You are on page 1of 6

KARSINOGENIK

Karsinogenesis kimiawi merupakan suatu proses multitahap. Sebagian besar karsinogen


sebenarnya tidak reaktif (prokarsinogen atau karsinogen proximate), namun di dalam tubuh
diubah menjadi karsinogen awal (primary) atau menjadi karsinogen akhir (ultimate). Sitokrom
P450 adalah suatu mono-oksidase dependen retikulum endoplasmik sering mengubah karsinogen
proximate menjadi intermediatedefisienelektron yang reaktif (electrophils). Intermediate (zat
perantara)yang reaktif ini dapat berinteraksi dengan pusat-pusat di DNA yang kaya elektron
(nucleophilic) untuk menimbulkan mutasi. Interaksi antara karsinogen akhir dengan DNA
semacam ini dalam suatu sel diduga merupakan tahap awal terjadinya karsinogenesis kimiawi.
DNA sel dapat pulih kembali bila mekanisme perbaikannya normal, namun bila tidak sel yang
mengalami perubahan dapat tumbuh menjadi tumor yang akhirnya nampak secara klinis. Ko-
karsinogen (promoter) sendiri bukan karsinogen. Promoter berperan mempermudah
pertumbuhan dan perkembangan sel tumor dormant atau latent. Waktu yang diperlukan untuk
terjadinya tumor dari fase awal tergantung pada adanya promoter tersebut dan untuk kebanyakan
tumor pada manusia periode laten berkisar dari 15 sampai 45 tahun.

PENYEBAB KANKER
Sebenarnya, makanan bisa menjadi faktor pemicu ataupun mencegah terjadinya kanker. Menjadi
faktor pemicu karena makanan bisa tercemar oleh senyawa-senyawa kimia dari lingkungan yang
bersifat karsinogen, misalnya dari asap mobil, limbah pabrik dan asapnya, debu dan air yang
tercemar. Bahan kimia karsinogenik ini amat banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan dalam
senyawa-senyawa hidrokarbon aromatic, nitrosoamin, nitroso-non-nikotin, heterosiklik amin,
polonium, dan arsenic.

Logam berat seperti timbale, merkuri, dan cadmium merupakan logam yang dapat memicu
kerusakan molekul DNA sel. Bahan kimia yang ditambahkan pada bahan pangan secara tidak
terkontrol seperti pengawet, antioksidan, pewarna, pemutih, dan pemanis termasuk senyawa-
senyawa yang dapat “menyantel” pada DNA sel dan memicu terjadinya kanker. Pemanis buatan
jenis sakarin dan siklamat telah diketahui sebagai promotor yang dapat memicu sel termutasi
membelah diri dan tumbuh.

Karena itu, langkah pencegahan kanker melalui makanan yang pertama adalah menghindari
konsumsi makanan dan minuman yang berpotensi mengandung bahan-bahan kimia tercemar,
baik dari lingkungan maupun yang ditambahkan macam pengawet, pewarna, pemutih, dan
pemanis, terutama yang tidak dianjurkan oleh badan pengawas makanan dan minuman resmi,
semisal Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM).

Selain zat tambahan pada makanan, minyak jelantah (minyak goreng yang telah dipakai
menggoreng) atau makanan yang digoreng dengan minyak jelantah dan makanan hangus,
terutama makanan asal hewani seperti ayam, ikan, dan daging, sebaiknya juga dihindari. Begitu
pula dengan makanan yang terpajan debu, asap kendaraan, atau yang sudah tengik, berjamur, dan
basi. Ikan asin boleh dikonsumsi asal dalam jumlah sedikit. Sebab, ikan dapat mengandung
logam berat, senyawa aromatic hidrokarbon, hasil oksidasi lemak dan protein, dan zat aromatic
amin yang bersifat karsinogen kuat.

Faktor pencetus kanker dalam bahan pangan lainnya yaitu lemak dan protein hewani yang
berlebihan. Mereka bekerja melalui system metabolisme dan hormone. Peran faktor pencetus ini
sangat menonjol pada sel yang telah mengalami mutasi. Artinya, molekul DNA-nya telah rusak.
Kelebihan lemak dan protein hewani juga dapat bersifat sebagai promotor.

Lemak dan protein memang harus ada dalam makanan. Secara normal, tubuh memerlukan 0.8 g
protein per kilogram bobot badan setiap hari. Yang penting, sumber-sumber protein harus
bervariasi, misalnya berasal dari kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, daging, telur, dan susu.
Sementara konsumsi lemak termasuk minyak dan mentega tidak boleh melebihi 15% dari total
kalori yang dibutuhkan dalam sehari. Selain itu, kelebihan karbohidrat akan ditimbun sebagai
lemak tubuh. Jadi, jangan sampai makanan menyebabkan kegemukan.

Cara pencegahan yang amat disarankan adalah mengkonsumsi 400 – 500 g sayuran dan buah-
buahan dalam sehari secara rutin dan bervariasi. Artinya, berbagai jenis sayuran dan buah-
buahan dikonsumsi secara bergantian, tetapi jumlahnya tetap mencapai 400 – 500 g setiap
harinya.

Sayuran yang dimaksud bisa berupa dedaunan hijau (seperti kangkung, sawi-sawian, daun
papaya, daun singkong, daun katuk, bayam, dan pakis), kubis-kubisan (kol, salad, brokoli,
kembang kol), labu-labuan (ketimun, jipang, waluh, terong, paria), wortel, tomat, lobak,
bangkuang, kacang panjang, buncis, ubi jalar, jagung, jamur, dan sebagainya.

Begitu pula untuk buah-buahan. Pepaya, mangga, pisang, jambu, jeruk, sawo, semangka, melon,
nanas, alpukat, srikaya, sirsak, apel, kiwi, dan sebagainya, sebaiknya secara bergantian
dikonsumsi setiap hari. Rempah-rempah seperti jahe, lengkuas, bangle, kunyit, dan daun jeruk
juga merupakan bahan pangan yang dapat mencegah kanker. Kita pantas selalu bersyukur karena
Tanah Air kita menyediakan banyak pilihan makanan sehat.

PROSES KARSINOGENESIS
Interaksi awal antara suatu karsinogen dengan sel tujuan mungkin berlangsung singkat dan
irreversibel. Tahap ini di-sebut tahap inisiasi, sedangkan tahap-tahap berikutnya belum
jelas, hanya ada dua buah hipotesa yang menerangkannya sebagai berikut
Hipotesa I
Hipotesa pertama ini menerangkan bahwa tahap inisiasi yang menimbulkan suatu sel kanker dan
tahap-tahap berikutnya tergantung dari kemampuan pertumbuhan spesies seluler tersebut. Hal ini
berarti bahwa proses karsinogenesis merupakan proses perkembangan atau evolusi dari suatu sel
kanker.
Bagan 1. Proses evolusi suatu sel kanker yang ditimbulkan
oleh suatu karsinogen.
Rangsangan Karsinogen + Sel Tujuan Sel Neoplastik
Kanker
Keterangan:
Sel neoplastik adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel - sel yang
tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan
sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh.
Hipotesa II
Hipotesa kedua ini menerangkan bahwa tahap inisiasi menyebabkan suatu perubahan pada sel
nonneoplastik sehingga bersifat dapat mengalami evolusi menjadi suatu sel kanker. Hal ini
berarti bahwa proses karsinogenesis merupakan proses perkembangan atau evolusi menjadi suatu
sel kanker

Bagan 2. Proses evolusi suatu sel nonneoplastdc menjadi


suatu sel kanker yang ditimbulkan oleh suatu karsinogen.
Rangsangan Karsinogenik + Sel Tujuan Populasi Sel Baru
Pertumbuhan
Neoplasia Jinak
Kanker < atau
Neoplasia Tetap

Cara Sayuran Dan Buah Mencegah Kanker


Sayuran dan buah-buahan sudah diteliti dan diketahui mengandung berbagai vitamin, seperti
niasin, asam folat, Vitamin C, Vitamin E, dan mineral, seperti besi, magnesium, seng, tembaga,
dan selenium. Sayuran dan buah-buahan juga mengandung senyawa bioaktif, seperti, karotenoid,
klorofil, flavonoid, isoflavonoid, terpenoid, glukosinolat, serat, dan sebagainya, yang hampir
semuanya bersifat sebagai antioksidan.

Sebagai antioksidan, senyawa-senyawa ini dapat mencegah reaksi pencantelan molekul


karsinogen dengan DNA sel, sehingga mencegah kerusakan DNA sel. Pada tahap ini, komponen
bioaktif dalam sayuran dan buah-buahan dapat mencegah terjadinya proses awal pembentukan
sel kanker.

Sebagian besar komponen bioaktif dalam sayuran dan buah-buahan dapat memicu kematian sel
yang termutasi melalui mekanisme apoptosis (kematian sel yang sudah terprogram). Berbagai
senyawa bioaktif, seperti terpenoid, glukosinolat, karotenoid, asam folat, dan vitamin E, telah
diketahui dapat mematikan sel yang telah termutasi, bahkan sel kanker.

Pada tahap berikutnya, berbagai komponen bioaktif pada sayuran dan buah-buahan dapat
merangsang proses perbaikan DNA sel yang telah termutasi sehingga sel menjadi normal
kembali. Proses ini sebetulnya secara normal terjadi pada tubuh sehat, dan dapat dipercepat oleh
komponen bioaktif dalam berbagai jenis sayuran dan buah.

Berbagai jenis komponen bioaktif ini bahkan dapat mencegah pembentukan pembuluh darah
buatan sel kanker (proses angiogenesis), sehingga sel-sel kanker tidak dapat tumbuh menjadi
besar karena saluran pemasok zat-zat gizi untuk pertumbuhannya terhambat.

Selain jumlahnya, yang penting dalam mengkonsumsi sayuran dan buah adalah variasinya.
Sebab, kandungan komponen bioaktif masing-masing spesies tidak sama, baik jenis maupun
jumlahnya. Pepaya misalnya, mengandung karotenoid, asam folat, vitamin C, dan serat dalam
jumlah cukup tinggi, tetapi tidak atau sedikit sekali mengandung senyawa glukosinolat dan
klorofil. Sementara sayuran hijau yang diketahui padat gizi dan komponen bioaktifnya adalah
kailan dan sawi hijau. Karena itu, mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan secara bergantian
adalah kunci keberhasilan pencegahan kanker melalui makanan.

Sementara itu, serat pada sayuran dan buah-buahan merupakan senyawa yang secara tidak
langsung mencegah kanker, terutama kanker saluran pencernaan dan usus besar. Karena serat
mempercepat buang air besar dan menyapu bersih sisa-sisa makanan dalam usus.

Serat juga bisa menarik keluar cairan empedu, yang banyak mengandung kolesterol, dari dalam
tubuh dan sisa-sisa metabolisme senyawa kimia yang sulit dikeluarkan melalui urine, lalu
membuangnya bersama-sama dengan feses. Di samping itu, serat dapat memicu pertumbuhan
mikroba penghasil asam laktat yang dapat membersihkan usus besar. Semua fungsi yang
dikerjakan oleh serat dalam saluran pencernaan secara tidak langsung telah terbukti dapat
mencegah terjadinya kanker, terutama kanker usus.

You might also like