You are on page 1of 2

Proses Pembentukan Tulang/Osifikasi

Proses pengerasan tulang disebut penulangan atau osifikasi. Osifikasi pertama kali terjadi di
diafisis, yaitu pusat osifikasi primer, pada akhir masa embrionik. Pada waktu lahir, sebagian besar
diafisis telah mengalami osifikasi, sedang epifisis masih berupa kartilago. Osifikasi sekunder baru
berlangsung pada tahun-tahun pertama usia bayi. Karena osifikasi dari dua arah, dari epifisis dan
diafisis, hanya daerah di tengah-tengah kedua daerah itulah (lempeng epifisis) yang masih berupa
kartilago. Kartilago ini akan terus berproliferasi yang dibarengi dengan osifikasi. Saat seluruh
lempeng epifisis telang mengalami osifikasi, berarti masa pertumbuhan tulang telah berhenti.
Pembentukan tulang dimulai dari perkembangan jaringan penyambung seperti tulang rawan
yang berkembang menjadi tulang keras. Jaringan yang berkembang akan disisipi dengan pembuluh
darah. Pembuluh darah ini akan membawa mineral seperti kalsium dan menyimpannya pada
jaringan tersebut. Osifikasi atau yang disebut dengan proses pembentukan tulang telah bermula
sejak umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai dewasa. Osifikasi dimulai dari sel-sel
mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung pembuluh darah
akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah akan membentuk
kondroblas. Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan (kartilago).
Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tengah batang tulang rawan,
merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk
suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan
proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi
primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi
basa) akibatnya zat kapur didepositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang
rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.
Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan dari zat-zat
interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke daerah ini,
sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang.
Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga terjadi
pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersisa tulang
rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan
di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus membelah
kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise, dengan demikian tebal
cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan diameter
(lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga
sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk lapisan-
lapisan tulang baru di daerah permukaan.
Osifikasi ini biasanya terjadi pada tulang-tulang pipih. Osifikasi ini terjadi pada sel-sel
mesenkim dan berlangsung dalam suatu membran yang dibentuk oleh sel-sel mesenkim itu sendiri.
Sel-sel mesenkim yang telah berkondensasi berdiferensiasi menjadi osteoblast dan mulai
mensekresikan matriks dan substansi interselular. Osteoblast yang dikelilingi oleh matriks menjadi
osteocyte.
Pada diafisis, sel-sel kartilago mengalami tiga hal, yaitu hipertropi, kalsifikasi matriks serta
kematian sel-selnya. Selain itu, perichondrium akan mengalami vaskularisasi sehingga sel-sel
kartilago akan berubah menjadi osteoblast. Perichondrium pun sekarang disebut periosteum.
Pemanjangan tulang berlangsung hanya pada perbatasan antara diafisis dan epifisis (lempeng
epifisis). Hal ini dikarenakan hanya sel-sel kartilago di bagian inilah yang mampu berproliferasi.
Mendekati diafisis, sel-sel ini mengalami hipertropi dan matriksnya akan mengalami kalsifikasi.
Jenis osifikasi ada dua macam yaitu Osifikasi Intramembranosa (osifikasi desmal) dan Osifikasi
Intracartilaginosa (osifikasi endokondral).
1. Osifikasi Intramembranosa (osifikasi desmalis/osifikasi primer) yaitu suatu proses
penulangan secara langsung. Osteoblast yang tumbuh menjadi osteosit akan mempengaruhi
zat-zat disekitarnya (matriks) yang mula-mula cair akan menjadi kental, kemudian membentuk
osteoid. Osteoid akan mengeras karena proses pengapuran (cakification), sehingga akan
mengurung osteosit. Disinilah mulai terbentuk pulau tulang pertama, dan tempat proses ini
disebut titik penulangan (punctum ossification). Contoh tulang yang pembentukannya melalui
proses ini pada umumnya terjadi pada tulang pipih misalnya os frontalis, os parietalis.

2. Osifikasi Intracartilaginosa (osifikasi endochondralis/osifikasi sekunder) yaitu suatu proses


penulangan tidak langsung, selalu didahului dengan terbentuknya tulang rawan (cartilago) dan
prosesnya lebih kompleks. Jaringan mesencym mula-mula membentuk tulang rawan hyalin
yang sekaligus merupakan pola tulang yang akan dibentuk. Pertumbuhan sampai menjadi
tulang berlangsung melalui tahap berikut :

 Pertumbuhan sel-sel tulang rawan: sel-sel mesencym menjadi sel calon tulang   rawan
(chondroblast) kemudian melanjut menjadi sel tulang rawan (chondrocyte).
 Perbanyakan dan pembesaran chondrocyte yang berderat-deret menurut poros panjang tulang.
 Pengapuran matriks tulang rawan
 Pergantian tulang rawan yang mengapur dengan tulang secara proses penulangan langsung.
 Proses ini umumnya dimulai dari kedua ujung bakal tulang (bakal epiphyse), sedang ditenha
batang tulang yang juga merupakan pusat penulangan prosesnya berlangsung secara primer.
dengan demikian tulang yang proses pembentukannya secara tidak langsung sekurang-
kurangnya memiliki tiga punctum osifikasi.

Dicky Dectaviansyah

You might also like