You are on page 1of 39

LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
Zufialdi Zakaria

LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
KATA PENGANTAR

Geologi Teknik termasuk salah satu kurikulum inti dalam pendidikan


geologi (George W. White, University of Illionis, 1980), beserta Geoteknik ilmu ini
merupakan jembatan Geologi untuk berhubungan dengan disiplin ilmu lain antara
lain Teknik Sipil dan Teknik Tambang. Geologi Teknik adalah ilmu yang
mempelajari atau mengkaji gejala geologi dari aspek kekuatan dan/atau
kelemahan geologi untuk keperluan pembangunan infrastruktur atau diterapkan
pada tahap desain (tahap pra-konstruksi) dan tahap konstruksi bangunan-
bangunan. Ruanglingkup kajian geologi teknik antara lain meliputi kajian
terhadap aspek-aspek keteknikan dari manfaat dan masalah beberapa faktor
seperti: batuan/tanah, struktur geologi/tektonik maupun geomorfologi.

Tulisan Praktikum Geologi Teknik, Bahan Kuliah, Tugas dan Latihan ini
merupakan bagian dari bahan perkuliahan Geologi Teknik yang berisi satuan
acara tatap muka, bahan kuliah, tugas dan latihan.

Kuliah Geologi Teknik ini merupakan prasyarat untuk matakuliah


Geoteknik. Oleh sebab itu tulisan yang disampaikan akan sangat berguna
sebagai pengantar kuliah Geoteknik (3 SKS) pada semester berikutnya..Kuliah
ini juga akan bermanfaat saat mahasiswa mengambil Mata Kuliah Pilihan
Penunjang (MKPP), seperti Geomekanika (2 SKS), Analisis Kestabilan Lereng (2
SKS), Morfotektonik (2 SKS), maupun Kebencanaan Geologi (2 SKS),

Bandung, 2010

Penulis,

iii
DAFTAR ISI

halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………………………... iii
DAFTAR ISI ………..…………………………………………………………….. iv
DAFTAR GAMBAR..…………………………………………………………….. vi
DAFTAR TABEL …..…………………………………………………………….. vii

BAB 1 FENOMENA GEOLOGI TEKNIK,


KEKUATAN DAN KELEMAHAN GEOLOGI ……………………... 1
1.1. Pendahuluan………………………………….……..………….. 1
1.1.1. Tujuan Instruksional Khusus…...………….………….. 1
1.1.2. Tujuan Instruksional Umum ….……………………….. 1
1.1.3. Materi …….……………………………………………… 1
1.2. Pengertian Dasar ………………………………………………. 2
1.3. Tugas dan Latihan (Mandiri).………………………………….. 4

BAB 2 ASPEK KETEKNIKAN DALAM GEOLOGI TEKNIK ..………….. 6


2.1. Pendahuluan……………………………………………… .…… 6
2.1.1. Tujuan Instruksional Khusus……………………….…... 6
2.1.2. Tujuan Instruksional Umum ….………………………… 6
2.1.3. Materi …….………………………………………………. 6
2.2. Pengertian Dasar ………………………………………………. 7
2.2.1. Batuan dan Tanah ……………..……………………….. 7
2.2.2. Tanah Pelapukan dan Organik….……………………... 8
2.2.3. Penampang Tanah Residu……………………………... 10
2.3. Deskripsi dan Klasifikasi...….………………………………….. 11
2.4. Klasifikasi Tanah (USCS).….………………………………….. 12
2.5. Tugas & Latihan (Kelompok) ………………………………….. 14

BAB 3 POTENSI LAHAN ……………………………………………………. 16


3.1. Pendahuluan…………………………………………………….. 16
3.1.1. Tujuan Instruksional Khusus...…………………………. 16
3.1.2. Tujuan Instruksional Umum ….………………………… 16
3.1.3. Materi……….…………………………………………….. 16
3.2. Pengertian Dasar ………………………………………………. 17
3.3. Skala Peta…………………………………………... ……..…… 18
3.4. Kebencanaan Geologi………………………………………….. 19
3.5. Tugas dan Latihan (Mandiri).………………………………….. 21

iv
BAB 4 EROSI DAN ERODIBILITAS…...……………………………………. 22

4.1. Pendahuluan…………………………………………………….. 22
4.1.1. Tujuan Instruksional Khusus...…………………………. 22
4.1.2. Tujuan Instruksional Umum ….………………………… 22
4.1.3. Materi……….…………………………………………….. 22
4.2. Pengertian Dasar ………………………………………………. 22
4.3. Tugas dan Latihan (Mandiri).………………………………….. 29

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 30
LAMPIRAN ……………………………………………………………………….. 31

v
DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1.1. Penampang U-S Jawa Barat dengan potensi


dan kendala dalam pengembangan wilayah ...………… 5
Gambar 2.1. Sketsa urut-urutan profil tanah residu ………..………… 11
Gambar 2.2. Profil tanah residu ……………………….……..………… 15

vi
DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1.1. Salah satu faktor geologi (batuan/tanah) beserta manfaat


dan masalah dalam hubungannya dengan kajian geologi
teknik……………………………………………………………. 3
Tabel 2.1. Contoh Klasifikasi tanah cara USCS.................................... 13
Tabel 4. 1. Daftar perkiraan nilai faktor CP berbagai jenis penggunaan
lahan di Jawa menurut Ambar & Sjafrudin, 1979
(dalam Soemarwoto, 1990) …………………………………. 27
Tabel 4.2. Jenis & perkiraam nilai K (Ambar & Sjafrudin, 1979; dalam
Soemarwoto, 1990) …………………………………………. 28

vii
1

BAB 1
FENOMENA GEOLOGI TEKNIK,
KEKUATAN DAN KELEMAHAN GEOLOGI

1.1. PENDAHULUAN

1.1.1. Tujuan Instruksional Khusus:

Mahasiswa diberikan peta Pulau Jawa dan dapat menggambarkan


penampang Jawa Barat dari Selatan ke Utara dan membuat :

1) profil dari bentuk geografi/fisiografi/topografi


2) struktur tektonik dengan menampilkan daerah penunjaman, busur
depan, busur vulkanik, busur belakang, dll.
3) daerah-daerah pegunungan, lereng, dataran dan pantai

1.1.2. Tujuan Instruksional Umum:

Mahasiwa dapat menilai kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi


dilihat dari aspek kekuatan dan kelemahan geologi sehubungan dengan
kajian geologi teknik, yaitu faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi
masalah secara keteknikan dalam pengembangan wilayah dengan
melihat penampang tersebut.

1.1.3. Materi

- Geologi teknik sebagai ilmu


- Ruang lingkup kajian geologi teknik
- Kekuatan dan kelemahan geologi
- Manfaat dan masalah

!!"#
2

1.2. PENGERTIAN DASAR

Geologi Teknik adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji gejala


geologi dari aspek kekuatan dan/atau kelemahan geologi, diaplikasikan
untuk kepentingan pembangunan infrastruktur terutama pada tahap
desain dan tahap konstruksi bangunan-bangunan.

Beberapa kajian yang penting untuk geologi teknik, antara lain:

• Hubungan geologi teknik dengan disiplin ilmu lain.


• Erosi dan erodibilitas,
• Genesa tanah & faktor-faktor yang mempengaruhi lapukan tanah
• Profil pelapukan tanah residu
• Deskripsi dan klasifikasi tanah
• Peta geologi teknik dan skala peta (1:5.000 s/d 1:200.000)

Ruanglingkup kajian geologi teknik meliputi kajian terhadap aspek-aspek


keteknikan dari berbagai masalah/kendala (sebagai faktor penghambat,
a.l. kebencanaan) dan manfaat/potensi (sebagai faktor pendukung)
beberapa faktor, antara lain:

a) Batuan / tanah / material,


b) Struktur geologi
c) Geomorfologi.

Sebagai contoh, masalah dan manfaat faktor geologi (batuan dan tanah)
diberikan di halaman berikut (Tabel 1.1).

Batuan/tanah, struktur geologi dan geomorfologi sangat bergantung


kepada unsur-unsur geotektonik (yang berkaitan dengan lempeng
tektonik, yaitu pergerakan lempeng-lempeng kerak bumi yang bergerak,
berpapasan atau bertumbukan).
Jika melihat kondisi fisiografi maupun unsur-unsur tektonik (misalnya
pada penampang melintang Utara-Selatan P. Jawa), jenis-jenis
kebencanaan dapat diperkirakan terdapat pada masing-masing daerah.

!$!#
3

Misalnya :
• Daerah Pantai (Tsunami, abrasi, dll.),
• Daerah Pegunungan (Erosi, longsor, dll.),
• Daerah Dataran (Banjir).

Tabel 1.1. Salah satu faktor geologi (batuan/tanah) beserta manfaat


dan masalah dalam hubungannya dengan kajian geologi
teknik

FAKTOR
GEOLOGI MASALAH/KENDALA MANFAAT/POTENSI
(BATUAN/TANAH)

Jenis batuan :

a. Batuan beku Hampir jarang Bahan fondasi dan


bermasalah urugan batu

b. Batuan Perlapisan sebagai Material bangunan dan


sedimen
bidang lemah juga akifer

c. Batuan Lemah-banyak foliasi, -


metamorf
hancur, biasanya
tertektonik kuat

d. Tanah lunak / Mudah dierosi, Lempung bentonit


material
Dayadukung kecil, Lempung (bahan bata,
Berpotensi kembang- keramik, genting, dll.)
kerut Pasir (bahan bangunan,
sebagai akifer)
Gamping, gipsum, pasir
besi, lempung (dicampur
sebagai bahan semen)

Hirnawan (2001)

!$!#
4

1.3. TUGAS & LATIHAN (MANDIRI)

• Buatlah penampang Utara-Selatan Pulau Jawa (contoh Gambar 1.2).


Pilih yang paling mudah atau yang sudah dikenal, misalnya
penampang utara-selatan Jawa Barat mulai dari Pantai Selatan
Cianjur s.d. Pantai Utara sekitar Jakarta, atau penampang lain yang
melewati: pantai selatan, gunungapi, lereng perbukitan, dataran, dan
pantai utara.
• Di bawah penampang ditulis masing-masing daerah: pantai (selatan),
lereng (selatan), pegunungan, lereng (utara), dataran dan pantai
(utara).
• Tuliskan perkiraan jenis-jenis manfaat (atau potensi daerah yang
dapat dimanfaatkan sebagai aspek pendukung dalam pengembangan
wilayah), dan kendala (atau jenis kebencanaan yang dapat menjadi
masalah dalam pengembangan wilayah) di masing-masing daerah
tersebut dengan melibatkan aspek: Batuan/tanah, geomorfologi dan
geologi struktur. Contoh gambar 1.2 seperti pada halaman 5.

Gambar 1.1. Penampang melintang struktur tektonik di Jawa Barat

!$!#
Selatan Utara

!$!#
Pantai Selatan Lereng Selatan Pegunungan Lereng Utara Dataran Pantai Utara
ASPEK Potensi Kendala Potensi Kendala Potensi Kendala Potensi Kendala Potensi Kendala Potensi Kendala

Batuan

Tanah

Geo-
morfologi

Geologi
Struktur
5

Gambar 1.2. Penampang U-S Jawa Barat dengan potensi dan kendala dalam pengembangan wilayah
6

BAB 2
ASPEK KETEKNIKAN
DALAM GEOLOGI TEKNIK

2.1. PENDAHULUAN

2.1.1. Tujuan Instruksional Khusus:

Mahasiswa dapat mendeskripsi satu set tanah residu dari suatu


penampang tanah terlapukkan lemah sampai lapuk komplit (soil/tanah
permukaan).

Mahasiswa dapat menganalisis tahap pelapukan tanah residu dan dapat


menggambarkan penampangnya (horison-horison tanahnya).

2.1.2. Tujuan Instruksional Umum:

Mahasiwa dapat mengenal jenis tanah residu yang terdapat di salah satu
stasiun pengamatan di lapangan.

Mahasiswa dapat mendeskripsi jenis tanah dan mengklasifikasikan tanah


yang didapatnya dengan cara klasifikasi USCS (unifined Soil
Classification System).

2.1.3. Materi

- Sifat indeks
- Batuan dan tanah
- Residual dan transported soil
- Profil tanah residu
- Deskripsi tanah dan batuan
- Klasifikasi tanah menurut USCS

!$!#
7

2.2. PENGERTIAN DASAR

Metoda pembedaan tanah dalam suatu kategori tertentu merupakan


upaya mengurangi kebencanaan dalam masalah tanah. Sifat-sifat yang
mendasari pembedaan tersebut dinamakan sifat-sifat indeks (index
properties), pengujiannya disebut uji klasifikasi. Sifat indeks dibagi
menjadi :

a. Sifat butiran tanah : Sifat utama dari butiran tanah adalah bentuk dan
ukurannya. Pada lempung adalah karakter mineralogi dari butiran
terkecil.
b. Sifat agregat tanah: Pada tanah tak kohesif sifat agregat terpenting
adalah kepadatan relatif. Pada tanah kohesif sifat terpenting adalah
konsistensinya.

2.2.1. Batuan dan Tanah

Secara garis besar bahan penyusun kerak bumi dibagi menjadi dua
kategori: Batuan dan Tanah. Tanah adalah kumpulan agregat mineral
alami yang dapat dipisahkan oleh adukan secara mekanika dalam air.
Batuan merupakan agregat mineral yang diikat oleh gaya-gaya kohesif
yang permanen dan kuat. Istilah tanah dalam pembahasan ini adalah
yang termasuk dalam definisi di atas (ilaht perbedaan tanah dan batuan).

Batuan dan tanah mempunyai perbedaan. Menurut Shower & Shower


(1967), batuan dan tanah dibedakan dalam beberapa hal, yaitu:

Batuan merupakan material kerak bumi yang terdiri atas mineral


penyusun bertekstur, berstruktur. Sifat-sifat yang menyolok :

• padu ( cemented )
• qu ( = unconfined compressive strength ) > 200 psi ≈ 14 kg/cm2
(psi= pound/square inch atau lb/in2 )
• bila terdiri dari satu butir, ukuran butirnya ≥ boulder ( ≥ 256 mm)
• beratnya > 40 kg )

!$!#
8

Tanah merupakan mineral penyusun yang atau tanpa material organik


sisa tumbuhan dan fauna yang terdekomposisi (lapuk), berstruktur dan
bertekstur. Sifat-sifat yang menyolok :

• urai, lepas, lunak ( loose, uncemented, soft )


• qu < 200 psi
• ukuran butirnya < 256 mm (catatan: lihat Klasifikasi Tanah)
• beratnya < 40 kg

2.2.2. Tanah Pelapukan dan Organik

Tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor penentu tanah seperti: Batuan induk,


iklim, topografi, organisme, dan waktu.

Tanah dapat dibedakan dalam dua kelompok besar, yang berasal dari
pelapukan (fisika dan kimia) dan yang berasal dari bahan organik.

Tanah lapukan secara genesis dikenal antara lain tanah jenis residual
dan transported.

a. Jika hasil pelapukan masih berada di tempat asalnya, disebut residual


soil. Residual soil umumnya terkena dekomposisi (pelapukan akibat
proses kimia, biologi dan fisika) dengan tanpa melalui transportasi
atau tetap berada sekitar batuan dasar. Batuan dasar berubah
(melapuk) menjadi tanah mulai dari segar hingga terlapukkan
kuaResidual soil pada daerah iklim sedang dan agak-kering biasanya
kaku dan stabil serta tidak meluas kearah kedalaman.

Pada daerah iklim lembab dan hangat dengan penyinaran matahari


yang lama, tanah tersebut kemungkinan meluas dan dalam hingga
beberapa ratus meter.

Tanah residual pada kondisi tertentu dapat menimbulkan masalah


pondasi dan jenis konstruksi lainnya seperti konstruksi jalan. Pada
daerah yang beriklim tropis tingkat pelapukan batuan dasar sangat

!$!#
9

tinggi sehingga pembuatan konstruksi jalan pada tanah residu di


pegunungan seringkali menghadapi kondisi tanah yang labil terutama
jika konstruksi memerlukan rekayasa pemotongan lereng ataupun
penimbunan (cut and fill). Daerah pegunungan di Indonesia yang
beriklim tropis, pada umumnya memiliki jenis tanah yang digolongkan
kepada tanah residu.

b. Jika tanah pelapukan telah mengalami transportasi, disebut


transported soil. Transpoted soil, adalah tanah yang terbentuk
melalui proses desintegrasi (secara fisik, misalnya akibat erosi,
perbedaan suhu, dll), transportasi (terpindahkan melalui media air
atau angin) dan redeposisi (pengendapan kembali sesuai dengan
lingkungan pengendapan. Transported soil sebagian besar bersifat
lunak dan lepas hingga kedalaman beberapa ratus meter dan pada
kondisi tertentu dapat menimbulkan berbagai masalah serius,
misalnya masalah pondasi (settlement/penurunan). Transported soil
pada umumnya terletak pada lembah-lembah pegunungan.

Tanah yang berasal dari bahan organik dapat berupa susunan unsur
organik maupun anorganik. Tanah organik merupakan istilah yang
ditujukan ke transported soil yang terdiri atas hasil lapukan batuan
dengan banyak atau sedikit campuran hasil peluruhan bahan tumbuh-
tumbuhan.

Beberapa jenis tanah berikut biasa dipakai dalam penggolongan nama


tanah di lapangan:

• Pasir dan Kerikil, merupakan agregat tak berkohesi bersusunan


fragmen angular atau sub angular. Partikel berukuran sampai 1/8 inci
disebut pasir, 1/8 inci sampai 6 atau 8 inci disebut kerikil, Lebih dari 8
inci dikenal sebagai boulder.
• Hardpan, merupakan tanah yang tahanannya besar sekali terhadap
penetrasi alat bor.
• Lanau anorganik, tanah berbutir halus dengan sedikit atau tanpa
plastisitas.

!$!#
10

• Lanau organik, merupakan tanah agak plastis, berbutir halus dengan


campuran partikel bahan organik terpisah secara halus. Permeabilitas
sangat rendah.
• Lempung, merupakan agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik
atau sub-mikroskopik, bersifat plastis. Dalam keadaan kering sangat
keras. Permeabilitas sangat rendah.
• Lempung organik, lempung yang sebagian sifat fisik pentingnya
dipengaruhi oleh adanya bahan organik. Warna biasanya abu-abu tua
atau hitam.
• Gambut (peat), agregat agak berserat berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Tanah campuran dengan susunan dari dua jenis tanah berbeda, maka
campuran yang dominan dinyatakan sebagai kata benda, sedang yang
sedikit sebagai kata sifat. Contoh : 1) Pasir lanauan, menyatakan tanah
pasir yang mengandung lanau; 2) Lempung pasiran, menyatakan tanah
mengandung sifat-sifat lempung dengan mengandung sedikit pasir.

Secara kualititatif, sifat-sifat agregat pasir dan kerikil dinyatakan dalam


istilah: Loose (lepas), medium (sedang), dan dense (padat). Untuk
lempung, dinyatakan dengan istilah : hard (keras), stiff (kaku), medium
(sedang), soft (lunak). Warna juga merupakan petunjuk bagi perbedaan
karakter tanah. Dalam kondisi geologi tertentu, tanah di lapangan dikenali
dengan ciri-ciri yang khas. Karenanya diberi nama khusus, antara lain:
Tuff, Loess, Modified loess, Tanah diatomeous, Lake marl atau boglime,
Marl, Adobe, Caliche, Bentonit.

2.2.3. Penampang Tanah Residu

Pada proses pembentukan residual soil, dikenal urutan profil tanah mulai
dari batuan induk yang segar, ke arah atas bertahap lapisan-lapisan yang
berangsur menuju tanah terlapukan kuat dan lengkap, yang kemudian
ditutupi tanah organik, campur humus. Urutan tersebut adalah sebagai
berikut :

!$!#
11

Residual soil

Erosi (transportasi hasil erosi)

Transported soil

Top soil (organic soil)

Completelly weathered zone

Strongly weathered zone

Moderatelly weathered
zone

Partly weathered zone

Fresh rock

Gambar 2.1. Sketsa urut-urutan profil tanah residu

2.3. DESKRIPSI dan KLASIFIKASI

Deskripsi batuan/tanah tergantung kepada parameter yang terkait dengan


material dan massa. Secara umum klasifikasi & deskripsi batuan/tanah
berdasarkan kepada genesis, struktur, kandungan utama, besar butir,
mineralogi butiran mineral utama. Khusus untuk tanah lebih mudah
menggunakan klasifikasi standar USCS. Tujuan dari deskripsi dan
klasifikasi batuan/tanah adalah untuk menentukan jenis batuan/tanah
agar diperoleh gambaran tentang sifat-sifat batuan/tanah tersebut.

Deskripsi untuk batuan yang perlu dicatat adalah: Nama batuan dan sifat
petrografi, ditambah dengan deskripsi sifat bahan yaitu warna, tekstur,
ukuran butir, kemas atau gambaran tektur lainnya, tingkat pelapukan,

!$!#
12

tingkat alterasi. Tambahkan pula deskripsi sifat massa batuan, yaitu


struktur, diskontinuitas, profil pelapukan,

Deskripsi untuk tanah perlu dicatat adalah:


• Nama tanah (nama dominan) termasuk kandungan minor : silty clay,
sandy silt.
• Tambahkan sifat bahan yaitu warna, tekstur proporsi S, M, C, bentuk
partikel dan komposisi, tingkat pelapukan, strength, konsistensi,
plastisitas, Shear strength, kondisi kelembaban, kepadatan relatif
(density) & compactions.
• Tambahkan pula deskripsi sifat massa tanah yaitu struktur - blocky,
lamine dsb., diskontinuitas, profil pelapukan

Sebagian dari variabel deskripsi di atas dilakukan di laboratorium,


sebagian besar dapat dilakukan di lapangan (penyelidikan langsung
secara visual)

2.4. KLASIFIKASI TANAH (USCS)

Klasifikasi tanah merupakan cara dalam menentukan jenis tanah agar


diperoleh gambaran sepintas tentang sifat-sifat tanah. Beberapa cara
dalam menentukan klasifikasi tanah, diantaranya adalah cara USCS.
Cara USCS (Unified Soil Classification System) ini diusulkan oleh
Cassagrande, dengan berdasarkan pada sifat tekstur tanah yang dibagi
dalam 3 kelompok, yaitu :
• Tanah berbutir halus,
• Tanah berbutir kasar
• Tanah organik.
Dasar klasifikasi sistem USCS melihat kepada jenis ukuran butir tanah,
yaitu tanah kasar dan tanah halus:
• Tanah berbutir halus adalah yang lolos saringan 200 mesh sebanyak
lebih dari 50%.
• Tanah berbutir kasar jika lebih dari 50% materialnya mempunyai
ukuran >200 mesh.

!$!#
13

Tanah dibagi dalam simbol tertentu (15 simbol), terdiri atas gabungan
atau individu dari simboil-simbol komponen, gradasi dan batas cair (ωL).

• Simbol komponen :
Kerikil (G, gravel),
Pasir (S, sand),
Lanau (M, mo),
Lempung (C, clay),
Organik (O, organic)
Gambut (Pt, peat),

• Simbol gradasi :
Bergradasi baik (W, well graded)
Bergradasi buruk (P, poor graded),

• Simbol batas cair :


Batas cair tinggi (H, high plasticity)
Batas cair rendah (L, low plasticity)
(catatan : batas cair didapat dari serangkaian test)

Tabel 2.1. Contoh Klasifikasi tanah cara USCS

Jenis Prefiks Sub-kelompok Sufiks Simbol


Tanah Nama

Kerikil G Gradasi baik W GW


Kerikil G Gradasi buruk P GP
Pasir S Lanauan M SM
Pasir S Lempungan C SC
Lanau M Batas cair <50% L ML
Lempung C Batas cair < 50% L CL
Organik O Batas cair > 50% H OH
Gambut Pt

!$!#
14

SM = Pasir lanauan (+deskripsi verbal lainnya)


GP = Kerikil gradasi buruk (+deskrisi verbal lainnya: warna,
kekasaran, dll)
MH = Lanau plastisitas tinggi (ωL<50%)
CL = Lempung plastisitas rendah (ωL>50%)

Contoh:

SC = Pasir (S) lempungan (C), + deskripsi verbal lainnya


GW = Kerikil (G) gradasi baik (W), + deskrisi verbal lainnya: warna,
kekasaran, dll)
ML = Lanau (M) plastisitas rendah (L ; batas cair ωL < 50 % )
CH = Lempung (C) plastisitas tinggi (H ; batas cair ωL > 50 % )

Penentuan batas cair (ωL) dilakukan melalui serangkaian uji (test) di


laboratorium, yaitu :

• uji batas cair (liquid limit),


• uji kadar air tanah, dan
• uji batas plastis.

Selain itu, penggunaan diagram Cassagrande sangat diperlukan dalam


menentukan sifat tanah melalui plotting nilai batas cair dan indeks plastis
tanah, sehingga posisinya dapat diketahui berada di areal plastisitas
tinggi atau plastisitas rendah.

2.5. TUGAS & LATIHAN (KELOMPOK)

1. Ambil contoh tanah dari masing-masing profil tanah salah satu


singkapan tanah di lapangan yang dapat dilihat profil pelapukannya
secara jelas (contoh di sekitar lembah atau lereng Kampus
Jatinangor yang merupakan daerah pelapukan breksi volkanik
menjadi residual soil).

2. Buat deskripsi tanah dan tentukan klasifikasinya.

!$!#
15

3. Contoh tanah di simpan dalam plastik transparan. Buat penampang


tanah dan lekatkan tiap-tiap contoh tanah sesuai dengan profil tanah
disertai dengan deskripsi dan klasifikasinya.

Profil Deskripsi

Top soil
(organic soil)

Completelly
weathered
zone

Strongly
weathered
zone

Moderatelly
weathered
zone

Partly
weathered
zone

Fresh rock

Gambar 2.2. Profil tanah residu

!$!#
16

BAB 3

POTENSI LAHAN

3.1. PENDAHULUAN

3.1.1. Tujuan Instruksional Khusus:

Mahasiswa dapat menganalisis potensi lahan dan material yang ada


(yang dapat dimanfaatkan sebagai aspek pendukung bagi pembangunan)
beserta kebencanan yang telah atau mungkin timbul) sebagai aspek
kendala dari suatu kondisi geologi.

3.1.2. Tujuan Instruksional Umum

Mahasiswa dapat membuat peta geologi teknik dengan berpatokan


kepada peta geologi masing-masing daerah pemetaannya.

Mahasiswa dapat membahas aspek manfaat dan kendala yang ada di


daerah pemetaannya berkaitan dengan batuan/tanah, struktur geologi
dan geomorfologi.

3.1.3. Materi

- Makna peta dalam geologi teknik


- Makna skala peta dalam geologi teknik
- Pemetaan geologi teknik
- Potensi lahan dan material
- Kebencanaan geologi

!$!#
17

3.2. PENGERTIAN DASAR

Pemetaan dalam geologi teknik merupakan faktor yang sangat penting


terutama dalam aplikasinya untuk menunjang perencanaan lahan
termasuk pengkajian bahan bangunan, jaringan jalan raya, sumber daya
mineral/enerji maupun penunjang analisis dampak lingkungan. Kegunaan
lain dari pemetaan geologi teknik adalah untuk mengetahui kondisi
hidrogeologi dan geomorfologi suatu daerah berkaitan dengan kajian
aspek manfaaat (kegunaan) dan aspek kendala (kebencanaan). Ketelitian
peta geologi teknik bergantung kepada skala dengan kegunaannya
masing-masing.

Pemetaan geologi teknik merupakan bagian dari eksplorasi. Sasaran


umum suatu program eksplorasi adalah untuk mengenal seluruh bentuk
lingkungan geologi yang bisa memberikan dampak terhadap konstruksi
maupun pengembangan fisik wilayah/lahan yang diusulkan. Sasaran
khusus adalah :

• Menetapkan penyebaran lateral dan ketebalan lapisan tanah serta


batuan sampai zona yang mempengaruhi kontruksi yang diusulkan.
• Menetapkan kondisi airtanah (groundwater) dengan pertimbangan
perubahan musim dan efek konstruksi.
• Menentukan kebencanaan geologi termasuk lereng-lereng yang tidak
stabil, patahan/sesar, penurunan tanah dan colapse (runtuhan),
dataran banjir, dan kegempaan regional.
• Memperoleh sampel-sampel material geologi untuk diidentifikasi,
dibuat klasifikasi, dam pengukuran sifat-sifat keteknikannya.
• Melakukan pengujian di tempat (in situ) untuk mengukur sifat-sifat
keteknikan dari material geologi.

Informasi-informasi geologi teknik dapat disampaikan dalam bentuk peta


geologi teknik. Peta geologi teknik tidak begitu memerlukan nama
formasi secara geologi, tetapi lebih dipentingkan adalah tipe material
pada seluruh subdivisi geologi. Karakteristik khusus dari material harus
diketahui, seperti adanya swelling clay di suatu daerah.

!$!#
18

Informasi lain yang perlu untuk dikemukakan sesuai keperluan adalah :

• Satuan geologi ekivalen (nama secara geologi),


• Deskripsi dan ketebalan,
• Bentuk roman muka lain (seperti perkekaran),
• Bentuk topografi dan relief permukaan,
• Pelapukan
• Kemungkinan dapat dilaksanakan pekerjaan
(contoh : dalam eskavasi),
• Drainase dan erosi permukaan,
• Airtanah-dalam (groundwater),
• Kesesuaian untuk pembuangan limbah,
• Kemantapan fundasi,
• Kestabilan lereng,
• Kemungkinan kestabilan terhadap gempa,
• Penggunaan lahan saat dipetakan.

3.3 SKALA PETA


.

Jenis peta-peta pada umumnya tergantung kepada keperluan pemakaian


dan besar skala yang digunakannya, sebagai contoh menurut Dearman
(1991) :

• Engineering type, peta jenis ini berskala lebih besar dari 1:5.000.
Informasi yang didapat sangat detail. Jenis peta ini identik dengan
Peta Singkapan Detail berskala besar yang memuat sifat fisik-
mekanik material, derajat pelapukan, konsistensi dan lain-lain. Pada
(catatan : Sebagai contoh pada peta longsoran, longsoran kecil
sampai longsoran terkecil yang biasanya masih aktif dapat dipetakan,
biasanya terdapat di sepanjang sungai, tebing maupun lereng sekitar
jalan. Jenis dan arah longsoran, retakan dan kemiringan bangunan
maupun jalan, dapat dibedakan dan dicantumkan).

!$!#
19

• Lithologycal type, peta berskala 1:5.000 sampai 1:10.000 memuat


detail geologi yang menonjol. Batas pengujian insitu seperti uji
geofisik, pemboran dan sampling lainnya termasuk uji laboratorium
secara sistematis dapat dicantumkan.
(catatan : pada peta longsoran, longsoran kecil sampai sedang dapat
dimuat dalam peta ini).

• Engineering formation, pada skala 1:10.000 sampai 1:200.000 lebih


kecil. Memuat daerah pemetaa dengan analisis fasies. Satuan peta
dicirikan dengan penyelidikan petrografi, geofisik, pemboran,
sampling dan sifat indeks. Metoda pemetaan dapat melaui remote
sensing (foto udara maupun citra satelit).
(catatan: Pada peta longsoran, longsoran yang dipetakan berdimensi
sedang sampai besar atau gigantic landslide. Trend arah longsoran
dapat ditelusuri terutama longsoran lama atau longsoran plistosen
yang disebut sebagai fosil longsoran menurut Zaruba & Mencl, 1979).

• Engineering groups, peta berskala 1:200.000 atau lebih kecil sehingga


hanya sifat keteknikan geologi saja yang dipetakan. Metoda
pembatasan satuan peta untuk peta geologi dengan pemetaan dapat
melalui inderaja (citra satelit).
(catatan : pada peta longsoran, hanya indikasi longsoran-longsoran
terbesar, gigantic landslide, terutama sekitar gunung api yang dapat
jelas terlihat atau dapat dibedakan. Contoh peta Citra SPOT daerah
Cianjur selatan dan sekitarnya).

3.4. KEBENCANAAN GEOLOGI

Secara umum kondisi geologi dimanapun menyimpan sumberdaya yang


bermanfaat bagi manusia sekaligus menyimpan potensi kebencanaan
yang merugikan manusia. Sumber daya yang menguntungkan terdiri atas
sumberdaya mineral & energi dan sumberdaya lahan/kewilayahan. Yang
pertama merupakan material yang dimanfaatkan, yang terakhir
merupakan space (ruang) tempat pemanfaatan sumberdaya material
beserta sarana & prasarananya berupa infrastruktur.

!$!#
20

Pada kajian sumberdaya lahan/kewilayahan, diperlukan inventarisasi


faktor pendukung yang perlu dimanfaatkan atau ditingkatkan maupun
inventarisasi faktor kendala yang perlu dikendalikan, diturunkan
dampaknya atau dihindari. Faktor kendala pada setiap pemanfaatan
sumberdaya lahan/kewilayahan diantaranya adalah kelemahan geologi
ataupun kebencanaan geologi. Kebencanaan geologi adalah peristiwa
yang disebabkan oleh kondisi geologi melibatkan aspek geologi dan
mengakibatkan kerugian harta benda, kerusakan sarana & prasarana,
serta fasilitas umum lainnya, maupun menyebabkan korban manusia dan
mahluk hidup lainnya.

Jenis-jenis kebencanaan geologi diantaranya, yaitu :

a. Longsor (berbagai jenis)


b. Banjir dan banjir bandang
c. Letusan gunungapi
d. Gempa tektonik dan gempa volkanik
e. Tsunami
f. Erosi
g. Settlement dan subsidence (penurunan tanah), berkaitan dengan
fondasi
h. Land subsidence (penurunan) dan/atau uplift (pengangkatan),
berkaitan dengan kegiatan neotektonik regional (patahan aktif)
i. Kelemahan geologi lainnya: swelling clay, slacking clay, expansive soil.

Beberapa diantara kebencanaan geologi tersebut saling berhubungan,


dari jenis bencana yang satu disusul oleh jenis bencana lainnya atau
menjadi pemicu bencana lainnya, bergantung kepada faktor penyebab
utamanya. Faktor penyebab utamanya bisa faktor internal dari material
yang terkena bencana atau faktor eksternal di luar material yang terkena
bencana atau dua faktor tersebut ikut berperan.
Proses utama yang terlibat bisa berupa proses endogen (kegiatan atau
gaya-gaya yang berkerja dari dalam bumi, misalnya kegiatan tektonik
yang menyebabkan gempa, patahan dan/atau letusan gunungapi), bisa

!$!#
21

pula berupa proses eksogen (kegiatan atau gaya-gaya yang bekerja dari
luar bumi, seperti pelapukan fisika maupun kimia, erosi, abrasi, iklim, dll.).
Secara ringkas dapat dirumuskan sebagai :

Bg = f (pn, px, g, t)
Bg = kebencanaan geologi
pn = proses endogen akibat gaya yang bekerja dari dalam bumi
px = proses eksogen akibat gaya yang bekerja dari luar bumi
g = kondisi geologi (batuan & lapukannya, bentangalam, stratigrafi dll.)
t = waktu

Kebencanaan geologi terjadi akibat proses endogen maupun proses


eksogen terhadap suatu kondisi geologi (g) pada suatu waktu (t) tertentu.
Jenis kebencanaan dan intensitas kerusakan akibat bencana yang timbul
sangat dipengaruhi oleh proses, material yang terkena bencana dan
waktu kebencanaan berlangsung.

3.5. TUGAS & LATIHAN (MANDIRI)

• Berpatokan kepada peta geologi masing-masing daerah pemetaan


pendahuluan yang telah dikerjakan oleh mahasiswa, buatlah peta
geologi teknik yang berisikan:

- penyebaran lateral batuan dan lapukkannya; perkiraan ketebalan


satuan batuan serta perkiraan ketebalan zona pelapukan
tanahnya (buat profil/penampang dari peta tersebut).

- klasifikasi tanah dan sifat-sifat keteknikannya

- perkiraan kondisi airtanah (groundwater) dangkal atau dalam

- penyebaran kebencanaan geologi termasuk lereng-lereng yang


tidak stabil, patahan/sesar, penurunan tanah, runtuhan, dataran
banjir, daerah gunungapi dan kegempaan regional

!$!#
22

BAB 4

EROSI DAN ERODIBILITAS

4.1. PENDAHULUAN

4.1.1. Tujuan Instruksional Khusus:

Mahasiswa menghitung laju kenaikan air larian (run-off), kenaikan erosi


dan menghitung erodibilitas tanah pada suatu lahan yang
dibuka/dikembangkan.

4.1.2. Tujuan Instruksional Umum

Mahasiswa diberikan data daerah yang akan dibuka / dikembangkan


berupa data-data kualitatif dan kuantitatif, misalnya daerah hutan yang
dibuka untuk areal pemukiman/villa. Contoh kasus misalnya pada daerah
pengembangan perumahan di Bandung Utara.

4.1.3. Materi

- Jenis-jenis erosi dan penyebabnya,


- Beberapa jenis rumus erodibilitas,
- Simulasi dan contoh soal mengenai erosi dan erodibilitas

4.2. PENGERTIAN DASAR

Dalam setiap pembukaan lahan untuk peletakan bangunan, biasanya


dihitung nilai Buliding Coverage Rratio (BCR), namum BCR dapat juga
dihitung setelah bangunan dibuat. Building Coverage Ratio adalah
perbandingan luas daerah tertutup bangunan dibandingkan dengan luas
daerah keseluruhan yang dinyatakan dalam persen.

BCR = (luas daerah tertutup bangunan) x 100 %


(luas daerah seluruhnya).

!$!#
23

BCR dipergunakan sebagai antisipasi awal yang termudah untuk


memperkirakan apakah suatu perencanaan bangunan pada suatu lahan
dapat menimbulkan berkurangnya air resapan dan bertambahnya air
larian.

Erosi (normal erosion atau geological erosion) adalah proses geologi


secara alamiah yang menyebabkan kehilangan sejumlah massa tanah di
suatu tempat akibat aliran air, baik di permukaan maupun melalui pori-
pori antar partikel atau batuan di bawah permukaan (dalam hal ini: lanau
lebih mudah hanyut terutama lanau tanpa lempung)

Erosi yang berlangsung secara alamiah tersebut dapat dipercepat oleh


aktivitas kegiatan manusia yang menimbulkan perubahan terhadap :
• kondisi morfologi (misalnya pemangkasan lereng untuk membuat
terasering/undak-undak),
• kondisi tanah, dan
• tumbuhan yang tumbuh di atasnya.

Erosi yang dipercepat (accelerated erosion) dapat menimbulkan banyak


kerugian kepada manusia seperti : banjir, kekeringan, turunnya
produktivitas tanah, dan lain-lain. Jenis erosi permukaan seperti : erosi
permukaan (sheet erosion dan (splash erosion), erosi alur (rill erosion),
erosi parit (gully erosion) dan erosi tebing sungai (stream bank erosion)
dapat dikategorikan erosi alamiah yang dipercepat (termasuk normal
erosion) maupun erosi non-alamiah yang dipercepat.

Faktor-faktor erosi yang berperan adalah struktur tanah/batuan,


perlapisan, kelulusan air, kadar air, tekstur, komposisi mekanik, jenis dan
sebaran selimut vegetasi serta kemiringan lereng.

Menurut Brady (1974) faktor-faktor erosi yang dipercepat umumnya akan


meliputi : pengaruh curah hujan, faktor tanah (erosibilitas dll.), faktor
topografi (lereng dan drainase/saluran), faktor tanaman penutup dan
faktor pengendali erosi. Menurut menurut Wischmeier & Smith (1960),
laju erosinya dapat dihitung.

!$!#
24

Laju kenaikan erosi (E) didekati dengan Persamaan USLE (Universal Soil
Loss Equation) menurut Wischmeier & Smith (1960) dalam Soemarwoto
(1990) dirumuskan sebagai E = R K L S C P

E=RKLSCP

Dimana :

E = Rata-rata erosi tanah tahunan (ton/ha)

R = Indeks erosivitas hujan = 0,41 x H1,09


H merupakan curah hujan tahunan (mm/tahun)

K = Faktor erodibilitas tanah (Tabel)

L = Faktor panjang lereng untuk menghitung erosi dibandingkan


dengan lereng yang panjangnya 22 m
= (Lo / 22)0.5 dimana Lo merupakan panjang lereng.

S = Faktor kemiringan lereng untuk menghitung erosi dibandingkan


dengan kemiringan lereng 9%
= ( s / 9)1,4; dimana s adalah kemiringan lereng (%)

C = Faktor pengelolaan tanah untuk menghitung erosi


dibandingkan dengan tanah yang terus menerus terbuka
(lihat Tabel)

P = Faktor praktek pengawetan tanah untuk mengitung erosi


dibandingkan dengan tanah tanpa usaha pengawetan (Tabel)

Contoh :

Di sebuah perbukitan landai terdapat sebuah kawasan hutan seluas 500


ha. Seluas 300 ha diantaranya akan dibuka menjadi kebun campuran
dengan jenis tanah setelah dibuka diketahui merupakan tanah latosol
merah dengan nilai faktor erodibilitas tanah, K = 0,12 (nilai untuk tanah
jenis latosol merah, lihat Tabel);
Nilai CPhutan (lihat Tabel) adalah 0,01;
Nilai CPkebun campuran (lihat Tabel) adalah 0,43;

!$!#
25

Curah hujan tahunan pada stasiun pengamatan Badan Meteorologi dan


Geofisika terdekat adalah 2000 mm/tahun;
Rata-rata kemiringan lereng, s = 12 % ;
Panjang rata-rata Lo = 25 m.

Ditanyakan : Berapa laju kenaikan erosi (E) setelah lahan dibuka?

Jawab :

R = 0,41 x H1,09
= 0,41 x (2000)1,09
= 1625,199
K = 0,12
L = (Lo / 22)0,5
= (25/22)0,5
= 1,066
S = ( s / 9)1,4
= (12/9)1,4
= 1,496
CPhutan = 0,01
CPkebun = 0,43

Laju kenaikan erosi setelah daerah tersebut dibuka adalah :

E = RKLS(CPkebun – CPhutan)
= 1625,199 x 0,12 x 1,066 x 1,496 x (0,43-0,01)
= 311,0112 x (0,42)
= 130,625 ton/Ha/tahun

Karena lahan yang dibuka adalah seluas 300 ha, maka jumlah total erosi
yang terjadi pada lahan seluas tersebut adalah :

ET = 300 x 130,625 = 39187,5 ton/tahun

!$!#
26

Besarnya laju kenaikan erosi secara empiris merupakan perkiraan saja.


Terhadap lahan yang dibuka dan dijadikan bangunan villa atau hotel,
erosi bisa berkurang karena berdirinya lahan terbangun dengan taman
dan sebagainya justru akan mengurangi erosi terutama setelah kegiatan
villa atau hotel berjalan.

Pada masa konstruksi dan pembukaan lahan, erosi akan lebih intensif
karena nilai CP berkurang drastis akibat tanaman atau hutan ditebang.

Tabel CP yang dihimpun oleh Ambar dan Syafrudin (1979, dalam


Soemarwoto 1990) seperti pada halaman berikut.

Erodibilitas menunjukkan nilai kepekaan suatu jenis tanah terhadap daya


penghancuran dan penghanyutan air hujan. Tanah berindeks erodibilitas
tinggi adalah tanah yang peka erosi atau sangat mudah tererosi. Tanah
dengan indeks erodibilitas rendah adalah tanah resisten atau tahan
terhadap erosi. Tanah yang mengandung banyak lanau (seperti tanah
loss) adalah yang paling mudah tererosi karena: lanau berukuran 0,002 –
0,06 mm sangat mudah dihanyutkan air, mudah jenuh air sehingga
kapasitas infiltrasi cepat menurun dan daya kohesif lemah.

Tanah yang mengandung pasir lebih resisten terhadap erosi


dibandingkan lanau karena : pasir berpori besar sehingga infiltasi tinggi
dan dengan ukuran butir yang lebih besar maka pasir lebih tahan
terhadap penghanyutan. Tanah lempung ternyata paling stabil dan tahan
erosi karena : infiltrasi sangat rendah atau mempu-nyai kapasitas
penampungan air dan daya kohesifnya sangat tinggi.

Persamaan sederhana nilai erodibilitas dikemukakan oleh Bouyoucos


(1935) dalam Sutejo & Kartasapoetra (1988) memperkenalkan Clay Ratio
untuk perhitungan erodibilitas sebagai berikut:

% Pasir + % Lanau
K = -------------------------
% Lempung

!$!#
27

Tabel 4. 1. Daftar perkiraan nilai faktor CP berbagai jenis penggunaan


lahan di Jawa menurut Ambar & Sjafrudin, 1979
(dalam Soemarwoto, 1990)

Jenis penggunaan lahan CP

Hutan : tak terganggu 0,01


tanpa tumbuhan bawah, dengan seresah 0,05
tanpa tumbuhan bawah, tanpa seresah 0,50

Semak : tak terganggu 0,01


sebagian berumput 0,10

Kebun: kebun-talun 0,02


kebonan 0,07
kebun pekarangan 0,20

Perkebunan : peliputan tanah sempurna 0,01


peliputan tanah sebagian 0,07

Rerumputan : peliputan tanah sempurna 0,01


peliputan tanah sebagian ; ditumbuhi
- alang-alang 0,02
- alang-alang, pembakaran sekali setahun 0,06
- rumput serai 0,65

Tanaman umbi-umbian 0,51


pertanian : biji-bijian 0,51
kacang-kacangan 0,36
campuran 0,43
padi dengan pengairan 0,02

Perladangan: 1 tahun tanam - 1 tahun bero 0,28


1 tahun tanam - 2 tahun bero 0,19

Pertanian yang mulsa 0,14


disertai penca- teras bangku 0,04
garan tanah : galengan kontur 0,14

Sumber : Soemarwoto, 1990

!$!#
28

Tabel 4.2. Jenis & perkiraam nilai K (Ambar & Sjafrudin, 1979; dalam
Soemarwoto, 1990)

Jenis tanah Nilai K

Latosol merah 0,12


Latosol merah-kuning 0,12
Latosol coklat 0,26
Lithosol (pada lereng tajam) 0,23
Regosol (di atas collovium) 0,27
Regosol (pada puncak bukit) 0,16
Gley humic 0,29
Litosol 0,13
Grumosol 0,16
Regosol 0,21
Latosol coklat 0,31
Gley humic (di atas teras) 0,31
Hydromorf abu-abu 0,20
Sumber : Soemarwoto, 1990

Contoh :

Tanah-1 : Pasir 20%; Lanau 30%; dan Lempung 50 %


Tanah-2 : Pasir 60 %; Lanau 15 % dan Lempung 25 %

Berapa erodibilitas masing-masing tanah, dan apa maknanya?

Jawab :

Berdasarkan rumus Bouyoucos di atas, maka Tanah-1 mempunyai nilai


erodibilitas K = 1, sedangkan Tanah-2 mempunyai nilai erodibilitas K = 3.
Tanah-2 berindeks erodibilitas tinggi, maka Tanah-2 adalah tanah yang
lebih peka erosi atau sangat mudah tererosi. Tanah-1 yang nilai erodibi-
litasnya lebih rendah adalah tanah resisten atau tahan terhadap erosi.

!$!#
29

4.3. TUGAS & LATIHAN (MANDIRI)

1. Diketahui data kasus pembukaan lahan di Bandung Utara


(Lembang), masing-masing data yang diperlukan adalah: curah
hujan, kemiringan lereng rata-rata, panjang lereng rata-rata, jenis
tanah dan erodibilitasnya, serta jenis tanaman sebelum dibuka.
Berapa ton per-tahun laju erosi Areal hutan tak terganggu (cari CP)
seluas 80 Ha bila curah hujan = 2500 mm/tahun (cari R) . Jenis
tanah latosol coklat (cari K). Kemiringan lereng rata-rata 16% (cari
S), panjang lereng rata-rata 32 M (cari L) .
Jawab : E = RKLCPS (Gunakan Tabel CP dan Tabel K yang sudah
ada lalu hitunglah laju kenaikan erosi di daerah yang bersangkutan)

2. Diketahui perbandingan pasir, lanau dan lempung dari 2 contoh


tanah. Tanah I (60 % lanau ; 10 % pasir ; 30 % lempung) dan
Tanah II (15 % lanau ; 5 % pasir ; 80 % lempung). Apa yang
dimaksud dengan erodibilitas? Berapa nilai erodibiltas masing-
masing tanah? Manakah yang lebih peka terhadap erosi, Tanah I
atau Tanah II, mengapa?

3. Areal semak tak terganggu (CP=0,01) luas 373 Ha sebagian akan


dibuka untuk dijadikan areal kebun campuran (CP=0,43). Curah
hujan tahunan (=H) 2000 mm. Jenis tanah latosol merah (K= 0,12).
Kemiringan lereng rata-rata 12 % dengan panjang lereng rata-rata 25
M. Berapa maksimal luas areal semak yang akan dibuka bila total
laju erosi (A2) yang diijinkan hanya 49038,31 Ton/tahun ?
Jawab : E1 = RKL(CPkebuncampuran - CPsemak)S
Gunakan Tabel CP dan Tabel K yang sudah ada lalu hitunglah laju
kenaikan erosi di daerah yang bersangkutan E1= Ton/Hektar/Tahun
(Lihat contoh Bab 4.2)

!$!#
30

DAFTAR PUSTAKA

• Craig, R.F., (Budi Susilo, ed. Penerjemah), 1989, Mekanika Tanah, ed. 4,
Penerbit Erlangga, Jakarta
• Dearman, W.R., 1991, engineering Geological Mapping, Butterworth-
Heinen-mann Ltd., 387 p.
• Dikau, R., et.al., 1997, Landslide Recognition, John Willey & Sons, 251 p.
• Hunt, R.E., 1984, Geotechnical engineering investigation manual,
McGrawHill Book Company, 984 p.
• Schwab, G.O., et.al., 1993, Soil and water conservation engineering, John
Willey & Sons, 507 p.
• Sowers, G.B. , & Sowers, B.F., 1967, Introductory Soil Mechanics and
Foundations, Macmillan, New York City.
• Soemarwoto, O., 1986, Analisis Dampak Lingkungan, Gajah Mada Press,
Yogyakarta
• Strahler, A.N., & Strahler, A.H., 1983, Modern physical geography, John
Willey & Sons, 532 p.
• Sutedjo, MM., & Kartasapoetra, 1988, Pengantar ilmu tanah, Bina Aksara,
152 hal.,
• Terzaghi, K., & Peck, R.B., 1967, Soil Mechanics in Engineering Practice,
2nd ed., John Wiley & Sons, p.3-22,
• Zaruba, Q., & Mencl., V., 1969, Landslide and their control, Elsevier Pub.
Co., Amsterdam, 205 p.

!$!#
31

LAMPIRAN

Ringkasan
Materi dan Kajian Utama

PRAKTIKUM GEOLOGI TEKNIK

(1) Materi: Kajian:


- PENGERTIAN DASAR
- KEKUATAN DAN KELEMAHAN
- FENOMENA GEOLOGI TEKNIK

! "# # $ % % # ! %! &$ '


( & % % # )
• " * # & *& + *& + *!*&
• # # * & % %! ! # ,% # # ! # #
-# # # & .
• / ! &# # & & !

% %# & / %# & 0 & ! , !


# % & * *& # # & & , & * *& * /
* ! , 0 & ! % , % 1 % ! & % &
0 .

(2) Materi: Kajian:


- BATUAN / TANAH ("
- RESIDUAL & TRANSPORTED SOIL
- PROFIL TANAH RESIDU
- KLASIFIKASI TANAH

% ! # # ! %! & !#
% %! !# *% ! * + ! %# % && %
! %! & 0 .

% ! , % & 0 & ! 0
& 1 ( 2( .

!$!#
32

(3) Materi: Kajian:


- PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK " (
- POTENSI LAHAN DAN MATERIAL # & ! % &#
- KEBENCANAAN

% % # ! & * *& & ! * ! ! & * *&


% &/% & ! % 0 .

! % & !* % 0 & 0 & !


% & ! ! # # & & ! % &# 1 0 &
#%# & % # & ! # .

(4) Materi: Kajian:


- EROSI 3 ( 3 ' (
- ERODIBILITAS 1 * *&

! % & # & ,# # /* *
% & # & * ! # # 0 & # + % & .

0 & # + % & #! /
# # % 0 # 0 & # # #
! %# % +- .2 * * # ! ! & % & ! #% ' # &
.

,# * # & & 1 ( .
/ ! # & ! # % # .

!$!#

You might also like