You are on page 1of 34

Cara Sholat Nabi saw

1. Memulai Sholat

 Sebelum Sholat, berwudhu terlebih dahulu. ( HR Muslim)

 Berniat di dalam hati dan tidak dilafazhkan.(HR Bukhari dan Muslim)

 Menghadap kiblat, yaitu Ka'bah.(Menghadap Kiblat , yaitu Ka'bah).

Sebagai perhatian : Menghadap Ka'bah bukan berarti menyembah Ka'bah


(sebagaimana tuduhan nonmuslim), tetapi tetap menyembah Allah swt. Kita
menghadap ke Ka'bah karena kita diperintahkan Allah untuk itu dan kita pun
tunduk pada perintah-Nya.

 Menempatkan sutrah di hadapan kita.

Sutrah yaitu, pembatas, seperti : tembok, tiang dan lain-lain. Tinggi sutrah
yaitu setinggi satu hasta (dari ujung jari tengah sampai siku).(HR Muslim)
Sedangkan jarak antara sutrah dan tempat sujud adalah kira-kira bisa dilalui
seekor kambing.(HR Bukhari dan Muslim)
 Lakukanlah shalat dengan berdiri (Lihat gambar).

Bila tidak mampu, maka boleh duduk, bila tidak mampu duduk, maka dengan
berbaring, dan jika tidak mampu menggerakan anggota badan maka boleh
dengan isyarat, bila tidak mampu dengan isyarat, maka dengan hati. (HR
Bukhari)
2. Takbiratul Ihram

Setelah itu bertakbiratul Ihram, yaitu mengucapkan "Allaahu Akbar"

sambil mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu (HR Bukhari & Muslim)

atau Telinga (HR Bukhari dan Muslim) . Pandangan melihat ke


tempat sujud, tidak boleh menoleh ke kiri atau kanan (HR Bukhari dan muslim)

Mengangkat tangan ketika takbir dapat dilakukan dengan keadaan salah satu dari
tiga keadaan, yaitu :
1. Sebelum Ucapan takbir (HR Muslim)
2. Bersamaan dnegan ucapan takbir (HR Bukhari dan Muslim)
3. Sesudah ucapan takbir (HR Bukhari dan MUslim)
Posisi jari jemari saat diangkat rapat namun genggaman dibuka dan menghadap
kiblat

Disalin dari : Wahai anaku, inilah tatacara sholat sesuai Nabi disertai tata cara
wudhu dan dzikir setelah sholat, Tim Pustaka Ibnu Katsir
3. Meletakkan Tangan di dada

Setelah bertakbiratul Ihram, letakannlah telapak tangan kanan di atas (punggung)


telapak tangan kiri, atau di lengan bawah tangan kiri, atau tangan kanan
mengenggam tangan kiri dan posisi kedua tangan di dada.

Rasulullah saw, meletakan tangan kanannya di atas tangan kirinya (HR Muslim
dan Abu Daud)

"Sesungguhnya kami, sekalian para NAbi telah diperintahkan untuk


menyegerakan berbuka puasa dan mengakhirkan makan sahur dan
untuk meletakkan tangan-kanan kami di atas tangan kiri kami pada waktu shalat."
(HR Ibnu Hibban dan Adh Dhiya, dengan sanad Shahih)

Beliau berlalu dekat dengan seorang laki-laki yang sedang shalat. Laki-laki itu
meletakan tangan kirinya di atas tangan kanannya. Kemudian beliau
melepaskannya dan meletakkan tangan kannya di atas tangan kirinya. (HR Ahmad
dan Abu Daud, dengan sanad Shahih)
Juga diriwayatkan bahwa :

Beliau meletakkan tangan kanannya di atas punggung telapak tangannya,


pergelangan tanganny dan lengang tangannya (HR Abu Daud, Nasa'i dan Ibnu
Khuzaimah, sanad shaih dari Ibnu Hibban). Beliau memerintahkan hal itu kepada
para shabatnya. (HR MAlik, Bukhari dan Abu 'Uwanah)

Kadangkala beliau menggengamkan tangan kanannya kepada tangan kirinya (HR


Nasa'i dan Ad Daraquthni, sanad Shahih)

Dalam hadis tersebut, dinyatakan bahwa diantara sunnah adalah dengan


menggengam , sedangkan di dalam hadis sebelumnya dengan meletakkan.
Semuanya adalah sunnah. Adapun penyatuan antara meletakkan dan menggengam
adalah bid'ah.

Riwayat lain menyatakan :

Beliau meletakkan kedua tangannya di atas dadanya (HR Abu Daud dan Ibnu
Khuzaimah dengan sanad Shahih. Sementara Ahmad dan 'sy syeikh dalam
Tarikhu Ishbahan salah satu sanadnya di hasankan oleh Turmudzi.)

Hal yang perlu diperhatikan ialah, bahwa meletakkan kedua tangan di atas dada
inilah telah ditetapkan dalam sunnah, sedangkan selainnya ialah dhaif. Contoh
yang sering dilakukan yang salah ialah, meletakkan tangan di perut, dibawah
perut, disamping perut dan lainnya, karena tidak ada penjelasan bahwa Nabi saw
pernah melakukan hal ini.
4. Melihat Tempat Sujud dan Khusyu'
Gerakan Sholat : Melihat Tempat Sujud dan Khusyu'

Ketika dalam sholat diharuskan melihat ke tempat sujud dan khusyu'. Beberapa
riwayat yang menceritakan hal ini ialah :

"Apabila Rasulullah saw sholat, maka beliau menundukan kepalanya dan


mengarahkan pandangannya ke tanah" (HR Al Baihaqi dan Hakim. Hadis ini
disaksikan oleh sepuluh orang sahabat )

"Tatkala beliau memasuki Ka'bah, maka pandangannya tidak pernah


meninggalkan tempat sujudnya, hingga beliau keluar daripadanya" (HR Baihaqi
dan Hakim)

"Tidaklah layak di dalam rumah terdapat sesuatu yang menyibukan (menggangu


pikiran orang yang sholat." (HR Abu Daud dan Ahmad, shahih)

"Beliau melarang untuk mengarahkan pandangan ke langit." (HR Bukhari dan


Abu Daud)

"Hendaknya suatu kaum menghentikan (mencegah) mengangkat (mengarahkan)


pandangan mereka ke langit di dalam sholat atau pandangan mereka itu tidak akan
kembali lagi kepada mereka, (di dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa mata
mereka disambar petir)." (HR Muslim, Bukhari dan As Siraj)

"Apabila kamu sholat, maka janganlah kamu menoleh, karena sesungguhnya


Allah menghadapkan wajahNya ke wajah hambaNya di dalam sholatnya, selagi ia
tidak menoleh." (HR Turmudzi dan Hakim)

"(Menoleh adalah) suatu curian yang dicuri setan dari sholat seorang hamba." (HR
Bukhari dan Abu Daud)

"Shalatlah seperti shalat orang yang berpamitan, seakan - akan engkau


melihatNya dan walaupun engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya Dia
melihatmu." (Al Mukhlis dalam Ahaditsi Muntaqah, Thabrani, Rubani dan Dhiya'
dalam Al Mukhtarah. Ibnu Majah, Ahmad dan Ibnu Asakir dishahihkan oleh
Haitani Al Faqih dalam Asna'l Mathalib)

"Tidak ada bagi seorangpun yang datang kepadanya shalat wajib. lalu tidak
memperbaiki wudhunya, khusyunya dan ruku'nya, kecuali shalat itu akan
menghapuskan dosa-dosanya yang telah berlalu, selama ia tidak melakukan dosa-
dosa besar dan hal ini untuk setiap masa." (HR Muslim)

"Rasulullah saw shalat dengan mengenakan kain yang mempunyai tanda-tanda,


kemudian beliau melihat kepada tanda-tanda itu dengan sekali lihat. Tatkala
beliau selesai dari shalatnya, beliau bersabda, "pergilah dengan kainku ini kepada
Abi Jahmin dan bawahlah kepadaku pakaian (yang tebal yang tidak ada tandanya)
milik Abi Jahmin, karena sesungguhnya ia telah melupakan aku dari shalatku
tadi." (dan dalam sebuah riwayat dikatakan, "Sesungguhnya aku telah melihat
kepada tandanya aktu shalat hingga ia hampir mengujiku.")" (HR Bukhari,
Muslim dan Malih)

"'Aisyah ra mempunyai pakaian yang di dalamnya terdapat lukisan yang terjurai


ke sahwah (Rumah Kecil yang menurun ke bumi dan sedikit menyerupai bilik dan
lemari), sedangkan Nabi saw shalat dengan menghadap kepadanya (kain itu).
Kemudian beliau bersabda, "Keluarkan baju itu daripadaku, karena lukisan itu
senantiasa menghalang-halangi aku dalam shalatku." (HR Bukhari, Muslim dan
Abu 'Uwanah. Rasulullah saw tidak memerintahkan untuk melepaskan gambar
dan mengoyaknya, tetapi cukup menjauhkannya.)

"Tidaklah sah shalat orang yang dihadapannya terdapat makanan dan tidak pula
orang yang ingin buang kotoran." (HR Bukhari dan Muslim. Hadis kedua oleh
Ibnu Syaibah)

Disalin dari : Shifatu Shalatin Nabiyyi saw (Mina't Takbir ila't Taslim Kaannaka
Taraha), Muhammad Nashirudin Al Albani
5. Membaca Do'a Iftitah
Setelah bertakbiratul Ihram, kemudian Rasulullah saw membuka bacaan dengan
doa-doa yang banyak dan bermacam-macam, yang di dalamnya beliau memuja
dan memuji Allah atau dinamakan Do’a Iftittah. Dan hal ini diperintahkan kepada
orang yang shalatnya tidak betul. Beliau benabda kepadanya :

ِ ‫ن اْلُقْرا‬
‫ن‬ َ ‫سَر ِم‬
ّ ‫ َو َيْقَرَأِبَما َتَي‬, ‫عَلْيِه‬
َ ‫ي‬
ْ ‫عّز َو ُيْثِن‬
َ ‫ل َو‬
ّ‫ج‬
َ ‫ل‬
ّ ‫حَمَد ا‬
ْ ‫حّتى ُيَكِّبَر َو َي‬
َ ‫س‬
ِ ‫ن الّن‬
َ ‫ح ِم‬
ٍَ ‫لٌةل‬
َ‫ص‬َ ‫ل ُتِتّم‬
َ

"Tidaklah sempurna shalat seseorang di antara manusia sehingga ia bertakbir,


memuji Allah dan memuja-Nya membaca apa yang mudah baginya dari ayat-ayat
Al-Qur'an …” (HR Abu Dawud dan al Hakim, dishahihkan dan disepakati oleh
adz Dzahabi)

Ada beberapa bacaan Do’a Iftitah yang telah diriwayatkan dalam hadis yang
pernah dibaca oleh Rasulullah saw. Beliau saw terkadang membaca do’a yang
satu dan terkadang yang lainnya. Do’a – do’a tersebut ialah :

1.

"Ya Allah, jauhkanlah antara aku dengan kesalahan - kesalahanku, sebagaimana


Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah aku dari
kesalahan-kesalahanku, sebagaimana kain putih dibersihkan dari noda. Ya Allah,
bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, dengan salju dan
embun."

Doa ini diucapkannya di dalam shalat fardhu (HR Bukhari, Muslim dan Ibnu
Sysibah)

2.
"Kuhadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi, dengan
keadaan lurus dan berserah diri dan tidaklah aku termasuk orang-orang yang
musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, kuserahkan
kepada Allah Tuhan semesta Alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Demikianlah
yang diperintahhan kepadaku. Dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah
diri . Ya Allah, Engkau adalah Raja. Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci
Engkau dan dengan memuji Engkau. Engkau Tuhanku dan aku hambaMu. Aku
telah menganiaya diriku sendiri dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah
seluruh dosaku, karena tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain daripada
Engkau. Tunjukkanlah aku kepada akhlak yang terbaik, karena tidak ada yang
menunjukkan kepadanya selain daripada Engkau, dan jauhkanlah aku dari yang
buruknya, karena tidak ada yang menjauhkannya daripadaku selain daripada
Engkau. Kusambut panggilan Engkau dan kuikuti perintah-Mu Seluruh kebaikan
itu ada pada-Mu dan kejahatan itu tidak berasal dari-Mu dan orang yang
mendapatkan hidayah adalah orang yang Engkau beri hidayah. Aku dengan-Mu
dan kepada-Mu. Tidak ada keselamatan dan perlindungan dari-Mu, kecuali
kepada-Mu. Wahai Tuhan kami, bertambah-tambahlah keberkahan-Mu dan
bertambah-tambah pulalah keluhuran-Mu. Aku memohon ampun dan bertaubat
kepada-Mu. " Beliau mengucapkan doa ini di dalam shalat fardhu dan shalat
sunat. (HR Muslim, Abu `Uwanah, Abu Daud, Nasa'i, Ibnu Hibban, Ahmad,
Syafi'i, Thabrani dan orang-orang yang mengkhususkan hadits berlaku untuk
shalat sunat, ikutilah mereka.)

3.

Do'a Iftitah 3

Sama seperti di atas, kecuali kata-kata, "Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu..."
dan seterusnya. Kemudian ditambah dengan, "Ya Allah, Engkau adalah Raja.
Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau dan aku memuji-Mu. (HR
Nasa’I shahih)

4.

Do'a Iftitah 4

Sama seperti di atas juga sampai kata-kata, "...Dan aku adalah orang yang
pertama-tama berserah diri." Kemudian beliau menambahkan, "Ya Allah,
tunjukkanlah aku kepada akhlak yang paling baik dan perbuatan yang paling baik,
karena tidak ada yang menunjukkan kepadaku selain daripada Engkau. Dan
peliharalah aku dari akhlak-akhlah dan perbuatan-perbuatan yang buruk, karena
tidak ada yang memeliharaku daripadanya selain daripada Engkau."(HR Nasa’i
dan Daraquthni, shahih)

Ref : Shifatu Shalatin Nabiyyi saw (Mina't Takbir ila't Taslim Kaannaka
Taraha), , Muhammad Nashirudin Al Albani
5.a Do'a Iftitah Bag 2
Bacaan Do'a Iftitah yang lainnya adalah :

5.

Do'a Iftitah 5

"Ya Allah, aku mensucikan Engkau (menjauhkan Engkau dari setiap kekurangan)
dan kami senantiasa memuji Engkau, nama Engkau selalu bertambah berkahnya
dan keagungan-Mu selalu bertambah tinggi, dan tidak ada Tuhan selain daripada
Engkau." (HR Abu Dawud dan Hakim, disahihkan dan disepakati oleh Dzahabi)
Dan Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya ucapan yang paling disukai oleh Allah
adalah; apabila seorang hamba mengucapkan, Ya Allah, aku mensucikan
Engkau....'." (Diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dalam At Tauhid(123/2) dengan
sanad shahih dan Nasa’I dalam al Yaumul wa ‘l-Lailah secara mauqut dan marfu’,
sebagaimana tertulis dalam ‘Jami’u ‘l-Masanid karangan Ibnu Katsir (vol 3,
bagian 2, p.235/2)

6.

Seperti di atas, dan di dalam shalat Lail, beliau menambahkan: "Laa Ilaaha
Illallaah ada Tuhan selain Allah) tiga kali dan Allahu Akbar Kabiran (Allah
Maha Besar lagi sempurna kebesaran-Nya) tiga kali." ( Diriwayatkan oleh Abu
Daud dan Ath-Thahawi dengan sanad yang hasan)

7.
"Allah Maha Besar lagi sempurna kebesaran-Nya, segala puji bagi Allah
sebanyak-banyaknya dan Maha Suci Allah di waktu pagi dan petang hari."
Seorang laki-laki di antara para sahabat mengucapkan doa ini, lalu Rasulullah
bersabda, "Aku kagum dengannya dan dibukalah pintu-pintu langit dengannya."
( Diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Uwanah, dan diriwayatkan oleh Abu Na'im
di dalam Akhbaru As hb ahan 1/210) dari Jabir bin Muth' im bahwasanya dia
mendengar Rasulullah mengatakan hal itu di dalam shalat sunat.)
5.b Do'a Iftitah Bag 3
Dapat juga membaca do'a - do'a berikut ini

8.

Do'a Iftitah 8

"Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, balk dan penuh berkah di
dalamnya". Doa iftitah ini diucapkan oleh seorang laki-laki lain. Maka
bersabdalah Rasulullah "Aku telah melihat dua belas malaikat bergegas-gegas
kepadanya (doa itu). Siapakah di antara mereka (malaikat) itu yang akan
mengangkat doa itu (ke hadapan Allah ." (H.R. Muslim dan Abu Uwanah)

9.

Ya Allah, segala puji bagi Engkau. Engkau adalah cahaya bagi langit dan bumi
dan orang-orang yang ada di dalamnya. Dan segala puji bagi Engkau. Engkau
penjaga dan pemelihara langit dan bumi serta orang-orang yang ada di dalamnya -
Dan segala puji bagi Engkau. Engkau Raja langit dan bumi dan orang-orang yang
ada di dalamnya - Dan segala puji bagi Engkau. Engkau Maha Benar. Janji-Mu
benar. Firman-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu adalah benar. Surga itu benar.
Neraka itu benar. Hari kiamat itu benar. Para nabi itu benar dan Muhammad itu
benar. Ya Allah, kepada-Mu aku berserah diri. Kepada-Mu aku bertawakkal.
Kepada-Mu aku beriman. Kepada-Mu aku bertaubat. Kepada-Mu aku
mengadukan perselisihanku. Dan kepada-Mu aku memohon keputusan. Engkau
Tuhan kami dan kepada-Mu kami kembali. Maka, ampunilah dosa-dosaku, baik
yang telah aku lakukan maupun yang belum aku lakukan, dan apa-apa yang aku
sembunyikan dan apa-apa yang aku nyatakan. Sesungguhnya Engkau lebih
mengetahui tentang itu dari aku, Engkau yang dahulu dan Engkau yang terakhir.
Engkau Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau, tidak ada Jaya dan tidak ada
kekuatan selain daripada Engkau. "( Bukhari, Muslim, Abu `Uwanah, Abu Daud,
Ibnu Nashr dan Ad-Darimi.)

Doa ini dibaca oleh Rasulullah saw di dalam shalat Lail, sebagaimana halqya doa-
doa berikut ini: (Rasulullah saw, tidak menghilangkannya dan tidak pula
menyembunyikannya bahwa ini disyari'atkan di dalam shalat-shalaf fardlu pula.)
5.c Do'a Iftitah Bag 4
Do'a Iftitah yang juga dibaca sesuai dengan sunnah Nabi saw ialah

10.

Do'a Iftitah 10

"Ya Allah, Tuhan malaikat Jibril, Mika'il dan Israfil, Pencipta langit dan bumi,
yang mengetahui alam ghaib dan alam nyata, Engkaulah Hakim di antara hamba-
hamba-Mu di dalam hal-hal yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah kebenaran
hepadaku di dalam apa yang mereka perselisihkan itu dengan idzin Engkau.
Karena, sesungguhnya Engkau memberi petunjuk kepada siapa saja yang Engkau
kehendaki kepada jalan yang lurus". (H.R Muslim dan Abu `Uwanah).

11.

Do'a Iftitah 11
Beliau mengucapkan takbir sebanyak sepuluh kali mengucapkan tahmid sepuluh
kali, bertasbih sepuluh bertahlil sepuluh kali dan beristighfar sepuluh kali. Dan
belia_ bersabda: "Ya Allah, ampunilah aku, berilah aku petunjuk, berilah aku dan
berilah aku kesehatan." sebanyak sepuluh kali. Dan beliau mengucapkan:

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari kesempitan pada
hari perhitungan",sebanyak sepuluh kali. ( Ahmad dan Ibnu Syaibah (12/119/2),
Abu Daud dan Ath-Thabrani di dalam Alausath (62/2) dari Al-Jam'u bainahu wa
baina 'sh-Shaghir dengan sanad yang shahih dan lainnya adalah hasan )

12.

"Allah Maha Besar - tiga kali - Yang mempunyai kerajaan yang amat besar,
kekuasaan, kebesaran dan keagungan." (H.R Ath-Thayalisi dan Abu Daud dengan
sanad shahih)

Disalin dari : Shifatu Shalatin Nabiyyi saw (Mina't Takbir ila 't Taslim Kaannaka
Taraha), Muhammad Nashiruddin Al Albani

6. Membaca Ta'awudz dan Al Fatihah


Membaca ta'awudz, yaitu
Ta'awudz

" Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,
dari (godaan) syaitan yang terkutuk, dari kegilaannya, kesombongannya dan dari
syairnya yang tercela ( HR Abu Dawud, Ibnu Majah, Daraquthni dan Hakim, di
shahihkan oleh Hakim, Ibnu Hibban dan Adz Dzahabi)

Penjelasan :

Kata Hamzihi berasal dari kata Hamzun yang ditafsirkan sebagian para rawi
dengan Al mu'tah yang berarti suatu jenis kegilaan. Nafkhihi dari kata Nafkhun
ditafsirkan oleh rawi dengan Al Kubru yang berarti kesombongan. Naftsihi dari
kata Naftsun Asy Syi'ru , yakni syair dan yak dimaksud ialah syair yang tercela.

Setelah itu membaca Al Fatihah dengan cara

Memotong setiap ayat dan tidak menyambungnya ( HR Abu Dawud dan As


Sahmi, dishahihkan oleh Hakim) atau dengan kata lain, dibaca perayat.

Bacaan Basmallah dipelankan atau tidak dikeraskan (HR Nasa'i)

Referensi :

Wahai anaku, inilah tatacara sholat sesuai Nabi disertai tata cara wudhu dan dzikir
setelah sholat, Tim Pustaka Ibnu Katsir

Shifatu Shalatin Nabiyyi saw (minal Takbir ila't taslim Kaannaka


Taraha), Muhammad Nashiruddin Al Albani.

7. Membaca Aamiin
Selesai membaca Al Fatihah , Nabi kemudian mengucapkan Aamin (terimalah),
sesuai dengan hadis :
"Nabi saw apabila selesai membaca Al Fatihah, maka beliau mengucapkan
"Aamiin". Beliau mengeraskannya dan memanjangkannya dengan suaranya. (HR
Bukhari dan Abu Dawud)

Nabi saw juga memerintahkan kepada makmum untuk turut mengucapkannya


pula, sesuai dengan

"Apabila imam mengucapkan "Ghair 'l Maghdhubi 'alaihim wala'dh Dhaalliin


(bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula yang sesat), maka ucapkanlah
"Aamiin", karena sesungguhnya para malaikat mengucapkan "Aamiin" dan imam
mengucapkan "Aamiin". (Dan dalam sebuah Lafdz dikatakan : Apabila imam
mengucapkan "Aamiin", maka ucapkanlah "Aamiin"). Dan barangsiapa yang
"Aamiin'nya sesuai dengan para malaikat (dalam sebuah lafadz dikatakan :
Apabila salah seorang diantara kamu mengucapkan "Aamiin" di dalam shaolat
dan para malaikat di langi mengucapkan "Aamiin", lalu ucapannya yang satu
sesuai dengan yang lainnya), maka diampuni dosanya yang telah dilalui." (HR
Syaikhani dan Nasa'i)

"Ucapkanlah "Aamiin", niscaya Allah mengabulkan (do'a) kamu" (HR Muslim


dan Abu "uwanah)

Referensi :

Wahai anaku, inilah tatacara sholat sesuai Nabi disertai tata cara wudhu dan dzikir
setelah sholat, Tim Pustaka Ibnu Katsir

Shifatu Shalatin Nabiyyi saw (minal Takbir ila't taslim Kaannaka


Taraha), Muhammad Nashiruddin Al Albani.

8. Membaca ayat Al Qur'an


Setelah membaca Al fatihah dan dilanjutkan dengan ucapan Aamiin, selanjutnya
ialah membaca salah satu surat atau ayat - ayat yang dihapal. (HR Bukhari dan
Muslim). Bacaan surat atau ayat - ayat al qur'an ini dibaca pada raka'at pertama
dan kedua saja (HR Abu Dawud dan At Tirmidizi, Shahih). Setelah membaca
surat atau ayat Al Qur'an ini, maka berdiamlah sejenak atau Thuma'niinah.

Beberapa Hal Mengenai Bacaan Setelah Al Fatihah


1. Rasulullah saw mempercepat / memperpendek bacaannya ketika mendengar
suara tangis anak.

"Pada suatu hari , di dalam sholat fajar, Nabis aw telah meringankan


(memperpendek) Qira'at (dalam hadits lain dikatakan , "Beliau melaksanakan
Sholat Shubuh, lalu membaca dua surat yang paling pendek di dalam Al Qur'an").
Kemudian beliau ditanya, "Wahai Rasulullah, mengapa engkau memperingan
(memperpendek)?". Beliau bersabda, "Aku mendengar tangis seorang anak bayi,
dan aku mengira bahwa ibunya ikut shalat bersama kita, maka aku ingin
memberikan kesempatan kepada ibunya untuknya." (HR Ahmad, shahih. Hadis
lainnya diriwayatkan oleh Ibnu Abi Daud dalam Al Mashahif (4/14/2.))

"Sungguh aku akab memasuki shalat dan aku ingin memperpanjangnya, namun
aku mendengar tangis anak bayi, maka aku memperingan (memperpendek)
shalatku, karena aku ingin mengetahui betapa cintanya (gelisahnya) ibunya
terhadap tangis (anak)nya itu," (HR Bukhari dan Muslim)

2. Rasulullah saw biasa membaca mulai dari awal surat dan menyempurnakannya.

"Berilah setiap surat itu bagiannya dari ruku' dan sujudnya." (HR Ibnu Abi
Syaibah, Ahmad dan Abdul Ghani Al Maqdisi dalam As Sunan, Shahih).

"Setiap satu surat itu mempunyai satu raka'at" (HR Ibnu Nashr dan Ath Thahawi,
Shahih. Al Albani berpendapat bahwa hadis ini bermakna : "Jadikanlah seyiap
raka'at itu mempunyai satu surat yang sempurna, sehingga bagian raka'at itu
menjadi sempurna dengannya". Perintah ini sunat.

3. Pembagian surat :

a. Kadang kala Rasulullah saw membagi suatu surat Al Qur'an kedalam dua
raka'at (HR Ahmad dan Abu Ya'la)

b. Terkadang mengulangi kembali seluruhnya dalam raka'at kedua (biasa


ddilakukan dalam shalat fajar / shubuh).

c. Terkadang juga beliau saw memnyatukan antara dua surta atau lebih dalam satu
raka'at.

Referensi :

Wahai anaku, inilah tatacara sholat sesuai Nabi disertai tata cara wudhu dan
dzikir setelah sholat, Tim Pustaka Ibnu Katsir

Shifatu Shalatin Nabiyyi saw (minal Takbir ila't taslim Kaannaka


Taraha), Muhammad Nashiruddin Al Albani.
9. Ruku

Setelah Rasulullah saw selesai membaca Qira'at, maka beliau berhenti sejenak
atau thumaninah (HR Abu Daud dan Al- Hakim, lama berhenti
diperkirakan sepanjang sehela nafas), kemudian mengangkat kedua tangannya
dengan cara-cara seperti diterangkan di dalam takbirati ‘l-Iftitah (takbir
pembukaan) dan bertakbir, lalu ruku' (HR Bukhari dan Muslim).

Rasulullah saw bersabda :

"Sesungguhnya shalat salah seorang di antara kamu itu tidak


sempurna, sebelumorang itu menyempurnakan wudlu'nya sebagaimana yang telah
diperintahkan oleh Allah, lalu membesarkan Allah, memuji-Nya dan memuliakan-
Nya serta membaca ayat yang mudah baginya dari ayat-ayat Al-Qur'an yang telah
diajarkan dan diizinkan oleh Allah kepadanya, kemudian bertakbir dan ruku' serta
meletakkan kedua tangannya pada kedua lututnya sehingga tulang-tulang
sendinya menjadi tenang dan merasa lapang". (HR Abu Daud dan An-Nasa’i dan
dishahihkan oleh Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi)

Rasulullah saw meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua lututnya. (HR.
Al-Bukhari dan Abu Daud).
Beliau memerintahkan hal itu (meletakkan kedua telapak tangan di atas kedua
lutut) kepada mereka. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Beliau menguatkan, kedua tangannya kepada kedua lututnya seakan-akan beliau


memegang erat kedua lututnya itu. (HR. Al-Bukhari dan Abu Daud)

Beliau merenggangkan jari jemarinya.(Al-Hakim dan dishahihkan oleh Adz


dzahabi dan Ath-Thayalisi. Hadits ini dikeluarkan di dalam Shahih Abu Dawud)

Hal ini beliau perintahkan pula kepada orang yang shalatnya tidak betul. Beliau
bersabda :

"Apabila kamu ruku', maka letakkanlah kedua telapak tanganmu di atas kedua
lututmu. Kemudian, renggangkanlah jari-jemarimu. Lalu, diamlah, sehingga
setiap anggota badan mengambil bagiannya".(Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban
di dalam shahih mereka).

Beliau menjauhkan dan membengkokkan kedua sikunya dari kedua samping


badannya. (H.R. At-Tirmidzi dan di shahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).

Apabila beliau ruku', maka beliau melapangkan punggungnya dan meratakannya.


(Al-Baihaqi dengan sanad yang shahih dan Al-Bukhari) Sehingga, apabila
punggungnya itu disiram air, maka air itu akan tetap di atasnya. (Ath-Thabrani di
dalam Al kabir dan Ash-Shaghi, Abdullah bin Ahmad di dalam zawa’idu l-
Musnad dan Ibnu Majah.

"Apabila kamu ruku', maka letakkanlah kedua telapak tanganmu di atas kedua
lututmu dan panjangkanlah punggungmu serta tenanglah dalam ruku'mu." (HR.
Ahmad dan Abu Daud dengan sanad yang shahih)

Dan diriwayatkan bahwa :

Beliau tidak menundukkan kepalanya dan tidak pula mengangkatnya (sehingga


kepalanya lebih tinggi dari punggungnya). (Abu Daud dan Al-Bukhari di dalam
Juz'u 'I-Qira'ah dengan sanad yang shahih. Artinya La Yuqnru adalah tidak
mengangkat kepalanya sehingga lebih tinggi daripada punggungnya. Demikian
dikatakan di dalam Nihayah.) Tapi, pertengahan antara menundukkan dan
mengangkatnya. (H.R. Muslim dan Abu `Uwanah).

Wajib Thuma'ninah Dalam Ruku'

Rasulullah saw melakukan thuma'ninah di dalam ruku'nya. Dan thuma'ninah ini


beliau perintahkan kepada orang yang shalatnya tidak betul sebagaimana telah
diterangkan pada awal pasal yang lalu.

Rasulullah saw bersabda :


"Sempurnakanlah ruku' dan sujud. Maka demi Dzat Yang jiwaku berada dalam
kekuasaan-Nya, sesungguhnya aku benar-benar melihat kamu sekalian di
belakangku (Penglihatan ini benar-benar terjadi. Ini salah satu mu'jizat Rasulullah
saw yang khusus di dalam shalat. Dan tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa
beliau dapat melihat seperti ini di luar shaIat pada umumnya.) ketika kamu ruku'
dan ketika kamu sujud." (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

Diriwayatkan bahwa :

Beliau melihat seorang laki-laki yang tidak menyempurnakan ruku'nya dan


mencotok di dalam sujudnya ketika ia shalat. Kemudian beliau bersabda,
`Sekiranya orang ini mati dalam keadaan seperti ini, niscaya ia mati bukan pada
millah (agama) Muhammad. Karena, dia mencotok dalam shalatnya sebagaimana
burung gagak mencotok darah. Perumpamaan orang yang tidak menyempurnakan
ruku'nya dan mencotok di dalam sujudnya seperti orang lapar yang makan satu
buah kurma dan dua buah kurma yang tidak memberikan manfa'at apa-apa
kepadanya". (Abu Ya'la di dalam Musnad (340/1) dan (34911) dan A1-Ajiri di
dalam Al-Arba'in, Al-Bai haqi dan Ath-Thabrani (1/192/1), Adl-Dliya' di dalam
Al-Mutuaqa mina '1- Ahaditsi 'sh-Shihhah wa '1-Hassan (276/1) dan Ibnu 'Asakir
(2/226/2, 414/1, 8/ 14/1, 76/2) dengan sanad yang hasan dan dishahiihkan oleh
Ibnu Khuzaimah (1/82/1). Tepinya yang pertama, selain tambahan, mempunyai
saksi yang mursal pada Ibnu Baththah di dalam Al-lbanah (5/43/1).)

Abu Hurairah berkata :

"Kekasihku, Rasulullah telah melarangku untuk mencotok di dalam shalatku


seperti mencotoknya ayam jantan, untuk berpaling seperti berpalingnya srigala
dan untuk duduk seperti duduknya kera". (Dikeluarkan oleh Ath-Thayalisi,
Ahmad dan lbnu Abi Syaibah. Hadits ini adalah hadits hasan,Sebagaimana yang
telah penulis terangkan di dalam komentar penulis terhadap buku. Al-Ahkam
karangan Al-Hafizh Abdu '1-Haq A1-Asybili (1348)).

Rasulullah saw bersabda :

"Seburuk-buruk orang yang mencuri itu adalah orang yang mencuri dari
shalatnya". Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana ia mencuri dari
shalatnya?"Rasulullah bersabda, "(Yaitu) tidak menyempurnakan ruku'nya dan
sujudnya".( Ibnu Abi Syaibah (1/89/2), Ath-Thabrani dan Al-Hakim serta
dishahihkan dan disepakati oleh Adz-Dzahabi.))

Diriwayatkan bahwa :

Beliau melakukan shalat. Kemudian, dengan ujung matanya beliau melihat


seorang laki-laki yang tidak menegakkan tulang punggungnya di dalam ruku' dan
sujud. Seusai beliau melakukan shalat, beliau bersabda, "Wahai sekalian kaum
Muslimin, sesungguhnya tidaklah syah shalat orang yang tidak menegakkan
tulang punggungnya di dalam ruku' dan sujud". (Ibnu Abi Syaibah. (1/89/1), Ibnu
Majah dan Ahmad dengan sanad yang shahih.))
Dan dalam sebuah hadits lain, beliau bersabda :

"Tidaklah cukup shalat seorang laki-laki sehingga ia menegakkan punggungnya di


dalam ruku' dan sujud." (Abu `Uwanah, Abu Daud dan As-Sahmi (61) dan
dishahihkan oleh Ad-Daraquthni.)

Referensi :

Wahai anaku, inilah tatacara sholat sesuai Nabi disertai tata cara wudhu dan
dzikir setelah sholat, Tim Pustaka Ibnu Katsir

Shifatu Shalatin Nabiyyi saw (minal Takbir ila't taslim Kaannaka


Taraha), Muhammad Nashiruddin Al Albani.

9.a Doa Ruku'


Di dalam rukun (ruku') ini, beliau mengucapkan bermacam-macam dzikir dan
do'a. Kadangkala beliau mengucapkan yang ini dan kadangkala mengucapkan
yang itu :

1. "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung".

Doa Ruku 1

Dzikir ini beliau ucapkan sebanyak tiga kali. ( HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu
Majah, Ad-Daraquthni, Ath-Thahawi, Al-Bazzar dan Ath Thabrani dalam Al-
Kabir dari tujuh sahabat. Di dalamnya terdapat penolakan terhadap orang yang
mengingkari adanya pengikatan dengan tujuh kali bertasbih, seperti Ibnu `I-Qaim
dan lain-lainnya.) Kadangkala beliau mengulang-ulangnya lebih banyak daripada
itu.( Pengertian ini diambil dari hadits-hadits yang gamblang yang menerangkan
bahwa Rasulullah saw menyamakan lama berdirinya dengan ruku'nya dan
sujudnya,

sebagaimana yang akan diterangkan setelah pasal ini.)) Dan sesekali beliau
berlebihan di dalam mengulang-ulangnya pada waktu melakukan Shalat Lail
(malam), sehingga lama ruku'nya hampir mendekati lama berdirinya, di mana
beliau membaca tiga surat yang panjang, yaitu Al-Baqarah, An-Nisa' dan Ali
Imran yang diselang-selangi dengan doa dan istighfar sebagaimana yang telah
diterangkan pada Shalat Lail.
2. "Maha Suci dan Pemberi berkat"

Doa ruku 2

(Abu Ishaq berkata, "As-Subbuh berarti yang suci dari setiap keburukan, dan Al
Quddus bcrarti pemberi berkah atau yang suci”. Dan Ibnu Abi Ishaq mengatakan
bahwa Subbuhun Quddusun adalah sifat Allah Ta'ala. Sebab. Allah disucikan.
Demikian di dalam Lisanu '1- Arab)). Tuhan malaikat dan ruh." (HR. Muslim dan
Abu `Uwanah)

3. "Maha Suci Engkau ya Allah, dan aku memuji-Mu. Ya Allah ampunilah


aku".

Doa ruku 3

Beliau banyak membaca dzikir dan doa ini di dalam ruku' dan sujudnya. Di sini,
beliau menta'wilkan Al-Qur'an.( Al-Bukhari dan Muslim. Makna perkataan
Yata'awwalu '1-Qur'ana adalah mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya
yang terdapat di dalamAl-Qur'an, yakni firman Allah swt : Maka bertasbihlah
dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepadaNya. Sesungguhnya Dia
adalah Maha Penerima taubat.

4. "Ya Allah, kepada-Mu kuserahkan ruku'ku, kepada-Mu aku beriman dan


kepada-Mu aku menyerahkan diriku. - Engkaulah Tuhanku. Kepada-Mu-lah
pendengaran, penglihatan, otak, tulang dan syarafku tunduk. Dan apa yang dibawa
oleh kakiku kuserahkan kepada Tuhan semesta alam. (HR. Muslim, Abu
`Uwanah, Ath-Thahawi dan Ad-Daraquthni)
Doa Ruku' 4

5. Ya Allah, kepada-Mu kuserahkan ruku'-ku, kepada-Mu aku beriman dan


kepada-Mu aku menyerahkan diriku serta kepadaMu aku bertawakkal. Engkaulah
Tuhanku. Pendengaranku, penglihatanku, darahku, dagingku, tulangku dan
syarafku tunduk kepada Tuhan semesta alam" (HR. An-Nasa'i dengan sanad yang
shahih).

Doa Ruku' 5

6. "Maha Suci Dzat Yang memiliki kekuasaan, kerajaan, kebesaran dan


keagungan".

Doa Ruku' 6

Dzikir ini diucapkan oleh Rasulullah pada waktu shalat Lail.( Mereka berselisih,
apakah disyari'atkan untuk menyatukan doa-doa ini di dalam satu ruku' ataukah
tidak? Ibnu `I-Qaim di dalam Azzad telah ragu-ragu dalam masalah ini.
Sedangkan An-Nawawi di dalam Al-Adzkar telah memastikan di dalam ruku'
pertama. Dia mengatakan, "Yang lebih utama adalah menyatukan seluruh doa ini,
jika memang mungkin. Demikian pula doa-doa di seluruh bab hendaknya
dikerjakan". Kemudian, Abu 'th-Thayyib Shadiq Hasan Khan mengatakan di
dalarn Nuzulu 'l Abrar (84) : "Sesekali beliau melakukan ini dan sesekali beliau
melakukan itu. Belum pemah saya melihat satu dalil pun yang menunjukkan
kepada penyatuan. Rasulullah saw. tidak pernah menyatukannya di dalam satu
rukun, tetapi beliau sesekali mengucapkan ini dan sesekali mengucapkan itu.
Mengikuti adalah lebih batk daripada membuat bid'ah"

Isya Allah, inilah yang benar. Tetapi, memperpanjang rukun ini dan yang lainnya
telah menjadi ketetapan di dalam As-Sunnah. sebagaimana yang akan diterangkan
kemudian sehingga lamanya hampir mendekati lama berdir.- Maka, apabila orang
yang'shalat ingin mengikuti Nabi dalam As-Sunnah ini, tidak ada jalan lain
baginya selain daripada jalan penyatuan sebagihnana pendapat An-Nawa`wi. Hal
ini telah diriwayatkan olch Ibnu Nashr di dalam Qiyamu 1-Lail (76) dari Ibnu
Juraij dari 'Atha'. Dan kalaupun tidak demikian, maka dengan jalan pengulangan
sebagian doa yang tertulis. Hal ini lebih dekat kepada As-Sunnah. Allah Maha
Mengetahui.) (Abu Daud dan An-Nasa'i. dengan sanad yang shahih)

Referensi :

Wahai anaku, inilah tatacara sholat sesuai Nabi disertai tata cara wudhu dan
dzikir setelah sholat, Tim Pustaka Ibnu Katsir

Shifatu Shalatin Nabiyyi saw (minal Takbir ila't taslim Kaannaka


Taraha), Muhammad Nashiruddin Al Albani.

Cat Administrator : dalam kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi saw (minal Takbir ila't
taslim Kaannaka Taraha), Muhammad Nashiruddin Al Albani terdapat satu lagi
doa ruku yang artinya : "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan aku
memujiNya.", namun tulisan arab yang di lampirkan tidak dengan benar, maka
tidak kami sampaikan dalam isi diatas. Wallahu'alam

10. Itidal

Rasulullah saw mengangkat punggungnya dari, ruku' (itidal) sambil


mengucapkan,

Sami'a Allahu liman hamidah


"Mudah-mudahan Allah mendengarkan (memperhatikan) orang yang memuji-
Nya". (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).

Hal ini beliau perintahkan kepada orang yang shalatnya tidak betul. Beliau
bersabda :

"Tidaklah sempurna shalat seseorang, sehingga ia bertakbir, kemudian ruku' lalu


mengucapkan, `Mudah-mudahan Allah mendengarkan (memperhatikan) orang
yang memuji-Nya'. Sehingga ia berdiri tegak lurus". (H.R. Abu Daud dan AI-
Hakim dan dishahihkan serta disepakati oleh Adz-Dzahabi)

Kemudian diriwayatkan bahwa :

Sambil berdiri beliau mengucapkan,

Robbanaa walakal hamdu

"Wahai Tuhan kami, - dan - kepunyaan-Mu-lah segala puji ". (H.R. Al-Bukhari
dan Ahmad)

Hal ini beliau perintahkan kepada setiap orang yang shalat, baik yang menjadi
ma'mum, maupun yang tidak.

Beliau bersabda :

"Shalatlah, sebagaimana kamu sekalian melihat aku shalat." (H.R. Al-Bukhari dan
Ahmad)

Dan beliau bersabda :

"Sesungguhnya imam itu dijadikan hanya untuk diikuti. Oleh karena itu, apabila
ia mengucapkan, "Mudah-mudahan Allah mendengarkan (memperhatikan) orang
yang memuji-Nya, maka ucapkanlah Ya Allah, ya Tuhan kami, kepunyaan Mu-
lah segala puji, niscaya Allah memperhatikan kamu. Karena Allah yang
bertambah-tambahlah berkah-Nya dan bertambah-tambahlah keluhuran-Nya telah
berfirman melalui lisan Nabi-Nya "Mudah-mudahan Allah mendengarkan
(memperhatikan) orang yang memuji-Nya".(Muslim, Abu Uwanah, Ahmad dan
Abu Daud.)

Hal ini diberi alasan di dalam sebuah hadits lain dengan sabdanya:

"Karena barang siapa yang ucapannya itu bertepatan dengan ucapan para
malaikat, maka ia diampuni dari segala dosanya yang telah lalu ". (HR. Al-
Bukhari dan Muslim serta dishahihkan oleh At-Tirmidzi).

Diriwayatkan bahwa beliau mengangkat kedua tangannya pada waktu I'tidal ini
(Al.Bukhari dan Muslim) dengan cara-cara sebagaimana yang telah diterangkan
pada takbirati `I-Ihram. Dan beliau mengucap sambil berdiri sebagaimana
diterangkan tadi :

"Wahai Tuhan kami, dan kepunyaan-Mu-lah segala puji."


(Al.Bukhari dan Muslim) Dan kadangkala beliau mengucapkan :

"Wahai Tuhan kami, kepunyaan-Mu-lah segala puji." (Al.Bukhari dan Muslim)

Kedua lafazh di atas, kadangkala beliau tambahkan dengan ucapannya :

"Ya Allah".

Lafazh di atas telah beliau perintahkan dengan sabdanya :

"Apabila imam mengucapkan, Mudah-mudahan Allah


mendengarkan (memperhatikan) orang yang memuji-Nya, maka

ucapkanlah, `Ya Allah ya Tuhan kami, kepunyaan Mu-lah


segala puji. Karena, barang siapa yang ucapannya sesuai dengan ucapan para
malaikat, maka ia diampuni dari segala dosanya yang telah lalu". (HR. Al-Bukhari
dan Muslim serta dishahihkan oleh At-Tirmudzi).

Kadangkala, lafazh di atas beliau tambahkan, baik dengan :


"Sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki
sesudah itu". (H.R. Muslim dan Abu `Uwanah).

maupun dengan :

"Sepenuh langit dan - sepenuh - bumi, dan apa yang ada di antara keduanya, serta
sepenuh apa yang Engkau kehendaki sesudah itu." (H.R. Muslim dan Abu
`Uwanah).

Kadangkala beliau menambah lafazh di atas dengan :

"Yang memiliki pujian dan pujaan. Tidak ada yang melarang terhadap apa yang
Engkau berikan dan tidak ada yang memberi terhadap apa yang Engkau larang.
Dan tidaklah bagian orang yang memiliki bagian di dunia (Artinya adalah bagian,
keagungan dan kekuasaan. Yakni bagian orang yang mempunyai bagian di dunia
berupa harta, anak, keagungan dan kekuasaan tidaklah bermanfaat. Yakni
bagiannya itu tidak akan menyelamatkan dia dari-Mu, akan tetapi yang
menyelamatkan dan bermanfaat baginya itu adalah amal shaleh.) akan dapat
menyelamatkannya". (H.R. Muslim dan Abu `Uwanah)
Dan kadangkala tambahannya itu adalah :

“Sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki
sesudah itu. Yang memiliki pujian dan pujaan. Lebih benar dari apa yang
diucapkan oleh hamba. Dan masing-masing dari kami adalah hamba-Mu. Ya
Allah, tidak ada yang melarang terhadap apa yang Engkau berikan. Dan tidak ada
yang memberi terhadap apa yang Engkau larang. Dan tidaklah bagian orang yang
memiliki bagian di dunia akan dapat menyelamatkannya". (H.R. Muslim, Abu
`Uwanah dan Abu Daud).

Dan di dalam shalat Lail, kadangkala beliau mengucapkan :

"Bagi Tuhankulah segala puji, bagi Tuhankulah segala puji".

Dzikir ini beliau ulang-ulang, sehingga lama berdirinya hampir menyamai


ruku'nya yang hampir menyamai berdirinya yang pertama, di mana beliau
membaca surat Al-Baqarah. (H.R. Abu Daud dan An-Nasa'i dengan sanad yang
shahih).
10. "Wahai Tuhan kami, dan kepunyaan-Mu-lah segala puji. Pujian yang banyak
dan baik lagi berbarokah di dalamnya. - Yang berbarokah, sebagaimana disukai
dan diridhai oleh Tuhan kami."

Dzikir ini diucapkan oleh seorang laki-laki yang shalat di belakang Rasulullah
saw ketika beliau mengangkat kepalanya dari ruku' dan

mengucapkan, - "Mudah-mudahan Allah mendengarkan


(memperhatikan) orang yang memuji-Nya'".

Tatkala Rasulullah saw selesai melakukan shalat, beliau bertanya:

"Siapa yang mengucapkan (dzikir) tadi?"

Laki-laki itu menjawab :

"Aku wahai Rasulullah".

Maka Rasulullah bersabda :

"Aku benar-benar telah melihat lebih dari tiga puluh malaikat bergegas-gegas
mendapatkan dzikir itu, siapa di antara mereka yang akan mencatatnya lebih
dahulu". (H.R. Malik, Al-Bukhari dan Abu Daud).

Referensi :

Wahai anaku, inilah tatacara sholat sesuai Nabi disertai tata cara wudhu dan
dzikir setelah sholat, Tim Pustaka Ibnu Katsir

Shifatu Shalatin Nabiyyi saw (minal Takbir ila't taslim Kaannaka


Taraha), Muhammad Nashiruddin Al Albani.

11. Sujud
Diriwayatkan bahwa :

Rasulullah saw, mengucapkan takbir, lalu turun untuk sujud (HR.Al Bukhari dan
Muslim)

Hal ini beliau perintahkan kepada orang yang shalatnya tidak betul. Beliau
bersabda :

“Tidaklah sempurna shalat salah seorang di antara manusia, sehingga ia


mengucapkan............Mudah-mudahan Allah mendengarkan (memperhatikan)
orang yang memuji-Nya, sampai ia berdiri tegak lurus, kemudian
mengucapkan....... Allah Maha Besar, lalu sujud, sehingga tulang sendi-sendinya
menjadi tenang. (Abu Daud dan Al-Hakim, dishahihkan dan disepakati oleh Adz-
Dzahabi)
Diriwayatkan bahwa : apabila beliau hendak sujud, maka beliau mengucapkan
takbir dan meregangkan kedua tangannya dari kedua sisi tubuhnya. Kemudian
sujud (diriwayatkan oleh Abu Ya’la di dalam Musnadnya (nomor 284/2) dengan
sanad yang jayyid dan Ibnu Khuzaimah (1/79/2) dengan sanad lain yang shahih.

Diriwayatkan bahwa ;

Kadangkala beliau mengangkat kedua tangannya apabila beliau hendak


sujud. (An-nasa’i, Ad-daraquthni dan Al-Mukhlish di dalam Al-fawa’id (1/2/2)
dengan dua sanad yang shahih.

Sujud Dengan Bertelekan Kepada Kedua Tangan

Diriwayatkan bahwa :

Beliau meletakkan kedua tangannya di atas tanah sebelum kedua lututnya. (Ibnu
Khuzaimah (1/76/1, Ad-Daraquthi dan Al-hakim, dishahihkan dan disepakati oleh
Adz-Dzahabi.)

Hal ini beliau perintahkan. Beliau bersabda :

“Apabila salah seorang di antara kamu sujud, maka janganlah ia berlutut seperti
berlututnya unta, dan hendaklah ia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua
lututnya. (Abu Daud dan Ahmad dengan sanad yang shahih.ketahuilah bahwa
letak perbedaan unta di dalam meletakkan kedua tangan sebelum kedua lutut
adalah karena unta lebih dahulu meletakkan kedua lututnya yang berada pada
tangannya, sebagaimana yang disebutkan dalam Lisanu’l’Arab dan kitab-kitab
bahasa lainnya.)
Dan Beliau bersabda :

“Sesungguhnya kedua tangan itu bersujud sebagaimana bersujudnya wajah. Oleh


karena itu apabila salah seorang di antara kamu meletakkan wajahnya, maka
hendaklah ia meletakkan kedua tangannya (juga), dan apabila ia mengangkatnya,
maka hendaklah ia pun mengangkat keduanya. (Ibnu Khuzaimah (1/79/2), Ahmad
dan As-Siraj, dishahihkan oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi)

Diriwayatkan bahwa ;

“Beliau bertelekan kepada kedua telapak tangannya sambil melebarkannya.(Abu


daud dan Al Hakim, dishahihkan dan disepakati oleh Adz-dzahabi). Beliau
merapatkan jari-jari kedua telapak tangannya. Dan mengarahkannya kehadapan
kiblat. (Al-Baihaqi dengan sanad yang shahih. Menurut Ibnu Abi Syaibah (1/82/2)
dan As-Siraj bahwa pengarahan jari jemari itu dari jalan lain.

Diriwayatkan bahwa :

Beliau meletakkan (kedua telapak tangannya) setentang dengan kedua bahunya.


(Abu Daud dan At-Tirmidzi, dishahihkan oleh At-Tirmidzi dan Ibnu ‘l-Mulaqqin
(27/2)

11.a Doa - doa Sujud

Rasulullah saw mengucapkan bermacam-maca dzikir dan doa. Kadangkala beliau


mengucapkan ini dan kadangkala menucapkan yang itu.

1. Maha Suci Tuhanku Yang Maha Luhur.

Dzikir ini beliau ucapkan sebanyak tiga kali. (Ahmad, Abu daud, Ibnu Majah,
AD-Daraquthi, Ath-Thahawi, Al-Bazzar dan Ath-Thabrani di dalam Al kKabir
dai tujuh sahabat)
dan kadangkala beliau mengulang-ngulangnya lebih daripada itu.

Sesekali, beliau telah berlebihan di dalam mengulanginya pada waktu shalat Lail.
Sehingga, lama sujudnya hampir mendekati tiga surat di antara surat-surat yang
panjang, yaitu, Al Baqarah, An-nisa dan Ali-Imran yang diselang-selangi dengan
doa dan istighfar.

2. Maha Suci Tuhanku Yang Maha Luhur dan aku memuji-Nya.

Dzikir ini beliau ucapkan sebanyak tiga kali.(Hadits shahih, diriwayatkan oleh
Abu Daud, Ad-daraquthni, Ahmad, Ath-Thabrani dan Al-baihaqi).

3. “Maha Suci dan Pemberi berkat Tuhan malaikat dan ruh” (HR.Muslim dan
Abu ‘Uwanah)

4. “Maha Suci Engkau ya Allah ya Tuhan kami, dan dengan memuji Engkau
ya Allah ampunilah aku.”

Dzikir ini banyak beliau ucapkan di dalam ruku dan sujudnya, sebagai
penta’wilan beliau terhadap Al-Quran.(Al-Bukhari dan Muslim).

5. Ya Allah, kepada-Mulah aku bersujud, kepada-Mu lah aku beriman dan


kepada-Mulah aku berserah diri. Dan Engkaulah Tuhanku. Wajahku bersujud
kepada Dzat yang telah menciptakan dan membentuknya, maka baiklah
bentuknya dan yang telah menjadikan diriku mendengar dan melihat. Maka Maha
Suci Allah sebaik-baiknya pencipta. (HR. Muslim, Abu ‘Uwanah, Ath-Thahawi
dan Ad-Daraquthni).

6. Ya Allah, ampunilah seluruh dosaku, yang sekecil-kecilnya dan yang


sebesar-besarnya, yang pertama dan yang terakhir, yang terang-terangan dan
yang tersembunyi. (HR.Muslim dan Abu ‘Uwanah)

7. Hitam wujudku dan khayalanku


bersujud kepada-Mu, hatiku beriman kepada-Mu dengan nikmat yang engkau
berikan kepadaku aku kembali. Inilah tanganku menengadah kepada-Mu
memohon ampunan atas dosa yang aku lakukan.(HR. Ibnu Nashr, Al-bazzar dan
Al-Hakim serta dishahihkan olehnya).

8. Maha suci Dzat yang


memiliki kekuasaan, kerajaan, kebesaran dan keagungan.(Abu daud dan An-
Nasa’i dengan sanad yang shahih)

9. Maha Suci Engkau ya Allah


dan aku memuji-mu. Tidak ada Tuhan selain Engkau.(HR.Muslim Abu ‘Uwanah,
An-Nasa’i dan Ibnu Nashr).

10. Ya Allah, ampunilah aku dari


apa-apa yang aku sembunyikan dan yang aku nyatakan.(Ibnu Abi Syaibah
(62/112/1) dan An-Nasa’i, dishahihkan dan disepakati oleh Adz-Dzahabi)

11. Ya Allah, berilah cahaya ke


dalam hatiku, dan cahaya ke dalam lisanku, berilah cahaya ke dalam
pendengaranku, berilah cahaya ke dalam penglihatanku, berilah cahaya dari
bawahku, berilah cahaya dari atasku, cahaya dari samping kananku, cahaya dari
samping kiriku, dan berilah cahaya dari depanku, berilah cahaya dari belakangku
dan berilah cahaya ke dalam jiwaku dan perbanyaklah cahaya bagiku.(Muslim
dan Abu ‘Uwanah dan Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannif (12/106/2 dan
112/1))

12. Ya Allah, sesungguhnya aku


berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-mu dan aku berlindung dengan
perlindungan-mu dari siksa-Mu dan aku berlindung dengan-Mu daripada-Mu.
Aku tidak menghitung-hitung pujian kepada-Mu, Engkau sebagaimana yang
Engkau pujikan kepada-Mu.

12. Bangkit dari sujud

Diriwayatkan bahwa :

Rasulullah saw mengangkat kepalanya dari sujud sambil mengucapkan takbir.


(HR.Al-Bukhari dan Muslim)

Hal ini beliau perintahkan kepada orang yang shalatnya tidak betul. Beliau
bersabda ;

‘Tidaklah sempurna shalat salah seorang manusia, sehingga ia bersujud sampai


tulang-tulang persendiannya merasa tenang lalu mengucapkan, ‘Allahu Akbar’
dan mengangkat kepalanya hingga ia duduk lurus.” HR. Abu Daud dan Al Hakim
serta dishahihkan dan disepakati oleh Adz-Dzahabi

Dan diriwayatkan bahwa kadangkala ;

Beliau mengangkat kedua tangannya bersamaan dengan takbir ini.(Ahmad dan


Abu Daud dengan sanad yang shahih)
Kemudian diriwayatkan bahwa :

Beliau membentangkan kaki kirinya (duduk iftirasy), lalu duduk di atasnya


dengan tenang.(Al-Bukhari di dalam juz Rafu’l-Yadain dan Abu Daud dengan
sanad yang shahih, Muslim dan Abu ‘Uwanah)

Hal ini beliau perintahkan kepada orang yang shalatnya tidak betul. Beliau
bersabda :

“Apabila kamu bersujud, maka tetapkanlah sujudmu, dan apabila kamu bangkit,
maka duduklah di atas paha kirimu”. (HR. Ahmad dan Abu Daud dengan sanad
yang jayyid)

Dan diriwayatkan bahwa :

Beliau mendirikan kaki kanannya (HR.Al-Bukahri dan Al-bahaqi)

Dan diriwayatkan bahwa :

Beliau menghadapkan jari jemari kakinya ke arah kiblat.(HR. An-Nasa’i dengan


sanad yang shahih).

You might also like