Professional Documents
Culture Documents
TRUE
ABSTRAK
Hukum adalah peraturan atau tata tertib yang mempunyai sifat memaksa,
mengikat, dan mengatur hubungan manusia dan manusia lainnya dalam
masyarakat dengan tujuan menjamin keadilan dalam pergaulan hidup dalam
bermasyarakat. Mafia peradilan adalah bentuk pelanggaran berat yang melanggar
pasal 24 Undang-undang Dasar 1945 tentang Kekuasaan Kehakiman. Dan
janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antaramu dengan
jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim
supaya kamu dapat memakan sebagian harta orang lain dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui. (Al-Baqarah: 188).
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hukum adalah peraturan atau tata tertib yang mempunyai sifat memaksa,
mengikat, dan mengatur hubungan manusia dan manusia lainnya dalam
masyarakat dengan tujuan menjamin keadilan dalam pergaulan hidup dalam
bermasyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas , maka diperoleh suatu
rumusan masalah sebagai berikut :
C. TUJUAN PENULISAN
D. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Bab III : Berisi tentang Penutup yang terdiri atas Kesimpulan dan
Saran.
E. METODE PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HUKUM
1. Pengertian Hukum
Hukum adalah peraturan atau tata tertib yang mempunyai sifat memaksa,
mengikat, dan mengatur hubungan manusia dan manusia lainnya dalam
masyarakat dengan tujuan menjamin keadilan dalam pergaulan hidup
dalam bermasyarakat. Hukum yang berlaku di Indonesia disebut hukum
nasional. Tata hukum nasional adalah peraturan hukum yang berlaku bagi
degenap bangsa dan seluruh tanah air Indonesia. Tata hukum nasional itu
terdiri atas hukum tertulis dan hukum tudak tertulis.
Pengertian hukum menurut beberapa ahli:
A. PENGGOLONGAN HUKUM
Penggolongan hukum menurut Dudu Duswara Machmudin dan C.S.T Kansil
dapat dilihat pada tabel berikut.
Hukum batas
Negara
Hukum tidak
tertulis
Hukum yang masih hidup dalam
keyakinan dan kenyataan di dalam
masyarakat yang bersangkutan.
Berdasarkan Hukum Publik Hukum yang mengatur hubungan Hukum tata Negara,
Lainnya antara warga Negara dan Negara hukum pidana,
yang menyangkut kepentingan hukum acara pidana
umum/public.
Hukum perdata
Hukum dagang
Hukum waris
Kewarganegaran,
Hukum Perang,
Hukum Perdata
Internasional, dll
lain
berdasarkan KUHP
sekarang
Hukum pidana
nasional yang
hingga saat ini
masih disusun
Piagam PPB
tentang DUHAM
Hukum Acara
Peradilan Tata
Usaha Negara
Ketentuan pasal
1152 KUH Perdata
Khusus untuk hukum public dan hukum privat (yang digolongkan berdasarkan
idenya), apabila kita kaji ternyata memiliki perbedaan. Adapun perbedaan
tersebut adalah sebagai berikut.
dicabut kembali
dan kesusilaan, kehendak Tuhan (Thomas Aquino), akal budi (Grotius), serta
jiwa bangsa (F.C. Von Savigny). Isi hukum ini masih samar-samar. Sehingga
perlu diberi bentuk. Bentuknya adalah sumber hukum formal. Jadi sumber
hukum formal adalah perwujudan isi atau material hukum material yang
menentukan berlakunya hukum itu sendiri. Jenis-jenis sumber hukum formal
adalah sebagai berikut.
1. Undang-undang
Ada dua jenis UU yakni dalam arti material (setiap peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah yang isisnya mengikat secara umum bagi
semua warga Negara) dan dalam arti formal (setiap peraturan yang karena
bentuknya dapat disebut UU).
2. Kebiasaan (Hukum Tidak Tertulis)
Yaitu perbuatan yang diulang-ulang terhadap hal yang sama dan kemudian
diterima serta diakui oleh masyarakat.
3. Yurisprudensi
Yaitu keputusan hakim terdahulu terhadap perkara yang tidak diatur oleh
UU dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya dalam memutuskan
perkara yang serupa. Dalam membuat yurisprudensi,biasa seorang hakim
akan melakukan penafsiran.
4. Traktat
Yaitu perjanjian yang dibuat oleh dua Negara atau lebih mengenai
persoalan-persoalan tertentu yang menjadi kepentingan Negara yang
bersangkutan.
5. Doktrin
Yaitu pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar atau asas-
asas penting dalam hukum dan penerapannya.
Mahkamah
Agung
1. Pengadilan Umum
Pengadilan Umum memeriksa dan memutuskan perkara tingkat
pertam dari segal perkara perdata dan pidana sipil untuk semua golongan
penduduk (warga Negara dan orang asing).
Pengadilan Negeri berkedudukan di Daerah Tingkat II atau yang
setingkat. Perkara-perkara yang ada diselesaikan oleh hakim dan dibantu
oleh panitera. Pada tiap-tiap Pengadilan Negeri ditempatkan pula
Kejaksaan Negeri sebagai alat pemerintah yang ditempatkan sebagai
penuntut umum dalam suatu perkara pidana terhadap si pelanggar hukum.
Tetapi dalam perkara perdata, Kejaksaan Negeri tidak ikut campur tangan.
2. Pengadilan Agama
Pengadilan Agama memeriksa dan memutuskan perkara-perkara
yang timbul di antara umat islam, yang berkaitan dengan nikah, rujuk,
talak (perceraian), nafkah, waris, dan lain-lain. Dalam hal yang dianggap
perlu, keputusan Pengadilan Agama dinyatakan berlaku oleh Pengadilan
Negeri.
3. Pengadilan Militer
Sikap taap berarti tunduk atau patuh terhadap sesuatu ketentuan atau
orang lain. Sikap taat diwujudkan dalam kemauan untuk menjalankan perintah
dan menjauhi larangan. Dengan demikian, sikap taat terhadap hukum adalah
tunduk dan patuh terhadap segala ketentuan yang digariskan oleh hukum yang
berlaku, dengan cara memenuhi kewajiban yang dibebankan dan tidak
melanggra hal-hal yang dilarang dalam hukum.
Contoh perwujudan sikap taat terhadap hukum sangatlah banyak.
Dalam kegiatan sehari-hari banyak diperlihatkan fenomena yang menunjukkan
ketaatan terhadap hukum. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
Contoh perbuata yang melanggar hukum itu begitu banyak. Akan tetapi, saya
ingin menitik beratkan pada suatu pelanggaran hukum yang sedang marak-
maraknya di negeri tercinta ini, yaitu tentang mafia peradilan atau markus.
Menarik sekali membaca hasil survey the Political and Economic Risk
Consultancy (PERC) 2008 tentang Judicial. System yang menempatkan
Indonesia pada urutan ke-12 diantara negara-negara di Asia (The Jakarta Post,
10/08). Urutan ke-12 sebagai negara dengan sistem peradilan terburuk tersebut
(untuk tidak menyebut banyak) penegak hukum yang masih nakal, tetapi kita
juga harus secara objektif mengakui bahwa masih banyak para penegak
hukum yang masih mempunyai moral dan integritas tinggi. Di
Mahkamah Agung sendiri misalnya, bekerja sama dengan lembaga-
lembaga seperti GGIJ dan IALDF, reformasi peradilan itu sedang berjalan
dengan gencar-gencarnya. Badan Pembinaan dan Pengawasan menjadi pilar
utama yang sejauh ini terbukti menjadi momok bagi aparat pengadilan.
Keterbukaan informasi dikedepankan (lihat misalnya www.putusan.net dan
www.pembaruanperadilan.net). Dan excellent service menjadi menu
utamanya. Jalan menuju dunia peradilan modern yang berwibawa dan
''Sudah saya perintahkan tadi pagi kepada propam untuk segera undang Susno.
Di satu sisi, saya perintah Kabareskrim untuk gelar perkara lengkap. Temukan
ada atau tidak penyimpangan dalam penyidikan kasus itu yang kebetulan (saat
itu, Red) Kabareskrim-nya Pak Susno sendiri dan ini disampaikan dia sendiri,''
ujar alumnus Akpol 1974 tersebut.
Kapolri, hal itu bergantung pemeriksaan terhadap Susno. ''Ada fakta-fakta apa
yang dimiliki (Susno) selama (menjabat) Kabareskrim dulu, sehingga bisa
memberi penjelasan. Lalu, kami gelar perkara internal,'' jelasnya.
Menurut dia, siapa pun yang melaporkan adanya markus di internal Polri akan
ditindaklanjuti. Pengusutan dugaan pelanggaran pidana kasus tersebut berada
''Kami tindak lanjuti, apakah benar atau tidak. Makanya, sekarang dari internal,
dari divisi propam, dipimpin Pak Wakapolri dan Irwasum (Komjen Pol Nanan
Soekarna),'' ungkap jenderal berbintang tiga tersebut.
penanganan kasus money laundering dan dugaan pidana korupsi. Menurut dia,
kasus itu terjadi saat Direktorat II Ekonomi Khusus Bareskrim Polri mengusut
dugaan kasus money laundering yang dilakukan seorang inspektur jenderal
pajak bernama Gayus Tambunan ( GT).
''Di rekening dia, berdasar hasil penelusuran sebuah instansi, masuk aliran dana
mencurigakan senilai lebih dari Rp 25 miliar,'' ungkap Susno. Aliran dana
mencurigakan berbentuk dolar dan rupiah yang masuk ke rekening GT itu
lantas diselidiki Bareskrim.
Susno pun memerintah direktur II ekonomi khusus kala itu, Brigjen Edmon
Ilyas, untuk memprioritaskan pengusutan kasus tersebut hingga tuntas. Uang
Rp 25 miliar yang diduga sebagai hasil kejahatan itu pun dibekukan Susno.
Uang itu diakui sebagai milik pengusaha berinisial AK. ''Dia dibekingi orang
kuat,'' tegasnya. Menurut logika Susno, jika Kabareskrim bisa dilangkahi, tentu
orang yang menjadi beking berlevel di atas Kabareskrim.
''Uang (Rp 25 miliar) itu ternyata dibagi-bagi oleh mereka. Karena itu, uang
tersebut dibuat sebagai milik pengusaha. Saya nggak bisa bilang mereka
masing-masing dapat berapa dan siapa-siapa saja yang menerima. Nanti saya
+++++++++++++++++++++++++++
BERKELIARAN, Pengusaha Jadi Sasaran
Kondisi ini tak hanya mengakibatkan biaya ekonomi tinggi, tetapi juga
mengakibatkan iklim investasi di Indonesia tidak menarik. Banyak pengusaha
Dampaknya, kata dia, produk Indonesia menjadi tidak kompetitif. Selain harus
menanggung beban suku bunga tinggi, pengusaha Indonesia juga terbebani
biaya ekonomi lebih banyak yang timbul akibat ketidakpastian hukum.
Mafia Peradilan
markus yang sangat tahu ke mana jalur untuk memengaruhi para penegak
hukum itu. “Dan, di situ sudah ada orang yang menjadi penunjuk jalan,”
katanya.
Modus operandi mafia peradilan ibarat transaksi jual beli. Penjual adalah
pihak yang mempunyai kewenangan, sedangkan pembeli adalah kelompok
yang membutuhkan kemenangan dalam suatu proses hukum. Penjual,
misalnya, adalah hakim yang memutuskan perkara, dan pembeli adalah
terdakwa yang membutuhkan putusan bebas.
Sementara itu, hakim dalam membuat putusan ibarat koki dan putusan adalah
hidangannya. Dalam membuat hidangan, hakim melihat dulu pesanannya,
Berantas Mafia
Harifin mengimbau kepada para hakim agar menjaga prilaku dan tetap
bersikap objektif dalam menangani suatu perkara dan tetap menjaga
independensi. “Semua aparat hukum wajib memberantas mafia peradilan,”
tegasnya.
Menurut Adnan Topan Husodo, penegakan hukum harus dimulai dari lembaga
hukum itu sendiri. “Munculnya, markus karena banyak pihak yang
membutuhkannya, baik yang berperkara maupun yang menangani perkara,”
katanya.
Ketua FPD DPR Anas Urbaningrum berharap semua lembaga penegak hukum
memiliki komitmen untuk membersihkan mafia peradilan. “Kasus dugaan
kriminalisasi KPK harus menjadi pembelajaran bersama bagi para penegak
hukum dan keadilan untuk membuat pencitraan yang lebih baik, sehingga
kepercayaan publik bisa dipulihkan,” katanya. (hut/es/rw)
Indonesia adalah negara hukum. Begitu amanat yang tertuang dalam Pasal 1
Ayat (3) UUD 1945. Amanat ini ditegaskan lagi dalam Pasal 27 Ayat (1) yang
menyatakan bahwa setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan
pemerintahan itu dengan tiada kecualinya. Artinya bahwa setiap aspek-aspek
kehidupan harus senantiasa berpegang pada kaidah-kaidah hukum yang
berlaku. Hukum harus dijadikan sebagai panglima, berada di atas politik dan
kekuasaan. Oleh karena itu, sebagai sebuah negara yang menganut prinsip
negara hukum (rule of law), hukum seharusnya dijalankan dengan merdeka,
tanpa intervensi dari siapa pun, termasuk penguasa dan pengusaha. Tentu,
dunia peradilan yang merdeka adalah prinsip yang sangat fundamental untuk
memastikan adanya pengadilan yang netral dan tidak memihak.
Adanya saling klaim menjadi yang paling benar antara KPK dan Polri
menunjukkan bahwa proses hukum telah digerakkan oleh aneka instrumen
seperti asumsi, konotasi, dan persuasi. Bukankah objektivitas persoalan dan
profesionalitas para penegak hukum seharusnya dijadikan acuan dalam
menentukan siapa yang benar dan salah. Semua ini hanya didapatkan dari
proses hukum yang dilakukan di pengadilan?
Dari penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan Polri terhadap dua pimpinan
(nonaktif) KPK, ternyata jelas tidak ditemukan adanya bukti permulaan yang
meyakinkan dan mereka tidak layak dijadikan tersangka. Tetapi mengapa
polisi terkesan “memaksakan” kasus ini dan mencari-cari alasan lain demi
menjadikan Bibit-Chandra menjadi terdakwa?
hanya sekadar merebut simpati publik. Sebab berkaca pada tindakan yang
diambil selama terjadi kisruh “cicak dan buaya”, Presiden terkesan pasif
dengan bertamengkan alasan bukan menjadi kewenangan atau tidak mau
mencampuri proses hukum.
Di satu sisi, alasan itu dapat diterima juga. Tetapi di sisi lain, ternyata Presiden
kemudian melanggar alasannya itu. Sebut saja ketika belia mengeluarkan
Perppu Nomor 4 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-Undang KPK, di
mana SBY dinilai telah melakukan intervensi terhadap KPK sebagai lembaga
independen. Bukan hanya itu, pencatutan nama SBY dalam rekaman Anggodo
Widjoyo juga terkesan dimaafkan SBY. Padahal ketika Zaenal Maarif
Harapan kita, apa pun ceritanya, sebagai warga negara yang baik, program
pemberantasan mafia peradilan harus kita dukung bersama. Yang kita
harapkan, para pemimpin kita tetap berkomitmen dengan janji-janjinya. Sebab
jika pengadilan tidak lagi adil, lalu kepada siapa lagi kita menuntut keadilan?
harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian harta orang lain
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (Al-Baqarah: 188).
Peringatan Allah ini seharusnya selalu dipikirkan oleh siapa pun yang
bersengketa di pengadilan. Sebab, mereka yang memakai suap, tekanan
penguasa atau massa, kemampuan bersilat lidah, atau memperalat dalil dan
aturan hukum guna memperdaya hakim dan lawan sengketa, akan diazab di
akhirat. Nabi Muhammad SAW bersabda: 'Siapa pun yang merampas tanah
orang lain secara zalim, walaupun hanya sejengkal, maka Allah akan
mengalunginya kelak di hari kiamat dengan tujuh lapis bumi.' (Hadis shahih
riwayat Bukhari dan Muslim).
memvonis orang tanpa bukti yang sah dan meyakinkan, mengadili orang
miskin karena dituduh mencuri sandal bolong, dan lain-lain.
Pasal 24
Pasal 24 A
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hukum di Indonesia saat ini masih sangat labil di karenakan banyak
pihak mempermainkan hukum dengan mudahnya sehingga ketidakadilan pun
muncul. Di tambah lagi pemerintahan yang tidak transparan dalam berbagai
hal, misalnya pada tindak pidana Korupsi yang mana terdakwa dapat membeli
fasilitas hotel di dalam prodeo. Ini sangatlah kontras dibandingkan dengan
para narapidana kecil. Mereka malah tidur beralaskan tikar saja. Di perparah
lagi adanya kongkalikong dengan para pejabat tinggi lapas yang memperjual
belikan fasilitas untuk para narapidana.
Ini tidak sesuai dengan pengertian Hukum yang sebenarnya, yaitu
Hukum adalah peraturan atau tata tertib yang mempunyai sifat memaksa,
mengikat, dan mengatur hubungan manusia dan manusia lainnya dalam
masyarakat dengan tujuan menjamin keadilan dalam pergaulan hidup dalam
bermasyarakat. Untuk itu di harapkan kedepannya adanya reformasi hukum di
Indonesia agar tidak adanya Mafia Peradilan atau Markus yang merajarela di
Indonesia.
B. SARAN
Di tinjau dari segi pengetahuan masalah ini amatlah besar dan
sistemik. Karena masalah ini sudah mengakar dalam tubuh para pejabat tinggi.
Untuk itu di harapkan para penegak hukum membuka mata mereka agar
bertindak sigap dalam menangani kasus atau masalah ini.
Dan juga pemerintahan yang tidak transparan mengundang terjadinya
masalah ini. Oleh karena itu, pemerintah untuk lebih terbuka dalam segala hal
DAFTAR PUSTAKA
Machmudin, Dudu Duswara, SH., M. Hum., Drs. 2003. Pengantar Ilmu Hukum
Sebuah Sketsa. Bandung: Refika Aditama.