You are on page 1of 7

LAPORAN PRAKTIKUM PROPERTI MATERIAL

MODUL III.3
PEMERIKSAAN BERAT ISI DAN RONGGA UDARA DALAM AGREGAT

KELOMPOK 3

Anandita Sancoyo Murti (0906511675)


Hendriawan Kurniadi (0906630292)
Ilhamdan Syakur (0906555802)
Ilma Alyani (0906511782)
Mohammad Mahdi Fathoni (0906555840)
Prasetia Rinaldo Wirawan (0906630443)

Tanggal praktikum : 2 Oktober 2010


Asisten praktikum : Desi Hartati Sitorus
Tanggal disetujui :
Nilai :
Paraf asisten :

LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2010
PEMERIKSAAN BERAT ISI DAN RONGGA UDARA DALAM AGREGAT

A. Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi dan rongga udara dalam
agregat halus, kasar maupun campuran.
Berat isi adalah perbandingan berat dengan isi.

B. Peralatan Percobaan
 Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh
 Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
 Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat sebaiknya
terbuat dari baja tahan karat
 Mistar perata [straight edge]
 Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang,
berkapasitas sebagai berikut:
Tabel 3.2. Kapasitas Wadah
Tebal Wadah Minimum Ukuran
Diameter (mm) Butir
Kapasitas (l) Tinggi (mm)
(mm) Maksimum
Dasar Sisi
(mm)
2,832 152,4 ± 2,5 154,9 ± 2,5 5,08 2,54 12,7
9,435 203,2 ± 2,5 292,1 ± 2,5 5,08 2,54 25,4
14,158 254,0 ± 2,5 279,4 ± 2,5 5,08 2,54 38,1
28,316 355,6 ± 2,5 284,4 ± 2,5 5,08 2,54 101,6

C. Benda Uji
Masukkan contoh agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas
wadah sesuai tabel 3.2; keringkan dalam oven dengan suhu [110 ± 5] ºC sampai berat
tetap

D. Prosedur Percobaan
 Berat isi lepas
1. Menimbang dan mencatat berat wadah [w1].
2. Memasukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-
butir dari ketinggian maksimum 5 cm di atas wadah dengan menggunakan
sendok atau sekop sampai penuh.
3. Meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
4. Menimbang dan mencatat berat wadah beserta benda uji [w2].
5. Menghitung berat benda uji [w3 = w2 – w1].
 Berat isi padat agregat dengan butir maksimum 38,1 mm [1,5”] dengan cara
penusukan
1. Menimbang dan mencatat berat wadah [w1].
2. Mengisi wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap
lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara
merata.
Pada pemadatan tongkat tepat masuk sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap
lapisan.
3. Meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
4. Menimbang dan mencatat berat wadah serta berat benda uji [w2].
5. Menghitung berat benda uji [w3 = w2 – w1].
 Berat isi pada agregat ukuran butir antara 38,1 mm [1,5”] sampai 101,6 mm [4”]
dengan cara penggoyangan
1. Menimbang dan mencatat berat wadah [w1].
2. Mengisi wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal.
3. Memadatkan setiap lapisan dengan cara menggoyang-goyangkan wadah
seperti berikut:
a. Meletakkan wadah di atas tempat yang kokoh dan datar, mengangkat
salah satu sisinya kira-kira 5 cm kemudian melepaskannya.
b. Mengulangi hal ini pada sisi yang berlawanan. Memadatkan lapisan
sebanyak 25 kali untuk setiap sisi.
4. Meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
5. Menimbang dan mencatat berat wadah serta berat benda uji [w2].
6. Menghitung berat benda uji [w3 = w2 – w1].

E. Pengolahan data percobaan


Massa wadah [w1] = 5,089 kg

Massa wadah + air [w2] = 14,66 kg

Massa air = 14,66 – 5,089


= 9,571 kg

Massa jenis air [Wair] = 1 kg/dm3

Volum wadah [V] = massa air / massa jenis air


= 9,571 / 1
= 9,571 dm3

Bulk SG [A] = 2,685 (Risa Karlin/Kel.8)

 Metode lepas
w3 = w2 – w1
w3 = 18,578 – 5,089
w3 = 13,489 kg
Berat isi agregat = B = w3 / V
= 13,489 / 9,571
= 1,409 kg/dm3

Rongga udara = (((A * W) – B) / (A * W)) * 100%


= (((2,658 * 1) – 1,409) / (2,658 * 1)) * 100 %
= 47 %

 Metode Tusuk
w3 = w2 – w1
w3 = 19,186 – 5,089
w3 = 14,097 kg

Berat isi agregat = B = w3 / V


= 14,097 / 9,571
= 1,473 kg/dm3

Rongga udara = (((A * W) – B) / (A * W)) * 100 %


= (((2,658 *1 ) – 1,473) / (2,658 *1)) * 100 %
= 44,582 %

 Metode Goyang
w3 = w2 – w1
w3 = 19,207 – 5,089
w3 = 14,118 kg

Berat isi agregat = B = w3 / V


= 14,118 / 9,571
= 1,475 kg/dm3

Rongga udara = (((A W) – B) / (A W)) 100%


= (((2,658 * 1) – 1,475) / (2,658 * 1)) * 100 %
= 44,507 %

F. Analisa
 Analisa percobaan
1. Metode Lepas
Pertama-tama dilakukan penimbangan berat wadah, untuk
mengetahui berat wadah. Proses ini sudah dilakukan oleh petugas
laboratorium. Hal ini penting untuk mendapatkan netto agregat yang ada di
dalam wadah. Pada saat dilakukan penimbangan agregat, agregat ditimbang
dengan wadahnya, sehingga hasil penimbangan adalah bruto. Untuk
mendapatkan netto diperlukan juga tara yang merupakan berat wadah.
Netto dapat dicari dengan rumus netto = bruto – tara.
Agregat dimasukkan dengan hati-hati ke dalam wadah, dengan
ketinggian maksimum 5 cm, agar tidak terjadi pemisahan butir-butir.
Agregat diratakan dengan menggunakan mistar perata. Hal ini
dilakukan agar permukaan agregat rata dengan bibir wadah, dengan kata
lain memastikan agregat terisi sesuai dengan daya tampung/volum wadah.
Menimbang dan mencatat berat agregat beserta wadahnya. Pada
langkah ini di dapatkan bruto, lalu mengurangkan tara dari bruto untuk
mendapatkan berat agregat sebenarnya yang akan diolah pada bagian
pengolahan data percobaan.
2. Metode Tusuk
Pertama-tama dilakukan penimbangan berat wadah, untuk
mengetahui berat wadah. Proses ini sudah dilakukan oleh petugas
laboratorium. Hal ini penting untuk mendapatkan netto agregat yang ada di
dalam wadah. Pada saat dilakukan penimbangan agregat, agregat ditimbang
dengan wadahnya, sehingga hasil penimbangan adalah bruto. Untuk
mendapatkan netto diperlukan juga tara yang merupakan berat wadah.
Netto dapat dicari dengan rumus netto = bruto – tara.
Mengisi wadah dalam tiga tahap, sehingga agregat terbagi menjadi
tiga lapis yang sama tinggi. Setiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efektifitas pemadatan. Tusukan
belum tentu bisa menembus lapisan bawah jika hanya dilakukan satu tahap
pengisian, yang akan membuat kurang efektifnya pemadatan.
Agregat diratakan dengan menggunakan mistar perata. Hal ini
dilakukan agar permukaan agregat rata dengan bibir wadah, dengan kata
lain memastikan agregat terisi sesuai dengan daya tampung/volum wadah.
Menimbang dan mencatat berat agregat beserta wadahnya. Pada
langkah ini di dapatkan bruto, lalu mengurangkan tara dari bruto untuk
mendapatkan berat agregat sebenarnya yang akan diolah pada bagian
pengolahan data percobaan.
3. Metode Goyang
Pertama-tama dilakukan penimbangan berat wadah, untuk
mengetahui berat wadah. Proses ini sudah dilakukan oleh petugas
laboratorium. Hal ini penting untuk mendapatkan netto agregat yang ada di
dalam wadah. Pada saat dilakukan penimbangan agregat, agregat ditimbang
dengan wadahnya, sehingga hasil penimbangan adalah bruto. Untuk
mendapatkan netto diperlukan juga tara yang merupakan berat wadah.
Netto dapat dicari dengan rumus netto = bruto – tara.
Mengisi wadah dalam tiga tahap, sehingga agregat terbagi menjadi
tiga lapis yang sama tinggi. Setiap lapis dipadatkan dengan 50 kali
goyangan yang terdiri dari 25 pengangkatan sisi kiri, dan 25 pengangkatan
sisi kanan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efektifitas pemadatan.
Goyangan belum tentu bisa memadatkan lapisan bawah agregat jika hanya
dilakukan satu tahap pengisian, yang akan membuat kurang efektifnya
pemadatan.
Agregat diratakan dengan menggunakan mistar perata. Hal ini
dilakukan agar permukaan agregat rata dengan bibir wadah, dengan kata
lain memastikan agregat terisi sesuai dengan daya tampung/volum wadah.
Menimbang dan mencatat berat agregat beserta wadahnya. Pada
langkah ini di dapatkan bruto, lalu mengurangkan tara dari bruto untuk
mendapatkan berat agregat sebenarnya yang akan diolah pada bagian
pengolahan data percobaan.
 Analisa Hasil
Dapat dilihat bahwa massa jenis agregat yang dipadatkan dengan beberapa
metode secara berturut-turut dari yang paling kecil ke yang paling besar adalah
metode lepas(1,409 kg/dm3), metode tusuk(1,473 kg/dm3), metode goyang(1,475
kg/dm3). Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode pemadatan yang
paling efektif adalah metode goyang, karena metode ini menghasilkan massa
jenis yang paling besar. Metode lepas adalah yang paling tidak efektif karena
menghasilkan massa jenis yang paling kecil, sedangkan metode tusuk berada di
tengah-tengah.
Perbedaan massa jenis agregat yang dipadakan dengan metode lepas dengan
metode tusuk adalah 0,064 kg, sedangkan perbedaan massa jenis agregat yang
dipadatkan dengan metode tumbuk dengan metode goyang adalah 0,002 kg.
Satu hal yang jelas pula, bahwa massa jenis berbanding terbalik dengan
rongga udara, dengan kata lain semakin padat agregat, rongga udaranya semakin
sedikit. Metode yang paling efektif untuk meminimalisasi rongga udara adalah
metode goyang, yang paling tidak efektif adalah metode lepas, sedangkan yang
berada di tengah adalah metode tusuk.
 Analisa Kesalahan
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan deviasi dari hasil percobaan ini,
tetapi tentu saja hal tersebut sudah diminimalisasi pada saat percobaan, sehingga
tidak terlalu banyak mempengaruhi hasil akhir. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Kurang meratanya tusukan pada metode tusuk.
2. Kurang dalamnya tusukan pada metode tusuk, sehingga lapisan bawah tidak
ikut tertusuk.
3. Terlalu tinggi atau rendahnya pengangkatan sisi wadah pada metode
goyang.
4. Kurang selektifnya seleksi butir agregat yang akan diperiksa, sehingga ada
butir yang masih basah yang ikut tertimbang.
Kesemuanya merupakan kesalahan praktikan.

G. Kesimpulan
 Massa jenis agregat yang diperiksa pada praktikum kali ini adalah 1,409 kg/dm 3
(dengan metode lepas), 1,473 kg/dm3 (dengan metode tusuk), 1,475 kg/dm3
(dengan metode goyang), dengan rata-rata 1,452 kg/dm3.
 Rongga udara yang diperiksa pada praktikum kali ini adalah 47 % (dengan
metode lepas), 44,582 % (dengan metode tusuk), 44,507 % (dengan metode
goyang), dengan rata-rata 45,363 %.
 Metode pemadatan secara berturut-turut dari yang paling efektif ke yang paling
tidak efektif adalah motode goyang, metode tusuk, dan metode lepas.
 Massa jenis berbanding terbalik dengan banyaknya rongga udara.

H. Referensi
Modul Praktikum Properti Material.

I. Lampiran

You might also like