You are on page 1of 21

ASPEK KEBAHASAAN DALAM

PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA

Oleh
Masnur Muslich
Jurusan Sastra Indonesia FS UM

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)


PSG Rayon 15 Malang
2008
Pengantar
 Dalam KTSP SMP/MTs Bidang Studi Bahasa Indonesia
tidak terlihat secara jelas aspek kebahasaannya.
 Sebagian silabus yang disusun oleh masing-masing
sekolah pun tidak memunculkan aspek kebahasaan
dalam kompetensi dasarnya.
 Yang ditonjolkan adalah aspek keterampilan berbahasa
dan bersastra.
 Hal ini tidak berarti guru harus mengabaikan aspek
kebahasaan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
 Aspek kebahasaan justru harus dikemas secara
terprogram dalam setiap pembelajaran keterampilan
berbahasa dan bersastra sesuai dengan keperluan dan
konteksnya.
Tujuan
 Anda disegarkan kembali tentang aspek dan
ruang lingkup kebahasaan yang perlu
diperhatikan dalam setiap pembelajaran
keterampilan berbahasa dan bersastra.
 Anda diharapkan mampu mereviu atau
merefleksi diri apakah selama ini Anda telah
memperhatikan aspek kebahasaan dalam
setiap pembelajaran dan melaksnakannya
dengan benar.
Jangkauan Materi

Fonologi, morfologi, semantik, dan


sintaksis, khususnya tentang:
(1) penggunaan ejaan dan pelafalan,
(2) pembentukan kata,
(3) pemilihan kata dan pemakaian istilah,
(4) struktur kalimat dan pembentukan
frase,
(5) penyusunan kalimat efektif.
1. Penggunaan Ejaan dan Pelafalan
1.1 Penggunaan Ejaan
1.1.1 Penulisan Kata
(1) penulisan kata dasar
(2) penulisan kata berimbuhan
(3) penulisan kata ulang
(4) penulisan gabungan kata
(5) penulisan kata ganti
(6) penulisan kata depan
(7) penulisan kata sandang
(8) penulisan partikel
(9) penulisan angka dan lambang bilangan.
1.1.2 Pemakaian Tanda Baca
 Tanda baca sering diterapkan secara salah
dalam tulis-menulis. Kesalahan ini terjadi
karena pemakainya enggan menelaah
pedoman ejaan yang ada, meskipun mereka
ragu ketika menerapkannya.
 Tanda baca (pungtuasi) di dalam EYD
membicarakan pemakaian (1) tanda titik, (2)
tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda titik
dua, (5) tanda hubung, (6) tanda elipsis, (7)
tanda tanya, (8) tanda seru, (9) tanda kurung,
(10) tanda kurung siku, (11) tanda pisah, (12)
tanda petik ganda, (13) tanda petik tunggal,
(14) tanda garis miring, dan (15) tanda
apostrof.
1.2 Pelafalan
 Hingga saat ini usaha untuk membakukan lafal
dalam bahasa Indonesia terus dilakukan,
namun hasilnya belum dapat dikatakan
optimal.
 Penyebabnya: banyaknya bahasa daerah
dengan berbagai logat dan derasnyr unsur
bahasa asing yang masuk ke dalam bahasa
Indonesia
 Secara umum masalah pelafalan dalam
bahasa Indonesia menyangkut tiga hal, yakni
pelafalan huruf, pelafalan singkatan, dan
pelafalan kata.
2. Pembentukan Kata (Proses
Morfologis)
 Berdasarkan strukturnya, suatu kata dapat
digolongkan atas dua macam, yaitu kata yang
bermorfem tunggal atau monomorfemis dan kata
yang bermorfem lebih dari satu atau
polimorfemis.
 Kata yang monomorfemis tidak akan mengalami
peristiwa pembentukan sebelumnya sebab
morfem itu merupakan satu‑satunya unsur atau
anggota kata.
 Kata yang polimorfemis mengalami peristiwa
pembentukan sebelumnya. Peristiwa
pembentukan ini biasanya disebut proses
morfologis.
2.1 Ciri kata yang mengalami proses
morfologis
 Morfem‑morfem yang membentuk atau yang
menjadi unsur kata berbeda‑beda fungsinya.
Ada yang berfungsi sebagai tempat
penggabungan dan ada yang berfungsi
sebagai penggabung.
 Contoh: morfem {tulis}, {bangun}, {murid}, dan
{gelap} berfungsi sebagai tempat
penggabungan, sedangkan morfem {meN‑},
{peN‑an}, {ulang}, dan {gulita} berfungsi
sebagai penggabung.
 Morfem yang sebagai tempat penggabungan
biasanya disebut bentuk dasar.
2.2 Macam Proses Morfologis
Dalam bahasa Indonesia, terdapat tiga
macam peristiwa pembentukan kata
(1) pembentukan kata dengan
menambahkan morfem afiks pada
bentuk dasar (afiksasi)
(2) pembentukan kata dengan mengulang
bentuk dasar (reduplikasi)
(3) pembentukan kata dengan
menggabungkan dua atau lebih bentuk
dasar (komposisi)
2.3 Proses Pembubuhan Afiks (Afiksasi)
 Pembentukan kata dengan jalan
membubuhkan afiks pada bentuk dasar.
 Contoh:
- {meN‑} + tatar => menatar
gigit => menggigit
daki => mendaki
kukur => mengkur
baca => membaca
pikir => memikir
babi buta => membabi buta
- {ber‑} + satu padu => bersatu padu
2.4 Proses Pengulangan (Reduplikasi)
 Peristiwa pembentukan kata dengan
jalan mengulang bentuk dasar, baik
seluruhnya maupun sebagian, baik
bervariasi fonem maupun tidak, baik
berkombinasi dengan afiks maupun
tidak.
 Contoh:
- sepeda-sepeda <= sepeda
- memukul‑mukul <= memukul,
- gerak‑gerik <= gerak
- kata buah‑buahan <= buah
2.5 Proses Pemajemukan (Komposisi)
 Peristiwa bergabungnya dua morfem dasar atau
lebih secara padu dan menimbulkan arti yang
relatif baru. Hasil proses ini disebut bentuk
majemuk.
 Contoh:
- kamar tidur => kamar + tidur
- buku tulis => buku + tulis
- kaki tangan => kaki + tangan
- keras kepala => keras + kepala
- mata air => mata + air
- sapu tangan => sapu + tangan
- simpang siur => simpang + siur
3. Pemilihan Kata dan Pemakaian
Istilah

3.1 Pemilihan Kata


 Pilihan kata atau “diksi” tidak hanya terkait
dengan dunia kesastraan.
 Ketika Anda berbicara dengan orang lain,
berpidato, mengajar, menulis surat, atau menulis
karangan ilmiah, pilihan kata yang tepat sangat
diperlukan.
 Jika hal itu tidak Anda lakukan, orang lain akan
bisa menganggap, misalnya, Anda tidak sopan,
karangan atau pembicaraan kurang berbobot,
kurang bernilai.
3.2 Pemakaian Istilah
 Istilah ialah kata atau gabungan kata yang dengan cermat
mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat
yang khas dalam bidang tertentu. Kata => - memiliki makna
yang bersifat umum
- dapat dipakai dalam berbagai bidang
kegiatann atau berbagai bidang ilmu
- disebut kata umum
- Contoh: bunyi, cara, alat, kelas satu
 istilah => - memiliki makna yang bersifat khusus, tetap,
dan pasti
- dipakai dalam satu bidang kegiatan atau
satu bidang ilmu tertentu
- disebut kata khusus
- Contoh: fonem, konsonan, vokal, metode,
pendekatan, strategi, teknik, instrumen,
kelas bulu, kelas bantam
4. Struktur Kalimat
 Terdapat bermacam-macam struktur
kalimat dalam bahasa Indonesia.
 Secara umum struktur-struktur itu dapat
dilihat dari empat sudut pandang:
- berdasarkan bentuk sintaktis
- peran subjek
- jumlah klausa
- cara pengungkapannya.
4.1. Struktur Kalimat Ditinjau dari
Bentuk Sintaktisnya
 kalimat berita
 kalimat perintah
 kalimat tanya
 kalimat seru
(Alwi, 1993)
4.2 Struktur Kalimat Ditinjau dari Peran
Fungsi Sintaktisnya
 kalimat aktif
 kalimat pasif.

Pada kalimat aktif, subjek (S) berperan


sebagai pelaku, sedangkan pada kalimat pasif,
S berperan sebagai penderita.
4.3 Struktur Kalimat Ditinjau dari
Jumlah Klausanya
 kalimat tunggal
 kalimat majemuk.

Kalimat tunggal hanya terdiri atas satu klausa,


sedangkan kalimat majemuk terdiri atas dua
klausa atau lebih (Alwi, 1993).
4.4 Struktur Kalimat Ditinjau dari Cara
Pengungkapannya
 kalimat langsung
 kalimat taklangsung
(Alwi, 1993)
Terima kasih

You might also like