Professional Documents
Culture Documents
KELUARGA
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan
dan emosional dan individu mempunyai peran masing – masing yang merupakan bagian dari
keluarga (Friedman, 1998).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Depkes. RI. 1998).
Menurut Salvicion G. Bailon & Aracelis Maglaya (1989) dalam Effendy (1998) menjelaskan
bahwa keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing – masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan.
Menurut Sayekti (1994) dalam Suprajitno (2004) menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan /
persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup
bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa
anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah beberapa individu yang
tinggal dalam sebuah keluarga yang mempunyai ikatan perkawinan, ada hubungan keluarga,
sanak famili, maupun adopsi yang hidup bersama sesuai dengan tujuan keluarga tersebut.
TIPE KELUARGA :
Tipe keluarga dibagi menjadi 2, yaitu tipe tradisional dan modern, antara lain :
A. Keluarga Tradisional
1. Keluarga inti (Nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang
diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).
B. Keluarga Modern
1. Keluarga berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
2. Keluarga duda / janda (Single family) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau
kematian.
3. Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan
hidup secara bersama.
4. Keluarga kabitas (Cohabitation) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga.
5. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (The
single adult living alone).
6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (Gay and lesbian family).
PEMEGANG KEKUASAAN DALAM KELUARGA
1. Patriakal, adalah kekuasaan yang dominan dipegang oleh ayah.
2. Matriakal, adalah kekuasaan yang dominan dipegang oleh ibu.
3. Equalitarian, adalah kekuasaan yang dipegang bersama / seimbang antara ayah dan ibu.
PERANAN KELUARGA
1. Peranan ayah, adalah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga.
2. Peranan Ibu, adalah sebagai istri dan ibu ddari anak-anaknya, ibu mempunyai peran mengurus
rumah tangga, pengasuh, pendidik, anak-anaknya.
3. Peranan Anak, adalah melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, social, dan spiritual.
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
Dibawah ini adalah perbedaan pembagian tahap perkembangan menurut Carter & Mc. Goldrick
(1989) dan Menurut Duvall (1985).
Tabel 1.1. Perbedaan tahap perkembangan
Carter & Mc. Goldrick
(family therapy perspective, 1989) Duvall
(sociological perspective, 1985)
1. Keluarga antara : masa bebas (pacaran) dewasa muda. Tidak dididentifikasi karena periode
waktu antara dewasa dan menikah tak dapat ditentukan.
2. Terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkainan. 1. Keluarga baru menikah
3. Keluarga yang memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai usia sekolah). 2. Keluarga
dengan anak baru lahir (usia anak tertua sampai 30 bulan).
3. Keluarga dengan anak prasekolah (usia anak tertua 2,5 tahun – 5 tahun).
4. Keluarga dengan usia sekolah (usia anak tertua (6 – 12 tahun).
4. Keluarga yang memiliki anak dewasa 5. Keluarga dengan anak remaja (usia anak tertua 13 –
20 tahun).
5. Keluarga yang mulai melepas anaknya untuk keluar rumah 6. Keluarga mulai melepas anak
sebagai dewasa (anak-anaknya mulai meninggalkan rumah).
7. Keluarga yang hanya terdiri terdiri dari orang tua saja/keluarga usia pertengahan (semua
anak meninggalkan rumah).
6. Keluarga lansia 8. Keluarga lansia
Berubahnya perkembangan keluarga diikuti dengan perubahan tugas perkembangan
keluarga dengan pedoman yang dimiliki keluarga. Tugas perkembangan keluarga dapat
dilihat sebagai berikut :
Tabel 1.2. Tugas perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangan
Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan (Utama)
1. Keluarga Membina hubungan intim yang memuaskanbaru menikah •
Membina hubungan dengan• keluarga lain , teman, dan kelompok social
Mendiskusikan rencana memiliki anak•
2. Keluarga Mempersiapkan menjadi orang tuadengan anak baru lahir •
Adaptasi dengan perubahan adanya anggota• keluarga, hubungan seksual.
Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.•
Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan (Utama)
3. Keluarga Memenuhi kebutuhan anggotadengan anak usia pra sekolah • keluarga, misal
kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
Membantu anak untuk bersosialisasi•
Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus
terpenuhi.•
Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam atau luar• keluarga (keluarga lain dan
lingkungan sekitar).
Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (biasanya• keluarga mempunyai tingkat
kerepotan yang tinggi).
Pembagian tanggung jawab anggota• keluarga
Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan• perkembangan anak.
4. Keluarga Membantu sosialisasi anak terhadapdengan anak usia sekolah • lingkungan luar
rumah, sekolah, dan lingkungan lebih luas (yang tidak/kurang diperoleh dari sekolah atau
masyarakat).
Mempertahankan keintiman pasangan•
Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota•
keluarga.
5. Keluarga Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggungdengan anak remaja •
jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi.
Mempertahankan hubungan intim dalam• keluarga.
Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindarkan terjadinya
perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.•
Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan (anggota)•
Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan (Utama)
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
6. Keluarga Memperluas jaringanmulai melepas anak sebagai dewasa • keluarga dari keluarga
inti menjadi keluarga besar
Memepertahankan keintiman pasangan•
Membantu anak untuk mandiri sebagai• keluarga baru di masyarakat
Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan dirumah.•
7. Keluarga Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahanusia
pertengahan •
Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak –anaknya dan sebaya.•
Meningkatkan keakraban pasangan•
8. Keluarga Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan
pasangannya.usia tua •
Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi; kehilangan pasangan, kekuatan fisik, dan
kehilangan• keluarga.
Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat•
Melakukan life review masa lalu•
STRUKTUR KELUARGA
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga
di masyarakat sekitarnya. Menurut Parad dan Caplan (1965) dalam Fiedman (1998) mengatakan
ada empat elemen keluarga, yaitu :
1. Struktur peran keluarga, adalah menggambarkan peran masing – masing anggota keluarga
dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat, baik peran formal maupun
informal.
2. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh
keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
3. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu
(orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada
keluarga besar) dengan keluarga inti.
4. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang
mendukung kesehatan.
Berdasarkan elemen diatas dapat disumsikan bahwa struktur keluarga adalah :
1. Keluarga merupakan sistem sosial yang memiliki fungsi sendiri.
2. Keluarga merupakan sistem sosial yang mampu menyelesaikan masalah individu dan
lingkungannya.
3. Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat mempengaruhi kelompok lain.
4. Perilaku individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku
dalam keluarga.
Berdasarkan struktur yang ada keluarga semestinya dapat memenuhi segala kebutuhan yang ada
termasuk yang paling mendasar adalah kebutuhan sosial ekonomi, di Indonesia sekarang sosial
ekonomi merupakan kendala besar yang mempengaruhi terwujudnya keluarga yang sejahtera.
Di Indonesia kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjadi 5 tahap, yaitu :
1. Keluarga Pra-sejahtera, adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, sandang, pangan papan, dan kesehatan, atau
keluarga yang belum dapat memenuhi keluarga sejahtera tahap I atau memenuhi salah satu
tahap atau lebih.
2. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I), adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya,
yaitu kebutuhan pendidikan, KB, interaksi keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat
tinggal, dan transportasi.
3. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II), adalah keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar
secara inimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan psikologisnya, tetapi belum dapat
memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu kebutuhan untuk menabung dan memeperoleh
informasi.
4. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan dasar, kebutuhan social psikologis, dan kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat
memberikan sumbangan (kontribusi) pada masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu)
dalam bentuk material, organisasi, dan lain sebagainya.
5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus), adalah keluarga yang telah memenuhi
seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, social psikologis, maupun pengembangan, serta
telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
Dari berbagai indikator keluarga sejahtera diatas di Indonesia masih ditemukan banyak
masyarakat yang belum memenuhi standar indikator tersebut, dengan kata lain masyarakat di
Indonesia masih banyak di bawah garis kemiskinan. Keluarga adalah keluarga prasejahtera
dan keluarga sejahtera I (KS I). Tahun 2000 BKKBN menetapkan sembilan indikator keluarga
miskin.
FUNGSI KELUARGA
Secara umum fungsi keluarga menurut (Friedman, 1998) adalah sebagai berikut :
1. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi
ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function)
adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi
dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan (the health care function), yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
Sesuai dengan perkembangan masyarakkat di Indonesia, beberapa fungsi perkembangan juga
berkembang sesuai dengan keadaan yang disimpulkan menjadi :
1. Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang mampu
menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya keluarga.
2. Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan dikategorikan strata
sosialnya oleh keluarga lain yang berada disekitarnya.
3. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar
terhadap pendidikan anak-anaknya untuk mengahadapi kehidupan dewasanya.
4. Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan mampu
menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.
5. Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhdap penyakit yang
mungkin dialami keluarga.
6. Fungsi religius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan mengamalkkan
ajaran keagamaan.
7. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang dapat
mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.
8. Fungsi reproduksi, bukan hanya mengembangkan keturunan, tetapi juga merupakan tempat
mengembangkan fungsi reproduksi secara universal (menyeluruh), diantaranya; seks yang sehat
dan berkualitas, pendidikan sex bagi anak, dll.
9. Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah.
TEORI STRESS KELUARGA
Keluarga dalam melaksanakan kebersamaan dan stabilitas dalam keutuhan sesama anggota
keluarga dimungkinkan memiliki bentuk permasalahan maupun stressor. Dalam mengkaji
keluarga perlu digali tetang kondisi; 1). Apakah masalah keluarga diurus secara memadai oleh
anggota keluarga atau tidak, 2). Kejadian krisis dalam keluarga, 3). Apakah masalah
merupakan bagian dari ketidakmampuan keluarga secara kronis dalam menyelesaikan masalah.
Krisis
Situasi krisis timbul karena sumber dan strategi koping keluarga yang adaptif tidak afektif
mengatasi ancaman stressor, situasi krisis yaitu; suatu keadaan masa kacau dalam kehidupan
sebuah keluarga ketika sebuah kejadian yang penuh dengan stress atau rentetan kejadian yang
sangat menuntut sumber-sumber keluarga dan kemampuan koping tanpa ada penyelesaian
masalah. Situasi krisis dicirikan dengan kondisi ketidakstabilan keluarga.
Sumber Koping Keluarga, meliputi respon koping internal dan eksternal. Sumber koping
internal keluarga terdiri dari kemampuan keluarga yang menyatu sehingga menjadi kohesif dan
integrasi. Integrasi keluarga memerlukan pengontrolan dari subsistem lewat ikatan kesatuan.
Sumber koping eksternal berhubungan dengan penggunaan system pendukung social oleh
keluarga yaitu, kemampuan keluarga dalam memperoleh persetujuan dari mereka untuk
memenuhi kebutuhan terhadap informasi, barang dan pelayanan.
Strategi koping dalam mengatasi permasalahan keluarga antara lain :
1. Strategi koping keluarga internal ;
a. Mengandalkan kelompok keluarga
b. Penggunaan humor
c. Pengungkapan bersama semakin meningkat (memelihara ikatan)
d. Mengontrol arti atau makna dari masalah pembentukan kembali kognitif dan penilaian pasif.
e. Penyelesaian masalah secara bersama – sama
f. Fleksibilitas peran
g. Normalisasi
2. Strategi koping keluarga eksternal
a. Mencari informasi
b. Memelihara hubungan aktif dengan komunitas
c. Mencari dukungan social, penggunaan jaringan dukungan informal, penggunaan system social
formal, penggunaan kelompok mandiri.
d. Mencari dukungan spiritual.
3. Strategi adaptif disfungsional
a. Penyangkalan terhadap masalah dan eksploitasi terhadap satu anggota keluarga atau lebih.
Eksploitasi nonfisik, tapi eksploitasi aktif yang jelas emosional, mengkambing hitamkan,
menggunakan ancaman.•
Eksploitasi emosional nonfisik; mengabaikan anak.•
Eksploitasi fisik dan emosional yang digunakan; penyiksaan anak, penyiksaan orang tua,
kekerasan suami istri.•
b. Penyangkalan terhadap masalah keluarga; mekanisme adaptif merusak kemampuan keluarga
untuk memenuhi fungsi affektif.
Penyangkalan kelihatan dalam system keyakinan• keluarga; mitos keluarga, penggunaan
ancaman.
Penyangkalan• dipertahankan melalui adanya jarak emosi, kebiasaan-kebiasaan, dan tradisi-
tradisi tertentu, triangling dan pseudomutualitas.
c. Pisah dan hilangnya anggota keluarga. Ditinggal suami atau istri, institusionalisasi, cerai,
ketidakhadiran anggota keluarga secara fisik.
d. Otoritarianisme (menyerah kepada dominasi yang jelas).
TUGAS KELUARGA DI BIDANG KESEHATAN
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas yang perlu dipahami
dan dilakukan, meliputi :
1. Mampu mengenal masalah kesehatan keluarga
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan yang dialami anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun keluarga harus memahami adanya perubahan tersebut sehingga tugas
keluarga dapat berfungsi optimal.
2. Mampu memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai
dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
3. Mampu merawat keluarga yyang mengalami gangguan kesehatan
Keluarga diharapkan mampu merawat anggota keluarga yang sakit walaupun dengan bantuan
tenaga kesehatan, dan diharapkan pula seminimal mungkin dapat melakukan pertolongan
pertama.
4. Mampu memodifikasi lingkungan keluarga.
Dengan kemampuan memodifikasi lingkungan keluarga mampu melakukan tindakan preventif
maupun rehabilitatif dalam upaya peningkatan kesehatan keluarga.
5. Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.
Kemampuan keluarga dalam pemanfaatan tenaga / tempat kesehatan diharapkan sudah mampu
dilakukan oleh keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.
ALASAN KELUARGA SEBAGAI KLIEN
Penekanan keluarga keluarga sebagai focus dalam pelaksanaan pada pelayanan kesehatan
komunitas / masyarakat, menurut Tinkham & Voorhies (1984) percaya bahwa keluarga
menyediakan sumber-sumber yang penting untuk memberikan pelayanan kesehatan yang penting
bagi orang.
Dibawah ini merupakan alasan – alasan yang harus menjadi focus perawatan keluarga :
1. Keluarga merupakan sebuah unit, keluarga merupakan jaringan yang mempunyai ikatan erat
dimana salah satu anggota keluarga mempunyai masalah akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lain.
2. Ada hubungan kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya, bahwa peran dari
keluarga sangat berpengaruh dalam mencapai suatu keadaan sehat (wellness).
3. Melalui perawatan kesehatan berfokus pada peningkatan perawatan diri (self care), pendidikan
kesehatan, konseling keluarga serta upaya yang berarti dapat mengurangi resiko penyakit.
4. Upaya menemukan kasus merupakan salah satu alasan baik untuk memberikan perawatan
kesehatan.
5. Seseorang dapat mencapai suatu pemahaman yang lebih jelas terhadap individu dan keluarga
berfungsi sebagai dukungan dalam konteks keluarga.
6. Mengingat keluarga adalah system pendukung yang vital, sumber ini perlu disatukan dalam
perencanaan tindakan.
KELUARGA SEBAGAI SISTEM
Pengertian system adalah kumpulan dari beberapa bagian fungsional yang saling berhubungan
dan tergantung satu dengan yang lain dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.
Alasan keluarga disebut sebagai system adalah sebagai berikut :
1. Keluarga mempunyai subsistem; anggota, fungsi, peran, aturan, budaya, dan lainnya yang
dipertahankan dalam kehidupan keluarga.
2. Saling berhubungan dan ketergantungan antar subsistem.
3. Merupakan unit (bagian) terkecil dari masyarakat yang dapat memenuhi supra-sistemnya.
Lingkungan
Proses
Input
Output
Umpan balik
KONSEP KELUARGA
1.Definisi Keluarga
Definisi keluarga dikemukakan oleh beberapa ahli :
a.Reisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing
mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek.
b.Logan’s (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan sebuah kumpulan beberapa komponen yang saling
berinteraksi satu sama lain.
c.Gillis (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki
tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai arti sebagaimana unit
individu.
d.Duvall
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota.
•Keluarga Berencana
Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
•Kualitas keluarga
Kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya,
kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai agama yang merupakan dasar untuk
mencapai keluarga sejahtera.
•Kemandirian keluarga
Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pembangunan,
mendewasakan usia perkawinanan, membina dan meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur
kelahiran dan mengembangkan kualitas dan keejahteraan keluarga, berdasarkan kesadaran dan
tanggungjawab.
•Ketahanan Keluarga
Kondisi dinamik sebuah keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung
kemampuan fisik-material dan psikis-mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan
diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan
kebahagiaan batin.
•NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera)
Suatu nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang membudaya dalam diri
pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera dengan jumlah
anak ideal untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
Dari beberapa pengertian tentang keluarga, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik
keluarga adalah:
•Terdiri dari dua orang atau lebih yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan, adopsi
•Biasanya anggota keluarga tinggal bersama atau jika terpisah tetap memperhatikan satu sama
lain
•Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sendiri-
sendiri
•Mempunyai tujuan (menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan
fisik, psikologis dan sosial anggota)
2.Tipe/Bentuk Keluarga
Keluarga merupakan salah satu bagian dari bidang garap dunia keperawatan, oleh karena itu
supaya perawat bisa memberikan asuhan keperawatan dengan tepat, perawat harus memahami
tipe keluarga yang ada..
A.Tradisional
•The Nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak
•The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
•Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan
diri.
•The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya yang disebabkan karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
•The extended family
Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti
nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan
•The single parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya
melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)
•Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat
tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pad saat
”weekend”
•Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu
rumah.
•Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi,
telepon,dll)
•Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya.
•The single adult living alone/single adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan
(perceraian atau ditinggal mati)
B.Non-Tradisional
•The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
•The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri
•Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi
anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
•The nonmarital heterosexsual cohabiting family
Keluarga yan ghidup bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
•Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana ”marital pathners”
•Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena beberapa alasan tertentu
•Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa
telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan
membesarkan anak.
•Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan
saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya
•Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam waktu
sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
•Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
•Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional
dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal
dalam kehidupannya.
Perilaku peran
Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga, sebaagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya, pelindung dan
sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik
fisik, mental, sosial dan spiritual
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk mengendalikan atau
mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif.
Tipe struktur kekuatan:
•Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap anak)
•Referent power (seseorang yang ditiru)
•Resource or expert power (pendapat ahli)
•Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima)
•Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
•Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)
•Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya
hubungan seksual)
Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam pengambilan keputusan
dalam keluarga seperti::
•Konsensus
•Tawar menawar atau akomodasi
•Kompromi atau de facto
•Paksaan
d.Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu
pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola
perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya
adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan
untuk menyelesaikan masalah.
B. Fungsi Keluarga
Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga. Fungsi keluarga
berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga tersebut.
Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan, resolusi konflik,
pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari internal maupun eksternal
Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam keluarga memerlukan dukungan
secara psikologi antar anggota keluarga, apabila dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan
menimbulkan konsekuensi emosional seperti marah, depresi dan perilaku yang menyimpang
Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi yang
jelas dan secara langsung. Komunikasi tersebut akan mempermudah menyelesaikan konflik dan
pemecahan masalah.
Mc Goldrick dan Carter (1985) mengembangkan model tahap kehidupan keluarga yang didasari
oleh ekspansi, kontraksi, dan penyusunan kembali (realigment) dari hubungan keluarga yang
memberikan support terhadap masuk, keluar dan perkembangan anggota keluarga. Model ini
diberikan dengan menggunakan aspek emosional, transisi, perubahan dan tugas yang diperlukan
untuk perkembangan keluarga.
Tingkat individu
Perawat memberi pelayanan perawatan kepada individu dengan kasus-kasus tertentu, pasien
dengan TBC, pasien dengan DM, ibu hamil dan sebagainya yang mereka jumpai di poliklinik.
Perawat melihat kasus ini sebagai individu dengan memperhatikan atau tanpa memberi perhatian
kepada keluarga atau masyarakat dimana pasien ini adalah anggotanya. Individu yang menjadi
sasaran perawatan dan yang menjadi pusat perhatian adalah masalah kesehatan individu itu serta
pemecahan masalahnya. Keluarga pasien tidak mutlak diikutsertakan dalam pemecahan
masalah.
Tingkat keluarga
Dalam tingkatan ini yang menjadi sasaran pelayanan adalah keluarga. Yang dimaksud keluarga
di sini adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan. Dalam tingkatan ini, anggota keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan akan dirawat sebagai anggota keluarga. Yang menjadi pusat dari perawatan
adalah keluarga. Maka perawat akan menghadapi pasien yaitu keluarga dengan ibu hamil,
keluarga dengan ayah berpenyakit TBC, keluarga dengan anak retardasi mental, dll.
Tingkat masyarakat
Masyarakat adalah kumpulan dari keluarga-keluarga. Kata masyarakat mengandung arti
geografis dan sosio-budaya. Yang menjadi obyek dan subyek perawatan adalah kelompok
masyarakat pada daerah tertentu dengan permasalahan kesehatan, misalnya masyarakat dengan
kejadian demam berdarah atau cholera
Dalam pemberian perawatan keluarga pengambilan keputusan tetap pada keluarga. Perawat
hanya membantu keluarga dalam mendapatkan keterangan dan pandangan yang realistik
terhadap masalah keunggulan dan kelemahan tiap tindakan yang mereka hadapi. Sehingga semua
penentuan kebijakan dan keputusan adalah hak, kewajiban dan tanggung jawab keluarga,
dimana perawat hanya memfasilitasinya.
Daftar pustaka
Bailon, S.G. dan Maglaya, A.S.,. 1997. Family health Nursing: The Process. Philiphines: UP
College on Nursing Diliman
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC
Shirley, M. H. H. 1996. Family Health Care Nursing : Theory, Practice, and Research.
Philadelphia : F. A Davis Company
Diposkan oleh Ns. Abdul Haris Awie, S.Kep di 23:14 0 komentar
Label: kep. keluarga
Tahapan dari proses keperawatan keluarga
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan
pendekatan sistematik untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu sebagai anggota
keluarga.
Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantungan satu sama lainnya dan bersifat
dinamis, dan disusun secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap yang
satu ke tahap yang lain.
3. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas setempat
c. Mobilitas geografis keluarga
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e. Sistem pendukung keluarga
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
b. Struktur kekuatan keluarga
c. Struktur peran
d. Nilai atau norma keluarga
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan
tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
b. Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauhmana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauhmana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat
anggota keluarga yang sakit. Sejauhmana pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit.
Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan, melakukan tindakan, melakukan perawatan
terhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat.
Hal-hal yang perlu dikaji sejauhmana keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan
keluarga adalah :
1). Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang perlu dikaji
adalah sejauhmana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
pengertian, tanda-gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga
terhadap masalah.
2). Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah :
- Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
- Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
- Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami
- Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit
- Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada
- Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
- Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah
3). Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Yang perlu dikaji adalah :
- Sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi,
prognosa, dan cara perawatannya)
- Sejauhmana keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang
dibutuhkan
- Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
- Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota
keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan/finansial, fasilitas fisik, psikososial)
- Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit
4). Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang
sehat. Hal yang perlu dikaji adalah :
- Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki
- Sejauhmana keluarga melihat keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan
- Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi
- Sejauhmana keluarga mengatahui upaya pencegahan penyakit
- Sejauhmana sikap/pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi
- Sejauhmana kekompakan antar anggota keluarga
5). Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan
kesehatan di masyarakat. Hal yang perlu dikaji adalah :
- Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan
- Sejauhmana keluarga memahami keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas
kesehatan
- Sejauhmana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan
- Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan
- Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga
d. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah berapa jumlah anak,
bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga dan metode apa yang digunakan
keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.
e. Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah sejauhmana keluarga
memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, serta sejauhmana keluarga memanfaatkan
sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
7. Pemeriksaan fisik
Dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak
berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
8. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang
ada.
Indonesia telah memasuki era baru, yaitu era reformasi yang ditandai dengan perubahan-
perubahan yang cepat disegala bidang, menuju kepada keadaan yang lebih baik. Di bidang
kesehatan tuntutan reformasi total muncul karena masih adanya ketimpangan hasil pembangunan
kesehatan antar daerah dan antar golongan, kurangnya kemandirian dalam pembangunan bangsa
dan derajat kesehatan masyarakat yang masih tertinggal di bandingkan dengan negara tetangga.
Reformasi bidang kesehatan juga diperlukan karena adanya lima fenomena utama yang
mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan yaitu perubahan pada
dinamika kependudukan, temuan substansial IPTEK kesehatan/kedokteran, tantangan global,
perubahan lingkungan dan demokrasi disegala bidang.
Berdasarkan pemahaman terhadap situasi dan adanya perubahan pemahaman terhadap konsep
sehat sakit, serta makin kayanya khasanah ilmu pengetahuan dan informasi tentang determinan
kesehatan bersifat multifaktoral, telah mendorong pembangunan kesehatan nasional kearah
paradigma baru, yaitu paradigma sehat.
Paradigma sehat yang diartikan disini adalah pemikiran dasar sehat, berorientasi pada
peningkatan dan perlindungan penduduk sehat dan bukan hanya penyembuhan pada orang sakit,
sehingga kebijakan akan lebih ditekankan pada upaya promotif dan preventif dengan maksud
melindungi dan meningkatkan orang sehat menjadi lebih sehat dan roduktif serta tidak jatuh
sakit. Disisi lain, dipandang dari segi ekonomi, melakukan investasi dan intervensi pada orang
sehat atau pada orang yang tidak sakit akan lebih cost effective dari pada intervensi terhadap
orang sakit. Pada masa mendatang, perlu diupayakan agar semua policy pemerintah selalu
berwawasan kesehatan, motto-nya akan menjadi "Pembangunan Berwawasan Kesehatan".
Bila secara konsekwen paradigma sehat telah kita gunakan, peningkatan derajad kesehatan
masyarakat akan lebih cepat tercapai dengan biaya yang lebih efisien. Sehingga viei Departemen
Kesehatan Indonesia Sehat 2010 dapat tercapai.
Untuk mencapai misi dan misi tersebut, telah dikembangkan pilar strategi pembangunan
kesehatan yang meliputi :
1. Paradigma sehat/pembangunan berawawasan kesehatan
2. Profesionalisme
3. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat
4. Desentralisasi
Apabila dikaitkan antara visi dan misi Depkes tersebut, maka dapat ditarik hubungan antara misi
ketiga (profesionalisme) yaitu; melalui "Pengembangan Sistem Pendidikan Tinggi
Keperawatan" dalam upaya mewujudkan keperawatan sebagai profesi di Indonesia. Hal ini
bertujuan memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu merata dan
terjangkau, dan perlu didukung oleh sumber daya pelaksana kesehatan termasuk didalamnya
tenaga keperawatan yang cukup baik dalam jumlah maupun kualitas melalui Pendidikan Tinggi
Keperawatan.
Apa tantangannya ?
Jika dianalisa lebih mendalam, ada empat tantangan utama yang sangat menentukan terjadinya
perubahan dan perkembangan keperawatan di Indonesia, yang secara nyata dapat dirasakan
khususnya dalam sistem pendidikan keperawatan, yaitu (1) terjadinya pergeseran pola
masyarakat Indonesia; (2) Perkembangan IPTEk; (3) Globalisasi dalam pelayanan kesehatan;
dan (4) Tuntutan tekanan profesi keperawatan.
Pergeseran pola masyarakat agrikultur ke masyarakat industri dan dari masyarakat tradisional
berkembang menjadi masyarakat maju, menimbulkan dampak dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat Indonesia, termasuk aspek kesehatan. Kendatipun masih ada masyarakat yang
menderita penyakit terkait dengan kemiskinan seperti infeksi, penyakit yang disebabkan oleh
kurang gizi dan pemukiman tidak sehat, tetapi penyakit atau kelainan kesehatan akibat pola
hidup modern juga sudah makin meningkat. Angka kematian bayi dan angka kematian ibu
sebagai indikator derajad kesehatan, masih tinggi. Peningkatan umur harapan hidup juga
mengakibatkan masalah kesehatan yang terkait dengan masyarakat lanjut usia seperti penyakit
generatif.
Begitu pula masalah kesehatan yang berhubungan dengan urbanisasi, pencemaran kesehatan
lingkungan dan kecelakaan kerja cenderung meningkat sejalan dengan pembangunan industri.
Selain masalah kesehatan yang makin kompleks, pergeseran nilai-nilai keluarga pun turut
terpengaruh di mana berkembang kecenderungan keluarga terhadap anggotanya menjadi
berkurang. Keadaan ini akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan
kelompok lanjut usia yang cenderung meningkat jumlahnya dan sangat memerlukan dukungan
keluarga. Selain daripada itu, kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan
penghasilan yang lebih besar membuat masyarakat Indonesia lebih kritis dan mampu membayar
pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.
Perkembangan IPTEk menuntut kemampuan spesifikasi dan penelitian bukan saja agar dapat
memanfaatkan IPTEK, tetapi juga untuk menapis dan memastikan hanya IPTEK sesuai dengan
kebutuhan dan sosial budaya masyarakat Indonesia yang akan diadopsi, disamping tentunya
untuk mengembangkan IPTEK baru lainnya. IPTEK juga berdampak pada biaya kesehatan yang
makin tinggi dan pilihan tindakan penanggulangan maslah kesehatan yang makin banyyak dan
kompleks, selain tentunya menurunkan jumlah hari rawat (Hamid, 1997; Jerningan, 1988).
Penurunan jumlah hari rawat mempengaruhi kebutuhan pelayanan keeshatan yang belih berfokus
kepada kualitas bukan hanya kuantitas, serta meningkatkan kebutuhan untuk pelayanan / asuhan
keperawatan di rumah dengan mengikutsertakan klien dan keluarganya. Perkembangan IPTEk
harus diikuti dengan upaya perlindungan terhadap hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang aman, hak untuk diberitahu, hak untuk memilih tindakan yang akan dilakukan dan hak
untuk didengarkan pendapatnya. Oleh karena itu, pengguna jasa pelayanan kesehatan perlu
memberikan persetujuan secara tertulis sebelum dilakukan tindakan (informed cinsent).
Pada dasarnya dua hal utama dari globalisasi yang akan berpengaruh terhadap perkembangan
pelayanan keseahtan termasuk pelayanan keperawatan adalah : 1) tersedianya alternatif
pelayanan, dan 2) persaingan penyelenggaraan pelayanan untuk menarik minat pemakai jasa
pelayanan kualitas untuk memberikan jasa pelayanan keseahtanyang terbaik. Untuk hal ini
berarti tenaga kesehatan, khususnya tenaga keperawatan diharapkan untuk dapat memenuhi
standar global dalam memberikan pelayanan / asuhan keperawatan. Dengan demikian
diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan profesional dengan standar internasional
dalam aspek intelektual, interpersonal dan teknikal, bahkan peka terhadap perbedaan sosial
bidaya dan mempunyai pengetahuan transtruktural yang luas serta mampu memanfaatkan alih
IPTEK.
Keyakinan bahwa keperawatan merupakan profesi harus disertai dengan realisasi pemenuhan
karakteristik keperawatan sebagai profesi yang disebut dengan profesional (Kelly & Joel,
1995).
Karakteristik profesi yaitu :
1. Memiliki dan memperkaya tubuh pengetahuan melalui penelitian
2. Memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain.
3. Pendidikan yang memenuhi standar
4. Terdapat pengendalian terhadap praktek
5. Bertanggung jawab & bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan
6. Merupakan karir seumur hidup
7. Mempunyai fungsi mandiri dan kolaborasi.