You are on page 1of 8

Kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan.

Kita yang dahulu kecil tanpa tahu apa


pun, kini tumbuh dewasa. Kematangan fisik dan intelektual kita bertambah. Begitu pun,
kehidupan masyarakat. Keadaan masyarakat senantiasa mengalami perubahan, perkembangan,
dan pergantian. Perubahan-perubahan ini dalam ilmu sosial dinamakan perubahan sosial budaya.

1. Pengertian Perubahan Sosial Budaya

Perubahan sosial budaya bisa kita amati dari kehidupan bangsa kita. Pada zaman prasejarah
manusia Indonesia belum mengenal tulisan. Saat pengaruh India masuk pada awal Masehi, kita
mengenal tulisan, agama, sastra, sistem kemasyarakatan, sistem kerajaan, dan bangunan
peribadatan. Begitu pula saat Islam masuk di Nusantara.

Perubahan sosial semakin cepat setelah bangsa Barat menjajah Indonesia. Kita mengenal
teknologi, birokrasi pemerintahan modern, sekolah, budaya tulis, dan organisasi. Masyarakat
benar-benar mengalami perubahan sosial budaya saat Indonesia merdeka. Kita menjadi negara
merdeka dan beragam bentuk pranata sosial kita ciptakan untuk mewujudkan cita-cita
Proklamasi 1945. Dari kilas balik dan dinamika sejarah perjalanan bangsa tersebut, bisakah
kamu merumuskan pengertian perubahan sosial budaya?

Menurut Selo Soemardjan (sebagaimana dikutip Soerjono Soekanto, 1987:285), perubahan sosial
adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat. Perubahan
tersebut mempengaruhi sistem sosialnya. Sistem sosial tersebut meliputi nilainilai, sikap, dan
pola perilaku kelompok-kelompok di masyarakat. Bisakah kamu menunjukkan perubahan sosial
budaya dalam masyarakatmu?

2. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya

Perubahan sosial selalu terjadi dalam masyarakat. Namun, perubahan pada masyarakat yang satu
berbeda dengan masyarakat yang lain. Hal ini disebabkan kondisi masyarakat yang berlainan.
Menurut Soerjono Soekanto (1987:293–298), perubahan sosial budaya yang terjadi dalam
masyarakat dapat dibedakan menjadi perubahan evolusi dan revolusi, perubahan direncanakan
dan tidak direncanakan, serta perubahan berpengaruh kecil dan berpengaruh besar.

a. Perubahan Revolusi dan Evolusi

Revolusi adalah perubahan yang berlangsung dalam waktu yang cepat. Revolusi menyangkut
seluruh sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat. Perubahan karena revolusi dapat direncanakan
atau tidak direncanakan sebelumnya, dengan kekerasan atau tanpa kekerasan. Ciri khas revolusi
antara lain perubahan berlangsung secara cepat, berskala besar karena menyangkut sendi-sendi
pokok kehidupan, terjadi tanpa direncanakan sebelumnya, sering diikuti kekerasan, serta
menimbulkan konflik. Contoh perubahan ini antara lain Revolusi Industri Inggris, Revolusi
Prancis, Revolusi Indonesia tahun 1945, serta Reformasi Indonesia tahun 1998.

Perubahan evolusi merupakan perubahan yang berjalan lambat dan memerlukan waktu yang
lama. Umumnya perubahan evolusi berupa suatu rentetan perubahan kecil yang mengikutinya
secara lambat. Perubahan evolusi terjadi karena masyarakat berusaha menyesuaikan diri dengan
kebutuhan, keadaan, dan kondisi lingkungan sekitar. Ciri khas perubahan evolusi antara lain
memerlukan waktu lama, perubahan berskala kecil, terjadinya perubahan tidak disadari oleh
masyarakat, dan tidak menimbulkan konflik atau kekerasan. Contohnya terjadi pada kehidupan
suku bangsa kita seperti Nias, Dani, Dayak, dan Sakai. Perubahan tersebut juga terjadi pada
masyarakat desa menjadi masyarakat kota yang kompleks dan perubahan mata pencaharian
hidup.

b. Perubahan Direncanakan dan Tidak Direncanakan

Perubahan direncanakan disebut juga perubahan yang dikehendaki oleh masyarakat. Oleh karena
itu, perubahan yang direncanakan adalah perubahan yang dikehendaki, diperkirakan, dan
direncanakan sebelumnya oleh pihak-pihak yang menginginkan perubahan tersebut. Orang-orang
menginginkan perubahan dinamakan agent of change atau agen perubahan. Mereka mendapat
kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin sebuah lembaga kemasyarakatan.

Contoh paling baik dari agent of change adalah peran yang dijalankan oleh Butet Manurung. Ia
ingin melihat anak-anak di pedalaman hutan di Sumatra bisa maju. Ia dengan tekun mengajak
anak-anak tersebut belajar membaca dan menulis. Baginya, melek aksara adalah kunci menuju
perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik. Ia termasuk agent of change yang sangat berjasa
bagi bangsa dan negara. Perubahan yang direncanakan dalam pelaksanaannya harus sesuai
dengan social planning yang telah ditentukan. Contoh perubahan direncanakan adalah
pembangunan kompleks rumah tahan gempa, pembangunan rumah sederhana dengan harga yang
murah, dan pembangunan tata kota. Perubahan tidak direncanakan adalah perubahan yang terjadi
tanpa sengaja atau tidak diinginkan oleh pihak-pihak yang mengadakan perubahan. Biasanya
perubahan tidak dikehendaki muncul sebagai dampak dari perubahan yang direncanakan.
Contohnya pembangunan kota menyebabkan urbanisasi, meningkatnya angka kriminalitas,
banyak rumah kumuh, dan bencana banjir.

c. Perubahan Berpengaruh Besar dan Berpengaruh Kecil

Perubahan berpengaruh besar adalah perubahan yang membawa pengaruh langsung terhadap
kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut terjadi pada unsur-unsur sosial budaya yang baku
dalam masyarakat, seperti struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata pencaharian,
dan stratifikasi sosial. Mau tidak mau masyarakat mengikuti gerak perubahan tersebut. Oleh
karena itu, perubahan ini membawa pengaruh besar bagi kehidupan masyarakat secara
keseluruhan. Contoh perubahan berpengaruh besar adalah industrialisasi, modernisasi, dan
globalisasi. Perubahan yang berpengaruh kecil adalah perubahan yang tidak membawa pengaruh
langsung bagi kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut hanya terjadi pada sekelompok kecil
dari satu unsur budaya yang tidak berarti bagi masyarakat. Misalnya perubahan mode rambut dan
tren baju. Contoh lain adalah perubahan tata bahasa, perubahan gerakan tari, dan perubahan logat
bahasa yang digunakan.

3. Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya


Laju perubahan sosial budaya setiap daerah berbeda-beda. Lihat saja, masyarakat kota lebih
cepat mengalami perubahan dibandingkan masyarakat desa. Laju perubahan sosial budaya dalam
masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor dasar, yaitu faktor pendorong dan faktor penghambat.

a. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya

Faktor-faktor pendorong perubahan sosial budaya sebagai berikut.

1) Kontak dengan Budaya Lain

Kontak merupakan proses penyampaian informasi tentang ide, keyakinan, dan hasil-hasil
budaya. Adanya kontak dengan budaya lain menjadikan satu kebudayaan bertemu dan saling
bertukar informasi. Misalnya kontak dagang antara pedagang Nusantara dengan pedagang India,
Arab, dan Barat. Kebudayaan mereka saling mempengaruhi yang akhirnya membawa perubahan
sosial budaya. Oleh karena itu, seringnya melakukan kontak dengan budaya lain akan
mempercepat laju perubahan sosial budaya.

2) Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain

Tidak adanya apresiasi terhadap karya orang lain menjadikan seseorang enggan untuk berkarya.
Namun, akan berbeda jika setiap orang menghargai hasil karya orang lain. Setiap orang akan
berlomba-lomba menciptakan suatu karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Karya-karya inilah
yang mendorong munculnya perubahan sosial budaya. Penemuan pesawat terbang mengilhami
Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie untuk mendirikan pabrik pesawat di Bandung.

3) Sistem Pendidikan yang Maju

Pendidikan mengajarkan seseorang untuk berpikir ilmiah dan objektif. Dengan kemampuan
tersebut, seseorang dapat menilai bentuk kebudayaan yang sesuai dengan kebutuhan serta
kebudayaan yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Berbekal pengetahuan itu seseorang
melakukan perubahan pada kebudayaan jika dirasa perlu. Oleh karena itu, sistem pendidikan
tinggi mampu mendorong munculnya perubahan sosial budaya.

4) Keinginan untuk Maju

Tidak ada seorang pun yang puas dengan keadaan sekarang. Mereka umumnya menginginkan
sesuatu yang lebih baik dari keadaan saat ini. Oleh karena itu, orang akan melakukan berbagai
upaya guna melakukan perubahan hidup yang tentunya ke arah kemajuan. Misalnya seorang
pelajar mengikuti kursus komputer untuk menambah pengetahuan dan keterampilan komputer.

5) Penduduk yang Heterogen

Masyarakat yang heterogen memudahkan terjadinya perubahan sosial budaya. Hal ini dapat
dilihat pada masyarakat Indonesia. Penduduk Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku, ras,
dan ideologi. Perbedaan-perbedaan yang ada tidak selamanya membawa keuntungan bagi
Indonesia. Perbedaan tersebut dapat menimbulkan konflik jika tidak disertai dengan rasa
toleransi yang tinggi. Konflik-konflik inilah yang mendorong munculnya perubahan sosial
budaya.

6) Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang Kehidupan Tertentu

Setiap orang tidak akan pernah puas dengan keadaannya saat ini. Berbagai cara dan upaya
mereka lakukan untuk mengubah taraf hidup. Rasa tidak puas terhadap keadaan mendorongnya
melakukan berbagai perubahan. Hal ini pun terjadi pada masyarakat Indonesia ketika reformasi
digulirkan. Rasa tidak puas terhadap pemerintahan saat itu mendorong masyarakat menuntut
perubahan secara total.

7) Sistem Pelapisan Terbuka

Sistem pelapisan terbuka memungkinkan terjadinya gerak sosial vertikal yang lebih tinggi.
Sistem ini memberi kesempatan kepada seseorang untuk maju. Kesempatan untuk menaiki strata
yang lebih tinggi mendorong seseorang melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

Orientasi ke Masa Depan (Visioner)

Pandangan yang visioner mendorong seseorang melakukan beragam perubahan. Bagi mereka
masa lalu adalah sesuatu yang patut untuk dikenang, bukan sebagai pedoman hidup. Masa depan
harus lebih baik dari masa sekarang. Visi inilah yang mendorong seseorang melakukan
perubahan.

9) Sikap Mudah Menerima Hal-Hal Baru

Suatu perubahan akan berdampak besar jika setiap orang menerima perubahan tersebut. Keadaan
ini menjadi berbeda jika tidak ada seorang pun yang menanggapi perubahan tersebut. Perubahan
akan berlalu begitu saja tanpa ada masyarakat yang mengikutinya. Oleh karena itu, sikap mudah
menerima hal-hal baru mendorong terjadinya perubahan sosial budaya di masyarakat.

10) Toleransi terhadap Perubahan

Sikap toleransi dibutuhkan untuk mempercepat laju perubahan sosial budaya dalam masyarakat.
Adanya sikap toleransi menjadikan masyarakat lebih mudah menerima halhal baru. Masyarakat
akan menerima hal-hal baru yang dirasa membawa kebaikan.

b. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya

Faktor-faktor penghambat perubahan sosial budaya sebagai berikut.

1) Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain

Masyarakat yang kurang berhubungan dengan masyarakat lain mengalami perubahan yang
lamban. Hal ini dikarenakan masyarakat tersebut tidak mengetahui perkembangan masyarakat
lain yang dapat memperkaya kebudayaan sendiri. Mereka terkukung dalam kebudayaan mereka
dan polapola pemikiran yang masih sederhana. Contohnya suku-suku bangsa yang masih tinggal
di pedalaman.

2) Masyarakat yang Bersikap Tradisional

Umumnya masyarakat tradisional memegang kuat adat istiadat yang ada. Mereka menolak segala
hal baru yang berkenaan dengan kehidupan sosial. Adat dan kebiasaan diagung-agungkan. Sikap
ini menghambat masyarakat tersebut untuk maju.

3) Pendidikan yang Rendah

Masyarakat yang berpendidikan rendah umumnya tidak dapat menerima hal-hal baru. Pola pikir
dan cara pandang mereka masih bersifat sederhana. Mereka umumnya enggan mengikuti gerak
perubahan yang ada. Artinya, masyarakat statis dan tidak mengalami perubahan yang berarti.

4) Adanya Kepentingan yang Tertanam Kuat pada Sekelompok Orang (vested interest)

Adanya vested interest yang kuat dalam suatu kelompok menyebabkan perubahan sulit terjadi.
Hal ini dikarenakan setiap kelompok yang telah menikmati kedudukannya akan menolak segala
bentuk perubahan. Mereka akan berusaha mempertahankan sistem yang telah ada. Mereka takut
adanya perubahan akan mengubah kedudukan dan statusnya dalam masyarakat.

5) Ketakutan akan Terjadinya Kegoyahan Integrasi

Terciptanya integrasi merupakan harapan dan cita-cita masyarakat pada umumnya. Oleh karena
itu, integrasi merupakan sesuatu yang dilindungi oleh masyarakat. Segala hal baru ditolak untuk
menghindari kegoyahan dalam integrasi masyarakat.

6) Prasangka Buruk terhadap Unsur Budaya Asing

Sikap demikian sering dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa asing.
Pengalaman-pengalaman tempo dahulu menyebabkan mereka senantiasa berprasangka buruk
terhadap budaya asing. Akibatnya, mereka menolak segala hal baru terutama berasal dari bangsa
asing, walaupun akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

7) Hambatan Ideologis

Perubahan yang bersifat ideologi sangat sulit dilakukan. Mengapa demikian? Setiap orang
memandang ideologi sebagai sebuah pedoman hidup yang paling mendasar. Oleh karena itu,
perubahan yang bersifat ideologis tidak mungkin terjadi terlebih pada masyarakat tradisional
ketika ideologi dipegang kuat dalam kehidupan sosial.

4. Faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya


Perubahan sosial budaya antara lain disebabkan kebutuhan manusia yang tidak ada batasnya.
Mereka ingin segala kebutuhan hidupnya terpenuhi. Oleh karena itu, mereka melakukan berbagai
kegiatan. Selain itu, masyarakat menilai adanya kekurangan dalam kebudayaannya.

Menurut Soerjono Soekanto (1987:299–308), terjadinya perubahan sosial budaya disebabkan dua
faktor berikut ini:

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor
tersebut sebagai berikut.

1) Bertambah dan Berkurangnya Penduduk

Bertambah atau berkurangnya penduduk disebabkan oleh angka kelahiran, kematian, dan migrasi
yang selalu berubah-ubah. Perubahan jumlah penduduk menyebabkan perubahan struktur
masyarakat, terutama menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan. Pesatnya perkembangan
kota mendorong terjadinya urbanisasi. Jumlah penduduk di kota pun bertambah, sebaliknya di
desa semakin berkurang. Kota menjadi penuh sesak, muncul pengangguran yang mampu
meningkatkan angka kriminalitas. Sementara desa kehilangan tenaga kerja produktif, banyak
lahan pertanian kosong karena ditinggalkan pemiliknya. Hal ini mengakibatkan terjadinya
perubahan pada sistem mata pencaharian, sistem stratifikasi sosial, dan tingkat kesejahteraan
masyarakat.

2) Adanya Penemuan Baru (Inovasi)

Penemuan baru mampu memicu terjadinya perubahan sosial budaya. Penemuan baru didorong
adanya discovery dan invention. Discovery adalah suatu penemuan dari unsur kebudayaan baru,
baik berupa alat atau ide baru yang diciptakan oleh seorang atau beberapa individu dalam
masyarakat. Suatu discovery dapat berubah menjadi invention jika masyarakat sudah mengakui,
menerima, dan menerapkan penemuan tersebut.

Menurut Koentjaraningrat, ada tiga hal yang mendorong munculnya penemuan-penemuan baru,
yaitu:

a) kesadaran masyarakat terhadap kekurangan dalam kehidupannya;

b) kualitas ahli atau anggota masyarakat; dan

c) perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.

3) Konflik yang Terjadi dalam Masyarakat

Pertentangan dalam masyarakat dapat menyebabkan perubahan sosial    budaya. Misalnya


konflik yang terjadi pada masyarakat Ambon. Berpuluhpuluh bangunan rusak, beratus-ratus
orang kehilangan sanak saudara, kenyamanan, dan keamanan masyarakat menjadi terganggu.
Kesemua ini akan membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat. Konflik terjadi karena ada
perbedaan-perbedaan. Ketika perbedaan diperuncing dan menuntut persamaan, terjadinya konflik
tidak terelakkan.

4) Pemberontakan dan Revolusi

yaitu menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Situasi dan kondisi tersebut mendorong
munculnya revolusi sebagai wujud dari pemberontakan. Berbagai lapisan masyarakat menuntut
adanya revolusi total di tubuh pemerintahan.

Keadaan ini mendorong munculnya perubahan sosial budaya dalam masyarakat. Contohnya
Revolusi Mei tahun 1998 yang terjadi di Indonesia. Adanya revolusi membawa perubahan besar
dari sistem pemerintahan sampai pada sistem kemasyarakatan. Contohnya terjadinya perubahan
kepala negara, wakil kepala negara, struktur kabinet sampai pada pola perilaku masyarakatnya.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat yang dapat menyebabkan
terjadinya perubahan sosial budaya. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut.

1) Perubahan Alam

Bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami, dan musibah  banjir dapat memicu
munculnya perubahan sosial budaya. Lihatlah bencana banjir bandang yang terjadi pada awal
tahun 2008. Curah hujan yang tinggi menyebabkan rumah, sekolah, pabrik, dan gedung
pemerintahan terendam air. Akses jalan, kereta api, dan aliran listrik menjadi terhambat. Banyak
orang kehilangan tempat tinggal. Mereka terpaksa tinggal dalam pengungsian dengan sarana
yang terbatas. Mereka pun kehilangan pekerjaan.

2) Peperangan

Peperangan bisa memicu terjadinya perubahan sosial budaya dalam masyarakat. Masyarakat
tidak lagi merasakan kedamaian dalam kehidupan sosialnya. Mereka hidup dengan perasaan
takut dan waswas. Masyarakat kita pernah mengalaminya saat mempertahankan kemerdekaan.
Tentara Belanda secara membabi buta menghancurkan permukiman penduduk. Masyarakat
merasa tertekan dan secara psikologis kehidupannya penuh dengan ketakutan. Akibatnya,
struktur masyarakat, pola perilaku, dan pemikiran mereka pun mengalami perubahan.

3) Pengaruh Kebudayaan Lain

Hubungan antara dua masyarakat yang berbeda kebudayaan memiliki kecenderungan untuk
saling mempengaruhi satu sama lain. Akhirnya, memicu munculnya perubahan sosial. Tiap-tiap
masyarakat melakukan penyebaran kebudayaan yang menghasilkan kebudayaan baru. Proses ini
dapat berlangsung melalui tiga cara, yaitu difusi, akulturasi, dan asimilasi. Difusi merupakan
suatu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari orang per orang kepada orang perorangan
yang lain dan dari masyarakat ke masyarakat yang lain. Akulturasi adalah pembauran
antarbudaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya. Asimilasi adalah pembauran
antarkebudayaan yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru sehingga kebudayaan lama
tidak terlihat.

Itulah beberapa hal mengenai perubahan sosial budaya. Di lingkungan masyarakat kita pun
perubahan itu terjadi. Bisakah kamu menemukannya?

Sumber :

Wismuliani, Endar dkk, 2009, IPS : untuk SMP dan MTs Kelas IX, Jakarta : Pusat perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional, h. 57 – 67.

You might also like