Professional Documents
Culture Documents
Setelah melewati hidup bertahun-tahun lamanya (ceilee.. padahal baru hidup 21 tahun
doank ngomongnya dah kaya bapak-bapak ya.hehehehee…) dan melewati
pengamatan yang telah dilihat baik dari sisi pelaku maupun korban maka dapat
disimpulkan bahwa ternyata sebenarnya dari lahir kita mempunyai 7 sifat dasar
seperti berikut :
Tidak bisa dipungkiri sifat dasar kita sebagai manusia yang paling pertama adalah
penasaran atau pingin tau aja masalah orang lain. Kita dapat melihat sifat ini dari bayi
berumur 1 tahun maupun selebihnya di mana jika menemukan benda atau mainan
baru maka benda itu akan ditelitinya dengan cara memegang, memukul, memasukkan
dalam mulut, menggigitnya dan segala macam eksperimen lainnya sampai rasa ingin
tahu terpuaskan. Hal ini juga dapat dilihat dari remaja maupun orang dewasa sehingga
wajar saja bila tayangan infotaiment apalagi berita mengenai gosip sangat digemari
dan dinanti-nantikan. Contoh lainnya adalah saat kita melihat ada 2 orang yang
sedang asik berbicara dan tertawa terbahak-bahak secara tidak sadar maupun sadar
kita tertarik akan apa yang dibicarakan oleh ke 2 orang tersebut dan menurut saya hal
ini wajar terjadi karena ini merupakan sifat dasar kita sebagai manusia.
3. Senang dipuji
4. Sensitif
Saat saya kecil dahulu kira-kira berumur 8 tahun teringat saat saya disbanding-
bandingkan oleh orang tua saya dengan saudara saya yang seumuran. Meski saya
tidak terlalu mempedulikan akan hal tersebut entah mengapa di dalam hati saya
merasakan kesal yang amat teramat di mana hal ini membuat saya sangat kepikiran.
Meski sifat ini dipengaruhi juga oleh lingkungan dan cara didikan orang tua namun
hal ini tetap saja akan melekat di dalam diri kita selama hidup karena kita mempunyai
hati dan perasaan sehingga wajar bila kita merasakan sensitive terhadap hidup, diri
sendiri, orang lain, dan segala sesuatunya.
5. Rendah diri
Sifat rendah diri akan selalu ada dengan diri kita sepanjang hidup kita bila kita masih
memiliki perasaan tidak menerima diri sendiri. Meski mungkin sebenarnya kita
sebenarnya sudah dilihat orang lain sebagai orang yang luar biasa dan mengagumkan
namun saat diri kita bertemu atau dibanding-bandingkan dengan seseorang yang
namanya sangat terkenal, lebih hebat, lebih luar biasa dari kita pastilah sekilas ada
perasaan rendah diri pada diri kita apalagi bila orang membandingkan dan
mengatakan orang tersebut lebih hebat dari diri kita. Alangkah baiknya bila kita
menerima diri kita sendiri dengan cara mengetahui kekuatan dan kelemahan diri kita
sendiri sehingga kita tidak akan kehilangan jati diri.
Hehehee… sifat ini sebenarnya dilihat bagaimanapun akan selalu ada di diri kita
meski berupaya sekuat apa pun diri kita tak akan sanggup menghilangkan sifat ini.
Hal yang bisa dilakukan hanyalah berupaya mengurangi sifat malas ini sehingga akan
membuat diri kita menjadi lebih berarti lagi di dunia ini. Mungkin anda sendiri dapat
mengetahui peristiwa-peristiwa apa saja yang membuat sifat malas ini termasuk sifat
dasar. Contoh termudah sifat malas yang paling mudah ditemukan adalah saat kita
disuruh bangun pagi padahal malam sebelumnya kita begadang karena nonton bola
maupun melakukan hal lainnya. Padahal pagi adalah saatnya kita beraktifitas seperti
berangkat kerja, pergi sekolah, membuka took, dan lainnya namun rasa malas
menghinggapi kita dan yang terlintas di pikiran kita adalah andaikan hari ini libur
pastilah saya akan tidur sepuas-puasnya.
Entah mengapa setiap dalam kehidupan kita diri kita yang sebenarnya tidak ingin
membual terkadang ada saat di mana kita kesal melihat orang lain membangga-
banggakan dirinya akan suatu keberhasilannya yang bagi kita biasa saja akan
membuat diri kita membual (seandainya) atau mengucapkan sesuatu yang mungkin
tidak benar atau sedikit ada benarnya ditambahi dengan kejadian-kejadian yang
sebenarnya tidak terjadi (hiperbola). Sifat seandainya dapat kita lihat saat melihat
orang yang mempunyai uang banyak dan terbersit sejenak dalam pikiran kita
seandainya saya punya uang banyak saya akan bla bla bla. …Saya memasukkan ini ke
dalam sifat dasar manusia karena hal ini berkaitan dengan perasaan ingin dihargai,
sensitive, ingin dipuji. Manusia pada dasarnya tidak ingin terlihat lebih bodoh dari
orang sekitarnya sehingga acapkali mereka melakukan sesuatu yang terkadang
menyalahi aturan etika bermasyarakat di mana hal ini menciptakan kesan individualis
pada diri orang tersebut. Alangkah baiknya bila kita menerima dan turut bersuka cita
akan keberhasilan sesama maupun orang lain yang berada di sekitar kita.
Ke 7 sifat dasar tersebut sebenarnya jika dilihat-lihat saling kait mengkait entah
apakah ini ada hubungannya dengan keinginan PENCIPTA atau apakah sesuai
perkataan para ahli di mana sifat kita ditentukan oleh hormon. Tidak ada yang tahu
dan hanya kita yang bisa mempertimbangkan hal ini dengan bijaksana. Kiranya hal ini
dapat menjadi masukan bagi pembaca sekalian dan hal ini dapat secara bijaksana
dipahami sehingga kehidupan kita dapat menjadi lebih bermakna dan lebih mengenal
orang-orang di sekitar kita.
Wednesday, February 6, 2008
Empat Sifat Dasar Manusia
Menurut Florence Litteur, dalam bukunya "Personality Plus", ada empat pola watak dasar
manusia:
Orang melankoli selalu ingin serba sempurna. Segala sesuatu ingin teratur. Karena itu jangan
heran jika balita anda yang `melankoli' tak akan bisa tidur hanya gara-gara selimut yang
membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Dan jangan pula coba-coba mengubah isi lemari
yang telah disusun istri `melankoli' anda, sebab betul-betul ia tata-apik sekali, sehingga
warnanya, jenisnya, klasifikasi pemakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu
ia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan marah kalau susunan
itu tiba-tiba jadi lain.
3. Golongan Koleris, "Yang Kuat"
Mereka ini suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang. Ia
tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa saja ia `suruh' melalukan
sesuatu untuknya. Akibat sifatnya yang `bossy' itu membuat banyak orang koleris tak punya
banyak teman. Orang-orang berusaha menghindar, menjauh agar tak jadi `korban'
karakternya yang suka `ngatur' dan tak mau kalah itu.
Orang koleris senang dengan tantangan, suka petualangan. Mereka punya rasa, "hanya saya
yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya berantakan semua". Karena itu mereka
sangat "goal oriented", tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada
istilah tidak mungkin. Seorang wanita koleris, mau dan berani naik tebing, memanjat pohon,
bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia sudah kobarkan semangat "ya pasti jadi."
maka hampir dapat dipastikan apa yang akan ia lakukan akan tercapai seperti yang ia
katakan. Sebab ia tak mudah menyerah, tak mudah pula mengalah.
4. Golongan Phlegmatis "Cinta Damai"
Kelompok ini tak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia
sendiri nggak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalah atau
pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia
mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya nggak terus berkepanjangan.
Kaum phlegmatis kurang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin. Cenderung diam,
kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat menyenangkan. Dengan sabar ia
mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan ia akan terus
menunda-nunda. Kalau anda lihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi
satu orang yang asyik bicara terus, maka pastilah para pendengar yang berkerumun itu
orang-orang phlegmatis. Sedang yang bicara tentu saja sang Sanguinis.
Kadang sedikit serba salah berurusan dengan para phlegmatis ini. Ibarat keledai, "kalau
didorong ngambek, tapi kalau dibiarin nggak jalan". Jadi kalau anda punya staf atau pegawai
phlegmatis, anda harus rajin memotivasinya sampai ia termotivasi sendiri oleh dirinya.
Watak Campuran
Namun demikian, menurut Florence Litteur, keempat watak itu pada dasarnya juga dimiliki
setiap orang. Yang beda hanyalah 'kadar'nya. Oleh sebab itu muncullah beberapa kombinasi
watak manusia. Misalnya ada orang yang tergolong Koleris Sanguinis, yang suka mengatur-
atur orang, tapi juga senang bicara (dan mudah juga jadi pelupa). Ada pula golongan Koleris
Melankolik yang selalu ingin sempurna, tahu secara lengkap dan agak dingin. Atau
Phlegmatis Melankolik yang pembawaannya tenang, tetapi semua yang anda katakan,
akan dipikirkan, dianalisa, dan pada saat mengambil keputusan pastilah keputusannya
berdasarkan perenungan yang mendalam
matang.
Banyak lagi tentunya kombinasi-kombinasi yang ada pada tiap manusia. Akan tetapi yang
penting adalah bagaimana memanfaatkannya dalam berbagai aktivitas hidup kita. Jika suami
istri saling mengerti sifat dan watak ini, mereka akan cenderung berusaha `memaafkan'
pasangannya. Lalu berusaha untuk mennyikapinya secara bijaksana.
---
Setelah baca artikel ini gue baru sadar ternyata sifat gue berubah dari Koleris Melankolik ke
Phlegmatis Melankolik. Dulu gue termasuk orang yang suka banget perintah - perintah,
perfeksionis, detail, chalenger, suka cari ribut. Sekarang gue ngga tau kemana perginya
semua sifat itu. Gue lebih diem, pendengar yang baik, dan lebih suka memendam segala
sesuatunya biar gak jadi ribut.
Cuma gue masih tetap orang yang teratur, terstruktur, terencana, perfeksionis nya masih sih..
hehe. So, tipe Melankolik masih tetap bercokol dalam diri gue. Tapi karena sifat Phlegmatis
ini gue jadi lebih tersiksa daripada dulu. Dulu gue selalu marah kalo lagi marah, nangis kalo
lagi sedih -gak kenal tempat-, ketawa kalo lagi seneng. Entah karena apa gue sekarang gak
bisa marah kalo lagi marah, nangis hanya dikala gue sendiri, dan cover it up with lies, fake
smile, fake laugh. Tapi justru karena itu pembawaan gue jadi lebih murung, jadi penyakit hati,
jadi lebih sering sakit sendiri.
Entah sebenernya kombinasi sifat mana yang bagus buat seorang manusia. Nobody's
perfect, hidup itu selalu punya dua sisi. Yin dan Yang. Sisi baik dan sisi buruk. So, jalan
terbaik untuk mendapatkan yang terbaik -not to be perfect- adalah dengan menyikapinya
dengan benar. Sisi baik bisa jadi kekuatan, sisi buruk juga bisa jadi sedikit kekuatan kalau
kita mengabaikan sisi buruk yang kita miliki, dan menutupi dengan sisi baik kita.
Mengapa demikian? Sebab, tingkat konsentrasi dan perhatian murni yang positif akan
berkembang sejalan dengan menipisnya tingkat kekotoran batin (keserakahan,
kebencian dan kegelapan batin/tak dapat membedakan yang baik dan buruk/tak
mengerti proses batin dan jasmani). Guru tersebut haruslah merupakan teman sejati,
sehingga komunikasi kedua orang tersebut dapat berjalan lancar dan guru tersebut
dapat mengetahui dengan jelas sifat temannya itu kemudian mengarahkannya dengan
baik dan benar.
Guru yang dimaksud di atas harus memenuhi kriteria luhur di dalam membimbing
temannya tersebut, yaitu:
Kalau disimak dengan cermat, guru dengan kualitas seperti di atas, sungguh sulit
dicari, mereka merupakan manusia langka di alam semesta ini.
Apabila kita tidak menemukan guru dengan kualitas seperti di atas, bagaimanakah
kita dapat membimbing diri kita sendiri sehingga dapat melatih diri dengan benar?
Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri dasar apakah seseorang penuh nafsu, pemberang
atau kenyataan lainnya:
I. Satu dari banyak cara yang mungkin untuk memprediksi sifat seseorang
adalah membuat pengamatan yang teliti dan jeli atas postur dan gerakan tubuh orang
itu, misalnya, kebiasaannya berjalan, berdiri, duduk dan tidur/berbaring.
Jawaban Terrania sudah baik. Saya cuma mau menambahkan. Menurut Thomas
Hobbes, manusia pada dasarnya adalah mahluk yang egois, mementingkan
kepentingannya sendiri, sehingga ia menyebut istilah yg sangat legendaris, "Homo
Homini Lupus." Manusia adalah serigala bagi sesamanya.
Sekarang, kelihatannya org makin mudah marah sebab beban hdp makin berat.
Apalagi kepastian mekanisme hukum di Indonesia selalu mengambang, sehingga org
merasa frustasi dan cenderung melampiaskan ketidakmampuannya mengatasi masalah
dalam bentuk amarah.
Pertama-tama kita perlu mengakui dahulu bhw sifat dasar manusia adalah EGOISME,
sebagaimana hal nya sifat dasar semua mahluk hidup lain.
Kenapa demikian ? dan apa buktinya ? Karena insting utama kita adalah insting utk
bertahan hidup. Buktinya ? apapun yang kita lakukan adalah untuk kepentingan kita
sendiri bukan ? he he, jangan berdalih ya...
Bahkan orang yang paling ikhlas beramal pun melakukan amal nya itu untuk dirinya
sendiri, yaitu "supaya masuk surga" atau karena "beramal membuat saya bahagia"...
Jadi apapun yang kita lakukan itu pasti untuk diri kita sendiri, mulai dari karena
"ingin masuk surga", "hal itu membuat saya bahagia", sampai "saya takut
konsekuensinya kalo saya tidak melakukan hal itu" atau "saya merasa gak enak kalo
saya gak melakukan itu, soalnya dia baik sama saya".
Jadi semuanya adalah "karena saya punya kepentingan dalam hal itu", termasuk
kepentingan untuk merasa bahagia kalau sudah membantu orang lain...
Nah yang jadi masalah adalah banyak manusia yang tidak bisa memandang
"gambaran besar" dari kehidupan...banyak manusia yang tidak bisa melihat bhw
dengan berbuat baik pada sesama manusia lah kita bisa membuat hidup seluruh umat
manusia lebih baik...
Oleh karenanya diciptakannya konsep "Surga dan Neraka", baik oleh Tuhan maupun
oleh Manusia, yang "memaksa" semua manusia untuk berbuat baik...supaya semua
manusia bisa maju bersama...
Namun sayangnya ada orang-orang yang lebih mengutamakan harga diri (baik akibat
inginnya ada pengakuan dari orang lain ataupun dari diri sendiri) daripada logika dan
bukti-bukti statistik ilmiah...
Nah mereka-mereka inilah yang ingin memaksakan idealisme mereka pada orang
lain...dan inilah yang menimbulkan perang...
Selain itu ada juga golongan manusia yang "berbuat baik demi orang lain tanpa
meminta persetujuan orang lain itu"...
Seperti seorang ibu yang memaksa anaknya untuk belajar ilmu kedokteran karena ia
melihat bahwa kebanyakan dokter hidupnya enak dan kaya, padahal anaknya itu
sendiri sebenarnya tidak tahan melihat darah, dan lebih cocok menjadi ahli ilmu
fisika...
Nah keinginan untuk membantu tanpa melihat kenyataan inilah yang dinamakan
"kebaikan yang egois", dimana seseorang berasumsi bhw dirinya melakukan hal yang
baik hanya berdasarkan pandangan pribadi dan bukan bukti yang obyektif...
Dan sepanjang sejarah manusia, sudah banyak yang menggunakan Agama dan politik
untuk berbuat baik, namun akhirnya terjerat dalam "kebaikan yang egois" semacam
itu....
Dan yang terakhir adalah, banyaknya manusia yang masih memandang bhw balas
dendam adalah sesuatu yang harus dilakukan...
Pernahkah kita sadari Pada dasarnya sifat dasar manusia itu adalah sama, hanya yang
membedakan adalah jasmani, kepribadian, intelektualitas, tingkat pengendalian diri,
pendirian, ketabahan dan kesabaran serta keinginan.
Karena pada dasarnya apa yang kita sukai , sebagian besar orang lain juga cenderung
berfikir sama seperti apa yang kita fikirkan dan kita sukai. Seperti halnya contoh jika
kita suka dengan orang yang jujur, pandai,dermawan, baik hati, dan lain-lain sifat dan
perbuatan baik lainnya yang kita sukai. Orang lain juga akan cenderung berfikir dan
menilai sama seperti apa yang kita fikirkan dan kita sukai.
Seperti halnya contoh :
-Jika kita marah bila disakiti orang lain,begitupun sama orang lain juga akan marah
bila disakiti oleh kita.
-Jika kita tidak suka dan benci bila dibohongi orang lain, orang lain juga akan
merasakan dan berfikiran sama tidak suka jika dibohong oleh kita.Dan lain
sebagainya.
Begitupun sebaliknya.
-Apa yang kita suka, orang lain juga akan suka.
-Apa yang kita benci, orang lain juga akan benci.
Inilah yang membuktikan pada dasarnya sifat manusia itu pada dasarnya sama.
Oleh karena itu perlakukanlah orang lain seperti memperlakukan diri kita sendiri, agar
tercipta hubungan harmonis antar sesama manusia.
Jangan pernah membedakan manusia dari warna kulit, suku, ras, dan agama, karena
pada dasarnya sifat manusia itu adalah sama .Dan setiap individu manusia mempunyai
hak yang sama yakni hak untuk hidup yang telah Tuhan berikan.
Mari bina hubungan yang harmonis antar sesama manusia dan mahluk ciptaan Tuhan.