Professional Documents
Culture Documents
Klasifikasi Tanah
(disederhanakan)
Sistem Dudol- Modifikasi FAO/UEN USDA Soil
Soepraptohardjo 1978/1982 ESCO Taxonomy
(1957-1961) (PPT) (1974) (1975 – 1990)
1. Tanah Aluvial Tanah aluvial Fluvisol - Entisol
- Inceptisol
2. Andosol Andosol Andosol Andisol
2. Horizon mineral
A : horizon mineral yang terdiri atas :
a. horizon pengumpulan b.o yang terbentuk dekat permukaan
b. lap yang telah kehilangan lempung, besi atau aluminium yang mengakibatkan
pengumpulan kwarsa atau mineral
c. horizon yang dirajai (a) atau (b) tapi memperlihatkan sifat ke horison B atau C
dibawahnya.
A1 : terbentuk/sedang terbentuk pada/dekat muka tanah dengan penimbunan b.o.
terhumofikasi yang berhubungan dengan fraksi mineralnya.
A2 : berciri pokok hilangnya lempung, besi atau aluminium sehingga terjadi pemekatan
residuil kwarsa.
A3 : horizon peralihan antara A dan B dan dirajai oleh sifat-sifat khas A 1 dan A2 yang
menumpanginya, tapi mempunyai beberapa sifat tambahan dari horizon B di
bawahnya.
AB : peralihan antara A dan B, yang bagian atas berciri utama sifat-sifat A, dan bagian
bawah seperti horizon B.
Keduanya tidak bisa dipisahkan menjadi A3 dan B1 ® biasanya karena terlalu tipis, bila
tebal harus dipisahkan.
B : Ciri-ciri utamanya
a. pemekatan illuvial lempung silikat, besi, Al/humus baik sendiri-sendiri maupun
kombinasi.
b. Pemekatan residuil seskudesido atau lempung silikat dengan
pelarutan/penghilangan karbonat-karbonat/garam-garam mudah larut.
c. Terjadi pelarutan seskuidesida sehingga berwarna lebih tua, cemerlang atau lebih
merah tapi tak ada iluviasi besi.
d. Perobahan bahan dari keadaan aslinya yang mengaburkan struktur batuan asli,
yang membentuk lempung-lempung silikat, membebaskan desida-desida atau
keduanya dan membentuk struktur granuler, gumpal atau prismatik.
B1 : peralihan antara B dan A1 atau B dan A2 yang dikuasai oleh sifat-sifat B2 di bawahnya,
tapi bersifat tambahan dari A1 atau A2.
B2 : bagian dari horizon B dengan sifat-sifat paling murni, tanpa menunjukkan sifat
peralihan ke A, C atau R.
B3 : peralihan antara B dan C atau R dengan sifat-sifat diagnostik B 2 tapi berkaitan dengan
sifat-sifat khas C atau R.
C : mirip dengan bahan yang dianggap bahan asal solum, relatif sedikit kena proses
pendogenesa dan tak mempunyai sifat-sifat yang diagnostik A atau B, dengan sifat-
sifat :
a. Pelapukan di luar daerah kegiatan biologi utama
b. Sementasi dapat balik, merapuh, BU meninggi sifat khas/fragipan.
c. Gleisasi
d. Pengumpulan Ca atau Mg karbonat/garam mudah larut
e. Sementasi oleh Ca atau Mg karbonat/garam mudah larut
f. Sementasi oleh bahan kersik larut alkali atau oleh besi dan silika
g. Mencakup semua horizon/laporan yang terbentuk tanpa faktor biologi
R : batuan dasar pada yang ditumpangi, seperti : granit, batuan pasir atau gamping.
A&B: bersyarat A2 tetapi disisipi B sebanyak 50% volume
AC : bersyarat maupun C tanpa ada yang merajai.
B&A: horizon bersyarat B pada lebih dari 50% volnya dan mencakup bagian-bagian yang
bersyarat A2.
- mampunyai lidah-lidah tegak A2
- mempunyai pita-pita horizontal A2 diantara pita-pita B yang lebih tebal
HORISON-HORISON DIAGNOSTIK
I. Epipedon
1. Molik : a. ketebalan : - > 10 cm jika menumpang pada batuan keras
- 1/3 tebal belum jika solum tidak tebal
- 25 cm jika solum tebal
b. tidak keras sekalipun kering (gambar – agak teguh)
c. Kroma warna < 3,5, volume > 3,5
d. V > 50%
e. B.O. > 1%, tapi < 20% jika pasiran, atau < 30% jika lempungan
f. P2O5 larut asam sitrat < 250 ppm
g. Struktur berkembang nyata
2. Anthopik : a. seperti mollik, tetapi
b. kadar fosfat tinggi karena pengolahan dan pemupukan (anthropos =
manusia)
3. Histik : a. horizon organik (histos = jaringan)
b. tebal > 1 kaki (± 30 cm)
c. sering jenuh air
4. Ochric : a. warna lebih muda (ochros = pucat, warna muda)
b. kadar, b.o. lebih rendah
c. lebih tipis dari mollic, umbric, anthropic atau histic
d. keras dan pejal waktu kering
5. Plaggen : a. Mengandung seresah, pupuk kandang dan sampah usaha tani
b. tebal > 50 cm
c. pengaruh pengolahan tanah yang lama
(plaggen = sod = tanaman sisa-sisa rumput)
6. Umbrik : a. warna tua (umbra = peneduh ® warna tua)
b. sepeti mollik, tetapi jenuh hidrogen (H+)
sehingga nilai V rendah ( < 50% )
II. Endopedon :
1. Kambik : a. Struktur granuler gumpal atau tiang, bercampur dengan yang masih
memperlihatkan struktur batuan induk.
b. Mengandung mineral terlapukkan, termasuk alofan atau kaca volkan
(vitrik) (cambiare = menukar)
c. KPK di atas 16 me%
d. Belum ada iluviasi lempung, seskuioksida & B.O
e. Tidak tampak selaput lempung pada gumpalan/butir tanah
f. Tidak dapat berkembang dalam bahan pasir (® terbentuk oleh reaksi
fisika atau kimia)
2. Agric : a. Pengumpulan G.O & lempung langsung di bawah lapangan olah £ 15%
vol tanah (agr = lapangan)
3. Albic : a. Lempung & oksida besi telah terlundi sehingga meninggalkan pasir dan
debu warna muda. (albus = putih)
b. Biasanya dialasi oleh spodik atau orgilic
4. Argilik : a. Berhorizon B lempung illuvial
(orgilla = lempung putih)
b. Berselaput lempung pada permukaan gumpal tanah
5. Galcic : a. Perkayaan CaCO3 sekunder atau CaCO3+ MgCO3 sekunder (calcic =
kapur)
b. Kadar CaCO3 setara > 15% bila tebal > 15 cm
Kadar CaCO3 setara > 5% dari horizon C (notric = natrium)
6. Natrik : Seperti argilic, tetapi :
a. Berstruktur kolumner / prismatik
b. Ber Na tertukar ³ 15%
c. pH > 8,5
7. Oksik : a. Pengumpulan besi oksida dan/atau Al oksida terhidrat
b. Berlempung kaolinit (kisi 1:1) (oksik : oksida)
d. Tak berselaput lempung
e. pH (KCl) ³ pH – H2O
8. Spodik :a.Berhorizon B dengan pengumpulan humus/seskuioksida
b. Tak ada pengumpulan lempung & selaput lempung
c. Dapat merekat menjadi padas (orstein)
(spodos = abu kayu)
9. Duripan : a. Terekat oleh silika berbentuk kristal mikro sehingga fragmen-fragmen
kering tak mau menjadi bubur bila direndam (durus = keras)
b. Sering mengandung semen tambahan berupa oksida besi dan CaCO 3
sehingga warna beraneka
10. Fragipan : a. BV lebih tinggi dari horizon di atasnya
(tragilis = rapuh) b. Keras bila kering tetapi rapuh bila lembab
11. Gypsic : a. Kadar gips > 35% dari jumlah karbonat + gips
(gypsum = gips) b. Jumlah karbonat + gips > 40% berat tanah halus total ( £ 2mm)
12. Petrocalcic : a. Horizon calcic yang memadas dan berbentuk tidak terputus-putis
(petra = batuan)
13. Petrogypsic : a. Horizon gipsic yang memadas dan tidak terputus-putus
14. Placic : a. Padas tipis berwarna hitam sampai merah tua
(plox = batu pipih) b. Terekat oleh besi
c. Tebal 2mm – 10 mm
15. Salic : a. Kadar garam terlarut sangat tinggi
(sal = garam) b. DHL ³ 1mmhO
³ 3000 ppm
c. Kadar Na tertukar < 8,5 dalam ekstrak jenuh air
16. Sulfuric : a. Mengandung besi sulfat jika pH oksidasi < 3,5
(Sulfureouse) b. Mengandung polisulfida > 0,75% jika mengandung £ kurang dari
3x kadar CaCO2 setara (hanya untuk histosol & aquent ® cat day)
Syarat peta :
- Beri gambar yang mudah dipandang/dimengerti
- Berunsur-unsur sifat yang dikehendaki tujuan
- Beda tugas antara satuan-satuan peta
- Tidak membingungkan
- Sebagai sarana kerja yang efisien
Asosiasi tanah : Beberapa jenis/seri tanah yang arealnya jelas, tapi batas penyebarannya tidak
dapat ditetapkan karena rumit dan sempit
Kompleks tanah : satuan peta yang tersusun atas beberapa satuan peta.
Produksi tanaman dapat dipertinggi dengan pengelolaan bahan dengan penerapan hasil survei
tanah yang menghasilkan peta tanah bermutu dengan pembahasan sifat kemampuan tanah yang
cermat.
Bentuk interpretasi :
- Penilaian (ratings)
- Tabel (tables)
- Kartu (charts)
- Peta (maps)
- Pernyataan (statement)
Karakteristik tanah : dapat diamati dan diukur misal tebal, tekstur, struktur, BO, pH, hara ®
berbeda pada tiap hari
Kualitas tanah:
Hasil interaksi karakteristik, penggunaan dan keadaan lingkungan misal, kelas drainase,
interaksi, permeabilitas, permukaan air, & jumlah air ® tidak terukur langsung.
Kebutuhan data-data :
1. Pelulusan seri; bahan induk dan lokasi
2. Geografi dan fisiografi lahan
3. Iklim
4. RUBEFAKSI/FERUGINASI
- Menghasilkan oskida ferriterhidrat
- Pada masa kering terjadi dehidratasi dan kristalisasi menjadi hematit yang berwarna merah
cerah.
- Jelas terlihat pada bahan induk dari besi
- Syarat : - musim dingin lunak dan lembab dan iklim laut tengah dan mediteran).
- musim panas kering dan hangat
- Kurang intensif pada hutan yang mengawetkan lengas dan b.o.
- Menghasilkan lempung illit (2:1) dan sedikit kaolinit (1:1)
5. SILIFIKASI/SILISISASI/PODSOLISASI
- Basa-basa dan seskuioksida terlindi sehingga kadar silika meningkat
- Silika mantap tapi seskuioksida goyah karena air perlindi bersifat asam. (karena termuati
oleh asam-asam organik dan anorganik).
- Asam organik berasal dari proses perombakan b.o. yang tak sempurna ® karena iklim
lembab basah dan sejuk, serta vegetasi hutan, atau karena seresah bersifat asam (mis:
conifer).
- Asam anorganik berasal dari oksidasi belerang dan senyawa sulfida, atau berupa larutan gas-
gas asam chlorida, SO2 atau CO2, yang semuanya dari gunung-gunung berapi.
- Larutan asam menggiatkan hidrolisa, sehingga mineral-mineral lempung terpecah dan
aluminium terlindi sehingga zat kersik yang mantap dalam suasana masam tersisa.
- Horizon aluvial yang terbentuk bersifat kaya zat kersik, miskin basa, seskuiokdisa dan b.o.,
tekstur kasar serta terdiri atas zarah pasir dan debu dan berwarna pucat kelabu (karena
kehilangan besi dan b.o) ® disebut horizon albik
- Horizon illuvial (bawah) yang terbentuk tersusun atas longgokan :
- Fe & Al pada berbagai tingkat oksidasi dan hidratasi
- b.o. koloidal
- lempung
® horizon spodik
- Dapat tersementasi menjadi padas (ortstein)
- Dapat memampat tanpa tersemen keras : ‘ortende’
- Dapat terjadi penambahan basa sedikit, sehingga horizon spodik berkurang kemasamannya.
- Tanah yang terbentuk disebut PODSOL atau SPODOSOL
- Intensif terjadi di daerah torpika karena air pelindi bersuhu 22o – 26o dan masam.
- Di daerah iklim sedang, suhu air £ 15oC, sehingga intensitas silisifikasi ditentukan oleh
kemasaman air pelindi.
- Dapat berkembang dari bahan induk yang kaya zat kersik, sangat miskin basa dan bertekstur
kasar (lulus air) dengan vegetasi jarang yang menghasilkan seresah masam ® SPODOSOL
- Berlawanan dengan proses feralitisasi karena kelainan tingkat kemasaman air pelindi karena
kelainan iklim (makro dan mikro), vegetasi dan atau bahan induk.
- Tidak terjadi argilasi karena yang tereluviasi bukan zarah lempung utuh tetapi hasil
pemecahan hidrolitiknya.
6. GLEISASI
- Karena ayunan muka air tanah yang sebabkan proses oksidasi dan reduksi yang silih
berganti.
- Reduksi menghasilkan warna kelabu kebiruan, kehijauan atau kelabu ® Warna senyawa
ferro, Disertai dengan konsistensi lekat, struktur pejal dan mampat
- Oksidasi menghasilkan warna-warna kuning, struktur pejal dan mampat dan merah karena
terbentuknya besi oksidasi berbagai tingkat hidratasi (makin kurang hidratasinya/makin jauh
tingkat dehidratasinya ® warna makin cerah).
- Oksidasi terjadi pada :
- sepanjang retakan
- sepanjang celah
- sepanjang saluran akar
- Dapat terbentuk konkresi besi dan atau manggan. (butiran mengras hasil pengendapan
setempat dari larutannya).
- Horizon yang terbentuk disebut horizon glei.
® berbecak-becak, oleh oksidasi yang tak merata
® seragam, karena selalu buruk pengudaraannya (reduksi)
- Letak kedalaman horizon glei berbecak ditentukan oleh batas jangkauan ayunan muka air
tanah ® makin dalam, makin jelek perembihannya.
- Gleisasi karena kedangkalan air tanah akan makin intensif ke arah bawah ®
HIDROMORFIK
- Gleisasi karena genangan air di atas muka tanah yang buruk perembihannya sehingga
intensitasnya berkurang ke arah bawah ® STAGNOGLEI (Glei terbalik)
- Gleisasi karena tanah mampu mengikat lengas sercara kuat selama jangka waktu lama
sehingga selalu jenuh air ® AUTOGLEI (GLEI OTOMORFIKA)
7. PEMATANGAN
- Proses pedogenesa I dari segi fisika, kimiawi dan biologi terhadap penumpukan sedimen-
sedimen muda di bawah air yang mengandung kadar air banyak kondisinya longgar dan
berlumpur.
- Proses fisika yang berlangsung : penghilangan air (karena penguapan atau pengatusan)
sehingga terjadi pengarutan horizontal (® timbulkan retakan) dan vertikal (® terjadi
amblesan)
- Perubahan konsistensi : dari liat ® teguh (irraversibel) sehinga tidak melumpur dan
menyerap air lagi.
- Tingkat kematangannya dapat dinilai n = A - 2
L + 3H
A = Lengas tanah
L = % lempung
H = % B.O
- Tanah mentah (lumpur) ® n = 3
Tanah matang ® n : 0.7
- Pengujian dengan diperas tangan
- Proses kimiawi : okdisadi dan dekarbonatasi
- Oksidasi : karena udara lewat retakan
® B.O. teroksidasi, warna kelabu biru ® hijau
® oksidasi besi, warna kelabu biru ® coklat
- dipercepat oleh h.o. pengoksidasi besi
® warna merah padal lapisan atas
® senyawa pirit (FeS2) ® as sulfat
- dekarbonatasi : bila CH dan tanah mengering sehingga melindikan karbonat
Diiklim sedang kec pelindian 1%/abad
- Proses biologi :
- Peningkatan evapotranspirasi
- Pengadukan dan pencampuran tanah
- Pengisian tanah dengan B.O
- Pembentukan saluran dalam tanah
8. PEMBENTUKAN LEMPUNG BELANG (CAT CLAY / SULFAT ASAM)
- Di kawasan pantai yang berpirit
- Bahan lumpur lunak belum matang
- Terjadi oksidasi menjadi A5 sulfat ® pH¯ » 2-3
- Pembentukan becak kuning ferami ferri sulfat basa (Fe (OH) SO4)
- Sulfur dan garam-garam sulfat dari laut teredukasi menjadi H2S dan sebagainya.
+ 2H+
o 2
S atau SO4 H2S
reduksi
+ H2O
H2S + Fe2+ FeS.nH2O + FeS2 . nH2O
hidratasi
FeS atau FeS2 FeSO4 + H2SO4
oksidasi
FeSO4 Fe2 (SO4) 3
oksidasi
- 2OH-
Fe2 (SO4)3 2 Fe (OH) SO4 + H2SO4
hidrolisa
2. Humic latosol :
- Warna merah – coklat
- Struktur granuler
- B.O 10%
- Bahan organik 10%
- pH < 5
- Ketinggian > 800 m
- Curah 100 – 250 cm
- Fegetasi hutan lebat yang pendek
3. Peruginous Humic Latosol
- Terkumpul mineral resisten sehingga membentuk kerak
- pH sangat masam – 6
4. Hydrol Humic Latosol
- Fegetasi hutan lebat
- Tempat tinggi
- Curah hujan 400 – 900 cm tanpa bulan kering
- Bahan induk basal, andesit atau abu fulkanik
5. Pembentukan kerak/lapisan keras pada latosol (laterit) :
Laterit terbentuk karena bertamahnya kadar besi akibat :
a. Penambahan dari luar oleh aliran air
b. Karena tercucinya bahan-bahan lain
c. Penyusunan kembali
Bertambah kerasnya laterit karena kristalisasi dan dehidrasi.
Usaha memecahkan laterit dan mencegah pengerasannya dilaksanakan dengan fegetasi.
Tanah Lateritik
Tanah podzolik merah kuning
- Lapisan permukaan sangat tercuci warna kelabu cerah sampai kekuningan
- Agregat kurang stabil
- Permeabilitas rendah
- BO rendah
- BS rendah
- pH 4,2 – 4,8
- Terbentuk seperti iklim pada latosol (hanya berbeda bahan induknya)
- Latosol berasal dari batuan fulkanik basa dan intermediate
- Podzolik berasal dari batuan beku dan ....
- Berlempung koolinit yang sedikit tercampur gibsit dan montmoirlonit
- Tersebar di Sumatera, Kalimanta, Jateng dan Jatim
- Tanahnya miskin
- Rehabilitasi hutan sangat lambat
ANDOSOL
Sifat Mineralogi :
- Fraksi debu dan pasir halus berupa gelas fulkanik dengan
mineral feromognesia
- Fraksi lempung alojan atau halloysit
Sifat Fisika Kimia Sifat Fisik Andosol yang baik
1. BS rendah 1. WHC tinggi
2. KPK & KPA tinggi 2. Angka atterberg sangat tinggi
3. Kadar C & N tinggi 3. Sll jenuh air jika tertutup vegetasi
4. P rend krn terfiksasi kuat 4. Sngt gembur tapi mudah diolah
5. BJ < 0,85 5. Permeabilitas sangat tinggi
6. Kapasitas lapang > 15%
1. Lithosol/Litosol/Entisol
- Dulu disebut “skelettal soil” atau “Roh Boden” ® tanah permuda sehingga b.i : - dangkal (<
45 cm)
- tampak di permukaan sebagai batuan padat padu
- Belum lama terlapuk dan belum alami perkembangan tanah karena pengaruh iklim lemah,
letusan volkan, topografi miring/bergelombang.
- Harus diusahakan/dipercepat pembentukan tanah dengan :
- reforestation
- upaya percepatan pelapukan
- Terdapat di daerah pegunungan kapur dan Karst Jateng, Jati, Maduren, NTT, NTB, Maluku,
Gunung Kidul
- Tanah Lithosol : tanah yang berasal satuan kukuh sampai jeluk 20 cm dan permukaan tanah
(LPT).
2. Tanah Aluvial
- Meliputi lahan yang sering atau baru saja alami banjir sehingga masih muda dan belum
terdiferensiasi.
® tak termasuk yang sudah tua dan sudah terpengaruh oleh iklim dan vegetasi.
- Bagian terbesar bahan kasar akan diendapkan tidak jauh dari sebenarnya, makin jauh makin
halus
- Sifat-sifatnya tergantung kekuatan bajir, asal dan membuat bahan terangkut
® menampakkan ciri morfologi berlapis-lapis.
Tanah endapan Bengawan Solo dan Sungai pegunungan Karst
(Gunung Sewu ® kekurangan P & K
Tanah endapan K. Opak, Progo, Glagah dari Gunung Merapi yang masing muda dan kaya
unsur hara dan subur, produktif.
Sifat fisik sama-sama mudah digarap, menyerap air dan permeabel.
- Tanah aluvial dari aliran besar merupakan campuran dan mengandung cukup hara, sehingga
subur. (Sriwijaya, Jakarta, Mojopahit).
Problem :
- Pengawasan tata air
- Perlindungan banjir
- Drainase dan irigasi
Di daerah kering (di timur) adanya tanah bergaram mengganggu pertumbuhan ® dapat
dihilangkan dengan drainase/penggelontoran untuk perbaiki struktur tanah menjadi
granuler ® dengan B.O.
- Meski tak tercuci dan subur butuh N dan sedikit P. K.
- Dalam pedogenesa, kurang dipengaruhi iklim dan vegetasi, tapi bahan induk dan topografi ®
karena masih muda.
- Bahan induk aluvial pasir, lempung dan kapur
- Berdasar cara dan terbentuknya, maka fisiografi yang mendukung
a. Lembah sungai
b. Dataran pantai
c. Bekas danau
Tanah aluvial dibagi 6 :
1. Tanah aluvial dengan ciri hidromorfik pada jeluk 50-100 cm
Aluvial Gleick (Ag)
2. Tanah aluvial dengan horison sulfurik dan sulfidik pada jeluk M\< 125
Aluvial Tionik (At)
3. Tanah aluvial dengan b.o. ³ 12 kg pada luas 1m2 sampai jeluk 1 m
Aluvial humik (Ah)
4. Tanah aluvial berkapur (‘calcereous’) pada jeluk 20-50 cm
Aluvial kalkarik (Ak)
5. Tanah aluvial dengan BS £ 50% pada jeluk 20-50 cm
Aluvial distrik (Ad)
6. Tanah aluvial lain
Aluvial butrik (Ae)
- Koluvial : tanah lain yang tak bertekstur kasar dari bahan altik (gaya berat) tak berhorison
diagnostik
- Koluvial gleick (Kg)
- Koluvial andik (Ka)
- Koluvial fluik (Kf)
- Koluvial distrik (Kd)
- Koluvial Entrik (Ke)
- Arenosol : tanah tekstur kasar/sangat kasar dengan warna muda, cerah (angin)
REGOSOL
Umumnya belum menampakkan deferensiasi horison, meski regosol tua sudah terbentuk horison
A1 lemah warna kelabu mulai terlapuk.
- Tekstur kasar
- Struktur kursai/lemah
- Konsistensi lepas sampai gembur
- pH 6-7
- Makin tua, struktur dan konsistensi makin padat/memadas dengan drainase dan forositas
yang terhambat
- Umumnya belum membentuk hakikat sehingga peka terhadap erosi
- Cukup mengandung P & K yang masih segar, tetapi kurang N
TANAH ORGANIK
Tanah organik :
1. Bila tidak pernah terendam air selama lebih dari beberapa hari, mengandung BO ³ 20%.
2. Bila pernah terendam air/didrainase
a. BO ³ 18% jika fraksi lempung ³ 60%
b. BO ³ (12 – 18%), jika lempung £ 60%
BO < 12%, jika tanpa lempung
Organosol adalah :
Tanah organik yang lebih dari separuh lapisan atas dalam 80 cm adalah tanah organik.
Tanah organik yang lebih tipis tetapi langsung terletak di atas batuan atau bahan batuan yang
retakan-retakannya terisi BO.
B.O. Tanah dibedakan :
- Fibric : dekomposisi paling sedikit, berserabut, BJ sangat rendah (<0,1), kadar air tinggi,
warna coklat.
- Hemic : peralihan dengan demoposisi separuhnya, masih berserabut BK : 0,07 – 0,18, kadar
air tinggi, warna leibh kelam
- Sapric : Dekomposisi paling lanjut, sedikit berserabut, BJ ³ 0.2, kadar air tak terlalu tinggi,
warna hikam & coklat kalam.
Gambut :
- Mengandung BO yang sangat banyak sehingga tak alami perkembangan profil dan
horisonisasi.
- Akumulasi sisa-sisa vegetasi yang telah alami humifikasi tetapi belum alami mineralisasi.
- Humifikasi lebih besar daripada mineralisasi.
- Hasil mineralisasi gambut berwarna proses pembusukan dan penguraian sehingga
membentuk humus.
Proses :
1. Pelarutan bahan yang larut
2. Penguraian selulosa dan kemiksinan degna lambat
3. Akumulasi bagian tanapa yang rersisten : lignin, malam (was) akumulasi hars, suberine,
cutine sehingga [C] relatif tinggi.
4. Pembentukan protein dan jasad renik yang memecah selulosa dan hemiselulosa dan hidup
atas bantuan hasil pengurangan ® bakteri bertambah banyak. [N] lebih besar dari daripada
dalam tanaman.
5. Berdasar susunan bahan analisis :
a. Sedimentary peat (campuran tanaman air seperti : lily, plankton, dan lain-lain)
b. Fibrous peat (campuran berbagai macam lumut, spagnum, rumput)
c. Woody peat (campuran pohon-pohon hutan dan tanaman bawah)
6. Berdasar pembentukan (Polak, 1941)
a. Gambut ombrogen : terpengaruh CH yang airnya tergenang
b. Gambut topogen : terpengaruh topografi
c. Gambut pegunungan : di daerah tinggi
Kriteria tanah gambut : (Dachnowski dalam Kongres Ilmu Tanah II th 1930 di Leningred)
1. Luas endapan minimal 1 ha, sehingga dapat digambarkan dalam peta skala 1 : 75.000 s/d 1 :
25.000
2. Tebalnya lebih dari 0,5 m