You are on page 1of 15

DAFTAR ISI

Pendahuluan……………………………………………….. 2
Stoikiometri

Kimia Analitik

Sifat Koligatif

Isi…………………………………………………………… 4
Aplikasi Stoikiometri dan Kimia Analitik dalam Kesuburan Tanah dan Nutrisi
Tanaman

Hukum Kekekalan Massa dan Perbandingan Tetap


Lavoiser
Proust
Persamaan Reaksi Kimia
Bilangan Avogadro dan Pengertian Mol
Hubungan Massa dan Persamaan Reaksi
Daftar Pustaka……………………………………………………. …….. 14

1
I. PENDAHULUAN
1.1 Stoikiometri

Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya unsur dan
metron yang berarti mengukur. Seorang ahli Kimia Perancis, Jeremias Benjamin Richter
(1762-1807) adalah orang yang pertama kali meletakkan prinsip-prinsip dasar stoikiometri.
Menurutnya stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan kuantitatif atau
pengukuran perbandingan antar unsur kimia yang satu dengan yang lain.

Mengapa kita harus mempelajari aplikasi stoikiometri? Salah satu alasannya, karena
mempelajari ilmu kimia tidak dapat dipisahkan dari melakukan percobaan di laboratorium.
Adakalanya di laboratorium kita harus mereaksikan sejumlah gram zat A untuk
menghasilkan sejumlah gram zat B. Pertanyaan yang sering muncul adalah jika kita
memiliki sejumlah gram zat A, berapa gramkah zat B yang akan dihasilkan? Untuk
menjawab pertanyaan itu kita memerlukan stoikiometri.

Sama halnya dalam tanah yang menyediakan unsur hara bagi tanaman. Bila kita
mengaplikasikannya maka kita akan tahu seberapa banyak unsur hara yang tidak dihasilkan
oleh tanah untuk ditambahkan agar menjadi unsur hara yang lain. Stoikiometri erat
kaitannya dengan perhitungan kimia. Untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan kimia
digunakan asas-asas stoikiometri yaitu antara lain persamaan kimia dan konsep mol.

1.2 Kimia Analitik


Kimia analitik adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis cuplikan
material untuk mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya. Secara tradisional,
kimia analitik dibagi menjadi dua jenis, kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu unsur atau senyawa kimia, baik organik
maupun inorganik, sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu
unsur atau senyawa dalam suatu cuplikan.
Dalam aplikasinya kimia analitik sangat dibutuhkan dalam kesuburan tanah dan
nutrisi tanaman. Hal ini berkaitan dengan keberadaan suatu unsur atau senyawa. Sehingga
dengan mudah diketahui seberapa banyak unsur yang dikandung dalam tanah, dan unsur
2
apa yang kurang dalam tanah tersebut. Yang mana hal ini memudahkan untuk member
nutrisi pada tanah.

1.3 Sifat Koligatif


Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya
zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi
zat terlarut). Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut, maka akan didapat
suatu larutan yang mengalami reaksi :
 Penurunan tekanan uap jenuh
(zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan uap
jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan
penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi
bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapan berkurang)
 Kenaikan titik didih
(adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi
dari titik didih pelarut murni)
 Penurunan titik beku
(zat terlarut non atsiri akan menyebabkan penurunan titik beku)
 Tekanan osmosis
(tekanan osmosis adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan
perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi
permeabel/proses osmosis)

3
II. PEMBAHASAN
II.1 Aplikasi Stoikiometri dan Kimia Analitik dalam Kesuburan Tanah dan
Nutrisi Tanaman
Tanah yang menyediakan unsur hara bagi tanaman. Bila kita mengaplikasikannya
maka kita akan tahu seberapa banyak unsur hara yang tidak dihasilkan oleh tanah untuk
ditambahkan agar menjadi unsur hara yang lain. Stoikiometri erat kaitannya dengan
perhitungan kimia. Untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan kimia digunakan asas-
asas stoikiometri yaitu antara lain persamaan kimia dan konsep mol. Salah satu
pengaplikasiannya yaitu pada penggunaan pupuk.
Adapun beberapa klasifikasi pupuk yang biasa digunakan dalam pertanian, yaitu :
1) Berdasarkan Proses Pembuatannya
 Pupuk Alam è Pupuk yg tidak dengan proses2 alami. Misal : pupuk kandang,
kompos, pupuk hijau, night soil (pupuk kotoran manusia)
Ciri pupuk alam : Kelarutan unsur hara yang rendah di dalam tanah, sehingga
ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik, biologi & kimia tanah.
 Pupuk buatan (anorganik) è Pupuk yg dibuat di pabrik. Misal è Urea, TSP,
KCL.
Ciri : Kelarutan tinggi sehingga lebih cepat tersedia bagi tanaman. Guna
memperbaiki sifat kimia tanah secara instant.

2) SUMBER PUPUK ORGANIK

4
0,4
0,5
4,0
0,4
0,2
0,7
2,0 – 3,0
-
-
-
1,3 – 4
-
-
12,7

3) Berdasarkan Kadar Kandungan Hara


 Berkadar hara tinggi {concentrat} (> 30%)
- TSP è 45% P2O5 - Urea è 45% N
- KCL è 60% K2O - ZK è 50% K2O
 Berkadar hara sedang (20% – 30%)
- Abu dapur è 10 – 30% K2O
 Berkadar hara rendah {ordinar} (< 20%)
- FMP è 19% K

5
I. Hukum Kekekalan Massa dan Perbandingan Tetap

Lavoiser (1774) : Memanaskan timah dengan O2 dalam wadah tertutup. Ditimbang →


dalam reaksi tidak terjadi perubahan massa → Hukum Kekekalan Massa.

Hk. Kekekalan Massa :

Pada reaksi kimia, massa zat pereaksi = massa zat hasil

reaksi.

Contoh : O2 + 2 H2 → 2 H2O

10 g 0,125 g 10,125 g

Atau 8 1 9

Proust : Mempelajari unsur-unsur dalam senyawa. Disebut Hk. Perbandingan Massa, yaitu :
Pada swuatu reaksi kimia, massa zat yang bereaksi dengan sejumlah tertentu zat lain
selalu tetap. Atau

6
Suatu senyawa selalu terdiri atas unsur-unsur yang perbandingan massa yang tetap.

Contoh : 2 H2O → O2 + 2 H2

100 g 88,9 g 11,1 g

Atau 9 8 1

Contoh Soal Hk.Kekekalan Massa dan Perbandingan Tetap: Hasil pemeriksaan garam dari
Madura dan Cirebon menghasilkan :

Massa Garam (g) Massa Natrium (g) Massa Klor (g)

Madura 0,2925 0,1150 0,1775

Cirebon 1,7750 0,6975 1,0775

Tunjukkan bahwa garam mempunyai perbandingan unsur yang tetap.

Jawab : Garam Madura :

% Natrium = 0,1150/0,2925 x 100% = 39,3 %

% Klor = 0,1775/0,2925 x 100% = 60,7 %

Garam Cirebon :

% Natrium = 0,6975/1,7750 x 100% = 39,3 %

% Klor = 1,0775/1,7750 x 100% = 60,7 %

Ini terbukti bahwa perbandingan massa Na dan Cl dalam garam (dari manapun berasal) selalu
tetap.

II. Persamaan Reaksi Kimia

7
Suatu reaksi tidak boleh melanggar Hk. Kekekalan massa, artinya jenis dan jumlah atom
sebelum dan sesudah reaksi harus sama.

Contoh :

1. 2 H2 + O2 → 2 H2O

2. 3 H2 + N2 → 2 NH3

Angka-angka di depan unsur dan senyawa reaksi (1) dan (2) disebut : koefisien reaksi sebagai
penyetaraan reaksi.

Contoh Soal :

Lengkapi foefisien rekasi persamaan reaksi di bawah ini :

a. Sb2S3 + HNO3  Sb2O3 + NO2 + S + H2O


b. KMnO4 + H2C2O4 + H2SO4  K2SO4 + MnSO4 + CO2 +
H2O

III. Bilangan Avogadro dan Pengertian Mol

Reaksi pembentukan air : 2H2 + O2  2H2O

Interpretasi dari persamaan ini adalah 2 molekul H2 bereaksi dengan 1 molekul O2 membentuk 2
molekul H2O.

Ukuran molekul sangat kecil, sehingga mustahil merekasikan dalam ukuran molekul per
molekul.

Untuk mengatasi hal tersebut, ahli kimia bersepakat menggunakan suatu bilangan khas, yang
disebut bilangan Avogadro (diambil dari nama ahli kimia Italia Amado Avogadro).

Bilangan Avogadro = 6,02 X 1023

Setiap zat yang mengandung 6,02 X 1023 atom atau molekul disebut satu mol.

Persamaan reaksi : 2 mol H2 bereaksi dengan 1 mol O2 membentuk 2 mol H2O.

8
Massa satu mol setiap unsur = Ar atau senyawa = Mr dinyatakan dalam satuan gram.

Reaksi pembentukan air dapat diinterpretasikan : 4g H2(2 mol X Ar H2) bereaksi dengan 32g O2
(1 mol X Ar O2) membentuk 36g Air (2 mol X Mr H2O). Jadi, 1 mol zat : terdiri dari :

6,02 X 1023 partikel dan massanya = Ar atau Mr dalam satuan gram.

Contoh 1. Hitung mol dan jumlah partikel dari :

a. 28 g Fe, dan b. 9,6 g H2SO4

Jawab: a. 28 g Fe = 28g/56g.mol-1 = 0,5 mol

0,5 mol = 0,5 mol X 6,02 X 1023atom.mol-1 =

3,01 X 1023 atom.

b. 9,6 g H2SO4 = 9,6g/96g.mol-1 = 0,1 mol

0,1 mol X 6,02 X 1023 molekul.mol-1 =

0,602 X 1023 molekul.

Contoh 2. Tentukan massa dari

a. 2,5 mol KOH


b. 0,15 mol Ca
Jawab: a. 2,5 mol KOH = 2,5 mol X 56 g.mol-1 = 140 g

b. 0,15 mol Ca = 0,15 mol X 40 g.mol-1= 6g

Cara menentukan mol zat di Laboratorium

Untuk mengambil zat murni (padat, cair, atau gas) sebanyak n mol, maka diperlukan zat
tersebut : (n X Mr) g.

Contoh :

a. Bentuk padat. Jika dibutuhkan 0,5 mol NaOH, maka

harus ditimbang 0,5 mol X 40 g.mol-1 = 20 g NaOH.

NaOH berbentuk padat, timbang sebanyak 20 g NaOH.

9
b. Bentuk cair. Jika dibutuhkan 0,5 mol air, maka harus

ditimbang 0,5 X 18 g.mol = 9 g H2O atau 9 ml H2O

(karena BJ air = 1 g.cm-1)

c. Bentuk yang sudah diketahui konsentrasinya.

Untuk mendapatkan 0,1 mol NaOH, berapa volume

larutan NaOH 0,4 M yang harus diambil

M = mol/1 atau mol = M X volume atau volume = mol/M

Untuk mendapatkan 0,1 mol NaOH, harus diambil

larutan sebanyak : (0,1 mol)/(0,4 mol/l) = 0,25 liter.

Contoh Soal :

a. Hitung mol dan massa HCl yang terdapat dalam HCl 2 M

bila volumenya 2,5 liter

Jawab :

Mol = M X volume (liter) = 2 M X 2,5 liter = 5 mol

Massa HCl = 5 mol X 36,5 g/mol = 182,5 g

b. Hitung volume larutan NaOH 0,25 M agar mengandung

0,02 mol NaOH

Jawab :

Volume = mol/M

= 0,02 mol/(0,25 mol/l) = 0,08 liter

10
IV. Hubungan Massa dan Persamaan Reaksi

Bila kuantitas suatu pereaksi diketahui, maka yang lain dapat dihitung, baik pereaksi
yang lain maupun hasil reaksi.

Reaksi harus dilengkapi dengan wujud zat pada saat reaksi berlangsung. Seperti :

Zn(p) + HCl(l) → ZnCl2(aq) + H2(g)

P = padatan, aq = dalam larutan air, g = gas, dan l = cairan

Jika semua pereaksi habis menjadi hasil reaksi disebut reaksi stoikhiometri. Jika tidak
disebut reaksi pembatas (non stoikhiometri).

Sebagai gambaran hubungan kuantitatif dalam suatu reaksi sebagai berikut :

aA + bB → cC + dD

xg

nmol (b/a x n) mol (c/a x n) mol (d/a x n) mol

= …. g …… g …. g

Dengan mengetahui massa zat A dapat dihitung massa B, C, dan D dengan cara : menghitung
mol A, mencari kesetaraan mol A dengan B, C, D (dari koefisien reaksi a, b, c, d), reaksinya
menghitung massa B, C, D dari mol dan Mr-nya masing-masing.

11
Contoh :

a. Jika 28 g besi direaksikan dengan belerang menjadi besi


sulfida, tentukan belerang yang diperlukan (Ar Fe = 56,

S = 32)

Jawab :

Fe(p) + S(p) → FeS(p)

mol Fe = 28 g x 1 mol Fe/56 g Fe.mol-1 = 0,5 mol

mol S = 1/1 x mol Fe = 0,5 mol S

g S = 0,5 mol x 32 g S mol-1 = 16 g S

b. Tentukan massa hidtogen dan nitrogen yang diperlukan

untuk membuat 85 g amoniak.

Jawab : N2 (g) + 3H2 (g)  2NH3 (g)

? ? 85 g

85g/17g.mol-1

1/2.5 mol 3/2.5 mol 5 mol

2,5 mol 7,5 mol 5 mol

Hidrogen yang diperlukan = 7,5 mol = 7,5 mol X 2 g.mol-1

= 15 g.

Nitrogen yg diperlukan = 2,5 mol = 2,5 mol X 28 g.mol-1

= 70 g

12
Reaksi yang melibatkan zat berupa gas harus menggunakan persamaan gas ideal (PV =
nRT) untuk mencari mol atau massa gas dari besarnya tekanan, suhu, dan volume gas tersebut.

Contoh :

a. Sebanyak 2,3 g natrium direaksikan dengan HCl berlebih.


Tentukan volume gas H2 yang terbentuk, jika dimasukkan

dalam ruang bersuhu 27 0C dan tekanan 1 atmosfer !

Jawab :

2Na (p) + 2HCl (aq)  2NaCl (aq) + H2 (g)

2,3 g ? (vol)

0,1 mol …………………………. 1/2.0,1 mol = 0,05 mol

Volume 0,05 mol H2 (1atm, 270C) adalah V = nRT/P =

(0,05 mol X 0,082 liter.atm.mol-1.K-1X 300K)/1atm =

1,23 liter.

b. Sebanyak 2,5 liter Ba(NO3)2 2 M direaksikan dengan H2SO4 0,5 M.

Tentukan : a. Reaksi yang terjadi. b. Volume H2SO4 0,5

yg diperlukan. c. Massa zat-zat yg terbentuk.

Jawab :

a. Ba(NO3)2 + H2SO4  BaSO4 + 2HNO3

b. 2,5 l Ba(NO3)2 (2 M) mengandung 2,5 l X 2 mol.l-1 Ba(NO3)2 = 5 mol Ba(NO3)2


Ba(NO3)2 + H2SO4  BaSO4 + 2HNO3

5 mol………5 mol 5 mol ….. 10 mol

Volume larutan H2SO4 = 5 mol/0,5 M =

13
5 mol/0,5mol.l-1 = 10 liter

c. BaSO4 yg terbentuk = 5 mol X 233 g.mol-1BaSO4


= 1165 g

HNO3 yg terbentuk = 10 mol X 63 g.mol-1.HNO3

= 630 g.

14
DAFTAR PUSTAKA

15

You might also like