You are on page 1of 81

PROFESIONALISME GURU DAN HUBUNGANNYA

DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTS


AL-JAMII’AH TEGALLEGA
CIDOLOG SUKABUMI

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :

DIAN MAYA SHOFIANA


NIM. 104011000051

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/1429 H

i
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul: “Profesionalisme Guru dan Hubungannya dengan Prestasi
Belajar Siswa di MTs Al-Jamii’ah Tagallega Cidolog Sukabumi” diajukan kepada
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasyah pada hari Selasa, 19 Agustus
2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar
Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 19 Agustus 2008
Panitia Ujian Munaqasyah,
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI)

Dr. H. Abd. Fattah Wibisono, MA. _________ ___________


NIP : 150236009

Sekretaris (Sekretaris Jurusan PAI)

Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag. _________ ___________


NIP : 150299477

Penguji I

Drs. H. Mawardi Sutedjo _________ ___________


NIP : 150011336

Penguji II

Drs. H. Akyas Azhri _________ ___________


NIP : 150023218

Mengetahui,
Dekan,

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.


NIP : 150231356

iv
ABSTRAK

DIAN MAYA SHOFIANA, NIM : 104011000051, PROFESIONALISME


GURU DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
DI MTS AL-JAMII’AH TEGALLEGA CIDOLOG SUKABUMI

Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas


suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang
berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.
Profesionalisme guru yang dimaksud dalam skripsi ini adalah guru Fiqih yang
profesional. Adapun guru profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas,
berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar
serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa, yang nantinya akan
menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik. Kompetensi guru yang
diteliti meliputi empat kategori. Pertama, kemampuan guru dalam merencanakan
program belajar mengajar. Kedua, kemampuan guru dalam menguasai bahan
pelajaran. Ketiga, kemampuan guru dalam melaksanakan dan
memimpin/mengelola proses belajar mengajar. Dan keempat, kemampuan dalam
menilai kemajuan proses belajar mengajar.
Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses
kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat ditunjukkan dalam bentuk
nilai yang diberikan guru berupa raport yang merupakan hasil dari beberapa
bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua bentuk metode penelitian.
Pertama, penulis menggunakan metode penelitian library research, melalui
penelitian ini penulis berusaha mengkaji buku-buku serta tulisan ilmiah yang
berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. Kedua, menggunakan
penelitian field research, yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung ke MTs
Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi. Teknik pengumpulan data yang penulis
lakukan yaitu melalui angket yang diberikan kepada peserta didik kelas VII dan
VIII yang dipilih secara acak, kemudian dengan observasi, wawancara dan dengan
studi dokumentasi. Setelah data-data tersebut diperoleh, penulis menganalisis data
dan melakukan uji hipotesis dengan menggunakan rumus product momen dan
menggunakan rumus Koefisien Determinasi untuk mengetahui kontribusi kedua
Variabel X dan Y. Selanjutnya penulis menyimpulkan hasil penelitian dalam
bentuk analisis interpretasi data.
Setelah penelitian ini dilakukan, penulis memperoleh hasil penelitian
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara profesionalisme guru
dalam bidang studi Fiqih dengan prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamii’ah
Tegallega Cidolog Sukabumi. Kontribusi profesionalisme guru Fiqih terhadap
prestasi belajar siswa adalah 50%. Dengan kata lain, prestasi belajar siswa di MTs
Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi ditentukan atau dipengaruhi oleh
tingkat profesionalisme guru sebanyak 50%, dan 50% lagi ditentukan oleh faktor
yang lain.

v
KATA PENGANTAR


Assalaamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillaahirabbil’aalamin. Puji serta syukur bagi Allah swt. Tuhan
semesta alam, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya kepada-Nya kami memohom
pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Allahumma salli ‘ala
Muhammad, shalawat serta salam semoga tetap dicurahkan kepada junjungan dan
suri tauladan kita nabi Muhammad saw. yang telah membimbing kita pada jalan
yang diridhai Allah swt.
Selama penyusunan skripsi dan belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), penulis banyak mendapatkan
dukungan baik moral maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. H. Alisuf Sabri, dosen pembimbing yang selalu
membimbing penulis dengan penuh kebijaksanaan dan memberikan
arahan-arahan.
4. Bapak Tanenji, MA yang telah membimbing serta memotivasi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibunda tercinta Ibu Imas Farida dan ayahanda Bapak Sofyan Holid,
S.Pd.I yang telah memberikan dukungan moral dan material, do’a dan
senyuman yang menyemangati penulis untuk tabah dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan selama proses pembuatan skripsi.
6. Adik M. Farhan Kholidi dan M. Afda Fadhlan yang menjadi sumber
inspirasi untuk berhasil.

vi
7. A Herik Chandra, terimakasih atas kesediaan untuk selalu menunggu,
dan motivasi yang membuat penulis untuk segera menyelesaikan
skripsi ini. Terimakasih pula atas kasih sayangnya.
8. K.H. Muhsin, K.H. M. Mahmudin kakek sekaligus ketua YASPI Al-
Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi, semoga Allah memberi
keberkahan dan kesehatan.
9. Bapak Anwar Jahid, S.Ag, Kepala MTs Al-Jamii’ah Tegallega
Cidolog Sukabumi.
10. Semua dewan guru dan siswa/siswi MTs Al-Jamii’ah Tegallega
Cidolog Sukabumi yang telah membantu penulis dalam proses
pembuatan skripsi.
11. Teman-teman kelas B PAI yang menjadi partner selama proses
perkuliahan.
12. H. Darajat Sudrajat, almarhumah mamah Ruyi, teh Weni dan Wuri.
13. Drs. Opik Taufik dan Ibu Eni Rustini, yang telah memfasilitasi penulis
selama proses skripsi.
14. Fathurrahman Azis, Asep Amarullah, yang telah perlindungan kepada
penulis di awal sampai akhir studi di UIN.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, setiap saran dan kritik konstruktif selalu disambut
dengan tangan terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.
Wassalaamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 15 Juli 2008


Penulis,

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL ...................................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................ iv
ABSTRAKSI................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 7
C. Metode Pembahasan ................................................................... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................... 8
E. Sistematika Penulisan ................................................................. 9

BAB II KEJIAN TEORI


A. Profesionalisme Guru .................................................................
1. Pengertian Profesionalisme Guru ......................................... 11
2. Profesionalisme Guru Islam……………………………… . 14
3. Perlunya Guru Profesional.................................................... 15
4. Aspek-aspek Kompetensi Guru Profesional......................... 17
5. Aspek Guru Islam Profesional…………………………….. 25
6. Kriteria Guru Sebagai Profesi............................................... 26
7. Kriteria Guru Profesional ..................................................... 28
8. Indikator Guru Profesional ................................................... 29
B. Prestasi Belajar ...........................................................................
1. Pengertian Prestasi Belajar ................................................... 31
2. Dalil Keutamaan Belajar…………………………………. . 33

viii
3. Jenis-jenis Prestasi Belajar ................................................... 35
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar............. 40
5. Indikator Prestasi Belajar ..................................................... 43
C. Hubungan Profesionalisme Guru Dengan Prestasi
Belajar Siswa ............................................................................. 43
D. Kerangka Berpikir ...................................................................... 43
E. Hipotesis ..................................................................................... 45

BAB III METODE PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 46
B. Variabel Penelitian ..................................................................... 46
C. Populasi dan Sampel................................................................... 46
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 46
E. Teknik Analisis Data .................................................................. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Kondisi Sekolah……………………………………………….
1. Deskripsi Lokasi Penelitian……………………………… . 51
2. Sejarah Singkat Sekolah…………………………………... 53
3. Sarana dan Prasarana…………………………………….. . 54
B. Deskripsi Data………………………………………………...
1. Gambaran Umum Tingkat Profesionalisme Gur MTs Al-
Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi…............................ 55
2. Hasil Penelitian…………………………………………… 57
3. Hubungan Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi
Fiqih Dengan Prestasi Belajar Siswa……………………... 65
C. Analisis Interpretasi Data ........................................................... 67

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................. 69
B. Saran ........................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 71
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Indikator Guru Profesional ............................................................ 27


Tabel 2 : Kisi-kisi Angket Guru Fiqih Profesional....................................... 43
Tabel 3 : Skor Jawaban Angket Guru Fiqih Profesiona ............................... 44
Tabel 4 : Klasifikasi Skor Angket Guru Profesional .................................... 45
Tabel 5 : Keadaan Dewan Guru MTs Al-Jamii'ah Tegallega
Cidolog Sukabumi Tahun Pelajaran 2007/2008........................... 52
Tabel 6 : Skor Angket Penelitian Hubungan Profesionalisme Guru
Bidang Studi Fiqih dengan Prestasi Belajar Siswa ...................... 53
Tabel 7 : Analisis Item Untuk Skor Angket Profesionalisme Guru
Dalam Bidang Studi Fiqih............................................................ 56
Tabel 8 : Klasifikasi Jumlah Skor Jawaban Siswa dari Angket
Profesionalisme Guru Fiqih.......................................................... 58
Tabel 9 : Daftar Nilai Siswa dalam Mata Pelajaran Fiqih Semester ........... 59
Tabel 10 : Klasifikasi dan Kualifikasi Jumlah Nilai Siswa dalam
Bidang Studi Fiqih ....................................................................... 60
Tabel 11 : Analisis Korelasi Variabel X (Profesionalisme Guru
Dalam Bidang Studi Fiqih) dan Variabel Y (Prestasi
Belajar Siswa)............................................................................... 61

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui
proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui
nilai yang diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah
dipelajari oleh peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu
mengharapkan akan mengahasilkan pembelajaran yang maksimal. Dalam
proses pencapaiannya, prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan
pembelajaran adalah keberadaan guru. Mengingat keberadaan guru dalam
proses kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh, maka sudah semestinya
kualitas guru harus diperhatikan.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan, aspek utama yang ditentukan adalah kualitas
guru. Untuk itu, upaya awal yang dilakukan dalam peningkatan mutu
pendidikan adalah kualitas guru. Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan
prasyarat minimal yang ditentukan oleh syarat-syarat seorang guru yang
profesional.
Guru profesional yang dimaksud adalah guru yang berkualitas,
berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi
belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa yang
nantinya akan menghasilkan prastasi belajar siswa yang baik.
Kamal Muhammad ‘Isa mengemukakan: “bahwa guru atau pendidik
adalah pemimpin sejati, pembimbing dan pengarah yang bijaksana, pencetak
para tokoh dan pemimpin ummat”.1 Adapun pengertian guru menurut
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yakni
sebagaimana tercantum dalam Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat (1) sebagai
1
Kamal Muhammad ‘Isa, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Fikahati Anesta,
1994), Cet. Ke-1, h. 64.

1
2

berikut: “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,


mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah”.2 Selanjutnya Moh Uzer
Usman dalam bukunya Menjadi Guru Profesional mendefinisikan bahwa:
“guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian
khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal”.3
Pendapat lain dikemukakan oleh Asrorun Ni’am Sholeh dalam buku
yang berjudul Membangun Profesionalitas Guru, mengungkapkan bahwa:
dalam proses pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge), tapi juga berfungsi untuk menanamkan
nilai (values) serta membangun karakter (character building) peserta didik
secara berkelanjutan. Dalam terminologi Islam, guru diistilahkan dengan
murabby, satu akar kata dengan rabb yang berarti Tuhan. Jadi, fungsi dan
peran guru dalam sistem pendidikan merupakan salah satu manifestasi dari
sifat ketuhanan. Demikian mulianya posisi guru, sampai-sampai Tuhan, dalam
pengertian sebagai rabb mengidentifikasi diri-Nya sebagai rabbul’alamin
“Sang Maha Guru”, “Guru seluruh jagad raya”. Untuk itu, kewajiban pertama
yang dibebankan setiap hamba sebagai murid “Sang Maha Guru” adalah
belajar, mencari ilmu pengetahuan. Setelah itu, setiap orang yang telah
mempunyai ilmu pengetahuan memiliki kewajiban untuk mengajarkannya
kepada orang lain. Dengan demikian, profesi mengajar adalah sebuah
kewajiban yang merupakan manifestasi dari ibadah. Sebagai konsekuensinya,
barang siapa yang menyembunyikan sebuah pengetahuan maka ia telah
melangkahkan kaki menuju jurang api neraka.4

Menanggapi apa yang telah dikemukakan oleh Asrorun Ni’am Shaleh,


penulis memahami bahwa profesi mengajar adalah suatu pekerjaan yang
memiliki nilai kemuliaan dan ibadah. Mengajar adalah suatu kewajiban bagi
setiap orang yang memiliki pengetahuan. Selanjutnya, mengingat mengajar
adalah suatu kawajiban bagi setiap orang yang memiliki pengetahuan, maka

2
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,
(Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 2-3.
3
M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),
Cet. Ke-20, h. 15.
4
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis atas
Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), Cet. Ke-1, h. 3.
3

sudah sepantasnya bagi orang yang tidak menyampaikan ilmu pengetahuannya


maka akan berakibat dosa bagi dirinya.
Selanjutnya Asrorunni’am Sholeh mengatakan bahwa di sisi lain,
profesi mengajar merupakan kewajiban tersebut, hanya dibebankan kepada
setiap orang yang berpengetahuan. Dengan kata lain, profesi mengajar harus
didasarkan pada adanya kompetensi dengan kualifikasi akademik tertentu.
Mengajar, bagi seseorang yang tidak mempunyai kompetensi profesional
untuk itu justru akan berbuah dosa. Kemudian, “apabila sesuatu dilakukan
oleh sesuatu yang bukan ahlinya, maka tunggulah suatu kehancurannya”.
Penggalan hadits Rasulullah saw. ini seolah memberikan warning bagi guru
yang tidak memenuhi kompetensi profesionalnya.5
Dari penjelasan yang dikemukakan Asrorunni’am Sholeh, penulis
dapat menyimpulkan bahwa profesi mengajar merupakan kewajiban yang
hanya dibebankan kepada orang yang berpengetahuan. Dengan demikian,
profesi mengajar harus didasarkan pada adanya kompetensi dan kualifikasi
tertentu bagi setiap orang yang hendak mengajar.
Menurut Asrorunni’am Sholeh, secara konseptual, deskripsi dua
kondisi di atas memberikan dua hal prinsip dalam konteks membicarakan
mengenai profesi guru dan dosen. Pertama, adanya semangat keterpanggilan
jiwa, pengabdian dan ibadah. Profesi pendidik merupakan profesi yang
mempunyai kekhusususan dalam membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dan memerlukan keahlian, idealisme, kearifan dan
keteladanan melalui waktu yang panjang. Kedua, adanya prinsip
profesionalitas, keharusan adanya kompetensi dan kualifikasi akademik yang
dibutuhkan, serta adanya penghargaan terhadap profesi yang diemban. Maka
prinsip idealisme dan keterpanggilan jiwa serta prinsip profesionalitas harus
mendasari setiap perjuangan untuk mengangkat harkat dan martabat guru dan
dosen. Dengan demikian profesi guru dan dosen merupakan profesi tertutup
yang harus sejalan dengan prinsip-prinsip idealisme dan profesionalitas secara
5
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis atas
Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), h. 4.
4

berimbang. Jangan sampai akibat pada perjuangan dan penonjolan aspek


profesionalisme berakibat penciptaan gaya hidup materialisme dan
6
pragmatisme yang menafikan idealisme dan keterpanggilan jiwa.
Secara konseptual, unjuk kerja guru menurut Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan dan Johson, sebagaimana yang dikutip oleh Martinis Yamin
mencakup tiga aspek, yaitu; (a) kemampuan profesional, (b) kemampuan
sosial, dan (c) kemampuan personal (pribadi).7
Menyadari akan pentingnya profesionalisme dalam pendidikan, maka
Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah paham yang
mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang
profesional.8
Akan tetapi melihat realita yang ada, keberadaan guru profesional
sangat jauh dari apa yang dicita-citakan. Menjamurnya sekolah-sekolah yang
rendah mutunya memberikan suatu isyarat bahwa guru profesional hanyalah
sebuah wacana yang belum terrealisasi secara merata dalam seluruh
pendidikan yang ada di Indonesia. Hal itu menimbulkan suatu keprihatinan
yang tidak hanya datang dari kalangan akademisi, akan tetapi orang awam
sekalipun ikut mengomentari ketidakberesan pendidikan dan tenaga pengajar
yang ada. Kenyataan tersebut menggugah kalangan akademisi, sehingga
mereka membuat perumusan untuk meningkatkan kualifikasi guru melalui
pemberdayaan dan peningkatan profesionalisme guru dari pelatihan sampai
dengan intruksi agar guru memiliki kualifikasi pendidikan minimal Strata 1
(S1).
Yang menjadi permasalahan baru adalah, guru hanya memahami
intruksi tersebut hanya sebagai formalitas untuk memenuhi tuntutan

6
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis atas
Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), h. 4-5.
7
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2007), Cet. Ke-2, h. 4.

8
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), Cet. 6, h. 107.
5

kebutuhan yang sifatnya administratif. Sehingga kompetensi guru profesional


dalam hal inti tidak menjadi prioritas utama. Dengan pemahaman tersebut,
kontribusi untuk siswa menjadi kurang terperhatikan bahkan terabaikan.
Masalah lain yang ditemukan penulis adalah, minimnya tenaga
pengajar dalam suatu lembaga pendidikan juga memberikan celah seorang
guru untuk mengajar yang tidak sesuai dengan keahliannya. Sehingga yang
menjadi imbasnya adalah siswa sebagai anak didik tidak mendapatkan hasil
pembelajaran yang maksimal. Padahal siswa ini adalah sasaran pendidikan
yang dibentuk melalui bimbingan, keteladanan, bantuan, latihan, pengetahuan
yang maksimal, kecakapan, keterampilan, nilai, sikap yang baik dari seorang
guru. Maka hanya dengan seorang guru profesional hal tersebut dapat
terwujud secara utuh, sehingga akan menciptakan kondisi yang menimbulkan
kesadaran dan keseriusan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan
demikian, apa yang disampaikan seorang guru akan berpengaruh terhadap
hasil pembelajaran. Sebaliknya, jika hal di atas tidak terealisasi dengan baik,
maka akan berakibat ketidak puasan siswa dalam proses kegiatan belajar
mengajar.
Tidak kompetennya seorang guru dalam penyampaian bahan ajar
secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil dari pembelajaran.
Karena proses pembelajaran tidak hanya dapat tercapai dengan keberanian,
melainkan faktor utamanya adalah kompetensi yang ada dalam pribadi
seorang guru. Keterbatasan pengetahuan guru dalam penyampaian materi baik
dalam hal metode ataupun penunjang pokok pembelajaran lainnya akan
berpengaruh terhadap pembelajaran.
Melihat wacana di atas, sangat terlihat bahwa profesionalisme guru
dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Atas dasar wacana yang ada di
lapangan, maka penulis ingin membuktikan apakah persepsi yang ada di
kalangan masyarakat mengenai masalah profesionalisme guru itu benar atau
sebaliknya, dengan melakukan suatu penelitian.
Berdasarkan dugaan penulis, pada umumnya kondisi sekolah yang ada
masih terdapat guru yang belum profesional. Kompetensi guru yang ada di
6

sekolah tersebut belum sepenuhnya memenuhi kriteria sebagaimana yang


diinginkan oleh persyaratan guru profesional. Oleh karena itu, pemerintah
mengadakan program sertifikasi keguruan dengan mensyaratkan pengajar
memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1 sesuai dengan bidangnya masing-
masing.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dan membahasnya dalam bentuk skripsi yang
berjudul “PROFESIONALISME GURU DAN HUBUNGANNYA DENGAN
PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTS AL-JAMII’AH TEGALLEGA
CIDOLOG SUKABUMI”
Alasan penulis mengambil judul skripsi ini adalah: Pertama, penulis
sangat tertarik dengan pembahasan yang berkaitan dengan masalah
profesionalisme guru. Karena penulis berpendapat bahwa profesionalisme
guru dalam pendidikan sangat berpengaruh terhadap proses kegiatan belajar
mengajar. Kedua, penulis berpendapat bahwa kegagalan pendidikan di
Indonesia salah satu penyebabnya adalah tingkat profesionalisme guru yang
kurang baik. Untuk itu, penulis ingin mengetahui pembenaran asumsi tersebut
melalui penelitian langsung ke MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog
Sukabumi. Ketiga, berawal dari suatu kasus yang ada di wilayah Suakabumi
yang berkaitan dengan adanya intruksi pemerintah dalam penyetaraan standar
kualififikasi tenaga pendidik minimal S1. Penulis melihat, intruksi tersebut
ditanggapi tenaga pendidik hanya sebagai pemenuhan administratif yang tanpa
memperhatikan peningkatan mutu atau tingkat profesionalisme dalam proses
belajar mengajar. Dengan demikian, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian apakah tenaga pengajar MTs Al-Jamii’ah termasuk guru yang
mementingkan tingkat profesionalitas ataukah tidak. Keempat, adanya tenaga
pengajar yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya
akan berdampak terhadap kualitas pendidikan. Penulis ingin mengetahui
apakah tenaga pengajar di MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi
mengalami masalah yang sama ataukah tidak. Untuk itu peneulis memilih
MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi, sebagai tempat untuk menguji
7

apakah ada hubungan yang signifikan antara profesionalisme guru dengan


prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian ini lebih fokus dan tidak
menyimpang dari apa yang ingin diteliti, maka penulis membatasi
penelitian ini pada permasalahan sebagai berikut:
a. Secara garis besar, permasalahan yang menyangkut dengan
profesionalisme guru sangat kompleks sekali. Adapun pada skripsi ini,
profesionalisme guru yang dimaksud adalah profesionalisme guru
Islam yang lebih spesifiknya guru Fiqih yang profesional, yaitu guru
yang memiliki kompetensi, guru yang berkualitas yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kompetensi guru yang akan
diteliti dalam skripsi ini dibatasi ke dalam empat kategori, yakni;
merencanakan program belajar mengajar, menguasai bahan pelajaran,
melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar mengajar,
serta menilai kemajuan proses belajar mengajar.
b. Sedangkan prestasi belajar yang dimaksud dalam skripsi ini adalah
kemampuan siswa yang diperoleh dari penilaian aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa berupa
nilai raport dalam bidang studi Fiqih.

2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah
yang akan diteliti adalah:
a. Bagaimana profesionalisme guru Fiqih di MTs Al-Jamii’ah Tegallega
Cidolog Sukabumi?
b. Bagaimana prestasi belajar siswa dalam bidang studi Fiqih di MTs Al-
Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi?
8

c. Apakah ada korelasi antara profesionalisme guru Fiqih dengan prestasi


belajar siswa di MTs Al-Jmii’ah Tegallega?

C. Metode Pembahasan
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan dua bentuk
metode penelitian. Yang pertama dengan metode penelitian library
research, melalui penelitian kepustakaan ini penulis berusaha mengkaji
buku-buku serta tulisan ilmiah yang berkaitan dengan masalah yang
dibahas dalam skripsi ini. Kedua dengan metode penelitian lapangan
(Field Research), yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung ke
obyeknya melalui teknik angket, yaitu serangkaian pertanyaan yang harus
dijawab oleh responden. Adapun pendekatan penelitian yang dilakukan
dalam skripsi ini adalah pendekatan analisis korelasional, yaitu menguji
hubungan antara profesionalisme guru Fiqih dengan prestasi belajar siswa
(nilai raport) bidang studi Fiqih.

2. Metode Penulisan
Metode penulisan yang menjadi rujukan dalam penelitian ini
adalah buku Pedoman Skripsi Tim penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007 dan Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Suharsimi Arikunto, Rineka Cipta
Jakarta 2002 Cet. Ke-12.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan yang hendak dicapai adalah:
a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat profesionalisme guru
dalam bidang studi Fiqih yang ada di sekolah MTs Al-Jamii’ah Tegallega.
b. Untuk memperoleh gambaran tentang prestasi belajar siswa MTs Al-
Jamii’ah Tegallega dam bidang studi Fiqih.
9

c. Untuk mengetahui hubungan antara profesionalisme guru dalam proses


pembelajaran dengan prestasi belajar siswa dalam bidang studi Fiqih.
Adapun manfaat yang hendak dicapai dari hasil penelitian ini :
a. Penelitian ini berguna untuk kepala sekolah untuk meningkatkan
profesionalisme dan kinerjan guru.
b. Penelitian ini juga bermanfaat dalam rangka memperbaiki kegiatan
pembelajaran sekolah yang bersangkutan.
c. Melalui penelitian ini diharapkan guru mampu meningkatkan kualitas
personal dan profesional sebagai pendidik.
d. Bagi lembaga (instansi) yang terkait, diharapkan dapat menjadi bahan
acuan dalam meningkatkan kaderisasi pendidik baik untuk saat ini maupun
untuk yang akan datang.
e. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan mendapat informasi baru
mengenai pengetahuan tentang profesionalisme yang harus dimiliki
seorang guru. Sehingga dengan demikian, dapat memberikan masukan dan
pembekalan untuk proses kedepan.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Setiap bab
dirinci ke dalam beberapa sub bab sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, metode pembahasan yang terdiri dari metode
penelitian dan metode penulisan, tujuan dan manfaat penelitian
serta sistematika penulisan.

BAB II Berisi pembahasan tentang teori profesionalisme guru dan prestasi


belajar, yang di dalamnya memuat pengertian profesionalisme
guru, perlunya guru profesional, aspek-aspek kompetensi guru
profesional, kriteria guru sebagai profesi, kriteria guru profesional
dan indikator guru yang profesional. Kemudian pengertian prestasi
belajar, jenis-jenis prestasi bealajar, faktor-faktor yang
10

mempengaruhi prestasi belajar, indikator prestasi belajar,


hubungan profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa,
kerangka berpikir dan hipotesis.

BAB III Dalam bab ini dikemukakan metode penelitian, memuat tempat dan
waktu penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV Hasil penelitian terdiri dari kondisi sekolah serta gambaran umum
kondisi guru MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi
dengan membahas jumlah guru, latar belakang pendidikan, dan
tugas-tugasnya. Selanjutnya deskripsi data meliputi
profesionalisme guru Fiqih, prestasi belajar siswa dalam bidang
studi Fiqih, dan hubungan antara profesionalisme guru Fiqih
dengan prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamii’ah Tegallega
Cidolog Sukabumi, dan yang terakhir adalah analisis interpretasi
data.

BAB V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.


BAB II
PEMBAHASAN
PROFESIONALISME GURU DAN
HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

A. Profesionalisme Guru
1. Pengertian Profesionalisme Guru
Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus
Inggris Indonesia, “profession berarti pekerjaan”.1 Arifin dalam buku
Kapita Selekta Pendidikan mengemukakan bahwa profession mengandung
arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan
keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus.2
Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru
Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
disebutkan pula bahwa profesionalisme berasal dari kata profesi yang
artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh
seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan
tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang
diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah

1
John M. Echols dan Hassan Shadili, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia, 1996), Cet. Ke-23, h. 449.
2
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), Cet. Ke- 3, h. 105.

10
11

suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.3


Menurut Martinis Yamin profesi mempunyai pengertian seseorang
yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan
prosedur berlandaskan intelektualitas.4 Jasin Muhammad yang dikutip
oleh Yunus Namsa, beliu menjelaskan bahwa profesi adalah “suatu
lapangan pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya memerlukan teknik
dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi serta cara menyikapi lapangan
pekerjaan yng berorientasi pada pelayanan yang ahli”. Pengertian profesi
ini tersirat makna bahwa di dalam suatu pekerjaan profesional diperlukan
teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual yang
mengacu pada pelayanan yang ahli.5
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
profesi adalah suatu pekerjaan atau keahlian yang mensyaratkan
kompetensi intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang diperolah
melalui proses pendidikan secara akademis.
Dengan demikian, Kunandar mengemukakan profesi guru adalah
keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran,
dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam
memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru sebagai profesi
berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian
dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat
melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil
guna.6

3
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),
Cet. Ke-1, h. 45.
4
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, h. 3.
5
M.Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan Metodologi
Pengajaran Agama Islam, h. 29.
6
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, h. 46.
12

Adapun mengenai kata “Profesional”, Uzer Usman memberikan


suatu kesimpulan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesional
memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari
dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Kata “prifesional”
itu sendiri berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata
benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter,
hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat
profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka
yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan
oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Dengan
bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru profesional adalah
orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai
guru dengan kemampuan yang maksimal.7

H.A.R. Tilaar menjelaskan pula bahwa seorang profesional


menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan
kata lain memiliki kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan
profesinya. Seorang profesional menjalankan kegiatannya berdasarkan
profesionalisme, dan bukan secara amatiran. Profesionalisme bertentangan
dengan amatirisme. Seorang profesional akan terus-menerus
meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan
pelatihan.8
Adapun mengenai pengertian profesionalisme itu sendiri adalah,
suatu pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam
pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui
pendidikan khusus atau latihan khusus.9 Profesionalisme guru merupakan
kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan
dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan
seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu, guru yang
profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan

7
M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, h. 14-15.
8
H.A.R. Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002),
Cet. Ke-1, h. 86.
9
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: BUMI AKSARA,
1995), Cet. Ke- 3, h. 105.
13

untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Dengan kata lain,


maka dapat disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah orang
yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik
dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di
bidangnya.10 Sedangkan Oemar Hamalik mengemukakan bahwa guru
profesional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan
guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan
telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar.11
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah
suatu jabatan, profesional adalah kemampuan atau keahlian dalam
memegang suatu jabatan tertantu, sedangkan profesionalisme adalah jiwa
dari suatu profesi dan profesional. Dengan demikian, profesionalisme guru
dalam penelitian ini adalah profesionalisme guru dalam bidang studi
Fiqih, yaitu seorang guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus
dalam bidang studi Fiqih serta telah berpengalaman dalam mengajar Fiqih
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru Fiqih
dengan kemampuan yang maksimal serta memiliki kompetensi sesuai
dengan kriteria guru profesional, dan profesinya itu telah menjadi sumber
mata pencaharian.

2. Dalil Guru Profesional


3. Perlunya Guru Profesional
Dalam pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing,
pelatih, dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar yang
menarik, memberi rasa aman, nyaman dan kondusif dalam kelas.

10
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, h. 46-47.
11
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), Cet. Ke-4, h. 27.
14

Keberadaannya di tengah-tengah siswa dapat mencairkan suasana


kebekuan, kekakuan, dan kejenuhan belajar yang terasa berat diterima
oleh para siswa. Kondisi seperti itu tentunya memerlukan keterampilan
dari seorang guru, dan tidak semua mampu melakukannya. Menyadari hal
itu, maka penulis menganggap bahwa keberadaan guru profesional sangat
diperlukan.
Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses
pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menjadi profesional, mereka harus
mampu menemukan jati diri dan mengaktualkan diri. Pemberian prioritas
yang sangat rendah pada pembangunan pendidikan selama beberapa puluh
tahun terakhir telah berdampak buruk yang sangat luas bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara.12
Mengomentari mengenai adanya keterpurukan dalam pendidikan
saat ini, penulis sangat menganggap penting akan perlunya keberadaan
guru profesioanal. Untuk itu, guru diharapkan tidak hanya sebatas
menjalankan profesinya, tetapi guru harus memiliki keterpanggilan untuk
melaksanakan tugasnya dengan melakukan perbaikan kualitas pelayanan
terhadap anak didik baik dari segi intelektual maupun kompetensi lainnya
yang akan menunjang perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar serta mampu mendatangkan prestasi belajar yang baik.
Menyadari akan peran guru dalam pendidikan, Muhibbin Syah
dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru
mengemukakan bahwa guru dalam pendidikan modern seperti sekarang
bukan hanya sekedar pengajar melainkan harus menjadi direktur belajar.
Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan
kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja
akademik) sebagaimana telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan
pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai konsekuensinya tugas dan
tanggung jawabnya menjadi lebih kompleks. Perluasan tugas dan
tanggung jawab tersebut membawa konsekuensi timbulnya fungsi-fungsi
khusus yang menjdi bagian integral dalam kompetensi profesionalisme
keguruan yang disandang para guru. Menanggapi kondisi tersebut,

12
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta: Elsas,
2006), Cet. Ke- 1, h. 9.
15

Muhibbin Syah mengutip pendapat Gagne bahwa setiap guru berfungsi


sebagai:

a. Designer of intruction (perancang pengajaran)


b. Manager of intruction (pengelola pengajaran)
c. Evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa).13

Dalam sebuah situs yang membahas mengenai profesionalisme


dunia pendidikan, Suciptoardi memaparkan bahwa guru diharapkan
melaksanakan tugas kependidikan yang tidak semua orang dapat
melakukannya, artinya hanya mereka yang memang khusus telah
bersekolah untuk menjadi guru, yang dapat menjadi guru profesional.
Tidak dapat dinaifkan bahwa memang tidak mudah merumuskan dan
menggambarkan profil seorang guru profesional. Suciptoardi menegaskan
bahwa guru itu adalah sebuah profesi. Sebagai profesi, memang
diperlukan berbagai syarat, dan syarat itu tidak sebegitu sukar dipahami,
dan dipenuhi, kalau saja setiap orang guru memahami dengan benar apa
yang harus dilakukan, mengapa ia harus melakukannya dan menyadari
bagaimama ia dapat melakukannya dengan sebaik-baiknya, kemudian ia
melakukannya sesuai dengan pertimbangan yang terbaik. Dengan berbuat
demikian, ia telah berada di dalam arus proses untuk menjadi seorang
profesional, yang menjadi semakin profesional.14

Menanggapi kembali mengenai perlunya seorang guru yang


profesional, penulis berpendapat bahwa guru profesional dalam suatu
lembaga pendidikan diharapkan akan memberikan perbaikan kualitas
pendidikan yang akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Dengan perbaikan kualitas pendidikan dan peningkatan prestasi belajar,
maka diharapkan tujuan pendidikan nasional akan terwujud dengan baik.
Dengan demikian, keberadaan guru profesional selain untuk
13
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-13, h.250.
14
http://Suciptoardi.wordpress.com/2007/12/29/profesionalisme-dunia-
pendidikan-oleh -Winarno-Surakhmad/2008/05/12/.
16

mempengaruhi proses belajar mengajar, guru profesional juga diharapkan


mampu memberikan mutu pendidikan yang baik sehingga mampu
menghasilkan siswa yang berprestasi. Untuk mewujudkan itu, perlu
dipersiapkan sedini mungkin melalui lembaga atau sistem pendidikan guru
yang memang juga bersifat profesional dan memeliki kualitas pendidikan
dan cara pandang yang maju.
4. Aspek-aspek Kompetensi Guru Profesional
Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahas
mengenai pengertian profesionalisme guru, terlebih dahulu penulis akan
menjelaskan mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru
yang profesional. Karena seorang guru yang profesional tentunya harus
memiliki kompetensi profesional. Dalam buku yang ditulis oleh E.
Mulyasa, Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru itu mencakup
empat aspek sebagai berikut:
a. Kompetensi Pedagogik.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir
a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan
mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.15
b. Kompetensi Kepribadian.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir
b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia.16

15
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (PT. Remaja Rosda
Karya: Bandung, 2008), Cet. Ke-3, h.75.
16
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, h. 117.
17

c. Kompetensi Profesioanal.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir
c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkan membimbing pesrta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan17
d. Kompetensi Sosial.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir
d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial
adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserte didik,
dan masyarakat sekitar.18
Alisuf Sabri dalam jurnal Mimbar Agama dan Budaya mengutip
pernyataan Mitzel yang mengemukakan bahwa seorang guru dikatakan
efektif dalam mengajar apabila ia memiliki potensi atau kemampuan
untuk mendatangkan hasil belajar pada murid-muridnya. Untuk mengatur
efektif tidaknya seorang guru, Mitzel menganjurkan cara penilaian dengan
3 kriteria, yaitu: presage, process dan product. Dengan demikian seorang
guru dapat dikatakan sebagai guru yang effektif apabila ia dari segi:
presage, ia memiliki “personality attributes” dan “teacher knowledge”
yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan mengajar yang mampu
mendatangkan hasil belajar kepada murid. Dari segi process, ia mampu
menjalankan (mengelola dan melaksanakan) kegiatan belajar-mengajar
yang dapat mendatangkan hasil belajar kepada murid. Dari segi product ia
dapat mendatangkan hasil belajar yang dikehendaki oleh masing-masing
muridnya.
Dengan penjelasan di atas berarti latar belakang pendidikan atau
ijazah sekolah guru yang dijadikan standar unsur presage, sedangkan
ijazah selain pendidikan guru berarti nilainya di bawah standar.
Berdasarkan pemahaman dari uraian-uraian di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa mutu guru dapat diramalkan dengan tiga kriteria yaitu:
presage, process dan product yang unsur-unsurnya sebagai berikut:

17
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, h. 135.
18
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, h. 173.
18

1. Kriteria presage (tanda-tanda kemampuan profesi keguruan) yang


terdiri dari unsur sebagai berikut:
a. Latar belakang pre-service dan in-service guru.
b. Pengalaman mengajar guru.
c. Penguasaan pengetahuan keguruan.
d. Pengabdian guru dalam mengajar.
2. Kriteria process (kemampuan guru dalam mengelola dan
melaksanakan proses belajar mengajar) terdiri dari:
a. Kemampuan guru dalam merumuskan Rancangan Proses
Pembelajaran (RPP).
b. Kemampuan guru dalam melaksanakan (praktik) mengajar di
dalam kelas.
c. Kemampuan guru dalam mengelola kelas.
3. Kriteria product (hasil belajar yang dicapai murid-murid) yang terdiri
dari hasil-hasil belajar murid dari bidang studi yang diajarkan oleh
guru tersebut.
Dalam prakteknya meramalkan mutu seorang guru di sekolah atau di
madrasah tentunya harus didasarkan kepada effektifitas mengajar guru
tersebut sesuai dengan tuntutan kurikulum sekarang yang berlaku,
dimana guru dituntut kemampuannya untuk merumuskan dan
mengintegrasikan tujuan, bahan, metode, media dan evaluasi
pengajaran secara tepat dalam mendisain dan mengelola proses belajar
mengajar, disamping itu guru juga harus mampu melaksanakan atau
membimbing terjadinya kualitas proses belajar yang akan dialami oleh
murid-muridnya.19

Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin, secara


konseptual, unjuk kerja guru menurut Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dan Johnson mencakup tiga aspek, yaitu; (a) kemampuan
profesional, (b) kemampuan sosial, dan (c) kemampuan personal (pribadi).
Kemudian ketiga aspek ini dijabarkan menjadi:
a. Kemampuan profesional mencakup:
1) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan
yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari
bahan yang diajarkannya itu.
2) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan
kependidikan dan keguruan.

19
Alisuf Sabri, Mimbar Agama dan Budaya, (Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengabdian Pada Masyarakat IAIN, 1992, Cet. Ke-1, h. 16-18.
19

3) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan


pembelajaran siswa.
b. Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri
kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawa
tugasnya sebagai guru.
c. Kemampuan personal (pribadi) mencakup:
1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya
sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta
unsur-unsurnya.
2) Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai seyogianya
dianut oleh seseorang guru.
3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan
teladan bagi para siswanya.20
Ahmad Sabri dalam buku yang ditulis oleh Yunus Namsa
mengemukakan pula bahwa untuk mampu melaksanakan tugas mengajar
dengan baik, guru harus memiliki kemampuan profesional, yaitu
terpenuhinya 10 kompetensi guru, yang meliputi:
a. Menguasai bahan meliputi:
1) Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah;
2) Menguasai bahn pengayaan/penunjang bidang studi;
b. Mengelola program belajar mengajar, meliputi :
1) Merumuskan tujuan intsruksional;
2) Mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional yang
tepat;
3) Melaksanakan program belajar mengajar;
4) Mengenal kemampuan anak didik;
c. Mengelola kelas, meliputi:
1) Mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran;
2) Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi;
d. Menggunakan media atau sumber, meliputi:
1) Mengenal, memilih dan menggunakan media;
2) Membuat alat bantu pelajaran yang sederhana;
3) Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar;
4) Menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan
lapangan;
e. Menguasai landasan-landasan pendidikan.
f. Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar.

20
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, h. 4-5.
20

g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran.


h. Mengenal fungsi layanan dan program bimbingan dan penyuluhan:
a. Mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan penyuluhan;
b. Menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan;
i. Mengenal dan menyelengarakan administrasi sekolah;
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran.21

Dalam lokakarya kurikulum pendidikan guru yang


diselenggarakan oleh Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G),
telah dirumuskan sejumlah kemampuan dasar seorang calon guru lulusan
sistem multistrata sebagai berikut:
a. Menguasai bahan yakni menguasai bahan bidang studi dalam
kurikulum-kurikulum sekolah, menguasai bahan pengayaan/penunjang
bidang studi.
b. Mengelola program belajar mengajar yakni merumuskan tujuan
instruksional, mengenal dan bisa memakai metode mengajar, memilih
materi dan prosedur instruksional yang tepat, melaksanakan program
belajar dan mengajar, mengenal kemampuan anak didik,,
menyesuaikan rencana dengan situasi kelas, melaksanakan dan
merencanakan pengajaran remedial, serta mengevaluasi hasil belajar.
c. Mengelola kelas yakni mengatur tata ruang kelas dalam rangka CBSA,
dan menciptakan iklim belajar yang efektif.
d. Menggunakan media yakni memilih dan menggunakan media, mebuat
alat-alat bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan mengelola
laboratorium, mengembangkan laboratorium, serta menggunakan
perpustakaan dalam proses belajar mengajar.
e. Menguasai landasan-landasan kependidikan.
f. Merencanakan program pengajaran.
g. Mengelola interaksi belajar mengajar.
h. Menguasai macam-macam metode mengajar.
i. Menilai kemampuan prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
j. Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di
sekolah.
k. Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah.
l. Mampu memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan
yang sederhana guna kemajuan pengajaran.22

Kemudian dalam PP No. 19 Tahun. 2005 (Pasal 28) menegaskan


mengenai Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai berikut:

21
M. Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan Metodologi
Pengajaran Agama Islam, h. 37-38.
22
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi, h. 44-45.
21

a. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai


agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memilki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang
pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/sertifikat keahlian yang
relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
c. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
1) Kompetensi pedagogik;
2) Kompetensi kepribadian;
3) Kompetensi profesional; dan
4) Kompetensi sosial.
d. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/sertifikat keahlian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus
yang diakui dan diperlukan dapat dianggap menjadi pendidik setelah
melewati uji kelayakan dan kesetaraan.
e. Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4)
dikembangkan oleh BNSP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.23
Dalam PERMENDIKNAS RI No. 16 Tahun. 2007 (Pasal 1 dan 2)
mengenai Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan pula
bahwa:
Pasal 1
a. Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan
kompetensi guru yang berlaku secara nasional.
b. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri
ini.
Pasal 2
Ketentuan mengenai guru dalam jabatan yang belum memenuhi
kualifikasi akademik diploma (D-IV) atau Sarjana (S1) akan diatur dengan
Peraturan Menteri tersendiri.24

Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas mengenai aspek-


aspek kompetensi guru profesional, untuk memudahkan penulis dalam
melakukan penelitian, maka indikator yang akan diteliti dalam skripsi ini

23
http://www.unissula.ac.id/v1/download/Peraturan/PP_19_2005_STANDAR_N
AS_PENDDKN.PDF/2008/01/09/.
24
http://www.setjen.depdiknas.go.id/prodhukum/dokumen/5212007134511Perm
en_16_2007.pdf./2008/05/04/.
22

akan merujuk kepada pendapat yang ditulis oleh Nana Sudjana dalam
bukunya yang berjudul Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.
Menurut Nana Sudjana, untuk keperluan analisis tugas guru
sebagai pengajar, maka kemampuan guru atau kompetensi guru yang
banyak hubungannya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar
dapat diguguskan ke dalam empat kemampuan yakni:
a. Merencanakan program belajar mengajar.
Sebelum membuat perencanaan belajar mengajar, guru terlebih dahulu
harus mengetahui arti dan tujuan perencanaan tersebut, dan menguasai
secara teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat dalam
perencanaan belajar mengajar. Kemampuan merencanakan program
belajar mengajar merupakan muara dari segala pengetahuan teori,
keterampilan dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang objek
belajar dan situasi pengajaran. Makna atau arti dari
perencanaan/program belajar mengajar tidak lain adalah suatu
proyeksi/perkiraan guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan
siswa selama pengajaran itu berlangsung. Dalam kegiatan tersebut
secara terinci harus jelas ke mana siswa akan dibawa (tujuan), apa
yang harus siswa pelajari (isi bahan pelajaran), bagaimana cara siswa
mempelajarinya (metode dan teknik) dan bagaimana kita mengetahui
bahwa siswa telah mencapainya (penilaian).25
b. Menguasai bahan pelajaran.
Kemampuan menguasai bahan pelajaran sebagai bahan integral dari
proses belajar mengajar, jangan dianggap pelengkap bagi profesi guru.
Guru yang bertaraf profesional penuh mutlak harus menguasai bahan
yang akan diajarkannya. Penguasaan bahan pelajaran ternyata
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Nana Sudjana
mengutip pendapat yang dikemukakan oleh Hilda Taba yang
menyatakan bahwa keefektifan pengajaran dipengaruhi oleh (a)
karakteristik guru dan siswa, (b) bahan pelajaran, dan (c) aspek lain
yang berkenaan dengan sistuasi pelajaran. Jadi terdapat hubungan
yang positif antara penguasaan bahan pelajaran oleh guru dengan hasil
belajar yang dicapai oleh siswa. Artinya, makin tinggi penguasaan
bahan pelajaran oleh guru makain tinggi pula hasil belajar yang
dicapai siswa.
c. Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar.
Melaksanakan atau mengelola program belajar mengajar merupakan
tahap pelaksanaan program yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar kemampuan yang dituntut adalah keaktifan
guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar
sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam perencanaan. Guru
harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat,
25
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 1998), Cet. Ke-4, h. 19-20.
23

apakah kegiatan mengajar dihentikan, ataukah diubah metodenya,,


apakah mengulang kembali pelajaran yang lalu, manakala para siswa
belum dapat mencapai tujuan pengajaran. Pada tahap ini di samping
pengetahuan teori tentang belajar mengajar, tentang pelajar,
diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik mengajar.
Misalnya prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran,
penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai hasil belajar
siswa, keterampilan memilih dan menggunakan strategi atau
pendekatan mengajar.
d. Menilai kemajuan proses belajar mengajar.
Setiap guru harus dapat melakukan penilaian tentang kemajuan yang
dicapai para siswa, baik secara iluminatif-obsrvatif maupun secara
struktural-objektif. Penilaian secara iluminatif-observatif dilakukan
dengan pengamatan yang terus menerus tentang perubahan dan
kemajuan yang dicapai siswa. Sedangkan penilaian secara struktural-
objektif berhubungan dengan pemberian skor, angka atau nilai yang
biasa dilakukan dalam rangka penilaian hasil belajar siswa.26

5. Aspek Guru Islam Profesional


Kamal Muhammas ‘Isa mengemukakan bahwa seorang guru
dituntut harus memilki berbagai sifat dan sikap yang antara lain sebagai
berikut:
a. Seorang guru haruslah manusia pilihan. Siap memikul amanah dan
menunaikan tanggung jawab dalam pendidikan generasi muda.
b. Seorang guru hendaklah mampu mempersiapkan dirinya sesempurna
mungkin. Agar bisa berperan sebagai pendidik dekaligus sebagai da’i
yang selalu menyeru ke jalan Allah. Oleh sebab itu, kebutuhan hidup
guru, haruslah dapat dipenuhi oleh pihak penguasa. Agar dalam
ketenangan hidupnya, mereka bisa melaksanakan tugasnya dengan
penuh rasa cinta dan ikhlas.
c. Seorang guru juga hendaknya tidak pernah tamak dan bathil dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari. Sehingga seorang guru semata-
mata hanya mengharapkan ganjaran dan pahala dari Allah swt.
Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Hud as dalam Q.S. Huud ayat 51:

“Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini.
Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku.
Maka tidakkah kamu memikirkan-Nya?”. (Q.S. Huud (11): 51)

d. Seorang guru haruslah dapat meyakini Islam sebagai konsep ilahi


dimana dia hidup dengan konsep itu, dan mampu mengamalkannya.

26
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, h. 20-22.
24

e. Seorang guru harus memilki sikap yang terpuji, berhati lembut,


berjiwa mulia, ruhya suci, niatnya ikhlas, taqwanya hanya pada Allah,
ilmunya banyak dan pandai menyampaikan berbagai buah pikirannya
sehingga penjelasannya mudah ditangkap dengan atau tanpa alat
peraga.
f. Penampilan seorang guru hendaknya selalu sopan dan rapi.
g. Seorang guru seyogyanya juga mampu menjadi pemimpin yang
shalih.
h. Seruan dan anjuran seorang guru hendaknya tercermin pula dalam
sikap keluarga atau para sahabatnya.
i. Seorang guru harus menyukai dan mencintai muridnya. Tidak boleh
angkuh dan tidak boleh menjauh, sebaliknya ia harus mendekati anak
didiknya.27

6. Kriteria Guru Sebagai Profesi


Menurut Glen Langford dalam buku yang ditulis oleh Martinis
Yamin menjelaskan, kriteria profesi mencakup: (1) upah, (2) memiliki
pengetahuan dan keterampilan, (3) memiliki rasa tanggung jawab dan
tujuan, (4) mengutamakan layanan, (5) memiliki kesatuan, (6) mendapat
pengakuan dari orang lain atas pekerjaan yang digelutinya.28
Kemudian Robert W. Richey dalam bukunya “Preparing for a
Carier in Education”, yang dikutip Yunus Namsa mengemukakan ciri-ciri
sekaligus syarat-syarat dari suatu profesi sebagai berikut:
a. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal daripada
kepentingan pribadi.
b. Seorang pekerja profesional secara relatif memerlukan waktu yang
panjang untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip
pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.
c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memenuhi profesi tersebut serta
mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.
d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku sikap
serta cara kerja.

Kamal Muhammad ‘isa, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Fikahati


27

Anesta, 1994), Cet. Ke-1, h. 64-67.


28
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, h. 14.
25

e. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.


f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan
disiplin diri dalam profesi, serta kesejahtraan anggotannya.
g. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup (a live carier) dan
menjadi seorang anggota yang permanen.29

Soetjipto dan Raflis Kosasi dalam bukunya Profesi Keguruan


mengemukakan, Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya sudah ada yang
mencoba menyusun kriteria profesi keguruan. Misalnya National
Education Association (NEA) 1998 dengan menyarankan kriteria sebagai
berikut:
a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
b. Jabatan yang menggeluti satu batang tubuh ilmu yang khusus.
c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.
d. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang
bersinambungan.
e. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang
permanen.
f. Jabatan yang menentukan buku (standarnya) sendiri.
g. Jabatan yang mempunya organisasi profesional yang kuat dan terjalin
erat.30
Dalam buku yang dikutip Yunus Namsa, Sanusi mengutarakan
ciri-ciri utama suatu profesi sebagai berikut :
a. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang
menentukan (crusial).
b. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu.
c. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui
pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.

29
M. Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan Metodologi
Pengajaran Agama Islam, h. 39.
30
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2004 ), Cet. Ke-2, h. 18.
26

d. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas,
sistematik, eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak
umum.
e. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan
waktu yang cukup lama.
f. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan
sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.
g. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu
berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
h. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan
judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.
i. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan
bebas dari campur tangan orang luar.
j. Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat dan
oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.

Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Yunus Namsa,


Syafaruddin dan Irwan Nasution berpendapat bahwa ada beberapa alasan
rasional dan empirik sehingga tugas mengajar disebut sebagai profesi
adalah; (1) bidang tugas guru memerlukan perencanaan yang matang,
pelaksanaan yang mantap, pengendalian yang baik. Tugas mengajar
dilaksanakan atas dasar sistem; (2) bidang pekerjaan mengajar
memerlukan dukungan ilmu teoritis pendidikan dan mengajar; (3) bidang
pendidikan ini memerlukan waktu lama dalam masa pendidikan dan
latihan, sejak pendidikan dasar sampai pendidikan tenaga keguruan.31

7. Kriteria Guru Profesional


Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti
yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi
dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat
dikategori sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru
yang profesional, mereka harus memiliki berbagai keterampilan,
kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan
lain sebagainya.

31
M. Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan Metodologi
Pengajaran Agama Islam, h. 31-32.
27

Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, guru


profesional harus memiliki persyaratan, yang meliputi;
a. Memiliki bakat sebagai guru.
b. Memiliki keahlian sebagai guru.
c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.
d. Memiliki mental yang sehat.
e. Berbadan sehat.
f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.
g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila.
h. Guru adalah seorang warga negara yang baik. 32

Kunandar mengemukakan bahwa suatu pekerjaan profesional


memerlukan persyaratan khusus, yakni (1) menuntut adanya keterampilan
berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam; (2)
menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan
bidang profesinya; (3) menuntut adanya tingkat pendidikan yang
memadai; (4) adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari
pekerjaan yang dilaksanakannya; (5) memungkinkan perkembangan
sejalan dengan dinamika kehidupan.
Menurut Surya dalam buku yang ditulis oleh Kunandar, guru yang
profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas
yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun dalam metode.
Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam
melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya
mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada
peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru
profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral,
dan spiritual.33
6. Indikator Guru Profesional
Dalam penelitian ini, setelah penulis mengemukakan teori
mengenai profesionalisme guru, maka selanjutnya untuk lebih

32
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, h. 5-7.
33
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, h. 47.
28

memudahkan proses penelitian, dibawah ini penulis mencantumkan


indikator guru profesional yang akan diteliti dalam skripsi ini, adalah
sebagai berikut:
Tabel 1
Indikator Guru Profesional
No. Kompetensi Konsep Sub Kompetensi Indikator
1. Kompetensi Merupakan 1.1 Kemampuan a. Mampu membuat
Profesional kondisi, arah, merencanakan Rencana program
nilai, tujuan program Pembelajaran (RPP).
dan kualitas belajar- b. Kemampuan guru
suatu keahlian mengajar. dalam merumuskan
dan tujuan pembelajaran.
kewenangan
dalam bidang 1.2 Menguasai a. Mampu menjelaskan
pendidikan bahan materi pelajaran
dan pelajaran. dengan baik.
pengajaran b. Mampu menjawab
yang soal/pertanyaan dari
berkaitan siswa.
dengan
pekerjaan 1.3Melaksanakan/ a. Mampu
seseorang mengelola membangkitkan
yang menjadi proses motivasi kepada
mata belajar- siswa.
pencaharian. mengajar. b. Mampu memberikan
Guru appersepsi kepada
profesional siswa.
adalah guru c. Mampu
yang memilki menggunakan
kompetansi metode mengajar
yang
29

dipersyaratkan yang bervariasi.


untuk d. Mampu
melakukan menggunakan alat
tugas bantu pengajaran.
pendidikan e. Mampu Mengatur dan
dan mengubah suasana
pengajaran. kelas.
g. Mampu memberikan
teguran bagi siswa.
h. Mampu mengaturan
murid.
i. Mampu memberi
reward dan sanksi
pada siswa.
i. Mampu Memberi
pujian kepada siswa.

1.4 Menilai a. Mampu membuat dan


kemajuan mengkoreksi soal.
proses b. Mampu memberikan
belajar- hasil penilaian
mengajar. (raport).
c. Mampu mengadakan
remedial.

Dalam penelitian ini, yang termasuk kategori guru Fiqih yang profesional
adalah guru yang memilki ijazah Strata 1 (S1) dengan latar belakang pendidikan
keguruan dan telah berpengalaman dalam mengajar.
30

B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu “prestasi” dan
“belajar”. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud
dengan presatasi adalah: “Hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan,
dan sebagainya)”.34
Adapun belajar menurut pengertian secara psikologis, adalah
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek
tingkah laku. Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan
sebagai berikut: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”.35
M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan,
mengemukakan bahwa belajar adalah “tingkah laku yang mengalami
perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik
fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan
suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun
sikap.36
Dalam rumusan H. Spears yang dikutip oleh Dewa Ketut Sukardi
mengemukakan bahwa belajar itu mencakup berbagai macam perbuatan

34
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke- 2, h. 895.
35
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), Cet. Ke-4, h. 2.
36
M Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosadakarya, 2003),
Cet. Ke- 19, h. 85.
31

mulai dari mengamati, membaca, menurun, mencoba sampai


37
mendengarkan untuk mencapai suatu tujuan.
Selanjutnya, defini belajar yang diungkapkan oleh Cronbach di
dalam bukunya Educational Psychology yang dikutip oleh Sumardi
Suryabrata menyatakan bahwa: belajar yang sebaik-baiknya adalah
dengan mengalami; dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan
pancainderanya.38
Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di atas,
maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibatdari
pengalaman atau latihan.
Sedangkan pengertian prestasi belajar sebagaimana yang tercantum
dam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: “penguasaan pengetahuan
atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.39
Prestasi belajar dapat bersifat tetap dalam serjarah kehidupan
manusia karena sepanjang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut
bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar dapat
memberikan kepuasan kepada orang yang bersangkutan, khususnya orang
yang sedang menuntut ilmu di sekolah.
Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah
sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang
bersangkutan. Prestasi belajar dapat dinilai dengan cara:
a. Penilaian formatif
Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk
mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian

37
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1983), Cet. Ke-1, h.17.
38
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), Cet. Ke-2, h.231.
39
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 895.
32

tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar


yang sedang atau yang sudah dilaksanakan.
b. Penilaian Sumatif
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh
data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian
belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama
jangka waktu tertentu.40

2. Dalil Keutamaan Belajar


Dari Abu Daud Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalallam bersabda:

Artinya:
“Barang siapa menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah
akan memudahkan baginya jalan menuju syurga. Sesungguhnya para
malaikat benar-benar akan membentangkan sayap-sayapnya bagi
penuntut ilmu sebagai bentuk keridhaan terhadap yang mereka lakukan.
Sesungguhnya orang alim akan dimohonkan ampunan oleh seluruh
makhluk yang ada di langit dan di bumi, hingga ikan-ikan pun turut
beristighfar untuknya. Keutamaan orang alim atas orang ahli ibadah
seperti keutamaan bulan malam purnama atas seluruh bintang-bintang.
Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi dan sesungguhnya
para Nabi tidak mewarisklan dinar atau dirham hanya mewariskan ilmu.
Jadi barang siapa yang mengambilnya berart ia telah mengambil

40
M Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-10, h. 26.
33

bagiannya yang banyak”. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ibnu
Hibban).41

Dari hadits di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Allah


swt. memberikan suatu penghargaan dan kemudahan bagi orang yang
senantiasa belajar dan menuntut ilmu sehingga Allah menjanjikan bagi
mereka kenikmatan untuk dimudahkan menuju pintu syurga. Selain itu,
orang ‘alim tidak hanya diberikan keistimewaan oleh Allah swt.
melainkan seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi akan
memohonkan ampun baginya.

3. Jenis-jenis Prestasi Belajar


Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi
segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan
proses belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah
mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang
dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa,
baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa. Kunci pokok untuk
memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-
garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi belajar) dikaitkan dengan
jenis-jenis prestasi yang hendak diukur.42
Dalam sebuah situs yang membahas Taksonomi Bloom,
dikemukakan mengenai teori Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan
belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah
tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam proses
kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat
tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau

41
Abu Muhammad bin Khallad Ad-Dimyati, Hadits Shahih Keutamaan Amal
Shalih, (Jakarta: Najla Press, 2003), Cet. Ke-1, h. 11.
42
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 150.
34

ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran. Dengan kata lain,


prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan
ketiga ranah tersebut. Maka Untuk lebih spesifiknya, penulis akan akan
menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai yang
terdapat dalam teori Bloom berikut:
a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.

Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini


terdiri dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa Pengetahuan
(kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan
Intelektual (kategori 2-6).

1). Pengetahuan (Knowledge)


Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat
peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,
metodologi, prinsip dasar dan sebagainya.43
Pengetahuan juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan
hal-hal yang pernah dipelajaridan disimpan dalam ingatan.44
2). Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap
makna dan arti yang dari bahan yang dipelajari.45 Pemahaman juga
dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami
gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan
sebagainya.46
3). Aplikasi (Application)
Aplikasi atau penerapan diartikansebagai kemampuan untuk
menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus

43
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
44
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. Ke-4, h. 247.
45
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247.
46
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
35

atau problem yang konkret dan baru.47 Di tingkat ini, seseorang


memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur,
metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja.48
4). Analisis (Analysis)
Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu
kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan
atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.49 Di tingkat
analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang
masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam
bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya,
dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan
akibat dari sebuah skenario yang rumit.50
5). Sintesis (Synthesis)
Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu
kesatuan atau pola baru.51 Sintesis satu tingkat di atas analisa.
Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur
atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan
mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk
menghasilkan solusi yang dibutuhkan.52
6). Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untik membentuk suatu
pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan
pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria

47
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247.
48
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
49
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247.
50
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
51
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247.
52
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
36

tertentu.53 Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan


penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan
menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk
memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.54
b. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi,
dan cara penyesuaian diri.55 Tujuan pendidikan ranah afektif adalah
hail belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau
afektif. Taksonomi tujuan pendidikan ranah afektif terdiri dari aspek:
1). Penerimaan (Receiving/Attending)
Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang
dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangsangan itu, seperti
buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleg guru.56
2). Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di
lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan
dalam memberikan tanggapan.57
3). Penghargaan (Valuing)
Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai
dengan penilaian itu.mulai dibentuk suatu sikap menerima,
menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah
laku yang sesuai dengan konsisten dengan sikap batin.58

53
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247.
54
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
55
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
56
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 248.
57
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
58
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 248.
37

4). Pengorganisasian (Organization)


Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di
antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.59
Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk
suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam
kehidupan. Nilai- nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada
suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan,
mana yang tidak begitu penting.60
5). Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value
or Value Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya
sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya.61 Karakterisasinya
mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan
sedemikin rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan
menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya
sendiri.62
c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan,
mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.63
Alisuf Sabri dalam buku Psikologi Pendidikan menjelaskan,
keterampilan ini disebut ‘motorik’ karena keterampilan ini melibatkan
secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga keterampilan
benar-benar berakar pada kejasmanian. Orang yang memiliki
keterampiulan motorik, mampu melakukan serangkaian gerakan tubuh
dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan-gerakan
anggota tubuh secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik ini
ialah adanya kemampuan “Automatisme” yaitu gerakan-gerik yang

59
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
60
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 248.
61
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
62
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 248.
63
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
38

terjadi berlangsung secara teratur dan berjalan dengan enak, lancar dan
luwes tanpa harus disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan
dan mengapa hal itu dilakukan. Keterampilan motorik lainnya yang
kaitannya dengan pendidikan agama ialah keterampilan membaca dan
menulis huruf Arab, keterampilan membaca dan melagukan ayat-ayat
Al-Qur’an, keterampilan melaksanakan gerakan-gerakan shalat.
Semua jenis keterampilan tersebut diperoleh melalui proses belajar
dengan prosedur latihan.64

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap siswa, karena melalui
belajar mereka memperoleh pengalaman dari situasi yang dihadapinya.
Dengan demikian belajar berhubungan dengan perubahan dalam diri
individu sebagai hsil pengalamannya di lingkungan.
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dapat kita bedakan menjadi dua macam:
a. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani siswa, meliputi dua aspek yakni:
1) Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan
kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya
pun kurang atau tidak membekas.

2) Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualits perolehan pembelajaran
siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada
umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
a) Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.
Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja,
melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan
tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam
hubungan dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari
pada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak
64
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet.
Ke-2, h. 99-100.
39

merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktifitas


manusia.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat
diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi
seorang siswa mak semakin besar peluangnya untuk
memperoleh sukses.
b) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response
tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang,
barang,dan sebgainya, baik secara positif maupun negatif.65
Sikap merupakan faktor psikologis yang kan mempengaruhi
belajar. Dalam hal ini sikap yang akn menunjang belajar
seseorang ialah sikap poitif (menerima) terhadap bahan atau
pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar
dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti:
kondisi kelas, teman-temannya, sarana pengajaran dan
sebagainya.66
c) Bakat Siswa
Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yang akan datang. Dengan denikian, sebetulnya setiap orang
mempunyai bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai
prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas
masing-masing. Jadi, secara global bakat mirip dengan
intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi
sangat cerdas (superior) atau cerdas luar bisa (very superior)
disebut juga sebagai gifted, yakni anak berbakat intelektual.
d) Minat siswa

65
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 135.
66
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. Ke-2, h.
84.
40

Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan


kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat
dapat mempengaruhi kualits pencapaian hasil belajar siswa
dalam bidang-bidang studi tertentu.67
b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor
lingkungan dan faktor instrumental sebagai berikut:
1) Faktor-faktor Lingkungan
Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan
sosial.
Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini ialah
seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang,
malam), tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya.
Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan
representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses
dan hasil belajar siswa.
2) Faktor-faktor Instrumental
Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas,
sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan
kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang
digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.68
Dari semua faktor di atas, dalam penelitian kali ini akan diarahkan
pada faktor instrumental yang di dalamnya guru profesional itu akan
ditunjukan.
Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi satu sama lain.
Misalnya: Seorang siswa yang conserving terhadap ilmu pengetahuan
biasanya cenderung mengambil pendekatan yang sederhana dan tidak
mendalam. Sebaliknya seorang siswa yang memiliki kemampun

67
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 136.
68
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, h. 59-60.
41

intelegensi yang tinggi (faktor Iternal) dan mendapat dorongan positif dari
orang tua atau gurunya (faktor eksternal) akan lebih memilih pendekatan
belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Akibat pengaruh
faktor-faktor tersebut di atas muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi,
rendah atau gagal sama sekali.
Dalam hal ini seorang guru yang memiliki kompetensi yang baik
dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-
kemungkinan munculnya siswa yang menunjukkan gejala kegagalan
dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor-faktor yang menjadi
penghambat proses belajar siswa.

4. Indikator Prestasi Belajar


Indikator prestasi belajar siswa dalam penelitian ini akan diperoleh
dari penilaian yang ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik,
yang dirangkum dalam nilai raport siswa dalam bidang studi Fiqih.

C. Hubungan Profesionalisme Guru Dengan Prestasi Belajar Siswa


Dari penjelasan diatas, penulis memberikan kesimpulan bahwa yang
menjadi alasan adanya hubungan profesionalisme guru dengan prestasi belajar
siswa dalam penelitian ini, dapat dilihat dalam dua hal sebagai berikut:
1. Karena keberadaan guru dalam kelas adalah sebagai manajer bidang studi..
Yaitu, orang yang merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil
belajar di sekolah.
2. Karena guru di sekolah bertugas menentukan keberhasilan siswa. Oleh
karena itu, apabila siswa belum berhasil, maka guru perlu mengadakan
remedial.
Untuk itu, guru yang mampu merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi hasil belajar adalah guru yang profesional.
42

D. Kerangka Berpikir
Profesionalisme berasal dari kata profesion yang mengandung arti
pekerjaan yang memerlukan keahlian yang dapat diperoleh melalui jenjang
pendidikan atau latihan tertentu.
Berbicara mengenai profesionalisme, guru adalah termasuk suatu
profesi yang memerlukan keahlian tertentu dan memiliki tanggung jawab
yang harus dikerjakan secara profesional. Karena guru adalah individu yang
memiliki tanggung jawab moral terhadap kesuksesan anak didik yang berada
dibawah pengawasannya, maka keberhasilan siswa akan sangat dipengaruhi
oleh kinerja yang dimiliki seorang guru. Oleh karena itu, guru profesional
diharapkan akan memberikan sesuatu yang positif yang berkenaan dengan
keberhasilan prestasi belajar siswa.
Dalam pelaksanaannya, tanggung jawab guru tidak hanya terbatas
kepada proses dalam pentransferan ilmu pengetahuan. Banyak hal yang
menjadi tanggung jawab guru, yang salah satunya adalah memiliki
kompetensi idealnya sebagaimana guru profesional. Kompetensi di sini
meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat
pribadi, sosial, maupun akademis. Dengan kata lain, guru yang profesional ini
memiliki keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga dia mampu
melaksanakan tugasnya secara maksimal dan terarah.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar, seorang guru profesional harus
terlebih dahulu mampu merencanakan program pengajaran. Kemudian
melaksanakan program pengajaran dengan baik dan mengevaluasi hasil
pembelajaran sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu,
seorang guru profesional akan menghasilkan anak didik yang mampu
menguasai pengetahuan baik dalam aspek kognitif, afektif serta psikomotorik.
Dengan demikian, seorang guru dikatakan profesional apabila mampu
menciptakan proses belajar mengajar yang berkualitas dan mendatangkan
prestasi belajar yang baik. Demikian pula dengan siswa, mereka baru
dikatakan memiliki prestasi belajar yang maksimal apabila telah menguasai
43

materi pelajaran dengan baik dan mampu mengaktualisasikannya. Prestasi itu


akan terlihat berupa pengetahuan, sikap dan perbuatan.
Kehadiran guru profesional tentunya akan berakibat positif terhadap
perkembangan siswa, baik dalam pengetahuan maupun dalam keterampilan.
Oleh sebab itu, siswa akan antusias dengan apa yang disampaikan oleh guru
yang bertindak sebagai fasilitator dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Bila hal itu terlaksana dengan baik, maka apa yang disampaikan oleh guru
akan berpengaruh terhadap kemampuan atau prestasi belajar anak. Karena,
disadari ataupun tidak, bahwa guru adalah faktor eksternal dalam kegiatan
pembelajaran yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan proses
kegiatan pembelajaran itu. Untuk itu, kualitas guru akan memberikan
pengaruh yang sangat berarti terhadap proses pembentukan prestasi anak
didik. Maka oleh karena itu, dengan keberadaan seorang guru profesional
diharapkan akan mampu memberikan pengaruh positif terhadap kelancaran
dan keberhasilan proses belajar mengajar serta mampu memaksimalkan hasil
prestasi belajar siswa dengan sebaik-baiknya.

E. Hipotesis
Untuk menguji ada atau tidaknya hubungan variabel X
(profesionalisme guru) dengan variabel Y (prestasi belajar siswa), maka
penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:
Ha: Terdapat hubungan positif yang signifikan antara profesionalisme
guru dengan prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamii’ah Tegallega
Cidolog Sukabumi.
Ho: Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara
profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa di MTs Al-
Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi.
Dari hipotesis di atas, penulis memiliki dugaan sementara bahwa
terdapat hubungan positif yang signifikan antara profesionalisme guru dengan
prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi.
Untuk itu, penulis sepakat dengan petnyataan Ha di atas. Adapun untuk
44

kebenarannya, maka akan dibuktikan melalu hasil penelitian yang dilakukan


di sekolah yang bersangkutan.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-Jamii’ah Tegallega Desa.
Tegallega, Kecamatan. Cidolog, Kabupaten. Sukabumi, Propinsi. Jawa barat.
Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2008 sampai
dengan bulan Juli 2008.

B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menguji profesionalisme guru dan
hubungannya dengan prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamii’ah Tegallega
Cidolog Sukabumi.
1. Variabel bebas (independent variable) profesionalisme guru.
2. Variabel terikat (dependent variable) adalah prestasi belajar siswa atau
hasil belajar (nilai raport) mata pelajaran Fiqih.

C. Populasi dan Sampel


Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa/siswi MTs Al-
Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi kelas VII dan VIII, tahun pelajaran
2007/2008 yang berjumlah 110 orang. Adapun sampelnya diambil secara acak
(Random Sampling). Melalui penelitian ini penulis mengambil sampel
sebanyak 40% dari populasi yaitu 40 orang, dengan 20 orang laki-laki dan 20
orang perempuan.

D. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
penulis menggunakan beberapa instrumen penelitian antara lain:

46
` 47

1. Angket (kuesioner)
Angket ini diberikan kepada siswa untuk memperoleh informasi
mengenai kemampuan profesional yang dimiliki oleh guru dalam proses
belajar mengajar.
Angket dibuat dengan model Likert yang mempunyai empat
kemungkinan jawaban yang berjumlah genap ini dimaksud untuk
menghindari kecenderungan responden bersikap ragu-ragu dan tidak
mempunyai jawabanyang jelas.
Penyusunan angket kompetensi guru mengacu kepada aspek-aspek
kemampuan guru (kompetensi profesionalisme guru) yang terdiri dari 25
item dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 2
Kisi-kisi Angket Guru Fiqih Profesional
Variabel Indikator Sub Variabel Nomor Angket
Positif Negatif
(+) (-)
Kompetensi a. Kemampuan merencanakan 1 -
Profesional program belajar mengajar
Guru Fiqih b. Menguasai bahan pelajaran 3,4,5 2
c. Melaksanakan/mengelola 6,7,8,9,10,11,1 12
proses belajar-mengajar 3,14,15,16,17,
18,19,20,21,22
d. Menilai kemajuan proses 23,24,25 -
belajar-mengajar

2. Observasi
Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan dengan
pengamatan dan pencatatan sistematik fenomena-fenomena yang
diselidiki. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi
sekolah atau deskripsi lokasi penelitian yang dilaksanakan di MTs Al-
Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi.
` 48

3. Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk memperoleh
data yang lebih mendalam dan untuk mengkomparasikan data yang
diperoleh melalui angket. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah.
4. Studi Dokumentasi
Peneliti mencari data tentang prestasi belajar siswa, yaitu nilai
raport pada mata pelajaran Fiqih semester ganjil tahun 2007/2008.

E. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk
menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data
tersebut dapat dipahami bukan oleh orang yang mengumpulkan data saja, tapi
juga oleh orang lain. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai
berikut:
1. Editing
Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah
editing. Ini berarti bahwa semua angket harus diteliti satu persatu tentang
kelengkapan dan kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari
kekeliruan dan kesalahan.
2. Scoring
Setelah melalui tahapan editing, maka selanjutnya penulis
memberikan skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket.
Adapun pemberian skor untuk tiap-tiap jawaban adalah:

Tabel 3
Skor Jawaban Angket Guru Fiqih Profesional
Positif (+) Negatif (-)
Jawaban Skor Jawaban Skor
Selalu 4 Selalu 1
Sering 3 Sering 2
` 49

Kadag-kadang 2 Kadag-kadang 3
Tidak pernah 1 Tidak pernah 4

Kemudian hasil seluruh jawaban siswa dengan melihat rata-rata


jumlah skor, dengan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 4
Klasifikasi Skor Angket Guru Profesional
Klasifikasi Keterangan Jumlah Skor Jawaban
25 – 50 Rendah
51 – 75 Sedang
76 – 100 Tinggi

3. Pengujian Hipotesis
Selanjutnya adalah penghitungan terhadap hasil skor yang telah
ada. Karena penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada korelasi antara
profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa, maka yang dipakai
adalah rumus “r” product moment. Adapun rumusnya adalah sebagai
berikut:

N  XY  (  X )(  Y )
rxy 
{N  X 2
 (  X ) 2 }{ N  Y 2
 ( Y )2}

rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment


N : Jumlah responden
xy : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
x : Jumlah seluruh skor x
y : Jumlah seluruh skor y
Kemudian memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi
“r” product moment dengan interpretasi kasar atau sederhana, yaitu
` 50

dengan mencocokkan perhitungan dengan angka indeks korelasi “r”


product moment.
Selanjutnya untuk menentukan data penelitian ini signifikan atau
tidak, interpretasi juga menggunakan tabel nilai “r” (rt), dengan terlebih
dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedom (df) yang
rumusnya adalah:

df  N  nr

df : degrees of freedom
N : Number of Cases
Nr : Banyaknya variabel (Profesionalisme guru Fiqih dan Prestasi
belajar Siswa).
Rumus selanjutnya adalah untuk mencari kontribusi variabel X
terhadap variabel Y dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

KD = r2 x 100%

KD : Koefision Determination (kontribusi variabel X terhadap variabel


Y).
r : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Sekolah
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
MTs Al-Jamii'ah Teagallega terletak di kabupaten Sukabumi,
tepatnya di desa Tegallega, kecamatan Cidolog. Jaraknya dari kotamadya
Sukabumi (Kota) kurang lebih 66 km dengan kondisi jalan yang berbelok-
belok dan relatif buruk. Sedangkan kecamatan Cidolog berada di sebelah
selatan desa Tegallega. Di kecamatan ini terdapat dua sekolah lanjutan
yaitu Madrasah Tsanawiyah Al-Jamii'ah itu sendiri dan sekolah tingkat
Lanjutan Pertama Negeri (SLTPN) yang berada di desa Cidolog yang
notabene adalah kecamatan. Jarak tempuh dari desa Tegallega ke
kecamatan Cidolog adalah 7 km.
Salah satu kecamatan yang cukup penting untuk disebutkan di sini
adalah Sagaranten karena ia merupakan tempat alternatif yang menjadi
sentral pemenuhan kebutuhan hidup bagi masyarakat dari daerah-daerah
yang berada di selatannya selain harus ke kotamadya Sukabumi. Jarak
tempuh antara Tegallega dan Sagaranten adalah 13 km dan dari kota
madya Sukabumi ke Sagaranten berjarak 53 km.
Di kecamatan Sagaranten sendiri terdapat SLTP Negeri, Madrasah
Tsanawiyah Negeri dan Madrasah Aliyah, dan Sekolah Menengah Umum.
Dari paparan di atas tergambar bahwa MTs Al-Jamii'ah berada diantara
kecamatan yang memilki sekolah negeri.
Madrasah Tsanawiyah Al-Jamii'ah memiliki bangunan sendiri yang
terdiri dari enam lokal dengan rincian:
a. Tiga lokal dipakai untuk kelas (I, II dan III);
b. Satu lokal untuk ruang guru (kantor);
c. Satu lokal untuk perpustakaan;
d. Dan satu mesjid untuk kegiatan shalat berjamaa'ah;

51
52

e. Asrama atau pondok untuk siswa-siswi yang rumahnya jauh dari


sekolah.
MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar mempunyai visi dan misi sebagai berikut:
Visi:
Visi MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi yaitu:
“Dengan ilmu kita tahu, dengan agama kita bertakwa”.
Misi:
Adapun yang menjadi misi dari MTs Al-Jamii’ah Tegallega
Cidolog Sukabumi yaitu:
a. Mencetak kader yang berilmu dan beragama.
b. Membentuk karakter siswa/siswi dengan nilai-nilai ajaran Islam untuk
melahirkan manusia yang berakhlaqul karimah.
c. Mempersiapkan siswa/siswi untuk melanjutkan ke pendidikan
berikutnya, baik jurusan agama maupun umum.
d. Mempersiapkan siswa/siswi agar dapat mengaplikasikan ilmu
pengetahuan dan keterampilannya di tengah-tengah masyarakat.
Kegiatan belajar-mengajar di MTs Al-Jamii'ah ini dilaksanakan di
pagi dan siang hari. Sebagian siswa ada yang melaksanakan kegiatan
belajar mengajar di pagi hari, dan sebagian siswa yang lain melaksanakan
kegiatan belajar-mengajar pada siang hari. Hal itu dilakukan secara
bergantian mengingat tempat yang tersedia tidak sesuai dengan jumlah
siswa yang ada. Keseluruhan siswa-siswi MTs Al-Jamii'ah Tegallega
berjumlah 165 orang, dengan jumlah siswa setiap kelas sebanyak 55 orang.
Tenaga pengajar dan pengelola sekolah MTs Al-Jamii’ah Tegallega
Cidolog Sukabumi secara keseluruhan berjumlah 16 orang dengan
klasifikasi sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin
 Laki-laki : 11 orang.
 Perempuan : 5 orang.
53

b. Tingkat Pendidikan
 S1 : 10 orang.
 D2 : 3 orang.
 PGA : 1 orang.
 SLTA : 2 orang.
Letak Madrasah Tsanawiyah Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog
Sukabumi berada pada lokasi yang strategis, yakni di sekitarnya terdapat
empat Sekolah Dasar (SD) yaitu:
a. Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tegallega.
b. Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cipamingkis.
c. Sekolah Dasar Negeri (SDN) Puncak Batu.
d. Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cilengka.
Dan dua Madrasah Ibtidaiyah (MI), yaitu:
a. Madrasah Ibtidaiyah (MI) Cibengang.
b. Madrasah Ibtidaiyah (MI) Cipari.
Siswa/siswi tingkat dasar tersebut antara 50%-70% meneruskan
sekolahnya dan MTs Al-Jamii’ah Tegallega menjadi alternatif utama
sekolah lanjutan karena jaraknya yang relatif lebih dekat dengan Sekolah
Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah yang berada di sekitarnya dibanding
sekolah lanjutan lainnya.

2. Sejarah Singkat Sekolah


Pembentukan Yayasan Pendidikan Islam (YASPI) Al-Jamii'ah
Tegallega berawal dari keinginan untuk membangun Madrasah
Tsanawiyah yang kemudian berhasil didirikan pada tanggal 23 Maret 1986
dengan tempat kegiatan belajar sementara berlokasi di Madrasah Diniyah
(MD) Annur, kampung Sinapeul, desa Tegallega kecamatan Cidolog.
Adapun para pendirinya adalah:
1). K.H. M. Mahmudin
2). K.H. M. Didin
3). H. Daradjat Sudrajat
54

4). H. Ridwan Syafe'i


5). M. Tabrani
6). Iim Ibrahim
7). M. Sarmaja (Alm)
Baru pada tanggal 9 Mei 1986 mendapat pengesahan dari Akte
Notaris: Ibrahim Basya No. 5 dan terdaftar pada Pengadilan Negeri
Sukabumi No. W8. DLHM 07.01.50/1986-PN-Smi. Mts Al-Jamii'ah mulai
beroperasi/membuka tahun ajaran baru pada tanggal 16 Juli 1986 dengan
jumlah pendaftar perdana 42 siswa.
Tujuan utama pendirian Madrasah Al-Jamii'ah ini adalah untuk
mencetak lulusan-lulusan yang berintelektual-santri dan bersantri-
intelektual. Oleh karena itu dalam kegiatan dipadukan antara pengajaran di
sekolah dan kegiatan pengajian Al-Qur'an dengan materi ayat-ayat pilihan
yang disesuaikan dengan pelajaran agama di sekolah yang menggunakan
metode tahfidz berikut terjemahannya terutama ayat-ayat yang berkenaan
dengan akhlak (moral).
Pada tahun 1995 Madrasah Tsanawiyah Al-Jamii'ah resmi memiliki
bangunan sendiri dengan lima lokal dan menyediakan asrama putera/puteri
bagi siswa yang tempat tinggalnya jauh namun bersungguh-sungguh untuk
belajar di Madrasah Tsanawiyah tersebut. Sampai saat ini Tsanawiyah Al-
Jamii'ah Tegallega telah mengeluarkan 21 angkatan/lulusan. Adapun yang
menjabat sebagai ketua yayasan MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog
Sukabumi saat ini adalah Bapak H. Muhammad Mahmudin yang
merupakan pendiri dan pemilik tanah sekaligus sekolah MTs Al-Jamii’ah
Tegallega Cidolog Sukabumi.

3. Sarana dan Prasarana


Sarana yang tersedia di MTs Al-Jamii'ah Tegallega Cidolog
Sukabumi adalah sebagai berikut:
1). Alat Praktek IPA
Alat praktek IPA yang ada di MTs Al-Jamii'ah yaitu:
55

a. Mikroskop.
b. Alat peraga tubuh/kerangka manusia.
c. Alat peraga elektronik sederhana
d. Jenis batu-batuan alam.
e. Alat Pengujian teori IPA sederhana.
2). Asrama siswa
3). Gedung sekolah milik sendiri
4). Mesjid
5). Lapangam Volley Ball
6). Lapangan Tenis Meja
Kegiatan ekstrakurikuler yang menjadi rutinitas siswa/siswi Al-
Jamii'ah Tegallega Cidolog Sukabumi yaitu:
a. Pramuka
b. Majlis Training Dakwah
c. Sepak bola
d. Volley Ball
e. Tenis Meja

B. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum Tingkat Profesionalisme Guru MTs Al-Jamii'ah
Tegallega Cidolog Sukabumi.
Jumlah guru MTs Al-Jamii'ah Tegallega Cidolog Sukabumi
seluruhnya berjumlah 16 orang dengan latar belakang pendidikan sebagai
berikut:
Tabel 5
Keadaan Tenaga Pengajar dan Tenaga Administrasi MTs Al-Jamii'ah
Tegallega Cidolog Sukabumi Tahun Pelajaran 2007/2008
No. Nama Jenjang Jabatan Tugas Mata
Pendidikan dan Pelajaran
Jurusan
1. Anwar Jahid, S.Ag S1 SPI, UIN Kepala IPS, SKI
SYAHID Jakarta, Sekolah
56

1996/1997
Akta IV
Darussalam
Sukabumi
2. Kustandi AR, S.Pd.I S1 PBA UIN Bidang Bahasa Arab,
SYAHID Jakarta Kurikulum Bahasa Inggris
2002/2003
3. Saprudin, S.Pd.I S1 PAI STAI Sarana Aqidah Akhlaq
Sukabumi Prasarana
2004/2005
4. Wahidin, A.Ma D2 PAI Syamsul Humas Aqidah Akhlaq
Ulum Sukabumi
1999/2000
5. MT Syahrudin, S.Ag S1 PAI STAI Kesiswaan Qur'an Hadits
Sukabumi
1996/1997
6. Drs. Opik Taufiq S1 MTK UIN Wali Kelas Matematika
SYAHID Jakarta
1992/1993
7. Mansur Yatin, S.Pd.I S1 PAI Wali Kelas Fiqih
Daarussalam
Sukabumi
2004/2005
8. Leni Puspita, S.Pd.I S1 MIPA UNISBA Wali Kelas IPA
Bandung
2001/2002
9. Ali Supriadi, S.Pd.I S1 IAIN Sunan Guru Fiqih
Gunung Jati
Bandung
2003/2004
10. Uswandi D2 PGSD STKIP Guru Penjaskes
Sukabumi
2004/2005
11. Asep Muluyadi, S.Ag S1 Pendidkan Guru Bahasa
Bahasa Indonesia Indonesia,
IAIN Bandung Bahasa Daerah
1997/1998
12. Eni Rustini PGA Guru PPKN
1987/1988
13. Nia Susanti SLTA Guru KTK
2002/2003
57

14. Taufikurrahman, S.Th.I S1 Tafsir Hadits Guru Qur'an Hadits,


UIN SYAHID Kaligrafi
Jakarta
2005/2006
15. SLTA TU Tenaga
Wiwi Nopiana 2006/2007 administrasi
16. D2 PAI STAI Guru MTK
Sukabumi
Iis Muhsonah 1997/1998

Dari tabel di atas, guru Fiqih yang ada di MTs Al-Jamii'ah


Tegallega Cidolog Sukabumi berjumlah 2 orang. Keduanya merupakan
lulusan Strata 1 (S1) Sarjana Pendidikan Agama Islam.

2. Hasil Penelitian
Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi Fiqih

Tabel 6
Skor Angket Penelitian
Hubungan Profesionalisme Guru Bidang Studi Fiqih dengan
Prestasi Belajar Siswa
Nama: ……………………………. No. Responden : ………
Kelas: ……………………………. Jenis Kelamin : (P/L)

Petunjunk Pengisian:
Bacalah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dan berilah tanda cek list (√) pada
kolom jawaban sesuai dengan pendapat kamu.
Alternativ jawaban dan skor yang disediakan adalah sebagai berikut:
Untuk skor jawaban pertanyaan positif adalah sebagai berikut:
Selalu (S) :4 Kadang-kadang (KK) : 2
Sering (SR) : 3 Tidak pernah (TP) :1
Adapun skor jawaban pertanyaan negatif adalah sebagai berikut:
58

Selalu (S) :1 Kadang-kadang (KK) : 3


Sering (SR) : 2 Tidak pernah (TP) :4
No Pertanyaan & pernyataan S SR KK TP
1. Sebelum menjelaskan materi pembelajaran,
apakah guru Fiqih memberitahu terlebih dulu
mengenai tujuan pembelajaran?
2. Apakah guru bidang studi Fiqih dalam
menjelaskan materi pembelajaran melihat isi
buku yang berkaitan dengan materi?
3. Apakah guru bidang studi Fiqih mampu
menjelaskan materi pembelajaran dengan jelas
sehingga mudah difahami siswa?
4. Dalam menyampaikan bahan pelajaran, apakah
guru bidang studi Fiqih memberikan contoh
sehingga apa yang disampaikan mudah
dimengerti?
5. Apakah guru bidang studi Fiqih mampu
menjawab dengan jelas pertanyaan yang
diberikan siswa dalam proses kegiatan belajar?
6. Apakah guru Fiqih dalam mengajar
menggunakan metode secara bervariasi
(ceramah, Tanya jawab, demonstrasi, kerja
kelompok) ?
7. Setiap memulai pelajaran, apakah guru Fiqih
mengulas dan menanyakan pelajaran yang lalu?
8. Dalam menyajikan materi pelajaran, apakah
guru Fiqih menciptakan kegiatan atau perlakuan
yang berbeda antara karakteristik siswa yang
memiliki kemampuan rendah dengan siswa
yang memilki kemampuan tinggi?
9. Apakah guru Fiqih menyapa (menanyakan
kabar siswa) ketika masuk kedalam kelas?
59

10. Apakah guru Fiqih memberikan teguran kepada


siswa yang mengganggu kegiatan belajar
mengajar?
11. Sebelum memulai pelajaran, apakah guru Fiqih
mengatur kerapihan tata ruang kelas terlebih
dahulu serta kesiapan siswa untuk belajar?
12. Apakah guru Fiqih mengalami kesulitan
mengatur siswa dalam kelas?
13. Selain buku pegangan, apakah guru Fiqih
menggunakan buku-buku lain yang menunjang
materi pembelajaran?
14. Selain buku, papan tulis, apakah guru Fiqih
menggunakan alat bantu belajar yang lain
seperti karton, peta dan sarana prasarana
lainnya?
15. Apakah guru Fiqih dalam mengajar merancang
dan membuat alat bantu (alat peraga) belajar
yang sederhana?
16. Dalam kegiatan belajar mengajar, apakah guru
Fiqih menggunakan laboratorium atau alat
peraga?
17. Apakah guru Fiqih memanfaatkan perpustakaan
dalam mengajar?
18. Dengan alat peraga yang digunakan oleh guru
Fiqih, apakah kamu lebih mengerti materi yang
diajarkan?
19. Apakah guru Fiqih memberikan pujian kepada
siswa ketika menjawab pertanyaan dengan tepat
serta mengarahkan bagi siswa yang menjawab
pertanyaan kurang tepat?
20. Apakah guru Fiqih memberikan motivasi,
nasihat dan ide cemerlang kepada murid ketika
mengajar?
60

21. Dalam mengajar, apakah guru Fiqih


menanyakan kembali pembahasan yang telah
dipelajari sebelumnya?
22. Setelah selesai pembelajaran, apakah guru Fiqih
mampu menyimpulkan materi pelajaran dengan
baik?
23. Apakah soal-soal yang diberikan guru Fiqih
dalam ulangan sesuai dengan materi yang
diajarkan?
24. Bila guru Fiqih memberi tugas, apakah selalu
dinilai dan diberikan kepada siswa?
25. Apabila hasil tes siswa rendah, apakah siswa
diberikan kesempatan untuk memperbaiki?

Angket yang disebarkan kepada siswa kemudian dianalisis dan


diberikan skor jawaban per item soal dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 7
Analisis Item Untuk Skor Angket Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi
Fiqih
ITEM ANGKET

JUMLAH
SUBYEK

SKOR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 2 1 3 2 3 3 2 3 2 1 2 3 3 1 3 1 2 1 2 2 2 2 3 3 4 56
2 1 3 3 3 3 3 2 3 2 1 2 3 2 3 2 3 2 2 1 2 3 2 3 4 4 62
3 4 3 3 3 4 2 4 1 2 3 2 4 2 3 3 2 2 4 3 4 2 2 4 4 4 74
4 1 3 3 3 3 3 2 3 2 1 2 3 3 3 2 1 2 1 2 2 3 2 4 4 4 62
5 2 3 3 3 3 4 4 1 1 4 2 3 3 2 1 1 2 3 4 3 1 2 3 4 4 65
6 1 2 3 2 4 3 1 1 1 3 2 3 3 1 1 1 1 3 2 3 2 1 4 4 3 55
7 2 3 3 3 3 3 2 1 2 3 4 2 2 3 3 1 2 4 2 3 2 1 3 4 4 65
8 3 2 3 2 3 3 4 1 2 3 1 3 3 2 1 1 1 3 4 2 1 3 3 4 4 62
9 2 3 4 2 3 2 3 1 3 2 1 3 3 2 1 2 1 2 3 2 3 1 3 4 4 60
61

10 2 2 2 2 3 3 3 1 2 3 1 1 4 2 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 4 56
11 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 1 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 4 4 2 63
12 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 1 3 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 4 4 2 62
13 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 1 1 3 2 2 2 3 4 2 3 61
14 4 2 2 2 2 3 2 1 2 4 1 1 4 2 2 1 1 2 3 4 2 2 2 2 4 57
15 1 2 2 2 2 4 4 1 2 4 2 3 4 1 1 1 1 3 4 2 2 3 4 4 3 62
16 3 2 2 2 2 3 3 1 1 3 1 1 4 2 2 1 2 2 3 4 2 2 2 2 4 56
17 1 2 3 2 1 4 4 1 1 4 2 3 4 1 1 1 1 3 4 2 3 3 4 4 3 61
18 1 3 2 3 2 3 2 3 2 1 2 3 2 1 3 1 2 1 2 2 2 2 3 3 4 55
19 3 4 2 3 3 2 3 1 2 3 2 4 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 4 3 4 66
20 2 3 3 2 2 3 3 1 3 3 1 2 4 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 4 62
21 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 1 3 4 1 2 1 1 3 3 2 3 1 4 3 4 63
22 3 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 4 1 1 2 2 1 4 2 2 2 2 3 4 2 56
23 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 1 1 3 2 2 2 3 4 2 3 60
24 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 1 2 1 1 2 3 2 3 1 4 3 4 58
25 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 1 3 4 1 2 1 1 3 4 2 3 1 4 3 4 62
26 3 2 3 3 2 4 4 1 1 3 2 3 3 2 1 1 2 3 4 3 1 2 3 4 4 64
27 3 2 2 2 1 3 4 1 1 4 1 3 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 4 4 56
28 4 2 3 4 3 4 2 3 4 3 2 3 1 2 1 3 3 2 3 2 1 1 4 4 4 68
29 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 4 4 3 62
30 3 2 2 2 3 3 2 1 3 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1 3 3 2 55
31 2 1 3 2 1 2 2 1 2 4 2 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 1 4 2 4 54
32 3 1 2 3 2 2 2 3 1 3 1 3 2 2 2 1 1 2 3 3 2 2 4 2 4 56
33 2 1 2 2 4 1 3 1 4 3 1 1 3 2 2 2 1 2 3 2 2 2 4 3 4 57
34 2 1 2 2 4 2 3 1 2 3 1 3 2 2 3 1 1 4 2 3 2 1 4 2 3 56
35 2 4 3 4 3 4 2 3 4 3 2 3 1 2 1 3 2 2 3 2 1 1 4 4 4 67
36 3 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 50
37 3 4 3 4 2 4 2 3 4 3 2 3 1 2 1 3 2 2 3 2 1 1 4 4 4 67
38 3 2 2 4 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 4 4 4 50
39 3 4 4 3 2 2 4 3 4 3 2 3 1 2 2 1 2 2 2 3 1 1 4 4 4 66
40 3 4 3 4 2 2 4 3 4 3 2 3 1 2 1 2 2 2 3 2 1 1 4 4 4 66
=40 Jumlah Skor =2415

Setelah jumlah skor dibagi oleh jumlah responden (2415 : 40),


maka hasil yang diperoleh adalah 60.375. Dengan demikian, jumlah skor
62

rata-rata tingkat profesionalisme guru Fiqih MTs Al-Jamii’ah Tegallega


Cidolog Sukabumi adalah cukup baik.
Dari tabel 2 diketahui bahwa jumlah skor jawaban siswa dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 8
Klasifikasi Jumlah Skor Jawaban Siswa dari Angket Profesionalisme
Guru Fiqih
Klasifikasi Jumlah Siswa Keterangan Jumlah Skor
Jawaban
25-50 2 Siswa Rendah
51-75 38 Siswa Sedang
76-100 - Tinggi

Jadi, tingkat profesionalisme guru Fiqih menurut pendapat siswa


dianggap sedang, yakni antara 51-75, sebanyak 38 siswa.

Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa diambil dari daftar nilai siswa pada buku
daftar nilai (legger), prestasi belajar yang diambil oleh penulis adalah nilai
raport siswa pada semester ganjil tahun ajaran 2007/2008 sebagai berikut:

Tabel 9
Daftar Nilai Siswa Dalam Mata Pelajaran Fiqih Semester 1
No. Nama Responden Nilai
1. Pipit Pitaloka Kartika 75
2. Deki Ramdani 75
3. Pita Yuli Rahayu 80
4. Fachrurrazi 75
5. Kholifah 75
63

6. Nana Suryana 70
7. Suci Yulistiani 75
8. Asep Mulyana 70
9. Lintang Wira Ningrum 80
10. Ajat Sudrajat 65
11. Dede Trisnawati 80
12. Riadi Syauqi 65
13. Ridwan Sawita 75
14. Elisa Mutiara 75
15. Didis Kurniadi 80
16. Diana Melida Puji 65
17. Nurjaman 75
18. Siti Jenabiah 70
19. Rinal Anbiya 75
20. Siti Julaeha 80
21. Hendri Nugroho 80
22. Eni Verawati 75
23 Deri Kusmana 80
24. Nita Fitriani 70
25. Imadduddin 80
26. Siti Mira 75
27. Bayu 70
28. Siska Suci N 80
29 Aan Irawan 75
30. Euis Kartika 70
31. Angga Lesmana 65
32. Susi 70
33. Gunawan 75
34. Neuis Larasati 75
35. Hifdullah 80
64

36. Tuti Alawiyah 65


37. Fajri Ginanjar 80
38. Fitri 65
39. Nurodin 80
40 Komala Sari 80
∑N=40 ∑Nilai=2970

Jumlah nilai keseluruhan bidang studi Fiqih siswa/siswi MTs Al-


Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi yang diteliti adalah 2970. Setelah
jumlah nilai 2970 dibagi dengan jumlah responden yang berjumlah 40
orang, maka nilai rata-rata siswa/siswi MTs Al-Jamii’ah Tegallega
Cidolog Sukabumi dalam bidang studi Fiqih adalah 74.25. Dengan
demikian, nilai rata-rata prestasi belajar siswa dalam bidang studi Fiqih di
MTs Al-Jamii’ah Tegallega adalah cukup baik.
Dari tabel diatas diketahui bahwa prestasi belajar siswa pada
bidang studi Fiqih dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 10
Klasifikasi dan Kualifikasi Jumlah Nilai Siswa Dalam
Bidang Studi Fiqih
Klasifikasi Jumlah Siswa Kualifikasi
80-89 13 Siswa Tinggi
70-79 21 Siswa Sedang
60-69 6 Siswa Rendah

Jadi, tingkat prestasi belajar siswa dalam pelajaran Fiqih dianggap


sedang, yakni antara klasifikasi 70-79 sebanyak 21 siswa.
65

3. Hubungan Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi Fiqih Dengan


Prestasi Belajar Siswa.
Untuk menguji data antara skor angket profesionalisme guru dalam
bidang studi Fiqih dengan prestasi belajar siswa, terlebih dahulu
dikorelasikan kedua variabel tersebut, seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 11
Analisis Korelasi Variabel X (Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi
Fiqih) dan Variabel Y (Prestasi Belajar Siswa)
Responden X Y X² Y² XY
1 56 75 3136 5625 4200
2 62 75 3844 5625 4650
3 74 80 5476 6400 5920
4 62 75 3844 5625 4650
5 65 75 4225 5625 4875
6 55 70 3025 4900 3850
7 59 75 3481 5625 4425
8 62 70 3844 4900 4340
9 60 80 3600 6400 4800
10 56 65 3136 4225 3640
11 63 80 3969 6400 5040
12 62 65 3844 4225 4030
13 61 75 3721 5625 4575
14 57 75 3249 5625 4275
15 62 80 3844 6400 4960
16 56 65 3136 4225 3640
17 61 75 3721 5625 4575
18 55 70 3025 4900 3850
19 66 75 4356 5625 4950
20 62 80 3844 6400 4960
66

21 63 80 3969 6400 5040


22 56 75 3136 5625 4200
23 60 80 3600 6400 4800
24 58 70 3364 4900 4060
25 62 80 3844 6400 4960
26 64 75 4096 5625 4800
27 56 70 3136 4900 3920
28 68 80 4624 6400 5440
29 62 75 3844 5625 4650
30 55 70 3025 4900 3850
31 54 65 2916 4225 3510
32 56 70 3136 4900 3920
33 57 75 3249 5625 4275
34 56 75 3136 5625 4200
35 67 80 4489 6400 5360
36 50 65 2500 4225 3250
37 67 80 4489 6400 5360
38 50 65 2500 4225 3250
39 66 80 4356 6400 5280
40 66 80 4356 6400 5280
∑N=40 ∑X=2415 ∑Y=2970 ∑X²=146829 ∑Y²=221600 ∑XY=180060

N    


N  
r y
   N   
2 2 2


40.146829 - (2415) . 40.221600 - ( 2970) 
40.180060 - (2415).( 2970)
2 2


7202400 - 7172550
5873160 - 5832225.8864000 - 8820900
67


29850
40925.43100


29850
1764298500


29850
42003,55

 0,71065422

 0,710

C. Analisis Interpretasi Data


Dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi antara Variabel X dan
Variabel Y sebesar 0,710 itu berarti klorelasi tersebut bertanda positif.
Untuk melihat interpretasi terhadap angka indeks korelasi product
moment secara kasar atau sederhana terletak pada angka 0,70 - 0,90 yang
berarti korelasi antara Variabel X dan Variabel Y itu adalah terdapat korelasi
yang kuat atau tinggi .
Selanjutnya untuk mengetahui apakah hubungan Variabel X dan
Variabel Y itu signifikan atau tidak, maka “r” hasil perhitungan dibandingkan
dengan “r” tabel. Sebelum membandingkannya, maka terlebih dahulu dicari
“df” atau “db” nya dengan rumus df = N-nr. Berdasarkan tabel di atas, siswa
yang di teliti atau yang menjadi sampel penelitian di sini adalah 40 orang.
Dengan demikian N = 40. Variabel yang dicari korelasinya adalah Variabel X
dan Variabel Y; jadi nr = 2. Maka dengan mengacu kepada rumus di
atas,dengan mudah dapat kita peroleh df-nya yaitu: df = 40-2 = 38. Dengan
“df” sebesar 38, dikonsultasikan dengan tabel nilai “r”, baik pada taraf
signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1%.
Dengan melihat “rt” diperoleh hasil sebagai berikut:
 Pada taraf signifikansi 5% = 0,304
 Pada taraf signifikansi 1% = 0,393
68

Ternyata, “rxy” atau “ro” lebih besar dari “r” tabel atau “rt” baik pada
taraf signifikansi 5% maupun 1% yaitu (0,710>0,304/0,393). Dengan
demikian hipotesa nol (Ho) ditolak, sedangkan hipotesa alternatif (Ha)
diterima. Ini berarti bahwa terdapat hubungan/korelasi yang positif dan
signifikan antara profesionalisme guru dalam bidanng studi Fiqih dengan
prestasi belajar siswa.
Kemudian, untuk mengetahui seberapa besar hubungan kedua variabel
tersebut maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus Koefisien
Determinasi, yaitu KD = r²x100%. KD = r²x100% = (0,710)²x100% =
0,50x100 = 50%. Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa,
prestasi belajar siswa ditentukan atau dipengaruhi oleh profesionalisme guru
sebesar 50%. Maka 50% lagi ditentukan oleh faktor lain.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dari jawaban siswa mengenai profesionalisme guru dalam bidang studi
Fiqih, sebagian besar siswa berpendapat bahwa guru bidang studi Fiqih
MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi berada pada kualifikasi
sedang. Sedangkan menurut pendapat sebagian siswa yang lain, guru
mempunyai tingkat kompetensi profesional yang rendah. Dengan
demikian, sesuai dengan data yang ada, profesionalisme guru dalam
bidang studi Fiqih di MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi
adalah berada pada rata-rata sedang atau cukup baik.
2. Nilai rata-rata prestasi hasil belajar Fiqih siswa kelas VII dan VIII MTs
Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi tergolong cukup baik atau
sedang.
3. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara profesionalisme guru
dalam bidang studi Fiqih dengan prestasi hasil belajar Fiqih siswa MTs
Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi. Profesionalisme guru
tersebutdapat mempengaruhi prestasi hasil belajar siswa 50%. Adapun
50% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain.

B. Saran
Dalam penelitian pendidikan ini, penulis ingin memberikan beberapa
saran kepada sekolah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sekolah
khususnya peningkatan dalam proses kegiatan belajar mengajar yang
dilaksanakan oleh guru dan siswa. Adapun saran yang diajukan penulis adalah
sebagai berikut:
1. Meskipun dalam penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme guru
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dengan persentase yang cukup

69
70

baik, akan tetapi bukan berarti guru bidang studi maupun siswa merasa
puas dengan situasi yang ada. Penulis mengharapkan, baik guru maupun
murid lebih meningkatkan profesionalisme dan prestasi belajar yang ada.
Sehingga hasil pembelajaran akan lebih maksimal.
2. Meskipun prestasi belajar siswa dapat dikualifikasikan cukup baik, akan
tetapi siswa diharapkan lebih meningkatkan prestasi belajar baik secara
konseptual maupun praktis. Karena khusus dalam bidang studi Fiqih,
penguasaan siswa tidak hanya terbatas kepada penguasaan konsep,
melainkan siswa harus mampu mempraktekkan dan menghayatinya.
Dengan demikian, apabila hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik,
maka tujuan perestasi belajar akan lebih optimal.
3. Bagi kepela sekolah atau bidang kurikulum, setelah penelitian ini
dilakukan, diharapkan pengawasan terhadap guru lebih ditingkatkan.
Pembinaan terhadap siswa lebih dimaksimalkan. Karena, tanpa adanya
pengawasan yang intens tidak menutup kemungkinan kinerja guru akan
menurun. Khusus untuk tenaga pengajar, penulis berharap bisa lebih
meningkatkan kualitasnya baik secara personal, profesional, maupun
secara sosial. Dengan demikian diharapkan akan memberikan iklim
pembelajaran yang harmonis dan berkualitas baik secara akademik
maupun non akademik.
4. Meskipun dalam penelitian yang dilakukan penulis tidak memberikan
kesimpulan yang negatif, untuk peningkatan kualitas sekolah yang
bersangkutan, penulis berpendapat perlu diadakan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H.M, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta: Bumi Aksara,
1995, Cet. Ke-3.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:


Rineka Cipta, 2002, Cet. Ke-12.

Departemen Pendidikn dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:


Balai Pustaka, 2002, Cet. Ke- 2.

Dimyati, Abu Muhammad bin Khallad, Hadits Shahih Keutamaan Amal Shalih,
Jakarta: Najla Press, 2003, Cet. Ke-1.

Gani, Bustami, A, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang,


1970, Cet. Ke-1.

Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta:


PT. Bumi Aksara, 2006, Cet, Ke-4.

http://www.unissula.ac.id/v1/download/Peraturan/PP_19_2005_STANDAR_NAS
_PENDDKN.PDF/2008/01/09/.

http://www.setjen.depdiknas.go.id/prodhukum/dokumen/5212007134511Permen_
162007.pdf/2008/01/09/.

http://suciptoardi.wordpress.com/2007/12/29/profesionalisme-dunia-pendidikan-
oleh-winarno-surakhmad/2008/01/09/.

‘Isa, Kamal Muhammad, Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Fikahati


Anesta, 1994, Cet. Ke-1.

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Gur, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007, Cet. Ke-1.

Mulyasa, E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja


Rosda Karya: Bandung, 2008, Cet. Ke-3.

Namsa, M. Yunus, Kiprah Baru Profesi Guru Indonsia Wawasan Metodologi


Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Pustaka Mapan, 2006, Cet. Ke-1.

Purwanto, M. Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya, 2001, Cet. Ke-10.

71
72

_________________, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,


2003, Cet. Ke-19.

Sabri, Alisuf, Mimbar Agama dan Budaya, Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengabdian Pada Masyarakat IAIN, 1992, Cet. Ke-1.

_________________, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996,


Cet. Ke-2.

Sholeh, Asrorun, Ni’am, Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis


atas Lahirnya Undang-Undang Guru dan Dosen, Jakarta: eLSAS, 2006,
Cet. Ke-1.

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka


Cipta, 2003, Cet. Ke-4.

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004,
Cet. Ke-2.

Sudijono, Anas, Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, Cet.
Ke-10.

Sudjana, Nana, Dasar-dasar Pproses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Sinar Baru
Algesindo, 1998, Cet. Ke-4.

Sukardi, Dewa, Ketut, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, Surabaya:


Usaha Nasional, 1983, Cet. Ke-1.

Suryabrata, Sumardi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindi Persada,


2002, Cet. Ke-2.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet. Ke-2.

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dan Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005, Cet. Ke-6.

Tilaar, H.A.R, Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002,
Cet. Ke-1.

Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegeruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Pedoman Skripsi 2007.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan


Dosen, Bandung: Citra Umbara, 2006, Cet. Ke-1.
73

Usman, M. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2006, Cet. Ke-20.

Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo, 1996, Cet. Ke-4.

Yamin, Martinis, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Jakarta: Gaung


Persada Press, 2007, Cet. Ke-2.

Zurinal Z. Dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006,
Cet. Ke-1.

You might also like