You are on page 1of 8

Senin, 14 September 2009

II. Epitel Kelenjar


II. EPITEL KELENJAR/ EPITHELIUM GLANDULARE
Sel epitel yang mampu mengeluarkan sekret disebut sel kelenjar
atau epitheliocytus secretorius atau glandulocytus. Jika sel-sel ini
membentuk epitel maka terjadilah epithelium glandulare. Epitel ini
bersama dengan jaringan lain dapat membentuk kelenjar atau
glandula.
KLASIFIKASI KELENJAR
Berdasarkan pemanfaatan hasil kelenjarnya secara garis besar
dibedakan menjadi kelenjar eksokrin dan kelenjar
endokrin. Krin berasal dari kata krinos yang berarti memisahkan atau
menghasilkan. Kelenjar eksokrin dimaksudkan untuk kelenjar-
kelenjar yang biasanya mempunyai saluran keluar untuk
mengangkut hasil kelenjarnya yang selanjutnya bermuara pada
permukaan dalam dan luar tubuh. Apabila hasilnya diangkut oleh
pembuluh darah atau pembuluh limfa, maka kelenjar demikian
dimasukkan kedalam kelenjar endokrin atau kelenjar hormon.
Karena kelenjar hormon tidak memiliki saluran keluar kadang-
kadang dinamakan juga sebagai kelenjar buntu dan hasilnya
dinamakan hormon. Namun bagi beberapa kelenjar endokrin yang
tidak mempunyai saluran keluar tidak dapat dimasukkan sebagai
kelenjar hormon.
Kedua jenis kelenjar yang disebutkan diatas kesemuanya
berasal dari membran epitel yang menutupi permukaan,yang pada
suatu saat tumbuh masuk ke dalam jaringan pengikat dibawahnya.
Kelompok sel-sel epitel yang mengadakan invasi tersebut
selanjutnya memperbanyak diri dan berdiferensasi untuk membentuk
kelenjar. Biasanya dalam pembentukan kelenjar eksokrin masih
tetap dipertahankan hubungannya dengan epitel permukaannya,
sedang untuk kelenjar endokrin sudah tidak lagi berhubungan.
Kelenjar eksokrin : kelenjar ini melepaskan sekret melalui
saluran kelenjar (duktus ekskretorius), misalnya kelenjar ludah atau
langsung dalam rongga alat berdekatan, misalnya pada kelenjar
dinding usus. Sel penghasil sekret dinamakan eksokrinosit.
Kelenjar endokrin: kelenjar ini melepaskan sekret langsung ke
dalam pembuluh darah atau limfe, dan diangkut ke alat atau jaringan
sasaran. Contoh pada kelenjar thyroidea, kelenjar suprarenalis. Sel
penghasil sekret atau hormon dinamakan endokrinosit.
Berdasarkan jumlah sel, kelenjar digolongkan menjadi
Kelenjar uniseluler:
Kelenjar ini hanya tersusun oleh 1 sel. Kelenjar jenis ini tidak
mempunyai saluran keluar, karena biasanya terdapat pada epitel
permukaan, misalnya pada epitel usus sebagai sel piala atau sel
cangkir atau “goblet cell”.
Kelenjar multiseluler:
Terdiri atas banyak sel, umumnya membentuk kelenjar.
Berdasarkan letak kelenjarnya terhadap epitel permukaan, maka
jenis kelenjar ini dibedakan menjadi:
Kelenjar intraepitelial, yaitu membentuk kelompok sel kelenjar
pada epitel permukaan tanpa saluran kelenjar (lihat gambara).
Kelenjar jenis ini dapat dijumpai pada epitel mukosa lambung dan
rongga hidung.
Kelenjar ekstraepitelial; jenis kelenjar ini merupakan kelenjar
yang terdapat dalam jaringan pengikat. Pada kelenjar jenis ini, dapat
dibedakan 2 bagian yaitu: Pars secretoria adalah bagian yang
menghasilkan sekrit dan Duktus ekskretorius adalah saluran yang
menampung sekrit dari pars sekretoria.
Berdasarkan bentuk Pars sekretorianya, dapat dibedakan
menjadi: Kelenjar tubuler, yang berbentuk pipa., Kelenjar alveoler
yang berbentuk sebagai labu., dan Kelenjar asiner yang bentuknya
mirip kelenjar alveoler tetapi lebih bulat. Kelenjar tubuler masih
dibedakan menjadi : tubuler lurus, tubuler bergelung dan tubuler
bercabang.
Berdasarkan jumlah lapisan sel epitel Pars sekretorianya,
dibedakan menjadi:
Kelenjar monotyche, yang terdiri atas 1 lapis sel (misalnya pada
kelenjar keringat) dan Kelenjar polyotyche, yang terdiri atas
beberapa lapis sel (misalnya kelenjar sebasea).
Berdasarkan bentuk duktus excretoriusnya, dapat
dibedakan: Kelenjar sederhana, karena duktus ekskretoriusnya tidak
bercabang dan Kelenjar kompleks, karena duktus ekskretoriusnya
bercabang-cabang. Dengan memperhatikan bentuk Pars sekretoria
dan duktus exkretorius , dalam tubuh dikenal berbagai jenis kelenjar
yaitu:
1. Kelenjar tubuler sederhana (Simple tubular gland):

a. Kelenjar tubuler lurus (misal: kelenjar usus besar)


b. Kelenjar tubuler bergelung (misal: kelenjar sudorifera)
c. Kelenjar tubuler bercabang (misal: kelenjar uterina)

2. Kelenjar tubuloalveoler sederhana (simple tubuloalveolar gland):


kelenjar ini terdapat selalu bercabang (misal: kelenjar sub-
mandibularis, kelenjar duodenalis brunneri).

3. Kelenjar alveoler sederhana (simple alveolar gland): contohnya pada


kelenjar sebasea yang terdapat pada kulit dan kelenjar meibomi
pada kelopak mata.

4. Kelenjar tubuler kompleks (compound tubular gland) : Kelenjar ini


mempunyai pars skretoria yang berbentuk tubuler dengan saluran
keluarnya yang bercabang yang akhirnya bermuara dalam satu
saluran utama. Contoh pada testis.

5. Kelenjar tubulo-alveoler kompleks (Compound tubulo-alveolar


gland): Kelenjar ini mempunyai pars sekretoria berbentuk alveoler
dan beberapa saluran keluar yang bermuara dalam saluran keluar
utama. Contoh pada kelenjar parotis, kelenjar submandibularis.

Berdasarkan cara pembentukan dan pelepasan sekret dikenal:


Kelenjar Merokrin: Isi lain sel kelenjar tidak diikutsertakan dalam
sekret, sehingga sel sama sekali tidak rusak.Contoh pada Pars
exocrin Pancreatis, kelenjar sudorifera.
Kelenjar Holokrin: Semua isi sel diikutsertakan dalam sekret.
Contoh pada kelenjar sebasea (kelenjar minyak), Sel-sel gamet
jantan dan betina.

Kelenjar Apokrin: Pada sekret diikutsertakan isi bagian puncak


sel, yang menjadi rusak. Contoh pada kelenjar axillaris, kelenjar
sirkumanale.
Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar eksokrin dapat dibedakan
menjadi:
Kelenjar Sitogen yaitu kelenjar yang menghasilkan sel-sel
sebagai sekretnya. Contoh pada testis dan ovarium.
Kelenjar Nonsitogen, yaitu kelenjar yang hasilnya tidak
mengandung sel-sel. Dari jenis kelenjar ini , dibedakan menjadi:
Kelenjar Mukosa, kelenjar Serosa dan kelenjar Seromukosa
(campuran).
Kelenjar Mukosa.
Sekret kelenjar mukosa bersifat kental. Bentuk sel kelenjarnya
piramidal dengan bagian puncahnya berisi tetes-tetes bahan
musinogen atau premusin sebagai bahan pembentuk lendir. Inti sel
berbentuk gepeng terdesak di daerah basal. Apabila premusin telah
dilepaskan oleh sel kelenjar, maka bahan tersebut berubah menjadi
mukus lendir. Diantara kelenjar-kelenjar yang termasuk jenis ini , ada
yang berbentuk uniseluler yaitu sel Piala.
Kelenjar Serosa:
Kelenjar ini menghasilkan sekretnya yang encer jernih yang
berbentuk sebagai albumin, kadang-kadang mengandung enzim.
Sel-sel Serosa juga berbentuk piramidal dengan inti berbentuk bulat
yang terletak agak di tengah. Butir-butir sekretoris bersifat asidofil. Di
bagian basal sel terdapat granular endoplasmis reticulum sehingga
pada pengamatan dengan mikroskop cahaya, tampak gambaran
yang bergaris-garis. Contoh pada kelenjar pankreas, kelenjar parotis.
Kelenjar Campuran:
Kelenjar yang merupakan campuran dari sel-sel kelenjar Mukosa
dan Serosa. Kadang-kadang sel-sel mukosa terdesak oleh sel
serosa sehingga membentuk gambaran sebagai bulan sabit yang
dinamakan Demiluna Gianuzzi. Contoh pada kelenjar
Submandibularis, kelenjar sublingualis.
Gambar : (A) Kelenjar Serosa ; (B) Kelenjar Mukosa;(C) Kelenjar
Seromukosa (campuran);(D) Kelenjar Demiluna.
Fungsi Jaringan epitel:

1. Sebagai penutup dan perlindungan (proteksi), karena epitel


melapisi permukaan dalam dan luar tubuh.

2. Sebagai alat absorbsi, misalnya epitel membatasi permukaan


dalam usus selain berfungsi perlindungan juga berperan dalam
proses penyerapan hasil-hasil pencernaan makanan yang bekerja
secara selektif.

3. Sebagai lubrikasi, sebagian besar saluran-saluran dalam tubuh


permukaannya harus tetap basah, sehingga epitel yang menutupi
harus mampu menghasilkan cairan tertentu, misalnya epitel yang
melapisi vagina yang tidak memiliki kelenjar.

4. Sebagai alat sekresi, dalam hal ini epitel tersebut bertindak sebagai
kelenjar.

5. Sebagai alat indera, misalnya epitelium sensorium.

DAFTAR PUSTAKA
Bloom W., and W. Fawcett, 1976. Tex Book of Histology ed. B.
Saunders CompanyPhiladelphia London.

Dellmann H.D and E.M Brown, 1976. Tex Book of Histology. Lea and
Febiger Phladelphia.

Mariono SH di Fiore, 1981. Atlas of Human Histology. Lea and


Febiger, Philadelphia.

Subowo, 1992. Histologi Umum . Pusat Antar Universitas-Ilmu Hayati


Institut Teknologi Bandung.
Diposkan oleh INK Bes di 07.19 

You might also like