You are on page 1of 24

Padanan Nama Tanah menurut Berbagai Sistem

Klasifikasi Tanah
(disederhanakan)
Sistem Dudol- Modifikasi FAO/UEN USDA Soil
Soepraptohardjo 1978/1982 ESCO Taxonomy
(1957-1961) (PPT) (1974) (1975 – 1990)
1. Tanah Aluvial Tanah aluvial Fluvisol - Entisol
- Inceptisol
2. Andosol Andosol Andosol Andisol

3. Brown Forest Soil Kambisol Cambisol Inceptisol


4. Grumusol Grumusol Vertisol Vertisol

5. Latosol - Kambisol - Cambisol - Inceptisol


- Latosol - Nitosol - Ultisol
- Lateritik - Ferralsol - Oxisol

6. Litosol Litosol Litosol Entisol (lithic Subgrup)

7. Mediteran Mediteran Luvisol Alfisol/inceptisol

8. Organosol Organosol Histosol Histosol

9. Podsol Podsol Podsol Spodosol

10. Podsolik Merah Kuning Podsolik Acrisol Ultisol

11. Podsolik Coklat Kambisol Cambisol Inceptisol


12. Podsolik Coklat kelabu Podsolik Acrisol Ultisol

13. Regosol Regosol Regosol Entisol/Inceptisol

14. Renzina Renzina Renzina Rendoll

15. - Ranker Ranker -

HORISON DAN LAPISAN UTAMA


1. Horizon organik :
O : horizon organik dari tanah mineral
a. terbentuk pada bagian atas tanah mineral
b. dirajai oleh bahan-bahan organik segar/terurai sebagian
c. berkadar BO ³ 30% jika berfraksi lempung ³ 50%
³ 20% jika berfraksi bukan lempung
O1 : horizon organik yang sebagian besar bagian-bagiannya masih jelas menampakkan
bentuk asli.
O2 : horizon organik yang sudah tidak tersidik bentuk asli asalnya.

2. Horizon mineral
A : horizon mineral yang terdiri atas :
a. horizon pengumpulan b.o yang terbentuk dekat permukaan
b. lap yang telah kehilangan lempung, besi atau aluminium yang mengakibatkan
pengumpulan kwarsa atau mineral
c. horizon yang dirajai (a) atau (b) tapi memperlihatkan sifat ke horison B atau C
dibawahnya.
A1 : terbentuk/sedang terbentuk pada/dekat muka tanah dengan penimbunan b.o.
terhumofikasi yang berhubungan dengan fraksi mineralnya.
A2 : berciri pokok hilangnya lempung, besi atau aluminium sehingga terjadi pemekatan
residuil kwarsa.
A3 : horizon peralihan antara A dan B dan dirajai oleh sifat-sifat khas A 1 dan A2 yang
menumpanginya, tapi mempunyai beberapa sifat tambahan dari horizon B di
bawahnya.
AB : peralihan antara A dan B, yang bagian atas berciri utama sifat-sifat A, dan bagian
bawah seperti horizon B.
Keduanya tidak bisa dipisahkan menjadi A3 dan B1 ® biasanya karena terlalu tipis, bila
tebal harus dipisahkan.
B : Ciri-ciri utamanya
a. pemekatan illuvial lempung silikat, besi, Al/humus baik sendiri-sendiri maupun
kombinasi.
b. Pemekatan residuil seskudesido atau lempung silikat dengan
pelarutan/penghilangan karbonat-karbonat/garam-garam mudah larut.
c. Terjadi pelarutan seskuidesida sehingga berwarna lebih tua, cemerlang atau lebih
merah tapi tak ada iluviasi besi.
d. Perobahan bahan dari keadaan aslinya yang mengaburkan struktur batuan asli,
yang membentuk lempung-lempung silikat, membebaskan desida-desida atau
keduanya dan membentuk struktur granuler, gumpal atau prismatik.
B1 : peralihan antara B dan A1 atau B dan A2 yang dikuasai oleh sifat-sifat B2 di bawahnya,
tapi bersifat tambahan dari A1 atau A2.
B2 : bagian dari horizon B dengan sifat-sifat paling murni, tanpa menunjukkan sifat
peralihan ke A, C atau R.
B3 : peralihan antara B dan C atau R dengan sifat-sifat diagnostik B 2 tapi berkaitan dengan
sifat-sifat khas C atau R.
C : mirip dengan bahan yang dianggap bahan asal solum, relatif sedikit kena proses
pendogenesa dan tak mempunyai sifat-sifat yang diagnostik A atau B, dengan sifat-
sifat :
a. Pelapukan di luar daerah kegiatan biologi utama
b. Sementasi dapat balik, merapuh, BU meninggi sifat khas/fragipan.
c. Gleisasi
d. Pengumpulan Ca atau Mg karbonat/garam mudah larut
e. Sementasi oleh Ca atau Mg karbonat/garam mudah larut
f. Sementasi oleh bahan kersik larut alkali atau oleh besi dan silika
g. Mencakup semua horizon/laporan yang terbentuk tanpa faktor biologi
R : batuan dasar pada yang ditumpangi, seperti : granit, batuan pasir atau gamping.
A&B: bersyarat A2 tetapi disisipi B sebanyak 50% volume
AC : bersyarat maupun C tanpa ada yang merajai.
B&A: horizon bersyarat B pada lebih dari 50% volnya dan mencakup bagian-bagian yang
bersyarat A2.
- mampunyai lidah-lidah tegak A2
- mempunyai pita-pita horizontal A2 diantara pita-pita B yang lebih tebal
HORISON-HORISON DIAGNOSTIK
I. Epipedon
1. Molik : a. ketebalan : - > 10 cm jika menumpang pada batuan keras
- 1/3 tebal belum jika solum tidak tebal
- 25 cm jika solum tebal
b. tidak keras sekalipun kering (gambar – agak teguh)
c. Kroma warna < 3,5, volume > 3,5
d. V > 50%
e. B.O. > 1%, tapi < 20% jika pasiran, atau < 30% jika lempungan
f. P2O5 larut asam sitrat < 250 ppm
g. Struktur berkembang nyata
2. Anthopik : a. seperti mollik, tetapi
b. kadar fosfat tinggi karena pengolahan dan pemupukan (anthropos =
manusia)
3. Histik : a. horizon organik (histos = jaringan)
b. tebal > 1 kaki (± 30 cm)
c. sering jenuh air
4. Ochric : a. warna lebih muda (ochros = pucat, warna muda)
b. kadar, b.o. lebih rendah
c. lebih tipis dari mollic, umbric, anthropic atau histic
d. keras dan pejal waktu kering
5. Plaggen : a. Mengandung seresah, pupuk kandang dan sampah usaha tani
b. tebal > 50 cm
c. pengaruh pengolahan tanah yang lama
(plaggen = sod = tanaman sisa-sisa rumput)
6. Umbrik : a. warna tua (umbra = peneduh ® warna tua)
b. sepeti mollik, tetapi jenuh hidrogen (H+)
sehingga nilai V rendah ( < 50% )

II. Endopedon :
1. Kambik : a. Struktur granuler gumpal atau tiang, bercampur dengan yang masih
memperlihatkan struktur batuan induk.
b. Mengandung mineral terlapukkan, termasuk alofan atau kaca volkan
(vitrik) (cambiare = menukar)
c. KPK di atas 16 me%
d. Belum ada iluviasi lempung, seskuioksida & B.O
e. Tidak tampak selaput lempung pada gumpalan/butir tanah
f. Tidak dapat berkembang dalam bahan pasir (® terbentuk oleh reaksi
fisika atau kimia)
2. Agric : a. Pengumpulan G.O & lempung langsung di bawah lapangan olah £ 15%
vol tanah (agr = lapangan)
3. Albic : a. Lempung & oksida besi telah terlundi sehingga meninggalkan pasir dan
debu warna muda. (albus = putih)
b. Biasanya dialasi oleh spodik atau orgilic
4. Argilik : a. Berhorizon B lempung illuvial
(orgilla = lempung putih)
b. Berselaput lempung pada permukaan gumpal tanah
5. Galcic : a. Perkayaan CaCO3 sekunder atau CaCO3+ MgCO3 sekunder (calcic =
kapur)
b. Kadar CaCO3 setara > 15% bila tebal > 15 cm
Kadar CaCO3 setara > 5% dari horizon C (notric = natrium)
6. Natrik : Seperti argilic, tetapi :
a. Berstruktur kolumner / prismatik
b. Ber Na tertukar ³ 15%
c. pH > 8,5
7. Oksik : a. Pengumpulan besi oksida dan/atau Al oksida terhidrat
b. Berlempung kaolinit (kisi 1:1) (oksik : oksida)
d. Tak berselaput lempung
e. pH (KCl) ³ pH – H2O
8. Spodik :a.Berhorizon B dengan pengumpulan humus/seskuioksida
b. Tak ada pengumpulan lempung & selaput lempung
c. Dapat merekat menjadi padas (orstein)
(spodos = abu kayu)
9. Duripan : a. Terekat oleh silika berbentuk kristal mikro sehingga fragmen-fragmen
kering tak mau menjadi bubur bila direndam (durus = keras)
b. Sering mengandung semen tambahan berupa oksida besi dan CaCO 3
sehingga warna beraneka
10. Fragipan : a. BV lebih tinggi dari horizon di atasnya
(tragilis = rapuh) b. Keras bila kering tetapi rapuh bila lembab
11. Gypsic : a. Kadar gips > 35% dari jumlah karbonat + gips
(gypsum = gips) b. Jumlah karbonat + gips > 40% berat tanah halus total ( £ 2mm)
12. Petrocalcic : a. Horizon calcic yang memadas dan berbentuk tidak terputus-putis
(petra = batuan)
13. Petrogypsic : a. Horizon gipsic yang memadas dan tidak terputus-putus
14. Placic : a. Padas tipis berwarna hitam sampai merah tua
(plox = batu pipih) b. Terekat oleh besi
c. Tebal 2mm – 10 mm
15. Salic : a. Kadar garam terlarut sangat tinggi
(sal = garam) b. DHL ³ 1mmhO
³ 3000 ppm
c. Kadar Na tertukar < 8,5 dalam ekstrak jenuh air
16. Sulfuric : a. Mengandung besi sulfat jika pH oksidasi < 3,5
(Sulfureouse) b. Mengandung polisulfida > 0,75% jika mengandung £ kurang dari
3x kadar CaCO2 setara (hanya untuk histosol & aquent ® cat day)

CIRI-CIRI TANAH TIDAK DIAGNOSTIK


1. Durinode (durus = keras, nodus = simpul) :
Nodula yang terekat lemah sampai memadas
® terurai di dalam KOH pekat (+HCl untuk hilangkan karbonat) tidak terurai dengan HCl p
saja.
- Bahan semennya SiO2
- Bila kering berkonsistensi teguh – sangat teguh & rapuh bila basah
- Bila direndam air tidak melumpur
- Berbentuk sebagai konkresi (laporan konsentrik) dengan ukuran ³ 1 cm
2. Gilgai & Slicken-side :
Bentuk muka tanah dengan pola tumbuhan yang terdiri bukit/pematang kecil dan cekungan
dangkal – sempit sebagai akibat dari proses kembang kerut lempung.
3. Kontak lithic (eithos = batu) :
Batas antara tanah dengan bahan padu dan tidak terputus-putus yang terdapat di bawahnya.
- Bahan harus cukup padu dalam keadaan lembab
® tidak dapat digali dengan skop
- Bila mineral tunggal, kekerasan 6
- Bila bukan mineral tunggal, bongkah-bongkah tercabik tidak terdispersi dalam penggojokan
15 jam dalam air/calgon
- Bahan padunya tidak mencakup horizon-horizon tanah diagnostik seperti duripon/petrocalcic
4. Kontak poralithic :
- Mirip kontak lithic, tapi kekerasannya < 3 atau alami pendispersian sedikit.
- Bila lembab dapat diskop, meski sulit
- Bahan padu berupa sedimen yang alami perpaduan sebag seperti batu pasir, batuan debu atau
shale (serpih), BV < 2
5. Plinthile (plinthos : batubata)
- Campuran terlapuk dari lempung, kwarsa & kotoran
- Kaya seskuioksida
- Miskin humus
- Berbecak-becak merah, dapat didispersi
- Berpola pipih/jaring
- Merupakan bahan yang tidak memadas
- Irreversibel menjadi padas besi, agregate tak teratur
- Konsistensi teguh (kap lap) dan keras (titik layu)
- Proses kimiawi : oksidasi dan dekarbonatasi
 Oksidasi : karena udara mengalir lewat retakan, b.o. teroksidasi dan warna kelabu kebiruan ®
kecoklat karena oksidasi senyawa besi.
- oksidasi dipercepat oleh jazad renik pengoksidasi besi sehingga warna merah cepat timbul
(pada lap atas yang tipis)
- senyawa pirut (FeS2) pada lumpuran lempung payau teroksidasi menjadi asam sulfat
PETA
Peta : alat pemberita visual suatu wilayah
- Peta ilmu bumi (geografi)
- Peta topografi
- Peta geologi dan sebagainya
- Peta tanah ® penyebaran satuan tanah keadaan tanah/lahan ® seperti pada legenda di pojok.
Skala peta : perbandingan antara jarak dua titik dalam peta terhadap jarak kedua tempat
sebenarnya (di lap)
Misal : 10cm di peta ® 10 km (1000000 cm)
® skala 10 : 1.000.000
1 : 100.000

Syarat peta :
- Beri gambar yang mudah dipandang/dimengerti
- Berunsur-unsur sifat yang dikehendaki tujuan
- Beda tugas antara satuan-satuan peta
- Tidak membingungkan
- Sebagai sarana kerja yang efisien

Satuan peta tanah (soil mapping unit) : tersusun dari kesatuan


3 satuan : - satuan tanah
- satuan bahan induk beri gambar jelas tentang tanah dan wilayah
- satuan wilayah

Asosiasi tanah : Beberapa jenis/seri tanah yang arealnya jelas, tapi batas penyebarannya tidak
dapat ditetapkan karena rumit dan sempit
Kompleks tanah : satuan peta yang tersusun atas beberapa satuan peta.

Kategori peta tanah (ketelitian sesuai skala) :


1. Peta tanah bagan
2. Peta tanah eksplorasi
3. Peta tanah tinjau
4. Peta tanah tinjau mendalam
5. Peta tanah terinci

1. Peta tanah bagan (skhematic/generalised soil map)


Skala 1 : 2.500.000 s/d 1 : 5.000.000
1 mm ® 2 ½ - 5 km
Satuan peta :
- Satuan jenis tanah utama (great group)
- Satuan wilayah hanya bedakan dataran & bukit/gunung
- Satuan bahan induk tak dipisahkan
Cara susun :
- Penyederhanaan peta skala lebih besar
- Penafsiran data, peta geologi, topografi, iklim, vegetasi
Misal : peta Indonesia – dari pulau-pulau
Hanya tunjukan : penyebaran jenis tanah utama
Fungsi : gambar persentasi & penyebaran guna rencana garis besar pemb neg

2. Peta tanah explorasi (Exploratory soil map)


Skala 1 : 1.000.000 (1 mm – 1 km)
(1 mm2 – 100 ha)
Merupakan peta tanah sistematik tertinggi
Satuan peta :
- Satuan jenis tanah utama
- Jenis bahan induk
- Jenis fisiografi/bentukan lahan
Disusun :
- Dari survei tanah – sehingga pemboran 2-5 titik setiap 100.000 ha
- Hasil analisa lab O.T
Fungsi : - inventarisasi jenis tanah utama dalam wilayah luas
- tunjukan areal tanah bermsl ® rencana pemb

3. Peta tanah tinjau (Reconnaissance soil map)


Skala 1 : 250.000
Pengecilan : untuk perkecil vol gambar dengan kurangi tingkat ketelitian
Pembesaran : pengamatan daerah tersebut dapat dipertanggungjawabkan
Satuan peta :
- Macam tanah
- Macam bahan induk
- Macam fisiografi
- Bentuk lahan
Disusun : - dari survey tanah dengan besar 5 – 10 / 10 km2
- dari peta dasar 1 : 25.000 – 1 : 100.000
Fungsi : keterangan potensi tanah dan permasalahan untuk perencanaan pemb

4. Peta tanah tinjau mendalam (semi detaile)


Skala 1 : 50.000 s/d 1 : 10.000
Satuan peta :
- Rupa tanah
- Fisiografi tingkat rendah tujuan kepent praktis dan luas
- Bentuk lahan
Disusun : - dari survey bor 1-5 bh
Profil 1 bh tiap 100 ha
Pengemb : - peta kemampuan lahan
- peta fisiografi, peta rekomendasi

5. Peta tanah kranci (detailed soil map)


Skala 1 : 10.000 (lebih besar)
Satuan peta : seri tanah (tak ada variasi bahan induk satuan lahan)
Disusun berdasar :
- Survey 1 bor/seri Analisa lengkap
1 profil/seri
- Peta dasar 1 : 500 – 1 : 5.000
Fungsi : - rekomendsi pupuk N, P, K
- rekomendasi jenis pupuk
Isi : - Data tanah dan evaluasi
- Data lahan : topografi, geologi, iklim
- Rekomendasi pengelolaan tanah berdasar satuan tanah, lahan dan lab tanaman.
PENAFSIRAN SURVEY TANAH
= Perkiraan keadaan
¹ Rekomendasi penggunaan tanah karena ditentukan :
- keadaan fisik lahan
- ekonomi
- sosial
- politik
- agama
Untuk penggunaan tanah yang ekonomis – efisien

Produksi tanaman dapat dipertinggi dengan pengelolaan bahan dengan penerapan hasil survei
tanah yang menghasilkan peta tanah bermutu dengan pembahasan sifat kemampuan tanah yang
cermat.
Bentuk interpretasi :
- Penilaian (ratings)
- Tabel (tables)
- Kartu (charts)
- Peta (maps)
- Pernyataan (statement)

Karakteristik tanah : dapat diamati dan diukur misal tebal, tekstur, struktur, BO, pH, hara ®
berbeda pada tiap hari

Kualitas tanah:
Hasil interaksi karakteristik, penggunaan dan keadaan lingkungan misal, kelas drainase,
interaksi, permeabilitas, permukaan air, & jumlah air ® tidak terukur langsung.

Pengelolaan tanah mempertimbangkan :


- tanggapan (response)
- biaya (cost)
- keuntungan yang diharapkan
Karaketistik tanah tidak dapat diubah tapi diantisipasi dengan penyesuaian.

Tanah yang serasi untuk pertumbuhan :


1. Lapisan perakaran dalam
2. Dapat ikat air, mudah lepas kelebihan
3. Berhara cukup dan seimbang
4. Tahan erosi

Kebutuhan data-data :
1. Pelulusan seri; bahan induk dan lokasi
2. Geografi dan fisiografi lahan
3. Iklim

Data fisik dan kimia :


a. Analisa mekanik
b. Berat jenis
c. WHC, hara
d. Minerologi lempung
e. Angka konsistensi
f. Stabilitas agregat
g. Permeabilitas
h. Petrografik pasir
i. PH
j. (garam)
k. C/N
l. Unsur mikro
Usaha peningkatan kesuburan tanah
a. Topografi dan drainase
b. Reaksi tanah
c. Kedalaman efektif
d. Tekstur
e. Bahan induk
PROSES-PROSES PEDOGENESA
1. FERALITISASI/LATERISASI/LATOSOLISASI:
- Proses khas kawasan tropika lembab dan basah dengan suhu hangat
- Bersifat tua, tebal, permeable dan warna merah seragam
- Terdiri dari proses-proses invidual yang tidak balik
a. Hidrolisa silika yang bermula pada pelapukan intensif dan terus menerus
b. Pelarutan dan pelindian basa dan silika (desilisifikasi) sehingga terjadi pelonggoan
R2O3 residuil
c. Pembentukan lempung berkisi 1 : 1 dari golongan lempung kadinit
d. Oksida besi dan aluminium yang terbebas menjadi seskuioksida mantap dan oksidasi
b.o. yang menyebabkan mineralisasi.
e. Hidrolisasi seskuioksida
- Syarat :
- lembab
- perkolasi air terus menerus
- muka air tanah dalam
- suhu hangat
2. PLINTISASI
- Pembentukan bahan lempungan berbecak, lunak atau keras, kaya R 2O3, miskin b.o., warna
merah kemerahan pada matrik kelabu biru.
- Terjadi karena perembihan buruk ® - air tanah dangkal
- air perkolasi terhambat
- Tanah yang terbentuk bersifat hidromorf karena ayunan Eh.
- Mengeras irreversibel karena dehidratasi menjadi konkresi-konkresi galur, tersemen atau
padas.
3. ARGILASI
- Pengangkutan darah-darah lempung halus (1m) dari lapisan atas (aluvial) ke lapisan bawah
(illuvial).
- Pembentuklan horizon alluvial/argilik/horizon P-tekstur, dengan adanya selaput/kutan
lempung pada satuan struktur gumpalan/presmatik.
- Bila disertai proses rubefaksi, dekarbonisasi, feralitisasi dan erosi akan terbentuk tanah-tanah
feruginus (besian).

4. RUBEFAKSI/FERUGINASI
- Menghasilkan oskida ferriterhidrat
- Pada masa kering terjadi dehidratasi dan kristalisasi menjadi hematit yang berwarna merah
cerah.
- Jelas terlihat pada bahan induk dari besi
- Syarat : - musim dingin lunak dan lembab dan iklim laut tengah dan mediteran).
- musim panas kering dan hangat
- Kurang intensif pada hutan yang mengawetkan lengas dan b.o.
- Menghasilkan lempung illit (2:1) dan sedikit kaolinit (1:1)
5. SILIFIKASI/SILISISASI/PODSOLISASI
- Basa-basa dan seskuioksida terlindi sehingga kadar silika meningkat
- Silika mantap tapi seskuioksida goyah karena air perlindi bersifat asam. (karena termuati
oleh asam-asam organik dan anorganik).
- Asam organik berasal dari proses perombakan b.o. yang tak sempurna ® karena iklim
lembab basah dan sejuk, serta vegetasi hutan, atau karena seresah bersifat asam (mis:
conifer).
- Asam anorganik berasal dari oksidasi belerang dan senyawa sulfida, atau berupa larutan gas-
gas asam chlorida, SO2 atau CO2, yang semuanya dari gunung-gunung berapi.
- Larutan asam menggiatkan hidrolisa, sehingga mineral-mineral lempung terpecah dan
aluminium terlindi sehingga zat kersik yang mantap dalam suasana masam tersisa.
- Horizon aluvial yang terbentuk bersifat kaya zat kersik, miskin basa, seskuiokdisa dan b.o.,
tekstur kasar serta terdiri atas zarah pasir dan debu dan berwarna pucat kelabu (karena
kehilangan besi dan b.o) ® disebut horizon albik
- Horizon illuvial (bawah) yang terbentuk tersusun atas longgokan :
- Fe & Al pada berbagai tingkat oksidasi dan hidratasi
- b.o. koloidal
- lempung
® horizon spodik
- Dapat tersementasi menjadi padas (ortstein)
- Dapat memampat tanpa tersemen keras : ‘ortende’
- Dapat terjadi penambahan basa sedikit, sehingga horizon spodik berkurang kemasamannya.
- Tanah yang terbentuk disebut PODSOL atau SPODOSOL
- Intensif terjadi di daerah torpika karena air pelindi bersuhu 22o – 26o dan masam.
- Di daerah iklim sedang, suhu air £ 15oC, sehingga intensitas silisifikasi ditentukan oleh
kemasaman air pelindi.
- Dapat berkembang dari bahan induk yang kaya zat kersik, sangat miskin basa dan bertekstur
kasar (lulus air) dengan vegetasi jarang yang menghasilkan seresah masam ® SPODOSOL
- Berlawanan dengan proses feralitisasi karena kelainan tingkat kemasaman air pelindi karena
kelainan iklim (makro dan mikro), vegetasi dan atau bahan induk.
- Tidak terjadi argilasi karena yang tereluviasi bukan zarah lempung utuh tetapi hasil
pemecahan hidrolitiknya.
6. GLEISASI
- Karena ayunan muka air tanah yang sebabkan proses oksidasi dan reduksi yang silih
berganti.
- Reduksi menghasilkan warna kelabu kebiruan, kehijauan atau kelabu ® Warna senyawa
ferro, Disertai dengan konsistensi lekat, struktur pejal dan mampat
- Oksidasi menghasilkan warna-warna kuning, struktur pejal dan mampat dan merah karena
terbentuknya besi oksidasi berbagai tingkat hidratasi (makin kurang hidratasinya/makin jauh
tingkat dehidratasinya ® warna makin cerah).
- Oksidasi terjadi pada :
- sepanjang retakan
- sepanjang celah
- sepanjang saluran akar
- Dapat terbentuk konkresi besi dan atau manggan. (butiran mengras hasil pengendapan
setempat dari larutannya).
- Horizon yang terbentuk disebut horizon glei.
® berbecak-becak, oleh oksidasi yang tak merata
® seragam, karena selalu buruk pengudaraannya (reduksi)
- Letak kedalaman horizon glei berbecak ditentukan oleh batas jangkauan ayunan muka air
tanah ® makin dalam, makin jelek perembihannya.
- Gleisasi karena kedangkalan air tanah akan makin intensif ke arah bawah ®
HIDROMORFIK
- Gleisasi karena genangan air di atas muka tanah yang buruk perembihannya sehingga
intensitasnya berkurang ke arah bawah ® STAGNOGLEI (Glei terbalik)
- Gleisasi karena tanah mampu mengikat lengas sercara kuat selama jangka waktu lama
sehingga selalu jenuh air ® AUTOGLEI (GLEI OTOMORFIKA)
7. PEMATANGAN
- Proses pedogenesa I dari segi fisika, kimiawi dan biologi terhadap penumpukan sedimen-
sedimen muda di bawah air yang mengandung kadar air banyak kondisinya longgar dan
berlumpur.
- Proses fisika yang berlangsung : penghilangan air (karena penguapan atau pengatusan)
sehingga terjadi pengarutan horizontal (® timbulkan retakan) dan vertikal (® terjadi
amblesan)
- Perubahan konsistensi : dari liat ® teguh (irraversibel) sehinga tidak melumpur dan
menyerap air lagi.
- Tingkat kematangannya dapat dinilai n = A - 2
L + 3H
A = Lengas tanah
L = % lempung
H = % B.O
- Tanah mentah (lumpur) ® n = 3
Tanah matang ® n : 0.7
- Pengujian dengan diperas tangan
- Proses kimiawi : okdisadi dan dekarbonatasi
- Oksidasi : karena udara lewat retakan
® B.O. teroksidasi, warna kelabu biru ® hijau
® oksidasi besi, warna kelabu biru ® coklat
- dipercepat oleh h.o. pengoksidasi besi
® warna merah padal lapisan atas
® senyawa pirit (FeS2) ® as sulfat
- dekarbonatasi : bila CH dan tanah mengering sehingga melindikan karbonat
Diiklim sedang kec pelindian 1%/abad
- Proses biologi :
- Peningkatan evapotranspirasi
- Pengadukan dan pencampuran tanah
- Pengisian tanah dengan B.O
- Pembentukan saluran dalam tanah
8. PEMBENTUKAN LEMPUNG BELANG (CAT CLAY / SULFAT ASAM)
- Di kawasan pantai yang berpirit
- Bahan lumpur lunak belum matang
- Terjadi oksidasi menjadi A5 sulfat ® pH¯ » 2-3
- Pembentukan becak kuning ferami ferri sulfat basa (Fe (OH) SO4)
- Sulfur dan garam-garam sulfat dari laut teredukasi menjadi H2S dan sebagainya.
+ 2H+
o 2
S atau SO4 H2S
reduksi
+ H2O
H2S + Fe2+ FeS.nH2O + FeS2 . nH2O
hidratasi
FeS atau FeS2 FeSO4 + H2SO4
oksidasi
FeSO4 Fe2 (SO4) 3
oksidasi
- 2OH-
Fe2 (SO4)3 2 Fe (OH) SO4 + H2SO4
hidrolisa

- Jadi masalah berat di tanah-tanah pasang surut.


9. PEMBENTUKAN GAMBUT
- Perombakan b.o. terhambat oleh kelbihan lengas atau penggenangan air.
- Terbentuk sebagai lapisan pada permukaan endapan mineral atau hasil sedimentasi campuran
b.o. dan lempung lumpuran yang banyak mengandung air.
- Watak dan tabiatnya tergantung bahan dan lingkungan
- Biasanya disertai proses gleisasi
- Lapisan mineral di bawahnya sangat reduktif dan mentah
10. KALSIFIKASI
- Proses pedogenesa utama di daerah kering – setengah kering
CH < 625 mm untuk kawasan iklim sedang
CH < 1.125 mm untuk kawasan iklim tropika
- Tanah peroleh Ca cukup sehingga koloid-koloid ber-v tinggi
- Vegetasi asli : rumput dan semak
- Tanah : kering dan panas ® suhu horizon permukaan » 70oC
- Dipengaruhi erosi angin
- Pelapukan kimia sangat lambat karena (lengas) efektif sangat terbatas untuk hidrolisa,
hidratasai, pelarutan, eluviasi dan iluviasi dan dukung proses kimia hayati.
- Pelapukan fisika intensif karena ayunan suhu.
- Bagian bawah profil tanah selalu kering sehingga menjadi horizon mati
- (Di daerah kering sangat dangkal < 1 m).
- Vegetasi langka sehingga b.o. rendah, £ 0,2%, 2 perakaran kesamping ® efektifkan lengas
dan hara.
- Tak dapat dibedakan antara lapisan atasan ber. b.o. dan lapisan bawah miskin b.o.
- Adanya CH dan perkolasi yang sedikit, membawa karbonat gips dan garam-gaam terlarut
menjadi mobil dan terlonggok.
- Di kawasan iklim setengah kering dapat terbentuk horizon orgilik lemah.
- Kenaikan CH menjadikan zarah-zarah ber-Ca terjonjot.
- Karena mengandung banyak CaCO3 – setara, horizon kalsika
- Bila memadas, horizon petrokalsika
- Bila mengerak menghambat infiltrasi
- PH > 7
11. GIPSIFIKASI
- Seperti kalsifikasi, tapi bahannya gips (CaSO4 . 2H2O) dan Ca yang menjenuhi kompleks
adsorbsi.
- Horizon permukaan yang banyak gibs : horizon gipsika
- Dapat terbentuk kerak gibs pada permukaan tanah
12. SALINISASI
- Pelonggokan garam-garam larut air dalam tanah
- Klorida
- Sulfat
- Nitrat dari Ca, Mg, Na dan atau K
- Intensitas dan kedalaman pelonggokan tergantung keg dan macam faktor yang bekerja :
- air perkolasi
- m.o
- evapotrans
- Terjadi karena :
- Iklim kering/ ½ kering
- Kenaikan air kapiler air payau / asin
- Terendam berkala oleh air laut
- Pengendapan debu garaman
- Rembesan air garaman
- Pengairan pada tanah dengan perembihan buruk di kawasan kering (½ kering/musim
kemarau tegas)
Karena :
 Air menguap garam mengendap
 Menaikkan permukaan air tanah garaman karena hubungan kapiler air tanah – lapisan atas
 Pada cekungan yang tidak ada saluran pembuangan.
- Lapisan bergaram banyak : horizon salika dan lapisan kerak garam dan berkristal garam.
- PH : 7 - 8,5 tergantung kekuatan basa – asam
- Zarah tanah terjonjot ® sehingga tak mobil dan tak ada alih tempat
- Struktur sangat longgar
- Konsistensi lunak dan mawur
13. ALKALISASI
- Akibatkan pH > 8,5 » 10
- Terbentuk garam-garam basa, Na2CO3, NaHCO3, ion Na teradsorbsi > 15 me %.
- Zarah-zarah lempung dan humus terdispersi dan terlindi
Seperti argilasi, tapi - kadar ion Na teradsorb
- ada illuviasi humus
- Lapisannya : horizon natrika
- Struktur tiang dengan cutan lempung dan humus ® agak gelap
- Na2CO3 dan NaHCO3 berasal dari :
a. Interaksi min si ber Na dengan CO2 dalam medium lembab
b. Garam NaCl atau Na2SO4 yang bereaksi dengan CaCO3
c. Reaksi pertukaran lempung Na dengan H2CO3 / CaCO3
d. Perombakan seresah ber Na
e. Reduksi Na2SO4
14. SOLODISASI
- Merupakan pelindian dan degradasi intensif, pasca alkalisasi
- Selum teratas menjadi masam karena Na diganti ion H (pH 4 – 4,5)
- Pelindian Na memobilisir zarah-zarah lempung sehingga ikut terlindi
- Solum bawah terjadi argilasi dan pengkayaan Na
- Terbentuk horizon B natrika struktur tiang
Horizon A2 albika pucat
15. DESALINISASI
- Proses perlindian garam-garam karena salinisasi
- Karena :
- Perbaikan tingkat perembihan alamiah (penurunan muka air tanah)
- Terhentinya pemasukan garam
- Penggunaan irigasi berlebihan
- Tergantung :
- Mutu dan jumlah air perkolasi
- Sistem pengatusan
- Morfologi tanah
- Jenis garam Ca/Mg/Na
16. MERETAK & MEMBENGKAK
- Karena kemb kerut lempung montmorilonit
- Terbentuk retakan lebar dan dalam berpola poligonal
(Berukuran 1-4 m) Lebar beberapa cm dalam > 80 cm
- Min berlempung 30%
17. SELF MULCHING
- Bila retak bengkak pada lapisan permukaan tipis sehingga terbentuk granula terserak 3 mm
dan keras, tebal 1-5 cm.
- Tak mungkin pada lapisan bawah karena tingkat berat tanah.
- Jelas pada hujan I
- Disebut pembentuk struktur bunga kol (cauliflower struch)
TANAH MERAH
Meliputi sebagian besar lahan di Indonesia :
- dari pantai – pegunungan
- iklim kering – basah
- dari batuan beku, sedimen/malihan
Klasifikasi berdasarkan modifikasi dari :
- USDA Soil toxonomy 1975
- FAO/UNESCO World Soil map legend ’74
- Dudal/Moorman Clasf 1964

a. Latosol, dibagi menjadi :


- Latosol (konsep baru)
- Brunizem
- Trobosol
- Lateritik
Setara dengan :
- Mitosol
- Acid Brown Forest Soil / Unceptisol
- Red Yellow Latosol
- Oxisol
b. Podzolik MK, dibagi menjadi :
- Podzolik (konsep baru)
- Arenosol
- Trobosol
Setera dengan
- Acrisol
- Arenosol
- Red Yellow Latosol
c. Lateritik, menjadi Oxisol saja
d. Mediteran merah kuning menjadai mediteran
LATOSOL
Diusulkan I oleh KELLOGG (1949)
Untuk semua tanah zonal di tropika dan katulistiwa dengan sifat-sifat :
1. Nilai (SiO2/seskuioksida fraksi lempung) rendah
2. KPK rendah
3. Lempung kurang aktif (Kaolinit 1:1)
4. [Mineral primer] rendah
5. [Bahan terlarut] rendah
6. Stabilitas agregat tinggi (kompak)
7. Warna merah (besi)
Latosol : tanah-tanah yang telah alami pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut,
sehingga terjadi pencucian basa, b.o dan Si, dengan tinggalkan sesquioksida warna
merah
Ciri umum morfologi :
- Tekstur lempung – geluh
- Struktur remah – gumpal lemah
- Konsistensi gambar
- Warna merah, tergantung :
1. Minerologi b . I
2. Drainase
3. Umur
4. Iklim
Latosol dalam :
- Terbentuk dalam iklim hukum – tropika tanpa bulan kering sampai sub humik yang
bermusim kemarau agak lama
- Berfegetasi hutan basah sampai safana
- Topografi datarna bergelompang = berbukit
- Bahan induk hampir semua batuan fulkanik baik hiff maupun batuan beku.
- Terdapat dari tepi pantai sampai 900 di atas permukaan laut
- Iklim basah tropika curah hujan 2500 – 7000

Pembagian latosol berdasarkan warnanya :


1. Latosol merah, (mis) tanah Basikaran Pekalongan
- pH netral
- Nilai SiO2 / R2O3 < 0,2
- Banyak persamaan dengan profil laknit

2. Latosol merah kekuningan (mis) tanah Cibinong dan SumTeng


- Bahan induk asam seperti granit dan gncis
- Di daerah bergelombang sampai pegunungan
- Banyak ditanami untuk sawah dan ladang
3. Latosol coklat memerahan (mis) tanah Bogor
- Bahan induk basa seperti basalt, diabas, diont, andesit granik dan gne iss yang bermega
hitam.
- Pelapukan dan pencucian lebih mudah
- Struktur gumpal berselaput lempung, berciri plintip dan lapisan sesquiosiid.
- Nilai pertanian lebih tinggi
4. Latosol Coklat (mis) tanah Kencana Bogor
- Berasal dari berbagai batuan
- (Abu vulkan & Vulkanik basa)
- Daerah berbukit
- Iklim humik sampai tropika
- Ch tinggi, vegetasi hutan basah
- Peralihan latosol coklat kemerahan dan andosol banyak ditemukan pada gunung api yang
masih muda.
5. Latosol coklat kekuningan (mis) Tanah Sukamahi Bogor
6. Latosol merah – ungu (mis) tanah Pleihar Kal-Sel
- Tekstur lebih kasar karena konkresi Fe sebagai bahan semua lempung pada horison B
(merupakan pasir hitam)
- Tektur lemah tak bergregat (fluffg)
- Konsistensi gambar
- Bila dehidrasi bersifat irrerensible
- Daya permeabilitas besar sekali

Berdasar sifat humusnya latosol dibagi (Cline, 1994) :


1. Low humik latosol
- Warna coklat – merah
- Struktur gumpal – remah
- Tekstur lempung
- Konsistensi leguh
- PH 6-7
- Curah hujan < 100 cm (1000 mm)
- Dataran rendah (<670 m)
- Bulan kering nyata
- Fegetasi rumput pendek, carkis dan alque

2. Humic latosol :
- Warna merah – coklat
- Struktur granuler
- B.O 10%
- Bahan organik 10%
- pH < 5
- Ketinggian > 800 m
- Curah 100 – 250 cm
- Fegetasi hutan lebat yang pendek
3. Peruginous Humic Latosol
- Terkumpul mineral resisten sehingga membentuk kerak
- pH sangat masam – 6
4. Hydrol Humic Latosol
- Fegetasi hutan lebat
- Tempat tinggi
- Curah hujan 400 – 900 cm tanpa bulan kering
- Bahan induk basal, andesit atau abu fulkanik
5. Pembentukan kerak/lapisan keras pada latosol (laterit) :
Laterit terbentuk karena bertamahnya kadar besi akibat :
a. Penambahan dari luar oleh aliran air
b. Karena tercucinya bahan-bahan lain
c. Penyusunan kembali
Bertambah kerasnya laterit karena kristalisasi dan dehidrasi.
Usaha memecahkan laterit dan mencegah pengerasannya dilaksanakan dengan fegetasi.

 Tanah Mediteran Merah – Kuning


- Beriklim lautan tengah (mediteranian)
- Musim dingin banyak hujan
- Musim panas kering
- Terkenal dengan terarosa
- Hasil pelarutan batu kapur
- Bila tertutup fegetasi, humus bertindak sebagai koloid pelindung yang memberi muatan
negatif pada misal besi sehingga Fe mobil.
- Terdapat akumulasi sesquionid dan silika
- Kadar Fe tinggi : kadar BO rendah
- Biasanya lahan induk kaya kapur
- Mengandung konkresi kapur dan besi
- Dibedakan menjadi 2 macam :
a. Berkembang di daerah Karts. dan bentukan batu kapur
b. Yang terdiri atau formasi kurang
- Tekstur lekat
- Konsistensi lekat
- Reaksi alkalis
- BS tinggi
- Berhorizon argilik

Tanah Lateritik
Tanah podzolik merah kuning
- Lapisan permukaan sangat tercuci warna kelabu cerah sampai kekuningan
- Agregat kurang stabil
- Permeabilitas rendah
- BO rendah
- BS rendah
- pH 4,2 – 4,8
- Terbentuk seperti iklim pada latosol (hanya berbeda bahan induknya)
- Latosol berasal dari batuan fulkanik basa dan intermediate
- Podzolik berasal dari batuan beku dan ....
- Berlempung koolinit yang sedikit tercampur gibsit dan montmoirlonit
- Tersebar di Sumatera, Kalimanta, Jateng dan Jatim
- Tanahnya miskin
- Rehabilitasi hutan sangat lambat

ANDOSOL

Bahasa Jepang “ando” ® hitam mata kelam


- Tanah andosol : tanah berwarna hitam kelam, sangat jarang ber
BO dan lempung amorf (terutama allophan)
Ciri morfologi :
- Warna hitam-hitam
- Sangat poreous
- Sangat gembur
- Tidak liat
- Tidak lekat
- Struktur lemah/granulir
- Terasa berminyak (smeary) karena ber BO 8-30%
- pH 4,5 – 6,0
- WHC tinggi
- Terasa seperti sabun (soapy) bila di remas

Sifat Mineralogi :
- Fraksi debu dan pasir halus berupa gelas fulkanik dengan
mineral feromognesia
- Fraksi lempung alojan atau halloysit
Sifat Fisika Kimia Sifat Fisik Andosol yang baik
1. BS rendah 1. WHC tinggi
2. KPK & KPA tinggi 2. Angka atterberg sangat tinggi
3. Kadar C & N tinggi 3. Sll jenuh air jika tertutup vegetasi
4. P rend krn terfiksasi kuat 4. Sngt gembur tapi mudah diolah
5. BJ < 0,85 5. Permeabilitas sangat tinggi
6. Kapasitas lapang > 15%

Mekanisme pembentukan aloan : (Egawa, 1965) karena saling


presipitasi isoelektrik gel silika dan alumania.
® terjadi jika selama pelapukan gelas terbentuk Hidrogsida
aluminium yang amorf bermuatan positif dan membentuk
campuran gel dengan koloid silika yang elektro negatif.
® andosol ber BO banyak karena dekomposisi BO terhambat
oleh hidrogsida Al yang amorf (Kosaka et.al. 1962).
TANAH-TANAH TANPA DIFERENSIASI HORISON

1. Lithosol/Litosol/Entisol
- Dulu disebut “skelettal soil” atau “Roh Boden” ® tanah permuda sehingga b.i : - dangkal (<
45 cm)
- tampak di permukaan sebagai batuan padat padu
- Belum lama terlapuk dan belum alami perkembangan tanah karena pengaruh iklim lemah,
letusan volkan, topografi miring/bergelombang.
- Harus diusahakan/dipercepat pembentukan tanah dengan :
- reforestation
- upaya percepatan pelapukan
- Terdapat di daerah pegunungan kapur dan Karst Jateng, Jati, Maduren, NTT, NTB, Maluku,
Gunung Kidul
- Tanah Lithosol : tanah yang berasal satuan kukuh sampai jeluk 20 cm dan permukaan tanah
(LPT).
2. Tanah Aluvial
- Meliputi lahan yang sering atau baru saja alami banjir sehingga masih muda dan belum
terdiferensiasi.
® tak termasuk yang sudah tua dan sudah terpengaruh oleh iklim dan vegetasi.
- Bagian terbesar bahan kasar akan diendapkan tidak jauh dari sebenarnya, makin jauh makin
halus
- Sifat-sifatnya tergantung kekuatan bajir, asal dan membuat bahan terangkut
® menampakkan ciri morfologi berlapis-lapis.
 Tanah endapan Bengawan Solo dan Sungai pegunungan Karst
(Gunung Sewu ® kekurangan P & K
 Tanah endapan K. Opak, Progo, Glagah dari Gunung Merapi yang masing muda dan kaya
unsur hara dan subur, produktif.
 Sifat fisik sama-sama mudah digarap, menyerap air dan permeabel.
- Tanah aluvial dari aliran besar merupakan campuran dan mengandung cukup hara, sehingga
subur. (Sriwijaya, Jakarta, Mojopahit).
Problem :
- Pengawasan tata air
- Perlindungan banjir
- Drainase dan irigasi
Di daerah kering (di timur) adanya tanah bergaram mengganggu pertumbuhan ® dapat
dihilangkan dengan drainase/penggelontoran untuk perbaiki struktur tanah menjadi
granuler ® dengan B.O.
- Meski tak tercuci dan subur butuh N dan sedikit P. K.
- Dalam pedogenesa, kurang dipengaruhi iklim dan vegetasi, tapi bahan induk dan topografi ®
karena masih muda.
- Bahan induk aluvial pasir, lempung dan kapur
- Berdasar cara dan terbentuknya, maka fisiografi yang mendukung
a. Lembah sungai
b. Dataran pantai
c. Bekas danau
Tanah aluvial dibagi 6 :
1. Tanah aluvial dengan ciri hidromorfik pada jeluk 50-100 cm
Aluvial Gleick (Ag)
2. Tanah aluvial dengan horison sulfurik dan sulfidik pada jeluk M\< 125
Aluvial Tionik (At)
3. Tanah aluvial dengan b.o. ³ 12 kg pada luas 1m2 sampai jeluk 1 m
Aluvial humik (Ah)
4. Tanah aluvial berkapur (‘calcereous’) pada jeluk 20-50 cm
Aluvial kalkarik (Ak)
5. Tanah aluvial dengan BS £ 50% pada jeluk 20-50 cm
Aluvial distrik (Ad)
6. Tanah aluvial lain
Aluvial butrik (Ae)
- Koluvial : tanah lain yang tak bertekstur kasar dari bahan altik (gaya berat) tak berhorison
diagnostik
- Koluvial gleick (Kg)
- Koluvial andik (Ka)
- Koluvial fluik (Kf)
- Koluvial distrik (Kd)
- Koluvial Entrik (Ke)
- Arenosol : tanah tekstur kasar/sangat kasar dengan warna muda, cerah (angin)

REGOSOL
Umumnya belum menampakkan deferensiasi horison, meski regosol tua sudah terbentuk horison
A1 lemah warna kelabu mulai terlapuk.
- Tekstur kasar
- Struktur kursai/lemah
- Konsistensi lepas sampai gembur
- pH 6-7
- Makin tua, struktur dan konsistensi makin padat/memadas dengan drainase dan forositas
yang terhambat
- Umumnya belum membentuk hakikat sehingga peka terhadap erosi
- Cukup mengandung P & K yang masih segar, tetapi kurang N

Berdasarkan bahan induknya tanah regosol dibagi menjadi :


1. Regosol Abu Vulkanik
- Terdapat di sekitar bangunan api dengan visiografi vulkanik fan
- Semua bahan vulkanik hasil eropsi gunung berapi berupa debu, pasir, kerikil, batu, bom dan
lapili.
- Bahan kasar di tengah lahan halus di tepi
- Kaya hara tanaman kecuali N tapi belum terlapuk sehingga perlu pupuk organik, pupuk
kandang, dan pupuk hijau.
- Umumnya tekstur makin halus makin produktif
2. Regosol Bukit Pasir
- Terdapat di sepanjang pantai (Cilacap, Parangtritis, Kerawang)
- (Sand dunes) bukit pasir terbentuk dari pasir di pantai oleh gaya angin yang bersifat deflasi
dan akumulasi.
- Pasir kasar terletak dekat garis pantai makin halus makin jauh
- Umumnya tekstur kasar mudah diolah, gaya menahan air rendah, dan permeabilitas baik.
- Makin tua tekstur makin halus dan permeabilitas kurang baik
- Kaya unsur hara

TANAH ORGANIK
Tanah organik :
1. Bila tidak pernah terendam air selama lebih dari beberapa hari, mengandung BO ³ 20%.
2. Bila pernah terendam air/didrainase
a. BO ³ 18% jika fraksi lempung ³ 60%
b. BO ³ (12 – 18%), jika lempung £ 60%
BO < 12%, jika tanpa lempung
Organosol adalah :
Tanah organik yang lebih dari separuh lapisan atas dalam 80 cm adalah tanah organik.
Tanah organik yang lebih tipis tetapi langsung terletak di atas batuan atau bahan batuan yang
retakan-retakannya terisi BO.
B.O. Tanah dibedakan :
- Fibric : dekomposisi paling sedikit, berserabut, BJ sangat rendah (<0,1), kadar air tinggi,
warna coklat.
- Hemic : peralihan dengan demoposisi separuhnya, masih berserabut BK : 0,07 – 0,18, kadar
air tinggi, warna leibh kelam
- Sapric : Dekomposisi paling lanjut, sedikit berserabut, BJ ³ 0.2, kadar air tak terlalu tinggi,
warna hikam & coklat kalam.

Gambut :
- Mengandung BO yang sangat banyak sehingga tak alami perkembangan profil dan
horisonisasi.
- Akumulasi sisa-sisa vegetasi yang telah alami humifikasi tetapi belum alami mineralisasi.
- Humifikasi lebih besar daripada mineralisasi.
- Hasil mineralisasi gambut berwarna proses pembusukan dan penguraian sehingga
membentuk humus.

Proses :
1. Pelarutan bahan yang larut
2. Penguraian selulosa dan kemiksinan degna lambat
3. Akumulasi bagian tanapa yang rersisten : lignin, malam (was) akumulasi hars, suberine,
cutine sehingga [C] relatif tinggi.
4. Pembentukan protein dan jasad renik yang memecah selulosa dan hemiselulosa dan hidup
atas bantuan hasil pengurangan ® bakteri bertambah banyak. [N] lebih besar dari daripada
dalam tanaman.
5. Berdasar susunan bahan analisis :
a. Sedimentary peat (campuran tanaman air seperti : lily, plankton, dan lain-lain)
b. Fibrous peat (campuran berbagai macam lumut, spagnum, rumput)
c. Woody peat (campuran pohon-pohon hutan dan tanaman bawah)
6. Berdasar pembentukan (Polak, 1941)
a. Gambut ombrogen : terpengaruh CH yang airnya tergenang
b. Gambut topogen : terpengaruh topografi
c. Gambut pegunungan : di daerah tinggi

Susunan Kimia Gambut Ombrogen dan Gambut Hutan Payau (%)

Lokasi BO Abu N P2O5 K2O CaO Peneliti


Martapura – 3,10 1,81 0,083 0,127 -,074 Polak (1941)
Banjarmasin
Martapura – - 1,81 1,56 0,068 0,180 0,136
Banjarmasin
Ponggalian (Riau) - 3,00 1,06 0,040 0,210 0,328
Ponggalian (Riau) - 4,48 1,52 0,042 0,029 0,167
Ponggalian (Riau) - 1,96 1,23 0,021 0,042 0,073
Pontianak - 1,27 1,17 0,030 0,110 0,345
Pontianak - 0,72 0,93 0,010 0,070 0,139
Kahayan 82,39 15,97 5,26 0,274 0,136 0,104 Van wijk
(1951)
Kahayan 74,83 15,69 3,67 0,195 0,136 0,087
Daerah Barito 91,70 5,86 5,65 0,133 0,096 0,136
Daerah Barito 84,24 13,70 2,50 0,138 0,154 0,066
Daerah Kapuas 80,11 15,36 1,95 0,240 0,129 0,256

Persoalan pendamping yang timbul dalam Pembukaan Gambut


- Timbul penyakit tanaman pertanian : penyakit pembukaan tanah, (seperti hama mentak)
® diatasi dengan pemupukan CuSO4 50-100 kg/ha (Hudig)
- Timbul penyakit grey speck disease : bintik-bintik nekrose pada daun.
® diatasi dengan pemupukan MnSO4 atau ZA
- Tanaman gejala kekurangan hara
® diatasi dengan pemupukan Ca NPK lengkap
- Tanaman gejala keracunan
CaCO3 : 15 ton/ha
DS : 250 kg/ha
K2SO4 : 200 kg/ha
N : 200 kg/ha
CuSO4 : 50 kg/ha

Kerugian pembukaan lahan gambut dengan pembakaran hutan dan gambut :


® (dimaksudkan untuk : membebaskan garam terlarut dan mempertinggi pH)
a. Reaksi gambut yang kaya kapur menjadi alkalis
b. Hilangnya gambut sebabkan tanah bawah tersembul
c. Lapisan b.o. yang subur di permukaan tanah hilang terbakar
d. Permukaan gambut menjadi rendah
e. Di musim kemarau sangat membahayakan lingkungan sekitar
f. Garam-garam yang basah, akibat pembakaran, akan dilarutkan dan dihanyutkan air hujan.
g. Pada musim kemarau, kepekatan garam air tanah sangat tinggi sehingga merusakkan
tumbuhnya tanaman (Polak, 1948)

Cara pembukaan gambut menurut Michigan (USA) :


- Dimulai dengan penebangan pohon-pohon hutan untuk dijadikan padang penggembalaan
untuk beberapa tahun
- Biarkan batang tumbuhan membusuk, kalau perlu dengan dinamit
- Dibajak dengan traktor (breaking plow), sehingga tanah sedalam 30 cm dibalikkan guna
membunuh vegetasinya.
- Tanah diratakan dengan garu/penggaruk
- Dipadatkan dengan wals seberat 1500 kg untuk perbaiki struktur
- Biarkan setahun, baru bisa ditanami
- Selama 2-4 tahun tanpa dibajak
- Dibuat drainase dengan menggali saluran drainase utama untuk merendahkan permukaan air
tanah
- Agar permukaan air tanah tak terlalu rendah, drainase dilaksanakan dengan pipa-pipa
drainase (panjang 45-60 cm, D = 75 cm) yang dikubur sedalam 1 m dengan jarak 15-90 m
(tergantung CH)
(Polak, 1948)

Sifat umum gambut :


- b.o. terlalu banyak
- belum alami horisonisasi
- warna coklat kelam hitam sampai hitam
- kadar air tinggi
- bereaksi asam (pH 3-5)
- Sebagai bahan koloid kuat yang mampu ikat air
- Mengandung mineral sesuai dengan kategori termuda
- Kadar C » 58%, [H] » 5,5%, [O] » 34,5% dan [N] » 2%
- BJ dan BV rendah

Kriteria tanah gambut : (Dachnowski dalam Kongres Ilmu Tanah II th 1930 di Leningred)
1. Luas endapan minimal 1 ha, sehingga dapat digambarkan dalam peta skala 1 : 75.000 s/d 1 :
25.000
2. Tebalnya lebih dari 0,5 m

Klasifikasi tanah organik :


1. Menurut Dachnowskii (1935) membedakan :
a. Tanah gambut : ber b.o. ³ 65%
b. Tanah bergambut (peaty soil) : kadar b.o : 35% - 65%
c. Tanah humus : kadar b.o. = 12% - 35%
2. Berdasar susunan kimia
a. Eutrop : lanjut
b. Mesotrop : tengah
c. Oligotrop : awal
3. Berdasar cuaca
a. Supra – aquatic
b. Infra – aquatic

You might also like