Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini. Karya Tulis Ilmiah ini berjudul Identifikasi Senyawa Kimia dalam
Lilin Lebah dengan 13Carbon Nuclear Magnetic Resonance untuk memenuhi tugas
responsi mata kuliah Kepustakaan Kimia.
Karya tulis ilmiah ini membahas aplikasi dan penerapan metode
13
spektroskopi resonansi magnetic inti karbon C. Ucapkan terima kasih penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Ucapan terima
kasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Dr.Drs.Adi Santoso,M.S.
selaku koordinator Mata Kuliah Kepustakaan Kimia serta Listiani Nurul A.Md
dan Yosef, A.Md selaku asisten dosen Mata Kuliah Kepustakaan Kimia atas
bimbingan, saran dan pembelajaran mengenai tata cara penulisan karya ilmiah,
sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan.
Saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
diharapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi sarana pembelajaran
bagi pembaca di masa yang akan datang.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR________________________________________________i
DAFTAR ISI_______________________________________________________ii
DAFTAR GAMBAR________________________________________________iv
BAB I____________________________________________________________1
PENDAHULUAN__________________________________________________1
1.1 Latar Belakang________________________________________________1
1.2 Identifikasi_________________________________________________2
1.3 Hipotesis___________________________________________________2
1.4 Tujuan dan Manfaat____________________________________________2
1.5 Ruang Lingkup________________________________________________3
BAB II____________________________________________________________4
TINJAUAN PUSTAKA______________________________________________4
2.1 Deskripsi Instrumen__________________________________________4
2.2 Bagian-bagian alat Spektroskopi Resonansi Magnetik Nuklir__________6
a) Rack Mounted Computer______________________________________6
b) Switching Control Unit (Kotak RF)______________________________6
c) Shim Control Unit___________________________________________6
d) Power Supply_______________________________________________6
e) Magnet____________________________________________________6
f) Probe_____________________________________________________7
g) Heater Control Unit__________________________________________7
2.3 Kelebihan 13C-NMR__________________________________________7
2.4 Definisi Bahan______________________________________________8
2.5 Organisme Penghasil Bahan____________________________________8
2.6 Manfaat Lilin Lebah__________________________________________9
2.7 Komponen dalam Lilin Lebah__________________________________9
2.8 Sifat Fisis Lilin Lebah________________________________________9
BAB III__________________________________________________________11
BAHAN DAN METODOLOGI_______________________________________11
BAB IV__________________________________________________________12
iii
PEMBAHASAN___________________________________________________12
BAB IV__________________________________________________________18
PENUTUP________________________________________________________18
DAFTAR PUSTAKA_______________________________________________19
iv
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Identifikasi
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan masalah karya
tulis ini apakah struktur molekul yang terdapat dalam lilin lebah mentah
dapat ditentukan dengan 13C-NMR.
1.3 Hipotesis
Hipotesis dari karya tulis ini, diduga penentuan struktur molekul
dari lilin lebah mentah dapat ditentukan dengan 13C-NMR.
13
yang telah ditentukan dengan C-NMR diharapkan dapat menjadi dasar
sebagai pemanfaatan lilin lebah tersebut dan aplikasi 13C-NMR secara lebih
luas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
13
sampel, dalam bentuk padat ataupun larutan. C-NMR analog dengan
proton NMR dan memungkinkan identifikasi atom karbon dalam molekul
organik. 13C-NMR adalah instrumen penting untuk elusidasi struktur kimia
dalam bidang kimia organik. 13C-NMR hanya mendeteksi isotop 13C, yang
keberadaannya di alam hanya 1,1%, karena isotop utama 12C tidak terdeteksi
oleh NMR.
13
Kekurangan C-NMR memiliki sejumlah kesulitan yang tidak
13
ditemui pada proton NMR. C-NMR kurang sensitif terhadap karbon,
dibandingkan 1H NMR terhadap hidrogen, karena isotop utama karbon,
isotop 12C, tidak aktif magnet dan tidak terdeteksi NMR. Hanya isotop 13C,
yang keberadaannya di alam hanya 1.1%, yang aktif magnet dan terdeteksi
13
oleh NMR. Selain itu, hanya sedikit inti C yang beresonansi di medan
magnet, hal ini dapat diatasi dengan pengayaan isotop, misalnya sampel
protein. Secara umum, reseptivitas 13C empat tingkat lebih rendah daripada
1
H.
merupakan salah satu lilin yang sifat kimianya stabil dengan titik lebur
berkisar 61-69 oC, berat jenis pada 20oC sekitar 0,96 tidak larut dalam air
dan sedikit larut dalam alkohol dingin. Titik lebur lilin lebah murni berkisar
antara 61-69°C (142-156°F), indeks refraksinya 1,44, tahanan dielektrisnya
2,9 dan berat jenis pada suhu 20°C adalah 0.96 lebih ringan dari air. Pada
suhu dingin, mudah pecah sedangkan pada suhu 85°F keadaannya lunak,
tetapi tidak lengket (melekat) di tangan bila dipijat. Tidak larut dalam air
dan sedikit larut dalam alkohol dingin (Masniari L 2008). Benzena
kloroform, karbon disulfida, eter, dan beberapa minyak yang mudah
menguap dapat melarutkan malam komplit. Bau dan rasanya khas dan
terbakar dengan nyala kuning bersih dan mengeluarkan aroma unik. Malam
sering terkontaminasi dengan sedikit polen, propolis, dan madu yang
meningkatkan berat jenis dan warnanya. Warna lilin bervariasi yaitu, putih,
kuning atau orange bersih (Koga N. 2000).
11
BAB III
BAHAN DAN METODOLOGI
Sampel lilin dari lebah madu Jepang, Apis cerana japonica. Sampel lilin
lebah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang dikondisikan sama
dengan keadaan aslinya yaitu tanpa rekristalisasi. Secara umum gangguan yang
harus dihindari pada percobaan yaitu seperti serbuk sari dan madu yang
merupakan bagian dari lilin lebah alami. Lilin lebah murni dalam keadaan aslinya
dengan cara mengambil malam lebah sebelum lebah madu memasok atau
menempatkan madu mereka pada lilin lebah tersebut.
Observasi fase solid NMR, spektra diperoleh dari Spectrometer 300 CMX
(Chemagnetics, Fort Collins, CO, USA) pada Departemen Pengembangan Dinas
Kehutanan dan Hasil Hutan Institut Tsukuba, Jepang, yang beroperasi pada
frekuensi 13C-NMR dari 75,4 MHz. Sampel berputar di sudut putar pada frekuensi
4 kHz di probe fase solid dalam zirkonia 7,5-mm rotor (Chemagnetics). Semua
13
spektrum diperoleh dengan menggunakan C-NMR dengan pulsa panjang 90°
dari 5,0 mikrodetik dan 60-kHz CW proton dekopling. 1H-13C CP kontak 50kHz,
dan waktu kontak dari 0,01 dan 8,0 ms digunakan dalam percobaan ini.
BAB IV
PEMBAHASAN
13
Spektrum MAS C diperoleh dengan polarisasi langsung (DP) dari lilin
lebah pada suhu kamar yang ditunjukkan pada Gambar 2A. Penentuan dilakukan
dengan cara membandingkan puncak sampel dengan puncak yang dihasilkan
standar( Basson dan Reynhardt 1988 ).
Gambar 3. 13 C MAS spektra untuk lebah madu mentah Jepang yang diperoleh
dari urutan pulsa Torchia dengan τ dari 0 detik (A) dan 1.240 detik (B).
Meskipun lebah terdiri dari hidrokarbon, alkohol, asam bebas, ester, dan
bahan lainnya ( Garnier 2002 , Kimpe 2002 , Tulloch 1972 ), pada Gambar 2A ,
dihasilkan bahwa fraksi unit int- (CH2) dengan unit lain lebih dari 95%. Hal ini
karena lebah terdiri dari komponen rantai karbon panjang alkana yang
mengandung sekitar 21-33 atom karbon, asam yang mengandung karbon 22-30,
dan ester yang mengandung 40-52carbons. Lilin Lebah juga diketahui
14
mengandung rantai panjang diester (Tulloch 1972). Oleh karena itu, studi
struktural lilin kebanyakan melibatkan penjelasan struktural rantai int- (CH 2) di
lilin, meskipun proporsi hidrokarbon, alkohol, asam bebas, dan komponen ester
sangat berfluktuasi dengan spesies dan habitat geografis ( Koga 2000). Jadi, fokus
utama akan berada di int-CH2) wilayah (di spektrum 13C -NMR ).
Jelas bahwa dua sinyal yang terpisah pada 30,3 dan 32,9 ppm diamati
untuk daerah 2 CH di Gambar 3B . Pada suhu leleh, intensitas puncak pada 30.3
ppm meningkat, sedangkan luas puncak pada 32,9 ppm hilang seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1C . Konformasi trans terjadi pada titik lebur, dapat
diinterpretasikan bahwa resonansi CH2 karbon dialihkan konformasi gauch, yang
dijelaskan oleh efek–γ (Tonelli dan Schilling 1981). Dari hasil ini, dapat
diinterpretasikan bahwa puncak di 30.3ppm di lebah mentah yang muncul dari int-
(CH 2)). Gugus n-alkana, CH2 karbon dengan konformasi cis memberikan puncak
sekitar pada 30,3 ppm ( Ishikawa et al 1991., Albert et al 1998. ) Dalam keadaan-
solid, CH2 rantai dengan konformasi cis ada di wilayah non-kristalin. Dengan
demikian dipastikan bahwa sinyal pada 30,3 ppm dalam Gambar. 2B sesuai
13
dengan-kristal domain. Sebaliknya, C meliputi komponen luas puncak 31-35
ppm dengan konformasi trans dalam domain kristal. Hasil ini menunjukkan
kegunaan menggunakan CH2 pergeseran kimia dalam memahami struktur-kristal
semi lilin lebah.
Meskipun beberapa puncak yang lebih kecil muncul (Gambar 2C), puncak
pada 30,3 ppm memiliki proporsi tinggi int-(CH 2), yang menunjukkan pemurnian
senyawa metilen dalam lilin lebah mentah yang digunakan dalam penelitian ini
sangat tinggi. Namun, jika 32,9 ppm puncak di Gambar 2B diperiksa dengan hati-
hati, puncak bahu dapat dilihat pada kedua sisi puncak utama. Puncak pada 34,0
ppm ditingkatkan dengan menggunakan metode CP seperti ditunjukkan pada
Gambar 3 yang menunjukkan perluasan wilayah alifatik dari 13C CP/spektra MAS
dengan berbagai waktu kontak pada suhu kamar.
15
Gambar 4 13 C CP / MAS spektra untuk lebah madu lebah mentah dari Jepang
dengan waktu kontak yang berbeda 0.01ms (A), 0.1ms (B), 1ms (C), 5ms (D),
8ms (E).
13
Gambar 4 menunjukkan plot untuk variasi dalam intensitas C puncak
(unit sewenang-wenang) dari int-(CH2) puncak 32,9 dan 34,0 ppm dengan waktu
kontak pada suhu kamar. Meskipun perilaku kenaikan eksponensial awal dalam
intensitas pada waktu kontak pendek untuk kedua puncak yang sangat mirip,
orang-orang dari penurunan eksponensial dalam intensitas pada waktu kontak lagi
yang berbeda, yang menunjukkan bahwa waktu T 1ρ relaksasi untuk setiap int-
(CH2) puncak karbon berbeda. Dari hasil ini, dapat dikatakan bahwa heterogenitas
akan ada di puncak luas, yaitu, domain kristal dari lilin lebah terdiri dari beberapa
komponen.
16
BAB IV
PENUTUP
Spektra NMR-lilin lebah alam berasal dari lebah madu Jepang yang
pertama kali diamati yaitu Apis cerana japonica. Pergeseran polarisasi silang
tingkat dan T1 relaksasi data yang disajikan di atas memberikan gambaran yang
berguna struktur molekul lilin lebah. Lebah dikenal terdiri dari beberapa
komponen yaitu fraksi metilen, dibandingkan dari satu unit ke unit lainnya yaitu
13
lebih dari 95%. Pergeseran kimia C int-(CH2) yang puncak pada 30,3 ppm
mencerminkan konformer gauche, di sisi lain, luas puncak sekitar 32,9 ppm
disebabkan kurang lebih adanya tiga komponen, yaitu (34,0; 32,9; dan 31,6 ppm)
dengan melakukan kesesuaian kurva, mengindikasikan bahwa setidaknya ada tiga
perbedaan dalam kemasan kristal dalam lilin lebah mentah. Int-(CH2) wilayah
spektrum DP telah menyediakan data kuantitatif terhadap kristalinitas dan fraksi
masing-masing bentuk kristal. Berdasarkan penemuan eksperimental
menunjukkan bahwa solid-state spektroskopi NMR merupakan alat yang berguna
untuk menjelaskan struktur asli dari lilin lebah dari lebah madu.
19
DAFTAR PUSTAKA
Al-Waili NS. 2003. Topical application of natural honey, beeswaxand olive oil
mixture for atopic dermatitis or psoriasis:partially controlled, single-
blinded study. ComplementaryTherapies in Medicine 11: 226-234.
Asakura T, Suita K, Kameda T, Afonin S and Ulrich AS. 2004. Structural role of
tyrosine in Bombyx mori silk fibroin, studied by solid-state NMR and
molecular mechanics on a model peptide prepared as silk I and II. Magnet
Reson Chem 42: 258-266.
Dorset DL. 1983. The crystal structure of waxes. Acta Crystallogr B 8: 1021-
1028.
Kameda T and Asakura T. 2003. Structure and dynamics in the amorphous region
of natural rubber observed under uniaxial deformation monitored with
solid-state 13C NMR. Polymer 44: 7539-7544.
Mariya M and Nikolay J. 2002. Creating a yield stress in liquid oils by the
addition of crystallisable modifiers. Journal of Food Engineering 51: 235-
237.
Sihombing D.T.H. 1992. Ilmu Ternak Lebah Madu. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Tulloch AP, Hoffman LL. 1972. Canadian beeswax: analytical values and
composition of hydrocarbons, free acids and long chain esters. Journal of
the American Oil Chemists’ Society 49: 696-699.
Yamanobe T, Sorita T, Komoto T, Ando I and Sato H. 1985. 13C chemical shift
and crystal structure of paraffins and polyethylene as studied by solid state
NMR. Journal of Molecular Structure 131: 267-275.