You are on page 1of 6

Pendekatan Keterampilan Proses dalam

Pembelajaran IPA
Ditulis oleh Mahmuddin di/pada November 5, 2009

Pembelajaran biologi dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, antara lain


pendekatan inkuiri, keterampilan proses, konstruktivistik, dan sains teknologi
masyarakat. Kesemua pendekatan tersebut bertujuan menumbuhkan kemampuan
berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek
penting dalam kecakapan hidup. Oleh karena itu, pemberian pengalaman belajar
menekankan pada penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Pengembangan keterampilan proses siswa dapat dilatihkan melalui suatu kegiatan


pembelajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan proses. Pendekatan
keterampilan proses adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa,
sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori
dengan keterampilan intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan
untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para
ilmuwan, tetapi pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap
siswa menjadi ilmuwan.

Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara


efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Dengan
demikian, Pendekatan Keterampilan Proses adalah perlakuan yang diterapkan dalam
pembelajaran yang menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh
pengetahuan kemudian mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan memperoleh
pengetahuan dapat dengan menggunakan kemampuan olah pikir (psikis) atau
kemampuan olah perbuatan (fisik).

American Association for the Advancement of Science (1970), mengklasifikasikan


keterampilan proses menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu.
Keterampilan proses dasar meliputi, observasi (pengamatan), clasifying
(menggolongkan), communication (komunikasi), measuring (pengukuran), inferensi
(menyimpulkan), prediksi (meramalkan). Sedangkan keterampilan proses terpadu
meliputi pengontrolan variable, interpretasi data, perumusan hipotesa, pendefinisian
variabel secara operasional, merancang eksperimen.

Penilaian dalam keterampilan proses dilakukan selama proses pembelajaran (penilaian


proses) dengan menggunakan indikator dan kata operasional:

1. Mengamati: melihat, mendengar, merasa, meraba, mambaur, mencicipi,


mengecap, menyimak, mengukur, membaca.
2. Menggolongkan (mengklasifikasikan): mencari persamaan, menyamakan,
membedakan, membandingkan, mengontraskan, mecari dasar penggolongan.
3. Menafsirkan (menginterprestasikan): menaksir, memberi arti, mengartikan,
memposisikan, mencari hubungan, ruang-waktu, menentukan pola, menarik
kesimpulan, mengeneralisasikan.
4. Meramalkan (memprediksi): mengantisipasi berdasarkan kecenderungan, pola
atau hubungan antar data atau informasi.
5. Menerapkan/menggunakan (informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, sikap,
nilai atau keterampilan dalam situasi): menghitung, menentukan variabel,
mengendalikan variabel, menghubungkan konsep, merumuskan konsep,
pertanyaan penelitian, menyusun hipotesis, membuat modul.
6. Merencanakan penelitian: menentukan masalah/objek yang akan diteliti,
menentukan tujuan penelitian, menentukan ruang lingkup penelitian, menentukan
sumber data, menentukan alat, bahan, dan sumber kepustakaan, menentukan cara
penelitian.
7. Mengkomunikasikan: berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan,
merenungkan, meragakan, mengugkapkan, melaporkan (dalam bentuk lisan,
tulisan, gerak atau penampilan).

Penilaian dalam pembelajaran yang menggunakan keterampilan proses dapat dilakukan


secara tes dan nontes. Penilaian secara tes dapat dilakukan melalui ujian tertulis dan
lembar kerja. Sedangkan tes perbuatan dapat dilakukan melalui observasi dan tes
perbuatan. Namun demikian, secara spesifik penilaian sangat ditentukan oleh tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan serta kreativitas dan kemampuan guru

4. mengidentifikasi dan pengendalian variable


identifikasi fariabel adalah menandai karakteristik obyek atau factor dalam
kejadian/peristiwa yang tetap dan yang berubah didalam kondisi yang berbeda-beda.
Mengendalikan atau memanipulasi variabel adalah salah satu komponen penting didalam
melakukan kegiatan ilmiah. Misalnya penelitian atau percobaan.
Ada tiga variabel penting dalam penelitian ilmiah yaitu:
• variable bebas adalah variabel-variabel yang sengaja diubah-ubah oleh peneliti didalam
suatu penelitian
• variabel tergantung adalah variabel yang berubah didalam suatu penelitian sebagai
akibat dari perubahan variabel bebas
• variabel terkontrol adalah variabel yang sengaja dibuat konstan didalam suatu penelitian
untuk mendapatkan suatu hasil yang baik

A. VARIABEL
1. Apakah variabel itu?
Variabel adalah peubah,¬ yaitu konsep yang dapat berubah atau diubah; kata
yang menjelaskan tentang variasi dalam suatu kelompok atau obyek, misalnya;
kursi, gender, warna mata, hasil belajar, motivasi, kecepatan. Kadang-kadang juga
menjelaskan tentang sekelompok orang yang menjadi obyek, gaya belajar,
harapan hidup.
Ada pula ciri yang bersifat konstanta yang¬ tidak dapat berubah, misalnya bila
kita melakukan penelitian di kelas ◊tertentu. Individu dalam kelas ini tidak boleh
diubah variasinya sehingga merupakan sesuatu yang konstan, bukan variabel.
Contoh:
- Seorang peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh ’reinforcement’ terhadap
pencapaian hasil belajar siswa.
Peneliti tersebut kemudian membagi secara sistematis kelompok besar kelas 9
menjadi 3 subkelompok (kelas kecil). Kemudian ia melatih 3 orang guru untuk
memberikan ’reinforcement’ dengan 3 cara berbeda, yaitu dengan:
(1) pujian verbal
(2) hadiah imbalan uang
(3) nilai ekstra untuk setiap tugas yang berhasil dilakukan siswa.
Maka: ’reinforcement’ merupakan◊ suatu variabel (yang mengandung tiga variasi
perlakuan); sedangkan kelas 9 merupakan sesuatu yang konstan.
Kadang-kadang ada konsep yang memerlukan penjelasan, misalnya konsep kursi,
sebab ada berbagai jenis kursi yang disesuaikan dengan fungsinya: kursi makan,
kursi tamu, kursi malas dsb. Penjelasan untuk ’kursi’ tanpaknya mudah.
Ada pula konsep yang tidak mudah untuk dijelaskan, misalnya ’moltivasi’ yang
perlu disepakati artinya. Maka peneliti harus menjelaskan dengan baik agar
variabel ’motivasi’ ini dapat diukur.
Ada berbagai jenis variabel yang dapat diselidiki; peneliti harus memilih, karena
tidak mungkin ia meneliti semua jenis variabel. Variabel diharapkan memiliki
hubungan dan jika hubungan ini dapat diungkap, maka pemahaman kita tentang
fenomena yang diteliti akan lebih jelas dan bermakna.

Variabel kuantitatif kadang-kadang menggambarkan variasi derajat atau tingkatan


sebagai suatu kontinum dari yang rendah sampai tinggi misalnya badan, kecerdasan,
motivasi. Melalui cara kuantitatif dapat diukur bahwa A lebih pendek dari B; Ali lebih
cerdas daripada Didi; motivasai belajar di kelas A lebih tinggi daripada kelas B.
Variabel kuantitatif dapat pula dijelaskan melalui angka, dari 5-0, misalnya:
o 5 (amat sangat berminat),
o 4 (sangat berminat),
o 3 (berminat),
o 2 (cukup berminat),
o 1 (kurang berminat),
o 0 (tidak berminat).
Variabel kuantitatif dapat dibagi menjadi unit-unit yang lebih kecil yang lazim digunakan
untuk mengukur. Untuk ukuran panjang misalnya dapat dibagi menjadi km, meter,
sentimeter, milimeter, dll. Atau untuk bobot dibagi menjadi ton, kuintal, kg, gram,
milligram, dll.
Variabel kategorial tidak menggambarkan variasi derajat atau jumlah, tetapi menekankan
pada perbedaan kualitatif seperti warna mata, gender, agama, pekerjaan atau pada
penelitian pendidikan sering kali menentukan ”perlakuan” atau ”metode”. Jika seorang
peneliti hendak membandingkan dua kelas yang dikenai perlakuan berbeda misalnya
berbantuan komputer dan tanpa komputer, maka kedua kelas ini harus memiliki
kemampuan yang sama.

Berikut ini ini disajikan sejumlah variabel. Manakah yang termasuk variabel kuantitatif
dan variabel kategorial?
1) Merek mobil yang dimiliki
2) Kemampuan belajar
3) Etnis
4) Keterpaduan
5) Denyut jantung
6) Gender

Banyak peneliti pendidikan yang mengkaji hubungan antara


1) Dua atu lebih variabel kuantitatif misalnya,
o Usia sekolah dan minat belajar
o Kemampuan membaca dan kemampuan fisika
o Lamanya waktu menonton tv dengan tingkah laku agrsif pada anak
2) Satu variabel kategorial dan satu variabel kuantitaif
o Metode mengajar yang digunakan dan hasil belajar yang dicapai
o Pendekatan konseling dan tingkat kecemasan
o Gender siswa dan pujian yang diberikan oleh guru
3) Dua variabel kategorial
o Etnis dan pekerjaan orang ayah
o Gender guru dan subyek yang diajarkan
o Agama dan keanggotaam partai politik

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ole peneliti:


1) Secara konseptual: variabel ’kecemasan” menunjukkan derajat kecemasan (tinggi,
sedang, rendah) bukan suatu dikotomi ’ada’ atau ’tidak ada’ kecemasan.
2) Membagi variabel menjadi dua atau beberapa kategori akan menghilangkan informasi
rinci tentang variabel bila perbedaan individu berdasarkan kategori diabaikan.
3) Garis perbedaan pada kelompok misalnya tingkat kecemasan yang dibagi menjadi
’tinggi’, ’sedang’, ’rendah’ dapat diubah sewaktu-waktu (tidak mutlak).

3. Variabel yang dimanipulasi vs variabel hasil


Dalam penelitian eksperimen, peneliti biasanya memberikan dua atau lebih perlakuan
yang berbeda, sesuai dengan kondisi eksperimennya. Berarti ia menciptakan variabel.
Misalnya:
- Seorang peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh ‘reinforcement’ terhadap
pencapaian hasil belajar siswa.
Untuk itu ia membagi kelas menjadi 3 kelompok dengan perlakuan reinforcement yang
berbeda. Peneliti menentukan 3 macam reinforcement yang harus diberikan oleh guru
kepada siswa bila siswa menjawab benar. Variabel perlakuan yang ‘diciptakan’ oleh
peneliti ini disebut variabel eksperimental atau variabel yang dimanipulasi atau variabel
perlakuan.

Secara umum
1 variabel kuantitatif

1 variabel kategorial

Variabel hasil merupakan variabel yang dapat diukur sebagai akibat dari adanya
perlakuan; misalnya hasil belajar siswa, motivasi, minat.
Variabel hasil sangat bervariasi, tergantung pada individu atau kelompok yang dikenai
perlakuan pada situasi dan kondisi yang berbeda.
Contoh variabel hasil:
o Rasa tidak nyaman yang dialami pelamar pekerjaan yang tercermin pada saat
wawancara
o Kecemasan siswa sebelum ujian berlangsung
o Keterbukaan kelas
o Kemampuan mengungkapkan diri malalui tulisan
o Kelancaran berbahasa asing

4. Variabel bebas (independent) vs variabel tak bebas (dependent)


Hubungan antara variabel bebas dan veriabel tak bebas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Variabel bebas diasumsikan sebaggai dugaan ‘penyebab’ sedangkan variabel bebas


sebagai dugaan hasil.
Tidak semua variabel independent merupakan variabel yang dimanipulasi. Perhatikan
judul berikut:
“Hubungan antara keberhasilan siswa dalam fisika dengan pilihan karirnya di masa
dewasa”.

5. Variabel extraneous (variabel ekstra)


Masalah mendasar dalam penelitian adalah terkadang ada beberapa variabel bebas yang
dapat berpengaruh terhadap variabel tak bebas. Tetapi bila peneliti sudah memutuskan
variabel-variabel yang akan diteliti, maka ia juga harus memperhitungkan adanya
variabel lain. Variabel ini disebut variabel ekstra. Peneliti perlu mengendalikan variabel
ekstra ini, meniadakan atau meminimalkan pengaruhnya.
Variabel ekstra adalah variabel bebas yang belum dikendalikan.
Misalnya: variabel apakah yang dapat mempengarui pembelajaran siswa di kelas?
Ada banyak variabel yang berpengaruh dalam pembelajaran, seperti:
Kepribadian¬ guru,
Tingkat kecerdasan siswa,¬
Posisi jam mengajar,¬
Buku¬ ajar yang digunakan,
Bentuk kegiatan pembelajaran,¬
Metode¬ mengajar
Salah satu cara mengendalikan variabel ekstra adalah menjaga agar tetap konstan.
Misalnya bila peneliti hanya meneliti anak laki-laki, maka ia harus mengendalikan
variabel gender: gender dari subyek penelitian ini tidak bervariasi.

You might also like