Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Untuk memenuhi
m salah satu syaratan sidang skripsi
Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
MOCHAMMAD RIDWAN
064020147
SKRIPSI
Mengetahui,
Pembimbing,
Dr. H.R. Abdul Maqin, S.E., M.P. Dr. Liza Laila Nurwulan, S.E., M.Si., Ak.
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).
Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.
(Q. S. 94 (Al Insyirah) : 5-8)
Mochammad Ridwan
NRP 064020147
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum
mu’alaikum Wr.Wb.
“Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Penyelesaian skripsi ini dapat
Pada kesempatan ini penulis ingin memberikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya
besarnya kepada kedua orang tuaku Ayahanda Yusuf Irawan dan Ibunda
Haslinda Saleh yang senantiasa memberikan seluruh kasih sayang dan ketulusan
Pada kesempatan ini juga penulis ingin memberikan ucapan terima kasih
khususnya kepada Bapak Dadan Soekardan, S.E., M.Si sebagai pembimbing yang
ii
telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis
Sebagai penutup, penulis juga ingin memberikan ucapan terima kasih kepada:
2. Dr. H.R. Abdul Maqin, S.E., MP., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pasundan
3. Dr. Liza Laila Nurwulan, S.E., M.Si., Ak., Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Pasundan.
6. Drs. R. Moch. Noch, Ak., Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi Universitas
Pasundan.
9. Drs. Djuwendi, M.Ak., Ak., dan Anggabrata Erningpraja, S.E., yang telah
kerjasamanya.
11. Adikku Hanisah Yulianda, yang selalu memberikan semangat bagi penulis.
12. Karina Apriyanti, S.E., yang selalu memberi semangat bagi penulis.
iii
13. Sahabat-sahabat terbaikku: Agi, Ichwan, Erul, Sem, Giga, Iday.
14. Teman-teman terbaikku: M’iyet, Oci, Nda, Ica, Eci, Indri, Mila ndut, Angga,
16. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa penulis tuliskan
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak dan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita
semua, Amin.
Penulis
Mochammad Ridwan
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO
ABSTRAK..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. v
DAFTAR TABEL......................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN
v
2.1.1. Ruang Lingkup Harga Transfer......................................... 11
Harga Transfer...................................................... 14
Harga Pasar............................................ 19
Biaya...................................................... 26
2.1.3.1. Desentralisasi......................................................... 53
vi
2.1.3.2. Pengertian Kinerja Unit Bisnis............................... 54
Divisionalisasi........................................................ 58
Laba......................................................... 65
Laba....................................................... 68
vii
3.2.1. Definisi Variabel dan Pengukurannya............................... 91
viii
4.1.1.3. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
Direktorat Aerostructure
ix
Terhadap Kinerja Unit Bisnis
LAMPIRAN...................................................................................................... 168
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.6 Uji Beda Rata-rata antara Harga Transfer dan Harga Jual....... 144
xi
Tabel 4.8 Uji Normalitas........................................................................... 146
xii
DAFTAR GAMBAR
Full Costing.............................................................................. 28
Variable Costing...................................................................... 29
Activity-Based Costing............................................................. 30
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Direktorat Aerostructure
Direktorat Aerostructure
xiv
Lampiran 12 Tabel Nilai Distribusi t……………………………........... 210
xv
BAB I
PENDAHULUAN
yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan yang akan membantu dalam
mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan. Dengan penerapan harga
menciptakan lapangan kerja yang baru dan untuk mensejahterakan kebutuhan para
karyawannya. Salah satu usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi
semua itu adalah dengan cara mereka harus melakukan aktivitas berupa penjualan
tanggung jawab, yang masing-masing diwakili oleh sebuah kotak dalam bagan
kerja (workshift), dan unit organisasi kecil lainnya. Departemen bisnis yang
memiliki beberapa unit organisasi yang lebih kecil, menduduki posisi yang
lebih tinggi dalam hierarki. Dari sudut pandang manajer senior dan dewan
1
2
tidak cukup jika hanya dilakukan divisionalisasi. Oleh karena itu, manajer
kinerja ekonomis suatu pusat laba selalu diukur dari laba bersih yang dihasilkan
oleh unit bisnis tersebut. Perusahaan yang memiliki unit bisnis di dalamnya
akan menimbulkan masalah harga transfer jika dua pusat laba (unit bisnis)
melakukan transfer barang atau jasa. Untuk penentuan laba yang menjadi
dan jasa yang ditransfer antar pusat laba tersebut. Harga transfer bagi divisi
bagi divisi pembeli. Pendapatan dan biaya tersebut merupakan komponen untuk
sebagai pusat laba dan antar pusat laba tersebut terjadi transfer barang atau jasa,
karena tidak seluruh unit bisnis dilengkapi dengan fasilitas yang sama dan
unit bisnis yang satu harus memakai barang atau jasa dari unit bisnis yang lain.
berperan sebagai salah satu alat untuk menciptakan mekanisme integrasi. Di sisi
3
lain, harga transfer menetapkan dengan tegas hak masing-masing manajer divisi
transfer, karena setiap unsur yang membentuk harga transfer akan berdampak
terhadap perolehan laba yang dipakai sebagai pengukur kinerja mereka. Karena
laba merupakan hal yang penting bagi pengukuran kinerja dalam pusat laba,
dengan adanya penerapan harga transfer, suatu pusat laba akan termotivasi
dapat menimumbullkan masalah bagi suatu divisi (unit bisnis). Seperti yang
berikut:
menyatakan bahwa:
suatu hal yang penting bagi kinerja suatu unit bisnis. Karena harga transfer
6
mengakibatkan kerugian bagi divisi atau unit bisnis yang terlibat didalamnya.
Transfer Terhadap Kinerja Suatu Unit Usaha Sebagai Pusat Laba”. Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu penerapan harga transfer
sebagai variabel independeni. Untuk variabel dependen yaitu kinerja unit usaha
sebagai pusat laba yang diwakili oleh rasio profitabilitasnya yaitu Return on Asset
korelasi yang kuat dan positif antara variabel independen dan variabel dependen.
Dengan menggunakan analisis statistik Uji t, diperoleh nilai thitung > ttabel (4,462 >
1,717), maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya hipotesis awal dapat diterima.
yang kuat dan signifikan pada penerapan harga transfer terhadap kinerja unit
pada penelitian ini penulis manambah variabel independen yaitu harga jual untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan antara harga transfer dengan harga jual,
harga transfer dan harga jual terhadap variabel dependen yaitu kinerja unit bisnis
Adapun fenomena mengenai kinerja unit bisnis yang dikutip dari Faisal
(2006:3) adalah:
penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Harga Transfer dan Harga
Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba”. (Penelitian Pada
Indonesia.
Indonesia.
8
3. Apakah terdapat perbedaan antara harga transfer dengan harga jual pada
Dirgantara Indonesia.
5. Seberapa besar pengaruh harga transfer terhadap kinerja unit bisnis pada
6. Seberapa besar pengaruh harga jual terhadap kinerja unit bisnis pada
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi
mengenai harga transfer dan harga jual di perusahaan dan pengaruhnya terhadap
kinerja unit bisnis sebagai pusat laba. Selain itu, untuk membandingkan antara
teori yang dipelajari oleh penulis di perkuliahan dengan kenyataan yang ditemui
di lapangan.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
di PT Dirgantara Indonesia.
9
PT Dirgantara Indonesia.
Dirgantara Indonesia.
Penelitian ini mempunyai dua manfaat, yaitu secara praktis dan teoritis
Penelitian ini merupakan suatu hal yang dapat menimbulkan manfaat baik
bagi penulis, bagi perusahaan, maupun bagi pembaca pada umumnya. Adapun
1. Bagi Penulis
2. Bagi Perusahaan
dan masukan mengenai harga transfer dan harga jual yang komprehensif
3. Bagi Pembaca
dan harga jual terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat laba serta untuk
selanjutnya.
HIPOTESIS
transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi di mana setidaknya salah
“Dalam arti luas, harga transfer adalah nilai barang dan jasa yang
ditransfer oleh suatu pusat pertanggungjawaban ke pusat
pertanggungjawaban yang lain. Dalam arti sempit, harga transfer
adalah nilai barang dan jasa yang ditransfer antara dua divisi (pusat
laba) atau lebih.”
“Dalam arti luas harga transfer adalah harga barang atau jasa yang
ditransfer antar pusat pertanggungjawaban dalam satu organisasi
tanpa memandang bentuk pusat pertanggungjawabannya. Sedangkan
dalam arti sempit, harga transfer adalah harga barang atau jasa yang
ditransfer antar pusat laba atau setidak-tidaknya salah satu dari
pusat pertanggungjawaban yang terlibat merupakan pusat laba.”
11
12
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan harga transfer adalah
divisi, dan sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola. Keselarasan
tujuan dapat tercapai jika dalam penentuan harga transfer dapat memenuhi prinsip
maka dua masalah yang selalu dirundingkan oleh divisi penjual dan divisi pembeli
adalah:
dasar penentuan laba yang diperhitungkan dalam harga transfer, dua faktor yang
Tidak ada metode harga transfer yang sempurna. Setiap metode penentuan harga
dibandingkan dengan metode harga transfer lainnya. Namun sering kali metode
harga transfer berdasar harga pasar, jika dapat ditentukan, umumnya dipandang
Sistem harga transfer dapat bervariasi dari yang paling sederhana sampai
yang paling rumit, tergantung dari sifat usahanya. Menurut Supriyono (2000:415)
definisi prinsip dasar harga transfer adalah: …prinsip yang menyatakan bahwa
harga transfer harus serupa dengan harga yang dibebankan jika produk
dijual kepada pihak luar atau jika produk dibeli dari pihak luar.
17
produk tersebut dijual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar.
Prinsip dasar tersebut di atas dapat tercapai jika tercipta situasi ideal dalam
transfer yang mencakup orang yang kompeten, iklim yang baik, harga pasar,
3. Harga pasar
Harga transfer yang ideal ditentukan oleh harga pasar normal
untuk produk yang ditransfer. Harga pasar tersebut biasanya
disesuaikan atau dikurangi dengan penghematan biaya karena
produk tersebut ditransfer ke divisi lain dan bukanlah dijual ke
pihak luar.
4. Kebebasan sumber
Harga transfer yang ideal didasarkan pada kebebasan
sumber. Kebebasan sumber memungkinkan bagi para manajer
pembeli dan penjual untuk memilih alternatif-alternatif terbaik.
Manajer divisi penjual harus memiliki kebebasan untuk menjual
produknya pada divisi lain dalam organisasi atau menjualnya
18
Dua metode harga transfer yang sering digunakan dalam praktik adalah
metode harga transfer berdasar pasar (market-based transfer pricing) dan metode
harga transfer berdasar biaya (cost-based transfer pricing). Di bawah ini dibahas
dan jasa yang ditransfer antarpusat laba ada maka harga pasar saat ini
a. Sumber Independen
Jika divisi penjual dapat menjual produknya di pasar luar dan divisi
pembeli dapat membeli barang atau jasa yang diperlukannya dari sumber luar
20
maka keadaan ini memungkinkan setiap divisi bebas dari divisi lainnya. Dalam
penentuan harga transfer berdasar harga pasar, keadaan ini sering kali
dinamakan harga transfer berdasar harga pasar tanpa kendala sumber. Menurut
Supriyono (2000:418) jika setiap divisi bebas dari divisi lainnya atau tidak ada
b. Kendala Sumber
1. Industri terintegrasi
21
(2008:287) dalam banyak perusahaan, pasar bagi pusat laba penjual atau pembeli
dapat saja sangat terbatas. Ada beberapa alasan akan hal ini:
pasar produk yang ditransfer terbatas, namun dalam penentuan harga transfer
harga transfer dibandingkan dengan harga harga transfer yang ditetapkan secara
1. Jika ada harga pasar yang diterbitkan, maka harga tersebut dapat
digunakan untuk menentukan harga transfer. Tetapi, terbitan
tersebut harus merupakan harga yang benar-benar dibayarkan di
pasar bebas, dan kondisi yang ada di pasar bebas harus konsisten
dengan kondisi yang ada dalam perusahaan.
2. Harga pasar mungkin ditentukan berdasarkan penawaran (bid).
Hal ini umumnya dapat dilakukan hanya jika penawar terendah
masih memiliki peluang untuk memenangkan bisnis tersebut.
Suatu perusahaan melakukan hal ini dengan membeli kira-kira
separuh dari kelompok produk tertentu di luar dan separuh lagi
di dalam perusahaan. Perusahaan tersebut menawarkan seluruh
produk tetapi memilih separuh yang tetap tidak dijual.
Perusahaan tersebut mendapatkan penawaran yang sah karena
penawar terendah dapat berharap untuk memperoleh sebagian
dari bisnis tersebut. Sebaliknya, jika suatu perusahaan meminta
penawaran hanya untuk mendapatkan harga kompetitif dan tidak
memberikan kontrak tersebut kepada penawar terendah, maka
perusahaan tersebut akan segera menemukan bahwa tidak akan
24
laba lain dibandingkan dengan jika produk tersebut dijual pada pihak luar.
menggunakan harga pasar yang dimodifikasi dapat dilihat pada gambar 2.1.
25
Gambar 2.1
Rumus penentuan harga transfer dengan menggunakan harga pasar
yang dimodifikasi
xxx
-
Harga transfer per unit Rpxxx
pasar umumnya diakui sebagai metode yang terbaik, namun dalam keadaan
transfer ditentukan sebesar biaya ditambah laba sehingga metode ini sering
27
a. Komponen Biaya
(2000:425) biaya yang dapat diperhitungkan untuk dasar penentuan harga transfer
meliputi:
Dengan demikian dalam penentuan harga transfer ini, harga jual barang
yang ditransfer antardivisi didasarkan pada biaya penuh produk yang ditransfer.
harga transfer, manajemen perlu mempertimbangkan tiga hal penting berikut ini:
28
Mulyadi (2001:386-390) dapat dihitung dengan salah satu dari tiga pendekatan
penentuan biaya:
1. Full Costing
Jika Full Costing dipakai sebagai pendekatan perekayasaan biaya
yang digunakan sebagai dasar penentuan harga transfer, unsur-
unsur yang diperhitungkan dalam penentuan harga transfer
disajikan pada gambar 2.2.
Gambar 2.2
Unsur-unsur yang Diperhitungkan dalam Penentuan Harga
Transfer atas Dasar Biaya dengan Pendekatan Full Costing
Biaya nonproduksi:
Biaya pemasaran
Gambar 2.3
Unsur-unsur yang Diperhitungkan dalam Penentuan Harga
Transfer atas Dasar Biaya dengan Pendekatan Variable Costing
Biaya tetap:
Gambar 2.4
Unsur-unsur yang Diperhitungkan dalam Penentuan Harga
Transfer atas Dasar Biaya dengan Pendekatan Activity-Based
Costing
y% x Aktiva Penuh
a. Unit level activity
b. Batch activity
c. Product sustaining activity
Aktiva lancar
d. Facility sustaining activity
Aktiva tidak lancar
Sumber: (Mulyadi:389)
dasar penentuan harga transfer, terdapat beberapa kelemahan penting dasar ini.
1. Tidak mendorong divisi penjual berkerja efisien. Hal ini karena jika
digunakan penentuan laba berdasar persentase biaya sesungguhnya,
berarti semakin besar biaya sesungguhnya maka semakin besar pula
laba divisi penjual.
2. Divisi pembeli dibebani ketidakefisienan divisi penjual. Semakin tidak
efisien divisi penjual berakibat harga transfernya semakin tinggi.
3. Biaya sesungguhnya dapat diketahui akhir periode. Divisi pembeli
umumnya ingin mengetahui harga transfer yang ditanggungnya
sebelum pembuatan keputusan mentransfer dari divisi lain.
harga transfer yang lebih baik dibandingkan dengan metode biaya sesungguhnya,
sebagai dasar penentuan biaya standar divisi penjual. Akan tetapi menurut
berikut:
b. Komponen Laba
biaya, besarnya harga transfer berdasar biaya ditambah laba dapat digunakan
d. Pertimbangan Manajemen
ditambah laba menimbulkan berbagai macam masalah yang serius. Oleh karena
Prosedur tersebut diperlukan agar harga transfer dapat ditentukan dengan baik
sehingga tujuan penentuan harga transfer dapat dicapai. Prosedur formal yang
dapat digunakan adalah: (1) metode pengelolaan harga transfer berdasar negosiasi,
dan (2) metode pengelolaan harga transfer berdasar arbitrasi. Di bawah ini akan
besarnya harga transfer antar pusat laba yang terlibat, tanpa campur tangan
Kantor pusat harus menentukan aturan atau aturan main untuk para
negosiasi harga transfer dimulai oleh divisi penjual dengan jalan menawarkan
harga transfer dan syarat-syarat lainnya dalam transfer produk ke divisi pembeli,
(2000:448) terhadap harga yang ditawarkan oleh divisi penjual tersebut mungkin
divisi pembeli:
pembanding di luar tidak ada, maka metode harga transfer negosiasi hanya dapat
diterapkan secara terbatas. Keadaan ini mendorong manajer kantor pusat untuk
sebagai berikut:
transfer yang ditentukan oleh eksekutif atau badan lain yang ditugasi untuk
transfer.
Keuntungan dari metode ini menurut Carter dan Usry dalam Krista S.E.,
mentransfer semua atau hampir semua produknya pada divisi pembeli dalam
perusahaan yang sama. Keadaan seperti ini sering disebut dengan penjualan
penjual yang menjual semua atau sebagian besar produknya ke divisi lain
dalam perusahaan.
jawab yang berarti terhadap pemasaran produknya. Tanggung jawab utama divisi
biaya, kualitas, dan jadwal produksi. Dengan demikian, laba divisi penjual sangat
jasa yang berasal dari kantor pusat. Biaya dari unit staf jasa pusat untuk unit usaha
dimana unit usaha tersebut tidak memiliki kendali (seperti akuntansi pusat,
hubungan masyarakat, dan administrasi yang dikeluarkan). Oleh karena itu timbul
masalah mengenai penentuan beban tetap divisi atas jasa yang disediakan oleh
kantor pusat. Untuk tujuan tersebut menurut Supriyono (2000:457-458), jasa dari
Masalah utama yang timbul atas jasa yang diterima dari kantor
pusat adalah bagaimana mengalokasikan biaya dari kantor pusat
yang berhubungan dengan jasa tersebut pada setiap divisi. Dalam
hal ini timbul dua macam pendapat yang saling bertentangan,
kedua macam pendapat tersebut adalah:
a. Biaya dari kantor pusat dialokasikan kepada setiap divisi.
b. Biaya dari kantor pusat tidak dialokasikan kepada setiap
divisi.
Pihak yang setuju bahwa biaya dari kantor pusat dialokasikan
kepada setiap divisi adalah sebagai berikut:
a. Jika manajer divisi, baik memanfaatkan jasa atau tidak
memanfaatkan jasa dari kantor pusat, diwajibkan membayar
jasa tersebut maka para manajer divisi cenderung
memanfaatkan jasa tersebut.
b. Jika para manajer divisi diharuskan membayar jasa yang
diterima dari kantor pusat, mereka akan berusaha menekan
biaya tersebut dengan cara mengajukan keberatan atau
keluhan-keluhan.
c. Laba divisi lebih realistik dan dapat diperbandingkan dengan
perusahaan luar karena perusahaan luar tersebut juga harus
membayar jasa-jasa sejenis.
Pihak yang berpendapat bahwa biaya dari kantor pusat tidak
perlu dialokasikan ke setiap divisi mendasarkan alasan bahwa
alokasi biaya tersebut tidak dapat dikendalikan oleh manajer
sehingga tidak dapat mencerminkan prestasi manajer divisi dan
hanya akan mengganggu perhatian para manajer divisi saja.
2. Jasa dari kantor pusat yang harus diterima divisi, namun jumlah
tersebut sebagian dapat dikendalikan oleh divisi.
Sebagian jasa yang harus diterima dari kantor pusat mungkin
jumlahnya dapat dikendalikan oleh manajer divisi, sebagi contoh
adalah jasa pengolahan data dan jasa penelitian dan
pengembangan yang dilakukan oleh staf kantor pusat untuk divisi
tertentu. Jasa yang dapat dikendalikan jumlahnya oleh manajer
divisi ini dapat diperlakukan dengan metode sebagai berikut:
a. Setiap divisi harus membayar biaya variabel atas jasa dari
kantor pusat yang jumlahnya dapat mereka kendalikan.
b. Setiap divisi harus membayar jasa yang digunakan sebesar
biaya penuh yang sesungguhnya.
Biaya penuh yang harus dibayar oleh divisi dan jasa dari
kantor pusat adalah sebesar biaya variabel ditambah alokasi
biaya tetap yang adil. Pendapat ini didasarkan alasan sebagai
berikut:
1. Jika divisi tidak mau membayar jasa sejumlah biaya
sepenuhnya, berarti kualitas jasa atau efisiensi kantor
pusat jelek.
47
suatu barang atau jasa, yaitu jumlah uang yang pembeli sanggup membayar
moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang
perusahaan.
48
Pada dasarnya ada beberapa tujuan penetapan harga jual menurut Fandi
e. Tujuan-tujuan lainnya
Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya
pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung
penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah.
Tujuan-tujuan penetapan harga jual tersebut mempunyai
implikasi penting terhadap srategi bersaing perusahaan. Tujuan
yang ditetapkan harus konsisten dengan cara yang ditempuh
perusahaan dalam menempatkan posisi relatifnya dalam
persaingan. Misalnya pemilihan tujuan berorientasi pada laba
mengandung makna bahwa perusahaan akan mengabaikan harga
jual produk sejenis. Untuk memilih ini perlu diperhatikan jika
keadaan adalah sebaga berikut
a. Tidak ada pesaing.
b. Perusahaan beroperasi pada kapasitas besar.
c. Harga bukanlah merupakan atribut yang penting bagi
pembeli.
Jual
(1997:154) secara umum ada dua faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam
Menurut Mulyadi (2001:348) ada tiga metode dalam penentuan harga jual
yaitu:
Biaya yang
Harga Jual per Unit = berhubungan + Persentase markup
langsung dengan
volume (per unit)
52
2.1.3.1. Desentralisasi
yang besar dalam pengambilan keputusan adalah organisasi yang besar tingkat
tidak diikuti dengan desentralisasi akan menimbulakan pseudo profit center (pusat
laba tidak dalam arti sebenarnya) karena manajer divisi tidak memiliki wewenang
Pengertian Unit Bisnis menurut Mia dan Clarke yang dikutip oleh Faisal
Sedangkan kinerja unit bisnis didefinisikan oleh Mia dan Clarke yang
divisi-divisi (pusat laba atau unit bisnis) yang manajernya diberi tanggung
divisinya. Oleh karena itu, manajer divisi harus diberi wewenang untuk
keputusan laba maka manajer divisi bertanggung jawab terhadap laba yang
dalam ruang lingkup laba (yaitu, selisih antara pendapatan dan beban),
pertanggungjawaban tersebut.
56
laba karena manajer yang bertanggung jawab atas unit tersebut memiliki
1. Keunggulan Divisonalisasi
a. Pembuatan keputusan dapat lebih cepat. Hal ini disebabkan
karena banyak keputusan operasional yang dapat dibuat oleh
manajer divisi tanpa harus melibatkan manajer kantor pusat.
b. Kualitas keputusan dapat ditingkatkan. Hal ini disebabkan
karena keputusan dibuat oleh manajer divisi yang mengenal
dengan baik situasi yang dihadapi divisinya.
c. Moral, kepuasan, dan kebanggaan manajer divisi dapat
ditingkatkan. Hal ini karena mereka berpartisipasi aktif dalam
pembuatan keputusan.
d. Manajemen kantor pusat dapat dibebaskan dari pembuatan
keputusan rutin. Oleh karena itu, manajemen kantor pusat
dapat memusatkan kegiatannya dalam keputusan yang lebih
tinggi, misalnya pada perumusan strategis.
e. Kesadaran laba dapat dipertinggi. Manajer divisi yang
bertanggung jawab terhadap laba akan secara terus-menerus
mencari cara-cara untuk meningkatkan laba.
f. Pengukuran kinerja lebih diperluas. Divisi dinilai prestasinya
atas dasar laba, yang sifatnya lebih menyeluruh dibandingkan
jika hanya diukur dari segi pendapatan (untuk pusat
pendapatan) atau diukur dari segi biaya (pusat beban) secara
terpisah seperti dalam organisasi fungsional.
g. Manajer divisi lebih bebas menggunakan imajinasi dan
inisiatifnya. Hal ini disebabkan karena wewenang pembuatan
59
manajer divisi harus memperoleh otonomi seperti seorang manajer puncak suatu
misalnya:
sebagai berikut:
sebagai berikut:
1. Masalah Karyawan
Divisionalisasi memerlukan manajer dengan bakat dan keahlian
untuk memperoleh laba sebagaimana manajer bisnis yang berdiri
sendiri. Manajer dengan bakat dan keahlian tersebut mungkin
tidak dapat diperoleh dari dalam perusahaan yang semula
disentralisasi. Jika manajer yang memenuhi syarat tersebut belum
ada maka perusahaan harus melatih karyawan yang sudah ada
atau merekrut karyawan dari luar yang memenuhi syarat
tersebut. Syarat-syarat manajer untuk perusahaan yang
didivisionalisasi anatara lain sebagai berikut:
1. Manajemen kantor pusat harus tahu bagaimana menggunakan
laporan-laporan pengendalian manajemen untuk perencanaan,
pengendalian, dan koordinasi kegiatan divisi.
2. Manajer divisi yang cakap dan memiliki pendangan yang luas
terhadap pelaksanaan tanggung jawab divisinya. Tanpa
manajer yang cakap, sulit dilakukan divisionalisasi. Manajer
yang cakap ini dapat diperoleh melalui pendidikan dan latihan
atau dapat pula diperoleh dari luar.
3. Perusahaan yang didivisionalisasi memerlukan analisis
keuangan dan anggaran yang cakap untuk staf kantor pusat
dan staf divisi.
2. Masalah Satu Kegiatan Utama
Jika suatu perusahaan hanya memiliki satu kegiatan utama dan
suksesnya bergantung pada satu kegiatan tersebut maka
diragukan apakah tanggung jawab atas kegiatan utama tersebut
dapat didelegasikan kepada beberapa manajer divisi. Dalam
keadaan ini, usaha-usaha untuk mendesentralisasi tanggung
jawab laba mungkin hanya mengakibatkan sistem pengendalian
dan komunikasi menjadi mahal dan tidak praktis.
3. Masalah Kegiatan Utama yang Serupa
Desentralisasi tanggung jawab laba dapat digunakan dengan baik
dalam perusahaan yang menjalankan beberapa bisnis yang tidak
sama. Di lain pihak, beberapa unit organisasi yang mempunyai
kegiatan serupa cenderung dikelompokkan menjadi satu,
misalnya sekelompok pemasaran merupakan pengelompokkan
kegiatan untuk memperoleh dan melayani pesanan.
Penegelompokkan kegiatan yang serupa di dalam suatu
perusahaan tidak selaras dengan konsep divisionalisasi. Dalam
divisionalisasi, pengelompokkan kegiatan yang serupa hendaknya
dilakukan di unit-unit di bawah divisi sehinggan divisi tersebut
tetap merupakan pusat laba. Koordinasi kegiatan yang serupa
64
manajemen, yang memiliki fokus pada bagaimana hasil kerja para manajer.
Pengukuran laba suatu pusat laba menyangkut transaksi tidak hanya antara
suatu pusat laba dengan pihak luar, namun juga transaksi dengan pusat laba yang
lain, dengan kantor pusat, dan dengan bagian-bagian perusahaan lain. Oleh karena
itu, tidak seperti pengukuran laba untuk suatu organisasi yang benar-benar
adalah: …transaksi yang dilakukan oleh dua atau lebih pihak secara
a. Pendapatan Bersama
66
Kinerja ekonomis suatu pusat laba selalu diukur dari laba bersih.
1. Margin Kontribusi
Margin kontribusi (contribution margin) menunjukkan rentang
(spread) antara pendapatan dengan beban variabel. Bahwa karena
beban tetap (fixed expense) berada diluar kendali menajer
tersebut, sehingga para manajer harus memusatkan perhatian
67
Karena laba, yang merupakan selisih antara pendapatan dan biaya, tidak
dapat berdiri sendiri sebagai ukuran kinerja pusat laba, maka perlu
digunakan dua ukuran yang menghubungkan laba yang diperoleh pusat laba
69
dengan return on total assets (ROA). Menurut Mulyadi (2001:440) formula untuk
Laba
ROI = Investasi
berikut:
ࡺ ࢋ࢚࢘ࢌ࢚ࢇࢌ࢚ࢋ࢚࢘ࢇ࢞ࢋ࢙
ROI = Total assets
Kinerja unit bisnis didefinisikan oleh Mia dan Clarke yang dikutip oleh
untuk melakukan pembuatan keputusan laba. Oleh karena itu, manajer divisi
bertanggung jawab terhadap laba yang dicapai oleh divisinya. Dengan demikian
dalam ruang lingkup laba (yaitu, selisih antara pendapatan dan beban),
bisnis) adalah: …unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang
menyatakan bahwa: …hampir semua unit bisnis diciptakan sebagai pusat laba
karena manajer yang bertanggung jawab atas unit tersebut memiliki kendali
Karena laba, yang merupakan selisih antara pendapatan dan biaya, tidak
dapat berdiri sendiri sebagai ukuran kinerja pusat laba, maka perlu
digunakan dua ukuran yang menghubungkan laba yang diperoleh pusat laba
pusat laba adalah seberapa tinggi tingkat pencapaian target yang telah
direncanakan oleh unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang
bertanggung jawab terhadap laba yang dalam hal ini untuk mengukur kinerja unit
bisnis sebagai pusat laba, umumnya digunakan dua ukuran yang menghubungkan
laba yang diperoleh pusat laba dengan investasi yang digunakan untuk
Tabel 2.1
Pengaruh Pengguuaan Informasi SAM Terhadap Kinerja Unit Bisnis
Yang Dimoderasi OIeh Intensitas Kompetisi Pasar
Intensitas Kompetisi Pasar
Informasi SAM
Rendah Tinggi
Less Sophisticated Kinerja unit bisnis tinggi Kinerja unit bisnis rendah
Sophisticated Kinerja unit bisnis rendah Kinerja unit bisnis tinggi
Sumber: Yulius dan Gudono (2007:8)
dan harga jual merupakan bagian dari informasi SAM yang berhubungan
transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi di mana setidaknya salah
Penetapan harga jual yang tepat adalah salah satu faktor penting bagi
sangat baik namun tidak dapat menetapkan harga jual dengan tepat untuk barang
tukar suatu barang atau jasa, yaitu jumlah uang yang pembeli sanggup
adalah …satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa
menyatakan bahwa:
perbedaan antara penentuan harga transfer dengan harga jual. Berdasarkan uraian
Menurut Abdul Halim (2005:50), ada tiga faktor yang mempengaruhi laba
perusahaan yaitu …biaya, harga jual dan volume (penjualan dan produksi).
Biaya yang timbul dari perolehan atau untuk pengolahan suatu produk atau
jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan. Harga jual
mempengaruhi laba tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain.
Dengan pernyataan di atas maka terdapat hubungan yang erat antara harga
jual dengan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba yang dinilai prestasinya
berdasarkan laba yang dihasilkan. Harga jual akan mempengaruhi besarnya laba
yang akan didapatkan oleh unit bisnis karena unit bisnis mempunyai hak dalam
menetapkan harga jual yang tepat agar memperoleh laba (selisih antara
sebagai berikut:
H2: “Tedapat pengaruh signifikan harga jual terhadap kinerja unit bisnis
Pengukuran laba suatu unit bisnis sebagai pusat laba menyangkut transaksi
tidak hanya antara suatu pusat laba dengan pihak luar, namun juga transaksi
dengan pusat laba yang lain, dengan kantor pusat, dan dengan bagian-bagian
76
perusahaan lain. Oleh karena itu, tidak seperti pengukuran laba untuk suatu
dilakukan oleh dua atau lebih pihak secara independen. Menurut Supriyono
a. Pendapatan Bersama
Pendapatan bersama (pendapatan gabungan) adalah pendapatan
yang timbul karena suatu bagian pemasaran divisi tertentu dapat
menemukan pembeli atau dapat menjual produk yang dihasilkan
divisi lainnya dalam perusahaan yang sama. Dalam hal ini timbul
masalah adanya pendapatan perusahaan yang sebenarnya
merupakan hasil usaha bersama dua divisi.
b. Biaya Bersama
Biaya bersama (biaya gabungan) adalah biaya yang timbul karena
penyelenggaraan fasilitas bersama yang dinikmati bersama oleh
berbagai pusat laba. Alokasi biaya gabungan dipengaruhi oleh
tujuan pengukuran laba. Jika tujuan pengukuran laba untuk
menilai kinerja manajer, maka biaya gabungan dialokasikan pada
setiap pusat laba hanya jika biaya tersebut terkendalikan oleh
manajer pusat laba yang bersangkutan dan jika biaya bersama
tidak terkendalikan maka tidak perlu dialokasikan.
c. Harga Transfer
Masalah harga transfer timbul jika dua pusat laba melakukan
transaksi transfer barang atau jasa. Untuk penentuan laba yang
jadi bagian masing-masing pusat laba harus diperhitungkan harga
transfer barang dan jasa yang ditransfer antarpusat laba tersebut.
Harga transfer bagi divisi penjual merupakan pendapatan, di lain
pihak harga tersebut merupakan biaya bagi divisi pembeli.
Pendapatan dan biaya tersebut merupakan komponen untuk
perhitungan laba masing-masing divisi yang terkait dalam
transfer barang.
d. Konsep Laba
Konsep laba adalah konsep yang menyatakan bahwa konsep laba
yang berbeda digunakan untuk tujuan yang berbeda.
77
yang dapat menimbulkan masalah di dalam penilaian kinerja unit bisnis sebagai
pusat laba karena adanya transaksi yang terjadi antar pusat laba di dalam
perusahaan. Untuk penentuan laba yang jadi bagian masing-masing pusat laba
harus diperhitungkan harga transfer barang dan jasa yang ditransfer antarpusat
laba tersebut. Harga transfer bagi divisi penjual merupakan pendapatan, di lain
pihak harga tersebut merupakan biaya bagi divisi pembeli. Pendapatan dan biaya
Simons (2000) yang dikutip oleh Martine Cools dan Regine Slagmulder
Sedangkan Cravens and Shearon (1996) yang dikutip Martine Cools dan
perform well and evaluating them based on measures that are within their
control”.
transfer dengan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba. Pada perusahaan yang
sebagai pusat laba maka akan terjadi transfer barang atau jasa. Hal ini disebabkan
tidak seluruhnya dilengkapi dengan fasilitas yang sama sehingga ada kalanya unit
78
bisnis yang satu harus memakai barang atau jasa dari unit bisnis lainnya. Dengan
adanya penerapan harga transfer yang terjadi antara unit bisnis sebagai pusat laba
akan mempengaruhi kinerja dari unit bisnis tersebut karena unit bisnis sebagai
pusat laba diukur kinerjanya berdasarkan seberapa besar laba yang dapat
dihasilkannya.
sebagai berikut:
tersebut dilakukan di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten. Pada
penelitian ini hubungan antara hasil pengaruh penerapan harga transfer sebagai
periode 2002 sampai dengan 2003. Sedangkan perhitungan harga jual sebagai
variabel dependen diukur berdasarkan laporan laba rugi dan perhitungan harga
jual periode 2002 sampai dengan 2003. Dengan menggunakan metode deskriptif,
diperoleh hasil bahwa perhitungan harga transfer yang dilakukan oleh PT PLN
(Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten telah dilaksanakan secara sistematis
menentukan harga transfer adalah atas dasar biaya, walaupun dalam prakteknya
lebih sering menggunakan harga transfer negosiasi antar divisi. Penetapan harga
transfer berpengaruh terhadap penetapan harga jual produk sebesar 7,6%. Dengan
hipotesis yang berbunyi: “Perhitungan harga transfer yang wajar akan berdampak
terhadap perhitungan harga jual produk yang wajar pula” dapat diterima.
Bandung. Pada penelitian ini hubungan antara pengaruh harga transfer sebagai
dengan harga transfer pada departemen pertenunan di PT Octa Putra Jaya Tekstil
laporan laba rugi dan neraca untuk periode 1999 sampai dengan 2003. Dalam
penelitian ini digunakan teknik statistik parametrik untuk menganalisis data rasio.
harga transfer terhadap ROI dan Hi: terdapat pengaruh penetapan harga transfer
terhadap ROI. Kedua variabel tersebut diuji menggunakan metode pengujian dua
pihak (two tail test) yang menunjukkan bahwa t > t-tabel (t 1/2 α) atau –t > - (t 1/2
α) dengan hasil (5,85 > 3,182) yang berarti penetapan harga transfer berpengaruh
Verifikatif Pada Divisi Tempa dan Cor PT Pindad). Penelitian ini dilakukan di
Divisi Tempa dan Cor PT Pindad Bandung. Dalam penelitian ini terdapat dua
variable yang diteliti yaitu harga transfer sebagai variabel independen yang
yang diukur dengan ukuran Return On Investment. Hipotesis awal yang diajukan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitis dengan pendekatan
studi Verikatif. Data yang digunakan adalah data laporan keuangan bulanan unit
bisnis/divisi Tempa dan Cor Bandung periode Januari 2000 sampai Desember
koefisien korelasi sebesar 0,550, menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat
menggunakan analisis statistik Uji t, diperoleh nilai thitung > ttabel (3,840 > 2,344),
hasil penelitian, dapat dibuktikan bahwa terdapat pengaruh yang kuat dan
Usaha Sebagai Pusat Laba (Studi Kasus Pada PT Bank X Unit Bisnis
81
Bandung). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu
penerapan harga transfer sebagai variabel independen, dimana harga transfer yang
diterapkan pada Bank X adalah harga yang dibebankan untuk penyerahan dana
dari kantor pusat kepada unit usaha berupa suatu tingkat suku bunga tertentu.
Harga transfer yang diterapkan oleh kantor pusat tersebut dikenal dengan istilah
Transfer Price Rate (TPR), Bank X menggunakan Marginal Cost System dalam
menetapkan tingkan bunga Transfer Price Rate ini. Untuk variabel dependen yaitu
kinerja unit usaha sebagai pusat laba yang diwakili oleh rasio profitabilitasnya
yaitu Return on Asset (ROA). Hipotesis awal dalam penelitian ini adalah
kinerja suatu unit usaha sebagai pusat laba”. Metode penelitian yang digunakan
dalam menyusun skripsi ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan
studi kasus. Data yang digunakan adalah data Laporan Keuangan bulanan Bank X
Unit Bisnis Bandung Periode Januari 2001 sampai Desember 2002. Hipotesis
sebesar 0,698, menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat dan positif antara
statistik Uji t, diperoleh nilai thitung > ttabel (4,462 > 1,717), maka Ho ditolak dan H1
diterima, artinya hipotesis awal dapat diterima. Berdasarkan hasil penelitian, dapat
dibuktikan bahwa terdapat pengaruh yang kuat dan signifikan pada penerapan
Pengaruh Harga Transfer Terhadap Kinerja Unit Usaha Sebagai pusat Laba
82
Pada PT Pindad (Persero). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan
diteliti yaitu harga transfer sebagai variabel independen yang diukur dengan nilai
harga transfer yang merupakan selisih antara pendapatan (penjualan intern) dan
harga pokok penjualan intern, sedangkan kinerja unit usaha sebagai variabel
penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh dari harga transfer terhadap kinerja unit
usaha sebagai pusat laba”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus. Unit analisis dalam penelitian
ini adalah lima divisi yang ada di PT Pidad yang difungsikan sebagai pusat laba,
yaitu Divisi Senjata, Divisi Munisi, Divisi Mesin Industri dan Jasa (Mijas), Divisi
Tempa dan Cor, dan Divisi Rekayasa Industri (Rekind). Data analisis adalah data
kuantitatif berupa laporan keuangan triwulanan setiap divisi dari tahun 2001
sampai dengan tahun 2005. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi
pengaruh dari harga transfer terhadap kinerja unit usaha sebagai pusat laba pada
kinerja unit usaha sebagai pusat laba pada PT Pindad. Besarnya pengaruh harga
transfer terhadap kinerja unit usaha sebagai pusat laba ditentukan oleh koefisien
Industri dan Jasa PT Pindad (Persero). Dalam penelitian ini terdapat dua
83
variabel yang diteliti yaitu harga transfer sebagai variabel independen yang diukur
dependen yang diukur berdasarkan laba sebelum pajak dibagi basis investasi
kasus. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data kuantitatif berupa
laporan keuangan triwulan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005. Hipotesis
pengaruh yang signifikan dari harga transfer terhadap profitabilitas unit usaha
sebagai pusat laba pada Divisi Mesin Industri dan Jasa PT Pindad (Persero).
Artinya, tinggi atau rendahnya harga transfer berpengaruh terhadap kinerja unit
usaha sebagai pusat laba. Besarnya pengaruh tersebut dapat ditentukan oleh
Pada PT. Mega Eltra (Persero) Cabang Medan. Tujuan penelitian ini adalah
profitabilitas perusahaan dan bila ada, seberapa kuat hubungan tersebut. Penelitian
ini dilakukan terhadap PT Mega Eltra (Persero) Cabang Medan yang menjual
beberapa produk. Objek penelitian adalah harga jual produk semen dengan
84
periode tiga tahun dari tahun 2003-2005 yang dibagi dalam triwulan (12 data).
Penelitian diuji dengan menggunakan program SPSS versi 13 dimana harga jual
sebagai variabel dependen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa harga jual semen
perusahaan. Hasil ini dapat dilihat pada R square atau r determinasi sebesar 0,207,
yang berarti hanya 20,7% variasi dari perubahan ROI dapat dijelaskan oleh
variabel-variabel yang lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan dan dari
pengujian t-test yang menunjukkan angka signifikansi (sig) harga jual berada di
atas 0,05 yaitu 0,138 berarti variabel harga jual tersebut tidak berpengaruh
95%.
Penelitian yang dilakukan oleh Yulius Kurnia Susanto dan Gudono (2007)
Unit Bisnis dan Kepuasan Kerja. Dalam penelitian ini terdapat empat variabel
yang diteliti yaitu informasi sistem akuntansi manajemen yang diukur dengan
menggunakan instrumen sembilan belas item dengan tujuh poin skala likert yang
dikembangkan oleh Chenhall dan Morris (1986). Para responden diminta untuk
Chong et al. (2001) yang diadopsi dari Mia dan Clarke (1999) dan penelitian
kompetisi pasar dengan menggunakan tujuh poin skala likert. Angka satu
merepresentasikan kondisi kompetisi pasar yang sangat rendah dan angka tujuh
merepresentasikan kondisi kompetisi pasar yang sangat tinggi. Kinerja unit bisnis
yang diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Mia dan Clarke (1999)
dengan tujuh poin skala likert. Instrumen ini berisi delapan item pertanyaan yang
menyangkut kinerja organisasi. Dan untuk kepuasan kerja diukur dengan dua
item pertanyaan dengan tujuh poin skala likert yang dikembangkan oleh Dewar
dan Werbel (1979). Instrumen ini telah digunakan oleh penelitian akuntansi
sebelumnya (Chong et al. 2001). Hipotesis yang digunakan adalah untuk H1:
yang sophisticated akan meningkatkan kinerja unit bisnis” dan H2: “Semakin
satu terlihat pada pengaruh interaksi antara informasi SAM dan intensitas
kompetisi pasar yang bernilai positif (F= 6,057) dan signifikan padap-value
dibawah 0,05 (p=0,017) sehingga hipotesis satu terdukung. Hipotesis satu juga
didukung oleh nilai rata-rata kinerja unit bisnis yang paling besar (5,25) terletak
pada grup 4 dengan informasi SAM yang sophisticated dan intensitas kompetisi
sophisticated akan meningkatkan kinerja unit bisnis akan tetapi dalam kondisi
intensitas kompetisi pasar rendah akan menurunkan kinerja unit bisnis. Hasil
unit bisnis. Hasil pengujian hipotesis dua terlihat pada pengaruh interaksi antara
informasi SAM dan intensitas kompetisi pasar yang bernilai positif (F= 10,227)
dan signifikan pada p-value dibawah 0,01 (p=0,002) sehingga hipotesis dua
terdukung. Hipotesis dua juga didukung oleh nilai rata-rata kepuasan kerja yang
paling besar (5,4583) terletak pada grup 4 dengan informasi SAM yang
sophisticated dimana intensitas kompetisi pasar yang tinggi yang terlihat pada
kompetisi pasar yang tinggi penggunaan informasi SAM yang sophisticated akan
meningkatkan kepuasan kerja akan tetapi dalam kondisi intensitas kompetisi pasar
kerja. Model penelitian ini dapat rnenjelaskan variansi kinerja unit bisnis dan
kepuasan kerja masing-masing adalah 25 persen dan 24,2 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa masih ada variabel lain yang dapat mempengaruhi kinerja
unit bisnis dan kepuasan kerja selain informasi SAM dan intensitas kompetisi
pasar.
87
Bisnis dengan Pendekatan Partial Least Square. Dalam penelitian ini terdapat
lima variabel yang diteliti yaitu intensitas persaingan pasar, penggunaan informasi
bisnis. Hipotesis yang digunakan adalah untuk H1: “Terdapat hubungan tidak
informasi SAM”, H2: “Terdapat hubungan tidak langsung antara strategi dengan
kinerja melalui penggunaan informasi SAM”, dan H3: “Terdapat hubungan tidak
langsung antara PEU dengan kinerja melalui penggunaan informasi SAM”. Dalam
penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS).
PLS adalah model persamaan struktural (SEM) yang berbasis komponen atau
dengan nilai koefisien 0.414, nilai t = 2.489 dan signifikan pada 0.05. Untuk
0.484 dengan nilai t = 2.852 dan signifikan pada level 0.05. Sedangkan hubungan
antar variabel lainnya tidak ada yang signifikan. Dengan demikian dapat
berhasil didukung. Hasil pengujian hipotesis 1 konsisten dengan temua Mia dan
Broadscope dengan Kinerja Unit Bisnis Strategis. Dalam penelitian ini terdapat
empat variabel yaitu kinerja unit bisnis strategis sebagai variabel dependen yang
diukur dengan menggunakan ukuran kinerja finansial dan non finansial dimana
interval tujuh poin, dengan skor 1 menunjukkan di bawah standar dan skor 7
dikembangkan oleh Gordon dan Narayanan (1984). Instrumen ini terdiri dari tujuh
item dengan menggunakan tujuh skala likert. Strategi bisnis sebagai variabel
independen yang diukur dengan cara pendekatan self typing. Yaitu responden
dalam penelitian ini adalah H1: “Terdapat pengaruh tidak langsung antara
pengaruh tidak langsung antara strategi bisnis terhadap kinerja SBU melalui
positif terhadap kinerja SBU”, dan H4: “Pengaruh ketidakpastian lingkungan dan
manajemen broad scope. Dalam menguji pengaruh langsung dan tidak langsung
digunakan metode analisis jalur (path analysis). Berdasarkan analisis respon dari
35 direktur utama dan direktur umum, hasil penelititan ini menunjukkan bahwa
lingkungan dan kinerja unit bisnis strategis melalui tingkat penggunaan informasi
rancangan sistem akuntansi manajemen melalui pengaruh tidak langsung, hal ini
bisnis.
BAB III
METODE PENELITIAN
sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti adalah Harga Transfer, Harga Jual,
dan Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba pada Direktorat Aerostructure di PT
permasalahan yang diteliti mengenai Harga Transfer, Harga Jual, dan Kinerja Unit
Bisnis sebagai Pusat Laba yaitu data penjualan internal pertriwulan untuk produk
wing tip assy, data penjualan ke pihak luar pertriwulan untuk produk wing tip
assy, serta Laporan Keuangan berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi pertriwulan
91
92
harga jual adalah …nilai tukar suatu barang atau jasa, yaitu
penelitian ini adalah Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba. Dalam
skala rasio.
dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Selain itu, operasionalisasi
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Independen: Harga Transfer (X1) dan Harga Jual (X2)
Variabel Konsep Indikator Skala
Harga Transfer Nilai yang diberikan atas Harga transfer per unit Rasio
Harga Jual (X2) Nilai tukar suatu barang Harga Jual per unit Rasio
tertentu.
Unit Bisnis sebagai Pusat Laba, dapat dilihat dalam Tabel 3.2.
95
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
Variabel Dependen: Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba
Variabel Konsep Indikator Skala
Kinerja Unit Seberapa tinggi tingkat Rasio
misalnya pencapaian
pengiriman produk,
dihubungkan dengan
96
tersebut. Dengan
ukuran yang
digunakan untuk
menghasilkan laba:
kembalian investasi
(RI).
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
penelitian adalah data penjualan internal pertriwulan, data penjualan ke pihak luar
pertriwulan, serta Laporan Keuangan berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi
pada tahun 2004. Untuk data penjualan internal dan Laporan Keuangan
pertriwulan sejak tahun 2004 – 2010 populasinya berjumlah 26 data. Untuk data
penjualan ke pihak luar yang dalam hal ini Direktorat Aerostructure memiliki
kewenangan untuk menjualnya ke pihak luar sejak tahun 2007, maka jumlah
Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang
Oleh karena itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul respresentatif
(mewakili).
satuan sampling yang ada dalam sebuah populasi yang berfungsi sebagai dasar
untuk penarikan sampel (Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin , 2006, 65).
Maka kerangka sampling pada penelitian ini adalah yaitu data penjualan internal
pertriwulan untuk produk wing tip assy, data penjualan ke pihak luar pertriwulan
untuk produk wing tip assy, serta Laporan Keuangan berupa Neraca dan Laporan
berarti semua ciri-ciri atau karakteristik yang ada hendaknya tercermin dalam
sampel tersebut. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah berupa data
Keuangan berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi pertriwulan dari tahun 2007
atau pengambilan sampel yang sifatnya tidak menyeluruh, yaitu tidak mencakup
seluruh populasi penelitian tetapi hanya sebagian dari populasi itu saja.
1. Data penjualan internal untuk produk wing tip assy pertriwulan dan
untuk produk tersebut. Dalam hal ini maka 12 data dikeluarkan dari
2. Data penjualan internal pertriwulan untuk produk wing tip assy, data
penjualan ke pihak luar pertriwulan untuk produk wing tip assy, serta
persyaratan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu
besaran atau variabel yang diwakilinya. Data dalam penelitian ini bersifat times
akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder (secondary
data).
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan atau yang tidak
dipublikasikan.
100
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi (Observation)
b. Dokumentasi (Documentation)
dianalisis dan diproses lebih lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari.
Dalam melakukan analisis data, diperlukan data yang akurat dan dapat
dipercaya yang nantinya akan digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh
penulis adalah:
A. Analisis Deskriptif:
B. Analisis Asosiatif:
102
C. Analisis Komparatif:
Gambar 3.1
Model Penelitian
Harga Transfer
(X1)
Kinerja Unit Bisnis
(Y)
Harga Jual
(X2)
ܻ = ݂ (ܺଵ) ܻ = ݂ (ܺଶ)
Keterangan :
f = Fungsi
Adapun analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
1. Analisis Deskriptif
harga transfer dan harga jual terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat laba pada
sebagai berikut :
2009.
c. Bagaimana kinerja unit bisni sebagai pusat laba untuk periode 2007
Indonesia.
104
maka dapat digunakan kriteria untuk menilai harga transfer dan harga jual seperti
Table 3.3
Kriteria untuk Memberikan Intepretasi
Harga Transfer dan Harga Jual
Harga Transfer dan Harga Jual
Tingkat Harga
(Rp)
48.498.994,53 - 57.733.529,07 Sangat Rendah
57.733.529,07 - 66.968.063,60 Rendah
66.968.063,60 - 76.202.598,14 Sedang
76.202.598,14 - 85.437.132,67 Tinggi
85.437.132,67 - 94.671.667,21 Sangat Tinggi
Sumber: Data yang diolah kembali
sebagai pusat laba, maka digunakan ROI rata-rata industri yang disajikan dalam
tabel 3.4.
Tabel 3.4
ROI Rata-rata Industri
Tahun Triwulan ROI
I 0.77%
II 1.54%
2007
III 0.74%
IV 1.68%
I 1.21%
II 1.13%
2008
III 0.96%
IV 0.72%
I 0.85%
II 1.56%
2009
III 0.31%
IV 1.13%
105
Maksimum 1.68%
Minimum 0.31%
Sumber: laporan keuangan industri pesawat
terbang yang diolah kembali
Berdasarkan tabel 3.4 maka dapat dibuat kriteria untuk menilai kinerja unit
bisnis sebagai pusat laba seperti yang disajikan dalam tabel 3.5.
Table 3.5
Kriteria untuk Memberikan Intepretasi
Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba
Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba Tingkat
(ROI) Kinerja
0.31% - 0.58% Sangat Rendah
0.59% - 0.86% Rendah
0.87% - 1.14% Sedang
1.15% - 1.42% Tinggi
1.43% - 1.68% Sangat Tinggi
Sumber: Data yang diolah kembali
2. Analisis Asosiatif
kuantitatif. Dengan asumsi bahwa data berdistribusi normal dan pengaruh kedua
teknik statistik parametrik, karena teknik ini sesuai dengan data kuantitatif, yaitu
a. Uji Normalitas
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Karena akan
106
menggunakan statistik parametris, maka setiap data pada setiap variabel harus
α : 0.05
hubungan antara dua variabel atau lebih. Arahnya dinyatakan dalam bentuk
Harga Transfer (X1) dan Harga Jual (X2) secara parsial dengan variabel dependen
yaitu Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba (Y), maka dalam penelitian ini
Keterangan :
independen (X) dan variabel dependen (Y). Nilai koefisien korelasi harus terdapat
kemungkinan yaitu :
variabel yang diuji, yang berarti setiap kenaikan dan penurunan nilai-
atau tidak ada korelasi sama sekali antar variabel-variabel yang diteliti
atau diuji.
108
antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y), maka dapat digunakan
Tabel 3.6
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi
Koefisien Korelasi
dengan dua atau lebih variabel independen baik secara parsial maupun simultan.
Transfer (X1) dan Harga Jual (X2) secara parsial terhadap variabel dependen yaitu
Kinerja Unti Bisnis Sebagai Pusat Laba (Y), maka digunakan analisis regresi
ܻ = ܽ + ܾܺ
109
݊∑ܻܺ − (∑ܺ)∑ܻ
ܾ=
݊∑X2 – (∑ܺ)2
Keterangan :
a = Konstanta
n = Banyaknya sampel
d. Koefisien Determinasi
ݎ = ݀ܭଶ × 100%
Dimana: 0 ≤ r2 ≤ 1
Keterangan :
Kd = koefisien determinasi
r = koefisien korelasi
110
e. Uji t
akan diuji dengan menggunakan pengujian koefisien korelasi secara parsial yaitu
݊√ݎ− 2
=ݐ
√1 − ݎଶ
Keterangan :
t = nilai uji
r = koefisien korelasi
r2 = koefisien determinasi
3. Analisis Komparatif
Untuk mengetahui perbedaan antara harga transfer dengan harga jual maka
dilakukan uji beda. Uji beda dilakukan dengan menggunakan Independent Sample
terhadap signifikansi perbedaan nilai rata-rata tertentu dari dua kelompok sampel
α : 0.05
Rancangan analisis dan uji hipotesis ini akan dimulai dengan penetapan
hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha), uji hipotesis (penetapan tingkat
penarikan kesimpulan.
Harga Transfer dan Harga Jual terhadap variabel dependen yaitu Kinerja Unit
Bisnis Sebagai Pusat Laba. Hipotesis yang dibentuk dari variabel-variabel tersebut
adalah:
Ho1 : (μଵ = μଶ) Harga Transfer tidak berbeda dengan Harga Jual.
95% (α = 0,05), karena dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara
113
t. berdasarkan uji t, maka dibuat kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis nol
(Ho) adalah:
yang terjadi secara parsial. Hal ini ditunjukkan dengan penolakan hipotesis nol
permasalahan dan krisis di tubuh Pertamina yang berakibat pula pada keberadaan
Divisi ATTP, proyek serta programnya industri pesawat terbang. Akan tetapi
karena Divisi ATTP dan proyeknya merupakan wahana guna pembangunan dan
mempersiapkan tinggal landas bagi bangsa Indonesia pada Pelita VI, Presiden
segala konsekuensinya.
segala aset, fasilitas dan potensi negara yang ada yaitu: aset Pertamina, Divisi
LIPNUR ini tidak lepas dari peran Bpk. Ashadi Tjahjadi selaku pimpinan AURI
yang mengenal BJ. Habibie sejak tahun 1960an. Dengan modal ini diharapkan
tumbuh sebuah industri pesawat terbang yang mampu menjawab tantangan jaman.
114
115
didirikan PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio dengan Dr, BJ. Habibie selaku
Industri Pesawat Terbang Nusantara atau IPTN dengan jumlah karyawan 1000
orang.
kerjasama lisesnsi helikopter NBO-105 dari MBB Jerman (kini DASA), serta
pesawat terbang NC-212 dari CASA Spanyol tahun 1976, disusul lisensi
helikopter puma NSA-330 dan NSA-332 dari Aerospatiale Perancis pada tahun
1979.
Melalui kerjasama ini landasan baru telah dibuat untuk menempatkan industri ini
sebagai salah satu mitra kerja Boeing. Hal ini dibuktikan ketika tahun 1987 PT.
737, Boeing 747, Boeing 757, Boeing 767, dan Boeing 777. Kerjasama dengan
memproduksi NBELL-412.
Sebagai salah satu agen teknologi, maka pada tahun 1983 PT Dirgantara
terbang dan helikopter maupun mesin-mesin turbin gas, untuk keperluan maritim
dan industri yang kemudian menjadi anak perusahaan pada tahun 1987.
pemesaran, industri ini berganti nama dari PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio
mandiri untuk menghasilkan produk yang sama sekali baru. Sejak tahun 1989,
baru N-2130 yang mampu mengangkut penumpang antara 100 - 130 orang. Kini
pesawat tersebut dalam fase pleminary design I desain awal dan mencari mitra
(otorisasi Eropa) untuk CN-235-110, DGAC (otoritas sipil — RI), IMAA (otoritas
BHTI — AS, Boeing — AS. Dalam bidang quality assurance sertifikasi dari GD
— AS, Bae — Inggris, Lockhead —AS, Boeing — AS, Daimler Benz Aerospace
Aircraft Service sertifikasi dari DGAC — RI, FAA — AS, Hankam — Malaysia,
pesawat terbang dan helikopter serta sistem senjata, komponen pesawat, dan jasa
lainnya. Sekitar Rp 4.825 milyar telah dihasilkan, dengan aset kini sekitar Rp
4.642 milyar.
118
Ketika tahun 1997 krisis ekonomi dan moneter melanda kawasan Asia
Dirgantara Indonesia. Berkaitan dengan itu sejak Oktober 1998 industri ini
karyawan menyusut dari 15.000 menjadi hanya sekitar 3.000 orang sekarang ini.
serta penataan kembali sumber daya manusia yang menfokuskan diri pada pasar
reorientasi bisnis dan penataan ulan SDM digulirkan, postur karyawan menyusut
perusahaan kelas dunia dalam industri dirgantara yang berbasis pada penguasaan
teknologi tinggi dan mampu bersaing dalam pasar global, dengan mengandalkan
keunggulan biaya.
militer, dan juga misi khusus. Adapun produk yang dihasilkan antara
lain:
120
a. NC-212
dapat lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek, serta mampu
b. CN-235
c. NBO-105
e. NBELL-412
2. Direktorat Aerostructure
assembly, assembly).
manufacturing).
CTRM Malaysia.
dan overhaul.
122
internasional.
PT Dirgantara Indonesia
portofolio bisnis jasa manufacture untuk pembuatan detil part & komponen
pesawat terbang dan helikopter serta komponen untuk keperluan Industri, baik
penjualan produk & jasa sesuai bidang usahanya untuk mencapai target yang
(warranty) dari produk dan jasa yang dihasilkan sesuai bidang usahanya.
efektif.
10. Atas nama Perusahaan bertanggung jawab sebagai Approved Primary Part
Supplier Holder, baik untuk detil part dan komponen pesawat terbang dan
Aerostructure dengan sumber daya dan fasilitas lain milik Perusahaan, untuk
a. Tugas Pokok
perusahaan.
ditetapkan perusahaan.
125
Usaha.
ditetapkan perusahaan.
126
a. Tugas Pokok
(low cost) & penyerahan tepat waktu (on time delivery) guna
produksi di Aerostructure.
Aerostructure .
ditetapkan program.
lingkungannya.
a. Tugas Pokok
serta jadwal yang telah ditetapkan serta mencari dan mengolah semua
digunakan di Aerostructure.
dan as-plan.
part tools, subassembly tools, jigs serta alat bantu produksi lainnya
digunakan.
Rekayasa Aerostructure.
technical excellent.
a. Tugas Pokok
di Direktorat Aerostructure.
efektif.
perusahaan.
Aerostructure.
di Direktorat Aerostructure.
technical excellent.
Aerostructure.
PT Dirgantara Indonesia
pemesanan barang dan jasa antar unit satuan usaha atau korporasi dengan satuan
barang dan jasa dalam menunjang kegiatan kerja di unit organisasinya atau
(Internal Price) adalah suatu harga internal sebagai akibat pemenuhan suatu
memperhatikan biaya plus 10% atau harga pasar mana yang lebih rendah (cost
berdasarkan biaya ditambah laba 10%. Adapun penetapan harga transfer pada
Dimana:
Cost Of Production:
Material xxx
Man Hour xxx
Overhead Cost xxx
Tabel 4.1
Direktorat Aerostructure
Harga Transfer/Unit – Wing Tip Assy
Transfer
Tahun Triwulan Material Man Hour Overhead Total Profit Internal Sales Unit
Price/Unit
I 107,245,933.84 95,329,718.97 35,748,644.61 238,324,297.43 23,832,429.74 262,156,727.17 6 43,692,787.86
PT Dirgantara Indonesia
adanya pemesanan barang berupa komponen pesawat. Harga Jual terhadap barang
yang dipesan timbul karena adanya kontrak pembuatan produk yang pihak
pembeli setuju untuk membeli produk pada harga yang telah ditetapkan.
Harga jual untuk barang yang diproduksi harus memperhatikan biaya plus
10% serta general and administratif (GNA) 11%. Adapun penetapan harga jual
Dimana:
Cost Of Production:
Material xxx
Man Hour xxx
Overhead Cost xxx
penyimpanan, biaya penagihan, biaya promosi, dan biaya untuk menjaga jika
terjadi kelebihan waktu tenaga kerja. Besarnya GNA ini telah ditentukan sebesar
Tabel 4.2
Direktorat Aerostructure
Harga Jual/Unit – Wing Tip Assy
Selling
Tahun Triwulan Material Man Hour Overhead Total COP Profit GNA Sales Unit
Price/Unit
4.1.4. Penetapan Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba Pada Direktorat
pemasaran dan penjualan produk & jasa sesuai bidang usahanya untuk
efektif.
Tabel 4.3
Direktorat Aerostructure
Kinerja Unit Bisnis
Dirgantara Indonesia
Harga transfer berdasarkan data penjualan intern dapat dilihat pada tabel
4.4.
Tabel 4.4
Direktorat Aerostructure
Harga Transfer/Unit – Wing Tip Assy
Harga Transfer/Unit Persentase
Tahun Triwulan
(Rp) Kenaikan/Penurunan
I 43.692.787,86
II 44.011.984,83 0.73%
2007
III 45.280.639,54 2.88%
IV 52.631.366,86 16.23%
I 60.180.883,78 14.34%
II 69.925.463,69 16.19%
2008
III 70.070.354,58 0.21%
IV 71.346.359,29 1.82%
I 73.086.979,63 2.44%
II 75.193.506,79 2.88%
2009
III 75.470.354,58 0.37%
IV 78.092.606,79 3.47%
Jumlah 758.983.288,22
Maksimum 78.092.606,79
Minimum 43.692.787,86
Rata-rata 63.248.607,35
Sumber: Data yang diolah kembali
Berdasarkan tabel 4.4 di atas mengenai harga transfer, dapat dilihat bahwa
sedangkan harga transfer terendah terjadi pada Triwulan ke-1 tahun 2007 sebesar
bergerak positif dimana terjadi kenaikan setiap triwulannya. Hal ini disebabkan
tabel 3.3 di bab 3, diketahui bahwa besarnya rata-rata harga transfer adalah
berdasarkan kriteria untuk harga transfer dan harga jual di mana nilai rata-rata
66.968.063,60.
Dirgantara Indonesia
Harga jual berdasarkan data penjualan ke pihak luar dapat dilihat pada
tabel 4.5.
142
Tabel 4.5
Direktorat Aerostructure
Harga Jual/Unit – Wing Tip Assy
Persentase
Tahun Triwulan Harga Jual/Unit (Rp)
Kenaikan/Penurunan
I 48.498.994,53
II 49.403.452,98 1.86%
2007
III 53.594.164,96 8.48%
IV 62.241.854,45 16.14%
I 72.903.122,61 17.13%
II 84.770.639,63 16.28%
2008
III 85.240.586,34 0.55%
IV 87.078.231,52 2.16%
I 87.623.979,88 0.63%
II 91.495.459,06 4.42%
2009
III 92.111.567,76 0.67%
IV 94.671.667,21 2.78%
Jumlah 909.633.720,93
Maksimum 94.671.667,21
Minimum 48.498.994,53
Rata-rata 75.802.810,08
Sumber: Data yang diolah kembali
Berdasarkan tabel 4.5 di atas mengenai harga jual, dapat dilihat bahwa
rata-rata harga jual periode 2007 – 2009 adalah Rp 75.802.810,08 dengan jumlah
harga jual terendah terjadi pada Triwulan ke-1 tahun 2007 sebesar Rp
jual bergerak positif dalam hal ini terjadi kenaikan setiap triwulannya. Hal ini
kriteria untuk memberikan intepretasi harga jual. Berdasarkan pada tabel 3.3 di
143
untuk harga transfer dan harga jual di mana nilai rata-rata harga jual sebesar Rp
4.2.3. Analisis Perbedaan Harga Transfer dan Harga Jual pada Direktorat
test bertujuan untuk membandingkan rata-rata dari dua grup yang tidak
berhubungan satu dengan yang lain, apakah kedua grup tersebut mempunyai rata-
Tabel 4.6
Uji Beda Rata-rata antara Harga Transfer dan Harga Jual
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Sig. Interval of the
(2-tail Mean Std. Error Difference
F Sig. t df ed) Difference Difference Lower Upper
Harga Equal variances
1.964 .175 -1.964 22 .062 -12554203 6393614.0 -3E+007 705341.1
assumed
Equal variances
-1.964 20 .063 -12554203 6393614.0 -3E+007 762571.6
not assumed
Berdasarkan tabel 4.6, diperoleh nilai Fhitung untuk harga dengan Equal
variance t test) adalah 1,964 dengan probabilitas (sig) = 0,175. Oleh karena p >
0,05; maka Ho1 diterima atau kedua varian populasi sama. Pada Equal Variances
Assumed untuk Thitung adalah 1,964 probabilitas (sig) = 0,062. Oleh karena p >
0,05; maka Ho1 diterima atau “Tidak terdapat perbedaan signifikan rata-rata antara
Indonesia”.
4.2.4. Analisis Atas Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba pada Direktorat
Kinerja unit bisnis sebagai pusat laba berdasarkan data penjualan intern
Tabel 4.7
Direktorat Aerostructure
Kinerja Unit Bisnis
Persentase Kenaikan/
Tahun Triwulan Laba/(Rugi) dalam Rp Investasi (Rp) ROI
Penurunan
I 5,782,206,888.11 131,263,482,583.95 4.41%
II 18,713,653,077.31 136,353,349,355.34 13.72% 211.56%
2007
III 11,261,739,462.83 142,347,283,263.03 7.91% -42.35%
IV 36,881,048,189.87 159,297,541,174.71 23.15% 192.64%
I 2,840,401,130.55 171,969,609,262.88 1.65% -92.87%
II 4,555,445,104.71 188,520,642,902.30 2.42% 46.30%
2008
III (7,597,898,501.78) 195,089,434,784.89 -3.89% -261.17%
IV 1,444,017,431.55 203,346,192,506.02 0.71% -118.23%
I (14,584,676,577.98) 220,175,743,035.49 -6.62% -1032.81%
II (21,218,162,477.29) 218,065,149,095.96 -9.73% 46.89%
2009
III (64,362,782,695.12) 233,827,532,849.39 -27.53% 182.89%
IV 2,780,764,007.71 245,117,039,910.67 1.13% -104.12%
Jumlah 7.33%
Maksimum 23.15%
Minimum -27.53%
Rata-rata 0.61%
Sumber: Data yang diolah kembali
Berdasarkan tabel 4.6 di atas mengenai kinerja unit bisnis sebagai pusat
laba yang diukur berdasarkan ROI, dapat dilihat bahwa rata-rata kinerja unit
bisnis sebagai pusat laba periode 2007 – 2009 adalah 0.61% dengan jumlah
keseluruhan sebesar 7.33%. Selanjutnya, kinerja unit bisnis sebagai pusat laba
paling tinggi terjadi pada Triwulan ke-4 tahun 2007 sebesar 23.15%, sedangkan
kinerja unit bisnis sebagai pusat laba terendah terjadi pada Triwulan ke-3 tahun
2009 sebesar -27.53%. Pada triwulan II tahun 2007 terjadi peningkatan ROI
sebesar 211.56% yang disebabkan oleh peningkatan hasil penjualan sehingga laba
meningkat. Untuk triwulan I tahun 2009 terjadi penurunan yang cukup tajam
oleh Direktorat Aircraft Integration yang pada saat itu Direktorat Aerostructure
laba, maka dapat digunakan kriteria untuk memberikan intepretasi kinerja unit
bisnis sebagai pusat laba. Berdasarkan pada tabel 3.5 di bab 3, diketahui bahwa
besarnya rata-rata untuk kinerja unit bisnis sebagai pusat laba adalah sebesar
0.61%, yang artinya kinerja unit bisnis sebagai pusat laba pada Direktorat
berdasarkan kriteria untuk kinerja unit bisnis sebagai pusat laba di mana nilai rata-
Indonesia
1. Uji Normalitas
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Karena akan menggunakan
statistik parametris, maka setiap data pada setiap variabel harus diuji
α : 0.05
Tabel 4.8
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kinerja Unit
Bisnis
sebagai
Harga Transfer Harga Jual Pusat Laba
N 12 12 12
Normal Parameters(a,b) Mean 63248607.3517 75802810.0775 .006108
Std. Deviation 13359852.20885 17665048.62484 .1251774
Most Extreme Absolute
.275 .277 .170
Differences
Positive .161 .146 .131
Negative -.275 -.277 -.170
Kolmogorov-Smirnov Z .952 .961 .588
Asymp. Sig. (2-tailed) .325 .314 .879
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Dari tabel 4.8 di atas diperoleh nilai signifikansi (Sig) untuk harga
transfer sebesar 0.325 nilai ini lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima. Nilai
signifikansi (Sig) untuk harga jual sebesar 0.314 nilai ini lebih besar dari 0.05,
maka Ho diterima. Dan nilai signifikansi (Sig) untuk kinerja unit bisnis
148
sebagai pusat laba sebesar 0.879 nilai ini lebih besar dari 0.05, maka Ho
berdistribusi normal.
besar-kecilnya suatu korelasi. Korelasi itu berarti hubungan, begitu pula analisis
korelasi yaitu suatu analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antara dua
variabel. Korelasi parsial adalah suatu nilai yang memberikan kuatnya hubungan
dua variabel antara variabel X dengan variabel Y, yang salah satu bagian variabel
Berikut ini adalah hasil perhitungan mengenai korelasi parsial antara harga
transfet dengan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba dengan menggunakan
software SPSS 13.0, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9
Analisis Korelasi antara Harga Transfer dengan
Kinerja Unit Bisnis
Correlations(a)
Kinerja Unit
Bisnis
Harga sebagai
Transfer Pusat Laba
Harga Transfer Pearson Correlation 1 -.679(*)
Sig. (2-tailed) .015
Kinerja Unit Bisnis Pearson Correlation -.679(*) 1
sebagai Pusat Laba Sig. (2-tailed)
.015
harga transfer dengan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba sebesar -0,679. Angka
149
tersebut berdasarkan tabel 3.6 di bab 3 menunjukkan korelasi yang “Kuat” karena
berada pada interval 0,60 - 0,799. Adanya tanda (-) di depan angka 0,679
menunjukkan bahwa korelasi memiliki pola negatif atau tidak searah. Dengan
demikian, dapat disimpulakn bahwa semakin tinggi harga transfer, maka akan
variabel atau lebih, terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya
belum diketahui dengan sempurna, atau untuk mengetahui bagaimana variasi dari
dua variabel.
sederhana antara harga transfer dengan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba
menggunakan software SPSS 13.0, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.10
Tabel 4.10
Analisis Regresi Linier Sederhana antara Harga Transfer dengan
Kinerja Unit Bisnis
ANOVA(b)
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .079 1 .079 8.548 .015(a)
Residual .093 10 .009
Total .172 11
a Predictors: (Constant), Harga Transfer
b Dependent Variable: Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba
Pada table 4.10, nilai F = 8,548 dengan p (Sig) = 0.015. Oleh karena nilai
p < 0,05 maka regresi dapat dipakai untuk memprediksi kinerja unit bisnis sebagai
pusat laba.
Tabel 4.11
Analisis Regresi Linier Sederhana antara Harga Transfer dengan
Kinerja Unit Bisnis
Coefficients(a)
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .408 .140 2.909 .016
Harga Transfer -.0000000063607639 .000 -.679 -2.924 .015
a Dependent Variable: Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba
Y = 0,408 - 0,0000000063607639 X
apabila tidak ada variabel harga transfer, maka kinerja unit bisnis sebagai pusat
laba adalah sebesar 0,408. Nilai B (koefisien) variabel harga transfer sebesar -
sebesar Rp 1 akan menurunkan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba sebesar
0,0000000063607639.
4. Koefisien Determinasi
suatu variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah hasil
dengan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba dengan menggunakan software SPSS
Tabel 4.12
Analisis Koefisien Determinasi antara Harga Transfer
dengan Kinerja Unit Bisnis
Model Summary(b)
pengkuadratan dari koefisien korelasi dikali 100%) atau R square. Dari tabel 4.12
di atas dapat terlihat bahwa nilai koefisien determinasi yang dihasilkan adalah
sebesar 0,6792 x 100% = 46,10% artinya bahwa kinerja unit bisnis sebagai pusat
laba dipengaruhi oleh harga transfer sebesar 46,10%, sedangkan sisanya 53,90%
dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel harga transfer seperti intensitas
sebesar 0,0963991 lebih kecil dari standar deviasi sebesar 0,1251774 (lihat
5. Pengujian Hipotesis
mengenai suatu populasi dari sampel. Dengan demikian, informasi dari sampel
pusat laba.
hitung. Bedasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 13.0, maka
Tabel 4.13
Uji signifikansi t / Coefficients variabel Harga Transfer dengan
Kinerja Unit Bisnis
Coefficients(a)
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .408 .140 2.909 .016
Harga Transfer -.0000000063607639 .000 -.679 -2.924 .015
a Dependent Variable: Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba
153
Berdasarkan tabel 4.12 diatas, nilai thitung untuk variabel harga transfer
adalah -2,924. Dengan dk = 12 – 2 =10, maka nilai ttabel pada taraf kepercayaan
95% (signifikansi 5%) adalah 2,228. Dapat disimpulkan bahwa ±thitung (-2,924) >
Gambar 4.1
Daerah Penerimaan H0
pengaruh signifikan harga transfer terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat laba”.
besar-kecilnya suatu korelasi. Korelasi itu berarti hubungan, begitu pula analisis
korelasi yaitu suatu analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antara dua
variabel. Korelasi parsial adalah suatu nilai yang memberikan kuatnya hubungan
154
dua variabel antara variabel X dengan variabel Y, yang salah satu bagian variabel
Berikut ini adalah hasil perhitungan mengenai korelasi parsial antara harga
jual dengan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba dengan menggunakan software
Tabel 4.14
Analisis Korelasi antara Harga Jual dengan
Kinerja Unit Bisnis
Correlations(a)
Kinerja Unit
Bisnis
sebagai
Harga Jual Pusat Laba
Harga Jual Pearson Correlation 1 -.675(*)
Sig. (2-tailed) .016
Kinerja Unit Bisnis Pearson Correlation -.675(*) 1
sebagai Pusat Laba Sig. (2-tailed)
.016
harga transfer dengan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba sebesar -0,675. Angka
tersebut berdasarkan tabel 3.5 di bab 3 menunjukkan korelasi yang “Kuat” karena
berada pada interval 0,60 - 0,799. Adanya tanda (-) di depan angka 0,675
menunjukkan bahwa korelasi memiliki pola negatif atau tidak searah. Dengan
demikian, dapat disimpulakn bahwa semakin tinggi harga jual, maka akan
variabel atau lebih, terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya
belum diketahui dengan sempurna, atau untuk mengetahui bagaimana variasi dari
dua variabel.
sederhana antara harga jual dengan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba
menggunakan software SPSS 13.0, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.15
Tabel 4.15
Analisis Regresi Linier Sederhana antara Harga Jual dengan
Kinerja Unit Bisnis
ANOVA(b)
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .079 1 .079 8.384 .016(a)
Residual .094 10 .009
Total .172 11
a Predictors: (Constant), Harga Jual
b Dependent Variable: Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba
Pada tabel 4.15, nilai F = 8,384 dengan p (Sig) = 0.016. Oleh karena nilai
p < 0,05 maka regresi dapat dipakai untuk memprediksi kinerja unit bisnis sebagai
pusat laba.
156
Tabel 4.16
Analisis Regresi Linier Sederhana antara Harga Jual dengan
Kinerja Unit Bisnis
Coefficients(a)
Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients
Y = 0,369 - 0,0000000047853702 X
apabila tidak ada variabel harga transfer, maka kinerja unit bisnis sebagai pusat
laba adalah sebesar 0,369. Nilai B (koefisien) variabel harga transfer sebesar -
sebesar Rp 1 akan menurunkan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba sebesar
0,0000000047853702.
3. Koefisien Determinasi
suatu variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah hasil
kinerja unit bisnis sebagai pusat laba dengan menggunakan software SPSS 13.0,
Tabel 4.17
Analisis Koefisien Determinasi Parsial antara Harga Jual dengan
Kinerja Unit Bisnis
Model Summary(b)
Besarnya kontribusi variabel harga jual terhadap kinerja unit bisnis sebagai
pengkuadratan dari koefisien korelasi dikali 100%) atau R square. Dari tabel 4.16
di atas dapat terlihat bahwa nilai koefisien determinasi yang dihasilkan adalah
sebesar 0,6752 x 100% = 45,60% artinya bahwa kinerja unit bisnis sebagai pusat
laba dipengaruhi oleh harga jual sebesar 45,60%, sedangkan sisanya 54,40%
dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel harga jual seperti intensitas
sebesar 0,0968286 lebih kecil dari standar deviasi sebesar 0,1251774 (lihat
4. Pengujian Hipotesis
mengenai suatu populasi dari sampel. Dengan demikian, informasi dari sampel
Ho2 : ρ = 0, Harga jual tidak berpengaruh terhadap kinerja unit bisnis sebagai
pusat laba.
158
Ha2 : ρ ≠ 0, Harga jual berpengaruh terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat
laba.
hitung. Bedasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 13.0, maka
Tabel 4.18
Uji signifikansi t / Coefficients variabel Harga Jual dengan
Kinerja Unit Bisnis
Coefficients(a)
Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients
Berdasarkan tabel 4.18 diatas, nilai thitung untuk variabel harga jual adalah -
2,895. Dengan dk = 12 – 2 =10, maka nilai ttabel pada taraf kepercayaan 95%
(signifikansi 5%) adalah 2,228. Dapat disimpulkan bahwa ±thitung (-2,895) > ±ttabel
Gambar 4.2
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji t) variabel Harga Jual dengan
Kinerja Unit Bisnis
Daerah Penerimaan H0
pengaruh signifikan harga jual terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat laba”.
BAB V
5.1. Kesimpulan
dan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba, maka penulis dapat menarik
pertriwulan selama tahun 2007 – 2009 (12 triwulan) adalah “Rendah”. Hasil
ini ditunjukkan berdasarkan kriteria untuk harga transfer dan harga jual yang
dalam hal ini nilai rata-rata harga transfer sebesar Rp 63.248.607,35 berada
pertriwulan selama tahun 2007 – 2009 (12 triwulan) adalah “Sedang”. Hasil
ini ditunjukkan berdasarkan kriteria untuk harga transfer dan harga jual yang
dalam hal ini nilai rata-rata harga jual sebesar Rp 75.802.810,08 berada pada
3. Perbedaan antara harga transfer dengan harga jual berdasarkan Thitung adalah
1,964 dengan probabilitas (sig) = 0,062. Oleh karena p > 0,05; maka Ho1
160
161
diterima atau “Harga Transfer tidak berbeda dengan Harga Jual” pada
pertriwulan selama tahun 2007 – 2009 (12 triwulan) adalah “Rendah”. Hasil
ini ditunjukkan berdasarkan kriteria untuk kinerja unit bisnis sebagai pusat
laba yang dalam hal ini nilai rata-rata ROI sebesar 0.61% berada pada interval
0.59% - 0.86%.
5. Besarnya pengaruh harga transfer terhadap kinerja unit bisnis pada Direktorat
determinasi yaitu sebesar 46,10%. Artinya bahwa kinerja unit bisnis sebagai
dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel harga transfer seperti intensitas
transfer terhadap kinerja unit bisnis memiliki hubungan yang ”Kuat”, hal ini
ditunjukan dari koefisien korelasi sebesar -0,679. Adanya tanda (-) di depan
angka 0,679 menunjukkan bahwa korelasi memiliki pola negatif atau tidak
transfer, maka akan menurunkan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba. Nilai
±thitung (-2,924) > ±ttabel (2,228), maka Ho3 ditolak dan Ha3 diterima yang
signifikan harga transfer terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat laba”.
162
6. Besarnya pengaruh harga jual terhadap kinerja unit bisnis pada Direktorat
determinasi yaitu sebesar 45,60%. Artinya bahwa kinerja unit bisnis sebagai
dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel harga jual seperti intensitas
jual terhadap kinerja unit bisnis memiliki hubungan yang ”Kuat”, hal ini
ditunjukan dari koefisien korelasi sebesar -0,675. Adanya tanda (-) di depan
angka 0,675 menunjukkan bahwa korelasi memiliki pola negatif atau tidak
searah. Dengan demikian, dapat disimpulakn bahwa semakin tinggi harga jual,
maka akan menurunkan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba. Nilai ±thitung (-
2,895) > ±ttabel (2,228), maka Ho2 ditolak dan Ha2 diterima yang artinya
5.2. Saran
penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat dan dapat
dalam hal ini nilai rata-rata harga transfer sebesar Rp 63.248.607,35 berada
163
kebijakan yang dalam hal ini divisi pembeli dan divisi penjual harus
barang atau jasa yang ditransfer antar divisi tersebut yang tidak boleh
merugikan salah satu pihak dan juga meningkatakan harga transfer dengan
cara menaikan besarnya profit didalam penentuan harga transfer. Jika harga
pasar tidak dapat diterapkan, sehingga digunakan metode biaya ditambah laba,
hendaknya disusun prosedur administratif yang adil agar divisi yang terlibat,
merundingkan biaya dan laba yang akan ditransfer. Hal ini dimaksudkan untuk
b. Berdasarkan kesimpulan, kinerja unit bisnis yang diukur dengan ROI berada
pada kriteria “Rendah”. Yang dalam hal ini nilai rata-rata ROI sebesar 0.61%
laba, atau menurunkan besarnya total aset dengan cara mengeluarkan aktiva
Penelitian ini tentunya tidak lepas dari kesalahan dan kelemahan. Penulis
1. Penulis hanya meneliti mengenai harga transfer dan harga jual untuk satu
produk saja.
1. Memperluas penelitian tidak hanya untuk harga transfer dan harga jual untuk
satu produk saja, namun untuk produk lainnya. Dan juga faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kinerja unit bisnis sebagai pusat laba seperti intensitas
pusat laba, sehingga hasil penelitian lebih mewakili objek yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Carter, William K., Milton F Usry, (2005), Cost Accounting, Buku 2, ed. 13, Alih
Bahasa : Krista S.E., Ak, Salemba Empat, Jakarta.
165
166
Sumber lain :
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/06/general-appliance-corporation/
http://aa-multimedia.blogspot.com/2009/04/pengembangan-sistem
multimedia.html