jima, Okinawa, bom atom, penyerahan Jepang

Bom atom berjulukan Fat Man, menimbulkan cendawan asap


di atas kota Nagasaki, Jepang.

Perebutan pulau-pulau seperti Iwo Jima dan Okinawa oleh pasukan AS menyebabkan
Kepulauan Jepang berada dalam jangkauan serangan laut dan udara Sekutu. Diantara
kota-kota lain, Tokyo dibom bakar oleh Sekutu, dimana dalam penyerangan awal sendiri
ada 90.000 orang tewas akibat kebakaran hebat di seluruh kota. Jumlah korban yang
tinggi ini disebabkan oleh kondisi penduduk yang padat di sekitar sentra produksi dan
konstruksi kayu serta kertas pada rumah penduduk yang banyak terdapat di masa itu.
Tanggal 6 Agustus 1945, bomber B-29 "Enola Gay" yang dipiloti oleh Kolonel Paul
Tibbets, Jr. melepaskan satu bom atom Little Boy di Hiroshima, yang secara efektif
menghancurkan kota tersebut.

Pada tanggal 8 Agustus 1945, Uni Soviet mendeklarasikan perang terhadap Jepang,
seperti yang telah disetujui pada Konferensi Yalta, dan melancarkan serangan besar
terhadap Manchuria yang diduduki Jepang (Operasi Badai Agustus). Tanggal 9 Agustus
1945, bomber B-29 "Bock's Car" yang dipiloti oleh Mayor Charles Sweeney melepaskan
satu bom atom Fat Man di Nagasaki.

Kombinasi antara penggunaan bom atom dan keterlibatan baru Uni Soviet dalam perang
merupakan faktor besar penyebab menyerahnya Jepang, walaupun sebenarnya Uni Soviet
belum mengeluarkan deklarasi perang sampai tanggal 8 Agustus 1945, setelah bom atom
pertama dilepaskan. Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus 1945,
menanda tangani surat penyerahan pada tanggal 2 September 1945 diatas kapal USS
Missouri di teluk Tokyo.

2 Afrika dan Timur Tengah


2.1 1940: Mesir dan Somaliland
Pertempuran di Afrika Utara bermula pada 1940, ketika sejumlah kecil pasukan Inggris
di Mesir memukul balik serangan pasukan Italia dari Libya yang bertujuan untuk merebut
Mesir terutama Terusan Suez yang vital. Tentara Inggris, India, dan Australia
melancarkan serangan balik dengan sandi Operasi Kompas (Operation Compass), yang
terhenti pada 1941 ketika sebagian besar pasukan Persemakmuran (Commonwealth)
dipindahkan ke Yunani untuk mempertahankannya dari serangan Jerman. Tetapi pasukan
Jerman yang belakangan dikenal sebagai Korps Afrika di bawah pimpinan Erwin
Rommel mendarat di Libya, melanjutkan serangan terhadap Mesir.

2.2 1941: Suriah, Lebanon, Korps Afrika merebut Tobruk


Pada Juni 1941 Angkatan Darat Australia dan pasukan Sekutu menginvasi Suriah dan
Lebanon, merebut Damaskus pada 17 Juni. Di Irak, terjadi penggulingan kekuasaan atas
pemerintah yang pro-Inggris oleh kelompok Rashid Ali yang pro-Nazi. Pemberontakan
didukung oleh Mufti Besar Yerusalem, Haji Amin al-Husseini. Oleh karena merasa garis
belakangnya terancam, Inggris mendatangkan bala bantuan dari India dan menduduki
Irak. Pemerintahan pro-Inggris kembali berkuasa, sementara Rashid Ali dan Mufti Besar
Yerusalem melarikan diri ke Iran. Namun kemudian Inggris dan Uni Soviet menduduki
Iran serta menggulingkan shah Iran yang pro-Jerman. Kedua tokoh Arab yang pro-Nazi
di atas kemudian melarikan diri ke Eropa melalui Turki, di mana mereka kemudian
bekerja sama dengan Hitler untuk menyingkirkan orang Inggris dan orang Yahudi. Korps
Afrika dibawah Rommel melangkah maju dengan cepat ke arah timur, merebut kota
pelabuhan Tobruk. Pasukan Australia dan Inggris di kota tersebut berhasil bertahan
hingga serangan Axis berhasil merebut kota tersebut dan memaksa Divisi Ke-8 (Eighth
Army) mundur ke garis di El Alamein.

2.3 1942: Pertempuran El Alamein Pertama dan Kedua

Crusader tank Britania melewati Panzer IV Jerman yang terbakar di tengah gurun

Pertempuran El Alamein Pertama terjadi di antara 1 Juli dan 27 Juli 1942. Pasukan
Jerman sudah maju ke yang titik pertahanan terakhir sebelum Alexandria dan Terusan
Suez. Namun mereka telah kehabisan suplai, dan pertahanan Inggris dan Persemakmuran
menghentikan arah mereka.

Pertempuran El Alamein Kedua terjadi di antara 23 Oktober dan 3 November 1942


sesudah Bernard Montgomery menggantikan Claude Auchinleck sebagai komandan
Eighth Army. Rommel, panglima cemerlang Korps Afrika Tentara Jerman, yang dikenal
sebagai "Rubah Gurun", absen pada pertempuran luar biasa ini, karena sedang berada
dalam tahap penyembuhan dari sakit kuning di Eropa. Montgomery tahu Rommel absen.
Pasukan Persemakmuran melancarkan serangan, dan meskipun mereka kehilangan lebih
banyak tank daripada Jerman ketika memulai pertempuran, Montgomery memenangkan
pertempuran ini.

Sekutu mempunyai keuntungan dengan dekatnya mereka ke suplai mereka selama


pertempuran. Lagipula, Rommel hanya mendapat sedikit atau bahkan tak ada pertolongan
kali ini dari Luftwaffe, yang sekarang lebih ditugaskan dengan membela angkasa udara
Eropa Barat dan melawan Uni Soviet daripada menyediakan bantuan di Afrika Utara
untuk Rommel. Setelah kekalahan Jerman di El Alamein, Rommel membuat penarikan
strategis yang cemerlang ke Tunisia. Banyak sejarawan berpendapat bahwa berhasilnya
Rommel pada penarikan strategis Korps Afrika dari Mesir lebih mengesankan daripada
kemenangannya yang lebih awal, termasuk Tobruk, karena dia berhasil membuat seluruh
pasukannya kembali utuh, melawan keunggulan udara Sekutu dan pasukan
Persemakmuran yang sekarang diperkuat oleh pasukan AS.

2.4 1942: Operasi Obor (Operation Torch), Afrika Utara Perancis

Pasukan Sekutu mendarat, dalam serangan bernama


sandi Operasi Obor.

Untuk melengkapi kemenangan ini, pada 8 November 1942 dilancarkanlah Operasi Obor
(Operation Torch) dibawah pimpinan Jendral Dwight Eisenhower. Tujuan utama operasi
ini adalah merebut kontrol terhadap Maroko dan Aljazair melalui pendaratan simultan di
Casablanca, Oran, dan Aljazair, yang dilanjutkan beberapa hari kemudian dengan
pendaratan di Bône, gerbang menuju Tunisia.

Pasukan lokal di bawah Perancis Vichy sempat melakukan perlawanan terbatas, sebelum
akhirnya bersedia bernegosiasi dan mengakhiri perlawanan mereka.

2.5 1943: Kalahnya Korps Afrika


Korps Afrika tidak mendapat suplai secara memadai akibat dari hilangnya pengapalan
suplai oleh Angkatan Laut dan Angkatan Udara Sekutu, terutama Inggris, di Laut
Tengah. Kekurangan persediaan ini dan tak adanya dukungan udara, memusnahkan
kesempatan untuk melancarkan serangan besar bagi Jerman di Afrika. Pasukan Jerman
dan Italia terjepit diantara pergerakan maju pasukan Sekutu di Aljazair dan Libia.
Pasukan Jerman yang sedang mundur terus melakukan perlawanan sengit, dan Rommel
mengalahkan pasukan AS pada Pertempuran Kasserine Pass sebelum menyelesaikan
pergerakan mundur strategisnya menuju garis suplai Jerman. Dengan pasti, bergerak
maju baik dari arah timur dan barat, pasukan Sekutu akhirnya mengalahkan Korps Afrika
Jerman pada 13 Mei 1943 dan menawan 250.000 tentara Axis.
Setelah jatuh ke tangan Sekutu, Afrika Utara dijadikan batu loncatan untuk menyerang
Sisilia pada 10 Juli 1943. Setelah merebut Sisilia, pasukan Sekutu melancarkan serangan
ke Italia pada 3 September 1943. Italia menyerah pada 8 September 1943, tetapi pasukan
Jerman terus bertahan melakukan perlawanan. Roma akhirnya dapat direbut pada 5 Juni
1944.

3 Eropa dan Rusia (Uni Soviet)


3.1 1939: Invasi Polandia, Invasi Finlandia

Salah satu foto bewarna Perang Dunia II


yang selamat dari 40 juta foto hitam putih lainnya. Tampak di tengah-tengah Adolf
Hitler.

Perang Dunia II mulai berkecamuk di Eropa dengan dimulainya serangan ke Polandia


pada 1 September 1939 yang dilakukan oleh Hitler dengan gerak cepat yang dikenal
dengan taktik Blitzkrieg, dengan memanfaatkan musim panas yang menyebabkan
perbatasan sungai dan rawa-rawa di wilayah Polandia kering yang memudahkan gerak
laju pasukan lapis baja Jerman serta mengerahkan ratusan pembom tukik yang terkenal
Ju-87 Stuka. Polandia yang sebelumnya pernah menahan Uni Soviet di tahun 1920-an
saat itu tidak memiliki kekuatan militer yang berarti. Kekurangan pasukan lapis baja,
kekurang siapan pasukan garis belakang dan koordinasinya dan lemahnya Angkatan
Udara Polandia menyebabkan Polandia sukar memberi perlawanan meskipun masih
memiliki 100 pesawat tempur namun jumlah itu tidak berarti melawan Angkatan Udara
Jerman "Luftwaffe". Perancis dan kerajaan Inggris menyatakan perang terhadap Jerman
pada 3 September sebagai komitment mereka terhadap Polandia pada pakta pertahanan
Maret 1939.

Setelah mengalami kehancuran disana sini oleh pasukan Nazi, tiba tiba Polandia
dikejutkan oleh serangan Uni Soviet pada 17 September dari timur yang akhirnya
bertemu dengan Pasukan Jerman dan mengadakan garis demarkasi sesuai persetujuan
antara Menteri Luar Negeri keduanya, Ribentrop-Molotov. Akhirnya Polandia menyerah
kepada Nazi Jerman setelah kota Warsawa dihancurkan, sementara sisa sisa pemimpin
Polandia melarikan diri diantaranya ke Rumania. Sementara yang lain ditahan baik oleh
Uni Soviet maupun Nazi. Tentara Polandia terakhir dikalahkan pada 6 Oktober.

Jatuhnya Polandia dan terlambatnya pasukan sekutu yang saat itu dimotori oleh Inggris
dan Perancis yang saat itu dibawah komando Jenderal Gamelin dari Perancis membuat
Sekutu akhirnya menyatakan perang terhadap Jerman. Namun juga menyebabkan
jatuhnya kabinet Neville Chamberlain di Inggris yang digantikan oleh Winston Churchill.
Ketika Hitler menyatakan perang terhadap Uni Soviet, Uni Soviet akhirnya
membebaskan tawanan perang Polandia dan mempersenjatainya untuk melawan Jerman.
Invasi ke Polandia ini juga mengawali praktek-praktek kejam Pasukan SS dibawah
Heinrich Himmler terhadap orang orang Yahudi.

Perang Musim Dingin dimulai dengan invasi Finlandia oleh Uni Soviet, 30 November
1939. Pada awalnya Finlandia mampu menahan pasukan Uni Soviet meskipun pasukan
Soviet memiliki jumlah besar serta dukungan dari armada udara dan lapis baja, karena
Soviet banyak kehilangan jendral-jendral yang cakap akibat pembersihan yang dilakukan
oleh Stalin pada saat memegang tampuk kekuasaan menggantikan Lenin. Finlandia
memberikan perlawanan yang gigih yang dipimpin oleh Baron Carl Gustav von
Mannerheim serta rakyat Finlandia yang tidak ingin dijajah. Bantuan senjata mengalir
dari negara Barat terutama dari tetangganya Swedia yang memilih netral dalam
peperangan itu. Pasukan Finlandia memanfaatkan musim dingin yang beku namun dapat
bergerak lincah meskipun kekuatannya sedikit (kurang lebih 300.000 pasukan). Akhirnya
Soviet mengerahkan serangan besar besaran dengan 3.000.000 tentara menyerbu
Finlandia dan berhasil merebut kota-kota dan beberapa wilayah Finlandia. Sehingga
memaksa Carl Gustav untuk mengadakan perjanjian perdamaian.

Ketika Hitler menyerang Rusia (Uni Soviet), Hitler juga memanfaatkan pejuang-pejuang
Finlandia untuk melakukan serangan ke kota St. Petersburg.
3.2 1940: Invasi Eropa Barat, Republik-republik Baltik, Yunani, Balkan

Perang Dunia II di Eropa. Merah adalah Sekutu


atau penguasaannya, Biru adalah Axis atau penguasaannya, dan Hijau adalah Uni Soviet
sebelum bergabung dengan Sekutu tahun 1941.

Dengan tiba-tiba Jerman menyerang Denmark dan Norwegia pada 9 April 1940 melalui
Operasi Weserübung, yang terlihat untuk mencegah serangan Sekutu melalui wilayah
tersebut. Pasukan Inggris, Perancis, dan Polandia mendarat di Namsos, Andalsnes, dan
Narvik untuk membantu Norwegia. Pada awal Juni, semua tentara Sekutu dievakuasi dan
Norwegia-pun menyerah.

Operasi Fall Gelb, invasi Benelux dan Perancis, dilakukan oleh Jerman pada 10 Mei
1940, mengakhiri apa yang disebut dengan "Perang Pura-Pura" (Phony War) dan
memulai Pertempuran Perancis. Pada tahap awal invasi, tentara Jerman menyerang
Belgia, Belanda, dan Luxemburg untuk menghindari Garis Maginot dan berhasil
memecah pasukan Sekutu dengan melaju sampai ke Selat Inggris. Negara-negara
Benelux dengan cepat jatuh ke tangan Jerman, yang kemudian melanjutkan tahap
berikutnya dengan menyerang Perancis. Pasukan Ekspedisi Inggris (British
Expeditionary Force) yang terperangkap di utara kemudian dievakuasi melalui Dunkirk
dengan Operasi Dinamo. Tentara Jerman tidak terbendung, melaju melewati Garis
Maginot sampai ke arah pantai Atlantik, menyebabkan Perancis mendeklarasikan
gencatan senjata pada 22 Juni dan terbentuklah pemerintahan boneka Vichy.

Pada Juni 1940, Uni Soviet memasuki Latvia, Lituania, dan Estonia serta menganeksasi
Bessarabia dan Bukovina Utara dari Rumania.

Jerman bersiap untuk melancarkan serangan ke Inggris dan dimulailah apa yang disebut
dengan Pertempuran Inggris atau Battle of Britain, perang udara antara AU Jerman
Luftwaffe melawan AU Inggris Royal Air Force pada tahun 1940 memperebutkan
kontrol atas angkasa Inggris. Jerman berhasil dikalahkan dan membatalkan Operasi Singa
Laut atau Seelowe untuk menginvasi daratan Inggris. Hal itu dikarenakan perubahan
strategi Luftwaffe dari menyerang landasan udara dan industri perang berubah menjadi
serangan besar-besaran pesawat pembom ke London. Sebelumnya terjadi pemboman kota
Berlin yang ddasarkan pembalasan atas ketidaksengajaan pesawat pembom Jerman yang
menyerang London. Alhasil pilot peswat tempur Spitfire dan Huricane dapt berisirahat.
Perang juga berkecamuk di laut, pada Pertempuran Atlantik kapal-kapal selam Jerman
(U-Boat) berusaha untuk menenggelamkan kapal dagang yang membawa suplai
kebutuhan ke Inggris dari Amerika Serikat.

Pada 27 September 1940, ditanda tanganilah pakta tripartit oleh Jerman, Italia, dan
Jepang yang secara formal membentuk persekutuan dengan nama (Kekuatan Poros).

Italia menyerbu Yunani pada 28 Oktober 1940 melalui Albania, tetapi dapat ditahan oleh
pasukan Yunani yang bahkan menyerang balik ke Albania. Hitler kemudian mengirim
tentara untuk membantu Mussolini berperang melawan Yunani. Pertempuran juga meluas
hingga wilayah yang dikenal sebagai wilayah bekas Yugoslavia. Pasukan NAZI
mendapat dukungan dari sebagian Kroasia dan Bosnia, yang merupakan konflik laten di
daerah itu sepeninggal Kerajaan Ottoman. Namun Pasukan Nazi mendapat perlawanan
hebat dari kaum Nasionalis yang didominasi oleh Serbia dan beberapa etnis lainnya yang
dipimpin oleh Josip Broz Tito. Pertempuran dengan kaum Nazi merupakan salah satu
bibit pertempuran antar etnis di wilayah bekas Yugoslavia pada dekade 1990-an.

3.3 1941: Invasi Uni Soviet


-Operasi Barbarossa, invasi Uni Soviet dilakukan oleh Jerman
-Pertempuran Stalingrad

3.4 1944: Serangan Balik


-Invasi Normandia (D-Day), invasi di Perancis oleh pasukan Amerika Serikat dan
Inggris, 1944

3.5 1945: Runtuhnya Kerajaan Nazi Jerman


Pada akhir bulan april 1945, ibukota Jerman yaitu Berlin sudah dikepung oleh Uni Soviet
dan pada tanggal 1 Mei 1945, Adolf Hitler bunuh diri bersama dengan istrinya Eva Braun
didalam bunkernya, sehari sebelumnya Adolf Hitler menikahi Eva Braun, dan setelah
mati memerintah pengawalnya untuk membakar mayatnya. Setelah menyalami setiap
anggotanya yang masih setia. Pada tanggal 2 Mei, Karl Dönitz diangkat menjadi
pemimpin menggantikan Adolf Hitler dan menyatakan Berlin menyerah pada tanggal itu
juga. Disusul Pasukan Jerman di Italia yang menyerah pada tanggal 2 juga. Pasukan
Jerman di wilayah Jerman Utara, Denmark dan Belanda menyerah tanggal 4. Sisa
pasukan Jerman dibawah pimpinan Alfred Jodl menyerah tanggal 7 mei di Rheims,
Perancis. Tanggal 8 Mei, penduduk di negara-negara sekutu merayakan hari
kemenangan, tetapi Uni Soviet merayakan hari kemenangan pada tanggal 9 Mei dengan
tujuan politik.

BAB II
PERANG DUNIA KEDUA DAN PENDUDUKAN JEPANG
Latar Belakang dan Awal Perang di Eropa

Perang Dunia ke-2 (1 September 1939 – 2 September 1945) secara sederhana adalah
perang terbesar yang pernah dicipta manusia sebagai hasil dari puncak perselisihan yang
tak terjembatani antara beberapa negara besar. Perselisihan itu sendiri disebabkan oleh
berbagai ketidakpuasan terhadap tatanan yang tersusun pasca Perang Dunia ke-1 (1914-
1918) ditambah berbagai konflik lama pra perang besar tersebut. Dengan demikian
keadaan kolong langit yang sedemikian “panas” tersebut akan “meledak” jika “disulut”
sedikit saja. Ternyata Jerman yang agaknya “mendapat kehormatan” menyulut panas
dunia menjadi perang dunia, mengingat di antara yang tidak puas Jermanlah yang paling
tidak puas.

Perjanjian Versailles 1919 yang mengakhiri Perang Dunia ke-1 (1914-1918),


menempatkan Jerman sebagai biangnya. Negara tersebut dibebani hukuman yang sangat
memukul martabat, Jerman harus membayar pampasan perang yang besar padahal negara
tersebut menjadi miskin akibat perang. Hukuman lain adalah pembatasan kekuatan
militer dan kehilangan sebagian wilayah.

Di antara warga Jerman yang tidak puas terdapat seseorang yang paling tidak puas pula
yaitu Adolf Hitler. Dia telah mengabdi untuk Jerman dalam perang dan sangat terpukul
dengan kekalahan tersebut, dia merasa perjuangannya sia-sia walaupun dia mendapat
penghargaan langka dari panglimanya. Dia bertekad akan balas dendam: memulihkan
martabat bangsa Jerman dengan menguasai dunia. Hasratnya tertuang dalam karya
tulisnya Mein Kampf yang kelak menjadi “kitab suci” partainya, Nasional Sozialismus
Arbeiter Partei atau lebih dikenal dengan singkatan Nazi.

Dengan bakat kepemimpinannya terutama bakat retorikanya yang mampu mengobarkan


semangat, setapak demi setapak Hitler maju menuju puncak. Tahun 1933 dia menjadi
kanselir, bagi orang yang mengenal dia artinya jelas: menjadi diktator.

Tanpa buang waktu dia memantapkan kekuasaannya, lawan politik di dalam negeri
segera dieliminasi dan pencaplokan wilayah luar negeri antara 1933-1939 dilaksanakan
praktis tanpa tembakan. Pada periode tersebut Hitler sukses mencaplok Austria,
Cekoslovakia dan sedikit Lithuania.

Inggris dan Perancis bertekad membela Polandia, sasaran berikutnya.Untuk


mengamankan proyek penaklukannya, Hitler mengikat diri dengan pakta non agresi
dengan Uni Soviet, negara besar jelmaan Kekaisaran Rusia yang runtuh akibat revolusi
yang menampilkan komunis ke puncak. Pakta tersebut dikenal juga dengan Pakta
Molotov-Ribbentrop (23 Agustus 1939). Pada hakikatnya pakta tersebut bermaksud
membagi Eropa menjadi dua, bagian barat untuk Jerman dan bagian timur untuk Uni
Soviet.

Rasa tidak puas tidak hanya menjangkiti yang kalah. Perancis merasa kehilangan hak
menikmati kemenangan secara penuh setelah beberapa usulannya ditolak oleh rekan-
rekan dalam Sekutu. Italia dilanda kerusuhan oleh para veteran yang menganggur.
Mereka merasa pemerintah tidak tahu terima kasih. Kegagalan mendapat sebagian
wilayah bekas Austria-Hungaria menyakiti hati bangsa.

Di antara warga Italia yang paling tidak puas adalah Benito Juarez Mussolini.
Sebagaimana Hitler, dia mengabdi pada negaranya dalam Perang Dunia ke-1. Untuk
menuju puncak dia pun membentuk partai yaitu Fasis. Dia menjadi perdana menteri pada
Oktober 1922.

Mungkin sudah menjadi standar bagi setiap diktator, lawan dalam negeri harus dilibas.
Beberapa dibunuh, yang lain dijebloskan ke penjara.

Mussolini berhasrat membangkitkan kejayaan Kekaisaran Romawi, fokusnya terarah


pada Laut tengah. Kawasan tersebut selama ratusan tahun pernah menjadi “danau”
Romawi. Revolusi pribumi di Libya ditumpas tahun 1931 dan Albania dicaplok tahun
1939. Setelah berperang kurang dari setahun Ethiopia ditaklukan tahun 1936.

Pada 1 September 1939 pasukan Jerman melintasi Polandia, tanggal tersebut dikenang
sebagai awal Perang Dunia ke-2 yang kelak menewaskan sekitar 50.000.000 orang.

Pada 3 September 1939, Perancis dan Persemakmuran Inggris menyatakan perang


dengan Jerman. Sesuai kesepakatan rahasia dengan Hitler, Josef Stalin menyerbu sisi
timur Polandia pada 17 September. Bulan November 1939 hingga Maret 1940, Uni
Soviet mencaplok Lithuania, Latvia dan Estonia serta sebagian Finlandia.

Antara April-Juni 1940 pasukan Jerman menyerbu Denmark, Norwegia, Belanda, Belgia,
Luxemburg dan Perancis. Pasukan Sekutu segera ditarik dari Eropa daratan dan bertahan
di Inggris. Di Perancis dibentuk pemerintahan pro Jerman yang dikenal dengan Vichy
dengan Presiden Henri Petain, kelompok yang kontra –lazim disebut Perancis Bebas–
menyusun kekuatan untuk menyerang balik dipimpin Charles de Gaulle.

Adapun Belanda, setelah bertempur 5 hari terpaksa menyerah. Namun sebagian besar
anggota kabinet dan istana sempat lari ke Inggris dan membentuk pemerintahan dalam
pengasingan.

Italia bergabung dengan Jerman pada Juni 1940. Dari pangkalan di Libya, pasukan Italia
mencoba merebut Mesir dari Sekutu namun gagal.

Bulan Agustus 1940 Hitler mengirim sejumlah besar armada udaranya sebagai persiapan
menaklukan Inggris dan berkobarlah apa yang disebut Battle Of Britain. Walaupun
Jumlahnya lebih kecil, Sekutu mampu membendung angkatan udara Jerman (Luftwaffe)
yang berarti membendung ambisi Hitler menaklukan Inggris. Sejak itu hingga menjelang
usai perang, Jerman hanya rutin mampu membom negara pulau tersebut.

Bulan April 1941, Hitler bergerak lagi bersama Italia, Bulgaria, Rumania dan Hungaria
dia menyerbu Yugoslavia dan Yunani. Tetapi mungkin proyek penaklukannya yang
terbesar adalah menyerbu Uni Soviet pada 22 Juni 1941. Stalin –walaupun sudah
menduga hal tersebut– sempat dipaksa melepas wilayah luas negerinya dan bertahan pada
garis yang membentang dari Leningrad di utara hingga Stalingrad di selatan.

Demikianlah, pada pertengahan 1942 Jerman beserta rekan-rekannya –lazim disebut


Poros– menguasai hampir seluruh Eropa ditambah sebagian Afrika Utara.

Walaupun niat Hitler menguasai dunia telah mendapat beberapa teman di Eropa, dia
agaknya merasa belum cukup. Praktis mereka hanya pengekor atau penggembira. Perlu
rekan selevel untuk mewujudkan niatnya. Dia mendapatkannya dari belahan dunia lain
yaitu Timur. Di bagian itu ada negara yang sejak 1941 dipimpin oleh seorang perdana
menteri berpangkat jenderal, mewarisi ambisi menguasai dunia Timur untuk mewujudkan
apa yang dikenal dengan Kawasan Sekemakmuran Asia Timur Raya. Negara yang
dimaksud adalah Jepang. Pada 27 September 1940 Jerman, Italia dan Jepang mengikat
diri dengan Pakta Tiga Negara. Adapun perdana menteri dimaksud yang melibatkan
Jepang pada Perang Dunia ke-2 adalah Jenderal Hideki Tojo.

Latar Belakang dan Awal Perang Pasifik


Sebagaimana halnya Indonesia, bangsa Jepang mengenal imperialisme Barat sejak abad
ke-16. Ketika itu Jepang dikuasai oleh pemerintahan militer yang dikenal dengan nama
Shogun. Mirip dengan pemerintahan sebelumnya, rezim yang berkuasa pada perioda
1192-1868 menempatkan kaisar hanya sekadar lambang. Sadar akan bahaya imperialisme
Barat, pemerintah melaksanakan politik pengucilan diri yang bertahan hingga sekitar 250
tahun. Politik tersebut berakibat baik sekaligus buruk, baik karena sanggup melindungi
Jepang begitu lama tetapi buruk karena menyebabkan Jepang tertinggal sekitar 300 tahun
dibanding Barat.

Usaha membuka pengucilan Jepang dilaksanakan oleh sekelompok armada Amerika


Serikat pimpinan Matthew Calbraith pada 1854, dikenal dengan Perjanjian Shimoda.
Kehadiran armada tersebut diikuti oleh kekuatan Barat lain semisal Inggris dan Rusia
untuk memaksa Jepang makin membuka diri.

Kegagalan rezim Sogun melindungi Jepang mengobarkan revolusi yang mengakhiri


rezim tersebut. Kaum revolusioner berusaha meredam hasrat Barat untuk menjajah
Jepang dengan modernisasi. Dengan cerdik Barat dirangkul untuk membangun Jepang
dan terhindarlah Jepang dinjak oleh kaki Barat hingga 1945, setelah Jepang kalah dalam
Perang Dunia ke-2.

Untuk memastikan bahwa imperialis Barat makin jauh dari wilayah Jepang, Jepang
dituntut untuk meniru Barat yaitu penaklukan luar negeri semisal Kepulauan Kuril
(1875), Kepulauan Ryukyu (1879), Formosa (1895), Manchuria Selatan (1905), Korea
(1910). Kepulauan Mariana, Kepulauan Karolina, Kepulauan Palau dan Provinsi
Shantung didapat berdasar Perjanjian Versailles. Jepang mendapat wilayah-wilayah
tersebut di atas nyaris tanpa protes internasional.
Protes keras internasional terhadap Jepang terjadi ketika Manchuria selebihnya dicaplok
dari Cina pada 1931. Jepang menjawab protes tersebut dengan keluar dari Liga Bangsa
Bangsa dan terus merambah Cina.

Pada 7 Juli 1937 berkobar Perang Cina-Jepang II, antara 1937-1940 pasukan Jepang telah
merebut sekitar 30% wilyah Cina sekaligus mengunci pesisirnya. Walaupun Cina
menderita akibat perang saudara, tetap sanggup menjawab dengan perang yang lama dan
kejam terutama dengan bantuan Sekutu ketika Jepang masuk Perang Dunia ke-2.

Jepang sadar bahwa Cina tak dapat ditaklukan 100%, wilayah luas sekaligus penduduk
padat dan ulet menghambat niat tersebut. Ada wilayah lain yang tak kalah memikat yaitu
Asia Tenggara. Pilihan pertama adalah Indocina Perancis, pasukan Jepang masuk wilayah
tersebut tanpa perlawanan karena pemerintah Perancis saat itu adalah pro Jerman,
sedangkan Jerman adalah rekan Jepang.

AS yang sadar dengan bahaya Jepang, dengan segera melaksanakan embargo dan
menghimbau Inggris dan Belanda berbuat sama. Pada Juli 1941 embargo terhadap tiga
negara tersebut berlaku penuh. Ini merupakan pukulan berat bagi Jepang: wilayah sempit,
miskin sumber alam dan terletak di jalur gempa. Tetapi Jepang makin bertekad untuk
merebut Asia Tenggara, terutama Indonesia.

Untuk menutupi niatnya, Jepang berunding dengan AS. AS menyambutnya walaupun


sudah tahu bahwa perundingan tersebut bakal gagal mengingat Jepang lebih siap perang
dari pada siap damai. Jepang mustahil memenuhi tuntutan AS untuk menghapus negara
boneka Manchukuo dan menarik tentara dan polisi dari Cina serta Indocina.

Perundingan masih berlangsung ketika tiba gelombang besar pesawat Jepang menyerang
pangkalan AS di Pearl Harbour pada 7 Desember 1941, yang mengawali Perang Pasifik
atau Perang Asia Timur Raya. Menyerang mendadak adalah cara yang pernah
dilaksanakan Jepang terhadap Cina (1894) dan Rusia (1904). Pada saat yang nyaris
bersamaan pasukan Jepang juga bergerak ke wilayah yang didambakan seluas mungkin,
supaya imperialis Barat, terutama AS, akan berfikir panjang sebelum melaksanakan
serangan balas. Jepang berharap AS akan menawarkan perdamaian dan wilayah
taklukannya menjadi Kawasan Persemakmuran Asia Timur Raya.

Akan tetapi AS bukanlah Kekaisaran Rusia 1904-1905 atau Kekaisaran Cina 1894-1895,
hanya sedikit orang Jepang yang faham tentang kemampuan produksi industri AS.
Dengan mudah pendapat mereka tenggelam dalam arus mayoritas yang demam perang.
Di antara yang realistis adalah Laksamana Isoroku Yamamoto, perencana serangan
spektakuler tersebut.

Menilai AS tidak mampu membalas adalah suatu kekeliruan besar Jepang saat itu.

Secara menyeluruh gerak maju pasukan Jepang sangat mengagumkan dalam arti cepat
dan berdampak mengejutkan dan menghancurkan. Ini tak terlepas dari dinas intelijen
mereka yang telah menyebar para spion di seantero Asia-Pasifik sejak 1930-an. Mereka
datang dengan berbagai selubung profesi: dari konsul jenderal hingga tukang pijat.

Serangan udara ke Pearl Harbour segera diikuti dengan gerak maju angkatan darat dan
lautnya. Di Birma, pasukan Jepang menerobos dari Muangthai dan menjangkau ibu kota
Rangoon (kini Yangon) pada 23 Desember 1941. Pertempuran Rangoon berkobar hingga
7 Maret 1942 sukses menghalau pasukan Sekutu ke utara terus ke Cina dan India. Untuk
menyiapkan serbuan balas, Sekutu membentuk organisasi South East Asia Command
yang dipimpin oleh Laksamana Lord Louis Mountbatten pada 1943. Kelak wilayah yang
dikenal dengan “Arena Cina-Birma-India” menyajikan kerja sama anggota Sekutu yang
mungkin paling rumit, dalam arti tidak sehat, dalam Perang Dunia ke-2.

Di jazirah Malaya (kini mencakup Malaysia dan Singapura) pasukan Jepang mendarat di
utara jazirah dan bergerak ke selatan. Wilayah tersebut di pertahankan oleh pasukan
Persemakmuran Inggris yang terdiri dari prajurit Inggris, Australia, Selandia Baru, India
dan Gurkha. Penaklukan wilayah tersebut resmi rampung ketika Letnan Jenderal Arthur
Percival dipaksa menyerah oleh Letnan Jenderal Tomoyuki Yamashita pada 15 Februari
1942.

Kekalahan Inggris di Singapura dinilai oleh Perdana Menteri Winston Churchill sebagai
kekalahan Inggris –bahkan Barat– yang terburuk. Dongeng keunggulan bangsa Barat
seakan lenyap.

Ketika perang dimulai, Filipina adalah negara setengah merdeka di bawah AS dengan
nama Persemakmuran Filipina, yang dibentuk tahun 1935. Manuel Luis Quezon terpilih
sebagai presiden dan penasihat militernya adalah Mayor Jenderal (Purn.) Douglas
MacArthur. Pada bulan Juli 1941 Presiden Roosevelt mengaktifkan kembali MacArthur
dengan pangkat Jenderal sebagai panglima pasukan gabungan AS-Filipina, ketika jelas
bahwa hubungan AS-Jepang memburuk.

Pada 10 Desember 1941 pasukan Jepang masuk Filipina dan merebut ibu kota Manila
pada 2 Januari 1942. MacArthur bersama Quezon lolos ke Australia, kelak Quezon
memimpin pamerintahan dalam pengasingan di AS dan MacArthur menjadi panglima
South West Pacific Area di Australia. Pertahanan terakhir Sekutu di Filipina menyerah
pada 6 Mei 1942.

Nasib Indonesia sudah jelas begitu Singapura jatuh. Untuk mempertahankan negeri
tersebut Sekutu membentuk organisasi American-British-Dutch-Australian Command
dengan markas besar di Bandung. Panglima tingginya adalah Jenderal Sir Archibald
Wavell dari Inggris, panglima daratnya Letnan Jenderal Hein Ter Poorten dari Belanda
dan panglima lautnya Laksamana Thomas C. Hart dari AS. Boleh dibilang bahwa
organisasi tersebut dibentuk terburu-buru dan berakibat kerja sama antar mereka tidak
lancar. Hal tersebut makin diperparah bahwa sebagian besar prajurit Sekutu tersebut
dalah pelarian dari Malaya, Kalimantan Inggris, Singapura dan Filipina. Mereka telah
mengalami pukulan hebat sehingga perlu waktu untuk memulihkan kekuatan. Jauh
berbeda dengan pasukan Jepang yang maju dengan penuh percaya diri karena dasarnya
telah siap dan juga karena banyak kemenangan yang diraih sebelumnya. Namun kelak
Jepang mengalami mabuk kemenangan yang justru akan menuntun kepada kekalahan
berturut-turut.

Pemerintah Hindia Belanda resmi menyerah kepada Letnan Jenderal Hitoshi Imamura
pada 8 Maret 1942.

Gerak maju pasukan Jepang ke utara Pasifik menjangkau Kepulauan Aleut milik AS, ke
tengah menjangkau Kepulauan Gilbert jajahan Inggris dan ke selatan menjangkau
Kepulauan Solomon jajahan Inggris-Australia.

Walaupun perioda 7 Desember 1941 – 7 Agustus 1942 nasib Jepang di atas angin, tetapi
benih kekalahan telah ditabur akibat mabuk kemenangan tersebut di atas. Pertempuran
Laut Karang pada 7-8 Mei 1942 dan Pertempuran Midway pada 4-6 Juni 1942
menghasilkan kekalahan Jepang. Pada 7 Agustus Sekutu menyerang balik, pasukannya
mendarat di Guadalcanal. Tak seorang pun mengira bahwa serbuan ke pulau berhutan
lebat dan berbau busuk di sudut Pasifik tersebut merupakan peristiwa penting: langkah
awal Sekutu menuju Tokyo!

Suasana Pendudukan Jepang


Jepang berusaha keras meraih simpati bangsa-bangsa Timur terutama yang dijajah oleh
Barat, lahan tersebut ada di Asia Tenggara, Asia Selatan dan Pasifik Barat Daya. Jepang
menampilkan citra sebagai pembebas dan saudara tua. Di Indonesia sempat ada
kebebasan mengibarkan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Rakyat memiliki pendapat berbeda dengan kehadiran penakluk baru tersebut. Ada yang
tulus menilai bahwa kedatangan pasukan Jepang memang untuk membebaskan. Di antara
mereka bahkan ada yang direkrut memperlancar gerak maju pasukan Jepang semisal di
Aceh, ada juga yang spontan bangkit melawan kolonial Belanda menjelang kedatangan
pasukan Jepang semisal di Gorontalo. Pada umumnya mereka berlatar belakang golongan
masyarakat yang terpinggirkan atau tertindas dalam tatanan kolonial Barat, tatanan
kolonial hanya sedikit memberi pilihan atau peluang hidup layak kepada mereka.

Kelompok yang cenderung anti Jepang umumnya berlatar belakang pendidikan atau
pengaruh Barat. Walaupun mereka terlibat gerakan anti kolonial Barat tetapi mereka
menilai bahwa watak fasisme dan militerisme Jepang lebih buruk. Sebelum Perang
Pasifik, mereka sempat menyimak info tentang perlakuan Jepang terhadap rakyat di Cina
dan Korea. Di antara mereka terdapat Muhammad Hatta (1902-1980), kelak menjadi
Wakil Presiden Republik Indonesia periode 1945-1956; Sutan Syahrir (kelak Perdana
Menteri Republik Indonesia periode 1945-1947) dan Amir Syarifudin (kelak Perdana
Menteri Republik Indonesia periode 1947-1948).

Dengan pertimbangan bahwa identitasnya sudah dikenal luas, Hatta memilih bekerjasama
dengan Jepang bersama Soekarno. Syahrir dan Syarifudin memilih gerakan bawah tanah
mengingat kurang dikenal, bahkan Syarifudin pernah mendapat bantuan Belanda
membentuk kelompok perlawanan. Jaringannya terbongkar intelijen Jepang dan dia
ditangkap. Jepang mempersiapkan hukuman matinya, namun campur tangan Soekarno-
Hatta mengubah menjadi hukuman seumur hidup.

Kelompok yang relatif netral menilai bahwa bagaimanapun perilaku Jepang, kerja sama
dengan Jepang diperlukan mengingat tidak ada pilihan lain. Belanda telah meninggalkan
Indonesia begitu saja dalam keadaan tak berdaya dan jatuh dalam cengkeraman Jepang.
Kelak sikap penakut menambah kebencian terhadap Belanda setelah rakyat mengalami
penderitaan pendudukan Jepang.

Sekelompok tokoh Indonesia sempat menyusun kabinet Indonesia ketika kolonial


Belanda runtuh, usaha tersebut didorong oleh Abikoesno Tjokrosoejoso, seorang tokoh
Partai Syarikat Islam Indonesia dan masih terhitung keluarga dengan Haji Oemar Said
Tjokroaminoto. Dia menyusun daftar beberapa nama untuk mengisi kabinet, nama
Soekarno diusulkan menjadi menteri propaganda dan Hatta menjadi menteri ekonomi.

Jepang menanggapinya dengan membuat pengumuman pada 20 Maret 1942 bahwa


rakyat dilarang dalam bentuk apapun membicarakan masalah politik, termasuk soal
pemerintahan. Pengumuman tersebut disusun sedemikian rupa sehingga masyarakat
praktis tidak berkutik menjamah bidang itu. Parpol benar-benar dilarang dan ormas
diawasi dengan ketat, Jepang lebih suka membentuk organisasi baru yang mudah diawasi
dan diisi dengan tokoh-tokoh yang sudi bekerja sama daripada bekerja sama dengan
organisasi yang telah ada.

Tersebutlah seorang tokoh yang sekian lama dicap sebagai pengkhianat dan
pemberontak, padahal dia lebih idealis dari pada beberapa tokoh yang diakui sebagai
pahlawan. Orang tersebut adalah Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, pembentuk
gerakan Darul Islam dan pendiri Negara Islam Indonesia. Mengawali karir politiknya di
Jong Java, kemudian Jong Islamieten Bond, PSII dan Majlis Syura Muslim Indunisiyyah
sebelum dia membentuk gerakan sendiri. Dia membentuk lembaga pendidikan Institut
Suffah yang kelak menghasilkan kader-kader DI/NII, lembaga tersebut sempat ditutup
setelah beberapa waktu pendudukan Jepang berjalan namun entah bagaimana dia mampu
mengaktifkan kembali, bahkan kurikulumnya ditambah dengan ilmu militer.
Kemungkinan besar ketika itu Jepang makin terdesak oleh Sekutu.

Pendudukan Jepang banyak mengubah tatanan yang ada sejak periode kolonial Barat.
Berdasar hukum kewarganegaraan Hindia Belanda tahun 1910, masyarakat dibagi dalam
empat kasta yaitu warga Barat asli kelas satu, warga Indo kelas dua, warga Timur Asing
(semisal Cina, Arab dan Keling) kelas tiga dan warga Indonesia asli –lazim disebut
inlander (pribumi)– kelas 4. Perbedaan tersebut mencakup banyak segi kehidupan.
Pribumi dilarang masuk ke tempat-tempat yang diperuntukan bagi warga Barat dan Indo.

Pemerintah Jepang mengubah kasta tersebut menjadi kelas satu untuk warga Jepang,
kelas dua untuk warga Timur non Jepang (semisal Indonesia, Cina, Arab dan Keling),
kelas tiga untuk warga Barat asli dan Indo. Namun dalam prakteknya, perlakuan terhadap
warga non Jepang nyaris tak berbeda.

Semangat anti Barat yang dipompa Jepang mencakup penggantian –tegasnya pelarangan–
penggunaan nama dan istilah Barat (kecuali bahasa Jerman dan Italia), antara lain kota
Batavia berubah nama menjadi Jakarta, kota Buitenzorg diubah nama menjadi Bogor,
istilah politik diganti siasat dan istilah ekonomi diganti iktisad.

Larangan menggunakan istilah Barat memacu bangsa Indonesia untuk memperkaya


bahasa dengan mencipta istilah-istilah baru. Sesungguhnya hal itu bukan maksud Jepang.
Jepang berniat untuk men-Jepang-kan Indonesia antara lain di bidang bahasa, tegasnya
(suatu saat harus) pakai bahasa Jepang, tetapi niat tersebut terhalang oleh fakta bahwa
belajar bahasa Jepang tidak sebentar. Maka untuk sementara bahasa setempat yang
dipakai, pokoknya tidak pakai bahasa Inggris dan Belanda. Niat tersebut gagal karena
perang usai dengan kekalahan Jepang.

Warga Barat yang masih tercecer di Indonesia berangsur-angsur masuk kamp tawanan
yang lazim disebut kamp internir. Awalnya adalah personil militer yang tertangkap atau
menyerah ketika pertempuran, namun warga sipil kemudian menyusul.

Keadaan dalam kamp luar biasa buruk, ribuan tawanan tewas dan sakit karena kekejaman
dan kelalaian. Ada yang dipakai kerja paksa melaksanakan berbagai proyek semisal jalur
rel dan gardu pertahanan.

Sebelum perang, Jepang sudah tahu bahwa di Indonesia terjadi pertentangan antara
kelompok Islami dengan jahili mengenai arah masa depan Indonesia. Pada awalnya
Jepang merangkul kelompok Islami karena dinilai lebih anti imperialis Barat. Dengan
mendekati ulama, pemerintah memobilisasi kaum Muslim dalam perang total melawan
Barat. Untuk mengimbangi kelompok jahili yang mendominasi tentara ciptaan Jepang
semisal Peta dan Gyu Gun, pemerintah mengizinkan kaum Islami membentuk tentara
pula dengan nama Hizbullah (1944).

Usaha merangkul tersebut agaknya dirusak oleh perilaku pendudukan tersebut. Pernah
diberlakukan ketentuan bahwa setiap pagi orang harus menunduk ke arah matahari terbit
atau menghadap Tokyo, tempat Tenno Heika bertahta. Peraturan tersebut sangat
melecehkan prinsip monoteis dalam Islam. Kewajiban kerja bakti banyak mengorbankan
waktu shalat, begitu pula puasa dinilai menurunkan gairah kerja. Kekurangan bahan
sandang berakibat mengurus jenazah tidak sempurna karena bukan dibungkus kain kafan
tetapi karung goni.

Perlawanan terhadap keadaan tersebut berakibat Jepang diam-diam membatalkan


sejumlah peraturan yang melecehkan agama. Pemerintah diam-diam mengakui bahwa
tanpa dukungan kaum Muslim, Perang Asia Timur Raya tidak akan sukses. Pernah
diusulkan bahwa kepada ulama untuk berfatwa bahwa Perang Asia Timur Raya adalah
perang sabil, yang ditolak dengan pendapat bahwa perang tersebut adalah kafir lawan
kafir. Usaha pemerintah untuk menghapus pelajaran bahasa Arab di sekolah agama dapat
digagalkan tetapi dengan syarat bahasa Jepang juga masuk kurikulum.

Ada terselubung maksud Jepang dalam rangka memperlemah hasrat kemerdekaan dengan
semacam adu domba antara kedua kelompok tersebut di atas. Untuk kelompok Islami
dibentuk organisasi Masyumi dan untuk kelompok jahili dibentuk Putera (Pusat Tenaga
Rakyat) tahun 1943, namun agaknya niat tersebut diketahui oleh para tokoh
kemerdekaan. Karena maksud Jepang diketahui, Putera berganti nama menjadi Jawa
Hokokai Chuo Honbu. Para tokoh Indonesia diserap supaya dapat diawasi lebih ampuh.

Masyumi dibentuk pada 11 November 2004 sebagai pengganti Majlis al-Islam al-A’la
Indunisiyyah yang dibentuk ketika zaman Belanda.

Bentuk lain dari usaha meredam hasrat merdeka adalah mencoba semaksimal mungkin
untuk mengerahkan dan mengarahkan rakyat Indonesia hanya untuk Perang Asia Timur
Raya. Tetapi para tokoh kemerdekaan menetralkannya dengan cara menyusupkan
propaganda anti Jepang dalam propaganda anti Barat. Propaganda anti Jepang sukses
karena perilaku kejam Jepang sendiri.

Menjelang perang usai, pemerintah menambah daftar kejengkelan kelompok Islami


dengan lebih memberi peluang kepada kelompok jahili walaupun kelompok Islami
mendapat pengamanan. Ini memiliki akibat yang masih ada hingga kini. Kelompok jahili
lebih disiapkan memegang kendali masa depan.

Belum setahun pendudukan berlangsung, kekecewaan yang meningkat menjadi


kebencian muncul akibat hidup kekurangan dan ketakutan sebagai hasil dari
pemerintahan yang represif. Yang mungkin paling kecewa adalah Aceh. Menjelang
pasukan Jepang masuk terjadi pemberontakan terhadap kolonial Belanda, dan rakyat
berharap Jepang melaksanakan perubahan yang lebih aspiratif. Harapan tersebut pupus:
Aceh diperlakukan sama buruk dengan daerah lain.

Di Aceh tercatat perlawanan terhadap pendudukan Jepang di Cot Plieng (1942) dan
Meureudu (1944).

Di Kalimantan Barat, usaha berontak yang hingga melibatkan anggota kerajaan dapat
digagalkan karena lekas diketahui intelijen. Pemerintah melaksanakan pembersihan –
yang dalam prakteknya adalah pembantaian besar-besaran– hingga jatuh korban sekitar
20.000 orang, banyak korban mencakup kaum intelek.

Di Jawa Barat, berkobar perlawanan di Indramayu dan Singaparna. Seorang ulama


kharismatis bernama Zainal Mushthafa bersama para santri dan warga lokal berontak dan
sempat jatuh korban dari fihak Jepang. Dia bersama beberapa orang pengikutnya
ditangkap, dibawa ke Jakarta dan dihukum mati.

Di Jawa Timur, dikenal sebutan Pemberontakan Peta Blitar pada 14 Februari 1945
dipimpin Shudanco Supriyadi. Agaknya peristiwa ini lebih menggemparkan karena
pelakunya justru prajurit binaan Jepang. Beberapa pelaku divonis mati dan penjara,
adapun Supriyadi hilang.

Di Irian Barat, walaupun banyak jatuh korban dari fihak pribumi, agaknya
pemberontakan tersebut mencapai maksud karena gerak maju pasukan Sekutu. Mungkin
sejak tahun 1943 Sekutu memberi bantuan pada pribumi. Ketika Sekutu mengumumkan
bahwa gerakan militer di Irian resmi berakhir pada 20 Agustus 1944, Jepang telah
kehilangan beberapa pangkalannya semisal Hollandia (kini Jayapura), Sansapor, Biak
dan Manokwari.

Sadar bahwa Asia Tenggara –terutama Indonesia– adalah harta paling berharga dibanding
wilayah taklukan lainnya, Jepang berusaha mempertahankan kedudukannya. Berbagai
proyek pertahanan semisal benteng, bandara dan jalur rel dibangun dengan tenaga paksa
yang lazim disebut romusha. Di Indonesia sekitar 270.000 orang direkrut dengan cara
tipu maupun paksa menjadi romusha. Mereka dikaryakan di Indonesia maupun negeri
tetangga, sebagian besar mereka tidak kembali karena tewas, hilang, sakit atau lelah.

Jika romusha adalah suatu bentuk derita bagi lelaki, maka perempuan mendapat derita
pula dengan menjadi perempuan penghibur dengan sebutan juugun ianfu, cara
perekrutannya juga dengan tipu maupun paksa. Mereka juga disebarkan ke seantero
wilayah taklukan lain. Tempat penampungan khusus mereka disebut rumah bambu,
rumah kuning atau rumah panjang. Sekitar 200.000 orang dari berbagai warga pernah
menjadi juugun ianfu. Kasus ini kurang disimak karena para korban dan pelaku
cenderung merahasiakannya hingga tahun 1991, ketika sejumlah (mantan) korban dari
Korea buka suara tentang kasus ini. Usaha tersebut bergulir makin besar walaupun ada
kecenderungan pemerintah Jepang berusaha menutupinya. Hasil penelitian intelek Jepang
sendiri akhirnya menggagalkan usaha tersebut. Pemerintah Jepang akhirnya mengakui
bahwa otoritas Jepang terlibat dalam perekrutan perempuan menjadi juugun ianfu.

Langkah Menuju Merdeka


Dari penyerangan ke Pearl Harbor hingga pendaratan di Guadalcanal, praktis Jepang di
atas angin. Ada kecemasan Sekutu bahwa India, Australia dan Amerika akan jatuh dan
Jepang memang berniat menaklukan wilayah tersebut.

Untuk melangkah ke Australia, gerak maju diarahkan langsung ke benua tersebut dan
juga pangkalan Sekutu di Port Moresby (kini ibu kota Papua Nugini). Usaha tersebut
digagalkan dalam Pertempuran Laut Koral.

Untuk melangkah ke AS, gerak maju diarahkan ke Midway, gugusan pulau yang terletak
hampir di tengah garis San Francisco-Tokyo. Pertempuran Midway menggagalkannya.

Untuk melangkah ke India, gerak maju di arahkan ke Imphal dan Kohima. Kedua kota
perbatasan Birma-India tersebut terdapat garnisun Sekutu. Setelah bertempur antara 8
Maret 1944 hingga 8 Juli, pasukan Jepang dapat dihalau ke Birma dan terus dikejar
hingga perang usai.

Gerak maju menuju benua Amerika tertahan di Kepulauan Aleut, pasukan Sekutu
menyerbu wilayah tersebut pada Mei 1943.

Gerak maju Sekutu yang banyak dihambat banyak pertempuran dahsyat, pelan-pelan
mendesak atau memencilkan pasukan Jepang antara lain mengarah ke Indonesia.
Pemerintah pendudukan merekrut warga dalam wadah organisasi militer semisal Peta,
Gyu Gun dan Heiho. Peta dan Gyu Gun bertugas sebagai garnisun, Heiho adalah orang
Indonesia yang berdinas dalam militer Jepang. Dengan demikian panglima Jepang bebas
mengirim Heiho ke medan perang semisal Birma dan Halmahera. Kelak pribumi yang
dilatih militer tersebut adalah cikal bakal tentara nasional.

Pada bulan Juli 1944 Kabinet Hideki Tojo diganti oleh Kabinet Kuniyaki Koiso, Koiso
mengumumkan janji kemerdekaan kelak kemudian hari pada 7 September 1944 berdasar
ketetapan dewan perang tertinggi bahwa Indonesia mungkin akan menjadi sekutu yang
kuat jika diberi kemerdekaan dalam arti tidak lepas dari ikatan dengan kekaisaran. Sejak
itu berangsur-angsur diberi izin mengibarkan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu
Indonesia Raya.

Jepang tidak sempat lagi memikirkan kemenangan, yang masih dapat dilaksanakan
adalah menyiapkan kemerdekaan Indonesia untuk mencegah imperialisme Barat kembali.

Pemerintah mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan


Indonesia pada 1 Maret 1945. Menjelang perang usai Jepang memberi kepedulian lebih
kepada kelompok jahili dengan cara lebih mempersiapkan untuk memegang kendali masa
depan Indonesia. Hal tersebut menambah jengkel kelompok Islami walaupun tetap
mendapat pengamanan.

Pada sidang-sidang dalam badan tersebut maupun penggantinya –Panitia Persiapan


Kemerdekaan Indonesia– terjadi perdebatan sengit antara kedua kelompok tersebut
mengenai dasar negara Indonesia. Kelompok Islami ingin berlaku syari’at Islam karena
mayoritas rakyat Indonesia adalah Muslim, tetapi kelompok jahili ingin gagasan yang
lebih netral yaitu Pancasila karena masyarakat Indonesia majemuk. Istilah tersebut
diperkenalkan oleh Soekarno dalam pidato 1 Juni 1945.

Pada 22 Juni 1945 dikenal rumusan Pancasila yang lazim disebut Piagam Jakarta yang
merupakan hasil kompromi antara kedua kelompok tersebut. Sila kedua hingga kelima
sama dengan rumusan Pancasila kini, adapun sila pertama adalah ketuhanan dengan
kewajiban melaksanakan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Juga terdapat ayat
dalam rancangan konstitusi –kelak disebut Undang-undang Dasar 1945– berisi
pernyataan: presiden adalah orang Indonesia dan beragama Islam.

Tetapi kelak perdebatan tersebut menjadi sia-sia, pada pengesahan UUD 1945 tanggal 18
Agustus 1945 kedua kalimat yang aspiratif bagi kaum Muslim tersebut dihapus. Sila
pertama diganti dengan ketuhanan yang maha esa dan syarat presiden diganti presiden
adalah orang Indonesia asli.

Penggantian tersebut memiliki kisah misterius hingga kini, konon menjelang sidang PPKI
hari itu Hatta didatangi oleh seorang perwira Jepang. Perwira tersebut menyampaikan
aspirasi dari beberapa tokoh yang mewakili bagian timur Indonesia. Pesan tersebut
seperti ancaman terselubung yaitu jika kedua kalimat tersebut tidak dihilangkan maka
beberapa daerah mayoritas non Muslim di bagian itu akan menolak menjadi bagian dari
Republik Indonesia. Hatta mungkin berfikir bahwa dari pada daerah mereka kelak
menjadi bagian dari imperialis Barat lebih baik memenuhi keinginan tersebut. Dia
kemudian membujuk kelompok Islami untuk itu, dengan rasa berat mereka kemudian
bersedia. Dalam waktu 24 jam berubahlah Indonesia yang Islami menjadi Indonesia yang
jahili. Perubahan tersebut kelak berakibat mahal, dalam riwayat Indonesia merdeka
terjadi beberapa peristiwa yang merugikan kaum Muslim semisal Revolusi Darul Islam
(1949-1965), Tanjung Priok (1984), Lampung (1989) dan status daerah operasi militer di
Aceh bernama Operasi Jaring Merah (1989-1998). Peristiwa tersebut hakikatnya adalah
upaya pemerintah mengabaikan aspirasi kaum Muslim dengan kekerasan.

Janji untuk tetap dalam Republik jika keinginan tersebut dipenuhi agaknya tidak ditepati.
Kasus Republik Maluku Selatan, Organisasi Papua Merdeka dan Forum Kedaulatan
Maluku adalah contoh bahwa mereka lebih suka bergabung dengan imperialis Barat.
Bahkan gerakan tersebut didukung oleh kelompok keagamaan non Muslim baik secara
oknum maupun lembaga.

Keadaan Jepang makin terjepit karena Uni Soviet menyatakan perang pada 8 Agustus
1945 sekaligus menyerbu Manchuria. Walaupun partisipasi US adalah atas ajakan AS
dan Inggris, namun mereka cemas jika Jepang jatuh kepada cengkeraman US. Peristiwa
di Eropa Timur menjelaskan bahwa setiap wilayah yang direbut US pasti akan
dikomuniskan, artinya menggantikan kediktatoran dengan kediktatroran. Hal tersebut
jelas membahayakan demokrasi versi mereka.

AS berusaha supaya Jepang tidak menyerah kepada US dengan cara menjatuhkan bom
atom di Hiroshima (6 Agustus 1945) dan Nagasaki (9 Agustus 1945). Usaha tersebut
sukses, pada 15 Agustus 1945 Jepang menyerah dan upacara resmi dilaksanakan pada 2
September 1945 di Teluk Tokyo. AS melalui Jenderal Douglas MacArthur menerima
penyerahan tersebut sebagai wakil Sekutu.

Walaupun pada Agustus Jepang telah menyerah, wilayah taklukannya masih luas
termasuk Hindia Belanda. Karena itu berita kekalahan tersebut sempat ditanggapi dengan
keraguan atau kebingungan. Syahrir mendapat berita tersebut dari radio gerilya dan
menyebarkannya kepada para pemuda yang cenderung tidak sabar untuk menyatakan
kemerdekaan. Tetapi tokoh yang relatif lebih tua yaitu Soekarno-Hatta cenderung
berhati-hati, mereka sempat diundang ke markas besar tentara Jepang di Dalat dan
mendapat penjelasan samar oleh Jenderal Hisaichi Terauchi bahwa perang akan berakhir.
Agaknya tidak disebut soal kekalahan Jepang, hal tersebut yang membuat mereka
menahan diri untuk tidak segera menyatakan kemerdekaan. Kekuasaan Jepang masih
hadir, senjata masih mereka pegang.

Sikap tersebut jelas tidak disukai pemuda, setelah berdebat, dan disertai penculikan kedua
tokoh tersebut, akhirnya disepakati bahwa pernyataan kemerdekaan –yang lebih dikenal
dengan sebutan proklamasi– dilaksanakan pada 17 Agustus 1945 jam 10.00 di Jalan
Pegangsaan Timur no. 56.

Peristiwa tersebut menjelaskan kepada kita bahwa selalu akan terjadi perselisihan antara
kaum tua dengan kaum muda. Kaum tua menghendaki ketenangan berfikir dan kaum
muda menghendaki kesigapan bertindak. Sekarang atau tidak pernah!

Aktivis lain yaitu Kartosoewirjo konon telah memproklamirkan kemerdekaan Indonesia


berdasar Islam pada 14 Agustus 1945 namun dicabut kembali karena proklamasi tanggal
17 tersebut. Menurut Al-Chaidar dalam bukunya Pengantar Pemikiran Politik
Proklamator NII, SM. Kartosoewirjo proklamasi Soekarno-Hatta adalah jiplakan
proklamasi Kartosoewirjo. Cornelis van Dijk dalam bukunya Darul Islam: Sebuah
Pemberontakan juga sedikit menyebut itu. Agaknya perlu penelitian ulang tentang itu
selain berbagai kontroversi lain yang banyak menghiasi sejarah Indonesia. Beginilah
nasib penyusunan sejarah suatu bangsa yang tidak berbudaya asli tulisan, banyak yang
terputus atau hilang pada beberapa titik. Info disampaikan dengan lisan, maka hal
tersebut memberi peluang bohong atau rekayasa pada sejarah. Di Indonesia, agaknya
rezim Soeharto adalah yang paling sukses dalam hal ini

Perang Dunia II, secara resmi mulai berkecamuk pada tanggal 1 September 1939 sampai
tanggal 14 Agustus 1945. Tapi ada yang berpendapat sebenarnya sudah mulai pada
tanggal 1 Maret 1937 ketika Jepang menduduki Manchuria. Sampai saat ini, perang ini
adalah perang yang paling dahsyat pernah terjadi di muka bumi. Kurang lebih 50.000.000
(limapuluh juta) orang tewas dalam konflik ini.

Searah jarum jam dari atas: Pendaratan sekutu di Pantai Normandy, gerbang kamp konsentrasi di
Auschwitz, Tentara Merah mengibarkan bendera Soviet diatas gedung Reichstag, ledakan bom atom di
Hiroshima, dan parade militer 1936 di Nuremberg.

Secara kasar bisa dikatakan bahwa peperangan mulai pada saat pendudukan Jerman di
Polandia pada tanggal 1 September 1939 dan berakhir pada tanggal 14/15 Agustus ketika
Jepang menyerah kepada tentara Amerika Serikat, meskipun ada yang berpendapat
sebenarnya perang ini sudah lebih awal mulai.

Perang berkecamuk di tiga benua tua: Afrika, Asia dan Eropa. Berikut ialah data
pertempuran-pertempuran dan peristiwa penting di setiap benua.
Asia dan Pasifik
1937: Perang China-Jepang
Konflik perang mulai di Asia beberapa tahun sebelum pertikaian dimulai di Eropa.
Jepang telah menginvasi China pada 1931, jauh sebelum Perang Dunia II dimulai di
Eropa. Pada 1 Maret, Jepang menunjuk Henry Pu Yi menjadi kaisar di Manchukuo,
negara boneka bentukan Jepang di Manchuria. Pada 1937, perang telah dimulai, ketika
Jepang mengambil alih Manchuria.

Roosevelt menandatangani sebuah perintah eksekutif yang tidak diterbitkan (rahasia)


pada Mei 1940 mengijinkan personel militer AS untuk mundur dari tugas sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam operasi terselubung di China: Grup Sukarelawan
Semua, juga dikenal sebagai Harimau Terbang Chennault. Selama periode tujuh bulan,
Harimau Terbang Chennault menghancurkan sekitar 600 pesawat Jepang,
menenggelamkan sejumlah kapal Jepang dan memberhentikan invasi Jepang terhadap
Burma. Dengan Amerika Serikat dan negara lainnya memotong ekspor ke Jepang, Jepang
merencanakan serangan terhadap Pearl Harbor pada 7 Desember 1941 tanpa peringatan
deklarasi perang, mengakibatkan kerusakan parah di Armada Pasifik Amerika. Hari
berikutnya, pasukan Jepang tiba di Hong Kong, yang kemudian menyebabkan
menyerahnya pasukan Inggris pada Hari Natal di kemudian hari di bulan itu.

1940: Jajahan Perancis


Pada 1940, Jepang menduduki Indochina Perancis (kini Vietnam) sesuai persetujuan
dengan Pemerintahan Vichy meskipun secara lokal terdapat kekuatan Perancis Bebas
(Free French), dan bergabung dengan kekuatan Poros Jerman dan Italia. Aksi ini
menguatkan konflik Jepang dengan Amerika Serikat dan Britania Raya yang bereaksi
dengan boikot minyak.

1941: Pearl Harbor, A.S. turut serta dalam perang, invasi Jepang di Asia Tenggara
Pada 7 Desember 1941, pesawat Jepang dikomandoi oleh Laksamana Madya Chuichi
Nagumo melaksanakan serangan udara kejutan terhadap Pearl Harbor, pangkalan
angkatan laut AS terbesar di Pasifik. Pasukan Jepang menghadapi perlawanan kecil dan
menghancurkan pelabuhan tersebut. AS dengan segera mengumumkan perang terhadap
Jepang.

Bersamaan dengan serangan terhadap Pearl Harbor, Jepang juga menyerang pangkalan
udara A.S. di Filipina. Setelah serangan ini, Jepang menginvasi Filipina, dan juga Koloni
Inggris Hong Kong, Malaya, Borneo dan Birma dengan maksud menguasai ladang
minyak Hindia Belanda. Seluruh wilayah ini, dan lebih luas lagi, jatuh ke tangan Jepang
dalam waktu bulanan saja. Markas Britania Raya di Singapura juga dikuasai yang
dianggap oleh Churchill salah satu kekalahan paling memalukan Britania sepanjang
sejarah.

1942: Invasi Hindia-Belanda


Penyerbuan ke Hindia Belanda diawali dengan serangan Jepang ke Labuan, Brunei,
Singapura, Semenanjung Malaya, Palembang, Tarakan dan Balikpapan yang merupakan
daerah-daerah sumber minyak. Jepang sengaja mengambil taktik tersebut sebagai taktik
gurita yang bertujuan mengisolasi kekuatan Hindia Belanda dan Sekutunya yang
tergabung dalam front ABDA (America (Amerika Serikat), British (Inggris), Dutch
(Belanda), Australia) yang berkedudukan di Bandung. Serangan-serangan itu
mengakibatkan kehancuran pada armada laut ABDA khususnya Australia dan Belanda.

Sejak peristiwa ini, Sekutu akhirnya memindahkan basis pertahanannya ke Australia


meskipun demikian Sekutu masih mempertahankan beberapa kekuatannya di Hindia
Belanda agar tidak membuat Hindia Belanda merasa ditinggalkan dalam pertempuran ini.

Jepang mengadakan serangan laut besar-besaran ke Pulau Jawa pada bulan Februari-
Maret 1942 dimana terjadi Pertempuran Laut Jawa antara armada laut Jepang melawan
armada gabungan yang dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman. Armada Gabungan
sekutu kalah dan Karel Doorman gugur.

Jepang menyerbu Batavia (Jakarta) yang akhirnya dinyatakan sebagai kota terbuka,
kemudian terus menembus Subang dan berhasil menembus garis pertahanan Lembang-
Ciater, kota Bandung yang menjadi pusat pertahanan Sekutu-Hindia Belanda terancam.
Sementara di front Jawa Timur, tentara Jepang berhasil menyerang Surabaya sehingga
kekuatan Belanda ditarik sampai garis pertahanan Porong.

Terancamnya kota Bandung yang menjadi pusat pertahanan dan pengungsian membuat
panglima Hindia Belanda Letnan Jendral Ter Poorten mengambil inisiatif mengadakan
perdamaian. Kemudian diadakannya perundingan antara Tentara Jepang yang dipimpin
oleh Jendral Hitoshi Imamura dengan pihak Belanda yang diwakili Letnan Jendral Ter
Poorten dan Gubernur Jendral jhr A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer. Pada
Awalnya Belanda bermaksud menyerahkan kota Bandung namun tidak mengadakan
kapitulasi atau penyerahan kekuasaan Hindia Belanda kepada Pihak Jepang. Pada saat itu
posisi Panglima tertinggi angkatan perang Hindia Belanda tidak lagi berada pada
Gubernur Jendral namun diserahkan kepada Ter Poorten sehingga dilain waktu Belanda
menganggap bahwa kedudukan di Hindia Belanda masih tetap sah dilanjutkan. Namun
setelah Jepang mengancam akan mengebom kota Bandung akhirnya Jendral Ter Poorten
setuju untuk menyerah tanpa syarat kepada Jepang.

1942: Laut Coral, Port Moresby, Midway, Guadalcanal


Pada Mei 1942, serangan laut terhadap Port Moresby, Papua Nugini digagalkan oleh
pasukan Sekutu dalam Perang Laut Coral. Kalau saja penguasaan Port Moresby berhasil,
Angkatan Laut Jepang dapat juga menyerang Australia. Ini merupakan perlawanan
pertama yang berhasil terhadap rencana Jepang dan pertarungan laut pertama yang hanya
menggunakan kapal induk. Sebulan kemudian invasi Atol Midway dapat dicegah dengan
terpecahnya pesan rahasia Jepang, menyebabkan pemimpin Angkatan Laut AS
mengetahui target berikut Jepang yaitu Atol Midway. Pertempuran ini menyebabkan
Jepang kehilangan empat kapal induk yang industri Jepang tidak dapat menggantikannya,
sementara Angkatan Laut AS kehilangan satu kapal induk. Kemenangan besar buat AS
ini menyebabkan Angkatan Laut Jepang kini dalam posisi bertahan.

Namun, dalam bulan Juli penyerangan darat terhadap Port Moresby dijalankan melalui
Track Kokoda yang kasar. Di sini pasukan Jepang bertemu dengan pasukan cadangan
Australia, banyak dari mereka masih muda dan tak terlatih, menjalankan aksi perang
dengan keras kepala menjaga garis belakang sampai tibanya pasukan reguler Australia
dari aksi di Afrika Utara, Yunani dan Timur Tengah.

Para pemimpin Sekutu telah setuju mengalahkan Nazi Jerman adalah prioritas utama
masuknya Amerika ke dalam perang. Namun pasukan AS dan Australia mulai menyerang
wilayah yang telah jatuh, mulai dari Pulau Guadalcanal, melawan tentara Jepang yang
getir dan bertahan kukuh. Pada 7 Agustus 1942 pulau tersebut diserang oleh Amerika
Serikat. Pada akhir Agustus dan awal September, selagi perang berkecamuk di
Guadalcanal, sebuah serangan amfibi Jepang di timur New Guinea dihadapi oleh pasukan
Australia dalam Teluk Milne, dan pasukan darat Jepang menderita kekalahan
meyakinkan yang pertama. Di Guadalcanal, pertahanan Jepang runtuh pada Februari
1943.

Pendaratan AS di Pasifik, Agustus 1942-Agustus 1945

1943�45: Serangan Sekutu di Asia dan Pasifik


Pasukan Australia and AS melancarkan kampanye yang panjang untuk merebut kembali
bagian yang diduduki oleh Pasukan Jepang di Kepulauan Solomon, New Guinea dan
Hindia Belanda, dan mengalami beberapa perlawanan paling sengit selama perang.
Seluruh Kepulauan Solomon direbut kembali pada tahun 1943, New Britain dan New
Ireland pada tahun 1944. Pada saat Filipina sedang direbut kembali pada akhir tahun
1944, Pertempuran Teluk Leyte berkecamuk, yang disebut sebagai perang laut terbesar
sepanjang sejarah. Serangan besar terakhir di area Pasifik barat daya adalah kampanye
Borneo pertengahan tahun 1945, yang ditujukan untuk mengucilkan sisa-sisa pasukan
Jepang di Asia Tenggara, dan menyelamatkan tawanan perang Sekutu.

Kapal selam dan pesawat-pesawat Sekutu juga menyerang kapal dagang Jepang, yang
menyebabkan industri di Jepang kekurangan bahan baku. Bahan baku industri sendiri
merupakan salah satu alasan Jepang memulai perang di Asia. Keadaan ini semakin efektif
setelah Marinir AS merebut pulau-pulau yang lebih dekat ke kepulauan Jepang.

Tentara Nasionalis China (Kuomintang) dibawah pimpinan Chiang Kai-shek dan Tentara
Komunis China dibawah Mao Zedong, keduanya sama-sama menentang pendudukan
Jepang terhadap China, tetapi tidak pernah benar-benar bersekutu untuk melawan Jepang.
Konflik kedua kekuatan ini telah lama terjadi jauh sebelum Perang Dunia II dimulai,
yang terus berlanjut, sampai batasan tertentu selama perang, walaupun lebih tidak
kelihatan.

Pasukan Jepang telah merebut sebagian dari Burma, memutuskan Jalan Burma yang
digunakan oleh Sekutu untuk memasok Tentara Nasionalis China. Hal ini menyebabkan
Sekutu harus menyusun suatu logistik udara berkelanjutan yang besar, yang lebih dikenal
sebagai "flying the Hump". Divisi-divisi China yang dipimpin dan dilatih oleh AS, satu
divisi Inggris, dan beberapa ribu tentara AS, membersihkan Burma utara dari pasukan
Jepang sehingga Jalan Ledo dapat dibangun untuk menggantikan Jalan Burma. Lebih ke
selatan, induk dari tentara Jepang di kawasan perang ini berperang sampai terhenti di
perbatasan Burma-India oleh Tentara ke-14 Inggris yang dikenal sebagai "Forgotten
Army", yang dipimpin oleh Mayor Jendral Wingate yang kemudian melancarkan
serangan balik dan berhasil dengan taktik gerilyanya yang terkenal dan bahkan dijadikan
acuan bagi Tentara dan Pejuang Indonesia pada tahun 1945-1949. Setelah merebut
kembali seluruh Burma, serangan direncanakan ke semenanjung Malaya ketika perang
berakhir.

1945: Iwo Jima, Okinawa, bom atom, Jepang menyerah kalah


Perebutan pulau-pulau seperti Iwo Jima dan Okinawa oleh pasukan AS menyebabkan
Kepulauan Jepang berada dalam jangkauan serangan laut dan udara Sekutu. Diantara
kota-kota lain, Tokyo dibom bakar oleh Sekutu, dimana dalam penyerangan awal sendiri
ada 90.000 orang tewas akibat kebakaran hebat di seluruh kota. Jumlah korban yang
tinggi ini disebabkan oleh kondisi penduduk yang padat di sekitar sentra produksi dan
konstruksi kayu serta kertas pada rumah penduduk yang banyak terdapat di masa itu.
Belakangan tanggal 6 Agustus 1945, bomber B-29 "Enola Gay" yang dipiloti oleh
Kolonel Paul Tibbets melepaskan satu bom atom Little Boy di Hiroshima, yang secara
efektif menghancurkan kota tersebut. Pada tanggal 8 Agustus 1945, Uni Soviet
mendeklarasikan perang terhapap Jepang, seperti yang telah disetujui pada Konferensi
Yalta, dan melancarkan serangan besar terhadap Manchuria yang diduduki Jepang
(Operasi Badai Agustus). Tanggal 9 Agustus 1945, bomber B-29 "Bock's Car" yang
dipiloti oleh Mayor Charles Sweeney melepaskan satu bom atom Fat Man di Nagasaki.

Kombinasi antara penggunaan bom atom dan keterlibatan baru Uni Soviet dalam perang
merupakan faktor besar penyebab menyerahnya Jepang, walaupun sebenarnya Uni Soviet
belum mengeluarkan deklarasi perang sampai tanggal 8 Agustus 1945, setelah bom atom
pertama dilepaskan.

Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus 1945, menanda tangani surat
penyerahan pada tanggal 2 September 1945 diatas kapal USS Missouri di teluk Tokyo.

Afrika dan Timur Tengah


1940: Mesir dan Somaliland
Pertempuran di Afrika Utara bermula pada 1940, ketika sejumlah kecil pasukan Inggris
di Mesir memukul balik serangan pasukan Italia dari Libya yang bertujuan untuk merebut
Mesir terutama Terusan Suez yang vital. Tentara Inggris, India, dan Australia
melancarkan serangan balik dengan sandi Operasi Kompas (Operation Compass), yang
terhenti pada 1941 ketika sebagian besar pasukan Persemakmuran (Commonwealth)
dipindahkan ke Yunani untuk mempertahankannya dari serangan Jerman. Tetapi pasukan
Jerman yang belakangan dikenal sebagai Korps Afrika di bawah pimpinan Erwin
Rommel mendarat di Libya, melanjutkan serangan terhadap Mesir.

1941: Suriah, Lebanon, Korps Afrika merebut Tobruk


Pada Juni 1941 Angkatan Darat Australia dan pasukan Sekutu menginvasi Suriah dan
Lebanon, merebut Damaskus pada 17 Juni. Di Irak, terjadi penggulingan kekuasaan atas
pemerintah yang pro-Inggris oleh kelompok Rashid Ali yang pro-Nazi. Pemberontakan
didukung oleh Mufti Besar Yerusalem, Haji Amin al-Husseini. Oleh karena merasa garis
belakangnya terancam, Inggris mendatangkan bala bantuan dari India dan menduduki
Irak. Pemerintahan pro-Inggris kembali berkuasa, sementara Rashid Ali dan Mufti Besar
Yerusalem melarikan diri ke Iran. Namun kemudian Inggris dan Uni Soviet menduduki
Iran serta menggulingkan shah Iran yang pro-Jerman. Kedua tokoh Arab yang pro-Nazi
di atas kemudian melarikan diri ke Eropa melalui Turki, di mana mereka kemudian
bekerja sama dengan Hitler untuk menyingkirkan orang Inggris dan orang Yahudi. Korps
Afrika dibawah Rommel melangkah maju dengan cepat ke arah timur, merebut kota
pelabuhan Tobruk. Pasukan Australia dan Inggris di kota tersebut berhasil bertahan
hingga serangan Axis berhasil merebut kota tersebut dan memaksa Angkatan Darat Ke-8
(Eight Army) mundur ke garis di El Alamein.

1942: Pertempuran El Alamein Pertama dan Kedua


Pertempuran El Alamein Pertama terjadi di antara 1 Juli dan 27 Juli 1942. Pasukan
Jerman sudah maju ke yang titik pertahanan terakhir sebelum Alexandria dan Terusan
Suez. Namun mereka telah kehabisan suplai, dan pertahanan Inggris dan Persemakmuran
menghentikan arah mereka.

Pertempuran El Alamein Kedua terjadi di antara 23 Oktober dan 3 November 1942


sesudah Bernard Montgomery menggantikan Claude Auchinleck sebagai komandan
Eighth Army. Rommel, panglima cemerlang Korps Afrika Tantara Jerman, yang dikenal
sebagai "Rubah Gurun", absen pada pertempuran luar biasa ini, karena sedang berada
dalam tahap penyembuhan dari sakit kuning di Eropa. Montgomery tahu Rommel absen.
Pasukan Persemakmuran melancarkan serangan, dan meskipun mereka kehilangan lebih
banyak tank daripada Jerman ketika memulai pertempuran, Montgomery memenangkan
pertempuran ini.

Sekutu mempunyai keuntungan dengan dekatnya mereka ke suplai mereka selama


pertempuran. Lagipula, Rommel hanya mendapat sedikit atau bahkan tak ada pertolongan
kali ini dari Luftwaffe, yang sekarang lebih ditugaskan dengan membela angkasa udara
Eropa Barat dan melawan Uni Soviet daripada menyediakan bantuan di Afrika Utara
untuk Rommel. Setelah kekalahan Jerman di El Alamein, Rommel membuat penarikan
strategis yang cemerlang ke Tunisia. Banyak sejarawan berpendapat bahwa berhasilnya
Rommel pada penarikan strategis Korps Afrika dari Mesir lebih mengesankan daripada
kemenangannya yang lebih awal, termasuk Tobruk, karena dia berhasil membuat seluruh
pasukannya kembali utuh, melawan keunggulan udara Sekutu dan pasukan
Persemakmuran yang sekarang diperkuat oleh pasukan AS.

1942: Operasi Obor (Operation Torch), Afrika Utara Perancis


Untuk melengkapi kemenangan ini, pada 8 November 1942 dilancarkanlah Operasi Obor
(Operation Torch) dibawah pimpinan Jendral Dwight Eisenhower. Tujuan utama operasi
ini adalah merebut kontrol terhadap Maroko dan Aljazair melalui pendaratan simultan di
Casablanca, Oran, dan Aljazair, yang dilanjutkan beberapa hari kemudian dengan
pendaratan di B�ne, gerbang menuju Tunisia. Pasukan lokal di bawah Perancis Vichy
melakukan perlawanan terbatas sebelum akhirnya bernegosiasi dan mengakhiri
perlawanan.

1943: Kalahnya Korps Afrika


Korps Afrika tidak mendapat suplai secara memadai akibat dari hilangnya pengapalan
suplai oleh serangan Angkatan Laut dan Angkatan Udara Sekutu, terutama Inggris, di
Laut Tengah. Kekurangan persediaan ini dan tak adanya dukungan udara, memusnahkan
kesempatan umtuk melancarkan serangan besar bagi Jerman di Afrika. Pasukan Jerman
dan Italia terjepit diantara pergerakan maju pasukan Sekutu di Aljazair dan Libia.
Pasukan Jerman yang sedang mundur terus melakukan perlawanan sengit, dan Rommel
mengalahkan pasukan AS pada Pertempuran Kasserine Pass sebelum menyelesaikan
pergerakan mundur strategisnya menuju garis suplai Jerman. Dengan pasti, bergerak
maju baik dari arah timur dan barat, pasukan Sekutu akhirnya mengalahkan Korps Afrika
Jerman pada 13 Mei 1943 dan menawan 250.000 tentara Axis.

Setelah jatuh ke tangan Sekutu, Afrika Utara dijadikan batu loncatan untuk menyerang
Sisilia pada 10 Juli 1943. Setelah merebut Sisilia, pasukan Sekutu melancarkan serangan
ke Italia pada 3 September 1943. Italia menyerah pada 8 September 1943, tetapi pasukan
Jerman terus bertahan melakukan perlawanan. Roma akhirnya dapat direbut pada 5 Juni
1944.

Eropa dan Rusia (Uni Soviet)


1939: Invasi Polandia, Invasi Finlandia
Perang Dunia II mulai berkecamuk di Eropa dengan dimulainya serangan ke Polandia
pada 1 September 1939 yang dilakukan oleh Hitler dengan gerak cepat yang dikenal
dengan taktik Blitzkrieg, dengan memanfaatkan musim panas yang menyebabkan
perbatasan sungai dan rawa-rawa di wilayah Polandia kering yang memudahkan gerak
laju pasukan lapis baja Jerman serta mengerahkan ratusan pembom tukik yang terkenal
Ju-87 Stuka. Polandia yang sebelumnya pernah menahan Uni Soviet di tahun 1920-an
saat itu tidak memiliki kekuatan militer yang berarti. Kekurangan pasukan lapis baja,
kekurang siapan pasukan garis belakang dan koordinasinya dan lemahnya Angkatan
Udara Polandia menyebabkan Polandia sukar memberi perlawanan meskipun masih
memiliki 100 pesawat tempur namun jumlah itu tidak berarti melawan Angkatan Udara
Jerman "Luftwaffe". Perancis dan kerajaan Inggris menyatakan perang terhadap Jerman
pada 3 September sebagai komitment mereka terhadap Polandia pada pakta pertahanan
Maret 1939.

Setelah mengalami kehancuran disana sini oleh pasukan Nazi, tiba tiba Polandia
dikejutkan oleh serangan Uni Soviet pada 17 September dari timur yang akhirnya
bertemu dengan Pasukan Jerman dan mengadakan garis demarkasi sesuai persetujuan
antara Menteri Luar Negeri keduanya, Ribentrop-Molotov. Akhirnya Polandia menyerah
kepada Nazi Jerman setelah kota Warsawa dihancurkan, sementara sisa sisa pemimpin
Polandia melarikan diri diantaranya ke Rumania. Sementara yang lain ditahan baik oleh
Uni Soviet maupun Nazi. Tentara Polandia terakhir dikalahkan pada 6 Oktober.

Jatuhnya Polandia dan terlambatnya pasukan sekutu yang saat itu dimotori oleh Inggris
dan Perancis yang saat itu dibawah komando Jenderal Gamelin dari Perancis membuat
Sekutu akhirnya menyatakan perang terhadap Jerman. Namun juga menyebabkan
jatuhnya kabinet Neville Chamberlain di Inggris yang digantikan oleh Winston Churchill.
Ketika Hitler menyatakan perang terhadap Uni Soviet, Uni Soviet akhirnya
membebaskan tawanan perang Polandia dan mempersenjatainya untuk melawan Jerman.
Invasi ke Polandia ini juga mengawali praktek prektek kejam Pasukan SS dibawah
Heinrich Muller terhadap orang orang Yahudi.

Perang Musim Dingin dimulai dengan invasi Finlandia oleh Uni Soviet, 30 November
1939. Pada awalnya Finlandia mampu menahan pasukan Uni Soviet meskipun pasukan
Soviet memiliki jumlah besar serta dukungan dari armada udara dan lapis baja, karena
Soviet banyak kehilangan jendral-jendral yang cakap akibat pembersihan yang dilakukan
oleh Stalin pada saat memegang tampuk kekuasaan menggantikan Lenin. Finlandia
memberikan perlawanan yang gigih yang dipimpin oleh Baron Carl Gustav von
Mannerheim serta rakyat Finlandia yang tidak ingin dijajah. Bantuan senjata mengalir
dari negara Barat terutama dari tetangganya Swedia yang memilih netral dalam
peperangan itu. Pasukan Finlandia memanfaatkan musim dingin yang beku namun dapat
bergerak lincah meskipun kekuatannya sedikit (kurang lebih 300.000 pasukan). Akhirnya
Soviet mengerahkan serangan besar besaran dengan 3.000.000 tentara menyerbu
Finlandia dan berhasil merebut kota-kota dan beberapa wilayah Finlandia. Sehingga
memaksa Carl Gustav untuk mengadakan perjanjian perdamaian.

Ketika Hitler menyerang Rusia (Uni Soviet), Hitler juga memanfaatkan pejuang-pejuang
Finlandia untuk melakukan serangan ke kota St. Petersburg.

1940: Invasi Eropa Barat, Republik-republik Baltik, Yunani, Balkan


Dengan tiba-tiba Jerman menyerang Denmark dan Norwegia pada 9 April 1940 melalui
Operasi Weser�bung, yang terlihat untuk mencegah serangan Sekutu melalui wilayah
tersebut. Pasukan Inggris, Perancis, dan Polandia mendarat di Namsos, Andalsnes, dan
Narvik untuk membantu Norwegia. Pada awal Juni, semua tentara Sekutu dievakuasi dan
Norwegia-pun menyerah.

Operasi Fall Gelb, invasi Benelux dan Perancis, dilakukan oleh Jerman pada 10 Mei
1940, mengakhiri apa yang disebut dengan "Perang Pura-Pura" (Phony War) dan
memulai Pertempuran Perancis. Pada tahap awal invasi, tentara Jerman menyerang
Belgia, Belanda, dan Luxemburg untuk menghindari Garis Maginot dan berhasil
memecah pasukan Sekutu dengan melaju sampai ke Selat Inggris. Negara-negara
Benelux dengan cepat jatuh ke tangan Jerman, yang kemudian melanjutkan tahap
berikutnya dengan menyerang Perancis. Pasukan Ekspedisi Inggris (British
Expeditionary Force) yang terperangkap di utara kemudian dievakuasi melalui Dunkirk
dengan Operasi Dinamo. Tentara Jerman tidak terbendung, melaju melewati Garis
Maginot sampai ke arah pantai Atlantik, menyebabkan Perancis mendeklarasikan
gencatan senjata pada 22 Juni dan terbentuklah pemerintahan boneka Vichy.

Pada Juni 1940, Uni Soviet memasuki Latvia, Lituania, dan Estonia serta menganeksasi
Bessarabia dan Bukovina Utara dari Rumania.
Jerman bersiap untuk melancarkan serangan ke Inggris dan dimulailah apa yang disebut
dengan Pertempuran Inggris atau Battle of Britain, perang udara antara AU Jerman
Luftwaffe melawan AU Inggris Royal Air Force pada tahun 1940 memperebutkan
kontrol atas angkasa Inggris. Jerman berhasil dikalahkan dan membatalkan Operasi Singa
Laut untuk menginvasi daratan Inggris. Perang juga berkecamuk di laut, pada
Pertempuran Atlantik kapal-kapal selam Jerman (U-Boat) berusaha untuk
menenggelamkan kapal dagang yang membawa suplai kebutuhan ke Inggris dari
Amerika Serikat.

Pada 27 September 1940, ditanda tanganilah pakta tripartit oleh Jerman, Italia, dan
Jepang yang secara formal membentuk persekutuan dengan nama (Kekuatan Poros).

Italia menyerbu Yunani pada 28 Oktober 1940 melalui Albania, tetapi dapat ditahan oleh
pasukan Yunani yang bahkan menyerang balik ke Albania. Hitler kemudian mengirim
tentara untuk membantu Mussolini berperang melawan Yunani. Pertempuran juga meluas
hingga wilayah yang dikenal sebagai wilayah bekas Yugoslavia. Pasukan NAZI
mendapat dukungan dari sebagian Kroasia dan Bosnia, yang merupakan konflik laten di
daerah itu sepeninggal Kerajaan Ottoman. Namun Pasukan Nazi mendapat perlawanan
hebat dari kaum Nasionalis yang didominasi oleh Serbia dan beberapa etnis lainnya yang
dipimpin oleh Josip Broz Tito. Pertempuran dengan kaum Nazi merupakan salah satu
bibit pertempuran antar etnis di wilayah bekas Yugoslavia pada dekade 1990-an.

1941: Invasi Uni Soviet


* Operasi Barbarossa, invasi Uni Soviet dilakukan oleh Jerman
* Pertempuran Stalingrad

1944: Serangan Balik


* Invasi Normandia (D-Day), invasi di Perancis oleh pasukan Amerika Serikat dan
Inggris, 1944

1945: Runtuhnya Kerajaan Nazi Jerman


Pada akhir bulan april 1945, ibukota Jerman yaitu Berlin sudah dikepung oleh Uni Soviet
dan pada tanggal 1 Mei 1945, Adolf Hitler bunuh diri bersama dengan istrinya Eva Braun
didalam bunkernya, sehari sebelumnya Adolf Hitler menikahi Eva Braun, dan setelah
mati memerintah pengawalnya untuk membakar mayatnya. Setelah menyalami setiap
anggotanya yang masih setia. Pada tanggal 2 Mei, Karl D�nitz diangkat menjadi
pemimpin menggantikan Adolf Hitler dan menyatakan Berlin menyerah pada tanggal itu
juga. Disusul Pasukan Jerman di Italia yang menyerah pada tanggal 2 juga. Pasukan
Jerman di wilayah Jerman Utara, Denmark dan Belanda menyerah tanggal 4. Sisa
pasukan Jerman dibawah pimpinan Alfred Jodl menyerah tanggal 7 mei di Rheims,
Perancis. Tanggal 8 Mei, penduduk di negara-negara sekutu merayakan hari
kemenangan, tetapi Uni Soviet merayakan hari kemenangan pada tanggal 9 Mei dengan
tujuan politik.

You might also like