Professional Documents
Culture Documents
BIOLOGI UMUM
Untuk Rumpun Kesehatan & Rumpun Sains dan
Teknologi
BAHAN AJAR
DIKTAT 5
KEANEKARAGAMAN
MAKHLUK HIDUP
Modul Universitas Indonesia
2
DAFTAR POKOK BAHASAN
A. Eubacteria dan Archaebacteria
5.1. Pendahuluan
5.2. Eubacteria
5.2.1 Ciri karakteristik
5.2.2 Keanekaragaman Bacteria
5.2.3 Peranan Bacteria dalam ekosistem
5.3. Archaebacteria
5.3.1 Ciri karakteristik
5.3.2 Keanekaragaman Archaebacteria
5.3.3 Peran Archaebacteria dalam ekosistem
B. Protista dan Fungi
5.4. Pendahuluan
5.5. Protista
5.5.1 Ciri karakteristik
5.5.2 Keanekaragaman Protista
5.5.3 Peran Protista dalam ekosistem
5.6. Fungi
5.6.1 Ciri karakteristik
5.6.2 Keanekaragaman Fungi
5.6.3 Peran Fungi dalam ekosistem
3
A. EUBACTERIA DAN ARCHAEBACTERIA
5.1 PENDAHULUAN
Modul ini memaparkan mengenai makhluk hidup yang termasuk ke dalam
kelompok Prokariota (selnya belum memiliki membran inti) dan Eukariota (sel
telah
memiliki membran inti). Dalam sistem klasifikasi tradisional lima kingdom,
kelompok
Prokariota terdiri dari kingdom Monera, dan kelompok Eukariota terdiri dari
empat
kingdom yaitu, Protista, Fungi, Plantae dan Animalia. Dalam sistem klasifikasi
selanjutnya, lima kingdom menjadi enam, yaitu: Prokariota terdiri dari dua
kingdom
(Eubacteria dan Archaebacteria), sedangkan Eukariota terdiri dari empat
kingdom
(Protista, Fungi, Plantae dan Animalia).
Gambar 1. Sistem 3 domain dalam klasifikasi (Sumber: Mader, 2009).
Perbedaan antara Eubacteria dan Archaebacteria akan menjadi lebih jelas
apabila dikaji dari segi komposisi kimia dan aktivitas biokimia (metabolisme).
4
Setelah mempelajari modul ini diharapkan anda mampu menjelaskan tentang
Eubacteria dan Archaebacteria dalam hal ciri-ciri karakteristik dan
keanekaragamannya,
serta perannya dalam ekosistem.
5.2. EUBACTERIA
Bacteria (Eubacteria) tidak memiliki membran inti sehingga termasuk ke
dalam kelompok Prokariota. Bacteria adalah mikroorganisme berukuran sangat
kecil
yang hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Sel Bacteria berukuran
jauh
lebih kecil dibandingkan sel Eukariota yang berukuran 10 μm hingga 100 μm. Ada
Bacteria raksasa karena berukuran (100-300)x40 μm, contohnya Epulopiscium
fishelsoni yang ditemukan pertama kali dari dalam usus surgeonfish.
Thiomargarita
namibia berukuran panjang 100-750 μm, dan ditemukan pertama kali di sedimen
laut Namibia. Bacteria merupakan kelompok makhluk hidup yang dapat
ditemukan
hampir di seluruh tempat di dunia, karena memiliki kemampuan adaptasi yang
tinggi
di lingkungannya. Kemampuan tersebut ditentukan antara lain oleh
metabolismenya
yang sangat bervariasi. Berdasarkan atas kemampuan menggunakan jenis
sumber
karbon, Bacteria dikelompokkan menjadi autotrof (menggunakan sumber karbon
anorganik) dan heterotrof (menggunakan sumber karbon organik). Bacteria
memiliki
peran penting dalam ekosistem, yaitu dalam siklus biogeokimia dan sebagai
dekomposer. Banyak anggota dari Bacteria yang berperan penting dalam industri
makanan dan minuman, pertanian, farmasi. Adapula anggota dari Bacteria yang
menyebabkan penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan.
5.2.1. Ciri Karakteristik
Bacteria merupakan mikroorganisme prokariotik uniseluler atau
multiseluler, autotrof (foto- atau kemoautotrof) atau heterotrof (foto- atau
kemoheterotrof). Anggota kelompok ini ada yang hidup soliter atau berkoloni,
kosmopolit, bersifat parasit atau saprofit, motil atau nonmotil. Dinding sel
tersusun
atas peptidoglikan. Membran sel adalah bilayer, sedangkan lipid membran sel
5
tersusun atas asam lemak yang terikat kepada gliserol. Sel berukuran panjang
kurang dari 1 μm dengan diameter kurang dari 0,5 μm. Reproduksi Bacteria
dengan
membelah secara binary fission. Beberapa Bacteria dapat membentuk
endospora.
Gambar 2. Sel bakteri (Sumber: Mader, 2009)
5.2.2 Keanekaragaman Eubacteria
Berdasarkan bentuk selnya, Bacteria dibagi dalam 3 kelompok besar, yaitu:
1. Batang (basil):
a) monobasil : Salmonella thyposa, Bacillus subtilis
b) diplobasil : Azotobacter sp.
c) Streptobasil : Streptobacillus moniliformis
2. Bulat (kokus):
a) Monokokus : Leuconostoc cremoris
b) diplokokus : Diplococcus pneumoniae dan Neisseria gonorrhoeae
c) sarkina : Sarcina lutea
d) streptokokus : Streptococcus pneumoniae
e) stafilokokus : Staphylococcus aureus
3. Spiral:
a) koma (vibrio) : Vibrio coma
b) spiral : Spirillum minor
6
Gambar 3. Bentuk sel bakteri (Sumber: Mader, 2009).
Berdasarkan kemampuannya menggunakan jenis sumber karbon, Bacteria
dibagi atas 2 kelompok besar yaitu:
1. Autotrof:
Berdasarkan kemampuan menggunakan sumber karbon anorganik dan
cahaya matahari, autotrof dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu fotoautotrof dan
kemoautotrof.
a) Fotoautotrof: bakteri hijau (Bacterioviridin sp., Bacteriochlorophyll sp.),
bakteri ungu (Bacteriopurpurin sp.)—bakteri dengan pigmen ungu,
merah, atau kuning (Cyanobacteria).
b) Kemoautotrof: Nitrosomonas sp., Nitrosocystis sp., Nitrospira sp., dan
Nitrosococcus sp.
7
Gambar 4. Keanekaragaman cyanobacteria, Gloeocapsa, Anabaena,
dan Oscillatoria (kiri ke kanan) (Sumber: Mader, 2009).
2. Heterotrof:
Berdasarkan kemampuan menggunakan sumber karbon organik dan cahaya
matahari, autotrof dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu fotoheterotrof dan
kemoaheterotrof.
a) Fotoheterotrof: Chromatium sp., Chlorobium sp., Rhodospirillum sp.
b) Kemoheterotrof:
Saprofit—Lactobacillus bulgaricus, Streptomyces griseus
Parasit—Treponema pallidum, Borrelia novyi
Patogen—Bacillus anthracis, Neischeria gonorrhoe
6.2.3 Peran Eubacteria dalam ekosistem
Eubacteria berperan sangat penting dalam ekosistem yaitu, dalam siklus
biogeokimia. Perhatikan modul sebelumnya yang terkait dengan siklus karbon,
nitrogen, sulfur, phosphor dan sebagainya. Jika di alam tidak ada Bacteria, besar
kemungkinan terjadi ketidak-seimbangan ekosistem, yang berdampak pada
musnahnya makhluk hidup lain, termasuk manusia.
Bacteria sangat berperan penting dalam meningkatkan kesuburan tanah.
Melalui peran Bacteria di alam sebagai dekomposer, yaitu sebagai pembusuk
dan
pengurai organisme mati, maka unsur-unsur di dalamnya kemudian akan
dilepaskan
ke lingkungan dan dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup lain. Bacteria
melakukan
8
fiksasi nitrogen bebas dari udara dan mengubahnya menjadi bentuk yang dapat
dimanfaatkan makhluk hidup lain. Simbiosis mutualisme antara Bacteria dengan
tumbuhan membantu tumbuhan memperoleh nitrogen dari lingkungan,
sedangkan
Bacteria memperoleh gula dan nutrien lain dari tumbuhan. Koloni Bacteria di
dalam
pencernaan manusia membantu manusia memperoleh vitamin B12 dan K yang
tidak
dapat dibuat tubuh manusia.
5.3. Archaebacteria
Lihat kembali modul sebelumnya, yang telah menjelaskan perkembangan
klasifikasi sejak Linnaeus (1735) sampai Woese et.al. (1990). Archaebacteria
(Archaea) termasuk kelompok Prokariota, dan diduga telah ada di bumi sejak
hampir
4 bilyun tahun yang lalu. Berdasarkan banyaknya kesamaan sekuens dalam
ribosomal RNA, Archaea dianggap berkerabat lebih dekat dengan Domain
Eukarya
dibandingkan Eubacteria. Sebagian besar Archaea hidup di lingkungan ekstrem,
contohnya pada sumber air panas, lingkungan yang sangat asam atau sangat
basa,
hydrothermal vent di laut dalam. Dalam bioteknologi, enzim DNA polimerase
Archaea termofil ekstrem dimanfaatkan untuk Polymerase Chain Reaction (PCR).
.
6.3.1 Ciri Karakteristik
Dinding sel Archaea tidak memiliki peptidoglikan, tetapi memiliki struktur
yang disebut pseudopeptidoglycan. Struktur tersebut tersusun atas
Nacetylglucosamine
dan N-acetylalosaminuronic acid. Archaea lainnya memiliki
dinding sel tersusun atas glikoprotein atau protein. Bahkan ada di antara
Archaea
yang tidak memiliki dinding sel. Membran plasma Archaea tersusun satu lapis
(monolayer) dan mengandung lipid yang sangat berbeda, yaitu lipidnya tidak
mengandung asam lemak, tetapi digantikan oleh molekul hidrokarbon isoprene
rantai panjang dan bercabang. Hal tersebut memungkinkan Archaeabacteria
dapat
hidup di tempat yang bersuhu sangat tinggi, yaitu lebih dari 100°C.
9
5.3.2. Keanekaragaman Archaebacteria
Berdasarkan habitat ditemukannya Archaea di alam, maka Archaea dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar, yaitu:
1. Kelompok metanogen yaitu, Archaebacteria yang hidup di lingkungan
anaerob,
dan menghasilkan gas metan sebagai hasil konversi dari CO2 dan H2. Anggota
dari kelompok metanogen hidup dalam lumpur di dasar danau, dasar rawa,
sedimen laut. Metanogen juga ditemukan dalam hewan ruminan, contohnya
sapi, kambing. Jika gas metan (disebut juga biogas) dilepaskan ke lingkungan,
maka dapat mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca. Sebanyak 65% metan
di lingkungan dihasilkan oleh Archaea metanogen. Contoh metanogen adalah
Methanosarcina mazei, Methanococcus jannaschii, Methanospirillum hungatei.
Gambar 5. Jenis Archaebacteria dari kelompok metanogen (Sumber: Mader,
2009).
2. Kelompok halofil ekstrem adalah Archaea yang hidup di lingkungan dengan
salinitas (kadar garam) sangat tinggi yaitu 12% hingga 15%, sedangkan kadar
garam air laut pada umumnya sebesar 3,5%. Lingkungan tersebut juga memiliki
pH sangat tinggi hingga 10. Contoh lingkungan dengan kondisi tersebut adalah
Laut Mati di Timur Tengah, Great Salt Lake di Utah, dan juga di danau-danau
kecil tempat pembuatan garam. Archaea halofil menggunakan pigmen merah
(bacteriorhodopsin) dan cahaya matahari untuk mensintesis ATP, dan
menyebabkan lingkungannya menjadi berwarna merah, contohnya di Owens
10
Lake, California. Contoh halofil ekstrem yaitu Halobacterium salinarium,
Halococcus sp.
Gambar 5. Archaebacteria di lingkungan dengan salinitas tinggi (Sumber: Mader,
2009).
3. Kelompok termofil ekstrem yaitu Archaea yang hidup di lingkungan dengan
kondisi sangat panas, dengan suhu di atas 80° C, dan beberapa di antaranya
dapat hidup pada suhu lebih dari 105o C, bahkan hingga 250° C. Contoh
lingkungan dengan kondisi tersebut adalah lumpur panas, kawah gunung berapi,
Yellowstone National Park, hydrothermal vent. Kelompok termofil juga dapat
hidup di lingkungan sangat asam, sehingga disebut sebagai kelompok
termoasidofil ekstrem, dan hidup dengan baik pada pH 2 hingga 1, dengan suhu
di atas 80o C, dan beberapa di antaranya dapat bertahan di atas suhu 105o C.
Termoasidofil ekstrem dapat mengoksidasi sulfur untuk memperoleh energi,
sedangkan lainnya dapat menggunakan sulfur sebagai akseptor elektron
terakhir. Contoh termofil ekstrem adalah Thermus aquaticus, Geogemma
barossii, dan termoasidofil ekstrem adalah Sulfolobus acidocaldarius.
11
Gambar 7. Archaebacteria di suhu tinggi dan pH rendah (Sumber: Mader, 2009).
6.3.2. Peran Archaebacteria dalam ekosistem
Archaea memiliki peran yang sangat penting dalam ekosistem, yaitu dalam
siklus biogeokimia. Perhatikan modul sebelumnya yang terkait dengan siklus
karbon,
nitrogen, phosphor, sulfur dan sebagainya. Archaea menguraikan organisme
mati di
lingkungan dan turut berperan dalam siklus nutrien. Metanogen berperan
penting
menguraikan nutrien dalam sistem pencernaan hewan ruminan, dan rayap.
Semua Archaea adalah autotrof, dan sebagian besar adalah kemosintetik,
sedangkan sebagian kecil adalah fotosintetik. Archaea ada yang mutualistik, atau
komensalistik, tetapi tidak ada yang parasitik. Tidak ada Archaea yang dapat
menyebabkan penyakit.
B. PROTISTA DAN FUNGI
5.4. Pendahuluan
Modul ini memaparkan tentang organisme tingkat rendah yang tergolong ke
dalam Fungi dan Protista. Anggota dari Fungi dan Protista termasuk ke dalam
kelompok Eukariota (selnya telah memiliki membran inti). Setelah mempelajari
modul ini diharapkan anda sudah dapat menjelaskan ciri-ciri karakteristik dari
Fungi
dan Protista, mengetahui keanekaragamannya, serta perannya dalam ekosistem.
12
Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci tentang ciri karakteristik umum,
keanekaragaman, dan perannya di dalam ekosistem.
5.5. PROTISTA
Ernst Haeckel pada abad 19 menemukan mikroorganisme, selain hewan dan
tumbuhan makroskopik, dan mengelompokkan mikroorganisme tersebut ke
dalam
kingdom ke-tiga yaitu Protista. Pada tahun 1894 Ernst Haeckel memperkenalkan
sistem 3 kingdom, yaitu Animalia, Plantae, dan Protista. Pada masa itu Ernst
Haeckel belum dapat membedakan antara eukariot dan prokariot secara jelas.
Meskipun demikian, Haeckel mempertimbangkan bahwa ada kelompok yang
pada
saat itu disebut sebagai Monera sebagai kelompok spesial dalam Protista.
Selanjutnya Protista dikenal sebagai sebuah kingdom yang mencakup organisme
eukariot uniseluler bukan hewan (karena memiliki perkembangan melalui
blastula)
maupun bukan tumbuhan (karena memiliki perkembangan melalui embrio).
Seiring
dengan kemajuan teknologi ditemukan mikroorganisme yang tersusun lebih dari
satu
sel, yaitu multiseluler. Oleh karena itu, anggota dari Protista adalah organisme
eukariot uniseluler dan multiseluler.
6.5.1. Karakteristik umum
Protista merupakan organisme eukariotik yang bervariasi dari uniseluler
hingga multiseluler. Anggota dari Protista ditemukan soliter, koloni, atau filamen,
namun umumnya uniseluler. Protista bersifat autotrof dan heterotrof. Protista
memiliki metabolisme yang beragam untuk memenuhi kebutuhan untuk nutrien.
Alga
merupakan fotoautotrof karena melakukan fotosintesis dan menggunakan energi
sinar matahari. Protozoa merupakan heterotrof, dan beberapa anggotanya dapat
menelan makanan karena organisme tersebut memiliki vakuola makanan. Jamur
lendir (slime mold) menjalar sepanjang lantai hutan dan menelan materi
tumbuhan
yang membusuk. Protozoa lain merupakan organisme parasitik dan menyerap
nutrien dari inangnya.
13
5.5.2. Keanekaragaman Protista
Pengelompokan Protista sangat sulit karena kompleks dan sangat beragam.
Oleh karena itu, Protista dikelompokkan berdasarkan atas kemampuan
menggunakan jenis sumber karbon dan cara memperoleh makanan, sebagai
contoh
Protista autotrof seperti tumbuhan (alga); Protista heterotrof, parasitik atau
hidup
bebas, dan melakukan ingestion (Protozoa); Protista heterotrof, saprofit, dan
melakukan absorption (water dan slime molds).
Protista yang menyerupai tumbuhan (alga)
Ahli tumbuh-tumbuhan (botanists) menggolongkan alga sebagai tumbuhan
karena sebagian besar alga memiliki klorofil dan melakukan fotosintesis.
Meskipun
demikian, alga tidak berkembang dari embrio seperti pada tumbuhan, dan hal
tersebut menyulitkan di dalam pengelompokan. Oleh karena itu, alga
dimasukkan ke
dalam Kingdom Protista.
Alga dapat ditemukan di berbagai habitat, contohnya tanah, kulit pohon,
perairan tawar, perairan laut, dan perairan payau. Alga berukuran mikroskopik di
perairan hidup sebagai plankton (mengapung, terbawa arus), bentos (di dasar
perairan), atau menempel (pada tumbuhan, batu-batuan, dan lain-lain). Ukuran
alga
sangat bervariasi dari mikroskopik sampai makroskopik, dengan bentuk yang
sangat
bervariasi mulai dari uniseluler dan multiseluler. Alga terutama yang berukuran
mikroskopik berperan sangat penting dalam rantai makanan di perairan.
Macammacam
alga sebagai berikut.
Euglenophyta (Euglenoids)
Anggota Euglenophyta terdiri atas sekitar 1.000 jenis organisme uniseluler
yang berukuran kecil (10 – 500 m) dan umum dikenal sebagai Euglenoids.
Euglenoids memiliki karakteristik seperti tumbuhan dan seperti hewan.
Euglenoids
yang memiliki kloroplas adalah autrotof, seperti tumbuhan. Akan tetapi,
beberapa
anggota Euglenoids yang kehilangan kloroplas adalah heterotrof. Euglenoids
yang
tidak memiliki kloroplas memperoleh makanannya dengan cara menelan atau
menyerap makanan. Euglenoids dengan karakteristik seperti hewan adalah
memiliki
14
flagella dan tidak memiliki dinding sel. Contoh Euglenoids adalah Euglena,
Phacus
dan Astasia longa.
Gambar 8. Contoh Euglenophyta.
Pyrrhophyta atau Dinophyta (Dinoflagellates):
Anggota Pyrrhophyta atau Dinophyta meliputi sekurang-kurangnya 4.000
jenis dari organisme uniseluler perairan laut dan tawar yang dikenal sebagai
dinoflagellates. Dinoflagellates ada yang autotrof dan/atau heterotrof. Warna
kloroplas dinoflagellates beragam dari hijau kekuningan hingga cokelat, karena
dinoflagellates memiliki klorofil a dan pigmen karotenoid. Anggota dari
dinoflagellates contohnya Noctiluca dapat menghasilkan cahaya
(Biolumenescence)
di suatu perairan. Beberapa dinoflagellates hidup sebagai simbion dengan hewan
avertebrata, contohnya zooxanthellae. Beberapa anggota dinoflagellates adalah
parasit. Contoh lain Dinoflagellates adalah Ceratium, Gonyaulax, dan
Ptychodiscus.
15
Gambar 9. Biolumenescence di perairan yang disebabkan dinoflagellates.
Gambar 10. Contoh Dinoflagellates.
Chrysophyta (Chrysophytes):
Anggota dari Chrysophyta (Chrysophytes) memiliki jumlah jenis yang
beragam, yaitu sekurang-kurangnya 11.000 jenis diatom, 500 jenis alga emas
(golden algae), dan 600 jenis alga hijau kekuningan. Chrysophytes umumnya
berwarna kuning kehijauan sampai cokelat keemasan, karena banyak
mengandung
santofil, karoten dan klorofil a. Adapula Chrysophytes yang memiliki pigmen
fukosantin (cokelat). Anggota Chrysophytes umumnya bersifat autotrof.
16
Diatom merupakan anggota Chrysophyta terbanyak. Organisme tersebut
merupakan alga uniseluler paling banyak yang terdapat di lingkungan perairan
laut
dan tawar. Dinding sel diatom memiliki lapisan luar yang mengandung silika.
Gambar 11. Struktur umum tubuh diatom dan contoh beberapa jenis diatom.
Chlorophyta (Alga hijau/ green algae):
Alga hijau (Chlorophyta) merupakan Protista yang paling mirip tumbuhan,
dilihat dari struktur dan biokimia, antara lain mengandung klorofil dan dinding sel
yang sama dengan tumbuhan. Alga hijau bersifat autotrof. Alga hijau diduga
memiliki
hubungan kekerabatan yang dekat dengan tumbuhan, karena dinding selnya dari
selulosa dan sekuens pada gen 16S rDNA memiliki tingkat homologi tinggi
dengan
tumbuhan. Alga hijau sering dianggap merupakan nenek moyang tumbuhan
(ancestors of plants). Anggota dari alga hijau meliputi lebih dari 7.000 jenis, dan
berbentuk uniseluler, koloni, filamen, seperti lembaran, dan berbentuk tabung.
Umumnya alga hijau hidup di perairan baik tawar maupun asin (laut), tetapi ada
juga
yang hidup di daratan (tanah, pohon, bebatuan, salju), dan dapat dijumpai pada
organisme lain. Beberapa jenis merupakan simbion dengan Fungi, Protozoa, dan
beberapa hewan laut. Contoh alga hijau adalah Volvox, Spirogyra,
Chlamydomonas,
dan Ulva.
17
Gambar 12. Contoh Chlorophyta.
Rhodophyta (Alga merah/ red algae):
Rhodophyta memiliki sekitar 4.000 jenis alga merah dan hampir seluruhnya
hidup di perairan laut, hanya sekitar 200 jenis yang hidup di perairan tawar.
Umumnya alga merah adalah multiseluler, dan memiliki merah, hijau, ungu, atau
mendekati hitam, bergantung kepada pigmen asesoris (terutama fikobilin) yang
menyelubungi klorofil a. Beberapa anggota berukuran kecil adalah fitoplankton.
Contoh alga merah adalah Porphyra sp dan Gracillaria sp.
18
Gambar 13. Contoh Rhodophyta, yaitu Porphyra sp. (kiri) dan Gracillaria sp.
(kanan).
Phaeophyta (Alga cokelat/brown algae):
Phaeophyta memiliki sekitar 1.500 jenis yang sebagian besar ditemukan di
perairan laut dingin atau temperate, dari zona intertidal sampai laut terbuka.
Anggota
dari Alga cokelat memiliki warna yang bervariasi yaitu, hijau zaitun, emas, atau
cokelat gelap, tergantung dari pigmen penyusunnya. Alga cokelat mengandung
fukosantin dan karotenoid lain selain klorofil a. Ukuran alga cokelat beragam
yaitu
mikroskopik, lebih besar berbentuk filamen contohnya Ectocarpus,hingga
lembaran
raksasa disebut giant kelp dengan panjang 20 sampai 30 meter, contohnya
Laminaria sp. Alga cokelat Sargassum merupakan massa mengambang di Laut
Sargasso (Bahamas), dan merupakan ekosistem utama.
19
Gambar 14. Laminaria sp. (kiri); Sargassum sp. (kanan).
Protozoa (Protista yang menyerupai Hewan)
Karakteristik:
Umumnya Protista yang menyerupai hewan disebut Protozoa. Protozoa
berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos yang berarti pertama dan zoon yang
berarti
hewan. Protozoa merupakan mikroorganisme uniseluler, heterotrof, motil, dan
hidup
bebas di perairan tawar dan perairan laut sebagai komponen biotik.
Macam-macam Protozoa:
Rhizopoda (Rhizopods)
Rhizopoda bergerak dan menangkap makanannya dengan pseudopodia atau
kaki semu. Pseudopodia merupakan tonjolan membran plasma karena adanya
aliran
protoplasma menuju sumber makanan (cytoplasmic streaming). Contoh Protozoa
20
adalah Amoeba. Dalam bahasa Yunani, amoeba berarti organisme yang memiliki
bentuk tidak tetap. Amoeba yang hidup parasit di dalam tubuh manusia disebut
entamoeba, contohnya Entamoeba histolytica sebagai penyebab penyakit
disentri.
Amoeba yang hidup di luar tubuh manusia disebut ektamoeba, contohnya
Amoeba
proteus yang ditemukan di perairan tawar yang jernih. Protozoa lain adalah
Foraminiferans dan Radiolarians yang memiliki mineral skeletons (tests). Test
pada
Foraminiferans dan Radiolarians menarik dan indah.
Gambar 15. Amoeba proteus (kiri atas); Globigerina dari Foraminifera
membentuk
White Cliffs of Dover, di Inggris (kanan atas); test dari Radiolarians (bawah).
Ciliata (Ciliates)
Ciliata merupakan kelompok terbesar dalam Protozoa, yaitu sekitar 8.000
jenis. Ciliata bergerak dengan cambukan silia (cilia). Silia tersebut tersebar
merata
di seluruh permukaan tubuh, di bagian tepi tubuh atau terdapat di bagian
tertentu
dari tubuh. Selain sebagai alat gerak, silia juga berfungsi sebagai penerima
rangsang dan penangkap makanan. Anggota Ciliata banyak ditemukan di
perairan
tawar dan laut. Ciliata ada yang hidup sebagai parasit. Contoh Ciliata adalah
Paramecium sp. dan Stentor sp.
21
Gambar 16. Paramecium sp. (kiri) dan Stentor sp. (kanan).
Mastigophora (Flagellates)
Flagellates bergerak dengan cambukan bulu cambuk (flagella). Organisme
tersebut hidup bebas di perairan tawar dan laut, atau parasit pada organisme
lain.
Contoh anggota flagellates yang bersifat parasitik adalah Trypanosoma
penyebab
African sleeping sickness, dan yang bersifat mutualistik adalah Trichonympha
pada
rayap. Beberapa ahli mengelompokkan flagellates berdasarkan ada atau tidak
adanya plastida, yaitu Zooflagellates yang tidak mempunyai plastida dan
heterotrof,
sedangkan Phytoflagellates mempunyai plastida dan autotrof. Contoh
Phytoflagellates adalah Euglena, Volvox, dan Pandorina, dan dikenal sebagai
alga.
22
Gambar 17. Trypanosoma (kiri) dan Trychonympha (kanan).
Sporozoa (Sporozoans)
Sporozoa tidak bergerak secara fisik (tidak aktif), karena tidak mempunyai
alat gerak. Umumnya Sporozoa hidup sebagai parasit pada tubuh hewan dan
manusia. Sporozoa menghasilkan spora untuk reproduksi dan spora tersebut
berpindah dari inang yang satu ke lainnya. Contoh Sporozoa adalah Plasmodium
dengan nyamuk sebagai inangnya, dan merupakan penyebab malaria.
Gambar 18. Sel darah merah terserang Plasmodium (kiri),
Plasmodium sp. (kanan).
23
Protista yang menyerupai jamur (Fungus-like Protists)
Karakteristik
Kelompok Protista yang menyerupai jamur (Fungus-like Protists) bersifat
heterotrof, beberapa hidup sebagai saprofit, lainnya adalah parasit. Umumnya
Fungus-like Protists hidup di tempat lembap yang banyak mengandung senyawa
organik, yaitu pada kayu lapuk, tempat sampah, di dasar hutan hujan tropis, atau
pada daun-daun yang gugur (serasah). Fungus-like Protists dapat bergerak
(motil)
pada beberapa tahapan dalam siklus hidupnya.
Beberapa jenis Jamur Lendir (Slime Molds)
Jamur lendir memiliki struktur tubuh dan cara reproduksi paling sederhana.
Berdasarkan organisasi selnya, jamur lendir dibagi dua kelompok, yaitu
Myxomycetes dan Acrasiomycetes. Myxomycetes atau Plasmodial Slime Molds
memiliki bentuk dan pergerakan seperti amoeba, sehingga disebut juga
plasmodium.
Myxomycetes memakan bakteri dan materi organik, dan ditemukan di lantai
hutan
yang basah. Acrasiomycetes atau Cellular Slime Molds terdiri atas satu sel
(uniseluler), dan bergerak dengan pseudopodia. Acrasiomycetes memakan
bakteri
secara fagositosis, dan ditemukan di perairan tawar, tanah lembap, perakaran
vegetasi, atau kotoran hewan. Contoh jamur lendir adalah Hemitrichia dan
Fuligo.
24
Gambar 19. Hemitrichia sepula sp. (Pretzel Slime Mold, kiri) dan
Fuligo septica (Dog Vomit Slime Mold, kanan).
Jamur air (Oomycota)
Oomycota disebut juga jamur air karena struktur tubuhnya seperti benang
atau hifa tidak bersekat dan bercabang-cabang. Anggota jamur air ditemukan
sebagai saprofit, contohnya pada bangkai serangga dan bangkai ikan, atau
sebagai
parasit di daratan dan di perairan, contohnya pada luka di tubuh ikan. Contoh
jamur
air di daratan adalah Blue Mold dan Phytophthora infestans penyebab penyakit
busuk pada tanaman kentang.
Gambar 20. Blue mold pada kentang (kiri), Phytophthora infestans
(kanan).
25
5. 5 .3. Peran Protista dalam ekosistem
Alga hijau merupakan penghasil oksigen di perairan, sedangkan Diatom,
dinoflagellates, dan alga mikroskopik lainnya (fitoplankton dan zooplankton)
merupakan sumber makanan penting bagi hewan-hewan kecil di lautan.
Beberapa
alga berperan sebagai bioindikator, dan bioremediator. Chara merupakan
bioindikator perairan bersih, sedangkan Chlamydomonas merupakan
bioremediator.
Beberapa alga merugikan makhluk hidup lain karena menghasilkan toksin,
antibakteri, atau parasit. Beberapa jenis dinoflagellates sering mengalami
ledakan
populasi (blooming) dan menyebabkan warna perairan menjadi merah atau
cokelat
(red tide atau brown tide). Blooming dapat menutup permukaan perairan,
sehingga
terjadi kekurangan oksigen dalam perairan. Dinoflagellates tersebut juga
menghasilkan toksin yang mematikan makhluk hidup lain, sehingga saat red tide
terjadi maka toksin akan terakumulasi dalam jaringan moluska dan ikan. Hal
tersebut
dapat menyebabkan keracunan pada manusia yang memakannya.
Gambar 22. Red tide di perairan oleh dinoflagellates.
Khusus untuk kesejahteraan manusia, alga merupakan sumber bahan
makanan atau suplemen bagi manusia, pewarna makanan, dan lain-lain. Ekstrak
dari Macrocystis (alga cokelat) dan alga makroskopik lainnya digunakan dalam es
krim, puding, jellybeans, salad dressing, bir, produk makanan dingin kalengan,
obat
batuk cair, pasta gigi, kosmetik, pembersih lantai, dan kertas. Carragenan dari
Euchema sebagai penstabil cat atau emulsi lainnya. Alga merah Porphyra
dimanfaatkan menjadi nori yaitu makanan Jepang. Pigmen dari alga
dimanfaatkan
sebagai pewarna alami, contohnya oranye (keto-carotenoids, astaxanthin dan
26
canthaxanthin: dari alga hijau) dan biru dan merah (phycobiliproteins).
Botryococcus
(alga hijau) sebagai penghasil hidrokarbon. Cladophora, Scenedesmus, dan
Spirogyra dimanfaatkan sebagai alternatif bahan bakar. Sisa-sisa diatom mati
(diatomaceaus earth) terakumulasi di dasar lautan dan dimanfaatkan sebagai
alat
penyaring (filter) dan alat penggosok.
Gambar 22. Botryococcus braunii.
5.6. FUNGI (EUMYCOTA)
Fungi atau jamur, sejak tahun 1969, dikeluarkan dari Kingdom Tumbuhan
(Plantae), dan berdiri sendiri sebagai Kingdom Fungi, atau Eumycota. Anggota
dari
Fungi memiliki bentuk yang sangat beragam, sehingga untuk tujuan praktis para
ahli
mikologi (mycologist) membagi Fungi menjadi tiga kelompok besar berdasarkan
bentuknya, yaitu khamir (yeast, uniseluler), kapang (mold, multiseluler), dan
cendawan (mushroom, multiseluler). Fungi telah ada di bumi sejak 650 juta
tahun
lalu, dan memiliki anggota sekitar 100.000 jenis. Anggota Fungi diduga masih
lebih
banyak lagi, yaitu sekitar 1,5 juta karena masih banyak yang belum ditemukan,
terutama dari daerah tropis. Fungi memiliki peran yang sangat penting di alam
yaitu
dalam siklus biogeokimia, dan sebagai dekomposer utama.
27
Gambar 23. Tiga kelompok besar dalam Fungi.
5.6.1. Karakteristik Fungi
Fungi adalah anggota dari kelompok Eukariota, tidak memiliki klorofil,
kemoheterotrof, uniseluler atau multiseluler, dan saprofit atau parasit. Fungi ada
yang aerob obligat, yaitu kapang dan cendawan, dan anaerob fakultatif yaitu
khamir.
Fungi menghasilkan enzim ekstraseluler untuk menguraikan substrat organik/
makanan dan menyerap (absorbsi) makanannya.
Dinding sel Fungi tersusun atas polisakarida dan khitin, sedangkan membran
sel tersusun atas sterol dan ergosterol. Fungi memiliki hifa sejati (true hyphae),
yaitu
sel-sel yang menyerupai benang-benang atau filamen sebagai pembangun tubuh
Fungi, contohnya pada kapang (Fungi multiseluler). Hifa-hifa Fungi dapat
membentuk jalinan atau anyaman yang saling bertautan disebut miselium.
Antara
kompartemen hifa yang satu dengan lainnya dipisahkan oleh septa. Berdasarkan
fungsinya, hifa dikelompokkan menjadi dua yaitu hifa substrat (hifa vegetatif)
dan
hifa fertil (reproduktif). Hifa substrat berfungsi menyerap nutrien dari substrat
atau
lingkungannya, sedangkan hifa fertil berfungsi sebagai struktur penghasil spora
yang
merupakan salah satu alat reproduksi dan penyebaran. Fungi juga memiliki spora
aseksual disebut sebagai konidia yang berfungsi sebagai alat penyebaran.
28
Fungi uniseluler, atau khamir, dapat membentuk hifa palsu (pseudohyphae),
yaitu suatu rantai sel tunggal yang membentuk struktur seperti hifa atau filamen.
Beberapa Fungi disebut yeast-like fungi karena dimorfik (memiliki dua bentuk)
karena pada kondisi tertentu, misalnya akibat perubahan suhu, akan berbentuk
benang-benang seperti kapang atau berbentuk sel tunggal seperti khamir.
Gambar 24. Struktur makroskopik Fungi (atas dan tengah);
struktur mikroskopik Fungi (bawah).
6.6.2. Keanekaragaman Fungi
True Fungi (Eumycota) terdiri atas empat kelompok besar, yaitu Zygomycota,
Ascomycota, Basidiomycota, dan Chytridiomycota (chytrids), berdasarkan alat
reproduksi seksual, struktur hifa dan profil genetik.
29
1) Zygomycota, disebut juga kelompok Zygomycetes, memiliki spora seksual
yang disebut zigospora, sedangkan spora aseksual adalah sporangiospora.
Hifa tidak bersepta, sehingga miselium dapat memiliki banyak inti, atau
disebut coenocytic mycelium. Sebagian besar Zygomycota adalah saprofit,
lainnya adalah parasit. Contoh Zygomycota adalah Rhizopus, Mucor,
Syncephalastrum. Kapang Rhizopus stolonifer memiliki struktur seperti akar
yang disebut rhizoid, dan kapang tersebut sering dijumpai pada roti basi.
Gambar 25. Reproduksi seksual pada Rhizopus stolonifer
(Sumber: Mader, 2009)
2) Ascomycota, disebut juga kelompok Ascomycetes, memiliki suatu struktur
yang disebut askus dan merupakan kantung spora, sehingga dikenal sebagai
sac fungi. Askus mengandung spora seksual yang disebut askospora.
Ascomycota menghasilkan spora aseksual yang disebut konidia. Hifa
bersepta. Menurut para ahli mikologi, dijumpai sekitar 65,000 jenis dari
Ascomycota yang tersebar di perairan tawar dan laut, dan daerah terestrial.
30
Anggota dari Ascomycota ada yang uniseluler, contohnya khamir, dan
multiseluler, contohnya kapang. Contoh Ascomycota yang uniseluler adalah
Saccharomyces cerevisiae (berperan dalam pembuatan bir dan roti), dan
Candida albicans (penyebab candidiasis). Contoh Ascomycota yang
multiseluler adalah Penicillium notatum (menghasilkan penisilin), dan
Aspergilus flavus (menghasilkan aflatoksin).
Gambar 26. Penicillium menghasilkan senyawa bioaktif terhadap bakteri
Staphylococcus.
Gambar 27. Saccharomyces cerevisiae sedang melakukan pertunasan.
3) Basidiomycota, disebut juga kelompok Basidiomycetes, memiliki suatu
struktur yang disebut basidium dan berbentuk seperti gada, sehingga dikenal
sebagai club fungus. Basidium menghasilkan spora seksual yang disebut
basidiospora. Menurut para ahli mikologi, dijumpai sekitar 30,000 jenis dari
Basidiomycota. Contoh Basidiomycota adalah Amanita phalloides (jamur
31
amanita, penghasil toksin), Volvaria volvaceae (jamur merang), Auricularia
brunnescens (jamur kuping), dan Fellomyces sp. (khamir).
Gambar 28. Beberapa anggota dari Basidiomycota.
4) Chytridiomycota adalah fungi primitif. Uniseluler, berkelompok, atau koloni.
Umumnya Chytridiomycota tidak membentuk hifa atau sel-sel seperti khamir.
Chytrids memiliki spora berflagela yang disebut zoospora dan gamet.
Sebagian besar chytrids adalah saprofit, hidup bebas, dan ditemukan di
tanah, air dan materi yang sedang membusuk. Adapula chytrids parasit pada
tumbuhan, hewan dan mikroorganisme lain, tetapi tidak ada yang patogen
pada manusia. Chytrids merupakan patogen pada katak dan dapat
menghilangkan populasi katak di habitatnya.
32
5.6.3. Peran Fungi dalam ekosistem:
Fungi, bersama-sama dengan kelompok Prokariota, merupakan dekomposer
utama di alam. Fungi menguraikan materi-materi organik mati menjadi
molekulmolekul
yang lebih sederhana dan dikembalikan ke lingkungan. Fungi dapat
menguraikan selulosa dan lignin (suatu materi yang sulit diuraikan)
menggunakan
enzim ekstraseluler seperti selulase dan lainnya. Hasil penguraian tersebut yang
mengandung karbon, nitrogen, phosphor serta lainnya kemudian dilepaskan ke
lingkungan sehingga dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup lain. Dengan
demikian,
siklus biogeokimia dapat berlangsung secara kontinu.
serta kupu-kupu. Ada hewan berkaki empat, seperti kucing. Berkaki dua seperti
ayam. Berkaki banyak seperti lipan dan luwing. Juga akan tampak burung yang
memiliki bulu dan bersayap.
Di samping itu, Anda juga akan menemukan hewan yang hidupnya di air seperti:
ikan mas, lele, ikan gurame. Dan hewan-hewan yang hidup di darat seperti
kucing, burung dan lain-lain. Ada hewan yang tubuhnya ditutupi bulu seperti
burung, ayam. Ada yang bersisik seperti ikan gurame, ikan mas, dan ada pula
yang berambut seperti kucing, kelinci dan lain-lain.
Untuk lebih memahami uraian diatas, cobalah Anda kerjakan kegiatan praktikum
berikut:
Demikian juga pada hewan. Anda dapat membandingkan ayam kampung, ayam
hutan, ayam ras, dan ayam lainnya. Anda akan melihat keanekaragaman sifat
antara lain pada bentuk dan ukuran tubuh, warna bulu dan bentuk pial (jengger).
Keanekaragaman warna bunga pada tanaman mawar. Bentuk, rasa, warna pada
buah mangga, serta keanekaragaman sifat, warna bulu dan bentuk pial pada
ayam, ini semua disebabkan oleh pengaruh perangkat pembawa sifat yang
disebut dengan gen. Semua makhluk hidup dalam satu spesies/jenis memiliki
perangkat dasar penyusun gen yang sama. Gen merupakan bagian kromosom
yang mengendalikan ciri atau sifat suatu organisme yang bersifat diturunkan dari
induk/orang tua kepada keturunannya.
Gen pada setiap individu, walaupun perangkat dasar penyusunnya sama, tetapi
susunannya berbeda-beda bergantung pada masing-masing induknya. Susunan
perangkat gen inilah yang menentukan ciri atau sifat suatu individu dalam satu
spesies.
Perbedaan sifat pada jenis mangga dapat Anda amati pada tabel berikut:
Dapatkah Anda membedakan antara tumbuhan kelapa aren, nipah dan pinang?
Atau membedakan jenis kacang-kacangan, seperti kacang tanah, kacang buncis,
kacang kapri, dan kacang hijau? Atau Anda dapat membedakan kelompok hewan
antara kucing,harimau, singa dan citah? Jika hal ini dapat Anda bedakan dengan
benar, maka paling tidak sedikitnya anda telah mengetahui tentang
keanekaragaman jenis.
Gambar 2. Keanek ragaman jenis pada hewan (a) harimau, (b) singan, (c) kucing dan (d) citah.
Demikian pula pada kelompok tumbuhan yang tumbuh di dataran tinggi dan
dataran rendah akan memperlihatkan perbedaan-perbedaan sifat pada tinggi
batang, daun dan bunga. Contohnya kelapa, aren, pinang, dan lontar, seperti
tampak pada tabel pengamatan berikut ini.
Dari contoh-contoh di atas, Anda dapat mengetahui ada perbedaan atau variasi
sifat pada kucing, harimau, singa dan citah yang termasuk dalam familia/suku
Felidae. Variasi pada suku Felidae ini menunjukkan keanekaragaman pada
tingkat jenis.
Hal yang sama terdapat juga pada tanaman kelapa, aren, pinang, dan lontar
yang termasuk suku Palmae atau Arecaceae.
Di lingkungan manapun Anda di muka bumi ini, maka Anda akan menemukan
makhluk hidup lain selain Anda. Semua makhluk hidup berinteraksi atau
berhubungan erat dengan lingkungan tempat hidupnya.
Baik komponen biotik maupun komponen abiotik sangat beragam atau bervariasi.
Oleh karena itu, ekosistem yang merupakan interaksi antara komponen biotik
dengan komponen abiotik pun bervariasi pula.
Di daerah dingin terdapat bioma Tundra. Di tempat ini tidak ada pohon, yang
tumbuh hanya jenis lumut. Hewan yang dapat hidup, antara lain rusa kutub dan
beruang kutub. Di daerah beriklim sedang terdpat bioma Taiga. Jenis tumbuhan
yang paling sesuai untuk daerah ini adalah tumbuhan conifer, dan
fauna/hewannya antara lain anjing hutan, dan rusa kutub.
Pada iklim tropis terdapat hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki flora
(tumbuhan) dan fauna (hewan) yang sangat kaya dan beraneka ragam.
Keanekaragaman jenis-jenis flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan
membentuk ekosistem yang berbeda. Maka terbentuklah keanekaragaman
tingkat ekosistem.
Totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem menunjukkan terdapat pelbagai variasi
bentuk, penampakan, frekwensi, ukuran dan sifat lainnya pada tingkat yang
berbeda-beda merupakan keanekaragaman hayati.
Tahukah Anda, bahwa Indonesia merupakan salah satu dari tiga Negara yang
memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi? Dua negara lainnya adalah Brazil
dan Zaire. Tetapi dibandingkan dengan Brazil dan Zaire, Indonesia memiliki
keunikan tersendiri. Keunikannya adalah disamping memiliki keanekragaman
hayati yang tinggi, Indonesia mempunyai areal tipe Indomalaya yang luas, juga
tipe Oriental, Australia, dan peralihannya. Selain itu di Indonesia terdapat banyak
hewan dan tumbuhan langka, serta hewan dan tumbuhan endemik (penyebaran
terbatas).
Untuk lebih memahami materi tersebut, silakan Anda simak uraian mengenai
keaneragaman hayati yang terdapat di Indonesia berikut ini!
Hutan di daerah flora Malesiana memiliki kurang lebih 248.000 species tumbuhan
tinggi, didominasi oleh pohon dari familia Dipterocarpaceae, yaitu pohon-pohon
yang menghasilkan biji bersayap. Dipterocarpaceae merupakan tumbuhan
tertinggi dan membentuk kanopi hutan. Tumbuhan yang termasuk famili
Dipterocarpaceae misalnya Keruing ( Dipterocarpus sp), Meranti (Shorea sp),
Kayu garu (Gonystylus bancanus), dan Kayu kapur (Drybalanops aromatica).
Hutan di Indonesia merupakan bioma hutan hujan tropis atau hutan basah,
dicirikan dengan kanopi yang rapat dan banyak tumbuhan liana (tumbuhan yang
memanjat), seperti rotan. Tumbuhan khas Indonesia seperti durian (Durio
zibetinus), Mangga (Mangifera indica), dan Sukun (Artocarpus sp) di Indonesia
tersebar di Sumatra, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi.
Sebagai negara yang memiliki flora Malesiana apakah di Malaysia dan Filipina
juga memiliki jenis tumbuhan seperti yang dimiliki oleh Indonesia? Ya, di
Malaysia dan Filipina juga terdapat tumbuhan durian, mangga, dan sukun. Di
Sumatera, Kalimantan, dan Jawa terdapat tumbuhan endemik Rafflesia.
Tumbuhan ini tumbuh di akar atau batang tumbuhan pemanjat sejenis anggur
liar, yaitu Tetrastigma.
Bagaimana dengan wilayah Indonesia bagian timur? Apakah jenis tumbuhannya
sama? Indonesia bagian timur, tipe hutannya agak berbeda. Mulai dari Sulawesi
sampai Irian Jaya (Papua) terdapat hutan non?Dipterocarpaceae. Hutan ini
memiliki pohon-pohon sedang, diantaranya beringin (Ficus sp), dan matoa
(Pometia pinnata). Pohon matoa merupakan tumbuhan endemik di Irian.
TUGAS
1 Penggaris
.
2 Timbangan
.
3 Lima (5) jenis biji kacang hijau, kacang kedelai, kacang tanah, kacang
. kapri, dan kacang panjang.
4 Buku catatan praktikum
.
Langkah Kerja:
1
Buatlah tabel pada buku catatan praktikum, seperti contoh di bawah.
.
2
Amati secara seksama bentuk biji kacang satu persatu.
.
3
Amati warna setiap biji kacang.
.
4 Ukurlah dengan penggaris panjang setiap biji kacang, satu persatu.
.
5 Timbanglah berat setiap biji kacang, dengan menggunakan alat
. timbangan
6
Isikan data hasil pengamatan ke dalam tabel.
.
Pertanyaan:
Langkah Kerja:
1. Pelajari gambar-gambar ekosistem dengan seksama
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di buku catatan praktikum Anda
Pertanyaan:
Pilihlah satu jawaban yang Anda anggap paling tepat dengan memberi tanda
silang (X) pada huruf di depan jawaban tersebut.
Sumber : http://www.pintugerbang.net/id/mod/book/view.php?
id=55&chapterid=11