You are on page 1of 19

Laporan Praktikum Biokimia

LIPID
Tanggal 25 Oktober 2010

Disusun oleh:

KELOMPOK IX

1. Anindita Ratnawati Aditya (0906531172)


2. Andrianto Agung Gunawan (0906531166)
3. Astri Maulidina (0906531203)

DEPARTEMEN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2010
I. Prinsip dan Tujuan

II. Teori

Lipid adalah segolongan senyawa organik yang terdapat di dalam alam dan
mempunyai sifat-sifat:
1. Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut-pelarut lemak seperti eter, kloroform,
alkohol panas dan benzene.
2. Berhubunagn erat dengan asam lemak.
3. Dapat digunakan oleh organisme hidup.
Lipid dapat diekstraksi oleh jaringan binatang maupun tumbuh-tumbuhan dengan
menggunakan pelarut lemak. Hasil ekstraksi merupakan campuran yang kompleks
diantaranya: trigliserida, wax, fosfolipid, glikolipid, bermacam-macam sterol dan
senyawa-senyawa lain yang terbentuk sebagai hidrolisa zat-zat tersebut diatas.
Trigliserida, kolesterol dan ester kolesterol dinamakan juga lipid netral karena tidak
bermuatan.

Klasifikasi
Menurut Bloor, lipid dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu:
1. Simple Lipid
Merupakan ester asam-asam lemak dengan bermacam-macam alkohol, yang
termasuk simple lipid yaitu:
a. Lemak netral dan minyak
Ialah ester asam-asam lemak dengan gliserol. Minyak ialah lemak yang berbentuk
cair pada suhu kamar.
Contoh: Tristerin, tripalmitin, dipalmitostearin, distearopalmitin.
b. Wax
Ialah ester asam-asam lemak dengan alkohol alifatik yang mempunyai rantai
karbon panjang.
2. Compound Lipid
Compound lipid merupakan ester asam-asam lemak yang pada hidrolisa
menghasilkan asam lemak, alkohol, dan juga zat-zat lain.
a. Fosfolipid
Hidrolisa fosfolipid menghasilkan asam lemak, gliserol (atau alkohol lain yang
bukan gliserol), asam folat dan senyawa-senyawa lain. Contoh fosfolipid:
1. Asam fosfatidat (fosfatidil gliserol), hanya mengandung gliserol, asam lemak
dan asam fosfat. Difosfatidilgliserol dikenal dengan nama kardiolipin dan
terdapat di dalam mitokondria.
2. Fosfatidilkolin (lesitin), mengandung asam fosfat dan kolin.
3. Fosfatidiletanolamin (sefalin), mengandung asam fosfatidat dan etanolamin.
4. Fosfatidil inositol (lipositil), mengandung asam fosfatidat dan inositol.
5. Fosfatidil serin, mengandung asam fosfatidat dan asam amino serin.
6. Plasmalogen, menyerupai lesitin dan sefalin, kecuali ikatan ester asam lemak
pada posisi pada karbon gliserol diganti oleh ikatan ester dengan suatu alkohol
tak jenuh.
7. Sfingomielin, tidak mengandung gliserol. Pada hidrolisa akan dihasilkan asam
lemak, asam fosfat, kolin, dan suatu alkohol yang mengandung gugus amina
yang disebut sfingosin.
b. Glikolipid (Serebrosida)
Glikolipid mengandung asam lemak, sfingofusin dan karbohidrat
(galaktosa/glukosa). Sulfatida ialah serebrosida yang mengandung sulfat.
Gangliosida mengandung, disamping glukosa/galaktosa, asam lemak dan
sfingosin juga mengandung asam N-asetilneraminat dan hexosamin.
8. Derivat Lipid
Derivat lipid ialah semua senyawa yang dihasilkan pada hidrolisa simple dan
compound lipid yang masih mempunyai sifat-sifat seperti lemak dimasukkan dalam
golongan ini.

Asam-asam Lemak
1. Dengan rantai karbon jenuh.
Umumnya sam-asam lemak yang terdapat di alam mengandung jumlah atom C
genap (asam asetat, asam butirat, asam kaproat, asam laurat, asam sterat dan asam
arachidat).
2. Dengan rantai karbon yang mengandung ikatan rangkap.
Contoh: asam oleat, asam linoleat dan asam arachidonat. Yang tiga terakhir
digolongkan dalam asam lemak essensial, karena diperlukan untuk pertumbuhan
optimum dan tidak dibentuk didalam tubuh dalam jumlah yang cukup untuk keprluan
jaringan.

Umumnya asam lemak jenuh lebih banyak terdapat didalam lemak hewan,
sedangkan asam lemak tak jenuh lebih banyak didalam minyak tumbuh-tumbuhan
Dalam keadaan murni, pada umumnya lemak tidak mengandung rasa, tidak berwarna,
dan tidak berbau. Warna lemak atau minyak yang terdapat dialam disebabkan oleh
bermacam-macam pigmen.
Tipe lemak mempunyai titik lebur yang ditentukan oleh asam lemaknya. Sifat ini
dapat dipakai untuk memisah-misahkan campuran bermacam-macam lemak. Sebagai
contoh: Titik lebur tristearin 71°C dan trielin -5°C.
Asam-asam lemak tak jenuh yang terdapat dialam mudah mengalami oksidasi dan
membentuk bermacam-macam zat yang menyebabkan lemak berbau tengik. Zat-zat
tersebut tidak dapat dicernakan dan diantaranya ada yang bersifat racun. Untuk mencegah
lemak menjadi tengik, dapat ditambahkan antioksidan misalnya hidroquinon.
Asam-asam lemak tak jenuh dapat menghilangkan warna iodium. Hal ini
disebabkan karena adisi iodium pada ikatan rangkap. Berdasarkan sifat ini, iodium dapat
dipakai untuk menmentukan banyaknya ikatan rangkap di dalam sejumlah tertentu lemak
(Angka Iodium= jumlah gram yang dapat diadisi oleh 100 gram lemak).

III. Alat dan Bahan


Alat:
-Tabung reaksi
- Beaker glass
- Batang penagduk
- Labu Erlenmeyer
- Pipet tetes
- Buret dan statif
- Kertas saring-
- Erlenmeyer bertutup glass
- Gelas ukur
- Penangas air
- Spatel
- Tabung sentrifugasi

Bahan:
Adeps lanae
- Margarin
- Aquadest
- Larutan Iodium
- Eter
- KOH-Etanol 0,5 N
- Kloroform
- HCL 0,5 N
- NaOH 0,1 N
- Indikator PP
- Minyak kelapa
- KBrO3 0,2 N
- Na2CO3 0,5 %
- KBr
- Etanol
- HCL 4 N
- Larutan KI 16 %
- Na-tiosulfat 0,1 N
- Merah telur
- Aseton
- KOH dlm etanol 10%
- Larutan kolesterol 0,05% dlm CHCl3
- Asam asetat anhidrat - H2SO4 (p)

IV. Percobaan dan Hasil Pengamatan

1. Percobaan daya larut


Untuk memeriksa daya larut suatu zat terutama lipid sejumlah kecil zat tersebut
dilarutkan dalam beberapa ml pelarut. Derajat kelarutan dapat dilihat secara
langsung. Dapat juga larutan dituang perlahan-lahan (atau disaring dengan kertas
saring kering) ke dalam sebuah gelas arloji. Pelarut dapat diuapkan dengan
pertolongan penangas uap. Jumlah residu menunjukkan jumlah zat yang larut dalam
larutan yang diperiksa.
a. Periksalah daya larut lemak domba dalam air, alkohol panas, alkohol dingin, eter,
dan kloroform. Taruhlah setetes larutan dalam eter pada sehelai kertas saring.
Perhatikan bercak lemak setelah eter menguap.
Berikut merupakan hasil pengamatan kelarutan lemak domba:
Pelarut Kelarutan
Air Tidak larut
Alkohol panas Tidak larut
Alkohol dingin Tidak larut
Eter Larut
Kloroform Larut
ada bercak transparan (+)Test bercak lemak
b. Masukkanlah sedikit lemak padat ke dalam tabung reaksi. Tambahkanlah 2 ml air
dan hangatkanlah dalam penangas uap Perhatikan bahwa lemak akan mencair dan
terapung pada permukaan air. Tambahkanlah beberapa ml NaOH dalam alkohol.
Panaskan kembali. Larutan akan menjadi jernih. Kocok dan perhatikan
pembentukkan busa yang cepat. Terangkan.
Berikut merupakan hasil pengamatan kelarutan lemak padat:
Setelah ditambahkan NaOH dalam alkohol, dipanaskan, lalu diangkat, Mula-mula
terlihat lemak mengapung, terbentuk busa, kemudiandikocok busa tersebut
cepat menghilang.
c. Periksalah daya larut minyak kelapa dalam air, alkohol panas, alkohol dingin, eter
dan kloroform. Lakukan test bercak lemak. Masukkanlah kedalam tabung reaksi 1
ml minyak dan 3 ml air, kocok dan tambahkanlah 1 ml larutan natrium karbonat
0,5 % dan kocok lagi. Bagaimana pengaruh natrium karbonat terhadap kestabilan
emulsi.
Berikut merupakan hasil pengamatan kelarutan minyak kelapa:
Pelarut - Kelarutan - Pengamatan Bercak
Air - Tidak larut - Bercak transparan
Alkohol panas - Tidak larut - Bercak transparan
Alkohol dingin -Tidak larut - Tidak ada bercak
Eter - Larut - Bercak transparan
Kloroform - Larut - Bercak transparan

Test Pengamatan
kocok + 1 ml larutan Na karbonat 0,5 %1 ml minyak kelapa + 3 ml air Warna
larutan menjadi putih susu.
Pengaruh Na karbonat terhadap emulsi adalah menjadikan emulsi tidak stabil.

2. Percobaan untuk menyatakan ikatan tak jenuh


Ambillah 3 buah tabung reaksi kering. Kedalam tabung yang pertama masukkanlah
sedikit minyak kelapa, kedalam tabung kedua margarin dan kedalam tabung yang
ketiga lemak padat. Kedalam tiap tabung ditambahkan kloroform dalam jumlah
sama. Kemudian teteskan kedalam tiap tabung larutan iodium. Goyanglah tabung
reaksi pada tiap penambahan iodium. Terangkan apa yang terjadi.
Berikut merupakan hasil pengamatan ikatan tak jenuh pada margarin, minyak kelapa,
dan lemak domba:
Zat Uji Pengamatan
Margarin Warna merah keunguan
Minyak kelapa Warna merah jernih
Lemak padat Warna merah kecokelatan (merah hati)

3. Penetapan angka penyabunan


Timbanglah lebih kurang 2 gram minyak kedalam Labu Erlenmeyer, tambahkanlah
25 ml larutan KOH-Etanol 0,5 N dalam jumlah yang sama. Kedua labu di reflux di
atas penangas air selama 30 menit sambil diaduk sewaktu-waktu. Titrasi dengan HCL
0,5 N menggunakan indikator fenolftalein. Hitung angka penyabunan dengan rumus:
Angka penyabunan:

a adalah jumlah HCL 0,5 N yang dibutuhkan titrasi zat uji


b adalah jumlah HCL 0,5 N yang dibutuhkan untuk titrasi blangko
g adalah berat minyak yang digunakan

Berikut merupakan penentuan bilangan penyabunan lemak domba:


• Jumlah HCl 0,5 N yang dibutuhkan untuk titrasi zat uji (a) = 10,7 ml
• Jumlah HCl 0,5 N yang dibutuhkan untuk titrasi blanko (b) = 12,8 ml
Jadi, angka penyabunannya:
( 12,8 – 10,7 ) x 28.05 /2 = 29,4525/gr lemak domba

Pada percobaan penentuan bilangan penyabunan ini, praktikan tidak menggunakan


KOH-etanol dikarenakan ketersediaan bahan pada awal percobaan. Praktikan
menggunakan NaOH-metanol sebagai ganti atas seijin dari asisten laboratorium. Hal
ini menyebabkan sedikit pergeseran angka penyabunan dibandingkan dengan
penyabunan menggunakan KOH-etanol.

4. Penetapan bilangan Iodium


Timbang lebih kurang 2 gram zat dalam labu Erlenmeyer bertutup gelas, larutkan
dalam 10 ml CHCl3 dan berturut-turut tambahkan 25 ml KBrO3 0,2 N; 1,5 gram KBr
yang telah dilarutkan dalam 5 ml air dan 7 ml HCL 4 N. Simpan labu di tempat gelap
selama 1 jam. Buka sumbat, tambahkan 7 ml larutan natrium tiosulfat 0,1 N dan
kocok kuat-kuat. Lakukan titrasi blangko.

Bilangan Iodium : ( b – a) x N Na2S2O3 x 100 x 0,1269/g


a adalah jumlah Na2S2O3 0,1 N yang dibutuhkan untuk titrasi zat uji
b adalah jumlah Na2S2O3 0,1 N yang dibutuhkan untuk titrasi blangko
g adalah berat zat yang digunakan
Berikut merupakan penentuan bilangan Iodium:
• Jumlah Na2S2O3 0,1 N yang dibutuhkan untuk titrasi zat uji (a) = 15,3 ml
• Jumlah Na2S2O3 0,1 N yang dibutuhkan untuk titrasi blanko (b) = 23,9 ml
Jadi bilangan Iodiumnya:
(23,9 – 15,3) x 0,1 x 100 x 0,1269 /2 = 10,9134/gr mentega

5. Ekstraksi kolesterol dari merah telur


Mula-mula telur dipecahkan dan dikeluarkan isinya, kemudian bagian kuning telur
dipisahkan dari putihnya, kuning telur dimasukkan kedalam gelas piala 100 ml dan
ditimbang beratnya.
Sebanyak 25 ml metanol dalam 12,5 kloroform berturut-turut dituangkan kedalam
gelas piala yang berisi kuning telur, lalu diaduk dan didiamkan selama 10 menit.
Selanjutnya campuran tersebut disaring dengan kertas saring n0.40 yang telah
dibasahkan sebelumnya dengan alkohol, dan ditampung ke dalam gelas piala kering.
Endapan yang terbentuk dibilas dengan 20 ml campuran metanol-kloroform 2:1 (v/v).
Hasil bilasan tersebut disatukan dengan filtrat. Larutan KCL 1 % kemudian
ditambahkan kedalam campuran filtrat dan hasil bilasan dengan volume 1:1.
Seluruh campuran larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah lalu
dikocok-kocok hingga terbentuk dua bagian larutan, larutan kloroform akan berada di
bagian bawah corong pemisah.
Kemudian larutan kloroform yang melarutkan kolesterol hasil ekstraksi diambil
sebanyak 10 ml dan ditampung dalam vial 25 ml, lalu disimpan dalam lemari
pendingin untuk analisis kadar kolesterol.
Berikut merupakan hasil pengamatan pada ekstraksi kolesterol dari merah telur:
Terbentuk dua lapisan larutan yang bagian atasnya berwarna putih keruh dan pada
bagian bawahnya berwarna kuning. Cairan tersebut kemudian dipisahkan dengan
corong pemisah, diambil bagian bawahnya yang berwarna kuning kurang lebih
volumenya 10 ml.

6. Percobaan-percobaan dengan kolesterol


a. Reaksi Salkowski
Percobaan ini memerlukan alat-alat yang kering benar.
Metode:
1 ml larutan kolesterol 0,05 % dalam kloroform dicampur berhati-hati dengan 1
ml H2SO4 pekat. Setelah kedua lapisan cairan berpisah lagi akan timbul berturut-
turut warna merah, biru, ungu dalam lapisan kloroform. Selai dari itu dalam
lapisan asam akan tampak fluorosensi kuning.

Berikut merupakan hasil pengamatan reaksi Salkowski:


Reaksi Salkowski Pengamatan
Larutan standar Terbentuk dua lapisan cairan berwarna merah muda dan bening
Larutan ekstrak Terbentuk dua lapisan cairan berwarna merah cokelat dan
merah keunguan

b. Reaksi Liebermann-Burchard
Metode:
1 ml larutan kolesterol standar 0,05 % dalam kloroform ditambah dengan 1 ml
pereaksi Liebermann-Buchard (asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat 10:2).
Kocoklah hati-hati dan perhatikan warna-warna yang timbul.

Berikut merupakan hasil pengamatan reaksi Liebermann-Buchard:


Reaksi Liebermann-Burchard Pengamatan
Larutan standar: terbentuk warna hijau + asam asetat anhidrat 10 tetes + 3 tetes
H2SO4(p)
Ekstrak kolesterol: terbentuk warna hijau yang pekat + asam asetat anhidrat 10
tetes + 3 tetes H2SO4(p)

V. Pembahasan

1. Percobaan daya larut


Pada tes kelarutan didapat hasil bahwa lemak domba dan minyak kelapa yang
bersifat nonpolar larut dalam eter dan kloroform karena keduanya merupakan pelarut
organik (nonpolar). Sedangkan pada pelarut polar seperti air dan alkohol, lemak
domba dan minyak kelapa tidak dapat larut. Kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut
ditentukan oleh banyak hal, antara lain adalah sifat kepolaran zat dan pelarutnya.
Umumnya zat yang polar dapat larut dalam pelarut yang bersifat polar, namun tidak
dapat larut dalam pelarut nonpolar. Begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan
adanya momen dipol pada zat atau pelarut sehingga dapat berikatan dan berinteraksi
dengan sesamanya. Sedangkan pada pelarut nonpolar tidak memiliki momen dipol,
sehingga tidak bisa berinteraksi dengan zat yang polar, jadi tidak dapat larut.
Pada tes bercak lemak, adanya bercak transparan pada kertas saring menandakan
adanya lemak pada zat tersebut. Pada zat dalam pelarut eter terdapat bercak karena
lemak domba telah larut sehingga terbawa pada saat penetesan dan dapat membuat
bercak pada kertas.
Pengaruh Na2CO3 terhadap kestabilan emulsi adalah: dengan adanya logam Na
menyebabkan emulsi menjadi cepat pecah (terpisah menjadi dua komponennya
kembali). Pada saat minyak dikocok bersama air akan terjadi emulsi minyak dalam
air, ditandai dengan adanya kekeruhan / larutan berwarna putih. Setelah ditambah
Na2CO3, emulsi langsung pecah ditandai dengan adanya lapisan minyak (berwarna
kuning) pada permukaan, lapisan air pada bagian bawah, dengan sedikit kekeruhan
pada bagian tengah larutan.

2. Percobaan untuk menyatakan ikatan tak jenuh


Percobaan ini dilakukan untuk menyatakan adanya ikatan tak jenuh dalam suatu
lemak atau minyak. Bahan-bahan yang digunakan adalah minyak kelapa, margarin,
dan lemak padat berupa adeps lanae. Ketiga zat tersebut dilarutkan dalam kloroform
karena tidak larut dalam air. Setelah itu, ditambahkan larutan iodium sama banyak
pada ketiga zat.
Reaksi yang terjadi adalah reaksi adisi oleh iod. Iod akan memutus ikatan rangkap
yang terdapat molekul zat, kemudian iod tersebut akan menggantikan posisi dari
ikatan rangkap tersebut melalui reaksi adisi sehingga jumlah ikatan rangkap dalam
molekul zat akan berkurang atau menjadi tidak ada sama sekali (jika teradisi
semuanya oleh iod). Dengan adanya reaksi ini, maka warna larutan iod akan hilang.
Minyak kelapa mengandung triasil gliserol dengan 80-85 % asam lemak jenuh.
Asam lemak utama yang terdapat dalam minyak kelapa adalah asam laurat dan asam
miristat (merupakan asam lemak dengan bobot molekul rendah dan memiliki
bilangan penyabunan yang tinggi). Selain itu, minyak kelapa juga mengandung asam
kaprilat, asam kaprat, dan asam oleat.
Margarin merupakan salah satu produk makanan konsumsi sehari-hari yang dibuat
dengan menggunakan bahan baku lemak nabati. Margarin dibuat melalui proses
hidrogenasi asam lemak tak jenuh yang bersumber dari tanaman. Margarin adalah
emulsi air dalam minyak yang berbentuk padat. Komposisi dari margarin menurut
British Nutrition Foundation adalah :
• Lemak (minimum 80 %, tetapi kurang dari 90 %)
• Lemak susu (maksimum 3 % dari total lemak)
• Vitamin A 940-960 IU per ounce (800-100 µg setiap 100 g)
• Vitamin D 80-100 IU per ounce (7,05-8,82 µg setiap 100 g)
Adeps lanae (lemak bulu domba, lanolin) adalah zat serupa lemak yang
dimurnikan, diperoleh dari bulu domba Ovis aries Linne (Familia Bovidae) yang
dibersihkan dan dihilangakan warna dan baunya. Adeps lanae mengandung air tidak
lebih dari 0,25 % dan boleh mengandung antioksidan yang sesuai tidak lebih dari
0,02 %. Adeps lanae mengandung kolesterol, alkohol dan isokolesterol, bersama
dengan berbagai ester lainnya. Selain itu, juga terdapat asam lanoserat, asam
lanopalmitat, asam karnaubat, asam miristat, asam oleat, dan mungkin asam serotat
serta asam palmitat.
Pada hasil percobaan, minyak kelapa, margarin dan adeps lanae memberikan hasil
positif yaitu dengan hilangnya warna larutan iod (ungu). Minyak kelapa
menghasilkan warna jingga jernih, margarin menghasilkan warna jingga keruh, dan
adeps lanae menghasilkan warna kuning. Hal itu berarti pada ketiga zat itu, terdapat
ikatan tak jenuh (ikatan rangkap) sehingga dengan penambahan larutan iodium,
terjadi reaksi adisi yang menyebabkan hilangnya warna larutan iod. Ikatan tak jenuh
yang terdapat dalam margarin lebih banyak daripada ikatan tak jenuh dalam adeps
lanae dan minyak kelapa (ikatan tak jenuh dalam margarin > minyak kelapa > adeps
lanae). Hal tersebut dapat disimpulkan dari intensitas warna yang terbentuk (jingga
keruh > jingga jernih > kuning).

3. Penetapan Angka Penyabunan


Menurut Farmakope edisi III, bilangan penyabunan adalah bilangan yang
menunjukkan jumlah mg kalium hidroksida yang diperlukan untuk menetralkan asam
lemak bebas dan menyabunkan ester yang terdapat dalam 1 g zat uji. Caranya adalah
dengan menentukan jumlah kelebihan KOH yang tersisa setelah saponifikasi.
Pada percobaan, yang dihitung adalah angka sabun dari margarin. Mula –mula
margarin dilelehkan dahulu, kemudian ditimbang 2 gram ke dalam labu erlenmeyer,
lalu tambahkan 25 ml larutan KOH-etanol 0,5 N. Etanol digunakan karena margarin
tidak dapat larut dalam air, maka untuk meningkatkan kelarutan margarin digunakan
etanol. Setelah itu lakukan reflux. Caranya adalah pada bagian atas labu erlenmeyer
(yang telah berisi margarin yang dicampur dengan KOH-etanol) diberi corong yang
ditutup dengan kaca arloji yang bagian atasnya diberi kapas basah. Lalu dimasukkan
ke dalam penangas air selam 30 menit. Dengan adanya pemanasan dan penambahan
alkali (KOH) maka margarin akan membentuk gliserol dan sabun atau garam asam
lemak. Proses ini lebih dikenal dengan nama saponifikasi. Kemudian dilakukan
titrasi dengan HCl 0,5 N dan 1 ml phenolftalein sebagai indikator. Titrasi HCl akan
menetralkan KOH yang berlebih dan terbentuklah endapan putih garam netral KCl.
Serta kelebihan HCl akan mengubah sabun menjadi asam lemaknya. Larutan HCl
tersebut digunakan untuk mengetahui sisa KOH yang tidak bereaksi. Selisih antara
titrasi blanko dengan larutan yang berisi zat uji adalah jumlah KOH yang digunakan
untuk menyabunkan lemak. Titik akhir titrasi diperoleh apabila warna larutan telah
berubah dari merah muda menjadi tidak berwarna. Prosedur ini dilakukan baik
terhadap larutan yang berisi zat uji maupun terhadap blanko.
Dari penentuan angka sabun ini dapat ditentukan atau diperkirakan panjang rantai
karbon dalam gugus asam dari molekul minyak atau lemak dan dapat juga ditentukan
jumlah asam yang terikat pada ester. Besar kecilnya angka penyabunan tergantung
pada panjang pendeknya rantai karbon asam lemak. Atau dengan kata lain besarnya
angka penyabunan tergantung pada berat molekul asam lemak tersebut. Makin besar
berat molekul lemak maka makin makin kecil bilangan penyabunannya, seperti
tampak pada tabel berikut :

Angka penyabunan yang diperkirakan Berat sample (gram)


0-59 10,0-12,0
60-79 9,0-11,0
80-99 7,0-8,6
100-119 5,7-7,0
120-139 4,9-5,9
140-149 4,2-5,1
160-179 3,9-4,8
180-199 3,3-4,1
200-219 3,0-3,7
220-239 2,7-3,4
240-259 2,5-3,1
260-300 2,2-2,7

Setelah semua asam lemak bereaksi dengan KOH akan terjadi reaksi :
KOH + HCl → KCl + H2O
Setelah semua KOH habis, reaksinya :
H+ + PP → tidak berwarna
Untuk menghitung angka penyabunan digunakan rumus :

a = jumlah HCl 0,5 N untuk titrasi larutan yang berisi zat uji
b = jumlah HCl 0,5 N untuk titrasi blanko

Namun, pada percobaan kali ini, praktikan tidak menggunakan KOH melainkan
NaOH, namun pada prinsipnya adalah sama.

4. Penetapan Bilangan Iodium


Menurut Farmakope Indonesia edisi III bilangan Iodium adalah bilangan yang
menunjukkan jumlah gram Iodium yang diserap oleh 100 gram zat.
o Bila bilangan iod 130 : drying oils
Angka iodium dapat digunakan untuk menentukan derajat ketidakjenuhan asam
lemak yang terkandung di dalamnya, tetapi tidak dapat memberikan informasi yang
signifikan mengenai jumlah ikatan tidak jenuh yang ada dalam sampel. Dari sumber
yang praktikan dapatkan, dapat dinyatakan bilangan iodium sebagai berikut:
Asam Lemak Jumlah Ikatan Rangkap Bilangan Iodin
Asam Palmitat 1 95
Asam Oleat 1 86
Asam Linoleat 2 173
Asam Linolenat 3 261
Asam Arakidonat 4 320
Pada zat uji, dalam hal ini margarin yang telah dilelehkan ditimbang 2 gram, setelah
itu dilarutkan dalam 10 ml kloroform, dan dicampurkan dengan 25 ml KBrO3 0,2 N
dan 1,5 gram KBr yang dilarutkan dalam 5 ml air dan 7 ml HCl 4 N. kemudian
diamkan selama 1 jam di tempat gelap. Setelah itu ditambahkan larutan KI 16 % 7 ml
yang akan membetuk warna larutan coklat. Pada pendiaman selama 1 jam tersebut
akan terbentuk Br2. Br2 dihasilkan dari proses reduksi BrO3- (Br yang berasal dari
KBr dioksidasi oleh Br dari KBrO3 membentuk Br2). Br2 yang dihasilkan kemudian
sebagian akan mengadisi margarin dan sebagian lagi akan bereaksi dengan larutan KI
(I-) membentuk I2, yang kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 menjadi I- kembali.
Br2 yang mengoksidasi I- menjadi I2 menyebabkan larutan berwarna coklat.
Semakin banyak volume Na2S2O3, makin banyak I2 direduksi menjadi I-, sehingga
menjadi larutan tidak berwarna. Maksud pendiaman di tempat gelap selama 1 jam
setelah margarin dilarutkan dengan bermacam-macam pelarut dan sebelum bereaksi
dengan KI adalah supaya BrO3- sebanyak mungkin tereduksi menjadi Br2, sehingga
akan banyak bereaksi dengan zat dan larutan KI. Reaksi lengkapnya adalah :
6 Br2 + 6 H2O2 BrO3- + 10 Br – + 12 H+
Bagian Br2 lainnya akan bereaksi dengan penambahan larutan KI :
I2 + 2 Br – (larutan menjadi berwarna coklat)Br2 + 2 I-
I2 yang terbentuk dititrasi denagn menggunakan larutan natrium tiosulfat, dengan
reaksi :
2 I- + S4O62- (larutan menjadi jernih)I2 + 2 S2O32-
Titrasi dihentikan apabila telah terjadi perubahan warna larutan dari coklat
menjadi tidak berwarna dan pada bagian bawah larutan terdapat endapan berwarna
kuning muda. Titrasi dilakukan dengan menutup mulut erlenmeyer dengan plastik
untuk menghindari penguapan I2.
Dari percobaan dibutuhkan larutan natrium tiosulfat sebanyak 7,515 ml untuk
larutan uji dan 54,650 ml untuk larutan blanko. Perhitungan bilangan iodium dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus :
(b-a) x N Na2S2O3 x 100 x 0,1269/g

b = jumlah ml Na2S2O3 0,1 N untuk titrasi blanko


a = jumlah ml Na2S2O3 0,1 N untuk titrasi zat uji

5. Ekstraksi kolesterol dari merah telur


Pertama-tama, praktikan memisahkan kuning telur dari putihnya. Putih telur
mengandung protein berupa albumin. Sedangkan kuning telur mengandung berbagai
fosfolipid dalam jumlah yang sebanding dengan berat merah telur. Kemudian kuning
telur dipisahkan dari putihnya. Merah telur diaduk dengan campuran 25 ml alcohol
dan 12.5 ml eter, diamkan sambil dikocok sewaktu-waktu selama 10 menit. Saring ke
dalam beaker kering melalui kertas saring yang dibasahi dengan alcohol. Cuci residu
di atas kertas saring dengan 10 ml larutan alcohol-eter segar yang dipakai untuk
ekastraksi. Uapkan filtrat hingga kering diatas waterbath, larutkan residu di dalam 10
ml eter,tuang perlahan-lahan ke dalam 30 ml aseton sambil diaduk. Endapan yang
terjadi adalah lesitin(fosfolipid).
Lesitin atau fosfatidilkolin adalah senyawa fosfogliserol yang mengandung kolin
(lesitin mengandung gliserol, asam lemak, asam fosfat, dan kolin). Senyawa ini
adalah fosfolipid kolin terdapat dengan jumlah terbanyak di dalam membran sel dan
menunjukkan proporsi simpanan kolin yang besar pada tubuh. Kolin sangat penting
dalam proses transmisi saraf dan sebagai simpanan, gugus metil yang labil. Lesitin
dapat diperoleh dari hewan, kuning telur, kecambah, gandum, ragi, dan kedelai.
Pemisahan fosfatidilkolin dari lemak dan kolesterol dilakukan dengan pelarut eter
dan aseton. Lesitin memiliki gugus kolin yang bermuatan positif sehingga lebih larut
dalam eter dan kurang larut dalam aseton. Hal ini disebabkan eter memiliki elektron
bebas yang dapat diserang oleh muatan positif dari kolin sehingga kolin lebih larut
dalam eter daripada aseton yang tidak memiliki elektron bebas.
Filtrat yang diperoleh dari penyaringan lesitin (eter-aseton) diuapkan diatas
waterbath sampai menghasilkan suatu pasta. Kemudian, ditambahkan 15 ml larutan
KOH dalam etanol 10% lalu disaring. Endapannya adalah sabun, sedangkan
filtratnya mengandung kolesterol yang berwarna kuning kemerahan/ kecoklatan
(berupa sabun).
Kolesterol merupakan lipid amfipatik dan merupakan komponen penting
struktural yang membentuk membran sel serta lapisan eksternal lipoprotein plasma.
Kolesterol masuk ke dalam membran bilayer (membran sel) dengan gugus
hidroksilnya mengarah ke fase air dan cincin hidrofobiknya berdekatan dengan gugus
lemak dan fosfolipid. Gugus hidroksil dari kolesterol membentuk ikatan hidrogen
dengan gugus polar fosfolipid.
Kolesterol disintesis dari asetil-koA dalam banyak jaringan dan dikeluarkan dari
tubuh lewat empedu. Kolesterol merupakan prekursor semua senyawa steroid dalam
tubuh, seperti kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D. Kolesterol
terdapat dalam segala macam makanan yabg berasal dari hewan seperti kuning telur,
daging hati, dan otak.
6. Reaksi Liebermann-Burchard (blanko)
Percobaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya kolesterol dengn adanya
pereaksi asam astat anhidrad dan H2SO4 (p) akan memberikan perubahan warna dari
ungumerah menjadi biru dan kemudian hijau dengan sedikit endapan hitam yang
melayang yang disebabkan adanya gugus kromofor dan auksokrom pada kolesterol.

VI. Kesimpulan

1. Lipid (lemak) larut dalam pelarut organik yang bersifat nonpolar. Pada percobaan
untuk menyatakan ikatan tak jenuh terjadi reaksi adisi I2 dengan ketiga zat uji, yaitu
margarin, adeps lanae dan minyak kelapa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
perubahan warna.

2. Angka penyabunan = 29,4525/gr lemak domba

3. Bilangan Iodium = 10,9134/gr mentega

4. Kolesterol dapat diuji dengan reaksi Liebermann-Burchard karena kolesterol


mempunyai gugus kromofor yang memberikan warna dan mempunyai serapan pada
panjang gelombang tertentu.

5. Pada minyak kelapa, margarin, dan lemak padat (adeps lanae) terdapat ikatan tak
jenuh yang dapat dibuktikan dengan hilangnya warna iodium.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
halaman 57-58.
Murray, Robert K. et al. 2003. Biokimia Harper Edisi ke-25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
halaman 156, 277, 564.

http://www.nutrition.org.uk/information/foodandingredients/marg.html

You might also like