Professional Documents
Culture Documents
Eksperimen pertama adalah uji pH urine dengan menggunakan pH meter atau kertas pH. Dalam
praktikum yang kami lakukan kami menggunakan pH paper atau kertas pH. Urine yang kami
gunakan diambil dari salah seorang praktikan yang bernama Nyoto Prayugo. Setelah urine
dimasukkan pada beaker glass, kami memasukkan pH paper. Seluruh strip dicelupkan ke dalam
urin sampel dan perubahan warna pada setiap persegi dicatat.
perubahan warna terjadi setelah beberapa detik hingga beberapa menit dari mencelupkan strip.
Jika dilihat dari teori ini, maka eksperimen yang kami lakukan tidak ada kesalahan dan tidak
menyimpang karena If read too early or too long after the strip is dipped, the results may not be
accurate.beberapa menit kemudian terjadi perubahan warna pada persegi – persegi yang ada pada
pH paper. Perubahan yang terlihat jelas terdapat pada persegi kedua dari bawah yang berwarna
hijau tua pada awalnya, warna tersebut berubah menjadi hijau muda agak keruh.Kemudian, kami
mencocokkan warna pada pH paper dengan petunjuk yang berisi macam – macam warna serta
pH – nya. Hasil yang diperoleh, urine probandus mempunyai pH = 6 yang berarti bahwa kondisi
urine adalah asam. Menurut Eni dalam websitenya “Enifreaks”, urine normal biasanya bersifat
sedikit asam dengan pH antara 5 – 7, pernyataan ini diambil dari Kimber. Dari pernyataan
tersebut dapat diketahui bahwa urine probandus meskipun tidak netral dan dapat dikatakan
bersifat asam masih merupakan urine normal karena memang urine normal bersifat sedikit asam.
Lain halnya dengan urine orang yang vegetarian. Bagi urine orang yang vegetarian nantinya akan
didapat urine yang bersifat alkali.
Menurut Biokimia Harper, dalam cairan interstisial dan urin tubulus, NH3 bergabung dengan H+
membentuk NH4+ yang menyingkirkan NH3 dan mempertahankan perbedaan konsentrasi yang
memudahkan difusi NH3 keluar sel. Bila pH urin7,0 maka rasio NH3 : NH4+ = 1 : 100. Bila urin
lebih asam, maka keseimbangan berubah lebih lanjut ke NH4+. Proses NH3 disekresikan disebut
difusi non-ionik. Salisilat dan sejumlah obat lain yang merupakan basa lemah atau asam lemah
juga disekresi oleh difusi non ionik. Ion ammonium berasal dari makanan, obat-obatan dan hasil
hidrolisa urea. Sedangkan urine yang kami pakai bersifat asam sehingga dapat disimpulkan
bahwa keseimbangan berubah lebih lanjut ke NH4+.
Eksperimen kedua adalah uji Chlorida, apakah didalam urine terdapat chlorida ataukah tidak.
Sebelumnya, kami mengasamkan urine dengan asam nitrat encer 5 tetes. Ketika asam nitrat
encer ini dimasukkan, urine berubah menjadi lebih bening. Kemudian kami menetesi 5 tetes
perak nitrat. Tidak lama kemudian terdapat endapan putih tipis didasar tabung dengan kata lain
urin mengandung klorida tetapi hasil ini dianggap masih normal. Jika kita analisis, NaCl juga
terkandung dalam urine normal jadi untuk mengetahuinya harus ditemukan klorida dengan cara
mengikat ion – ion Cl-. Persamaan reaksinya dapat dimungkinkan sebagai berikut:
2NaCl + AgNO3 Na2NO3 + AgCl2
tetapi pengujian yang lebih teliti lagi dapat dilakukan dengan cara Schales dan Schales.dimana
Urin dititrasi dengan merkuri nitrat dalam suasana asam. Ion-ion Cl- diikat oleh ion merkuri
membentuk Hg Cl2 yang tidak terionisasi.
Eksperimen ketiga adalah uji sulfat. Dalam pengujian kadar sulfat dalam urin ini kami
mencampurkan 5ml sample urin dengan HCl ditujukan untuk mengasamkan urin tersebut lalu
ditambahkan BaSO4 . Belerang anorganik merupakan bagian terbesar dari belerang teroksidasi
(85-90 %) dan berasal terutama dari metabolisme protein. Maka akan terbentuk endapan putih
yang menunjukkan adanya belerang anorganik, reaksi yang terjadi adalah :
BaCl2 + SO42- → BaSO4 + 2 Cl-
Dari hasil percobaan yang kami lakukan ternyata pada larutan tidak di hasilkan endapan putih
dengan kata lain tidak terdapat sulfat dalam urin tersebut,padahal belerang merupakan hasil dari
metabolisme protein,hal ini dapat diakibatkan mungkin karena penambahan asam klorida dan
BaSO4 yang digunakan tidak dengan ukuran yang baku sebab dalam percobaan kami kami
hanya memberi beberapa tetes saja ke dalam sampel urin,dan kami tidak melakukan uji kadar
belerang yang lain, misalnya pengujian belerang yang tak teroksidasi.Belerang tak teroksidasi
merupakan senyawa yeng mempunyai gugus –SH, -S, -SCN, misalnya asam amino yang
mengandung S (sistin), tiosulfat, tiosianat, sulfida, dsb. Jumlahnya adalah 5-25 % dari belerang
total urin. Pada percobaan ini, kertas saring yang dibasahi dengan Pb-asetat menjadi berwarna
hitam (hasil reaksi positif). Hal itu terjadi karena adanya gas hidrogen sulfida yang dilepaskan
yang dapat diidentifikasi dari baunya yang khas atau dari menghitamnya kertas saring yang telah
dibasahi larutan timbal asetat.
Eksperimen selanjutnya adalah uji glukosa. Dalam uji gula ini kami melakukan uji sample urin
dengan menggunakan reagen benedict yang kemudian di panas kan di dalam penangas air
mendidih dan hasil percobaan menunjukkan bahwa urin tidak mengandung gula sebab setelah
dilakukan pengujian didapatkan larutan yang berwarna hijau sedangkan larutan urin yang
mengandung gula akn memberikan warna merah bata di bagian dasarnya. kita dapat menguji urin
dengan berbagai kadar glukosa yang berbeda-beda untuk membandingkan urin yang
mengandung glukosa dan yang tidak dengan mereaksikan urin dengan pereaksi Benedict yang
telah dipanaskan dengan glukosa 0,3 %; 1 %; 2 %; 5 % dan urin tanpa penambahan apapun.
Ternyata dari hasil pengujian diperoleh urin blanko tetap berwarna biru setelah ditambahkan
larutan Benedict, untuk urin dengan penambahan glukosa 0,3 % akan memberi warna kuning
kehijauan dengan endapan merah, untuk urin dengan penambahan glukosa 1 % akan memberi
warna kuning kehijauan dengan adanya endapan merah yang lebih banyak dari yang 0,3 %,
untuk urin dengan penambahan glukosa 2 % akan memberi warna jingga dengan endapan merah
dari yang ditambahkan glukosa 1 % dan untuk urin dengan penambahan glukosa 5 % akan
memberi warna jingga kemerahan dengan endapan merah yang lebih banyak.Terbentuknya
warna-warna tersebut, sesuai dengan konsentrasi glukosa dalam larutan. Makin besar kadar
glukosa, makin banyak endapan oranye yang terbentuk.
Menurut MedlinePlus tidak tebentuknya endapan oranye pada larutan glukosa konsentrasi rendah
disebabkan karena baru sedikit glukosa yang mereduksi kuprisulfat dan kemudian tertutup
warnanya dengan reagen Benedict yang berwarna biru. Tampak bahwa glukosa dengan kadar 5%
baru memberikan endapan oranye paling banyak.
Eksperimen terakhir adalah uji albumin. Dalam percobaan pengujian adanya albumin dalam urin
kami menggunakan heating test,dimana urin urin diberikan indicator albumin kemudian
ditambahkan beberapa tetes asam aseta 5% kemudian dipanaskan dari hasil percobaan sebelum
dilakukan pengujian urin berwarna bening kekuningan kemudian setelah diberikan indicator
albumin larutan tidak menunjukkan perubahan warna kemudian setelah diberikan asam asetat
5% larutan tetap tidak menunjukkan perubahan warna,tetap berwarna bening kekuningan,hal ini
menunjukkan bahwa dalam urintidak terdapat albumin
Stuktur nefron
Urin dibentuk oleh penggabungan 3 proses tersebut di atas. Unit anatomi yang melakukan fungsi
ini adalah nefron. Tiap-tiap ginjal memiliki sekitar 1 juta nefron.
Darah dihantarkan dari aorta melalui arteri renalis dan cabang-cabang arteria renalis ke arterioli
afferen. Tepat distal dari stuktur ini adalah glomerulus, suatu jaringan kapiler yang menyerupai
jumbai yang terdiri atas unit penyaringan. Kapiler ini bergabung untuk membentuk arteriole
efferen, suatu pembuluh darah dengan dinding ototyang karenanya mampu mengubah diameter
lumennya. Arteriole efferen segera membagi lagi menjadi kapiler kedua yang mengelilingi
bagian lainnya dari nefron.
Jumbai glomerulus terletak dalam kapsula Bowman, suatu kantung epitel berdinding rangkap
yang merupakan bagian dari sistem tubulus paling proksimal. Kapsula Bowman langsung
berubah menjadi tubulus kontortus proksimalis dan dari sini menjadi komponen-komponen
berikutnya: tubulus rektus proksimalis dan lengkung Henle sendiri, terdiri dari pars descendens,
pars decendens yang tipis, dan pars decendens yang tebal. Yang terakhir terletak dalam medulla
dan korteks ginjal. Pars ascendens yang tebal dari lengkung Henle berubah menjadi tubulus
kontortus distalis, tubulus kolligens kortikal, dan tubulus kolligens medulla dan papila. Tiap-tiap
bagian sistem tubular ini mempunyai fungsiyang spesifik.
Filtrasi
Langkah pertama pembentukan urin adalah filtrasi plasma darah. Volume darah yang besai, kira-
kira 1 liter/menit (atau 25% dari seluruh curah jantung waktu istirahat), mengalir melalui ginjal.
Jadi, dalam 4-5 menit volume darah yang sama besarnya dengan volume darah total nielewati
sirkulasi ginjal. Ini dirnungkinkan oleh sistem sirkulasi yang sangat luas dalam organ ini.
Dengan pernyataan yang sama, ginjal khususnya gampang rusak oleh penyakit vaskuler yang
merata.
Pembentukan filtrat glomerulus adalah prose yang terutama diatur oleh jumlah aljabar dari
selisih tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik trans kapiler. Kemungkinan terakhir telah
memungkinkan pengukuran secara langsung kekuatan-kekuatan hidrostatikyang dipersoalkan. Di
bawah pengaturan keadaan hidropenik, tekanan hidrostatik kapiler glomerulus rata-rata 45
mmHg atau kira-kira 40% dari tekanan aorta rata-rata. Tekanan hidrostatik tubulus rata-rata 10
mmHg jadi terdapat tekanan hidrostatik sebesar 35 mmHg yang tampaknya tidak berubah
sepanjang seluruh kapiler. Tekanan onkotik dalam kapiler naik dari sekitar 20 mmHg pada
permulaan menjadi 35 mml Ig pada ujung glomelurus. Jadi keuntungan tekanan filtrasi ~ 15
mmHg timbul pada permulaan kapiler dan berkurang sewaktu darah mengalir melalui
glomelurus.
Pengaturan filtrasi dianggap mempunyai hubungan dengan aliran plasma karena ia
mempengaruhi cara meningkatnya tekanan onkotik glomerulus. Selain itu, dipikirkan bahwa
modifikasi luas permukaan untuk filtrasi dapat terjadi oleh bertambahnya atau berkurangnya
jumlah kapileryang dilalui oleh aliran darah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi filtrasi adalah obstruksi jalan arteri yang menuju ke
glomerulus, kenaikan tekanan interstitial seperti yang dapat disebabkan oleh suatu proses
peradangan, dan kenaikan resistensi untuk mengalir dalam sistem tubulus seperti oleh obstruksi
tubulus kolligens, ureter, atau uretra. Membranglomerulus juga dapat dirusak oleh penyakit
sehingga tidak dapat berfungsi sebagai saringan untuk darah. Akhirnya kapiler dapat tersumbat
seluruhnya dan karena itu tidak terpakai dalam sirkulasi aktif. Selama berlangsungnya penyakit
seperti ini, sel-sel darah dan proteinplasma akan merembes melalui kapiler yang rusak dan akan
diekskresi ke dalam urine.
Kerja tubulus
Susunan urine sangat berbeda dari filtrat glomerulus. Juga terdapat perbedaan yang sangat besar
antara volume cairan yang dibentuk pada glomerulus tiap menit dan jumlah yang sampai di
papila dalam waktu yang sama. Glomeruli berperan hanya sebagai saringan; susunan filtrat
glomerulus karena itu ditentukan semata-mata oleh permeabilitas membran kapiler terhadap zat-
zat dari darah. Sebagai akibat, filtrat glomerulus mengandung banyak zat yang penting untuk
metabolisme normal, seperti air, glukosa, asam amino, dan elektrolit, serta zat-zat yang hams
diekskresi dan diulang seperti urea, kreatinin dan asam urat. Lagi pula, dalam berbagai keadaan,
lebih banyak atau lebih sedikit jumlah zat-zat esensial ditahan sesuai dengan kebutuhan untuk
mempertahankan ketetapan dalam likunganinternal. Fungsi ginjal yang sangat selektif ini adalah
tugas tubulus. Dengan absorbsi kembali dan sekresi, tubulus mengubah filtrat glomerulus dan
dengan demikian menghasilkan urine.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut,
dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial.
Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh,
misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.
Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin dan pH serta
suhu urin itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein
dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan proteinm ada banyak sekali metode yang
ditawarkan , mulai dari metode uji millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir
adalah analisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati dibawah mikroskop
sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin tersebut, misalnya
kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri.
V. Cara Kerja
Tes untuk zat-zat yang terdapat dalam urine
a. pH
hasil
b. Chlorida
ditambahkan
asam nitrat encer
tambahkan
larutan perak nitrat
Endapan putih menunjukkan klorida.
c. Sulfat
asamkan
HCl encer
menambahkan
Endapan putih mengindikasikan adanya sulfat.
d. Phosphates
mengasamkan
asam nitrat encer
menambahkan
meletakkan
beaker gelas + air 60oC
Warna endapan kuning ke hijau mengindikasikan adanya Phosphate.
menguji
potongan kertas atau alat uji lain yang mengandung glukosa oksidase
mencatat hasil
menambahkan
meletakkan
penangas air – mencatat hasilnya.
Menguji
Potongan ke rtas + reagen
Mencatat hasil
mengisi
tabung reaksi
memanaskan sampai keruh
menambahkan
5 % asam asetat. Keruh menandakan adanya albumin.
VI. Kesimpulan
Dalam praktikum kali ini yaitu analisis urine, hasilnya adalah :
1. Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
2. Kandungan urine bergantung keadaan kesehatan daan makanan sehari-hari yang dikonsumsi
oleh masing-masing individu. Individu normal meempunyai pH antara 5 sampai 7.
3. Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin dan pH serta
suhu urin. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein dan
analisis pigmen empedu.
4. Hasil uji Derajat keasaman (pH) pada sampel urine wanita hamil dan orang normal
menunjukkan derajad normal karena pada manusia kadar pH normal berkisar antara 5 sampai 7.
5. Uji klorida dilakukan untuk mengetahui zat-zat abnormal yang terkandung dalam urine,
indikatornya terdapat endapan putih, menunjukkan urin tersebut mengandung klorida Hasilnya
sampel urine mengandung klorida, menunjukkan bahwa kinerja hati terganggu.
6. Uji sulfat dengan indicator ada tidaknya endapan. Endapan putih karena adanya endapan
BaSO4 dari belerang etereal yang memiliki senyawa sulfat akan bereaksi dengan BaCl2. Pada
sampel urine wanita hamil terdapat endapan sulfat, sedangkan pada urine orang normal tidak
terdapat endapan.
7. Urine yang mengandung Albumin menandakan bahwa filtrasi yang dilakukan oleh ginjal tidak
sempurna. Indikator adanya Albumin dalam urine ditandai dengan terdapatnya cincin putih
diantara Asam nitrit pekat dan Urine.
Daftar Pustaka
Ali, I. 2008. http://iqbalali.com/2008/02/10/urinalisis-analisis-kemih/ (online: 13 Desember
2009).
Ganong, W. F, Fisiologi Kedokteran edisi 14, Penerbit buku kedokteran, EGC, alih bahasa oleh
dr. Petrus Andrianto.
Hidayat, dkk. 2006. Mikrobiologi Industri.Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Lehninger, Albert L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Pratiwi,D.A. 2004. Modul dasar-dasar biokimia. Jakarta : Bina Aksara.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sinosuke, N. 2009. http://bagiilmunohara,blogspot.com/2009/04/uji-urin.html. (online: 13
Desember 2009).
Team Biokimia. 2009. Petunjuk Praktikum Biokimia. Jember: Jember University Press.
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/laporan-praktikum-urinalisa. (online:
13 Desember 2009).