You are on page 1of 11

BATU PASIR

Genesa

Batupasir adalah suatu batuan sedimen clastic yang dimana partikel penyusunnya
kebanyakan berupa butiran berukuran pasir. Kebanyakan batupasir dibentuk dari
butiran-butiran yang terbawa oleh bergerakan air, seperti ombak pada suatu pantai
atau saluran di suatu sungai. Butirannya secara khas di semen bersama-sama oleh
tanah kerikil atau kalsit untuk membentuk batu batupasir tersebut. Batupasir
paling umum terdiri atas butir kwarsa sebab kwarsa adalah suatu mineral yang
umum yang bersifat menentang laju arus. Seperti halnya pasir, batu pasir dapat
memiliki berbagai jenis warna, dengan warna umum adalah coklat muda, coklat,
kuning, merah, abu-abu dan putih. Karena lapisan batu pasir sering kali
membentuk karang atau bentukan topografis tinggi lainnya, warna tertentu batu
pasir dapat dapat diidentikkan dengan daerah tertentu. Sebagai contoh, sebagian
besar wilayah di bagian barat Amerika Serikat dikenal dengan batu pasir warna
merahnya.

Sifat kimia batu pasir

Konstitusi kimia dari batu pasir adalah sama dengan pasir, batu dengan demikian
pada dasarnya terdiri dari kuarsa. Bahan penyemenan alam yang mengikat pasir
bersama sebagai batu biasanya terdiri dari silika, kalsium karbonat, atau oksida
besi. Kimia pasir sangat tahan Mineralic Mono-rock, dengan silika sebagai kepala
sekolah. ersentase masing-masing unsur adalah sebagai berikut:
• SiO2 93-94%
• Besi (Fe2O3) 1,5% -1,6%
• Alumina (Al2O3) 1,4 1,5%
• Soda (Na2O) & Potash (KRO) 1,0% menjadi 1,2%
• Kapur (CaO) 0,8% menjadi 0,9%
• Magnesia (MgO) 0,2-0,25%
• Rugi Pada Ignition (LOI) 1,0% menjadi 1,2%
• Mereka sangat tahan terhadap asam, alkali dan dampak termal.

Karakteristik Batu pasir

• Warna
warna bervariasi dari merah, hijau, kuning, abu-abu dan putih. Variasi tersebut
adalah hasil dari materi yang mengikat dan persentase konstituen.
• Penyerapan Air
Kapasitas penyerapan air tidak lebih dari 1,0%
• Kekerasan
Terletak antara 6 sampai 7 pada Skala Moh's Kepadatan 2,32-2,42 kg/m3
• Porositas
porositas bervariasi dari rendah sampai sangat rendah.
• Kekuatan tekan
Bervariasi 365-460 kg/m2

Komposisi batu pasir

batupasir diklasifikasikan berdasarkan komposisi butir mereka. Tiga komponen


yang dipertimbangkan:
• Kuarsa butir
• Feldspar butir
• Rock butir fragmen
Berdasarkan persentase komposisi komponen ini, warna dan sifat fisik dari
berbagai varietas batu pasir bervariasi.

Klasifikasi Batu Pasir

Batupasir merupakan jenis batuan sedimen klastik. Batuan sedimen klastik


merupakan batuan sedimen yang terbentuk oleh proses pembentukan kembali
segala macam sumber batuan pada kondisi tekanan (P) dan temperatur (T) normal
di permukaan bumi. Proses pembentukan batuan sedimen klastika ini secara alami
dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:

1. Proses pelapukan baik mekanis (proses penghancuran batuan secara


desintegratif) maupun secara kimiawi (dekomposisi).
2. Proses erosi dan transportasi atau pengangkutan material sedimentasi dari
sumbernya melalui beberapa media, yaitu berupa air, angin, ataupun es.
3. Proses pengendapan, yang merupakan tahap terakhir dari perjalanan
material yang terangkut dari hasil pengangkutan batuan asal yang dikenal
juga dengan bahan-bahan allogenik.

Batuan klastik ini tersusun atas klastika atau butiran-butiran yang memiliki ukuran
tertentu. Ukuran butir dari batuan sedimen ini diklasifikasikan oleh Wentworth
menjadi beberapa kelompok, yaitu:

Berikut akan lebih dibahas mengenai atas dasar apa dilakukannya klasifikasi
batupasir dan apa saja klasifikasinya.

1. Klasifikasi batupasir berdasarkan batuan asalnya:

- Batupasir Silisiklastik (butiran terigen)

= Batupasir Epiklastik: endapan yang berasal dari rombakan batuan terdahulu


akibat pelapukan dan erosi, termasuk batuan volkanik dan non-volkanik.
= Batupasir Volkaniklastik: terdiri dari material volkanik (hasil rombakan mupun
tidak), termasuk endapan piroklastik dan endapan epiklastik.

- Batupasir non-silisiklastik (batuan karbonat dan evaporit).

2. Klasifikasi batupasir berdasarkan kehadiran matriks lempung:

1. Batupasir arenit : matriks < 15%


2. Btupasir wacke : matriks > 15%

3. Klasifikasi batupasir berdasarkan Pettijohn (1987)

4. Klasifikasi batupasir berdasarkan Folk (1974)


5. Klasifikasi batupasir berdasarkan Gilbert (1982)

Pada umumnya, klasifikasi batupasir menurut Pettijohn (1987), Folk (1974), dan
Gilbert (1982) merupakan klasifikasi yang didasarkan oleh komposisi batupasir
tersebut. Adapun komposisi batupasir ini adalah butiran (terdiri dari fragmen
batuan, kuarsa, dan feldspar), matriks, dan semen. Hasil dari klasifikasi ini
menghasilkan beberapa jenis penamaan batupasir, yaitu batupasir kuarsa (quartz
arenite), batupasir arkose (arkoses), batupasir litik (litharenites), batupasir wacke
(greywacke).

• Batupasir Kuarsa (Quartz Arenites): berasosiasi dengan sedimen eolian,


beach, shelf (lingkungan kerak stabil), tingkat kematangan: matang
(mature) hingga sangat matang (supermature), interbedded dengan shallow
marine limestone, umumnya memiliki struktur sedimen lapisan bersilang,
mineralogi kuarsa, rijang kuarsit lebih dari 90%, semen silika, karbonat,
hematit.

• Batupasir Arkose (Arkoses): memiliki butiran feldspar dengan persentase


yang tinggi, warnanya merah atau merah muda, lingkungan non-marine
(sering fluviatil pada iklim semi-arid), tingkat kematngan: matang
(mature) atau submatang (submature), mineralogi: kuarsa < 90% (rata-rata
50-60%), feldspar > fragmen litik 10-75% (rata-rata 20-40%), semen
karbonat, silika, feldspar, hematit, mineral sulfat (barit, pirit, mineral
lempung).

• Batupasir Litik (Litharenites): penamaan tergantung dari jenis fragmen


butiran yang hadir, lingkungan deltaik atau fluviatil, mineraalogi fragmen
litik 10-80%, feldspar, kuarsa, semen karbonat, silika, mineral lempung,
oksida besi, pirit, matriks lempung / klorit (kalau ada).

• Batupasir wacke (greywacke): sebagian besar keras dan berwarna abu-abu


gelap dengan matriks melimpah, feldspar dan butiran litik umumnya hadir,
diendapkan oleh arus turbidit pada cekungan air dalam, menunjukkan
struktur sedimen turbidit.

Penambangan Batu Pasir

Tanah pertambangan penggalian terbuka dari batu yang diperoleh dengan


menggali, peledakan atau memotong. Proses ini disebut penggalian. Proses setelah
penggalian melibatkan empat langkah-langkah berikut:
1. Pembalut
2. Pemotongan / penggergajian
3. Permukaan grinding dan polishing dan
4. Ujung-potong-memotong.

Setelah proses selesai, batu siap untuk digunakan lebih lanjut. Prosedur yang sama
diikuti untuk pasir.
Di India terdapat berbagai batu tambang pasir yang berada di Rajasthan, Madhya
Pradesh, beberapa lokasi di - Gujarat, Orrisa, Karnatka, Tamil Nadu, Andaman
dan Nikobar dan berbagai tempat tempat.

Kegunaan

Batu pasir cocok digunakan baik untuk keperluan rumah tangga dan komersial.

Hal ini sangat diakui untuk keindahan alam, yang akan berguna untuk interior
maupun sebagai hiasan eksterior. Karena sifat arsitekturalnya, batupasir

ditemukan media yang cocok digunakan untuk dinding dan lantai berpakaian dan

churn out enamoring berbagai artefak buatan seperti ornamen taman, patung dan

benda-benda dekoratif lainnya. batupasir hasil galian dapat digunakan sebagai

material di dalam pembuatan gelas/kaca, tekstur dan komposisi batu pasir dapat

digunakan untuk menafsirkan banyak hal tentang sejarah pasir, termasuk wilayah

litologi sumber, paleoklimatik, aktivitas tektonik, proses bertindak di cekungan

pengendapan, dan durasi waktu dalam baskom.

Batu pasir tahan terhadap cuaca tapi mudah untuk dibentuk. Hal ini membuat

jenis batuan ini merupakan bahan umum untuk bangunan dan jalan. Karena

kekerasan dan kesamaan ukuran butirannya, batu pasir menjadi bahan yang sangat

baik untuk dibuat menjadi batu asah (grindstone) yang digunakan untuk

menajamkan pisau dan berbagai kegunaan lainnya. Bentukan batuan yang

terutama tersusun dari batu pasir biasanya mengizinkan perkolasi air dan memiliki

pori untuk menyimpan air dalam jumlah besar sehingga menjadikannya sebagai

akuifer yang baik.


Daftar Pustaka

Anonimus. Diktat kuliah: Petrologi. Bandung: departemen teknik geologi ITB.

Anonimus. 2008. Modul Praktikum Petrologi. Laboratorium Petrologi dan


Endapan Mineral. Bandung: departemen teknik geologi ITB.

www.indian-sandstone.com

en.wikipedia.org/wiki/Sandstone

http://rri.go.id
166 Perusahaan Pertambangan Ancam Kelestarian Hutan Kalimantan
Walhi Kaltim mengungkapkan data bahwa persoalan deforestrasi kian parah
justru bukan dari sektor kehutanan namun terdapat 166 perusahaan
pertambangan batu bara yang kini melakukan pinjam pakai kawasan hutan
sehingga mengancam kelestariannya. Direktur Walhi Kaltim, Isal Wardhana
di Samarinda, juga mengungkapkan bahwa sebagian lahan yang menjadi
kawasan pinjam pakai oleh perusahaan pertambangan batu bara itu adalah
masuk dalam katagori hutan lindung. Secara moral dan demi penyelamatan
hutan alam kaltim yang tersisa, maka tidak ada argumentasi yang
membenarkan ketika Menhut yang baru ini mengamini peminjaman
kawasan hutan untuk aktivitas di luar kehutanan yang diajukan oleh
Pemerintah kabupaten/Kota dan lebih dari 60 perusahaan pertambangan di
Kaltim.

Berdasarkan data Walhi itu menunjukan daerah terbanyak yang mengajukan


izin pinjam pakai hutan adalah di Kalsel sebanyak 72 perusahaan batu bara,
kemudian di Kaltim mencapai 65 perusahaan, Kalteng 20 perusahaan dan
Kalbar delapan perusahaan.
Sejak tahun 2001, di Kaltim tingkat deforestrasi (pengurangan luas hutan)
mencapai 350 ribu hektare setiap tahun sehingga menimbulkan kerugian
bagi masyarakat di Kaltim yang masih bergantung hidupnya dari hasil
hutan.

Ia menjelaskan bahwa dalam prosesnya pemerintah pusat melalui Dephut


harus tidak memberikan izin pinjam pakai kawasan hutan untuk kegiatan di
luar kehutatan walaupun dalam aturan/regulasinya dibenarkan ketika sudah
ada SK Menhut mengenai pinjam pakai kawasan hutan.
Permohonan ini harus ditelaah secara mendalam mengingat semakin
tingginya tingkat deforestrasi di Kaltim dan bahkan sampai merambah
Hutan Lindung di Kalimantan Timur.
Eksploitasi kawasan hutan di Kalimantan Timur akan berdampak yang
sangat signifikan terhadap keberlanjutan dan kelestarian hutan di Kaltim
dan secara langsung berpengaruh terhadap bencana ekologis yang terjadi di
Kaltim.

Ditambahkan bahwa untuk kasus di Kabupaten Nunukan menunjukan


bahwa dari hasil pantauan walhi kaltim Pemerintah Kabupaten (Pemkab)
Nunukan telah melakukan kegiatan proyek pembukaan jalan di dalam
kawasan hutan lindung.
Pemkab sampai kini diindikasikan belum bisa menunjukkan kepada publik
SK Menhut menyangkut pinjam pakai kawasan Hutan Lindung di
Kabupaten Nunukan.
Tindakan Pemkab Nunukan itu merupakan pelanggaran terhadap fungsi
kawasan dan perundang-undangan yang berlaku pada sektor kehutanan.

Seyogyanya aparat keamanan harus menghentikan proyek yang berada di


dalam kawasan hutan lindung tersebut," Isal Wardhana kembali
menegaskan.
Isal menambahkan bahwa Menhut yang baru juga seharusnya jangan
memberikan SK pinjam pakai kepada Pemkab Nunukan sampai adanya
telaah yang mendalam terhadap proyek tersebut mengingat diindikasikan
proyek telah dijalankan tanpa adanya SK pinjam pakai yang dikeluarkan
oleh Menhut.

You might also like