You are on page 1of 5

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Diklasifikasikan menjadi :

1. Anak Tuna Netra

Adalah anak yang mengalami gangguan penglihatan sehingga memerlukan pelayanan

khusus misalnya : huruf braille, kaca pembesar,huruf cetak yang besar, media yang dapat

diraba dan latihan orientasi mobilitas.

2. Anak Tuna Rungu

Adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga

mengalami gangguan berkomunikasi secara verbal. Pendengarannya bisa dibantu dengan

hearing aid.

3. Anak Tuna Grahita

Adalah anak yang mengalami hambatan perkembangan mental – intelektual di bawah rata

– rata sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas – tugasnya.

Tingkat kecerdasan atau IQ dikelompokkan ke dalam tingkatan :

a. Tunagrahita ringan memiliki IQ 70 – 55 (Mampu didik )

b. Tunagrahita sedang memiliki IQ 55 – 40 ( Mampu latih )

c. Tunagrahita berat memiliki IQ < 40 ( Mampu rawat )

4. Anak Tuna Daksa

Adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada anggota gerak

sehingga mengalami gangguan gerak karena kelayuan otot atau gangguan fungsi syaraf

otak.

5. Anak Tuna Laras

Adalah anak yang berperilaku menyimpang baik pada taraf sedang, berat dan sangat

berat terjadi pada usia anak dan remaja, sebagai akibat terganggunya perkembangan

emosi dan sosial atau keduanya.


6. Anak Cerdas dan Berbakat (Genius)

Adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan, kreatifitas, dan tanggung jawab terhadap

tugas di atas anak – anak seusianya.

7. Anak Lamban Belajar (Slow Learner)

Adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal dan mengalami

hambatan / terlambat dalam berfikir serta merespon rangsangan, tetapi tidak termasuk

anak tunagrahita biasanya memiliki IQ sekitar 80 – 85.

8. Anak Berkesulitan Belajar

Adalah anak yang mengalami gangguan dalam pemahaman, gangguan mendengarkan,

berbicara ,membaca ,mengeja ,berfikir, menulis, berhitung atau ketrampilan sosial. Anak

ini belum tentu anak bodoh, tetapi kalau anak bodoh pasti berkesulitan belajar.

9. Anak Autis

Adalah anak yang hidup dalam dunianya sendiri sehingga cenderung mengalami hambatan

dalam interaksi, komunikasi dan perilaku sosial.

Beberapa penyebab dari anak berkebutuhan khusus yaitu :

a. Faktor Gen ( Keturunan )

b. Faktor usia ibu sudah lanjut pada waktu kehamilan

c. Pendarahan pada waktu kehamilan

d. Faktor obat – obatan yang diminum pada saat hamil

e. Faktor Psikis ibu pada saat hamil

f. Faktor penyakit siphilis, rubella,

g. Faktor kurang gizi

h. Ibu gagal menggugurkan kandungan

i. Faktor persalinan dengan bantuan ( penyedotan)

j. Bayi prematur

k. Anak pernah mengalami panas tinggi dan kejang – kejang dll.


Anak Berkebutuhan Khusus

Dikutip dari : http://id.wikipedia.org

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak
pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk
kedalam ABK antara lain:

A. Tunanetra

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan
kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman &
Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60
setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra
penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra
pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada
individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah
penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara
adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktifitas di sekolah luar
biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari
bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat
khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)

B. Tunarungu

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak
permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah: Gangguan
pendengaran sangat ringan(27-40dB), Gangguan pendengaran ringan(41-55dB), Gangguan pendengaran
sedang(56-70dB), Gangguan pendengaran berat(71-90dB), Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas
91dB).

Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara
sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa
isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-
beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara
berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu
cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

C. Tunagrahita

Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan
disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan.
klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70), Tunagrahita
sedang (IQ : 36-51), Tunagrahita berat (IQ : 20-35), Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).

Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.

D. Tunadaksa

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular
dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi,
polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam
melakukan aktifitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan
motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam
gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
E. Tunalaras

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan
yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu
pengaruh dari lingkungan sekitar.

F. Kesulitan belajar

Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang
mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi
kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain
injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ
rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak,
gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

G. AUTISME

Pernahkah kita melihat anak kecil dengan sikap yang tidak biasa, seperti menggeleng-gelengkan kepala,
cuek bila dipanggil, memainkan satu benda selama satu jam, bila ya, maka mungkin kita telah melihat
anak yang mengalami autisme. Sebenarnya apa sih autisme itu? .

Autisme merupakan suatu kelainan yang dialami manusia akibat kelainan kromosom. “Tapi sampai
sekarang, masih belum diketahui kelainan pada kromosom yang mana,” kata DR dr Y Handoyo MPH,
ketua Yayasan AGCA Center (Sekolah untuk anak berkebutuhan khusus). Faktor penyebab kelainan
kromosom tersebut dapat diakibatkan oleh faktor eksternal (pemicu) dan internal (genetik).

Faktor eksternal dapat terjadi karena terkena paparan logam berat atau terkena penyakit. Sedangkan untuk
faktor internal, berdasarkan data statistik, faktor penyebabnya terjadi waktu memiliki anak. Semakin
lanjut usia seseorang memiliki anak, semakin besar kemungkinan anak yang dikandungnya mengalami
autis.

Seperti pada penyakit, autisme ini memiliki derajat tingkat keparahan dari yang berat hingga yang ringan.
“Karena spektrumnya (derajat tingkat keparahan, red) yang demikian luas, maka sekarang ini autisme
tidak dipandang lagi sebagai suatu penyakit, melainkan sebuah syndrome atau kumpulan dari gejala,”
ujarnya. Secara garis besar, tiga gejala umum autisme, yaitu ketidakmampuan bersosialisasi,
ketidakmampuan berkomunikasi dan adanya perilaku aneh yang repetitive (diulang secara terus-
menerus).

Ketidakmampuan bersosialisasi ditandai dengan kontak mata yang buruk atau tidak ada sama sekali, cuek
bila dipanggil, dan tidak mengerti perasaan orang lain. “Misalnya, pengidap autis akan langsung
mencomot makanan orang lain tanpa permisi, memasuki rumah orang tanpa permisi,” ujar pria ramah ini.
Yang menyangkut ketidakmampuan berkomunikasi adalah lambat berbicara atau tidak bisa berbicara
sama sekali, berceloteh yang tidak diketahui artinya, membeo atau menirukan kata-kata atau nyanyian
tanpa mengetahui artinya.

Perilaku aneh di sini seperti: menggoyangkan kepala, memainkan jari tangan, berlari memutari kursi, naik
turun tangga, memainkan gerendel pintu, dll selama setengah hingga satu jam. Anak Autis juga suka
melihat benda yang bergetar (seperti speaker), berkilau, berputar, dll. “bila kita mengganggunya atau
berusaha menghentikan keinginannya, dia akan sangat marah!” ujarnya.
Penanganan Autisme bisa melalui terapi perilaku (behaviour therapy) maupun terapi biomedis
(biomedical therapy). Terapi perilaku terdiri dari terapi bicara, terapi okupasi, bersosialisasi,
menghilangkan perilaku autis (perilaku aneh), dll.

Terapi biomedis dilakukan dengan pemberian obat, vitamin, mineral, suplemen, diet susu sapi dan tepung
terigu, serta terapi kelasi (chelation therapy) yaitu terapi untuk mengeluarkan logam berat pada tubuh.
Diet susu sapi dan tepung terigu dilakukan karena orang autis tidak dapat mencerna protein pada susu
sapi maupun tepung terigu dengan sempurna, serta dapat menimbulkan efek semacam morphin pada otak

Penanganan tersebut berhasil jika anak tersebut dapat ber-mainstreaming (dapat diterima di semua
lingkungan, bisa mandiri), bukan normal, karena definisi ‘normal’ sendiripun masih sulit untuk diartikan.
“Jangan meremehkan anak autis! Anak autis ini ada yang dapat bersekolah sampai S1, S2, bahkan S3.
Belum tentu manusia ‘normal’ yang lain dapat seperti ini,” katanya sambil tersenyum.
Kunci untuk para orang tua agar anaknya terhindar dari autisme adalah agar segera melakukan deteksi
dini. Saat bayi berusia kurang dari dua tahun, periksa kontak mata pada bayi. Biasanya bayi usia dua
sampai tiga bulan dapat melakukan kontak mata. Sedangkan bila anak sudah berusia lebih dari dua tahun,
harus dilihat kemampuan berbicaranya, ketanggapannya bila dipanggil, serta kontak matanya. Semakin
cepat anak autis ditangani maka semakin besar pula kemungkinannya untuk sembuh. (ans, fix)

FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB

1. Gen ( Keturunan )

2. infeksi virus seperti : toxoplasma, rubela, citomegalovirus, herpes atau hepatitis

3. Pendarahan selama kehamilan umumnya karena placental complications yang mengakibatkan gangguan
transportasi oksigen dan nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan pada otak janin. Pendarahan awal
kehamilan juga berhubungan dengan kelahiran prematur dan bayi lahir berat rendah yang juga merupakan
risiko tinggi terjadinya autis.

4. keadaan infeksi selama persalinan, terutama infeksi virus, pemakaian obat-obatan, merokok, stres
selama kehamilan

5. Konsumsi obat

berhati-hatilah minum obat selama kehamilan. Jika ingin mengonsumsi obat, sebaiknya konsultasikan
dengan dokter terlebih dahulu, terutama obat-obatan yang diminum selama kehamilan di trimester
pertama. Pada masa persalinan, gangguan persalinan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya ABK
adalah pemotongan tali pusat terlalu cepat.

6.Tambalan gigi ibu hamil

banyak dari anak penderita autis memiliki kadar timbal yang lebih banyak dari anak-anak lain yang
menyebabkan berubahnya susunan dan fungsi sel otak. hal itu dipengaruhi karena kandungan timah/
logam yang ada dalam tambalan gigi si ibu, memang tidak semuanya tambalan gigi memakai unsur logam
tapi hal itu ,perlu ditanyakan kepada dokter gigi yang bersangkutan.

7. Kandungan CO2 dalam udara

Bagi para ibu hamil dan menyusui disarankan untuk memakai masker atau setidaknya menutup hidung
ketika memasuki kawasan berpolusi, di belakang angkot atau kalau ada motor.

8. PRODUK KOSMETIK PEMUTIH WAJAH DAN KULIT segala jenis

Maaf kepada pencinta kulit putih tapi pucat... hehehe.... dalam kosmetik mu pasti ada mercury nya
walaupun itu kadarnya 0,00001 persen, jangan lansung percaya produk, lihat dan teliti. Lha daripada anak
lahir menjadi penderita autisme.

9. KADAR STRESS

Ibu yang mengandung hendaknya kadar stress dapat dijaga.

10. Pola makan dan kebiasaan makan yang buruk

11. Kesalahan Pola Asuh Anak

bagaimana kesalahan pola asuh orangtua menjadikan anak menjadi liar dan suka menentang orang tua ,
bagaimana anak akan mendengarkan guru di sekolah jika di rumah saja sudah tidak bisa diatur, tidak ada
disiplin dan semaunya sendiri...

Catatan : Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk
tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk
tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda. Dan SDLB untuk
A,B,C,D,E tetapi hanya sekolah Dasar

You might also like