You are on page 1of 8

PEMELIHARAAN INSTALASI LISTRIK RUMAH SEDERHANA

Suyitno M.
Dosen Teknik Elektro FT-UNJ

Abstrak
Energi listrik sangat dibutuhkan untuk menunjang kehidupan umat manusia, mulai
dari pusat perbelanjaan, perhotelan, gedung bertingkat, rumah mewah hingga rumah
sederhana. Oleh karenanya, permintaan listrik terus meningkat .dan tingkat pertumbuhannya
hingga mencapai 7% per tahun. Untuk menyalurkan energi listrik ke rumah-rumah tinggal
dengan aman dibutuhkan instalasi listrik yang terdiri dari berbagai material listrik antara
lain: kabel penghantar, KWH meter, MCB, zekring, saklar, dan stop kontak. Instalasi listrik
rumah sederhana biasanya dirancang dan dipasang oleh kontraktor listrik (instalatur) dengan
ijin Perusahaan Listrik Negara (PLN). Untuk menjamin keamanan dan keandalannya maka
kualitas material instalasi listrik yang dipasang harus memenuhi standar PLN-LMK. Realitas
yang ada masih sering terjadi gangguan, kerusakan, dan bahkan sampai terjadi kebakaran
yang disebabkan oleh hubungan pendek arus listrik. Oleh karena itu untuk mengantisipasi
terjadinya gangguan, diharapkan masyarakat mempunyai kesadaran tentang pentingnya
kualitas material listrik dan perlunya pemeliharaan instalasi listrik di rumah mereka masing-
masing.

Pendahuluan
Energi listrik sudah menjadi kebutuhan vital masyarakat untuk menunjang kehidupan
mereka sehari-hari. Mulai dari memotong rambut, memijat tubuh, mandi, mencuci, minum,
memasak, dan aktifitas lainnya. Oleh karena itu, kebutuhan energi listrik terus meningkat
dari waktu ke waktu. Pertumbuhan kebutuhan energi listrik di Indonesia bisa mencapai 7%
per tahun. Untuk saat ini daya listrik yang tersedia di dalam sistem jaringan listrik Jawa-Bali
sebanyak 13.250 MW lebih kecil dari kebutuhan pelanggan yakni 18.612 MW. Jadi ada
divisit energi listrik sebanyak 5.362 MW dan ini merupakan penyebab terjadi krisis energi
listrik. Oleh karena itu, PLN akan terus membangun pembangkit-pembangkit listrik baru
secepatnya dan untuk sementara terpaksa dilakukan pemadaman listrik di lokasi-lokasi
tertentu secara bergilir (Kompas, Juni 2007).
Pada dasarnya energi listrik dapat digunakan untuk segala keperluan dalam berbagai
sektor kehidupan umat manusia. Dalam hal ini PLN mengelompokkan konsumen listrik di
Indonesia menjadi empat sektor, yakni: (1) sektor industri, pada sektor industri energi listrik
digunakan untuk menggerakkan mesin-mesin produksi; (2) sektor rumah tangga, energi
listrik digunakan untuk penerangan dan menjalankan alat-alat listrik tumah tangga; (3) sektor
fasilitas umum; yakni untuk lampu lalu lintas, penerangan jalan, lampu taman kota; dan (4)
sektor komersial, yakni pusat-pusat perkantoran, perbelanjaan, hiburan dan hotel-hotel.
Komposisi penggunaan energi listrik untuk masing-masing sektor dapat dilihat dengan jelas
pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Penggunaan Energi Listrik
Tahun 1990 Tahun 2000 Tahun 2010
Sektor
GWh % GWh % GWh %
Idustri 35.3305 68,0 84.822 69,0 183.386 70,0
Rumah Tangga 9.865 19,0 22.239 18,0 40.789 16,0
Fasilitas Umum 3.634 7,0 6.731 6,0 12.703 5,5
Komersial 3.115 6,0 8.811 7,0 21.869 8,5
Total 51.919 100,0 122.603 100,0 258.747 100,0

Dari tabel 1 di atas tampak bahwa sektor industri menempati urutan pertama dalam
penggunaan energi listrik yakni 183.386 gega watt jam (GWh) atau 70,0%. Urutan kedua
ditempati oleh sektor tumah tangga, yakni 40.789 GWh atau 16,0%. Gangguan listrik atau
bahkan kerusakan sering terjadi baik untuk sektor industri maupun sektor rumah tangga.
Untuk sektor industri, gangguan dan kerusakan peralatan listrik dapat diatasi oleh divisi
pemeliharaan dan perawatan (maintenance). Namun gangguan dan kerusakan peralatan
listrik untuk sektor rumah tangga pada dasarnya dapat diatasi sendiri oleh pemilik rumah
apabila mereka mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang listrik. Apabila pemilik
rumah tidak mengerti soal listrik atau sebenarnya mengerti tetapi tidak mau menanggung
resiku maka sebaiknya memanggil tukang listrik (instalatur). Terkadang gangguannya itu
tampak sederhana, misalnya (1) bola lampunya putus; (2) filamennya terbakar; (3) starternya
rusak; (4) ada los kontak; dan (5) kabelnya putus. Meskipun demikian yang mana yang putus
dan dibagian mana? Permasalahan atau kerusakan semacam itu tidak mudah dijawab, apalagi
memperbaikinya.
Berurusan dengan listrik memang harus ekstra hati-hati, mengingat resikunya sangat
tinggi, yakni dapat menyebabkan terjadinya kematian bagi mereka yang terkena aliran listrik
(strum). Salah dikit akibatnya vatal, terkena strum nyawa taruhannya. Oleh karena itu jika
terjadi gangguan listrik di rumah, maka sebaiknya diidentifikasi dengan cermat, gangguan
itu disebabkan oleh apa dan di mana lokasinya. Untuk mengidentifikasi gangguan listrik
dapat digunakan beberapa jenis alat, misalnya tespen, tang meter, atau Avo meter. Jika jenis
gangguannya sudah teridentifikasi dan sudah ditemukan jenis dan gangguannya maka baru
diambil tindakan yang tepat. Untuk dapat mengidentikasi gangguan dan kerusakan pada
instalasi listrik diperlukan pelatihan mengenai pemasangan dan perbaikan instalasi listrik
rumah tinggal. Apabila tidak memahami listrik maka lebih baik memamnggil tukang listrik
atau teknisi saja atau meminta tolong pada tetangga yang mengerti soal listrik sehingga
dengan sedikit ongkos, pemilik rumah dapat terhindar dari bahaya listrik yang amat sangat
merugikan dan terkadang fatal .
Instalasi Listrik Sederhana
Instalasi listrik adalah seperangkat peralatan yang terdiri dari kawat penghantar, alat
pengukur energi lstrik (KWH meter), alat pembatas arus listrik atau biasa disebut miniatur
circuit breaker (MCB), kotak pembagi, pengaman lebur (zekring), saklar, stop kontak, dan
lain sebagainya. Adapun yang dimaksud instalasi listrik rumah tinggal adalah seperangkat
peralatan listrik yang dipasang di dalam ruangan atau rumah tinggal dan digunakan untuk
menyalurkan listrik ke alat-alat yang memerlukan. Misalnya: pompa air, televisi, kulkas,
kipas angin, radio, lampu penerangan, kompor listrik, dan alat penyejuk udara (AC), rice
cooker, dan komputer.
Sebagaimana diketahui bahwa listrik itu berbahaya, maka pemasangan instalasi
listrik tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang, melainkan harus dipasang oleh orang
yang ahli di bidang listrik atau biasanya dipasang oleh kontraktor listrik yakni instalatir
bekerjasama dengan perusahaan listrik negara (PLN). Secara umum instalasi listrik yang
dipasang baik di rumah-rumah tinggal atau di industri-industri harus memenuhi tiga syarat,
yakni: (1) syarat ekonomis, artinya instalasi listrik yang dipasang harus dibuat sedemikian
rupa sehingga harga keseluruhan dari instalasi listrik tersebut termasuk biaya pemasangan,
dan biaya pemeliharaannya harus murah. Instalasi listrik yang dipasang juga harus dirancang
dan diusahakan agar rugi-rugi daya yang timbul harus sekecil mungkin; (2) syarat keamanan,
artinya instalasi listrik yang dipasang harus dibuat sedemikian rupa sehingga kemungkinan
timbulnya kecelakaan karena listrik sangat kecil. Dengan kata lain instalasi listrik yang
dipasang tidak membahayakan jiwa manusia, tidak merusak benda-benda yang berada di
sekitarnya, serta tidak menyebabkan rusaknya peralatan pengguna listrik; dan (3) syarat
keandalan, artinya kontinyuitas pelayanan listrik ke konsumen dapat terjamin yang berarti
tidak pernah padam.

Jenis Gangguan pada Instalasi Listrik


Apabila instalasi listrik telah dirancang dengan baik dengan menggunakan material
yang sesuai dengan standar yang dipersyaratkan, maka jika instalasi listrik itu dipasang
sesuai dengan peraturan umum instalasi listrik (PUIL) mestinya tidak mungkin terjadi
kerusakan atau gangguan kecuali jika usia instalasi itu sudah cukup tua (< 20 tahun) atau
terkena bencana alam berupa gempa yang dahsat. Namun demikian kenyataan di lapangan
sering terjadi gangguan karena listrik, seperti: terkena strum, terjadi hubung singkat atau
konslet bahkan sampai menyebabkan terjadinya kebakaran. Sering ada informasi yang
dimuat di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik bahwa seorang
pembantu rumah tangga meninggal karena terkena strum listrik. Sudah banyak informasi dan
juga contoh-contoh mengenai kasus terbakarnya rumah tinggal, pasar, pabrik, komplek
pertokoan, maupun pusat-pusat perbelanjaan yang habis terbakar gara-gara terjadi
konsleting listrik
Timbulnya gangguan listrik disebabkan oleh banyak faktor, seperti: (1) beban yang
terlalu berat sehingga arus listrik yang mengalir terlalu besar dan melebihi batas kemampuan
MCB, akibatnya MCB-nya ngetrip (jatuh); (2) adanya sambungan atau kontak yang tidak
sempurna, sehingga timbul bunga api dan panas yang berlebihan; (3) mutu kabelnya kurang
baik sehingga isolasinya mudah terkelupas dan menyebabkan terjadi konslet yang berakibat
pada terjadinya kebakaran; (4) mutu peralatan listrik yang dipakai kurang baik sehingga
timbul panas yang berlebihan; (5) pemasangan instalasi listrik yang tidak mmengindahkan
peraturan; (6) tidak dilakukan pengecekkan secara rutin dan perawatan yang memadai, dan
(7) usianya sudah tua.

Pemasangan Instalasi Listrik


Untuk dapat memasang, mengidentifikasi gangguan, dan memperbaiki kerusakan
pada instalasi listrik diperlukan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan tentang instalasi
listrik. Pada umumnya lulusan dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), untuk kelompok
teknologi dan industri, khususnya rumpun listrik arus kuat telah mempunyai keterampilan
yang cukup memadai untuk pemasangan instalasi listrik. Namun untuk dapat mengiden-
tifikasi gangguan dan perbaikan instalasi listrik masih sangat kurang sehingga perlu
mengikuti pelatihan lebih lanjut. Apalagi bagi remaja dan pemuda yang mempunyai latar
belakang pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) mereka tidak mempunyai
pengetahuan tentang instalasi listrik, maka supaya mereka dapat memasang dan
mengidentifikasi gangguan pada instalasi listrik maka sebaiknya mereka mengikuti pelatihan
atau kursus..
Materi yang disampaikan pada kegiatan pelatihan antara lain: (1) dasar-dasar listrik;
(2) teori pemasangan instalasi listrik; (3) pengenalan beberapa model gambar instalasi
listrik; (4) pengenalan simbul-simbul komponen pada intalasi listrik; (5) pengenalan bahan
atau komponen listrik; (6) menggambar instalasi listrik; (7) peraturan umum instalasi listrik;
(8) mengenal alat dan peralatan listrik yang digunakan dalam pengerjaan instalasi listrik; (9)
memasang instalasi; (10) mengidentifikasi berbagai jenis gangguan pada instalasi listrik; dan
(11) memperbaiki instalasi listrik.yang rusak.
Para pelatih hendaknya dapat merancang dan memilih metode pelatihan yang tepat
sesuai materi pelatihan, sehingga hasilnya bisa efektif. Menurut Dwivedi (2003), metode
pelatihan dibedakan menjadi empat, yakni: (1) metode pelatihan partisipatif; (2) metode
pelatihan kognitif; (3) metode pelatihan afektif; dan (4) metode pelatihan keteram-pilan.
Tujuan pelatihan ini untuk meningkatkan keterampilan peserta pelatihan dalam memasang,
mengidentifikasi gangguan, dan perbaikan instalasi listrik rumah tangga yang terganggu.
Jadi peserta pelatihan di ajak untuk mengenali jenis-jenis gangguan yang terjadi pada
instalasi listrik dan menentukan dibagian mana gangguan itu terjadi. Lebih dari itu peserta
pelatihan dilatih untuk mengatasi gangguan yang terjadi dan memperbaiki intalasi listrik
yang rusak.Oleh karena itu metode pelatihan yang digunakan adalah metode kerampilan.
Adapun sistematika pelatihan dimulai dari mengenali denah rumah, mengenali gambar
instalalasi listrik, mengenali bagian-bagian instalalasi listrik dan memahami prinsip kerja
instalalasi listrik, memahami peraturan umum istalasi listrik; mencermati cara pemasangan
instalasi listrik, mengenali jenis-jenis gangguan pada instalalasi listrik dan praktik
mengidentifikasi gangguan; memperbaiki instalasi listrik yang terkena ganguan hingga
berfungsi dengan normal.

Pemeliharaan Instalasi Listrik


Berdasarkan informasi dari para teknisi listrik dan dari pengalaman lapangan, maka
jenis-jenis gangguan yang sering terjadi pada instalasi listrik rumah tinggal dapat dipetakan
sebagai berikut:
1. Miniatur Circuit Breaker (MCB) yang letaknya di dekat KWH meter jatuh (ngetrip),
akibatnya seluruh instalasi listrik akan terputus. Fungsi MCB adalah pembatas arus
sehingga kalau arus yang melalui MCB lebih besar dari kapasitasnya maka MCB
akan jatuh. Arus yang besar disebabkan oleh beban yang terlalu besar atau karena
terjadi hubungan pendek (konslet) pada salah satu bagian instalasi listrik termasuk
pada komponen-komponennya. Alternatif perbaikannya adalah mengurangi jumlah
beban. Apabila jumlah beban rutin lebih besar dari kapasitas daya terpasang maka
sebaiknya segera lapor ke PLN untuk menambah daya listrik sehingga kapasitas daya
terpasang lebih besar dari jumlah beban. Namun demikian kalau ternyata jatuhnya
MCB ini akibat terjadinya konslet maka harus dicari secara cermat pada bagian mana
yang konslet. Pada prinsipnya konslet bisa terjadi dibagian mana saja dan kapan saja.
Mungkin karena adanya kabel yang lecet dan terjadi kontak dengan kabel lainnya
atau karena adanya kerusakan pada salah satu komponen instalasi. Jika penyebab
terjadinya konslet ini sudah ditemukan maka harus diperbaiki seperlunya atau diganti
dengan yang baru.
2. Zekring putus, akibatnya instalasi listrik akan terputus sebagian atau bahkan
seluruhnya. Pada umumnya zekring putus akibat terjadi pada salah satu bagian
instalasi atau ada kerusakan pada komponen listrik lainnya (saklar, lampu, stop
kontak) atau kerusakan pada beban. Alternatif perbaikkannya adalah dengan cara
mengganti zekring yang putus dengan zekring yang baru dan dengan kapasitas atau
kemampuan yang sama.
3. Timbul bunga api atau konslet pada kawat atau kabel penghantar. Konslet ini terjadi
karena ada kabel yang lecet atau karena mutu kabelnya kurang baik sehingga terjadi
hubungan pendek arus listrik dengan kabel atau komponen listrik yang lain atau
dengan tanah. Alternatif perbaikkannya adalah mengisolasi kabel yang lecet,
mengganti dengan kabel baru yang lebih bermutu, atau mengganti komponen listrik
yang rusak.
4. Timbul bunga api dan panas yang berlebihan pada sambungan-sambungan atau
percabangan atau pada stop kontak. Hal ini terjadi karena penyambungan yang tidak
baik atau kontak yang kurang sempurna yang menyebabkan timbulnya bunga api dan
panas yang berlebihan. Alternatif perbaikkannya adalah memperbaiki sambungan
yang kurang sempurna dan mengganti stop kontak atau steker yang sudah rusak
dengan yang baru.
5. Lampu sering putus. Ini biasanya disebabkan oleh sering terjadinya naik atau turun
tegangan pada jaringan listrik (tegangan tidak stabil) atau mutu lampu yang dipasang
kurang baik. Alernatif perbaikkannya adalah memasang regulator sehingga tegangan-
nya tetap stabil atau mengganti lampu yang dipasang dengan lampu yang mutunya
lebih terjamin.
6. Terjadi konsleting pada kawat atau kabel penghantar. Kejadian ini dapat disebabkan
oleh beberapa hal, misalnya: (a) isolasinya rusak karena gesekan atau benturan
dengan benda lain; (b) isolasinya rusak karena digigit tikus; (c) isolasinya rusak
karena mutunya kabelnya rendah; (d) isolasinya terbakar karena terkena panas terlalu
tinggi sebagai akibat penampang kabel yang terlalu kecil. Alernatif perbaikkannya
adalah: (1) mengisolasi kabel yang isolasinya lecet atau rusak; (2) mengganti kabel
yang rusak dengan kabel baru yang mutu lebih baik dengan ukuran penampang yang
sama; (3) mengganti kabel yang terbakar dengan kabel baru yang penampangnya
lebih besar; (4) gunakan kabel standar PLN-LMK.
7. Lampu tidak menyala. Dalam hal ini ada beberapa penyebab, antara lain: (a)
kabelnya putus; (b) kontak tidak baik; (c) terminal pada lampu atau pada kedudukan
lampu fiting rusak; dan (c) bola lampunya putus. Alernatif perbaikkannya adalah: (1)
sambungkan kembali kabel yang putus; (2) ganti dengan kabel yang baru yang
menggunakan label PLN-LMK; (3) periksa, bersihkan, dan kencangkan baut-bautnya
pada terminal fiting agar kontaknya sempurna dan arus listrik dapat mengalir dengan
lancar; (4) ganti dengan lampu yang baru.
8. Stop kontak tidak bertegangan. Kemungkinannya: (a) kabelnya putus, (b) kontaknya
tidak baik, dan (c) stop kontak rusak Alernatif perbaikkannya adalah: (1) sambung
kabel yang putus; (2) ganti dengan kabel yang baru; (3) kencangkan mur-mur dan
bautnya agar kontaknya sempurna (4) ganti stop kontak yang baru dan jika mungkin
pilih yang bermerk.

Kesimpulan
Apabila berada dalam kondisi baik dan normal, keberadaam listrik sangat dibutuhkan
oleh masyarakat. Siapaun butuh listrik karena seluruh aspek kehidupan tidak dapat berjalan
tanpa adanya listrik Dengan demikian listrik dapat menjadi sahabat setia yang selalu
mendampingi dan membantu aktivitas manusia. Kapan saja atau di mana saja manusia
membutuhkan listrik maka listrik akan mengalir. Karena listrik, manusia dapat menjalankan
segala aktivitasnya dengan lancar. Karena ada listrik maka mesin penyejuk udara bekerja
dan manusia dapat tidur dengan pulas meskipun cuaca di luar rumah sangat panas dan terik.
Namun jika kondisi instalasi yang terpasang di rumah tidak dirawat dengan baik maka akan
sering terjadi gangguan yang menyebabkan putusnya aliran listrik. Untuk dapat mengenali
dan mengidentifikasi gangguan pada instalasi listrik diperlukan pengetahuan dan keahlian
khusus.
Mengingat bahwa tidak semua orang atau semua kepala rumah tangga mengerti dan
memahami seluk-beluk listrik, maka alangkah baiknya apabila ada pihak-pihak tertentu yang
dengan sukarela mengadakan pelatihan pemasangan dan pemeliharaan instalasi listrik. Lebih
tepatnya bagi para pemuda melalui kegiatan yang kelola karang taruna. Namun demikian
jika terjadi gangguan pada instalsi listrik di rumah dan anda tidak mau repot maka silahkan
saja memanggil teknisi yang ada di sekitar tempat tinggal anda. Resikunya, setiap terjadi
gangguan atau terjadi kerusakan anda harus memanggil tukang listrik dengan biaya yang
mahal meskipun jenis gangguannya terkadang hanya kecil saja. Oleh karena itu, pelatihan
mengenai identifikasi ganngguan dan pemeliharaan instalasi listrik ini hendaknya dapat
dilakukan terhadap pemuda di kelurahan agar mereka dapat memperbaiki sendiri gangguan
dan kerusakan instalasi listrik yang terjadi di rumahnya masing-masing dan mereka tidak
perlu memanggil tukang listrik.

Daftar Pustaka
Arismunandar, A. & S. Kuwahara. Teknik Tenaga Listrik. Jilid 2. Saluran Transmisi.Jakarta:
Pradnya Paramita. 1975.

Abbot. National Electric Code Handbook. New York USA: Mcgraw Hill Book Company
tahun 1990.

Anju Dwivedi. Metode Pelatihan Partisipatif. Bantul Yogyakarta: Penerbit Pondok Edukasi.
2003.

Anwir Baslim.S. Pengetahuan Dasar tentang Teknik Listrik. Jakarta: Penerbit Buku Teknik.
H. Stam. 1971.

Standar Nasional Indonesia (SNI). Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di
Indonesia. Jakarta: Yayasan PUIL. 2000.

P. Van Harten dan E. Setiawan. Instalasi Listrik Arus Kuat Jilid 3. Bandung: Penerbit Bina-
cipta. 1995

Rida Ismu W. Dan Soepartono. Intalasi Cahaya dan Tenaga. Jakarta: Departemen Pendidi-
kan dan Kebudayaan. 1989.

Sudarminto. Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik. Bandung: Penerbit


Suryatmo. 1992.

You might also like