You are on page 1of 26

IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DALAM LILIN

LEBAH DENGAN 13CARBON NUCLEAR MAGNETIC


RESONANCE (13C-NMR)

Natalia Debora (J3L108022)


Risna Sari (J3L108065)
Yunia Subaheti (J3L108114)
Marwan Ghozali (J3L108052)
Dewi Indah (J3L208126)

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA


DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini. Karya Tulis Ilmiah ini berjudul Identifikasi Senyawa Kimia dalam
Lilin Lebah dengan 13Carbon Nuclear Magnetic Resonance untuk memenuhi tugas
responsi mata kuliah Kepustakaan Kimia.
Karya tulis ilmiah ini membahas aplikasi dan penerapan metode
13
spektroskopi resonansi magnetic inti karbon C. Ucapkan terima kasih penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Ucapan terima
kasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Dr.Drs.Adi Santoso,M.S.
selaku koordinator Mata Kuliah Kepustakaan Kimia serta Listiani Nurul A.Md
dan Yosef, A.Md selaku asisten dosen Mata Kuliah Kepustakaan Kimia atas
bimbingan, saran dan pembelajaran mengenai tata cara penulisan karya ilmiah,
sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan.
Saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
diharapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi sarana pembelajaran
bagi pembaca di masa yang akan datang.

Bogor, 15 November 2010

Tim Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR________________________________________________i
DAFTAR ISI_______________________________________________________ii
DAFTAR GAMBAR________________________________________________iv
BAB I____________________________________________________________1
PENDAHULUAN__________________________________________________1
1.1 Latar Belakang________________________________________________1
1.2 Identifikasi_________________________________________________2
1.3 Hipotesis___________________________________________________2
1.4 Tujuan dan Manfaat____________________________________________2
1.5 Ruang Lingkup________________________________________________3
BAB II____________________________________________________________4
TINJAUAN PUSTAKA______________________________________________4
2.1 Deskripsi Instrumen__________________________________________4
2.2 Bagian-bagian alat Spektroskopi Resonansi Magnetik Nuklir__________6
a) Rack Mounted Computer______________________________________6
b) Switching Control Unit (Kotak RF)______________________________6
c) Shim Control Unit___________________________________________6
d) Power Supply_______________________________________________6
e) Magnet____________________________________________________6
f) Probe_____________________________________________________7
g) Heater Control Unit__________________________________________7
2.3 Kelebihan 13C-NMR__________________________________________7
2.4 Definisi Bahan______________________________________________8
2.5 Organisme Penghasil Bahan____________________________________8
2.6 Manfaat Lilin Lebah__________________________________________9
2.7 Komponen dalam Lilin Lebah__________________________________9
2.8 Sifat Fisis Lilin Lebah________________________________________9
BAB III__________________________________________________________11
BAHAN DAN METODOLOGI_______________________________________11
BAB IV__________________________________________________________12
iii

PEMBAHASAN___________________________________________________12
BAB IV__________________________________________________________18
PENUTUP________________________________________________________18
DAFTAR PUSTAKA_______________________________________________19
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Alat Spektroskopi Resonansi Magnetik Nuklir______________5


Gambar 2 Spektrum NMR Lilin Lebah_________________________________12
Gambar 3 13 C MAS spektra untuk lebah madu mentah Jepang_______________13
Gambar 4 13 C MAS spektra untuk lebah madu lebah mentah dari Jepang______15
Gambar 5 Waktu kontak ketergantungan dari rantai karbon metilen-internal____16
Gambar 6 Polarisasi C MAS spektrum dari rantai metilen lebah madu Jepang__17
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat
menyebabkan terjadinya perubahan dalam berbagai bidang kehidupan
manusia, tidak terkecuali di Indonesia. Ilmu pengetahuan dari berbagai
belahan dunia membawa banyak perubahan, bidang sosial, ekonomi,
pendidikan, dan teknologi di Indonesia. Selama lima puluh tahun terakhir,
spektroskopi resonansi magnetik nuklir (NMR) telah menjadi teknik yang
unggul untuk menentukan struktur senyawa organik. NMR adalah salah satu
analisis lengkap dibandingkan dengan metode spektroskopi lainnya, dengan
analisis berdasarkan interpretasi spektrum yang dihasilkan.
Proses analisis pada alat ini bersifat non-destruktif. Metode
spektroskopi jenis ini didasarkan pada penyerapan energi oleh partikel yang
sedang berputar di dalam medan magnet yang kuat. Energi yang dipakai
dalam pengukuran dengan metode ini berada pada daerah gelombang radio
75-0,5 m atau pada frekuensi 4-600 MHz, yang bergantung pada jenis inti
yang diukur. Inti yang dapat diukur dengan NMR 13C yaitu berbentuk bulat,
berputar, bilangan kuantum spin = ½, dan jumlah proton dan netron ganjil
seperti 1H, 19F, 31P, 11B, 13C. Dalam medan magnet, inti aktif NMR (misalnya
1
H atau 13C) menyerap pada frekuensi karakteristik suatu isotop.
Frekuensi resonansi, energi absorpsi dan intensitas sinyal
berbanding lurus dengan kekuatan medan magnet. Sebagai contoh, pada
medan magnet 21 Tesla, proton beresonansi pada 900 MHz. Nilai magnet
21 Tesla dianggap setara dengan magnet 900 MHz, meskipun inti yang
berbeda beresonansi pada frekuensi yang berbeda. Di Medan magnet bumi,
inti yang sama beresonansi pada frekuensi audio. Fenomena ini
dimanfaatkan oleh spektrometer 13C-NMR medan bumi, yang lebih murah
dan mudah dibawa. Instrumen ini biasanya digunakan untuk keperluan kerja
13
lapangan dan pengajaran. Salah satu aplikasi dari C-NMR yaitu untuk
2

menentukan struktur kimia suatu molekul berdasarkan resonansi magnetik


inti atomnya.
Lilin Lebah (Beeswax) adalah hasil proses metabolisme dari
kelenjar malam yang dimiliki lebah. Lilin lebah mengandung senyawa
organik hidrokarbon jenuh (saturated hydrocarbon), ester-ester, alkohol
monoester, kolesterol dan mineral-mineral tertentu dalam jumlah sedikit.
Tekstur lilin lebah dipengaruhi oleh suhu, pada suhu kamar lilin lebah
berbentuk padat dan sedikit lunak. Sementara pada suhu dingin lilin lebah
mudah pecah. Pemanfaatan lilin lebah dalam dunia industri banyak
digunakan sebagai bahan pembuat plester (kain pembalut), obat-obatan luar,
campuran bahan-bahan tahan air atau waterproof, cairan tinta, campuran
pensil, campuran semir dan zat pengkilat. Beberapa studi struktur asli dari
lilin lebah telah banyak dilaporkan, salah satunya dari lebah Jepang yaitu
Apis cerana japonica. Struktural lilin lebah ini diperlukan dalam rangka
memahami hubungan antara sifat, struktur, dan dasar untuk pemanfaatan
yang lebih luas. Struktur lilin lebah dapat ditentukan dengan menggunakan
13
C-NMR.

1.2 Identifikasi
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan masalah karya
tulis ini apakah struktur molekul yang terdapat dalam lilin lebah mentah
dapat ditentukan dengan 13C-NMR.

1.3 Hipotesis
Hipotesis dari karya tulis ini, diduga penentuan struktur molekul
dari lilin lebah mentah dapat ditentukan dengan 13C-NMR.

1.4 Tujuan dan Manfaat


Tujuan penelitian secara umum adalah mengetahui struktur
molekul lilin mentah melalui pergeseran kimia NMR dari 2 kelompok
internal CH, untuk memahami bagaimana struktur molekul lilin lebah
mempengaruhi sifat dan penggunaanya. Struktur molekul lilin lebah mentah
3

13
yang telah ditentukan dengan C-NMR diharapkan dapat menjadi dasar
sebagai pemanfaatan lilin lebah tersebut dan aplikasi 13C-NMR secara lebih
luas.

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup karya tulis ini adalah untuk menentukan struktur
molekul lilin mentah melalui pergeseran kimia NMR dari 2 kelompok
internal CH, untuk memahami bagaimana struktur molekul lilin lebah
mempengaruhi sifat dan penggunaannya.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Instrumen


Nuclear Magnetic Resonance Spectroscopy (NMR) adalah teknik
yang memanfaatkan sifat magnetik dari inti tertentu. Instrumen yang paling
13
umum adalah Spektroskopi Proton NMR dan Carbon NMR. Pada
prinsipnya, NMR dapat diaplikasikan pada setiap inti atom yang mempunyai
spin. Inti-inti atom unsur dikelompokkan menjadi 2 yaitu inti atom yang
mempunyai spin dan tidak mempunyai spin. Suatu inti berspin akan
menimbulkan medan magnet kecil yang diberikan oleh suatu momen
magnet nuklir, yaitu suatu vektor. Menurut para ahli kimia organik, nuklida
penting yang mempunyai spin inti ialah 1H dan 13
C. Isotop karbon dan
oksigen yang paling lazim (12C dan 16O) tidak mempunyai spin. Nuklida-
nuklida yang mempunyai spin dapat dimanfaatkan dalam spektroskopi
NMR, keduanya menyerap energi pada frekuensi yang berbeda
(Sastrohamidjojo 2002).
Suatu medan magnet luar spektroskopi dalam 13C-NMR diciptakan
oleh suatu magnet tapal kuda permanen atau suatu elektromagnet. Kuat
medan luar ini dilambangkan dengan H0 dan arahnya dinyatakan oleh
sebuah anak panah. Proton yang berotasi dengan momen magnetik
nuklirnya dapat diasumsikan seperti suatu batang magnet kecil. Bila
molekul yang mengandung atom-atom hidrogen diletakkan dalam medan
magnet luar, maka momen magnet dari tiap inti hidrogen atau proton
mengambil salah satu dari dua sifat (orientasi) dilihat dari medan magnet
luar itu. Kedua orientasi yang diambil oleh momen magnetik nuklir adalah
paralel atau antiparalel terhadap medan luar (Dorset DL. 1983).
Keberadaan resonansi magnetik nuklir disebabkan oleh penyerapan
radiasi elektromagnetik (daerah radiofrekuensi) oleh proton-proton dalam
suatu magnet (H0), yang membalik dari keadaan spin paralel ke antiparalel.
Proses tersebut dilakukan dengan cara membalik keadaan spin paralel ke
antiparalel ataupun sebaliknya. Prinsip analisis spektoskopi NMR
5

didasarkan pada penyerapan gelombang radio oleh inti-inti tertentu dalam


molekul organik saat molekul berada dalam medan magnet yang kuat.
(Yamanobe T, et all 1985).
13
Aplikasi resonansi magnet inti spektroskopi C-NMR digunakan
untuk analisis karbon. Hal ini sejalan dengan NMR proton (1H-NMR) dan
memungkinkan identifikasi atom karbon dalam molekul organik seperti
NMR proton mengidentifikasi atom hidrogen. 13C-NMR hanya mendeteksi
13 12
isotop karbon C, karena isotop karbon C nilai spin yang dimilikinya
adalah nol yang menyebabkannya tidak terdeteksi oleh NMR (Al-Waili NS.
2003). Bagan skema alat spektroskopi resonansi magnetik nuklir adalah
sebagai berikut :

Gambar 1 Skema Alat Spektroskopi Resonansi Magnetik Nuklir


6

2.2 Bagian-bagian alat Spektroskopi Resonansi Magnetik Nuklir


a) Rack Mounted Computer
Rack Mounted Computer memberikan kontrol pengawasan untuk
semua unit lain dalam kabinet analizer. Unit ini adalah Intel Celeron
PC disertakan dengan periferal standar dan I/Q fungsi, seperti
konverter analog ke digital untuk saluran I dan Q, papan sistem
kontrol, kontrol untuk sistem pertukaran sampel, dan sinthesizer
digital langsung (DDS). Hal ini juga menyediakan link komunikasi ke
komputer remote atau link modem.
b) Switching Control Unit (Kotak RF)
Switching Control Unit berisi komponen-komponen utama seperti,
osilator kristal 36 MHz, RF Sumber Modul, Modul Transmitter
Kunci, Kunci Penerima Modul, Modul Transmitter Utama, Pokok
Modul Transmitter Receiver, 36 MHz RF Filter.
c) Shim Control Unit
Unit kontrol Shim mengubah sinyal digital dari komputer shim dan
menghasilkan arus untuk pasangan kumparan 50-shim dan berisi
papan komunikasi untuk com ke komputer, ADC 50, dan 50 generator
saat ini.
d) Power Supply
Power Supply berisi modul keluaran digital untuk menghentikan
sampel dan sampel kontrol pertukaran katup, modul masukan digital
untuk mengatur waktu. Sebuah RS-485 Lapangan Point koneksi untuk
keluaran analog dan koneksi RS-485 Modbus untuk koneksi digital ke
DCS. Ini juga menyediakan semua tegangan operasi dc untuk sistem.
e) Magnet
Magnet bersifat permanen dan terbuat dari beberapa segmen besi
neodimium-boron. Bahan ini digunakan karena bidangnya sangat
tinggi rasio kekuatan massa mencapai kerapatan fluks yang diinginkan
dalam paket. Karena fluks harus sangat seragam di seluruh celah
udara, konstruksi magnet cukup rumit. Magnet ini dibuat dari
beberapa segmen terikat bersama untuk membentuk perakitan dasar.
7

Selain segmen berikat bahan magnetik, magnet masing-masing juga


berisi 50 gulungan kawat mengatur tentang Unit Shimming dipasang
di tengah magnet antara buah tiang. Kumparan ini digunakan sebagai
elektromagnet kecil dengan kekuatan dan polaritas yang dapat
dikontrol dengan memvariasikan arus melalui kumparan tersebut
sehingga dapat meningkatkan keseragaman bidang keseluruhan
perakitan magnet.
f) Probe
Probe sampel sudah terpasang di dalam magnet permanen di celah
udara antara kutub magnet. Probe berisi dua kumparan, kumparan
pertama adalah 'Main Coil', yaitu luka di sekitar tabung keramik atau
molibdenum yang dimasukkan ke dalam lubang melalui unit
shimming di tengah kesenjangan antara kutub magnet.
g) Heater Control Unit
Magnet Heater Control Unit mengontrol suhu magnet dan amplop.
Suhu magnet ditetapkan sebesar 41°C dan suhu amplop dijaga pada
37°C. Heater Control Unit dipasang pada dinding bagian dalam
Magnet Kabinet dan memiliki dua loop yang menerima sinyal
pengukuran masukan dari termistor terpasang di magnet itu sendiri
dan amplop. Keluaran kedua loop tersebut mengontrol arus untuk strip
pemanas listrik.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Instrumen 13C-NMR


Kelebihan dari metode ini berguna sekali untuk mengidentifikasi
struktur senyawa atau rumus bangun molekul senyawa organik. Meskipun
Spektroskopi Infra Merah juga dapat digunakan untuk tujuan tersebut,
analisis spektra NMR mampu memberikan informasi yang lebih lengkap.
Dampak spektroskopi NMR pada senyawa bahan alam sangat penting. Alat
ini dapat digunakan untuk mempelajari campuran analisis, untuk memahami
efek dinamis seperti perubahan pada suhu dan mekanisme reaksi dan
merupakan instrumen tak ternilai untuk memahami struktur dan fungsi asam
nukleat dan protein. Teknik ini dapat digunakan untuk berbagai variasi
8

13
sampel, dalam bentuk padat ataupun larutan. C-NMR analog dengan
proton NMR dan memungkinkan identifikasi atom karbon dalam molekul
organik. 13C-NMR adalah instrumen penting untuk elusidasi struktur kimia
dalam bidang kimia organik. 13C-NMR hanya mendeteksi isotop 13C, yang
keberadaannya di alam hanya 1,1%, karena isotop utama 12C tidak terdeteksi
oleh NMR.
13
Kekurangan C-NMR memiliki sejumlah kesulitan yang tidak
13
ditemui pada proton NMR. C-NMR kurang sensitif terhadap karbon,
dibandingkan 1H NMR terhadap hidrogen, karena isotop utama karbon,
isotop 12C, tidak aktif magnet dan tidak terdeteksi NMR. Hanya isotop 13C,
yang keberadaannya di alam hanya 1.1%, yang aktif magnet dan terdeteksi
13
oleh NMR. Selain itu, hanya sedikit inti C yang beresonansi di medan
magnet, hal ini dapat diatasi dengan pengayaan isotop, misalnya sampel
protein. Secara umum, reseptivitas 13C empat tingkat lebih rendah daripada
1
H.

2.4 Definisi Bahan


Malam atau disebut juga dengan wax adalah suatu zat padat yang
diproduksi secara alami. Dalam istilah sehari-hari orang menamakannya
"lilin". Lilin (kandil) sendiri memang dapat menggunakan malam sebagai
bahan bakarnya. Kebanyakan malam diperoleh dari ekskresi tumbuh-
tumbuhan, berupa damar atau resin. Pada tumbuhan, malam adalah hasil
metabolisme sekunder yang dikeluarkan oleh pembuluh resin. Sumber
hewani untuk malam berasal dari sarang tawon dan lebah. Lilin lebah
merupakan hasil metabolisme yang dikeluarkan (diekskresi) melalui ruas-
ruas bagian abdomen lebah pekerja yang dibuat dari kelenjar yang terletak
di sebelah bawah perut lebah. (Sihombing D 1992).

2.5 Organisme Penghasil Bahan


Lebah merupakan sekelompok besar serangga yang dikenal karena
suka hidup berkelompok meskipun sebenarnya tidak semua lebah bersifat
demikian. Di dunia terdapat kira-kira 20.000 spesies lebah dan dapat
9

ditemukan di setiap benua, kecuali Antartika. Sebagai serangga, Lebah


mempunyai tiga pasang kaki dan dua pasang sayap. Lebah membuat
sarangnya di atas bukit, di pohon kayu dan pada atap rumah. Sarangnya
dibangun dari malam yang terdapat dalam badannya (Ensiklopedia 2007).

2.6 Manfaat Lilin Lebah


Manfaat lilin lebah adalah untuk bahan membatik, lilin penerang,
industri kosmetik, cold cream, lipstick, dan berbagai lotion, juga bisa
digunakan sebagai campuran pembuatan sabun natural yang berbahan dasar
minyak. Pada industri farmasi, lilin lebah digunakan untuk bahan
pembuatan plester atau kain pembalut, obat-obatan luar, campuran bahan-
bahan tahan air atau water proof, selain itu juga dapat digunakan sebagai
campuran tinta, pensil, semir, serta sebagai zat pengkilat (Sihombing 1992).

2.7 Komponen dalam Lilin Lebah


Lilin lebah merupakan lilin yang compleks dibentuk dari campuran
beberapa komponen meliputi hidrokarbon 14%, monoester 35%, diester
14%, triester 3%, hidroksi monoester 4%, hidroksi poliester 8%, asam ester
1%, asam poliester 2%, asam bebas, alkohol bebas 1%, dan 6% sisanya
tidak diketahui. Komponen utama dari lilin lebah adalah palmitat,
palmitoleat, hidroksi palmitat dan ester oleat yang berantai panjang (C30-C32)
dari alkohol aliphatic. Perbandingan triacontanil palmitat (CH3(CH2)29O-
CO-(CH2)14CH3 dengan asam serotik (CH3(CH2)24COOH, yaitu 6:1
(Sihombing 1992). Lilin lebah ini berada dalam bentuk triester dan diester.
Sebagai senyawa tersier, lilin lebah merupakan ester dari asam lemak
berantai panjang dengan alkohol berantai panjang (sterol / fatty alcohol) dan
asam hidroksilat, berupa senyawa diester dari alkanadiol atau asam
hidroksilat (Kalattukudy 1976).

2.8 Sifat Fisis Lilin Lebah


Jenis warna lilin lebah bervariasi diantaranya berwarna putih,
kuning atau jingga bersih dengan bau khas beraroma tanaman. Lilin lebah
10

merupakan salah satu lilin yang sifat kimianya stabil dengan titik lebur
berkisar 61-69 oC, berat jenis pada 20oC sekitar 0,96 tidak larut dalam air
dan sedikit larut dalam alkohol dingin. Titik lebur lilin lebah murni berkisar
antara 61-69°C (142-156°F), indeks refraksinya 1,44, tahanan dielektrisnya
2,9 dan berat jenis pada suhu 20°C adalah 0.96 lebih ringan dari air. Pada
suhu dingin, mudah pecah sedangkan pada suhu 85°F keadaannya lunak,
tetapi tidak lengket (melekat) di tangan bila dipijat. Tidak larut dalam air
dan sedikit larut dalam alkohol dingin (Masniari L 2008). Benzena
kloroform, karbon disulfida, eter, dan beberapa minyak yang mudah
menguap dapat melarutkan malam komplit. Bau dan rasanya khas dan
terbakar dengan nyala kuning bersih dan mengeluarkan aroma unik. Malam
sering terkontaminasi dengan sedikit polen, propolis, dan madu yang
meningkatkan berat jenis dan warnanya. Warna lilin bervariasi yaitu, putih,
kuning atau orange bersih (Koga N. 2000).
11

BAB III
BAHAN DAN METODOLOGI

Sampel lilin dari lebah madu Jepang, Apis cerana japonica. Sampel lilin
lebah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang dikondisikan sama
dengan keadaan aslinya yaitu tanpa rekristalisasi. Secara umum gangguan yang
harus dihindari pada percobaan yaitu seperti serbuk sari dan madu yang
merupakan bagian dari lilin lebah alami. Lilin lebah murni dalam keadaan aslinya
dengan cara mengambil malam lebah sebelum lebah madu memasok atau
menempatkan madu mereka pada lilin lebah tersebut.

Observasi fase solid NMR, spektra diperoleh dari Spectrometer 300 CMX
(Chemagnetics, Fort Collins, CO, USA) pada Departemen Pengembangan Dinas
Kehutanan dan Hasil Hutan Institut Tsukuba, Jepang, yang beroperasi pada
frekuensi 13C-NMR dari 75,4 MHz. Sampel berputar di sudut putar pada frekuensi
4 kHz di probe fase solid dalam zirkonia 7,5-mm rotor (Chemagnetics). Semua
13
spektrum diperoleh dengan menggunakan C-NMR dengan pulsa panjang 90°
dari 5,0 mikrodetik dan 60-kHz CW proton dekopling. 1H-13C CP kontak 50kHz,
dan waktu kontak dari 0,01 dan 8,0 ms digunakan dalam percobaan ini.

Waktu pengulangan yang digunakan untuk percobaan CP yaitu 3.0s di


semua percobaan. Pulsa urutan tunggal normal dengan daya dekopling
eksperimen-tinggi (polarisasi langsung; DP), a° pulsa lebar 90 dari 5.0μs dan
waktu pengulangan 1240s). 13C spin-kisi relaksasi NMR waktu (T1 diukur dengan
menggunakan metode Torchia. Semua spektrum dikalibrasi dengan menggunakan
adamantane sebagai standar sebagai puncak CH2 mencapai 29,5 ppm memberikan
pergeseran nilai direferensikan pada karbon TMS pada 0 ppm. Dekonvolusi dari
spektrum NMR dilakukan dengan simulator puncak NMR "ASA" yang diproduksi
oleh Dr A. Asano.
12

BAB IV
PEMBAHASAN

13
Spektrum MAS C diperoleh dengan polarisasi langsung (DP) dari lilin
lebah pada suhu kamar yang ditunjukkan pada Gambar 2A. Penentuan dilakukan
dengan cara membandingkan puncak sampel dengan puncak yang dihasilkan
standar( Basson dan Reynhardt 1988 ).

Gambar 2. Spektrum NMR Lilin Lebah


(A) perluasan wilayah alifatik (B) pada suhu kamar dan suhu leleh (C) Polarisasi
13
C-NMR spektrum untuk lebah madu mentah Jepang (Apis cerana japonica)
13

Resonansi terkuat berpusat antara 30-35ppm, dan yang khas untuk


pergeseran kimia rantai metilen internal karbon (int-(CH2)). Puncak pada 14.6
ppm merupakan puncak yang dihasilkan karbon metil di ujung rantai alkil.
Gambar 2B menunjukkan hasil perluasan dari wilayah alifatik. Intensitas puncak
kuantitatif DP menghasilkan spektrum intensitas yang akurat, jika pengulangan
parameter waktu memungkinkan untuk relaksasi lengkap dari resonansi 13C. Dari
perbandingan antara Gambar 3A and B , diperoleh bahwa 97,1% dari CH2
magnetisasi karbon kembali kekeadaan semula pada 1.240 detik. Oleh karena itu,
pengaturan waktu pengulangan pada 1.240 detik tersebut menunjukan bahwa
intensitas relatif dari puncak yang dihasilkan bersifat kuantitatif.

Gambar 3. 13 C MAS spektra untuk lebah madu mentah Jepang yang diperoleh
dari urutan pulsa Torchia dengan τ dari 0 detik (A) dan 1.240 detik (B).

Meskipun lebah terdiri dari hidrokarbon, alkohol, asam bebas, ester, dan
bahan lainnya ( Garnier 2002 , Kimpe 2002 , Tulloch 1972 ), pada Gambar 2A ,
dihasilkan bahwa fraksi unit int- (CH2) dengan unit lain lebih dari 95%. Hal ini
karena lebah terdiri dari komponen rantai karbon panjang alkana yang
mengandung sekitar 21-33 atom karbon, asam yang mengandung karbon 22-30,
dan ester yang mengandung 40-52carbons. Lilin Lebah juga diketahui
14

mengandung rantai panjang diester (Tulloch 1972). Oleh karena itu, studi
struktural lilin kebanyakan melibatkan penjelasan struktural rantai int- (CH 2) di
lilin, meskipun proporsi hidrokarbon, alkohol, asam bebas, dan komponen ester
sangat berfluktuasi dengan spesies dan habitat geografis ( Koga 2000). Jadi, fokus
utama akan berada di int-CH2) wilayah (di spektrum 13C -NMR ).
Jelas bahwa dua sinyal yang terpisah pada 30,3 dan 32,9 ppm diamati
untuk daerah 2 CH di Gambar 3B . Pada suhu leleh, intensitas puncak pada 30.3
ppm meningkat, sedangkan luas puncak pada 32,9 ppm hilang seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1C . Konformasi trans terjadi pada titik lebur, dapat
diinterpretasikan bahwa resonansi CH2 karbon dialihkan konformasi gauch, yang
dijelaskan oleh efek–γ (Tonelli dan Schilling 1981). Dari hasil ini, dapat
diinterpretasikan bahwa puncak di 30.3ppm di lebah mentah yang muncul dari int-
(CH 2)). Gugus n-alkana, CH2 karbon dengan konformasi cis memberikan puncak
sekitar pada 30,3 ppm ( Ishikawa et al 1991., Albert et al 1998. ) Dalam keadaan-
solid, CH2 rantai dengan konformasi cis ada di wilayah non-kristalin. Dengan
demikian dipastikan bahwa sinyal pada 30,3 ppm dalam Gambar. 2B sesuai
13
dengan-kristal domain. Sebaliknya, C meliputi komponen luas puncak 31-35
ppm dengan konformasi trans dalam domain kristal. Hasil ini menunjukkan
kegunaan menggunakan CH2 pergeseran kimia dalam memahami struktur-kristal
semi lilin lebah.
Meskipun beberapa puncak yang lebih kecil muncul (Gambar 2C), puncak
pada 30,3 ppm memiliki proporsi tinggi int-(CH 2), yang menunjukkan pemurnian
senyawa metilen dalam lilin lebah mentah yang digunakan dalam penelitian ini
sangat tinggi. Namun, jika 32,9 ppm puncak di Gambar 2B diperiksa dengan hati-
hati, puncak bahu dapat dilihat pada kedua sisi puncak utama. Puncak pada 34,0
ppm ditingkatkan dengan menggunakan metode CP seperti ditunjukkan pada
Gambar 3 yang menunjukkan perluasan wilayah alifatik dari 13C CP/spektra MAS
dengan berbagai waktu kontak pada suhu kamar.
15

Gambar 4 13 C CP / MAS spektra untuk lebah madu lebah mentah dari Jepang
dengan waktu kontak yang berbeda 0.01ms (A), 0.1ms (B), 1ms (C), 5ms (D),
8ms (E).
13
Gambar 4 menunjukkan plot untuk variasi dalam intensitas C puncak
(unit sewenang-wenang) dari int-(CH2) puncak 32,9 dan 34,0 ppm dengan waktu
kontak pada suhu kamar. Meskipun perilaku kenaikan eksponensial awal dalam
intensitas pada waktu kontak pendek untuk kedua puncak yang sangat mirip,
orang-orang dari penurunan eksponensial dalam intensitas pada waktu kontak lagi
yang berbeda, yang menunjukkan bahwa waktu T 1ρ relaksasi untuk setiap int-
(CH2) puncak karbon berbeda. Dari hasil ini, dapat dikatakan bahwa heterogenitas
akan ada di puncak luas, yaitu, domain kristal dari lilin lebah terdiri dari beberapa
komponen.
16

Gambar 5 Waktu kontak ketergantungan dari rantai karbon metilen-internal 32,9


ppm (simbol terbuka) dan 34,0 ppm (simbol padat) pada suhu kamar

n-alkana memiliki berbagai bentuk seperti kristalografi ortorombik,


triklinik, monoklinik dan bentuk heksagonal dalam kondisi tertentu, di mana
konformasi selalu yang zigzag pada semua-trans yang sama. Perbedaan utama
antara bentuk-bentuk kristal tersebut adalah orientasi C-C-C di-zigzag rantai trans.
13
Struktur n-alkana telah berhasil dipelajari dengan resolusi tinggi C-NMR
13
spektroskopi. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa C-NMR
pergeseran kimia n-parafin tergantung pada struktur kristal (Ishikawa et al. 1991).
Ini pengaruh struktur kristal pada pergeseran kimia juga secara teoritis dijelaskan
dengan menggunakan perhitungan MO(Yamanobe, et.al 1985). Meskipun
hubungan antara bentuk kristal dan pergeseran yang sesuai kimia NMR untuk lilin
tidak jelas, dapat dikatakan bahwa beberapa jenis bentuk kristal yang ada di
wilayah kristal lilin tersebut.
17

Gambar 6 Polarisasi C MAS spektrum dari rantai metilen wilayah-internal untuk


lebah kasar dari lebah madu Jepang

Puncak intensitas kuantitatif int (CH2) karbon untuk lebah mentah


dibandingkan dalam spektrum DP dengan waktu pengulangan dari 1.240 detik
(Gambar 5) dengan dekonvolusi puncak, ditemukan bahwa, setidaknya, empat
puncak di 30,3 ; 31,6 ; 32,9 dan 34,0 ppm terbentuk dengan intensitas relatif untuk
setiap puncak ditentukan sebagai 14,2 ; 4,5 ; 60,2 dan 21,1%, masing-masing.
Dari rasio intensitas puncak kristal di 31,6 ; 32,9 ; dan 34,0 ppm selama jumlah
intensitas semua puncak CH karbon 2, persentase jumlah total wilayah kristal
ditemukan untuk menjadi 85,8%. Jika diasumsikan bahwa rasio puncak kristal
terpisahkan atas jumlah integral untuk dan non-kristalin puncak kristal int-(CH2)
karbon sesuai dengan kristalinitas dari lilin tersebut, crystallinitas lilin lebah itu
ditetapkan pada menjadi lebih dari 85%.
Meskipun derajat kristalinitas akan berfluktuasi untuk beberapa derajat
dengan spesies dan habitat geografis, dapat dikatakan bahwa lebah mentah
merupakan bahan semi-kristal dengan kristalinitas tinggi dan bentuk multi-kristal..
Sifat fisik lilin lebah harus bervariasi dengan tingkat kristalinitas. Oleh karena itu,
akan bermanfaat untuk mengukur secara kuantitatif tingkat kristalinitas lilin lebah.
18

BAB IV
PENUTUP

Spektra NMR-lilin lebah alam berasal dari lebah madu Jepang yang
pertama kali diamati yaitu Apis cerana japonica. Pergeseran polarisasi silang
tingkat dan T1 relaksasi data yang disajikan di atas memberikan gambaran yang
berguna struktur molekul lilin lebah. Lebah dikenal terdiri dari beberapa
komponen yaitu fraksi metilen, dibandingkan dari satu unit ke unit lainnya yaitu
13
lebih dari 95%. Pergeseran kimia C int-(CH2) yang puncak pada 30,3 ppm
mencerminkan konformer gauche, di sisi lain, luas puncak sekitar 32,9 ppm
disebabkan kurang lebih adanya tiga komponen, yaitu (34,0; 32,9; dan 31,6 ppm)
dengan melakukan kesesuaian kurva, mengindikasikan bahwa setidaknya ada tiga
perbedaan dalam kemasan kristal dalam lilin lebah mentah. Int-(CH2) wilayah
spektrum DP telah menyediakan data kuantitatif terhadap kristalinitas dan fraksi
masing-masing bentuk kristal. Berdasarkan penemuan eksperimental
menunjukkan bahwa solid-state spektroskopi NMR merupakan alat yang berguna
untuk menjelaskan struktur asli dari lilin lebah dari lebah madu.
19

DAFTAR PUSTAKA

Al-Waili NS. 2003. Topical application of natural honey, beeswaxand olive oil
mixture for atopic dermatitis or psoriasis:partially controlled, single-
blinded study. ComplementaryTherapies in Medicine 11: 226-234.

Albert K, Lacker T, Raitza M, Pursch M, Egelhaaf HJ and OelkrugD. 1998.


Investigating the selectivity of triacontyl interphases. Angewandte
Chemie-international Edition 37: 778-780.

Asakura T, Ito T, Okudaira M and Kameda T. 1999. Structure of alanine and


glycine residues of Samia cynthia ricini silk fibers studied with solid-state
15N and 13C NMR. Macromolecules 32: 4940-4946.

Asakura T, Suita K, Kameda T, Afonin S and Ulrich AS. 2004. Structural role of
tyrosine in Bombyx mori silk fibroin, studied by solid-state NMR and
molecular mechanics on a model peptide prepared as silk I and II. Magnet
Reson Chem 42: 258-266.

Asakura T, Yamane T, Nakazawa Y, Kameda T and Ando K. 2001. Structure of


Bombyx mori silk fibroin before spinning in solid state studied with wide
angle x-ray scattering and C- 13 cross-polarization/magic angle spinning
NMR. Biopolymers 58: 521-525.

Basson I and Reynhardt EC. 1988. An investigation of the structures and


molecular dynamics of natural waxes: I. Beeswax. Journal of Physics D:
Applied Physics 21: 1421-1428.

Dorset DL. 1983. The crystal structure of waxes. Acta Crystallogr B 8: 1021-
1028.

Dorset DL. 1999. Development of lamellar structures in natural waxes - an


electron diffraction investigation. Journal of Physics D: Applied Physics
32: 1276-1280.
20

Garnier N, Cren-Olivé C, Rolando C, Regert M, 2002. Characterization of


Archaeological Beeswax by Electron Ionization and Electrospray
Ionization Mass Spectrometry.Analytical Chemistry 74: 4868-4877.

Ishikawa S, Kurosu H and Ando I. 1991. Structural studies of nalkanes by


variable-temperature solid-state high-resolution 13C NMR spectroscopy.
Journal of Molecular Structure. 248:361-372.

Kameda T, McGeorge G, Orendt A and Grant D. 2004. 13C NMR Chemical


Shifts of the Triclinic and Monoclinic Crystal Forms of Valinomycin.
Journal of Biomolecular NMR 29: 281-288.

Kameda T and Asakura T. 2003. Structure and dynamics in the amorphous region
of natural rubber observed under uniaxial deformation monitored with
solid-state 13C NMR. Polymer 44: 7539-7544.

Kameda T, Zhao CH, Ashida J and Asakura T. 2003. Determination of distance of


intra-molecular hydrogen bonding in (Ala-Gly)15 with silk I form after
removal of the effect of MAS frequency in REDOR experiment. Journal
of Magnetic Resonance 160: 91-96.

Kameda T, Kobayashi M, Yao JM and Asakura T. 2002a. Change in the structure


of poly(tetramethylene succinate) under tensile stress monitored with solid
state 13C NMR. Polymer 43: 1447-1451.

Kameda T, Nakazawa Y, Kazuhara J, Yamane T and Asakura T. 2002b.


Determination of intermolecular distance for a model peptide of Bombyx
mori silk fibroin, GAGAG, with rotational echo double resonance.
Biopolymers 64: 80-85.

Kimpe K, Jacobs PA and Waelkens M. 2002. Mass spectrometric methods prove


the use of beeswax and ruminant fat in late Roman cooking pots. Journal
of chromatography A 968:151-160.
21

Koga N. 2000. Properties and utillization of beeswax. Honeybee Science 21:145-


153.

Mariya M and Nikolay J. 2002. Creating a yield stress in liquid oils by the
addition of crystallisable modifiers. Journal of Food Engineering 51: 235-
237.

Sastrohamidjojo H. 2002. Spektroskopi. Yogyakarta : Liberty

Sihombing D.T.H. 1992. Ilmu Ternak Lebah Madu. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

Tonelli A and Schilling F. 1981. Accounts of Chemical Research14:223.

Tulloch AP, Hoffman LL. 1972. Canadian beeswax: analytical values and
composition of hydrocarbons, free acids and long chain esters. Journal of
the American Oil Chemists’ Society 49: 696-699.

Yamanobe T, Sorita T, Komoto T, Ando I and Sato H. 1985. 13C chemical shift
and crystal structure of paraffins and polyethylene as studied by solid state
NMR. Journal of Molecular Structure 131: 267-275.

You might also like